Kelompok 2
Jawaban !
1. Apakah whistle blowing system harus merupakan aplikasi yang berbasiskan
komputer ?
Whistle blowing system tidaklah harus dalam bentuk aplikasi yang berbasiskan
komputer karena pada dasarnya whistle blower merupakan pengaduan akan
tindakan yang tidak benar yang telah dilakukan seseorang seperti dalam
pengertian yang disebutkan oleh Near and Miceli, 1985; and Rocha and
Kliener, 2005 yang menyatakan bahwa “ Whistleblower, as a word is used to
indicate a person who is an employee or has been an employee of an
organization who reports the happenings of some wrongdoings within that
organization from an individual who is an outsider or has never been
employed in that organization”, sehingga dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa bentuk pengaduan juga dapat dilakukan dengan secara
lansung bertatap muka, telpon, email dengansyarat adanya bukti yang jelas
dan benar. Akan tetapi dalam perkembangannya yang mengharuskan
mengikuti perkembangan digital, maka sekarang banyak perusahaan dan
organisasi yang menggunakan Whistle blowing system sebagai aplikasi seperti
kementrian dalam negeri1, kementerian keuangan2, kementerian pendidikan
dan lainnya, agar lebih cepat dalam mendapatkan mengidentifikasi dan
mendeteksi kecurangan yang terjadi.
1
https://www.wise.kemenkeu.go.id/#/ diakses Sabtu 04 Desember 2021 pukul 15. 15
2
http://wbs.kemendagri.go.id/ diakses Sabtu 04 Desember 2021 pukul 15.15
2. Apakah WBS efektif salam membangun GCG?
Efektif. Whistle Blowing System sendiri adalah Sistem Pelaporan Pelanggaran
merupakan suatu alat untuk mendeteksi kecurangan atau pelanggaran pada
suatu organisasi. Dengan adanya WBS, jika ada kecurangan yang dilakukan
oleh karyawan atau manajemen perusahaan dapat terdeteksi lebih dini.
Whistler blowinh system ini memiliki tujuan untuk membekali eksekutif
perusahaan dengan pengetahuan mengenai whistle blowing system di lingkup
perusahaan. Mekanisme penanganan pelaporan pelanggaran yang jelas
merupakan hal yang mutlak diperlukan, agar tidak terjadi perselisihan atau
potensi sengketa yang berlarut-larut antara pihak stakeholders dengan
perusahaan. Secara internal perusahaan, pelaporan pelanggaran menjadi cara
untuk mendorong karyawan perusahaan untuk lebih berani bertindak dalam
mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkannya ke pihak
yang dapat menanganinya. Hal ini berarti, mengurangi budaya “diam” menuju
ke arah budaya “kejujuran” “kepedulian” dan “keterbukaan”. Pedoman
Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) ini merupakan sistem yang
dapat dijadikan media bagi saksi pelapor untuk menyampaikan informasi
mengenai tindakan pelanggaran yang diindikasi terjadi di dalam perusahaan.
Mekanisme ini dapat menjadi cara yang efektif apabila dilakukan dengan
struktur dan proses yang benar dan jelas, karena para pelapor memerlukan rasa
aman dan jaminan keselamatan untuk berpartisipasi dalam mencegah
kecurangan dan tindak pidana korupsi.[ CITATION ask15 \l 1033 ] Pelaporan
yang diperoleh dari mekanisme pelaporan pelanggaran (Whistleblowing) ini
perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut, termasuk juga pengenaan
hukuman yang tepat agar dapat memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran
dan juga bagi mereka yang berniat melakukan hal tersebut.
References
askrindo. (2015, desember 26). Retrieved from Askrindo: https://askrindo.co.id