Anda di halaman 1dari 15

HUKUM HAM NASIONAL

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hukum HAM

Yang Diampu Oleh :

Dr.H.Burhanudin, Sag, M.H

Disusun Oleh :

Muhammad Baqti Nur Firdaus 1193030078

Nudhea Arizka 1193030076

Ranti Cahya Davina 1193030084

HTN 5 B

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita kesehatan serta melimpahkan rahmat, rezeki dan hidayahnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “Hukum HAM
Nasional”. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun juga berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun akan
sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu yang akan datang.

Bandung, November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................................. 1

Kata Pengantar...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

A.Latar Belakang...........................................................................................................4

B.Rumusan Masalah.....................................................................................................4

C.Tujuan.........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5

1.HAM sebagai hak konstitusional di Indonesia (BAB XA UUD NRI Tahun 1945)...5

2.HAM dan Kebebasan Dasar (Bab III UU 39/1999)..................................................10

BAB III PENUTUP.....................................................................................................14

Kesimpulan..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang
sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM
pada diri kita sendiri. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak
manusia itu dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan
kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup
sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia,
bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia
itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara lain.
Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak
asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat
universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil
oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat
kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau
berhubungan dengan sesama manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana HAM sebagai hak konstitusional di Indonesia (BAB XA UUD NRI
Tahun 1945) ?
2. Bagaimana HAM dan Kebebasan Dasar (Bab III UU 39/1999) ?
C. Tujuan

4
1. Untuk mengetahui bagaimana Ham sebagai hak konstitusi di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana HAM dan Kebebasan Dasar
BAB II
PEMBAHASAN

1. HAM sebagai hak konstitusional di Indonesia (BAB XA UUD NRI Tahun 1945)
Dalam hubungan dengan kekuasaan Negara, hak-hak warganegara diatur dalam
konstitusi sebagai perlindungan dari perbuatan yang kemungkinan dilakukan
penyelenggara Negara. Sebagai pemegang kedaulatan rakyat, wujud demokrasi bukan
hanya tampak dari penentuan mereka yang duduk dalam kursi kekuasaan Negara
melalui hak pilih rakyat yang menjadi salah satu hak konstitusional, tetapi juga
tampak dari hak-hak yang diatur dalam konstitusi, yang merupakan batas yang tidak
bisa dilanggar oleh penyelenggara Negara dalam menjalankan kekuasaan Negara,
yaitu baik sebagai hak warga Negara atau hak asasi.
Semua hak yang disuratkan dalam undang-undang dasar disebut hak
konstitusional. Hak-hak konstitusional itu mencakup baik hak asasi manusia, maupun
hak-hak lainnya. Contoh dalam UUD Negara Rl Tahun 1945, hak konstitusional
tercantum di bawah Bab XA tentang Hak Asasi Manusia (Pasal 28A sampai dengan
28 J) serta dalam pasal-pasal lain, yang bukan di bawah Bab XA, antara lain Pasal 27,
28, 29 dan Pasal 3 I. Hak-hak konstitusional warga Negara yang terdapat dalam UUD
Negara Rl Tahun 1945 yang termasuk ke dalam Hak Asasi Manusia.
Dalam UUD 1945 ada hak-hak yang secara tegas disebut sebagai hak asasi, yang
termuat dalam Bab XA UUD 1945, yang merupakan hak yang melekat pada harkat
dan martabat manusia sejak lahir, seperti hak untuk hidup, hak untuk diperlakukan
sama dan hak untuk mendapat kepastian hukum dan keadilan serta sejumlah hak-hak
asasi lainnya. Hak asasi tersebut dikatakan sesungguhnya tidak tergantung pada
Negara, dan telah ada sebelum Negara lahir.1
Ada 40 Hak Konstitusional Warga Negara yang dijamin dalam Undang Undang
Dasar, yaitu :
I. Hak Atas Kewarganegaraan
1. Hak atas status kewarganegaraan Pasal 28D (4)

1
https://jdih.banyuwangikab.go.id/artikel/detail/jaminan-hak-konstitusional-warga-negara-dalam-uud-nri-
1945#:~:text=Hak%2Dhak%20Asasi%20Manusia%20yang,XA%20UUD%20NRI%201945%20adalah
%20%3A&text=Hak%20memperoleh%20keadilan,Hak%20atas%20rasa%20aman

5
2. Hak atas kesamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan
Pasal 27 (1), Pasal 28D (1), Pasal 28D (3)
II. Hak Atas Hidup
3. Hak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28A, Pasal 28I (1)
4. hak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang Pasal 28B (2)
III. Hak Untuk Mengembangkan Diri
5. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
mendapat pendidikan, dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya. Pasal 28C (1)
6. Hak atas jaminan sosial memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat Pasal 28H (3)
7. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosial Pasal 28F
8. Hak mendapat pendidikan Pasal 31 (1), Pasal 28C (1)
IV. Hak Atas Kemerdekaan Pikiran & Kebebasan Memilih
9. Hak atas kemerdekaan pikiran dan hati nurani Pasal 28I (1)
10. Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan Pasal 28E (2)
11. Hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya
Pasal 28E (1), Pasal 29 (2)
12. Hak untuk bebas memilih pendidikan dan pengajaran , pekerjaan,
Kewarganegaraan, tempat tinggal Pasal 28E (1)
13. Hak atas kebebasan berserikat dan berkumpul Pasal 28E (3)
14. Hak untuk menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nurani
Pasal 28E (2)2
V. Hak Atas Informasi

15. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi Pasal 28F


16. Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
swaluran yang tersedia Pasal 28F

2
https://asialawreport.com/indonesia/perubahan-kedua-uud-1945/bab-xa-hak-asasi-manusia/

6
VI. Hak Atas kerja & Penghidupan Layak

17. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Pasal 27 (2)
18. Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja Pasal 28D (2)
19. Hak untuk tidak diperbudak Pasal 28I (1)

VII. Hak Atas Kepemilikan & Perumahan

20. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Pasal 28H (4)
21. Hak untuk bertempat tinggal Pasal 28H (1)

VIII. Hak Atas Kesehatan & Lingkungan Sehat

22. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin Pasal 28H (1)
23. Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat Pasal
28H (1)
24. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan Pasal 28B (1)

IX. Hak Berkeluarga

25. Hak untuk membentuk keluarga Pasal 28B (1)

X. Hak Atas Kepastian Hukum & Keadilan

26. Hak atas pengakuan, jaminan dan perlindungan dan kepastian hukum
yang adil Pasal 28D (1)
27. Hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum Pasal 28D (1), Pasal
27 (1)
28. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum Pasal 28 (1)

XI. hak Bebas Dari Ancaman, Diskriminasi & Kekerasan

7
29. Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi Pasal
28G (1)
30. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia Pasal 28G (2)
31. Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun Pasal
28I (2)
32. Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan. Pasal 28H (2)

XII. Hak Atas Perlindungan

33. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,


dan harta benda yang di bawah kekuasaanya Pasal 28G (1)
34. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif Pasal 28I (2)
35. Hak atas perlindungan identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional yang selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban
Pasal 28I (3)
36. Hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 28B (2),
Pasal 28I (2)
37. Hak untuk memperoleh suaka politik dari negara lain Pasal 28G (2)

XIII. Hak Memperjuangkan Hak

38. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara


kolektif Pasal 28C (2)
39. Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat Pasal 28, Pasal 28E (3)

XIV. Hak Atas Pemerintahan

40. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan


Pasal 28D (3), Pasal 27 (1)

8
Semua hak tersebut sudah dijamin dalam Undang Undang, akan tetapi tidak ada hak
yang datang dengan sendirinya kecuali harus direbut dan diperjuangkan.

Hak konstitusional lainnya yang terdapat di dalam Undang -Undang Dasar 1945
antara lain: 3

1. Hak warga negara di bidang hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat I);
2. Hak warga negara dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2);
3. Hak warga negara untuk turut serta dalam pembelaan negara (Pasal 27 ayat 3);
4. Hak warga negara untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan (pasal 28);
5. Hak warga negara untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya itu (Pasal 29 ayat 2);'
6. Hak warga negara untuk mendapat pendidikan (pasal 31 ayat I).

Dari uraian hak-hak konstitusional tersebut, jika dihubungkan dengan peran atau
fungsi Mahkamah Konstitusi, maka Mahkamah Konstitusi mempunyai peran sebagai
pengawal konstitusi, agar dilaksanakan dan dihormati baik oleh penyelenggara
kekuasaan negara maupun oleh warga negara. Mahkamah Konstitusi merupakan salah
satu lembaga negara yang bertugas melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan."
Mahkamah Konstitusi memiliki visi "Tegakuya konstitusi dalam rangka mewujudkao
cita-cita negara bukum dan demokrasi demi kebidupan kebangsaan dan kenegaraan
yang bermartabat.

2. HAM dan Kebebasan Dasar (Bab III UU 39/1999)


Hak Asasi Manusia dalam UU 39 tahun 1999 tentang HAM merupakan hak
dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng,
oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Selain hak asasi, manusia juga mempunyai
kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.4
3
Prof. Dr. Judhariksawan, SH, MH. “Jaminan Hak konstitusi warga negara dalam UUD NRI 1945”. 2018
4
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-39-1999-hak-asasi-manusia

9
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia diundangkan
dan ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165.
Penjelasan Atas UU 39 tahun 1999 tentang HAM ditempatkan pada Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886. Agar setiap orang
mengetahuinya.
Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tanggung
jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi
Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa, serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia
yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.
Adapun bentuk HAM yang terdapat dalam UU Nomor 39 tahun 1999 tentang
HAM sebagai berikut:
1) Hak untuk hidup
2) Hak berkeluarga dan menjutkan keturunan
3) Hak mengembangkan diri
4) Hak memperoleh keadilan
5) Hak atas kebebasan pribadi
6) Hak atas rasa aman
7) Hak atas kesejahteraan
8) Hak turut serta dalam pemerintahan
9) Hak wanita
10) Hak anak

Sehingga Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia


yang diundangkan pada tanggal 23 September 1999 dipandang sebagai salah satu
peraturan pelaksana dari Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi
Manusia, hal ini terlihat dalam salah satu dasar hukumnya yang mencantumkan
ketetapan tersebut. Pada saat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ini sedang
didiskusikan terdapat beberapa pendapat yang terbagi dalam dua ketegori besar, yakni
pendapat yang menyatakan bahwa pada dasarnya ketentuan mengenai HAM tersebar
dalam berbagai undang-undang, dan oleh karena itu tidak perlu dibuat satu undang-
undng khusus tentang HAM. Pendapatlain menyatakan bahwa pembentukan undang-
undang materi khusus tentang HAM perlu dilakukan mengingat Ketetapan MPR tidak

10
berlaku operasional dan berbagai undang-undang yang ada belum seluruhnya
menampung materi HAM.
Selain itu, undang-undang tersebut akan berfungsi sebagai undang-undang
payung (umbrella act) terhadap peraturan perundang-undangan di bidang HAM yang
sudah ada selama ini.Dari sudut ilmu perundang-undangan, kritik terhadap Undang-
undang Nomor 39 Tahun 1999 ini mencakup antara lain :5
1. Terdapat ketentuan yang tidak memuat norma atau kaidah, dan hal ini ditunjukkan
dengan adanya Bab mengenai asas-asas dasar. Asas-asas dasar pada prinsipnya
bukan merupakan kaidah atau norma hukum. Jadi, asas tidak perlu secara eksplisit
dimuat dalam undang-undang melainkan akan menjiwai pasal-pasal yang ada
dalam UU bersangkutan.
2. Penyimpangan terhadap asas bahwa hukum tidak berlaku surut seharusnya tidak
diletakkan pada bagian Penjelasan, melainkan pada bagian Batang Tubuh UU. Hal
ini disebabkan Penjelasan tidak memuat norma atau kaidah. Atau dengan kata
lain, Penjelasan tidak berfungsi untuk menciptakan kaidah hukum.

Berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur, pengelompokkan HAM


terdiri atas hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas
rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita,
dan hak anak. Sama halnya dengan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998,
UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tidak secara tegas menyatakan alasan
kategorisasi HAM. Pada bagian Penjelasan hanya disebutkan bahwa penyusunan
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 berpedoman pada Konvensi PBB Tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap wanita, Konvensi PBB tentang
hak-hak anak, serta berbagai instrumen hukum internasional lainnya yang mengatur
tentang HAM. Meskipun tidak dikelompokkan secara tegas, pada dasarnya materi
HAM telah mencakup HAM di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Masih berkaitan dengan substansi undang-undang, tampaknya Undang-Undang


Nomor 39 Tahun 1999 ini membaurkan asas-asas dasar dengan ketentuan mengenai
HAM itu sendiri. Apabila diteliti lebih lanjut, pasal-pasal yang memuat asas-asas
dasar justru mengatur HAM, misalnya Pasal 4 yang mengatur tentang hak-hak yang

5
Sumali, 2003, Reduksi Kekuasaan Eksekutif di Bidang Peraturan Pengganti Undang-Undang, Malang:
Universitas Muhammadiyah Malanghlm. 90

11
bersifat non-derogable, hak setiap orang untuk diakui sebagai pribadi di bidang
hukum yang berhak untuk mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari
pengadilan yang objektif dan tidak berpihak (Pasal 5 ayat (1) dan (2), Pasal 5 ayat (3)
yang mengharuskan adanya perlindungan HAM yang lebih terhadap kelompok yang
rentan. Namun, satu hal yang perlu dihargai dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 ini adalah penempatan pengatiran mengenai HAM anak dan HAM wanita yang
dilakukan secara terpisah. Penempatan ini tampaknya sejalan dengan perkembangan
yang terjadi di dunia internasional, yang dibuktikan dengan adanya instrumen hukum
internasional yang terpisah bagi anak dan wanita.

Dalam UURI Nomor 39 Tahun 1999 yang dikategorikan pelanggaran HAM yang
berat adalah :6

a. pembunuhan masal (genocide);


b. pembunuhan sewenang – wenang atau diluar putusan pengadilan;
c. penyiksaan;
d. penghilangan orang secara paksa;
e. perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.

Disamping pelanggaran HAM yang berat juga dikenal pelanggaran HAM biasa.
Pelanggaran HAM biasa antara lain: pemukulan, penganiayaan, pencemaran nama
baik, menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya, penyiksaan,
menghilangkan nyawa orang lain, dan lain-lain. Berikut ini contoh-contoh kasus
pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia:

a. Kasus Marsinah
b. Kasus Tragedi Semanggi
c. Kasus Tanjung Priok
d. Kasus Pembunuhan Munir

Sehingga Komnas HAM yang terbentuk dengan Kepres ( Bab VIII, pasal 75 s/d.
99) tersebut harus menyesuaikan dengan UURI Nomor 39 Tahun 1999. Komnas
HAM bertujuan:

1) membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi


manusia.
6
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

12
2) meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam UUD 1945 ada hak-hak yang secara tegas disebut sebagai hak asasi, yang termuat
dalam Bab XA UUD 1945, yang merupakan hak yang melekat pada harkat dan martabat
manusia sejak lahir, seperti hak untuk hidup, hak untuk diperlakukan sama dan hak untuk
mendapat kepastian hukum dan keadilan serta sejumlah hak-hak asasi lainnya. Hak untuk
hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hak untuk mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, mendapat pendidikan, dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya.

13
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tidak secara tegas menyatakan alasan kategorisasi
HAM. Pada bagian Penjelasan hanya disebutkan bahwa penyusunan Undang-undang Nomor
39 Tahun 1999 berpedoman pada Konvensi PBB Tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap wanita, Konvensi PBB tentang hak-hak anak, serta berbagai instrumen
hukum internasional lainnya yang mengatur tentang HAM. Meskipun tidak dikelompokkan
secara tegas, pada dasarnya materi HAM telah mencakup HAM di bidang sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Sumali, 2003, Reduksi Kekuasaan Eksekutif di Bidang Peraturan Pengganti Undang-Undang,
Malang: Universitas Muhammadiyah Malanghlm. 90

Prof. Dr. Judhariksawan, SH, MH. “Jaminan Hak konstitusi warga negara dalam UUD NRI
1945”. 2018

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

https://jdih.banyuwangikab.go.id/artikel/detail/jaminan-hak-konstitusional-warga-negara-
dalam-uud-nri-1945#:~:text=Hak%2Dhak%20Asasi%20Manusia%20yang,XA%20UUD
%20NRI%201945%20adalah%20%3A&text=Hak%20memperoleh%20keadilan,Hak%20atas
%20rasa%20aman

14
https://asialawreport.com/indonesia/perubahan-kedua-uud-1945/bab-xa-hak-asasi-manusia/

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-39-1999-hak-asasi-manusia

15

Anda mungkin juga menyukai