2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2011),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding
dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
1
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
5. Pohon Masalah
Udara di atmosfer
Sumbatan Bronkus
7. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan medis
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisoterapi dada
3
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi; ada atau
tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti
epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal ( akibat
polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah
sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.
4
7. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti
kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien
mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat
dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap
lingkungan tempat tinggal pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan
dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang dikeluarkan oleh pasien.
8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi pasien
berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan
rasa sakit.
9. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret,
pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit ( umumnya
wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang dewasa, kurang dari 30
kali permenit pada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan kombinasi dari
keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada
orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan
5
frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang yang
keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6. Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan
dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada
pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang dapat
timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding
toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran suara
atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan
tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat
juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan
ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru. Perawat
melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dannormalnya bergaung dan
bersuara rendah.
Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
6
Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.
b. Suara perkusi abnormal
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah
paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua
fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I).
Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
7
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar,
berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering
kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli
atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas
yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan asma, jalan napas alergik
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
3. Intervensi
Hari Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
/Tgl Kep.
Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui
ktifan asuhan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan
bersihan selama … x 24 jam TTV kondisi tubuh dalam
jalan nafas diharapkan bersihan 2. Auskultasi bunyi keadaan normal atau
jalan nafas efektif nafas tidak.
8
dengan kriteria : 3. Atur posisi yang 2. Mengetahui bunyi
-Menunjukkan jalan nyaman seperti nafas, seperti rochi,
nafas bersih posisi semi fowler wheezing yang
-Suara nafas normal 4. Beri latihan menunjukkan
tanpa suara pernafasan dalam tertahannya secret
tambahan dan batuk efektif obstruksi jalan nafas
-Tidak ada 5. Kolaborasi 3. Meningkatkan
penggunaan otot humidikasi pengembangan
bantu nafas tambahan diafragma
-Mampu melakukan (nebulizer) dan 4. Memudahkan
perbaikan bersihan terapi oksigen pernafasan dan
jalan nafas membantu
mengeluarkan secret
5. Membantu
menghangatkan dan
mengencerkan secret
Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui
ktifan pola asuhan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan
nafas selama … x 24 jam TTV kondisi tubuh dalam
diharapkan pola 2. Atur posisi sesuai keadaan normal atau
nafas efektif dengan kebutuhan, seperti tidak
kriteria : semifowler 2. Memungkinkan
Menunjukkkan 3. Ajarkan teknik nafas ekpansi paru dan
pola nafas efektif dalam memudahkan
dengan frekuensi 4. Kolaborasi dalam pernafasan
nafas 16-24 pemberian 3. Memperbaiki pola
kali/menit dan oksigenasi nafas
irama teratur 4. Memperbaiki pola
Mampu nafas dan irama
menunjukkan nafas menjadi teratur
perilaku
peningkatan fungsi
9
paru
4. Evaluasi
Dx 1 : -Menunjukkan jalan nafas bersih
-Suara nafas normal tanpa suara tambahan
-Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Dx 2 : - Menunjukkkan pola nafas efektif dengan frekuensi nafas 16-24 kali/menit dan
irama teratur
-Mampu menunjukkan perilaku peningkatan fungsi paru
Dx 3 : - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
-Tidak ada gejala distres pernafasan
10
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13. Jakarta:
EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Nanda NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
11
12