Anda di halaman 1dari 22

DIARE

KELOmpOK 3

KELAS 3B
1. Aisyah Nur Adha

2. Andini Dwi Maharani

3. Chairunnisa Fitra

4. Dwi Jayanti

5. Dwi Septiani

6. Fifi Liyana

7. Hana Pratiwi Hutasoit


8. Ira Nopita Lestari

9. M. Reza Azhari

10.Tahira Nabila Syahda

11. Theofany Br Tarigan

Definisi Penyakit Diare

Menurut Kemenkes RI (2014) Diare merupakan suatu


penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi pada tinja, yang melembek atau
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
lebih dari biasanya
Diagnosis Diare

Anamnesia
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, bau, ada
atau tidak. adanya berlendir dan darah. Bila disertai
muntah volume dan frekuensinya Kencing biasa,
berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang
telah dilakukan ibu selama diare memberi oralit, membawa
berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya
Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh,


frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran,
rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau
tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah
kering atau basah.

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis


metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemi Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi
(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012)
Laboratorium

Penilaian beratnya atau derajat Pemeriksaan laboratorium lengkap


dehidrasi dapat ditentukan dengan pada diare akut pada umumnya tidak
cara obyektif yaitu dengan diperlukan, hanya pada keadaan
membandingkan berat badan sebelum tertentu mungkin diperlukan misalnya
dan sesudah diare. Subyektif dengan penyebab dasarnya tidak diketahui
menggunakan kriteria WHO, kriteria atau ada sebab-sebab lain selain diare
MMWR dan lain-lain akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan
darah lengkap, kultur urine dan tinja
pada sepsis atau infeks saluran kemih.
Faktor-faktor risiko
penyebab terjadinya diare

Usia anak
Faktor usia, bayi dan balita rentan terjadi dikarenakan
belum terbentuknya kekebalan alami dari anak usia
dibawah satu tahun, pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya
kekebalan aktif bayi.

Jenis kelamin
Bayi Jenis kelamin anak dari beberapa penelitian yang
dilakukan bahwa terdapat perbedaan jumlah kasus
anak laki-laki dan perempuan yang menderita diare.
Status Gizi
Status gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit diare. Menurut Lamberti (2011) pada penderita
malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih lama.
Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat
yang dideritanya. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi
sangat peka terhadap infeksi, namun konsep ini tidak
seluruhnya diketahui benar, patogenesis yang terperinci tidak
diketahui. Di negara maju dengan tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatan yang tinggi, kelompok bayi yang mendapat
air susu ibu lebih jarang menderita diare karena infeksi
enteral dan parenteral. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya kontaminasi bakteri serta terdapatya zat-zat
infeksi dalam air susu ibu.
Pemberian ASI ekslusif
Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan memberikan
kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI
maka bayi ASI eksklusif dapat terlindung dari penyakit diare.

Faktor ibu
Peranan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak
dengan diare sangatlah penting. Faktor yang mempengaruhinya
yaitu usia ibu, tingkat pedidikan, pengetahuan ibu mengenai
hidup sehat dan pencegahan terhadap penyakit. Rendahnya
tingkat pendidikan ibu dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
pencegahan diare dan perawatan diare.
Faktor lingkungan
Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan
mulut, untuk mengatur kemampuan penularan penyakit selain tergantung jumlah
dan kekuatan penyebab penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan
untuk menghidupinya serta mengembangkan kuman penyakit diare, sehingga
dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari
hubungan anatara faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier),
kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan dan dosis kuman untuk
menimbulkan infeksi.
Faktor sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah
menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya
beli rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai
penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan, oleh karena itu faktor edukasi dan perbaikan
ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan
penanggulangan diare.
Faktor Pendidikan
Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar
pengetahuan manusia diperooleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
seseorang salah satunya dipengaruhi ole tingkat pendidikannya. Semakin
tinggi pendidikan sesorang maka kemampuan untuk menyerap dan
menganalisis informasi yang diterima semakin tinggi.
Pekerjaan
Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Tetapi pada ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya
diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk
terpapar dengan penyakit.
Faktor perilaku
Faktor prilaku antara lain :
-Tidak memberikan ASI eksklusif, memberikan makanan pendamping/MP ASI
terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
-Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
-Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/
makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak serta
penyimpanan makanan yang tidak higienis.
riwayat Alamiah penyakit
Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik
bakteri, parasit, maupun virus diantaranya rotavirus, E.coli,
dan shigella. Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi
melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap ini belum di
temukan tanda-tanda penyakit bila daya tahan tubuh
penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan
apabila daya tubuh penjamu lemah maka sangat mudah
bagi virus masuk dalam tubuh .
Tahap Patogenesis
Tahap inkubasi
Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk
kedalam tubuh dengan menginfeksi usus baik pada
jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki
usus virus menembus sel dan mengadakan lisis
kemudian virus berkembang dan memproduksi
enterotoksin. Masa inkubasi biasanya sekitar 2-4
hari, pasien sudah buang air bessar lebih dari 4x
tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
Tahap Postpatogenesis
Tahap Penyakit Lanjut
Tahap Penyakit Dini Kehilangan cairan lebih dari 5-10%
Kehilangan cairan 5% berat berat badan
badan Keadaan umum gelisah
Kesadaran baik (somnolen) Rasa haus (++)
Mata agak cekung Denyut nadi cepat dan pernapasan
Turgor kulit kurang dan agak cepat
kekenyalan kulit normal Mata cekung
Berak cair 1-2 kali perhari Turgor dan tonus otot agak berkurang
Lemah dan haus Ubun-ubun besar cekung
Ubun-ubun besar agak cekung Kekenyalan kulit sedikit kurang dan
elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
Selaput lendir agak kering
Tahap Akhir
Kehilangan cairan lebih dari 10% berat
badan
Keadaan umum dan kesadaran koma
atau apatis
Denyut nadi cepat sekali
Pernapasan kusmaull (cepat dan
dalam)
Ubun-ubun besar cekung sekali
Mata cekung sekali
Turgor/tonus kurang sekali
Selaput lendir kurang/asidosis
Made of Transmission
Penularan secara langsung: Penyakit diare dapat ditularkan dari
orang satu ke orang lain secara langsung melalui fecal – oral dengan
media penularan utama adalah makanan atau minuman yang
terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991). Penderita diare
berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja
tidak dilakukan pada jamban tertutup, maka akan berpotensi sebagai
sumber penularan.
Penularan secara tidak langsung: Penyakit diare dapat juga ditularkan
secara tidak langsung melalui air. Air yang tercemar kuman, bila
digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa direbus atau
dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang
yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare.
Epidemiologi Diare
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare
pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens
kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000
kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta
kasus kematian karena diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait
mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional
melaporkan 7 lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51%
kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupakan penyebab
kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju (WHO, 2015)

Dari semua kasus kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di
wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena
morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.

Cara pengendalian dan pencegahan diare

a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana


kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare) yaitu :

• Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

• Zinc selama 10 hari berturut-turut

• Pemberian ASI dan makanan

• Pemberian antibiotik sesuai indikasi

• Pemberian nasehat

b.Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat


dan benar.
d.Meningkatkan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) dan penanggulangan KLB
(Kejadian Luar Biasa) diare.
e.Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
f.Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
Adapun cara pencegahan diare bisa dilakukan dengan car:

• berhati-hati dalam mengonsumsi makanan, minuman, dan juga obat-


obatan;

• selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan;

• selalu mencuci tangan dengan sabun sampai bersih setiap sebelum


dan sesudah makan serta sesudah buang air besar.

• Membuang sampah pada tempatnya

THANK
YOU!<3

Anda mungkin juga menyukai