Kelas : D
Kelompok :2
Anggota Kelompok :
Ashifa Ashfa 2019210082
Misela Angeiani 2019210089
Devi Novitasari 2019210090
Yuni Marantika 2019210092
Indah Herviana 2019210093
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
I. Deskripsi Kasus
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 15-01-1979
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Plamongansari, Pedurungan, Kota Semarang
No.RM : 387631
Tanggal masuk : 13-02-2017
B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 13 Februari 2017 pukul
09.00 WIB di poliklinik kandungan RSUD Kota Semarang
Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Kota Semarang dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah sejak 3,5 bulan yang lalu, nyeri menjalar sampai ke punggung
dirasakan hilang timbul, nyeri timbul saat pasien sedang haid dan saat akan buang
air besar atau flatus nyeri yang dirasakan sama beratnya. Pasien mengeluh demam
dua hari yang lalu. Riwayat keputihan,trauma,mual,dan muntah disangkal oleh
pasien. Pasien kemudian rawat inap di ruang Parikesit untuk observasi lebih lanjut
dan persiapan laparoskopi.
Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Lama : 4 hari
Siklus : 28 hari
Dismenore : +
Jumlah : 40 cc/hari
Riwayat Perkawinan
Menikah 1x
Usia menikah 18 tahun
Lama menikah 20 tahun
Riwayat Obstetri :P2A0
● Anak I : Tahun partus 2000, Tempat partus bidan, umur hamil 39 minggu, jenis
persalinan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BBL: 3800 gram, keadaan
anak sehat.
● Anak II : Tahun partus 2003, Tempat partus bidan, umur hamil 38 minggu,
jenis persalinan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BBL: 3500 gram,
keadaan anak sehat.
Riwayat KB :
Jenis implan pada tahun 2015 selama 1 tahun
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien seorang karyawan swasta dan suami bekerja sebagai wiraswasta.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi disangkal. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis,
penyakit jantung, dan alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes,jantung hepatitis, asma, dan alergi
disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, (GCS 15)
Tanda Vital Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 20x / menit
SpO2 : 99%
TB : 157 cm
BB : 78 kg
Status Internus
Kulit : Luka (-), Ikterik (-), pucat (-)
Kepala : Mesochepal, turgor cukup, rambut mudah dicabut (-),
benjolan (-), kaku kuduk (-)
Mata : Conjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), photophobia (-)
Telinga : Kurang pendengaran (-), discharge (-).
Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-), mimisan (-), discharge (-)
Mulut : Sariawan (-), gusi berdarah (-), sianosis (-), bibir pucat (-),
bibir kering (-), mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), lidah
tremor (-).
Tenggorokan : Nyeri telan (-), suara serak (-), nyeri tenggorokan (-)
Leher : Deviasi trakea (-), limfadenopati (-), JVP ↑ (-),
pembesarantyroid (-).
Abdomen : NT abdomen (-)
Sistem cerna : Nafsu makan menurun (-), mual (-), muntah (-)
Ekstremitas : Oedem ekstremitas (-/-), akral dingin (-/-), kuku jari pucat(-/-)
Status Ginekologi
PPV : -
Fl/Flx : - / -
Vulva, Uretra, Vagina dalam batas normal
Portio licin
Adneksa , parametrium tak teraba massa
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
Laboratorium(13 Februari 2017) :
Hematologi
Kimia Klinik
Imunologi
HbsAg Negatif - Negatif
E. DIAGNOSA AWAL
P2A0, umur 37 tahun, Suspek Endometriosis.
F. DIAGNOSIS POST OPERATIF
Diagnosis utama : endometriosis
Diagnosis sekunder : kista ovarii
G. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
1) Menstruasi retrograde
Pada keadaan normal, darah yang berasal dari peluruhan dinding endometrium
akan dikeluarkan melalui vagina. Pada kondisi menstruasi retrograde, darah menstruasi
akan berbalik menuju peritoneum. Mekanisme awal pembentukan endometriosis terjadi
ketika sel-sel epitel dan stroma endometrium berada dalam rongga peritoneum.
Endometrium ektopik dapat bertumbuh dan mengalami peluruhan saat siklus
menstruasi terjadi.
2) Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum.
Hal ini pertama kali diterapkan oleh John Sampson (1921). Teori ini dibuktikan
dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritoneum pada waktu haid
dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu dapat dikultur dan
dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang pada sel mesotel peritoneum.
3) Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel
mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik.
Resiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis pada ibu atau
saudara kandung.
● OBAT NSAID
● Kodein
Merupakan obat penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang kadang-kadang
dikombinasikan dengan parasetamol atau digunakan sendiri jika obat
penghilang rasa sakit lainnya tidak cocok. Namun, sembelit merupakan efek
samping yang umum, yang dapat memperburuk gejala endometriosis
2. Supresi ovarium
1.Kontrasepsi oral
• Penggunaan kontinu selama 3 bulan dilanjutkan withdrawal dan pengulangan
2.Progestin (Provera)
3.Danazol (200-400 mg 2 x sehari)
4.GnRH agonist
• Nafarelin acetate 200 mg nasal spray 2 x sehari
• Leuprolide acetate 3,75 mg 1 x sebulan i.m
5.GnRH antagonist
• Antagon dan Cetrotide
Analog GnRH
➢ Adalah hormon sintetis yang menyebabkan menopause buatan. Obat ini
bekerja dalam cara yang mirip dengan gonadotropin-releasing hormone
(hormon wanita alam).
➢ Efek samping seperti hot flushes, kekeringan vagina dan libido yang rendah,
sehingga dianjurkan bersama dengan terapi penggantian hormon (hrt), yang
biasanya digunakan untuk mengurangi gejala menopause
➢ Nama obat termasuk buserelin, goserelin,nafarelin, leuprorelin dan triptorelin.
Progesteron
Antiprogestogen
Danazol
Mekanisme Aksi
Untuk pengobatan endometriosis: 100 - 400 mg dua kali sehari selama setidaknya tiga
sampai enam bulan, dan mungkin selama sembilan bulan.
Interaksi
Perhatian Khusus
3.Surgikal
Laparotomi
Laparoskopi
Operasi
Laparoskopi (yang paling umum digunakan) :
Jaringan endometriosis dapat dihancurkan atau dipotong dengan menggunakan
instrumen yang lembut yang dimasukkan ke dalam tubuh. Meskipun operasi semacam
ini dapat meredakan gejala, mereka kadang-kadang dapat kambuh,terutama jika
beberapa jaringan endometriosis yang tertinggal pada saat operasi
A. Terapi Hormonal
1. Metode Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal secara luas digunakan sebagai metode kontrasepsi dan
dengan mudah dapat diterima oleh pasien. Kontrasepsi hormonal mengandung
dosis hormon, yaitu estrogen dan progesterone, dalam dosis rendah dan diketahui
dapat mengurangi rasa nyeri akibat endometriosis. Mekanisme penekanan rasa
nyeri adalah melalui pemberhentian pertumbuhan folikel sehingga akan
menurunkan produksi dan konsentrasi estrogen. Kadar estrogen yang rendah akan
menghentikan aktivitas pertumbuhan jaringan endometrium baik di dalam
maupun di luar uterus. Progesteron di dalam pil kontrasepsi akan menurunkan
aktivitas endometrium secara langsung.
Beberapa jenis kontrasepsi yang dapat diberikan kepada pasien endometriosis,
antara lain:
- Kontrasepsi per oral (pil), diberikan dengan atau tanpa periode bebas pil
- Kontrasepsi per vagina
- Koyo transdermal
4. Aromatase inhibitor
Aromatase inhibitor memiliki kemampuan untuk menghentikan enzim aromatase
yang diperlukan dalam produksi estrogen pada beberapa sel dalam tubuh.
Akibatnya, sel tubuh menghasilkan estrogen dalam kadar yang sangat rendah.
Obat ini telah digunakan untuk terapi beberapa penyakit lain dan penggunaannya
untuk terapi endometriosis masih relatif baru dan belum dipelajari secara
seksama. Aromatase inhibitor memiliki beberapa efek samping, yaitu: kekeringan
vagina, hot flush, dan penurunan kepadatan mineral tulang. Karena efek samping
itu maka pemberian aromatase inhibitor hanya direkomendasikan bagi wanita
penderita endometriosis yang mengalami nyeri hebat meskipun telah mencoba
pilihan terapi lain dan juga pembedahan.
B. Pemberian Analgesik
Analgesik, seperti non-steroidal anti infalamatory drugs (NSAIDS) merupakan
terapi mediko yang mempengaruhi bagaimana tubuh mengalami nyeri. Terapi ini
tidak spesifik untuk nyeri terkait endometriosis, dan terapi ini tidak mengubah
mekanisme penyakit di dalam tubuh seperti pada terapi hormonal.
C. Terapi Pembedahan
Pembedahan untuk terapi endometriosis difokuskan pada eliminasi endometriosis
peritoneum/ endometrioma/endometriosis susukan dalam dan perlengketan (adhesi).
Dahulu, teknik pembedahan yang rutin digunakan berupa pembedahan terbuka atau
laparotomy. Namun saat ini, laparoskopi lebih sering digunakan dan lebih disukai
karena pembedahan dengan laparoskopi hanya sedikit menimbulkan nyeri, waktu
rawat inap yang lebih singkat, pemulihan lebih cepat, dan bekas luka relatif kecil.
Akan tetapi, laparotomy dan laparoskopi diketahui sama efektifnya dalam mengobati
nyeri yang timbul sebagai gejala endometriosis.
DAFTAR PUSTAKA
2. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, DepKes RI, Jakarta. Dipiro,
J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th edition, The
McGraw-Hill Companies, Inc., USA.