Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi/Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Tarwoto dan
Wartonah, 2006). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau
sel ( Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2011),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding
dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

3. Gejala dan Tanda (Data Mayor dan Minor)


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Data Mayor
1. Batuk tidak efektif atau tidak ada batuk
2. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas
b. Data Minor
1. Bunyi nafas abnormal
2. Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal
2) Ketidakefektifan Pola nafas
a. Data Mayor
1. Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
2. Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b. Data Minor
1. Ortopnea
2. Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3. Pernafasan disritmik
4. Pernafasn sukar atau berhati-hati

3) Gangguan pertukaran gas


a. Data Mayor
1. Dispnea saat melakukan aktivitas
b. Data Minor
1. Konfusi/agitasi
2. Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan pada setiap
lutut, tubuh condong ke depan)
3. Bernafas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
4. Letargi dan keletihan
5. Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan arteri ventrikel
kanan/kiri)
6. Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
7. Penurunan isi oksigen,penurunan saturasi oksigen, peningkatan PCO2, yang
diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah
8. Sianosis

4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,

1
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).

5. Pohon Masalah

Udara di atmosfer

Udara masuk melalui hidung


terdapat infeksi patogen

Sumbatan Bronkus

Terjebaknya udara di paru

Udara diserap oleh aliran darah

Susunan gas dalam darah


Tidak ada saluran
Oksigen lebih cepat diserap dari untuk meloloskan
Gangguan nitrogen dan helium udara yang terjebak
pengeluaran mukus
Terjadi dengan cepat dan luas Ventilasi kolateral
Akumulasi mucus
pada bronkus
dispnea Udara lolos melalui
6. pori alveoli / fistula
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN Pola nafas cepat dan dangkal bronkioli alveolar
NAFAS
Pemeriksaan Diagnostik
Gangguan
1. Pemeriksaan KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS fungsi paru
pengembangan
Untuk mengetahui kemampuan paru paru/ kolaps alveoli dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
Ventilasi dan perfusi
2. Pemeriksaan gas darah arteri
tidak seimbang
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
2
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.
8. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

7. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan medis
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisoterapi dada

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan
dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

3
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3. Riwayat perkembangan
a.      Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b.      Bayi : 44 x/mnt
c.       Anak : 20 - 25 x/mnt
d.      Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e.       Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi; ada atau
tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti
epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal ( akibat
polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah
sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.

4
7. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti
kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien
mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat
dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap
lingkungan tempat tinggal pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan
dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang dikeluarkan oleh pasien.

8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi pasien
berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan
rasa sakit.

9. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret,
pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit ( umumnya
wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang dewasa, kurang dari 30
kali permenit pada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan kombinasi dari
keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada
orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan

5
frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang yang
keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6.     Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan
dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada
pasien penderita emfisema.

2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang dapat
timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding
toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran suara
atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan
tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat
juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan
ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura pada pleuritis.

3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru. Perawat
melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
 Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dannormalnya bergaung dan
bersuara rendah.
 Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

6
 Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.
b. Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
 Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah
paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.

4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua
fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I).
Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).

Jenis suara napas tambahan adalah:


a. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan
napas yang menyempit.
b. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan
sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.

7
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar,
berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering
kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli
atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas
yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan asma, jalan napas alergik
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar

3. Intervensi
Hari Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
/Tgl Kep.
Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui
ktifan asuhan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan
bersihan selama … x 24 jam TTV kondisi tubuh dalam
jalan nafas diharapkan bersihan 2. Auskultasi bunyi keadaan normal atau
jalan nafas efektif nafas tidak.

8
dengan kriteria : 3. Atur posisi yang 2. Mengetahui bunyi
-Menunjukkan jalan nyaman seperti nafas, seperti rochi,
nafas bersih posisi semi fowler wheezing yang
-Suara nafas normal 4. Beri latihan menunjukkan
tanpa suara pernafasan dalam tertahannya secret
tambahan dan batuk efektif obstruksi jalan nafas
-Tidak ada 5. Kolaborasi 3. Meningkatkan
penggunaan otot humidikasi pengembangan
bantu nafas tambahan diafragma
-Mampu melakukan (nebulizer) dan 4. Memudahkan
perbaikan bersihan terapi oksigen pernafasan dan
jalan nafas membantu
mengeluarkan secret
5. Membantu
menghangatkan dan
mengencerkan secret
Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui
ktifan pola asuhan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan
nafas selama … x 24 jam TTV kondisi tubuh dalam
diharapkan pola 2. Atur posisi sesuai keadaan normal atau
nafas efektif dengan kebutuhan, seperti tidak
kriteria : semifowler 2. Memungkinkan
 Menunjukkkan 3. Ajarkan teknik nafas ekpansi paru dan
pola nafas efektif dalam memudahkan
dengan frekuensi 4. Kolaborasi dalam pernafasan
nafas 16-24 pemberian 3. Memperbaiki pola
kali/menit dan oksigenasi nafas
irama teratur 4. Memperbaiki pola
 Mampu nafas dan irama
menunjukkan nafas menjadi teratur
perilaku
peningkatan fungsi

9
paru

Gangguan Setelah diberikan 1. Pantau keadan 1. Mengetahui


pertukaran asuhan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan
gas selama … x 24 jam TTV kondisi tubuh dalam
diharapkan 2. Observasi warna keadaan normal atau
mempertahankan kulit dan capillary tidak
pertukaran gas yang refill 2. Menentukan
normal dengan 3. Kurangi aktivitas adekuatnya sirkulasi
kriteria : pasien yang penting untuk
-Menunjukkan 4. Beri posisi pasien pertukaran gas ke
perbaikan ventilasi yang nyaman, jaringan
dan oksigenasi seperti semifowler 3.Mengurangi
jaringan 5. Kolaborasi dalam kebutuhan akan oksigen
-Tidak ada gejala pemberian 4.Memudahkan
distres pernafasan oksigenasi pernafasan
5.Memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun

4. Evaluasi
Dx 1 : -Menunjukkan jalan nafas bersih
-Suara nafas normal tanpa suara tambahan
-Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Dx 2 : - Menunjukkkan pola nafas efektif dengan frekuensi nafas 16-24 kali/menit dan
irama teratur
-Mampu menunjukkan perilaku peningkatan fungsi paru
Dx 3 : - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
-Tidak ada gejala distres pernafasan

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13. Jakarta:
EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Nanda NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

11
12

Anda mungkin juga menyukai