Anda di halaman 1dari 5

Tugas Whistle Blowing System

Kelompok 2

Nama : Putri Saadatul Alawiyah


Risydatul Ilya
Silvi Apriyanti
Siti Juriah Siregar
Muhamad Azis Ibnu Malik
Kelas : PS19C

Jawaban !
1. Apakah whistle blowing system harus merupakan aplikasi yang berbasiskan
komputer ?
Whistle blowing system tidaklah harus dalam bentuk aplikasi yang berbasiskan
komputer karena pada dasarnya whistle blower merupakan pengaduan akan
tindakan yang tidak benar yang telah dilakukan seseorang seperti dalam
pengertian yang disebutkan oleh Near and Miceli, 1985; and Rocha and
Kliener, 2005 yang menyatakan bahwa “ Whistleblower, as a word is used to
indicate a person who is an employee or has been an employee of an
organization who reports the happenings of some wrongdoings within that
organization from an individual who is an outsider or has never been
employed in that organization”, sehingga dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa bentuk pengaduan juga dapat dilakukan dengan secara
lansung bertatap muka, telpon, email dengansyarat adanya bukti yang jelas
dan benar. Akan tetapi dalam perkembangannya yang mengharuskan
mengikuti perkembangan digital, maka sekarang banyak perusahaan dan
organisasi yang menggunakan Whistle blowing system sebagai aplikasi seperti
kementrian dalam negeri1, kementerian keuangan2, kementerian pendidikan
dan lainnya, agar lebih cepat dalam mendapatkan mengidentifikasi dan
mendeteksi kecurangan yang terjadi.

1
https://www.wise.kemenkeu.go.id/#/ diakses Sabtu 04 Desember 2021 pukul 15. 15

2
http://wbs.kemendagri.go.id/ diakses Sabtu 04 Desember 2021 pukul 15.15
2. Apakah WBS efektif salam membangun GCG?
Efektif. Whistle Blowing System sendiri adalah Sistem Pelaporan Pelanggaran
merupakan suatu alat untuk mendeteksi kecurangan atau pelanggaran pada
suatu organisasi. Dengan adanya WBS, jika ada kecurangan yang dilakukan
oleh karyawan atau manajemen perusahaan dapat terdeteksi lebih dini.
Whistler blowinh system ini memiliki tujuan untuk membekali eksekutif
perusahaan dengan pengetahuan mengenai whistle blowing system di lingkup
perusahaan. Mekanisme penanganan pelaporan pelanggaran yang jelas
merupakan hal yang mutlak diperlukan, agar tidak terjadi perselisihan atau
potensi sengketa yang berlarut-larut antara pihak stakeholders dengan
perusahaan. Secara internal perusahaan, pelaporan pelanggaran menjadi cara
untuk mendorong karyawan perusahaan untuk lebih berani bertindak dalam
mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkannya ke pihak
yang dapat menanganinya. Hal ini berarti, mengurangi budaya “diam” menuju
ke arah budaya “kejujuran” “kepedulian” dan “keterbukaan”. Pedoman
Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) ini merupakan sistem yang
dapat dijadikan media bagi saksi pelapor untuk menyampaikan informasi
mengenai tindakan pelanggaran yang diindikasi terjadi di dalam perusahaan.
Mekanisme ini dapat menjadi cara yang efektif apabila dilakukan dengan
struktur dan proses yang benar dan jelas, karena para pelapor memerlukan rasa
aman dan jaminan keselamatan untuk berpartisipasi dalam mencegah
kecurangan dan tindak pidana korupsi.[ CITATION ask15 \l 1033 ] Pelaporan
yang diperoleh dari mekanisme pelaporan pelanggaran (Whistleblowing) ini
perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut, termasuk juga pengenaan
hukuman yang tepat agar dapat memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran
dan juga bagi mereka yang berniat melakukan hal tersebut.

3. Mungkinkah WBS dapat disalahgunakan untuk menjatuhkan seseorang?


Whistleblowing system dapat di salahgunakan untuk menjatuhkan karir
seseorang karena dalam WBS terdapat banyak data pribadi seseorang serta
identitas seseorang maka dari itu kemungkinan besar WBS dapat di
salahgunakan untuk menghancurkan karir seseorang dan tak dapat dipungkiri
bahwa mayoritas kasus penipuan dan pelanggaran di organisasi sektor publik
maupun perusahaan swasta diungkap melalui whistleblowing. Persentase
pengaduan melalui whistleblowing bahkan mencapai lebih dari 35%
berdasarkan penelitian yang dilakukan Nations on Occupational Fraud and
Abuse. Selain itu whistleblower system ini merupakan tindakan yang
mendukung para pelaku untuk melakukan kecurangan serta menghancurkan
karir seseorang karen whistleblower system ini menyimpang banyak data
pribadi serta identitas seseorang ataupun perusahaan.

4. Sejauhmana akurasi data yang dilaporkan ke WBS?


Whistleblower memandang bahwa kesalahan dapat dihentikan ketika masalah
tidak sering terjadi, dampaknya relatif kecil atau terjadi dalam waktu yang
relatifpendek serta whistle blower mempunyai legitimasi peran dan dukungan
dari lingkungan organisasi (Miceli dan Near, 2002). Meskipun demikian
tingkat kesalahan yang terjadi juga akan membedakan proses whistle blowing,
karena tipe kesalahan akan berelevansi signifikan dengan biaya, kualitas bukti
dan upaya menyeluruh untuk menghadapi whistle blower (Near et al., 2004).
Struktur whistle blowing yang dikemukakan oleh Hassink et al. (2007)
mengungkapkan perlunya adanya kebijakan tentang ruang lingkup, sifat dari
pelanggaran yang harus dilaporkan, lembaga yang dibentuk untuk menerima
pelaporan, pedoman pelaporan, kerahasiaan dan perlindungan terhadap
pelapor serta investigasi secara terinci. Whistle blowing system merupakan
mekanisme yang disediakan untuk melaporkan dugaan terjadinya pelanggaran
oleh anggota organisasi. Adanya sistem yang terkoordinasi dan terintegrasi
yang dimulai dari penerimaan laporan dugaan pelanggaran hingga tindak
lanjut penegakan menjadi bagian penting dari Whistleblowing system Bank
Indonesia dalam WBS-BI (2015) menyatakan bahwa pelaporan dugaan
pelanggaran dapat meliputi korupsi, kolusi dan nepotisme, pencurian,
kecurangan (fraud), suap dan gratifikasi. WBS merupakan mekanisme
pelaporan terhadap pelanggaran yang terjadi dalam perusahaan yang bertujuan
untuk menghindari dan meminimalisasi terjadinya kecurangan (fraud) dalam
perusahaan. WBS menjadi early warning system yang dapat menjadi
peringatan dan tindakan awal untuk investigasi lebih lanjut terhadap terjadinya
kecurangan atau pelanggaran dalam perbankan. Implementasi WBS dalam
perusahaan, terutama sektor perbankan menjadi sangat krusial karena sektor
keuangan merupakan sangat rentan terhadap masalah fraud seperti tindakan
pencucian uang (money laundering), pelanggaran kode etik, penyalagunaan
wewenang maupun benturan kepantingan lainnya.

References
askrindo. (2015, desember 26). Retrieved from Askrindo: https://askrindo.co.id

Siddhartha Dasgupta, A. K. (2010). Whistleblowing: A Survey of Literature. The IUP Journal of


Corporate Governance.

Siringoringo, W. (2015). PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DAN. Jurnal


Akuntans, 207-224.

Anda mungkin juga menyukai