IMOBILISASI
NAMA KELOMPOK 2:
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.IMOBILISASI
1.Definisi
Jadi definisi Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat
ditempat tidur tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan
pada alat / organ tubuh yang bersifat fisik atau mental atau bedrest yang lebih dari 3
hari atau lebih.
2. Tujuan Imobilisasi
a. Pengobatan atau terapi, seperti pada klien setelah menjalani pembedahan atau
mengalami cedera pada kaki atau tangan. Tirah baring merupakan suatu intervensi
dimana klien dibatasi untuk tetap berada ditempat tidur untuk tujuan terapi antara
lain untuk memenuhi kebutuhan oksigen,
mutlak
3. Tingkat imobilisasi
b. Imobilisasi parsial : Imobilisasi yang dilakuakn pada klien yang mengalami fraktur
a. Imobilisasi Fisik
b. Imobilisasi Intelektual
c. Imobilisasi Emosional
diasidosis respiratori.
6.Dampak Imobilisasi
Dampak yang terjadi terhadap imobilisasi menurut Potter & Perry, 2013 adalah
sebagai berikut :
a. Perubahan Metabolisme
b. Perubahan Pernafasan
c. Perubahan Kardiovaskuler
massa otot-otot rangka sangat tinggi dalam 2-3 minggu pertama imobilisasi selama
perawatan intensif.
Imobillisasi dapat mengubah eliminasi urine. Pada posisi tegak, klien dapat
mengeluarkan urine dari pelvis renal dan menuju ureter dan kandung kemih karena
gaya gravitasi. Saat klien dalam posisi berbaring terlentang dan datar, ginjal dan
ureter bergerak maju ke sisi yang lebih datar. Urine yang dibentuk oleh ginjal harus
memasuki kandung kemih yang tidak dibantu oleh gaya gravitasi. Karena kontraksi
peristaltik ureter tidak mampu menimbulkan gaya garvitasi, pelvis ginjal terisis
sebelum urine memasuki ureter. Kejadian ini disebut stastis urine dan meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih dan batu ginjal. Batu ginjal adalah batu kalsium yang
terjebak dalam pelvis ginjal atau melewati ureter. Klien imobilisasai beresiko tinggi
terkena batu ginjal, karena mereka sering mengalami hiperklasemia. Apabila periode
imobilisasi berlanjut, asupan cairan sering berkurang. Ketika digabungkan dengan
masalah lain seperti demam, resiko dehidrasi meningkat. Akibatnya, keseluruhan
urine berkurang pada atau antara hari ke 5 atau ke 6 setelah imobilisasi, dan urine
menjadi pekat. Urine yang pekat ini meningkatkan resiko kontaminasi traktus
urinarius oleh bakteria escherchia coli. Penyebab infeksi saluran kemih lainnya pada
klien yang imobilsasi adalah penggunaan kateter urine indwelling.
Retensi urine, orang yang tidak dapat bergerak dapat menderita retensi urine
( akumulasi urinedidalam kandung kemih), distensi kandung kemih, dan kadang kala
inkontinensia urine ( berkemih secara involunter). Penurunan tonus otot kandung
kemih menghambat kemampuannya untuk mengosongkan urine secara komlit dan
individu mengalami imobilitas tidak mampu merelaksasi otot perineum secara cukup
untuk dapat berkemih.ketidak nyamanan menggunakan pispotuntuk defekasi /
pispot untuk berkemih, rasa malu dan tidak adanya privasi terkait fungsi ini, dan
posisi yang tidak alami untuk berkemih, semuannya itu menyulitkan klien untuk
merelaksasi otot perineum dengan baik dengan baik untuk berkemih saat berbaring
ditempat tidur.
Apabila urinasi tidak memungkinkan kandung kemih secara bertahap menjadi penuh
dengan urine. Kandung kemih dapat meregang secara berlebihan, yang pada
akhirnya menghambat desakan untuk berkemih. Saat distensi kandung kemih cukup
bermakna, beberapa tetesan kemih secara involunter dapat terjadi (retensi dengan
aliran berlebihan) ini tidak meredakan distensi urine, karena sebagaian besar urine
yang staknan tetap berada dikandung kemih.
f. Perubahan Integumen
g. Perubahan Perkembangan