Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440

H/2018

Modul 5
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :
1.1 Menerangkan arti viskositas dan rheologi
1.2 Membedakan cairan Newton dan Non-Newton
1.3 Menggunakan alat-alat penentuan viskosita dan rheologi
1.4 Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton
1.5 Menerangkan pengaruh berat jenis terhadap viskositas larutan

II. PRINSIP PERCOBAAN


Menentukan viskositas larutan, dengan mengukur kecepatan bola jatuh
melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap dengan melihat waktu bola sampai
pada dasar tabung. Disamping itu juga dapat menggunakan alat viskometer
brookfield dimana berguna untuk mengukur viskositas krim dengan menggunakan
nomor spindel yang sesuai tergantung dari bentuk sedianaan yang akan di ukur
viskositasnya dengan mengatur kecepatan berputar spindel.

III. LANDASAN TEORI


3.1 Viskositas
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan
oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida.
Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi
semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak
didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya
kohesi antar partikel zat cair (Martoharsono, 2006).     
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan
semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 1 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan
sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul
cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat
dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang
sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).

3.2 Klasifikasi Cairan


Cairan pada umumnya diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu :

3.2.1 Cairan Newton

Cairan newton (istilah yang diperoleh dari nama Isaac Newton) adalah


suatu cairan yang memiliki kurva tegangan/regangan yang linier di mana nilai
shearing stress sebanding dengan nilai rate of shear (kecepatan geser), sehingga
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada
kecepatan geser, jadi viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan
geser. Contoh umum dari fluida yang memiliki karakteristik iniadalah
air. Keunikan dari fluida newtonian adalah fluida ini akan terus mengalir
sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Hal ini disebabkan
karena viskositas dari suatu fluida newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya
yang bekerja pada fluida. Viskositas dari suatu fluida newtonian hanya
bergantung pada temperatur dan tekanan. (Muhammad Rian, 2013)

3.2.2 Cairan non Newton

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 2 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Cairan non Newtonian adalah cairan yang akan mengalami perubahan


viskositas jika terdapat gaya yang bekerja pada cairan. Cairan non newtonian juga
disebut dengan cairan yang menyimpang dari hukum newton. Viskositas cairan
semacam ini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui
sifat alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser (Muhammad
Rian, 2013).

Berdasarkan grafik sifat aliran (Rheogram) cairan Newton dibagi atas 2


kelompok, yaitu (Martin, 2008):

1. Cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini
terbagi atas tiga bagian yaitu:

a. Aliran plastik

Cairan yang mempunyai aliran plastik tidak akan mengalir sebelum suatu
gaya tertentu dilampauinya. Gaya tersebut adalah “yield value” atau “f”. Pada
tekanan di bawah yield value cairan tersebut bertindak sebagai bahan plastik,
sedangkan di atas harga ini aliran mengikuti hukum Newton.

b. Aliran Pseudoplastik

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 3 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Viskositas cairan psedoplastik akan berkurang dengan naiknya kecepatan


geser, berbeda dengan aliran plastik, di sini tidak ada yield value, karena kurva
tidak mempunyai bagian yang linier, maka cairan akan mempunyai aliran
pseudoplastik tidak mempunyai harga viskositas yang absolut.

c. Aliran Dilatan

Viskositas cairan akan naik dengan naiknya kecepatan geser karena


volumenya akan naik bila ia bergeser.

Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu (kurva naik tidak berhimpit
dengan kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 4 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

a. Aliran Tiksotropik

Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada di sebelah kiri kurva naik.
Fenomena ini umumnya dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan
pseudoplastik. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang
tidak segera kembali ke keadaan semula pada saat tekanan geser diturunkan. Sifat
aliran semacam ini umumnya terjadi pada partikel asimetrik (misalnya polimer)
yang memiliki banyak titik kontak dan tersusun membentuk jaringan tiga dimensi.
Pada keadaan diam, sistem akan membentuk gel dan bila diberi tekanan geser, gel
akan berubah menjadi sol.

Kurva aliran tiksotropik

b. Aliran Rheopeksi

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 5 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Pada aliran rheopeksi, kurva menurun berada di sebelah kanan kurva


naik. Hal ini terjadi karena pengocokan perlahan dan teratur akan mempercepat
pemadatan suatu sistem dilatan. Bentuk keseimbangan aliran rheopeksi adalah gel.

c. Aliran Antitiksotropik

Bila dilakukan pengukuran dengan penambahan dan penurunan tekanan


geser secara berulang-ulang pada sistem ini akan diperoleh suatu viskositas yang
terus bertambah sampai akhirnya suatu saat akan konstan.

3.3 Rheologi

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 6 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran cairan dan


deformasi. Ilmu ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menentukan sirkulasi
darah, dan untuk para dokter dipakai untuk menentukan aliran larutan injeksi,
sedangkan untuk ahli farmasi digunakan untuk menentukan aliran suatu sediaan
misalnya emulsi, suspensi, dan salep (Kosman, 2005). Beberapa tahun terakhir ini
prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam penyelidikan cat, tinta, berbagai
adonan, bahan-bahan untuk pembuat jalan, kosmetik, produk hasil peternakan,
serta bahan-bahan lain. Penyelidikan viskositas dari cairan sejati, larutan dan
sistem koloid baik yang encer maupun kental jauh lebih bersifat praktis dari pada
bernilai teoris. Reologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan
ke dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan
penuangan dari botol, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari suatu jarum
suntik. Reologi dari suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi
dari bentuk cair ke semisolid sampai kepadatan, dapat mempengaruhi penerimaan
bagi si pasien, stabiltas fisika, dan bahkan afailabilitas biologis.jadi viskositas
telah terbuksti mempengaruhi laju absorbs obat dari saluran cerna. Sifat-sifat
reologi dari system farmasetik dapat mempengaruhi pemilihan alat yang akan
digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi
tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya
hasil yang tidak diinginkan, paling tidak dalam karekteristik alirannya (Martin,
2011).

Hukum aliran dari Newton perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang
cairan dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali, (dv) adalah “perbedaan
kecepatan” atau rate of shear, dv/dr. gaya persatuan luas F’/A diperlukan untuk
menyebabkan aliran, ini disebut shearing stress. Newton adalah orang pertama
yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara kuantitatif. Dia menemukan
bahwa makin besar viskositas suatu cairan. Akan makin besar pula gaya persatuan
luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear
tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus berbanding langsung dengan
shearing stress atau

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 7 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

F ' dv
=
A dt

Dimana  adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan sebagai


viskositas saja. Persamaan sering kali ditulis sebagai (Martin, 2011):

F
¿
G

Dimana F = F’/A dan G = dv/dr

Adanya zat terlarut mekromolekul akan menaikkan viskositas larutan.


Bahkan pada konsentrasi rendahpun, efeknya besar, karena molekul besar
mempengaruhi aliran fluida pada jarak jauh. Viskositas diukur dengan beberapa
cara. Dalam “Viskometer Ostwald”, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk
melewati pipa kapiler dicatat dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode
ini cocok untuk penentuan (), karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut
murni, sebanding dengan waktu pengaliran t dan t’ setelah dikoreksi untuk
perbedaan antara rapatan ρ dan ρ’ (Atkins, 2006)

❑= t x ❑
' t' '

Viskometer dalam bentuk silinder konsentris yang berotasi juga digunakan


untuk pengukuran viskositas. Tenaga putar pada silinder dalam monitor di saat
silinder luas dirotasikan. “Viskometer drum Berotasi” ini mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan jenis Ostwald yaitu: Gradien geser antara kedua silinder ini
lebih sederhana daripada dalam pipa kapile (Atkins, 2006). Karena viskositas
berubah-ubah tergantung pada temperature, maka penentuan temperatur jadi
penting; umumnya viskositas cairan berkurang dengan meningkatnya temperatur.
Penentuan viskositas dalam istilah poise atau centipoise menghasilkan
perhitungan viskositas absolute. Kadang-kadang lebih sesuai memakai skala
kinetik. Dimana unit - unit viskositas diukur dengan Stokes dan centistokes).
Viskositas kinematik di dapat dari viskositas absolute dibagi bobot jenis cairan
pada temperatur yang sama (Ansel,2004).

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 8 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Viskositas absolut
Viskositas Kinematik =
Bobot jenis

Untuk larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kecepatan


larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi. Viskositasnya juga tinggi.
Sebaliknya larutan yang konsentrasinya rendah viskositasnya juga akan rendah.
Adapun hubungan viskositas atau kekentalan dengan konsentrasi itu penting
karena dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi sel darah. Pada darah
normal, kekentalan terjadi dua kali dan bila konsentrasi darah meningkat
mencapai 70 kali di atas normal, maka kekentalan darah mencapai 20 kali air.
Dengan alas an demikian, aliran darah merah sangat rendah atau viskotasnya
turun. Sebaliknya pada penderita polyathemia (kadar sel darah merah meningkat),
aliran darah sangat lambat karena viskositasnya naik (Kosman, 2007).

Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang harganya


bergantung pada jenis cairan dan suhu. Cairan mempunyai viskositas lebih besar
daripada gas, karena memiliki gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada
kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut teori
lubang terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinu ke
dalam kekosongan ini. Sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini
menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi pengaktifan
yang harus dipunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam kekosongan
energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan
dengan demikian cairan lebih mudah mengalir (Yasul, 2003).

Viskositas mula-mulai diselidiki oleh Newton, yaitu dengan


menggambarkan zat cair sebagai berikut (Martin, 2011):

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 9 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Balok zat cair ini terdiri lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama
lain. Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan diatasnya bergerak dengan
kecepatan konstan, sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang
berbanding langsung dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap.
Perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan yang dipisahkan dengan jarak dx
disebut dv/dx atau kecepatan geser (rate of shear). Sedangkan gaya per satuan
luas F/A atau tekanan geser (Shearing stress) (Martin, 2011).

Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non-


Newton dibanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu mereka harus mempunyai
metode yang sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks. Ini. Non-Newtonian
bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton, disperse
heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep
dan produk-produk serupa masuk dalam kelas ini. Jika bahan-bahan Non-Newton
dianalisis dalam suatu uskometer yang dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai
kurva konsentrasi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni : plastis,
pseudoplastis, dan dilatan (Martin, 2011).

Berdasarkan grafik sifat aliran (Rheogram) cairan Newton dibagi atas 2


kelompok, yaitu (Martin, 2011):

1. Cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi
atas tiga bagian yaitu:

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 10 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

a. Aliran plastik

Cairan yang mempunyai aliran plastik tidak akan mengalir sebelum suatu
gaya tertentu dilampauinya. Gaya tersebut adalah “yield value” atau “f”. Pada
tekanan di bawah yield value cairan tersebut bertindak sebagai bahan elastik,
sedangkan di atas harga ini aliran mengikuti hukum Newton.

b. Aliran Pseudoplastik

Viskositas cairan psedoplastik akan berkurang dengan naiknya kecepatan


geser, berbeda dengan aliran plastik, di sini tidak ada yield value, karena kurva
tidak mempunyai bagian yang linier, maka cairan akan mempunyai aliran
pseudoplastik tidak mempunyai harga viskositas yang absolut.

c. Aliran Dilatan

Viskositas cairan akar naik dengan naiknya kecepatan geser karena


volumenya akan naik bila ia bergeser.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 11 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Alat untuk mengukur voskositas dan rheology suatu zat cair disebut
viscometer. Ada dua jenis viscometer yaitu:

1. Viskometer satu titik : Viskometer kapiler, viscometer bola jatuh,


penatrometer, palte plastometer.

2. Viskometer banyak titik : viscometer rotasi tipe stromer, brokfield,

3. Sotavisco dan lain-lain.


3.4 Monografi
a. Gliserin (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : Glycerolum
Nama Sinonim: Gliserol
RM/BM : C3H8O3 / 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).
Higroskopik; netral terhadap lakmus
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform; dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Rumus Struktur:

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 12 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

b. Propilenglikol (Dirjen POM, 1995)


Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul: C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) p, dan dengan
kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak
tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
Rumus Struktur:

c. Pulvis Gom Arabica (Dirjen POM, 1995)

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 13 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Nama Resmi: Pulvis gom arabica / PGA


Nama Sinonim: gom arab/gom aksia
Pemerian hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir
Kelarutan mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya. Praktis tidak larut dalam ethanol
Kegunaan dan khasiat sebagai suspending agent

d. Aquadest (Dirjen POM, 1995)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling, Air murni
Rumus molekul: H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Rumus stuktur:

e. Sirupus simplex (Dirjen POM, 1995)


Nama Sinonim: sukrosa C gula bit, gula tebu, D-4 glukopiranosil, E-4
fruktofuranosid, gula halus, sakarosa, gula.
Rumus Molekul: C12H22O11.
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut
dalam eter
Titik lebur : 1800
Bobot jenis : 1,587 gram/mol
Penyimpanan : ditempat sejuk
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 14 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Kegunaan : sebagai pemanis


Rumus Struktur:

CMC Na (Dirjen POM, 1995)


Nama Resmi : Natrium Carboxy Metil Cellulose
Nama Sinonim: Karboksimetil, CMC, Sodium CMC, Na-CM
Rumus Kimia : C6H7O2 (OH)2 OCH2COONa
Pemerian : Warna putih atau sedikit kekuningan tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam air panas maupun air dingin
Kegunaan : pengental, stabilator,pembentuk gel, dan pengemulsi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Rumus Struktur:

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan :

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 15 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Viskometer hoppler Aquadest


Bola Gliserin
Viscometer Brookfield CMC Na 1%
Gelas kimia PGA 10% dan 20 %
Piknometer Propilenglikol
Mortar dan pestle Sirupus simpleks 65%
Timbangan
Penangas air
Kertas perkamen

V. PROSEDUR
5.1 Viskometer Hoppler (Bola Jatuh)
Tabung yang ada di dalam alat diisi dengan cairan yang akan diukur
viskositasnya sampai hampir penuh. Bola yang sesuai dimasukan. Cairan
ditambahkan sampai tabung penuh dan ditutup sedemikian rupa, sehingga tidak
terdapat gelembung udara di dalam tabung. Saat bola sudah turun melampaui
garis awal, bola dikembalikan ke posisi semula dengan cara tabung di putar 360  .
Di catat waktu tempuh bola yang melalui tabung mulai garis m 1 sampai m3 dalam
detik. Bobot jenis (BJ) cairan di tentukan dengan menggunakan piknometer.
Viskositas cairan di hitung dengan menggunakan rumus yang sesuai. Waktu
pengukuran yang terbaik adalah minimum 30 detik dan maksimum 500 detik.
Oleh karena itu perlu dilakukan bola yang cocok terlebih dahulu.
5.2 Viskometer Brookfield
Spindel dipasang pada gantungan spindel. Diturunkan sedemikian rupa,
sehingga batas spindle tercelup ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
Stop kotak dipasangkan. Motor dihidupkan sambil menekan tombol. Spindle
dibiarkan berputar dan dicatat angka viskositas yang tertera pada alat. Dengan
mengubah rpm, diperoleh viskosita cairan pada berbagai rpm. Grafik dibuat antara
rpm dan viskositas, kemudian tipe aliran di tentukan dari masing-masing zat.
VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
6.1 Data Pengamatan
6.1.1 Viskometer Hoppler (Bola jatuh)
a. Gliserin

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 16 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Bola Waktu (s)


1 0.81
2 3.91
3 4.935
4 249
5 ˃500
6 ˃500

Perhitungan BJ Gliserin :

W1 = 17.5 gram

W2 = 29.49 gram

W3 = 32.47 gram

W 3−W 1 32.47−17.5
BJ = = =1.25
W 2−W 1 29.4−17.5

b. Propilenglikol

Bola Waktu (s)


1 0,42
2 0,84
3 6,94
4 40,83
5 228 ( 3 menit 48 detik)
6 >500

Perhitungan BJ Propilenglikol :
W1 = 17,5 gram
W2 = 29,49 gram
W3 = 30,22 gram

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 17 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

W 3−W 1 30,22−17,5
BJ = = =1,06
W 2−W 1 29,49−17,5

c. Sirupus Simplek 65%

Bola Waktu (s)


1 0,4
2 0,8
3 6,71
4 33,66
5 202 ( 3 menit 22 detik)
6 >500 (8 menit )

Perhitungan BJ Sirupus Simplek 65% :


W1 = 17,5 gram
W2 = 29,49 gram
W3 = 32,644 gram
W 3−W 1 32, 644−17,5
BJ = = =1,26
W 2−W 1 29,49−17,5

6.1.2 Viskometer Brookfield

a. Gliserin

Spindel Titik Normal Titik Balik


Mpas % Cp %
RPM RPM
10 151,2 25,3 10 142,8 23,8
30 E E 30 E E
60 E E 60 E E

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 18 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

61 100 E E 100 E E
10 --- - 1,9 10 --- - 1,7
30 122 12,2 30 135 13,5
60 169,0 33,6 60 175,0 35,0
62 100 213,3 71,1 100 213,3 71,1
10 --- - 3,7 10 --- - 4,4
30 --- - 2,4 30 --- - 1,9
60 12 0,6 60 30 1,5
63 100 97 8,1 100 97 8,1
10 ---- - 4,2 10 --- - 5,2
30 ---- - 4,3 30 --- - 4,4
60 ---- - 3,8 60 --- - 3,9
64 100 ---- - 3,3 100 --- - 3,3

Perhitungan BJ Gliserin :
W1 = 17,5 gram
W2 = 29,49 gram
W3 = 32,47 gram
W 3−W 1 32,47−17,5
BJ = = =1,25
W 2−W 1 29,49−17,5

b. CMC Na 1%

Spindel Titik Normal Titik Balik


Mpas % Cp %
RPM RPM
10 E E 10 E E
30 E E 30 E E
60 E E 60 E E
61 100 E E 100 E E
10 810 27,0 10 762 25,4
30 785 78,5 30 135 75,8
60 E E 60 E E
62 100 E E 100 E E
10 80 0,7 10 110 0,9
30 588 14,7 30 596 14,9
60 540 27,0 60 632 31,6

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 19 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

63 100 506 42,1 100 506 42,1


10 ---- - 3,3 10 ---- --3,3
30 180 0,9 30 0 0
60 310 3,1 60 460 4,7
64 100 510 8,5 100 510 8,5

1
Perhitungan BJ CMC Na 1 % : ×500 = 5 gram
100
W1 = 17,5 gram
W2 = 29,49 gramW3 = 29,655 gram
W 3−W 1 29,655−17,5
BJ = = = 1,014
W 2−W 1 29,49−17,5

c. PGA 10%

Spindel RPM Titik Normal RPM Titik Balik


Mpas % Cp %
10 ----- - 4,4 10 ----- - 4,3
30 ----- - 2,8 30 ----- - 2,1
60 ----- - 1,9 60 ----- - 2,4
61 100 1,86 3,1 100 1,86 3,1
10 ----- - 2,9 10 ----- - 5,5
30 ----- - 3,7 30 ----- - 4,6
60 ----- - 5,0 60 ----- - 5,1
62 100 ----- - 4,6 100 ----- - 4,6
10 ----- - 5,8 10 ----- - 5,3
30 ----- - 5,3 30 ----- - 4,7
60 ----- - 4,6 60 ----- - 4,8
63 100 ----- - 4,8 100 ----- - 4,8
10 ----- - 4,9 10 ----- - 5,0
30 ----- - 4,8 30 ----- - 4,8
60 ----- - 4,9 60 ----- - 5,1
64 100 ----- - 5,3 100 ----- - 5,3

10
Perhitungan BJ PGA 10% : ×500 = 50 gram
100

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 20 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

W1 = 17,5 gram
W2 = 29,49 gram
W3 = 29,844 gram
W 3−W 1 29,844−17,5
BJ = = = 1,029
W 2−W 1 29,49−17,5

d.PGA 20%

Spindel RPM Titik Normal RPM Titik Balik


Mpas % Cp %
10 ----- - 3,4 10 --- - 4,2
30 ----- - 2,0 30 1,2 0,6
60 ----- - 17,9 60 15,4 15,4
61 100 1,86 38,4 100 29,4 38,4
10 --- - 5,9 10 - - 6,5
30 --- - 4,3 30 - - 3,9
60 --- - 4,0 60 - - 4,1
62 100 --- - 1,2 100 - - 1,2
10 --- - 5,0 10 - - 4,1
30 --- - 3,0 30 - - 4,2
60 --- - 3,9 60 - - 4,9
63 100 --- - 3,4 100 - - 3,4
10 - - 4,4 10 - - 4,6
30 - - 3,1 30 - - 3,6
60 - - 3,4 60 - - 4,3
64 100 - - 3,9 100 - - 3,9

20
Perhitungan BJ PGA 20% : ×500 = 100 gram
100
W1 = 17,5 gram
W2 = 29,49 gram
W3 = 20,243 gram
W 3−W 1 20,243−17,5
BJ = = = 0,243
W 2−W 1 29,49−17,5

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 21 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

6.2 Perhitungan Viskositas Bola jatuh


a. Gliserin (bola ke-4)
η = t (Sb – Sf) . B
= 249 (8,1270 – 1,25) . 0,498
= 852,76 Mpas

b. Propilenglikol (Bola ke-4)


η = t (Sb – Sf) . B
= 40,83 (8,1270 – 1,26) . 0,498
= 143,69 Mpas

c. Sirupus Simpek 65% (Bola ke-4)


η = t (Sb – Sf) . B
= 33,66 (8,1270 – 1,26) . 0,498
= 115,109 Mpas

VII. PEMBAHASAN
7.1 Viskometer Hoppler (Bola Jatuh)
Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel
zat cair. Oleh karena itu, semakin besar viskositas zat cair maka semakin susah
benda padat bergerak di dalam zat cair tersebut. Besaran viskositas berbanding
terbalik dengan perubahan temperatur karena kenaikan temperatur akan
melemahkan ikatan antar molekul suatu jenis cairan sehingga akan menurunkan
nilai viskositasnya.
Pada praktikum viskometer hoppler (bola jatuh) prinsip kerjanya ialah
mengukur kecepatan bola jatuh melalui zat cair dalam tabung pada suhu tetap.
Pada percobaan ini menggunakan zat cair dari berbagai larutan yaitu gliserin,

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 22 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

propilenglikol (PPG), dan sirupus simpleks untuk dapat membandingkan nilai


viskositasnya. Viskometer ini digunakan untuk cairan yang mengikuti hukum
Newton yaitu viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak
bergantung pada kecepatan geser. sehingga larutan gliserin, propilenglikol (PPG),
dan sirupus simpleks termasuk cairan newton. Pada viskometer bola jatuh
tabungnya dipasang miring sehingga kecepetan bola jatuh akan berkurang
sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih akurat (Astuti, 2007).
Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun
ketika itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola
tertentu di dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya.
Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi
kesetimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes. pentuan
viskositas larutan newton juga menunjukkan bahwa viskositas suatu cairan akan
semakin besar dengan semakin besarnya konsentrasi larutan, hal ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa viskositas zat di pengaruhi oleh besar kecilnya
konsentrasi (Astuti, 2007).
Pengaruh berat jenis terhadap viskositas ialah apabila berat jenis semakin
besar maka waktu tempuh bola akan semakin cepat tetapi nilai viskositasnya
semakin kecil. Seperti pada hasil pengamatan berat jenis tertinggi hingga terendah
ialah sirupus simpelks, gliserin, dan propilenglikol dan nilai viskositas tertinggi
hingga terendah ialah gliserin, propilenglikol, dan sirupus simpleks sama seperti
literatur. Sehingga berat jenis berpengaruh terhadap nilai viskositas. Pada sirupus
simpleks memiliki waktu tempuh bola 1 sampai 6 lebih cepat dibandingkan
larutan lain disebabkan berat jenis sirupus simpleks lebih besar sehingga
kecepatan bola semakin cepat. Kekentalan pada suatu zat cair juga mempengaruhi
mengalirnya suatu benda seperti pada larutan gliserin memiliki karakterisik
larutan yang kental (viskositas tinggi) dan berat jenis yang rendah sehingga
waktu tempuh bola lebih lambat (Alfred, 2008).
Pada percobaan ini digunakan ukuran bola yang berbeda-beda, terdapat 6
bola yang digunakan dengan ukuran yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan kecepatan bola jatuh terhadap diameter bola. Pengaruh

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 23 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

perbedaan ukuran diameter bola ialah kecepatan bola karena semakin besar
diameter bola semakin lambat bola jatuh. Hal ini dikarenakan gaya gesekan antara
molekul zat cair dengan bola semakin besar dan ruang pada tabung lebih sempit
sehingga gaya yang diperlukan bola untuk jatuh semakin besar jadi semakin lama
bola tersebut jatuh. Dan pada percobaan ini saat melakukan percobaan dipastikan
tabung tidak terdapat gelembung karena hal itu dapat mempengaruhi kecepatan
bola.
7.2 Viskometer Brookfield
Viskometer ini mengukur tenaga putaran (torque) yang diperlukan untuk
memutarkan (spindle) yang dicelupkan dalam cairan. Spindle digerakan oleh
motor sinkron melalui pegas yang terkalibrasi; refleksi pegas ditunjukan jarum
penunjuk atau angka. Viskositas berbanding lurus dengan kecepatan spindle
berotasi dan berkaitan dengan ukuran bentuk dari spindle. Pada viscometer ini
nilai viskositas didapat dengan mengukur gaya sebuah spindle yang dicelupkan ke
dalam sampel, viskositas ini dapat mengukur viskositas melalui kondisi aliran
berbagai bahan sampel uji (Martin, 2011 ).
Besar kecilnya nilai viskositas suatu cairan di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu tekanan, temperatur, adanya zat lain, ukuran dan berat molekul,
ikatan. Pengaruh viskositas tehadap tekanan yaitu viskositas cairan naik dengan
naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
Pengaruh BJ terhadap viskositas yaitu mempengaruhi waktu tempuh bola untuk
melalui 2 titik pada tabung, semakin tinggi berat jenis, maka waktu yang
ditempuh bola akan semakin cepat (Martin, 2011).
Pada percobaan viskometer Brookfield prinsip kerja alatnya yaitu rotasi
dengan mengkombinasikan setting spindel dan kecepatan putar spindel.
Penggunaan spindel harus disesuaikan dengan kekentalan suatu bahan yang akan
diuji viskositasnnya. Semakin besar nomor spindel maka semakin kecil bentuk
fisiknya. Dalam percobaan ini menguji dengan menggunakan cairan PGA 10%
dan 20% dan CMC Na 1%. Pada PGA dibuat 2 cairan yang berbeda
konsentrasinya yaitu PGA 10% dan PGA 20%. PGA 20% memiliki kekentalan
yang lebih tinggi, ini disebabkan karena suatu larutan memiliki konsentrasi yang

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 24 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

tinggi, maka akan memiliki kekentalan yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume
semakin banyak pula partikel yang terlarut, gaya gesekan antar partikel semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
Larutan gliserin merupakan cairan newton sedangkan PGA 10% dan
20%dan CMC Na 1% merupakan cairan non-newton. Tetapi pada percobaan
didapatkan hasil yaitu pada cairan gliserin dengan spindle 62 dan 63 terdapat
perbedaan viskositas pada setiap rpm nya, padahal seharusnya viskositas nya akan
memiliki nilai yang sama meskipun rpm dirubah, hal ini mungkin terjadi karena
mungkin kesalahn pembacaan alat ataupun kesalahan pada larutan gliserin
tersebut yang sudah tercemar. Sedangkan larutan PGA 10% dan 20% juga CMC
Na 1% sesuai yaitu larutan aliran non-newton karena hasil yang didapatkan pada
saat percobaan yaitu nilai viskositasnya berbeda ketika berubahnya rpm.
Pada viskometer Brookfield ini digunakan 4 jenis spindle yaitu spindle 61,
62, 63 dan 64. Ukuran spindle dari yang terkecil ke terbesar yaitu mulai dari64,
63, 62 dan 61. Pada percobaan ini digunakan spindle yang berbeda yaitu untuk
melihat adanya pengaruh perbedaan spindle dengan kecepatan putar, dimana
makin besar spindle maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk memutar
alat sehingga kecepatan putar menurun dan nilai viskositas juga akan menurun.
Hasil percobaan menunjukan menunjukan kesesuaian. Dimana pada CMC Na 1%
didapatkan pada rpm 10, viskositas pada spindle 62 yaitu 810, spindle 63 yaitu 80,
dan pada spindle 64 tidak didapatkan hasil -- - yang berarti alat tidak bisa
membaca nilai viskositasnya karena mungkin nilai viskositas tersebut terlalu
kecil. Dan pada PGA 10% hanya didapatkan 1 data dan yang lainnya eror atau - -
- . pada PGA 20% didapatkan hasil yaitu pada spindle 61 didapatkan hasil yang
makin meningkat jika rpm ditingkatkan juga. Kemudian didapatkan Bj pada PGA
10% yaitu 1,029 pada PGA 20% 0,23 pada CMC Na 1% 1,014.
PGA adalah aliran plastik yang tidak dipengaruhi waktu pada grafik hasil
percobaan menunjukan kurva naik berhimpit dengan kurva turun, karena dalam
aliran ini apabila viskosiatsnya naik makan konsentrasinya pun meningkat.
Cairan gliserin tidak memiki sifat aliran karena gliserin merupakan aliran newton.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 25 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Pada percobaan ini CMC Na memiliki sifat aliran dilatan padahal seharusnya
CMC Na termasuk tipe aliran tiksotropik karena cairan CMC Na merupakan
cairan non Newton di pengaruhi oleh waktu dan memiliki viskositas tidak
konstan.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi di aplikasikan dalam
pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dan lain-lain.
Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakteristik produk sediaan
farmasi sebagai penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga
meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube atau
pelewatan jarum suntik.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida dengan menunjukkan besar
kecilnya gesekan internal fluida. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang aliran cairan dan deformasi.
2. Cairan newton adalah suatu cairan yang memiliki kurva tegangan/regangan
yang linier di mana nilai shearing stress sebanding dengan nilai rate of shear
(kecepatan geser). Cairan non Newton adalah cairan yang akan
mengalami perubahan viskositas jika terdapat gaya yang bekerja pada cairan.
3. Alat penentuan viskositas dan rheologi dengan menggunakan viskometer bola
jatuh (Hoopler) dan viskometer rotasi.
4. Yang termasuk cairan newton adalah gliserin, propilenglikol, dan sirupus
simpleks. Dan termasuk cairan non-newton adalah PGA, CMC Na. PGA
memiliki aliran plastik dan CMC Na memiliki aliran dilatan.
5. Pengaruh berat jenis terhadap viskositas ialah apabila berat jenis semakin besar
maka nilai viskositasnya semakin kecil.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 26 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

DAFTAR PUSTAKA

Alfred. (2008). Farmasi Fisika II. UI Press: Jakarta

Ansel. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta

Atkins. (1997). Kimia Fisika. Erlangga. UI Press: Jakarta

Dirjen POM., (1979). Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen Kesehatan RI.,
Jakarta

Dirjen POM., (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.,
Jakarta

Fajar, Rian, M. 2013.  Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri Viskositas.


FTIP UNPAD. Jatinangor

Kosman, R. (2012). Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia: Makassar


Martin,

Martin, Alfred, (2011). Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia I. Yogyakarta: UGM Press.

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika.
Jakarta.
Yazid, Estien, (2004). Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi: Yogyakarta

Bandung, 10 Oktober 2018

Mengesahkan
Asisten Penanggungjawab Kelompok, Nilai Laporan, Koord. Praktikum,

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 27 dari 25
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1440
H/2018

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 28 dari 25

Anda mungkin juga menyukai