Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID FEVER

Disusun Oleh:
SURIANDI
N210200
PRODI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID FEVER

A. DEFINISI
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan,
2007).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella para thypi A,B,C sinonim dari penyakit ini adalah
Thypoid dan Parathypoid abdominalis (Patriani,2008).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri
Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit
menular (Cahyono,2010).
Demam thypoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella Thypii (Elsevier,2013).

B. ETIOLOGI
Etiologi dari demam thypoid adalah:
1. Bakteri Salmonella Thyposa.
2. Bakteri Salmonella Parathyposa A,B,dan C.
Salmonella Thyposa sangat resisten dan dapat hidup lama dalam air yang
keruh atau pada makanan yang terkontaminasi. Salmonella parathypi basil
gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai
sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatik), H
(flagela), VI dan protein membran hialin (Kasendaadhd,2008).
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya
lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis
yang biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan
peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit,
yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,
akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.

D. PATOFISIOLOGI
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman
yang tercemar oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian
kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus
kurang baik, maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m)
dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan
limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia)
melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo
endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi
portar dari usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonlla thypi
berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan
gangguan mental koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.
Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus,
dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor
sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri.
Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak
peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan
terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks
(jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

PATHWAY
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatansepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi: dapat ditemukan leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu: basil salmonella thypii ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL: Bila terjadi aglutinasi.
d. Identifikasi antigen: Elisa, PCR, IgM S thyphi dengan Tubex TF
cukup akurat.
e. Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi
kembali ke normal setelah sembuhnya demam thypoid. Kenaikan
SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
(Patriani,2008)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk pasien penderita thypoid, yaitu:
1. Tirah baring selama demam masih ada sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih 14 hari.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid.
Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21
hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam
2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg
BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali
sehari, intravena, selama 5-7 hari.
4. Bila ada indikasi perforasi usus dilakukan operasi.
5. Mobilisasi bertahap bila panas badan mulai menurun

(Ummusalma,2007).

1. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
usus halus
b. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
c. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
peradangan.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
DAFTAR PUSTAKA

Herdman t. Heather. 2010. Diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC

Wong, dona l. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC

NANDA. 2015. Diagnosis keperawatan.Nanda : Definisi dan Klasifikasi

Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi volume 2.Jakarta : EGC

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai