Anda di halaman 1dari 6

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No.

2, Juli 2014: 103-108 103

Pengaruh Gamma Ray terhadap Evaluasi Porositas Batuan Menggunakan Pengukuran


Well Log

Influence of the Gamma Ray towards Porosity Evalution of the Rocks Using Well Log
Measurement

Puguh Hiskiawan
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember
Email: puguh_h.fmipa@unej.ac.id

ABSTRACT

Well Log method is one of the geophysics methods used to examine rock structure under earth surface. This
research is studied by using utilizing influence of the gamma ray to physical parameter on well log measurement.
This research is explained to compare the measuring data with some physical parameters. The results shown that
the rock density was about 2.00 – 2.50 g/cc, the rock porosity was round 2.00 – 2.50 g/cc, whereas the resistivity
has 2 Ωm to 60 Ωm. All those vaiables were measured at same depth 3420 – 3470 ft. Furthermore, the self potential
value was the highest negatively. The result from physical parameter provided meaning about anomaly positively of
hydrocarbon existing.

Keywords: Well Log, gamma ray, hydrocarbon

PENDAHULUAN tahap pertama dari penelitian ini akan dilihat sebaran


potensial formasi sumur eksplorasi dari data yang
Pengukuran well log selalu berkaitan dengan sumur diperoleh hubungan antara gamma ray dengan
eksplorasi. Aktivitas pada pengukuran well log ini resistivitas, densitas dan porositas. Keberadaan data-
dinamakan logging. Hasil dari pengukuran well log data parameter fisis tersebut dapat diketahui dari pola
dapat memberikan informasi tentang parameter – atau trend yang terjadi pada sumur eksplorasi yang
parameter fisis dari batuan yang ada pada sumur diuji. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah
tesebut, sehingga dapat digunakan untuk mengintepretasi keberadaan hubungan gamma ray
mengidentifikasi lapisan – lapisan batuan yang dengan beberapa parameter fisis yang akan diketahui
berpotensi sebagai tempat minyak atau gas berkumpul sebaran pola atau trend dari kandungan hidrokarbon
(reservoar). Dari evaluasi formasi, kita dapat yang terjadi di sumur eksplorasi.
mengetahui cadangan hidrokarbon yang ada pada Porositas didefinisikan sebagai rasio antara ruang
reservoar tersebut. Pada prakteknya, pengukuran well pori pada batuan dengan volume total batuan. Biasanya
log di lapangan tidak jarang menemui kendala-kendala diekspresikan dalam satuan persen (%). Porositas
yang mengakibatkan gagalnya proses pengukuran, hal efektif adalah bagian ruang pori-pori yang diisi fluida
ini berakibat kurang lengkapnya data yang dimiliki oleh yang tidak terikat oleh clay. Sedangkan porositas total
suatu sumur. Ketidaklengkapan data ini akan adalah ruang pori-pori yang terisi oleh fluida baik yang
mengakibatkan kesalahan pada evaluasi formasi yang terikat oleh clay maupun yang tidak terikat oleh clay.
selanjutnya akan menghasilkan interpretasi dan Pada formasi renggang (unconsolidated formation)
perkiraan cadangan hidrokarbon yang salah (Telford, besarnya porositas tergantung pada distribusi ukuran
1976). Untuk mengatasi ketidaklengkapan data pada butiran, tidak pada ukuran butiran mutlak. Porositas
sumur explorasi, dilakukan pengamatan parameter- akan menjadi tinggi antara 0,35-0,4 g/liter jika semua
parameter fisis terhadap masukan Gamma Ray. butirannya mempunyai ukuran yang hampir sama,
Pengamatan ini merupakan aktivitas yang lebih efektif selanjutnya menjadi rendah jika ukuran butiran
memecahkan persoalan-persoalan komplek dalam bervariasi sehingga butitan yang kecil akan mengisi
petrofisika. ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Kemudian
Evaluasi porositas formasi batuan adalah penentuan pada porositas yang lebih rendah partikel-partikel
parameter fisis antara pengaruh gamma ray pada batuan umumnya bergabung bersama material yang
kedalaman yang terjangkau dengan resisitivitasnya, mengandung silika atau zat kapur, menghasilkan
densitas, dan porositas batuannya serta sebaran formasi rapat (consolidated formation) dengan porositas
potensial dan resistivitas pada daerah sumur eksplorasi. mendekati nol. (Harsono, Adi. Oktober 1994).
Dari pengolahan data parameter fisis kita dapat Porositas diukur dengan menggunakan sonic,
mengetahui kualitas reservoar yang kita punya. Pada density, dan neutron. Porositas direpresentasikan dalam

Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


104 Pengaruh gamma ray …... (Hiskiawan)

bentuk simbol Yunani “φ” atau “PHI” dengan


ditambahkan awalan atau akhiran yang menunjukkan
tipe porositas tertentu. Misalnya, DPHI atau PHID
untuk density porosity. Ada tiga jenis porositas dalam
log, yaitu sonic porosity, density porosity, dan neutron-
density porosity (Asquit, 1982), (Bigelow, June 1995)
2 2
ΦN + ΦD gas (1)
Φ N −D =
2
ΦN + ΦD fluida / minyak (2)
Φ N −D =
2
ρ ma − ρ b (3)
Φ DEN =
ρ ma − ρ f
Gambar 1. (a) produksi kembar; (b) hamburan
Dimana : Compton; (c) gejala fotolistrik (sumber : Schlumberger.
φN = NPHI (neutron porosity) 1989)
φDEN = φD = porositas density
ρma = densitas matriks (gr/cm3) Sinar gamma mempunyai sifat yang dual artinya
ρf = densitas fluida (gr/cm3) pada suatu saat dapat menampilkan sifat gelombang dan
ρb = RHOB = bulk density (gr/cm3) pada saat yang lain dapat menampilkan sifat partikel
(foton). Pada kejadian hamburan compton , foton sinar
Ada tiga jenis pengurkuran porositas yang umum gamma bertumbukan dengan elektron dari atom di
digunakan dibidang eksplorasi saat ini, yaitu Sonik, dalam batuan. Foton akan kehilangan tenaga karena
Densitas , dan Neutron. Nama-nama ini berhubungan proses tumbukan dan dihamburkan ke arah yang tidak
dengan besaran fisika yang dipakai dimana pengukuran sama dengan arah awal, sedangkan tenaga foton yang
itu dibuat sehingga timbulah istilah-istilah ”Porositas hilang sebetulnya diserap oleh elektron sehingga
Sonik”, ”Porositas Densitas”, ”dan ”Porositas Neutron”. elektron dapat melepaskan diri dari ikatan atom menjadi
Penting untuk disadari bahwa porositas-porositas ini elektron bebas. diri dari ikatan atom menjadi elektron
bisa tidak sama antara satu dengan yang lain atau tidak bebas. Foton yang dihamburkan ini masih mampu
bisa mewakili ”Porositas Nyata”. Ini disebabkan karena menumbuk keluar elektron-elektron dari atom-atom lain
alat-alat itu tidak membaca porositas secara langsung. dalam proses tumbukan lanjutan sampai akhirnya foton
Porositas didapat dari sejumlah interaksi fisika di dalam yang sudah melemah tersebut terserap secara
lubang bor. Hasil interaksi dideteksi dan dikirim ke keseluruhan sebagai akibat dari gejala fotolistrik.
permukaan barulah porositas dijabarkan. Jumlah elektron yang ditabrakan atau terjadi proses
Prinsip pengukuran well log menurut teori fisika menumbuk keluar oleh foton merupakan fungsi dari
nuklir, bila sinar gamma tenaga tinggi ditembakkan ke tenaga foton dan jenis mineral. Densitas yang diukur
suatu bahan ada tiga jenis interaksi yang mungkin oleh alat LDT sebagai akibat dari hamburancompton
terjadi, yaitu: 1) gejala fotolistrik, bila energi mula- sebetulnya adalah densitas elektron (jumlah dari
mula E < 100 KeV; 2) hamburan Compton, bila energi elektron persatuan volume) akan tetapi selanjutnya
mula-mula 75 keV < E <2 MeV; 3) produksi kembar, dapat dicari hubungan antara densitas elektron dan
bila energi mula-mula E > 1,2 MeV. Alat LDT densitas formasi.
dirancang untuk memberikan tanggapan terhadap gejala Kembali pada konsep dasar fisika nuklir, bahwa :
fotolistrik dan hamburan compton dengan cara memilih A = Berat atom (berat satu atom dari unsur)
sumber radioaktif yang memproduksi sinar gamma Z = Nomor atom (jumlah proton dalam inti atom, atau
dengan tingkat tenaga antara 75 KeV dan 2 MeV, jumlah elektron dalam satu atom
misalnya bahan Cesium-137 yang mempunyai puncak stabil)
tenaga sinar gamma pada 662 KeV. N = Bilangan Avogadro = 6,02 x 1023

Jumlah elektron dalam satu gram atom dinyatakan


dalam elektron/gram-atom, sehingga jumlah dari
elektron per gram dinyatakan sebagai :
N.Z (elektron-elektron) / A (gram-atom)

Jumlah elektron per gram harus dikalikan dengan


densitas formasi yang sesungguhnya untuk
mendapatkan jumlah elektron per cc, Ne :
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No. 2, Juli 2014: 103-108 105

N ⋅Z ruang pori matriks, dan densitas dari cairan pengisi


Ne = ρb ruang pori. Ini mencerminkan porositas, karena
A
Z porositas dinyatakan sebagai ruang pori yang berisi
N e = N ⋅ ρb ⋅ (4)
cairan.
A
Densitas electron ρe didefinisikan sebagai : Sebelum porositas dapat ditentukan, harus diketahui
terlebih dahulu densitas litologi dan densitas cairan
2N e
ρe = (5) yang terkandung dalam formasi. Untuk formasi bersih
N berpori dengan densitas batuan yang diketahui ρma diisi
Subsitusikan Ne : oleh suatu cairan dengan densitas rata-rata ρf ,
Z sedangkan ρb adalah jumlah linier dari kontribusi
2N ⋅ ρb ⋅
ρe = A densitas-densitas yang berurutan adalah :
N
ρb = φ . ρf + (1 - φ) . ρma
Alat pengukur porositas selanjutnya adalah Neutron.
( 2Z % (6) Alat ini disebut alat neutron terkompensasi
ρe = & # ⋅ ρb
' A $ (Compensated Neutron Tool) atau disingkat CNT. Alat
Didapat : ini biasanya dikombinasikan dengan LDT dan Gamma-
2Z Ray, karena ketiga alat tersebut adalah alat nuklir
ρe = ρb jika =1 (7) dengan kecepatan logging yang sama dan kombinasi
A neutron-densitas akan memberikan evaluasi litologi
pintas dan indikator gas yang baik. Sebelum alat CNT
Untuk mineral umum dalam periminyakan,
diciptakan kita mengenal alat neutron SNP (Sidewall
hubungan ini hampir selalu benar. Sehingga untuk
Neutron Porosity tool) yang hanya menggunakan satu
sebagaian besar formasi, densitas yang dibaca oleh alat
detektor ephitermal. Alat CNT yang baru dirancang
LDT apparent density - ρa adalah ekivalen dengan untuk memberikan dua buah pengukuran porositas dari
densitas yang sebenarnya. proses thermal dan ephitermal.
Langkah-lamgkah intepretasi adalah alat LDT
mengirimkan pulsa-pulsa dari rangkaian elektronik
sumbu panjang (LS) dan sumbu pendek (SS) ke
komputer dipermukaan. Pulsa-pulsa diterima oleh TEORI
komputer dan dihitung per interval waktu disebut cacah
dikenal dengan CPS (Count Per Second), cacah ini Dalam penelitian ini digunakan metode pengukuran
nantinya digunakan untuk menghitung densitas. well log untuk membuat peranan gamma ray terhadap
Hubungan antara cacah detektor sumbu panjang beberapa parameter fisis. Selanjutnya parameter fisis
(LSCR) dan sumbu pendek (SSCR) dalam menghitung tersebut digunakan sebagai data dalam penganaliasaan
densitas adalah : formasi susmur eksplorasi. Setelah didapatkan beberapa
RHOBLS = ALS + BLS . log(LSCR) kesesuaian parameter fisis, selanjutnya dilakukan
RHOBSS = ASS + BSS . log(SSCR) mapping resistivitas dan potensial untuk mendapatkan
Konstanta A dan B merupakan fungsi dari geometri pola sebaran porositas pada lapangan sumur eksplorasi.
alat, kekuatan sumber radioaktif dan sensitivitas Penelitian ini bertempat di salah satu sumur
detektor. Karena kedua faktor terakhir ini maka alat ekplorasi sebuah perusahaan service minyak. Pada
LDT perlu dikalibrasi setiap bulan atau setiap tujuh kali penelitian ini, dilakukan tahapan kerja sebagai berikut :
turun sumur. 1. Raw data
Parameter lain yang dihitung pada permukaan adalah : Raw data yang digunakan berupa kurva log dari
DRHO = RHOBLS - RHOBSS lapangan yang sudah di digitalkan. Data digital agar
dan lebih mudah untuk menganalisa data tersebut. Berikut
adalah data yang akan digunakan dalam perhitungan:
RHOB = RHOBLS ± DRHO
- Gamma Ray (GR)
Bila densitas formasi ρb yang benar telah ditentukan,
- Neutron Porosity (NPHI)
maka dapat dihitung porositasnya. Ketika mengukur
- Density (RHOB)
densitas dari formasi, tidak hanya matriks formasi yang
- True Resistivity (ILRT)
diukur, akan tetapi juga kadar cairan dalam ruang
2. Persiapan data
porinya. Karena densitas dari cairan formasi berbeda
dari densitas batuan, maka pembacaan densitas dari • Data loading
formasi berpori tidak dengan pembacaan densitas dari Data sumur yang sudah dipilih memiliki format
batuan yang sama tanpa ruang pori. Sehingga bila LDT data *.LAS (Log ASCII File) yang sebelumnya
mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang telah terlebih dahulu dilakukan converting data
diukur adalah tergantung pada densitas batuan, jumlah menjadi format data internal software (*.log data).

Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


106 Pengaruh gamma ray …... (Hiskiawan)

• Completing header information HASIL DAN PEMBAHASAN


Langkah ini berdasarkan data sebelumnya dengan
melengkapi data pada header log sesuai yang ada Obyek dari penelitian ini adalah di daerah Cekungan
pada field report. Hal ini sangat penting dilakukan Jawa Timur Cekungan terletak di sebaran pada area
karena beberapa informasi yang ada dalam header lepas pantai ke arah timur laut dan merupakan
log digunakan dalam proses perhitungan rangkaian back-arc basin. Cekungan ini terbentuk pada
selanjutnya. saat tekanan berarah timur-barat pada akhir pra-tersier
3. Data QC (Quality Control) sampai awal tersier. Aktifitas orogenik selama akhir
• Edit out non formation cretaceous-eocene. Struktur yang nampak pada
Pada penelitian ini hanya akan dilakukan evaluasi cekungan merupakan hasil dari tiga peristiwa tektonik
pada formasi sumur eksplorasi. Oleh karena itu utama, yaitu aktivitas orogenik pada middle-mesozoic,
perlu dilakukan pemilihan data dari formasi aktivitas tektonik pada late crateceous-eocene, dan
dengan cara memilih data hanya pada interval aktivitas orogenik pada plio-pleistocene. Dua peristiwa
kedalaman dari formasi dan dilakukan pemisahan pertama menghasilkan konfigurasi basement mencakup
ini dilakukan pada setiap sumur observasi. terbentuknya formasi graben, horst, dan blok patahan.
• Zonasi reservoar dan hidrokarbon Peristiwa terakhir pada plio-pleistocene, menghasilkan
Reservoar merupakan zona yang permeabel. struktur formasi yang menonjol berarah barat laut-
Untuk itu dalam penentuan zona reservoar kita tenggara dan depresi kearah barat daya.
bisa menganalisa log gamma ray (GR) dan log Limestone yang ditemukan di beberapa tempat
spontaneous potential (SP). Pada zona permeabel dekat dengan base dari formasi Telisa. Outcrops
log GR akan menunjukkan nilai yang rendah, ditemukan di beberapa tempat di sekitar pegunungan.
sedangkan pada lapisan clay/shale log GR akan Ketebalan maksimum dari formasi batuan mencapai
menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini disebabkan 200m, tetapi pada umumnya lebih tipis. Terdapat
pada lapisan clay/shale banyak diendapkan unsur kenampakan fasies terumbu karang yang massive dan
radioaktif alam diantaranya uranium, potasium limestone dengan butiran halus yang diendapkan di
dan torium. Defleksi pada log SP menunjukkan perairan yang lebih dalam. Formasi ini ada pada bagian
adanya lapisan yang permeabel. Defleksi log SP awal dari Early Miocene. Pada zaman ini terjadi
tergantung pada resistivitas mud filtrate dan pendangkalan terhadap sebagian besar dari cekungan-
resistivitas air formasi. Apabila resistivitas mud cekungan yang ada, sehingga banyak terbentuk terumbu
filtrate lebih besar dari pada resistivitas air karang.
formasi, pada batuan yang permeabel kurva SP Pada subsurface, Batuan gamping hanya
akan mengalami defleksi ke kiri (SP negatif). ditemukan pada daerah paleohighs dan sepanjang
Sedangkan apabila resistivitas mud filtrate lebih tepian East Java Basin. Formasi ini tidak ditemukan
kecil dibandingkan dengan resitivitas air formasi, pada daerah rendahan dengan pelapisan yang tebal pada
kurva SP akan menunjukkan defleksi ke kanan graben. Pada formasi ini banyak ditemukan kandungan
pada zona permeabel (SP positif). Pada daerah foramainifera yang khas.
shale, kurva SP tidak mengalami defleksi Kurva respon dibawah ini menunjukkan hubungan
dikarenakan tidak adanya infiltrasi dari mud, perlakuan gamma ray dengan kedalaman sumur
sehingga tidak ada beda potential yang terjadi. eksplorasi. Kedalaman sumur eksplorasi yang
Zonasi terhadap lapisan yang mengandung dikenakan neutron gamma ray berkisar antara 3380 ft
hidrokarbon dilakukan dengan menganalisa kurva hingga 3480 ft.
resitivitas, NPHI, dan RHOB. Hidrokarbon
memilki konduktivitas yang rendah, oleh karena 200"
180"
itu pada lapisan yang mengandung hidrokarbon
160"
kurva resistivity akan menunjukkan nilai yang
Gamma$Ray$(API)$

140"
tinggi. Sedangkan pada kurva NPHI dan RHOB 120"
akan mengalami penurunan nilai. Pada zona 100"
80"
hidrokarbon kurva NPHI dan RHOB akan
60"
mengalami separasi (Rhob lebih kecil dari NPHI) 40"
• SP drift correction 20"
Pada kura SP dilakukan koreksi terhadap shale 0"
3380" 3400" 3420" 3440" 3460" 3480"
base line. Pada zona shale dianggap tidak terjadi Kedalaman$(Ft)$
beda potensial sehingga harga SP dianggap nol.
SP drift correction bertujuan untuk mengenolkan
kurva SP pada zona shale. Gambar 2. Kurva respon neutron gamma ray dengan
kedalaman sumur eksplorasi
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No. 2, Juli 2014: 103-108 107

Informasi yang didapatkan pada kurva respon


menujukkan bahwa neutron gamma ray cenderung
stabil pada kisaran 70 API (American Petroleum
Institute). Pada awalnya kedalaman 3390 ft – 34110 ft
berkisar 80 API, kemudian melonjak tajam mencapai
180 API di kedalaman 3415 ft, akan tetapi serta merta
melorot tajam saat menyentuh kedalaman 3417 ft
hingga 3420 ft disekitar 40 API. Keadaan ini
menujukkan keberadaan anomali negatif hidrokarbon.
Selanjutnya pada keadaan kedalaman dari 3420 ft
hingga 3480 ft kisaran neutron gamma ray berada di 20 Gambar 4. Hubungan densitas batuan dengan
API hingga 70 API, dan sempat berada pada posisi 20 kedalaman sumur eksplorasi
API di kedalaman 3425 ft. Informasi pegukuran
neutron gamma ray yang dapat disimpulkan bahwa
adanya kecenderungan anomali positif secara seragam
ketika berada di kedalaman yang kestabilan nilai
gamma ray yaitu sekitar 3420 ft – 3470 ft.
Perlakuan kegiatan pengukuran well log
menggunakan neutron gamma ray memberikan
beberapa informasi parameter fisis yang berhubungan
dengan densitas, resisitivitas dan porositas, kurva-kurva
tersebut dapat dibentuk seperti berikut untuk
memberikan informasi terhadap beberapa parameter Gambar 5. Perlakuan gamma ray terhadap porositas
fisis yang dapat diketahui. Gambar 2 yang batuan
menunjukkan hubungan perlakuan neutron gamma ray Dari kisaran 30 API sampai dengan 90 API
dengan densitas yang akan memberikan informasi porositas batuan berada dalam kelompok yang
bahwa kerapatan batuan pada daerah sumur eksplorasi homogen di kisaran 0.09 mm hingga 0,25 mm. Ini
berkisar pada 2,00 hingga 2,50 g/cc dengan perlakuan membuktikan keseragaman batuan yang memberikan
neutron gamma ray di antara 30 hingga 100 API. dampak bahwa batuan tersebut merupakan batuan yang
seragam dan memberikan informasi keberadaan positif
anomali hidrokarbon. Sehingga dapat dijelaskan lebih
jauh keberadaan batuan dengan porositas batuan berada
pada kedalaman yang serupa dengan informasi yang
diberikan oleh densitas batuan. Gambar 5 yang
merupakan hubungan porositas batuan dengan
kedalaman menujukkan informasi pola atau
kecenderungan porositas 0.09 mm hingga 0,25 mm
berada pada posisi yang homogeny seragam di
kedalaman antara 3420 ft hingga 3470 ft. Kedalaman
ini memberikan informasi yang sama seperti yang
Gambar 3. Perlakuan gamma ray terhadap densitas ditunjukkan oleh hubungan kedalaman dengan densitas
batuan batuan. Ini semakin menguatkan bahwa daerah kedalam
tersebut merupakan daerah anomali hidrokarbon positif.
Informasi yang dapat diketengahkan diatas adalah
keseragaman kerapatan batuan yang dikelilingi oleh
garis merah.akan memberikan informasi keberadaan
hidrokarbon yang positif. Oleh karena itu dari profil
gambar diatas dapat dimunculkan gambar 4.
Gambar hubungan densitas dengan kedalaman
sumur eksplorasi pada gambar 2, semakin menguatkan
bahwa daerah sumur eksplorasi merupakan potensi
cebakan hidrokarbon. Hal ini dikarenakan keseragaman
lithologi densitas atau kerapatan batuan pada daerah
penelitian,terutama pada kedalaman 3420 ft – 3470 ft.
Kurva parameter fisis yang selanjutnya berkenaan Gambar 6. Hubungan porositas batuan dengan
dengan porositas batuan pada daerah sumur eksplorasi. kedalaman sumur eksplorasi

Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


108 Pengaruh gamma ray …... (Hiskiawan)

Hasil yang didapatka dari parameter fisis densitas


dan porositas batuan telah memberikan makna bahwa
terdapat keseragaman pola atau trend keberadaan
anomali positif hidrokarbon di areal sumur eksplorasi.
Untuk memperkuat parameter fisis diatas, maka
perlakukan neutron gamma ray juga dapat di amati dari
parameter fisis resistivitas batuan, dapat diamati pada
gambar 6, dibawah ini :
Gambar 9. Sebaran self potential di sumur eksplorasi

Nampak terlihat bahwa nilai potensial menujukkan


nilai semakin besar kenegatifannya, yang berarti bahwa
nilai negative yang paling kecil merupakan daerah
anomali positif hidrokrabon dan semakin besar
kenegatifannya menujukkan keberadaan fluida murni.

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 7. Perlakuan gamma ray terhadap resistivitas Sumur eksplorasi yang memiliki kedalaman antara
batuan 3380 – 3480 ft mendapatkan pengukuran well log
dengan menggunakan perlakukan neutron gamma ray.
Gambar 6 menujukkan bahwa pada 30 API hingga Parameter-parameter fisis yang berkaitan dengan
90 API berada pada kmisaran resistivitas 2 Ωm hingga perlakuan tersebut yaitu, densitas, porositas dan
60 Ωm, maka daerah tersebut merupakan daerah yang resisitivitas batuan memberikan informasi keberadaan
memiliki konduktivitas yang tinggi dan menujukkan anomali positif adanya hidrokarbon pada kedalaman
keberadaan anomali positif dari hidrokarbon. Gambar 7 3420 – 3470 ft. Parameter densitas di kedalaman
yang menujukkan keseuaian areal kedalaman yang tersebut adalah 2,00 – 2,50 g/cc, sedangkan porositas
berkaitan dengan konduktivitas yang tinggi dapat batuan memiliki nilai sebesar 0,09 – 0,25 mm, dan
diamati sebagai berikut: resistivitas pada kedalaman tersebut adalah 2 Ωm
hingga 60 Ωm. Pada sebaran self potential Nampak
dengan jelas keberadaan anomali posisitf hidrokarbon
dengan nilai kenegatifan yang kecil daripada sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Hubungan resistivitas batuan dengan
kedalaman sumur eksplorasi
Harsono, A. 1997. ”Evaluasi Formasi dan Aplikasi
Terlihat bahwa kedalaman yang ditunjukkan oleh Log”. Schlumberger Oil Field Service. Jakarta.
gambar 7 berkisar dari 3420 ft hingga 3470 ft Schlumberger. 1989. ”Log Interpretation Principles /
merupakan daerah dengan resistivitas yang seragam Applications”. Schlumberger Educational
yang memberikan informasi keberadaan anomali positif Services. United States of America.
adanya hidrokarbon dan memebrikan penguatan bagi Sudarmo, Yan. 2003. ”Interpretasi Data Log Open
parameter-parameter fisis sebelumnya. Hole”. Log Data Management PT. Elnusa
Parameter-paramter yang telah menujukkan Geosains. Jakarta
keberadaan anomali positif hidrokarbon dapat Telford,W.M. dkk. 1976. Applied Geophysics. Edisi
dipertegas dengan sebaran potensial yang berada kedua. Cambridge University Press. London.
diantara sumur eksplorasi dengan menggunakan
parameter fisis self potential, Nampak sebaran pada
gambar berikut.

Anda mungkin juga menyukai