Anda di halaman 1dari 42

HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM

DINI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Siti Candra Windu Baktiyani*, Rahmaniar Meirani**, Uswatun Khasanah**

Abstrak

Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses persalinan tidak berjalan
lancar dan persalinan berlangsung lebih lama atau terjadi partus lama. Partus lama dapat menyebabkan
perdarahan postpartum dini, yang merupakan penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kejadian perdarahan postpartum dini.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional yang
dilakukan terhadap ibu yang bersalin pervaginam di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang pada tanggal 11 Juni-11 September 2012. Variabel yang diukur adalah partus lama dan kejadian
perdarahan postpartum dini. Dari hasil penelitian didapatkan 25 ibu mengalami partus lama dan 35 ibu tidak
mengalami partus lama. Ibu yang mengalami partus lama lebih banyak yang mengalami perdarahan
postpartum dini (72%) dibandingkan yang tidak mengalami partus lama (34,29%). Analisis data dengan
menggunakan chi square menunjukkann nilai x2 hitung>x2 tabel (8,287 > 6,64) dan p=0,004 < 0,01 yang
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara partus lama dengan kejadian perdarahan postpartum dini.
Besarnya hubungan tersebut adalah 0,349 (rendah), yang menunjukkan bahwa partus lama hanya
mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum dini sebesar 12,18%, sedangkan sisanya yakni 87,82% di
pengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan penelitian ini yaitu semakin lama proses persalinan maka kemungkinan
untuk terjadinya perdarahan postpartum dini semakin besar.

Kata kunci : partus lama, perdarahan postpartum dini.

RELATIONSHIP BETWEEN PROLONGED LABOR AND EARLY POSTPARTUM


HAEMORRHAGE AT DELIVERY ROOM OF PUBLIC HOSPITAL Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Abstract

Labor which is not handled well can cause non-current labor and it is longer than normal or called
prolonged labor. Prolonged labor can cause early postpartum haemorrhage, the most important cause of
maternal mortality in Indonesia. This study was aimed to know relationship between prolonged labor and early
postpartum haemorrhage. Method used in this reseach is analytic observational with crosssectional design
toward mothers with vaginal delivery at delivery room of Public Hospital Dr. Saiful Anwar Malang during June
11th–September 11th, 2012. Variables measured are prolonged labor and early postpartum haemorrhage.
Results showed that 25 mothers had prolonged labor and 35 mothers have had not prolonged labor. Mothers
who have prolonged labor would experience early postpartum haemorrhage (72%) more than those who did
not have prolonged labor (34.29%). Chi square analysis revealed that x 2 calculated > x2 table (8.287 > 6.64)
and p=0.004 < 0.01, it is mean that there was significant relationship between prolonged labor and early
postpartum haemorrhage. The relationship was 0.349 (low), which showed that prolonged labor would only
affect early postpartum haemorrhage for 12.18% while the remain 87.82% was affected by other factors. To
conclude, this study was indicated that the longer duration of labor, the bigger possibility of early postpartum
haemorrhage.

Keywords: early postpartum haemorrhage, prolonged labor.

* Lab Obstetri dan Ginekologi, RSSA-FKUB


** Program Studi Kebidanan, FKUB


E-mail: siticandrawb@gmail.com
190
Pendahuluan pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
Persalinan normal adalah proses presentasi belakang kepala yang berlangsung
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
sebagian besar didahului dengan partus
dengan presentasi belakang kepala yang
lama.
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
Pada penelitian ini ingin diketahui hubungan
baik pada ibu maupun pada janin. Namun
antara partus lama dengan kejadian
demikian, terkadang persalinan tidak
perdarahan postpartum dini di Kamar Bersalin
ditangani dengan baik sehingga dapat
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
menyebabkan proses persalinan tidak
berjalan lancar sehingga lama persalinan
Bahan dan Metode
lebih lama dari normal atau terjadi partus
lama. Partus Lama merupakan salah satu
Desain Penelitian
dari beberapa penyebab kematian ibu dan
bayi baru lahir.1,2 Penelitian ini merupakan observasional
Menurut Wahyuningsih (2010), partus analitik dengan desain cross sectional.
lama adalah persalinan yang berlangsung Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu bersalin
lebih dari 18 jam yang dimulai dari tanda- yang partus lama dan mengalami
tanda persalinan. Insidensi partus lama perdarahan postpartum dini di kamar bersalin
bervariasi dari 1 hingga 7%. Partus lama rata- Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang
rata di dunia menyebabkan kematian ibu pada tanggal 11 Juni–11 September 2012
sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9%.2 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu Ibu
Pada tahun 2011, dari 1864 persalinan inpartu kala I fase aktif dan kala II dengan
pervaginam di Rumah Sakit Umum dr. Saiful partus lama, Ibu postpartum yang mengalami
Anwar Malang didapatkan partus lama
perdarahan postpartum dini dan kriteria
sebanyak 455 persalinan.
eksklusi sampel yaitu jumlah dan waktu
Partus lama akan menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu. Pada perdarahan yang tidak terkaji, lama
partus lama juga dapat terjadi perdarahan persalinan yang tidak terkaji, persalinan
postpartum yang dapat menyebabkan dengan tindakan, persalinan yang cepat
kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, (presipitatus), ibu dengan penyakit kelainan
cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan pembekuan darah dan anemia, ibu inpartu
kematian bayi.2 Partus lama juga kala I fase laten, ibu dengan sisa plasenta
menyebabkan perdarahan postpartum, yang dan laserasi jalan lahir
merupakan penyebab terpenting kematian
maternal di Indonesia. Prosedur Penelitian
Penyebab kematian maternal di Peneliti mengamati setiap ibu inpartu
Indonesia adalah perdarahan 40-60%, infeksi fase aktif hingga ibu melahirkan bayi secara
20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, keseluruhan. Kemudian mengamati dan
sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain mencatat lama persalinan ibu tersebut.
yang memburuk saat kehamilan atau Selanjutnya dilakukan observasi terhadap
persalinan.3 Sedangkan di berbagai negara, jumlah dan waktu perdarahan yang dialami
paling sedikit seperempat dari seluruh ibu apakah ibu mengalami perdarah
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. postpartum dini atau tidak. Semua data yang
Proporsinya berkisar antara kurang dari 10% terkumpul dicatat pada lembar partograf,
sampai hampir 60%.4 Di Rumah Sakit Umum selanjutnya dilakukan analisis data.
Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 2011,
dari 1864 persalinan didapatkan 96 Analisis Data
persalinan dengan perdarahan postpartum Data yang didapatkan dari hasil
dini. Perdarahan postpartum dini tersebut observasi terhadap lama persalinan yang
dapat menimbulkan perdarahan postpartum
dini dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis data Chi kuadrat dengan program
SPSS
Hasil yaitu partus lama dan bukan partus lama.
Untuk mengetahui kategori partus lama
Partus Lama menggunakan lembar observasi berupa
Partus lama dibagi menjadi dua kategori partograf. Pada Tabel 1 ditampilkan frekuensi
dan persentase responden yang mengalami
Penyebab terbanyak perdarahan
partus lama dan bukan partus lama dari total
postpartum dini pada penelitian ini yaitu
responden yang berjumlah 60 orang.
atonia uteri. Sebanyak 21 ibu yang
mengalami perdarahan postpartum dini
Tabel 1. Frekuensi kejadian partus lama
disebabkan karena atonia uteri sedangkan
sisanya yaitu 9 ibu disebabkan karena
retensio plasenta.

Hubungan Partus Lama dengan Kejadian


Perdarahan Postpartum Dini
Pada Tabel 3 ditampilkan hubungan
Partus lama diklasifikasikan menjadi 2 partus lama dengan kejadian perdarahan post
yaitu fase aktif memanjang dan kala II partum dini berdasarkan hasil tabulasi silang
memanjang. Ibu yang mengalami fase aktif dan uji chi square.
memanjang sebanyak 19 ibu dengan
persentase 76%, sedangkan ibu yang Tabel 3. Tabulasi silang partus lama dengan
mengalami kala II memanjang sebanyak 6 ibu kejadian perdarahan postpartum dini
dengan persentase 24%. Ibu yang mengalami
fase aktif memanjang terdiri dari 3 ibu
primipara dan 16 ibu multipara, sedangkan
ibu yang mengalami kala II memanjang terdiri
dari 4 ibu primipara dan 2 ibu multipara.

Perdarahan Postpartum Dini Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pada


Kejadian perdarahan postpartum dini ibu partus lama lebih banyak yang mengalami
dibedakan menjadi dua kategori yaitu perdarahan postpartum dini dibandingkan ibu
perdarahan postpartum dini dan bukan yang bukan partus lama. Probabilitas ibu
perdarahan postpartum dini. Pada Tabel 2 dengan partus lama yang mengalami
ditampilkan frekuensi dan persentase perdarahan postpartum dini yaitu 72%,
responden yang mengalami perdarahan sedangkan probabilitas ibu yang bukan partus
postpartum dini dan bukan perdarahan lama yang mengalami perdarahan
postpartum dini dari total responden yang postpartum dini yaitu 34,29%. Dengan
berjumlah 60 orang. demikian diperoleh rasio prevalensi sebesar
2,1 yang menunjukkan bahwa partus lama
Tabel 2. Frekuensi kejadian perdarahan merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan
postpartum dini postpartum dini.
Terdapat hubungan yang signifikan
secara statistik antara partus lama dengan
kejadian perdarahan post partum dini. Hal ini
didapatkan melalui perbandingan chi square
hitung dengan chi square tabel dan
signifikansi dengan alpha 0,01 yaitu
didapatkan bahwa chi square hitung yaitu
8,287 > chi square tabel yaitu 6,64 dan
signifikansi yaitu 0,004 < alpha 0,01.
Koefisien kontingensi yang benilai positif
menunjukkan hubungan yang searah yaitu
semakin lama persalinan maka ibu akan
cenderung mengalami perdarahan post
partum dini. Besarnya hubungan antara
partus lama dengan kejadian perdarahan
postpartum dini adalah 0,349. Hasil tersebut Sementara pengaruh faktor lain terhadap kejadian
menunjukkan bahwa pengaruh partus lama perdarahan postpartum dini adalah sebesar
dengan kejadian perdarahan postpartum dini 87,82%.
termasuk rendah yaitu sebesar 12,18%.
pembukaan serviks telah lengkap tetapi
Pembahasan
proses lahirnya janin terhambat. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh his yang tidak
Partus Lama
adekuat, kelainan panggul, kelainan letak
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak
janin, pimpinan persalinan yang salah, janin
25 ibu mengalami partus lama. Partus lama
besar atau kelainan kongenital serta ketuban
ditandai dengan partograf yang melewati
pecah dini.
garis waspada pada kala I fase aktif dan lama
Partus lama baik fase aktif memanjang
kala II melebihi 2 jam pada primipara dan
maupun kala II memanjang menimbulkan
melebihi 1 jam pada multipara. Ibu yang
efek terhadap ibu maupun janin. Terdapat
mengalami fase aktif memanjang sebanyak kenaikan terhadap insidensi atonia uteri,
19 ibu dan ibu yang mengalami kala II laserasi perdarahan, infeksi, kelelahan ibu
memanjang sebanyak 6 ibu. Ibu yang dan syok. Angka kelahiran dengan tindakan
mengalami fase aktif memanjang terdiri dari 3 yang tinggi semakin memperburuk bahaya
ibu primipara dan 16 ibu multipara, bagi ibu.5
sedangkan ibu yang mengalami kala II Pada partus lama, ibu mengalami
memanjang terdiri dari 4 ibu primipara dan 2 kelelahan karena tanpa makan dan minum
ibu multipara. yang dapat menyebabkan terjadinya
Pada ibu primipara, ketiga faktor dehidrasi, tampak sakit, pucat, mata cekung,
persalinan yaitu power, passage dan dan berkeringat dingin, nadi meningkat, tensi
passanger belum teruji. Dengan demikian, turun dan temperatur meningkat, his mulai
pada primipara proses persalinan kala II melemah dan perut tampak kembung. Selain
berlangsung lebih lama dibandingkan itu, pada partus lama kerja sama 3P tidak
multipara. Selain itu, pada primipara otot-otot sempurna sehingga terjadi kemacetan
jalan lahir masih kaku dan belum dapat penurunan.6
mengejan dengan baik, sedangkan pada
multipara proses persalinan pada kala II akan Kejadian Perdarahan Postpartum Dini
terjadi lebih cepat karena adanya Kejadian perdarahan postpartum dini
pengalaman persalinan yang lalu dan dibedakan menjadi dua kategori yaitu
disebabkan otot-otot jalan lahir yang lebih perdarahan postpartum dini dan bukan
lemas. perdarahan postpartum dini. Pada penelitian
His yang tidak normal dalam kekuatan ini, ibu yang mengalami kejadian perdarahan
dan sifatnya menyebabkan rintangan pada postpartum dan ibu yang tidak mengalami
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap kejadian perdarahan postpartum dini
persalinan dan tidak dapat diatasi sehingga ditemukan sebanding yaitu masing-masing
persalinan mengalami hambatan atau sebanyak 30 orang
kemacetan.2 Pada fase aktif memanjang, Berdasarkan data yang diperoleh selama
kontraksi melemah sehingga menjadi kurang penelitian dapat diketahui bahwa penyebab
kuat, lebih singkat dan atau lebih jarang, terbanyak dari perdarahan postpartum dini
kualitas kontraksi sama seperti semula, tidak adalah atonia uteri. Dalam persalinan
mengalami kemajuan sehingga pada pembuluh darah yang ada di uterus melebar
pemeriksaan vaginal, serviks tidak mengalami yang meningkatkan sirkulasi ke arah tersebut,
perubahan. Pada kala II memanjang, atonia uteri menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna
sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
Gejala yang selalu ada pada atonia uteri kontraksi uterus jelek dan tidak bisa
adalah uterus tidak berkontraksi dan lembek mengantisipasi terjadinya perdarahan postpartum
serta perdarahan segera setelah anak lahir.7 dini. Itulah sebabnya atonia uteri lebih banyak
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadi pada seorang wanita dengan partus lama
dalam kasus perdarahan postpartum dini. sehingga rentan terjadi perdarahan postpartum.
Keadaan ini berhubungan erat dengan Tetapi sebaliknya, jika kontrol perdarahan dari
kondisi uterus yang sudah menurun sehingga tempat plasenta atau uterus dicapai dengan
kontraksi yang lama dan retraksi serat otot-otot uterus menyelesaikan proses ini
miometrium yang saling memilin serta uterus pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi,
yang kuat dan berkontraksi dengan baik maka sel miometrium tidak relaksasi, melainkan
tidak akan terjadi perdarahan postpartum.8 menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan
kontraksi yang berlangsung kontinyu,
Hubungan Partus Lama dengan Kejadian miometrium menebal secara progresif, dan
Perdarahan Postpartum Dini kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga
Pada penelitian ini, ibu yang mengalami mengecil. Pada partus lama, ibu yang
lama persalinan dengan kategori partus lama bersalin akan kelelahan. Hal tersebut akan
lebih banyak mengalami kejadian perdarahan mempengaruhi kontraksi uterus. Adanya
post partum dini dibandingkan yang bukan gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus
partus lama. Probabilitas ibu dengan partus akan menghambat proses pelepasan dan
lama yang mengalami perdarahan pengeluaran plasenta sehingga dapat terjadi
postpartum dini yaitu 72%, sedangkan retensio plasenta. Apabila terjadi retensio
probabilitas ibu yang bukan partus lama yang
plasenta maka terjadi pula perdarahan yang
mengalami perdarahan postpartum dini yaitu
banyak karena uterus tidak dapat
34,29%. Dengan demikian diperoleh rasio
prevalensi sebesar 2,1, yang menunjukkan berkontraksi dan beretraksi dengan baik.
bahwa partus lama merupakan faktor risiko Selain itu, kelelahan akibat partus lama
terjadinya perdarahan postpartum dini. juga dapat menyebabkan uterus benar-benar
Berdasarkan hasil uji chi square dapat kehilangan tonus otot karena miometrium
diketahui bahwa terdapat hubungan yang gagal berkontraksi dan beretraksi saat atau
signifikan secara statistik antara partus lama setelah plasenta lepas. Dalam kondisi normal,
dengan kejadian perdarahan post partum dini. pelepasan plasenta selalu diikuti dengan
Hal ini didapatkan melalui perbandingan chi perdarahan karena sinus-sinus maternalis
square hitung dengan chi square tabel dan ditempat insersinya pada dinding uterus
signifikansi dengan alpha 0,01 yaitu terbuka. Biasanya perdarahan itu tidak
didapatkan bahwa chi square hitung yaitu banyak, sebab kontraksi dan retraksi otot-otot
8,287 > chi square tabel yaitu 6,64 dan uterus menekan pembuluh-pembuluh darah
signifikansi yaitu 0,004 < alpha 0,01 sehingga yang terbuka sehingga lumennya tertutup.
hubungan tersebut terbukti signifikan secara Kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
statistik. Ibu dengan partus lama mempunyai bekuan darah. Apabila uterus tidak
resiko lebih besar untuk mengalami berkontaksi dan beretraksi maka akan
perdarahan postpartum dini. menghambat penutupan pembuluh darah
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara yang terbuka ketika pelepasan plasenta dan
spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keadaan demikian menjadi faktor utama
penyebab perdarahan postpartum dini. Oleh
karena itu semakin lama proses persalinan
maka kemungkinan untuk terjadinya
perdarahan postpartum dini semakin besar.

Kesimpulan

Pada periode 11 Juni - 11 September


2012 di kamar bersalin Rumah Sakit Umum
dr. Saiful Anwar Malang diperoleh probabilitas
ibu dengan partus lama yang mengalami
perdarahan postpartum dini yaitu 72%
dengan jumlah kejadian perdarahan
postpartum dini adalah 30 kasus.
Semakin lama proses persalinan maka kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum dini
semakin besar.

Saran

1. Sejak ibu hamil disarankan melakukan antenatal care yang rutin, serta pemberian informasi
tentang terjadinya partus lama dan perdarahan postpartum dini dan memperhatikan faktor-faktor
predisposisi dari partus lama dan perdarahan postpartum dini serta melakukan pertolongan
persalinan dengan baik.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dibahas lebih mendalam mengenai faktor-faktor lain yang
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum dini misalnya: jarak kehamilan yang
pendek, berat badan bayi yang dilahirkan dan tentunya dengan jumlah responden yang lebih besar
sehingga hasil uji lebih akurat.

Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2007.
2. Wahyuningsih. Insidensi Partus Lama pada Primipara dan Multipara di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2010.
3. Wiludjeng R. Gambaran Penyebab Kematian. Rianto B (Editor). Cermin Dunia Kedokteran.
2007.
4. Jensen, Bobak, Lawdermilk. Keperawatan Maternitas. Wijayariani M (Penerjemah). Jakarta:
EGC. 2004.
5. Oxorn H, Forte WR. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Mohammad, H
(Penerjemah). Yogyakarta: Andi Offset. 2010.
6. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. 2001.
7. Boyle M. Buku Saku Bidan. Meiliya E (Penerjemah). Jakarta: EGC. 2008.
8. Williams L. Wilkins. Active Versus Expectant Management of the Third Stage of Labor and
Implementation of a Protocol. Journal of Perinat Neonat Nurs. 2010; 24(3):215-228.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI RUANGAN CAMAR II RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016

Risa Pitriani
Prodi D3 Kebidanan STIKes Hang Tiah Pekanbaru
Email : risa.armanda@yahoo.co.id

ABSTRAK
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan
berlangsung. Perdarahan post partum dibagi menjadi dua yaitu perdarahan post partum primer yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama penyebab utama perdarahan post partum primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Sedangkan perdarahan post partum
sekunder yaitu terjadi 24 jam pertama, penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta.Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif, dengan desain
penelitian yang digunakan adalah casse control, dengan pendekatan retrospektif study.Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun
2015 dengan jumlah populasi sebanyak 1250 persalinan. Analisis data yang dilakukan secara univariat dan
bivariat menggunakan chi square. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa adahubungan antara factor
paritas dengan kejadian perdarahan post partum (p = 0,000), ada hubungan yang signifikan antara factor
pekerjaan dengan kejadian perdarahan post partum (p = 0,000).

Kata Kunci : PerdarahanPost Partum, Paritas, Pekerjaan.

ABSTRACT
Postpartum hemorrhage is bleeding that occurs within 24 hours after the birth to go. Postpartum
hemorrhage is divided into two primary postpartum hemorrhage is bleeding that occurs in the first 24 hours
of the main causes of primary postpartum hemorrhage was atonic uterus, retained placenta, retained
placenta and birth canal laceration. While the secondary postpartum hemorrhage occurred first 24 hours,
the main cause of postpartum hemorrhage secondary is the birth canal laceration and retained placenta.
This study is a quantitative analytical research, research design used is casse control, with retrospective
approach study.Populasi in this study were all women giving birth in the room seagull II Arifin Achmad Riau
Province in 2015 with a total population of 1250 deliveries. Data analysis was performed using univariate
and bivariate using chi square. The result showed that adahubungan between parity factor to the incidence
of postpartum hemorrhage (p = 0.000), there was a significant relationship between job factors with the
incidence of postpartum hemorrhage (p = 0.000).

Keywords: Post Partum Haemorrhage, Parity, Works.

PENDAHULUAN
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan
berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua yaitu perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Sedangkan perdarahan postpartum
sekunder yaitu terjadi 24 jam pertama, penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan
jalan lahir dan sisa plasenta (Manuaba, 2010).
Perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kamatian ibu (28%), preeklampsi/eklamsi
(24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetric (5%), dan lain-lain (5%),
anemia dan kekurangan anergi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Minatunnisa, 2011).
Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) diseluruh dunia, terdapat kematian ibu
sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonates sebesar
10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara berkembang
sebesar 99%. Kematian ibu di Indonesia bervariasi antara 130 dan 170 dalam
100.000 persalinan hidup (Manuaba, 2010)
Hasil Survey Dasar kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan ada persoalan dalam
pencapaian target penurunan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Terjadi peningkatan yang signifikan
dari angka kematian ibu (AKI).Peningkatannya yaitu sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup.Angka ini
lebih besar dibanding pencapaian tahun 2007 yaitu sebesar 228 per100.000 kelahiran hidup (BKKBN,
2013).Ini menjadikan kondisi kesehatan ibu (ibu melahirkan) mirip dengan kondisi tahun 1997.Artinya,
terjadi kemunduran dalam pencapaian target penurunan AKI di Indonesia (Saputra, 2013).Menurut Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa penyebab langsung Angka
Kematian Ibu (AKI) antara lain : perdarahan 42%, eklamsia/preeklamsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%,
partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15 %.
Dari data RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dapat dilihat angka kejadian perdarahan post partum
pada tahun 2013 yaitu berjumlah 93 kasus dari 3236 ibu bersalin (2,873%), pada tahun 2014 yaitu
berjumlah 32 kasus dari 1065 ibu bersalin (3,004%), sedangakan tahun 2015 pada bulan Januari -
Desember 72 kasus dari 1250 ibu bersalin (2,627%). Walaupun terjadi penurunan namun perdarahan post
partum masih menjadi penyebab kematian ibu tertinggi. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik ingin
melakukan penelitian dengan mengangkat Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
perdarahan post partum di RSUD Arifin Ahcmad Provinsi Riau tahun 2015.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif penelitian ini akan dilakukan di Ruang Camar
1I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada bulan Februari-April 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu bersalin di Ruang Camar II yang tercatat di rekam medik ruangan Camar II RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau Tahun 2015 dengan jumlah populasi sebanyak 1250 persalinan sedangkan sampel
pada penelitian ini adalah 72 ibu yang bersalin dengan Perdarahan Post Partum sebagai kasus 72 orang
ibu bersalin dengan tidak Perdarahan Post Partum sebagai kontrol. Perbandingan kasus dan kontrol adalah
1:1.

HASI
L Tabel 1
Hasil Analisa Bivariat
Perdarahan Post Patrum
(P OR/
Faktor Ibu Kasus Kontrol
Value) (CI 95%)
n % n %

Umur
Beresiko: <20 dan >35 th 27 18,8 18 12,5 0,106 1,800
Tidak Berisiko: 20-35th 45 62,5 54 37,5 (0,880-3,682)
Total 72 50 72 50
Paritas
Beresiko: >3 Anak 49 34,0 9 6,3 0,000 14,913
Tidak Beresiko : 1-3 Anak 23 16,0 63 43,8 (6,334-35,111)
Total 72 50 72 50
Pekerjaan
Beresiko : Bekerja 27 18,8 18 12,5 0,000 7,600
Tidak Berisiko : Tidak 45 31,3 54 37,5 (3,587-16,101)
Bekerja
Total 72 50 72 50
Hasil iju statistik didapatkan nilai p value= 0,106berarti nilai p value >0,05 menunjukkan
tidak ada hubungan yang signifikan antara ibu yang berumur
<20 dan >35 tahun dengan ibu yang berumur 20-35 tahun dengan kejadian perdarahan post partum.
Hasil uji statistik didapat nilai p value= 0,000berarti nilai p value<0,05 menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara ibu yang mempunyai paritas >3 dengan ibu yang mempunyai paritas 1-3
dengan kejadian perdarahan post partum.
Hasil uji statistik didapat nilai p value= 0,000 berarti nilai p value<0,05 menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja dengan kejadian perdarahan post partum.

PEMBAHASAN UMUR
Bila dilihat dari uji statistik nilai p value0,106 (>0,05), berarti secara statistik tidak ada pengaruh yang signifikan
antara umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum, dengan demikian dalam penelitian ini umur ibu tidak ada
hubungannya dengan kejadian perdarahan post partum.
Teori yang dikemukakan oleh Cunningham (2006), bahwa wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20
tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini di karenakan pada usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan di bandingkan fungsi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh putri tentang “Hubungan Umur Dan Paritas Terhadap
Kejadian Perdarahan Pada Ibu Post Partum Di RSUD Kota Solok Tahun 2013 “Bahwa umur didapatkan hasil uji
statistik dengan p-value 0.078> 0.05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian
perdarahan post partum. Menurut hasil penelitian Megasari tahun 2012 tentang :Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Perdarahan Post partum Di RSUD Arifin Achmad Tahun 2012” bahwa berdasarkan hasil uji
statistik nilai p-value 0.001 dan nilai OR = 22.154 (13.548-36.227) yang artinya ibu yang bersalin dengan umur <20
dan >35 tahun beresiko 22 kali mengalami perdarahan postpartum dibandingkan ibu yang bersalin dengan umur 20-
35 tahun.

PARITAS
Bila dilahat hasil analisis yang telah dilakukan, menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara paritas
ibu dengan perdarahan postpartum dengan nilai p-value = 0,000 <
0.05 yang berarti ibu dengan paritas beresiko (>3) mempunyai resiko 0.2 kali terjadinya perdarahan dibandingkan
ibu dengan paritas tidak beresiko (<3)
Menurut Jekti, RP (2011) resiko perdarahan post partum pada wanita yang berparitas 3-5 dan 6 atau lebih
berturut-turut adalah 24% dan 81% lebih tinggi dari pada wanita yang berparitas 1-2.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) tentang “Hubungan Umur Dan Paritas
Terhadap Kejadian Perdarahan pada Ibu Post Partum Di RSUD Kota Solok Tahun 2013” bahwa hasil uji statistik
pada paritas ibu didapatkan nilai p-value 0.000 < 0.05yang berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas
dengan kejadian perdarahan pada ibu post partum, dan ibu beresiko 4 kali terjadinya perdarahan postpartum pada
ibu dengan paritas >3 dibandingkan ibu yang dengan paritas <3. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Megasari
(2012) tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Perdarahan Post partum Di RSUD Arifin Achmad
Tahun 2011” bahwa 223 orang pada kelompok ibu dengan perdarahan postpartum didapatkan ibu yang bekerja
sebanyak 157 orang (70,4%), nilai p-value
0.001 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian perdarahan postpartum.
Dan ibu yang bekerja beresiko 3 kali terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

PEKERJAAN
Bila dilihat hasildari uji statistik menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
perdarahan post partum dengannilai p value0,000 < 0.05, artinya ibu yang bekerja beresiko 0.1 kali terjadinya
perdarahan post partum dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial
ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat,
pemenuhan gizi, sementara itu ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya meningkat
karena memiliki tambahan pekerjaan/kegiatan di luar rumah. Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan
seorang ibu yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar pekerjaan rumah tangga dalam upaya meningkatkan
pendapatan keluarga.Beratnya pekerjaan ibu selama kehamilan dapat menimbulkan terjadinya perdarahan pasca
persalinan karena kurangnya waktu beristirahat bagi ibu Menurut Rahmi (2009). di dalam penelitian yang tentang
karakteristik penderita perdarahan post partum yang datang ke RSUD Pimgadi Medan di temukan kejadian 119
orang (88%) di bandingkan dengan ibu yang tidak bekerja ( ibu rumah tangga ) 16 orang (12%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Megasari, (2012) tentang “ Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Arifin Achmad Tahun 2012 Tahun” bahwa dari
223 orang pada kelompok ibu dengan perdarahan postpartum didapatkan ibu yang bekerja sebanyak 157 orang
(70.4%), nilai p-value 0.001 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian
perdarahan postpartum. Dan ibu yang berkerja beresiko 3 kali terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan ibu
yang tidak bekerja.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau,
dengan melihat pencatatan ibu bersalin diperoleh data sampel sebanyak kasus 72 responden, kontrol 72 responden.
Dari perhitungan dan uji statistik yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : Tidak terdapat hubungan
antara faktor umur dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin di ruangan Camar II RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau tahun 2015 dengan nilai p = 0,106 (p > 0,05). Terdapat ada hubungan antara faktor paritas
dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin di ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
tahun 2015 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Terdapat hubungan antara faktor pekerjaan dengan kejadian
perdarahan post partum pada ibu bersalin di ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2015
dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).

SARAN
Diharapkan kepada pihak pelayanan kesehatan sebaiknya lebih aktif lagi memberikan informasi mengenai
Perdarahan post partum dengan cara menyebarkan brosur, poster, kesemua perempuan dan pengunjung lainnya
yang berkunjung ke RSUD Arifin Achmad terutama pada poli kebidanan dengan harapan dapat mengetahui
Perdarahan post partum. Dan peneliti berikutnya agar melanjutkan penelitian yang belum sempat dilakukan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan post partum dan menggali
penelitian yang lebih tinggi yaitu analisa Bivariat dan Multivariat serta dapat menggunakan sebagai tolak ukur untuk
penelitian selanjutnya yang akan mengambil topik yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, ddk.(2006). Obstetri Williams. Jakarta : EGC.
Jekti. Rp. (2011). Risk Factor Of Post Partum heamorrahgea in Indonesia (online), Vol 2, No 2 http://journal.
Litbang. Depkes. Go.id/index.Php/HSJ/article/view/67.
Manuaba, Ida Ayucharanita, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Yogyakarta.
Megasari, 2012. Factor-faktor yang berhubungandengankejadianperdarahanpostpartum di RSUD
ArifinAchmadTahun 2012
Putri. 2013. Hubungan Umur Dan Paritas Terhadap Kejadian Perdarahan Post Partum Di RSUD Kota Solok
Tahun 2013.
Rahmi, (2008) karakteristik penderita perdarahan post partum yang dating ke. RSUD.
Dr.Rirngadimedan.http://bidan= iffa.blogspot.com/2013.01 defenisiumur html
Minatunnisa. Dkk. (2011). Kejadian Perdarahan Post Partum ibu bersalin berdasarkan karakteristik dan penyebab
di RSUD kota Bandung. www.jurnalpendidikanbidan. Com/arsip 36-februari-2013.96-kejadian.
ARTIKEL PENELITIAN

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas tentang


Perdarahan Postpartum

Fitri Rachmania1, Lela Zakiah 2

1,2
Akademi Kebidanan Prima Husada Bogor
Jln. Brigjen H. Saptadji No. 19, Cilendek Barat Bogor, Indonesia Telp.
(0251) 8319922 Email: lelazakiah07@gmail.com

Abstrak

Berdasarkan data 10 kasus terbanyak di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor pada tahun 2016 tercatat pada rekam medik kasus
perdarahan postpartum ada sebanyak 38 kasus dan pada tahun 2017 tercatat peningkatan perdarahan postpartum menjadi 102
kasus. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas Tentang Perdarahan
Postpartum di RSUD Cibinong Tahun 2017.Penelitian ini menggunakan metode desain survey analitik kualitatif dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi sebanyak 1675 responden dan sempel sebanyak 94 responden ibu nifas yang
mengalami perdarahan postpartum di RSUD Cibinong. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa dari total 94
responden ibu nifas yang tidak mengalami perdarahan postpartum, sebanyak 63 (67,0%). berdasarkan umur tidak berisiko
sebanyak 53 (56,4%).
berdasarkan paritas berisiko, sebanyak 51 (54,3%). berdasarkan pendidikan rendah, sebanyak 53 (56,4%). berdasarkan ibu
yang tidak pekerjaan, sebanyak 80 (85,1%). Simpulan ada hubungan antara umur dan paritas. Saran bagi tempat penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kebidanan dan diharapkan kepada tenaga
kesehatan tetap terus memperhatikan kelengkapan pendokumentasian data rekam medik pasien agar data- data pasien
tercatat dengan lengkap dan rapih.
Kata kunci : Ibu Nifas, Perdarahan Postpartum

Abstract

Based on data from the 10 most cases in Cibinong Hospital, Bogor Regency, in 2016, there were 38 cases of postpartum
haemorrhage in the medical record and in 2017 there was an increase in postpartum hemorrhage to
102 cases. The purpose of this study was to determine the Factors Affecting Postpartum Mother About Postpartum Bleeding in
Cibinong Hospital in 2017. This study used a qualitative analytical survey design method with a cross sectional approach. With
the number of samples as many as 94 respondents of postpartum mothers who experienced postpartum bleeding in Cibinong
Hospital. Based on the results of the study, it was shown that of a total of 94 postpartum mothers who did not experience
postpartum hemorrhage, 63 (67.0%). based on age not as many as 53 (56.4%). based on risky parity, as many as 51 (54.3%).
based on low education, 53 (56.4%). based on mothers who do not work, as many as 80 (85.1%). Conclusion There is a
relationship between age, parity, education and postpartum mothers and there is no relationship between work and postpartum
mothers. Suggestions for the place of research from the results of this study are expected to be used as input in improving
midwifery services and it is expected that health workers will continue to pay attention to the complete documentation of patient
medical records so that the patient's data is complete and neat.

Keywords: Postpartum Mother, Postpartum Hemorrhage, Influence

Pendahuluan masih tergolong tinggi. Angka kematian ibu akibat


perdarahan postpartum 359/100.000 kelahiran hidup
Menurut data World Health Organitation
diantaranya adalah atonia uteri 50-60%, retensiao
(WHO)1 Angka kematian ibu pada tahun 2015
plasenta 23- 29%, robekan jalan lahir 4-5%.2
sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi diseluruh
dunia. Di Asia Tenggara perdarahan postpartum AKI di Indonesia bisa dikatakan masih
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara- dalam penanganan kegawatdaruratan maternal,
negara di Asia Tenggara. Berdasarkan survei perbaikan infra struktur dan sistem rujukan,
Millennium Devalopment Goals (MDG) pada tahun penyediaan sarana dan prasarana pendukung dan
20153, kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di pemerataan distribusi tenaga kesehatan.
indonesia masih pada posisi 305 per 100.000 Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang
kelahiran. Padahal target yang di rencanakan masih aktif dan berasal dari tempat implantasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan
100.000 kelahiran. Sementara target dari sekitarnya juga merupakan salah satu penyebab
Sustainnable Devalopment Goals (SDG) untuk kematian ibu di samping perdarahan karena hamil
angka kematian ibu adalah 70 per 100.000 ektopik dan abortus.5 Faktor resiko terjadinya
kematian. di Indonesia sekitar 28% kematian ibu perdarahan postpartum yaitu: usia, paritas, janin
disebabkan oleh perdarahan, 13% Eklamsi atau besar, riwayat buruk persalinan sebelumnya,
gangguan akibat Hipertensi saat kehamilan, 9% anemia berat, kehamilan ganda, hidramnion, partus
partus lama, 11% komplikasi aborsi dan 10% akibat lama, partus presipitatus, penanganan yang salah
infeksi. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu pada kala III, hipertensi dalam kehamilan, kelainan
provinsi dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi uterus, infeksi uterus, tindakan operatif dengan
diindonesia berdasarkan laporan rutin profil anastesi yang terlalu dalam.6
kesehatan kabupaten/kota tahun 2015 tercatat Metode
jumlah kematian maternal yang terlaporkan
sebanyak 799 orang (84,78/100.000 kelahiran Penelitian ini menggunakan desain survey analitik
hidup), dengan proporsi kematian pada ibu hamil kualitatif dengan pendekatan cross sectional.
227 orang (20,09/100.000 kelahiran hidup), pada Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas
ibu bersalin 202 orang (21,43/100.000 kelahiran di RSUD Cibinong kabupaten Bogor tahun 2017
hidup), dan pada ibu nifas 380 orang sebanyak 1675 responden. Sampel yang
(40,32/100.000 kelahiran hidup), jika dilihat didapatkan sebanyak
berdasarkan kelompok umur presentai kematian 94 sampel. Cara pengambilan sampel pada
berdasarkam kelompok umur <20 tahun sebanyak penelitian ini adalah random sampling
71 orang (8,89%), kelompok Hasil
umur 20-34 tahun sebanyak 509 orang
(63,70%), dan >35 tahun sebanyak 219 orang Tabel 1. Distribusi Umur, Paritas, Pekerjaan,
(27,41%).4 Pendidikan dan Perdarahan Postpartum
Upaya yang dilakukan untuk peningkatan
pencapaian program penurunan angka kematian
maternal, khususnya disebabkan oleh perdarahan
post partum adalah peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan
Variabel (f) (%)

Perdarahan Postpartum
Ya 31 33,0
Tidak 63 67,0
Umur
Berisiko 41 43,6
Tidak Berisiko 53 56,4
Paritas
Berisiko 51 54,3
Tidak Berisiko 43 45,7
Pekerjaan
Tidak Bekerja 80 85,1
Bekerja 14 14,9
Pendidikan
Rendah 53 56,4
Tinggi 41 43,6
Tabel 2. Hubungan Umur, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan terhadap Perdarahan Post Partum
Variabel Perdarahan Postpartum
Ya Tidak Total OR P Value
n % n % n %
Umur 0,048
Berisiko 18 43,9 23 56,1 41 100 2,408
Tidak Berisiko 13 24,5 40 75,5 53 100
Paritas
Berisiko 22 43,1 29 56,9 51 100 2,866 0,023
Tidak Berisiko 9 20,9 34 79,1 43 100
Pendidikan
Rendah 23 43,4 30 56,6 53 100 3,163 0,015
Tinggi 8 19,5 33 80,5 41 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 25 31,2 55 68,8 80 100 0,606 0,394
Bekerja 6 42,9 8 57,1 14 100
Pembahasan Umur
Hasil penelitian diperoleh data bahwa ibu
postpartum dengan umur berisiko, sebanyak
41 responden yang mengalami perdarahan postpartum dengan persentase (43,6%) dan tidak mengalami
perdarahan postpartum berdasarkan umur tidak berisiko, sebanyak 53 responden dengan persentase (56,4%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno (2016) 7 yang menyimpulkan bahwa
sebagian ibu yang mengalami perdarahan postpartum berada pada umur berisiko (<20 tahun dan >35 tahun).
Umur berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut Depkes (2007) yaitu usia ibu hamil kurang dari 20
tahun lebih berisiko karena rahim dan panggul ibu belum siap bereproduksi dengan baik, sehingga perlu
diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan yang bisa berakibat terjadinya
komplikasi persalinan. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun kurang siap untuk
menghadapi kehamilan dan persalinan cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, mioma
uterus persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya8.
Paritas
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan paritas sebanyak 51 (54,3%) memiliki paritas berisiko
dan sebanyak 43 (45,7%) memiliki paritas tidak berisiko. Hasil penelitian ini sesuai teori Saifuddin (2002) yaitu
paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan pasca persalinan karena pada setiap kehamilan dan
persalinan terjadi perubahan pada serabut otot di uterus yang dapat menurunkan kemampuan uterus untuk
berkontraksi sehingga sulit untuk melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang membuka setelah
lepasnya plasenta9. Hasil penelitian sesuai penelitian Megasari (2013) bahwa Ibu yang paritas >3 beresiko
mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingkan ibu yang paritasnya 2-310.
Pendidikan
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan pendidikan sebanyak 53 (56,4%) memiliki pendidikan
rendah dan sebanyak 41 (43,6%) memiliki pendidikan tinggi. Sesuai dengan teori menurut Suaratin (2001) yaitu
tingkat pendidikan yang tinggi akan menjadikan kehamilan lebih aman. Ibu dengan pendidikan tinggi cenderung
menikah pada usia lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti keluarga berencana (KB) dan mencari
pelayanan antenatal dan persalinan. Disamping itu ibu dengan pendidikan rendah juga tidak akan mencari
pengobatan tradisional bila hamil/bersalin dan juga dapat memilih makanan yang bergizi 11. Hasil penelitian sesuai
penelitian Megasari (2013) Ibu yang pendidikannya rendah beresiko mengalami perdarahan pasca persalinan 2
kali dibandingkan ibu yang pendidikan tinggi10.
Pekerjaan
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan pekerjaan di RSUD Cibinong tahun 2017
menunjukkan bahwa dari total 94 responden yang mengalami perdarahan postpartum yaitu ibu yang tidak
bekerja
sebanyak 80 (85,1%). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Arthina (2015) bahwa responden yang tidak
bekerja atau IRT yang mengalami perdarahan lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja, karena
selain mengerjakan pekerjaan rumah ibu juga harus membantu suami bekerja sehingga ibu mendapat peran
ganda yaitu selain mengurus rumah tangga ibu juga bekerja12.
Hubungan `antara Umur Ibu Nifas dengan Perdarahan Postpartum
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapat nilai Pvalue 0.048 yang artinya Pvalue
>0,05, maka Ho diterima Odd Ratio pada penelitian ini didapatkan hasil 2,408.Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dikakukan oleh Retno (2016)7, didapatkan hasil nilai pvalue 0,016 <0,05 yang artinya
umur berpengaruh secara signifikan dengan kejadian perdarahan postpartum. Nilai OR sebesar 0,316 yang
berarti ibu dengan umur berisiko memiliki peluang 0,316 kali untuk mengalami perdarahan postpartum. sesuai
dengan penelitian Zenita (2015) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan
kejadian perdarahan pasca persalinan primer dan sekunder13. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dan di
atas 35 tahun bisa mengakibatkan anemia, karena pada usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum
optimal, emosi masih cenderung labil, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit kronis yang menyebabkan anemia. Pengaruh anemia adalah
kontraksi uterus yang lemah pada saat persalinan, dan juga plasenta lebih lekat karena kompensasi anemia
yang berakibat sukar lepas, sehingga keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan pasca
persalinan14.
Hubungan antara Paritas Ibu Nifas dengan Perdarahan Postpartum
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapat nilai Pvalue 0.023 yang artinya Pvalue
>0,05, maka Ho diterima. Odd Ratio pada penelitian ini didapatkan hasil 2,866. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Friyandini, Lestari, dan Utama (2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara perdarahan postpartum primer dan sekunder dengan paritas dengan nilai p=0,953
yaitu p>α (α=0.05). Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara paritas dengan perdarahan postpartum
akan tetapi hasil OR=0,351, OR <
1 menunjukkan bahwa paritas bukan merupakan faktor penyebab perdarahan postpartum, hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu paritas bukan merupakan faktor langsung yang
menyebabkan perdarahan postpartum, selain itu sebagian besar responden pada penelitian ini berada
pada paritas tidak berisiko (2-3) dengan angka 57,5%. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Retno (2016)7, didapatkan hasil nilai pvalue 0,959 <0,05 yang artinya paritas tidak
berpengaruh secara signifikan dengan kejadian perdarahan postpartum. Berarti dapat dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungaan antara paritas dengan perdarahan postpartum15. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Widianti & Setiyaningsih (2014) yang menyatakan bahwa
penelitiannya tersebut terdapat hubungan yang sangat signifikan antara jarak kehamilan dengan
perdarahan pasca persalinan16. Pada saat interval kehamilan terlalu jauh berkaitan dengan umur maternal
yang semakin bertambah, dengan bertambahnya usia maka saat persalinan kekuatan fungsi otot–otot
uterus dan otot panggul melemah. Interval pada kehamilan yang jauh pengaruhnya hampir sama seperti
pada persalinan primipara17.
Hubungan antara Pendidikan Ibu Nifas dengan Perdarahan Postpartum
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapat nilai Pvalue 0.015 yang artinya Pvalue
>0,05, maka Ho diterima Odd Ratio pada penelitian ini didapatkan hasil 3,163 Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Megasari di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau tahun 2010 Uji Chi-
Square menunjukkan bahwa nilai pvalue 0,001 <0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pendidikan dengan perdarahan postpartum10. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Retno (2016)7, didapatkan hasil nilai pvalue 0,290 <0,05 yang artinya pendidikan tidak
berpengaruh secara signifikan dengan kejadian perdarahan postpartum. Berarti dapat dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungaan antara pendidikan dengan perdarahan postpartum.
Hubungan antara Pekerjaan Ibu Nifas dengan Perdarahan Postpartum
Hasil uji statistik dengan uji chi- square didapat nilai Pvalue 0.394 yang artinya Pvalue >0,05, maka
Ho ditolak Odd Ratio pada penelitian ini didapatkan hasil 0,606. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Retno (2016)7, didapatkan hasil nilai pvalue 0,091 <0,05 yang artinya pekejaan tidak
berpengaruh secara signifikan dengan kejadian perdarahan postpartum. berarti dapat dinyatakan bahwa tidak
terdapat hubungaan antara pekerjaan dengan perdarahan postpartum. Hasil Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Arthina (2015) bahwa ada Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2013-2014.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas
Tentang Perdarahan Postpartum di RSUD Cibinong Tahun 2017 Kabupaten Bogor sebanyak 94 resonden
terdapat 63 (67,0%) yang tidak mengalami
perdarahan postpartum, 53 (56,4%) mengalami perdarahan postpartum dengan umur tidak
berisiko sebanyak 51 (54,3%).
Mengalami perdarahan postpartum dengan paritas berisiko, pendidikan rendah sebanyak 53
(56,4%)., yang mengalami perdarahan postpartum dengan ibu tidak bekerja sebanyak 80 (85,1%). Terdapat
hubungan antara umur dengan pengaruh ibu nifas tentang perdarahan postpartum di RSUD Cibinong tahun
2017, terdapat hubungan antara paritas dengan pengaruh ibu nifas tentang perdarahan postpartum di RSUD
Cibinong tahun 2017.Ada hubungan antara pendidikan dengan pengaruh ibu nifas tentang perdarahan
postpartum di RSUD Cibinong tahun 2017.
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah bagi tempat penelitian hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kebidanan dan diharapkan kepada tenaga
kesehatan harus memperhatikan kelengkapan pendokumentasian data rekam medik pasien tercatat
dengan lengkap.
Daftar Pustaka
1. WHO; 2015.
2.Manuaba, Ayu Ida C.H Bagus, Ida G.F.Manuaba, Ida Bagus Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB.Jakarta: EGC; 2010.
3. MDGS.2015
4. KEMENKES Jawa Barat.2016
5.Prawirohadjo S. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka; Jakarta;
2008.
6.Lestrina & Eny .Hubungan Antara Paritas dan Anemia Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Di Rumah Sakit
William Booth Surabaya Periode 2007-2012. Volume 1 Nomor 1 (2012).
7.Retno A. “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Sekarwangi Tahun 2016”
dalam Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol 1 (Hlm 36-40) Bogor: Akbid Prima Husada Bogor; 2018.
8.Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Binkesmas Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005. Jakarta; 2007.
9.Saifuddin, A.B, dkk, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
10. Megasari, Miratu. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan di RSUD Arifin
Achmad Propinsi Riau Tahun 2009-2010” dalam Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2 (hlm 77 ). Pekanbaru: Prodi
Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru; 2013.
11. Suaratin. Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu Akibat Perdarahan Pasca Persalinan di RSU. Kabupaten
Tanggerang tahun 1997- 2000.Tesis S2 UI. Jakarta: 2001.
12. Arthina, Baiq Nini. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta Tahun 2013-2014: 2015.
13. Zenita okta SF. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan Postpartum di RSUD Dr.Soeroto Ngawi
Jawa Timur Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2015;7(1).
14. Sulistiyani CN. Hubungan antara Paritas dan Umur Ibu dengan Kejadian Perdarahan Post Partum di RS. Panti
Wilasa “Dr. Cipto” Yakkum cabang semarang. Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 2010;1(2).
15. Friyandini, F. Lestari, Y. dan Utama, Bobby Indra. Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum dengan Faktor
Risiko Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2012 - April 2013, Jurnal KesehatanAndalas,
2015;4(3) dalam
http://jurnal.fk.unand.ac.id. 2015.
16. Widianti EY, Setiyaningsih A. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer di BPS
Hermin Sigit Ampel Boyolali. Jurnal Kebidanan; 2014;6(1):22-28.
17. Yuliyati A, Soejoenoes A, Suwondo A, Anies, Irene KM. Beberapa faktor kejadian perdarahan postpartum ibu
bersalin yang dirawat di rumah sakit. Semarang: Program Studi Magister Epidemiologi Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro; 2017.
ANEMIA KEHAMILAN DAN JARAK
PERSALINAN DENGAN KEJADIAN
PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD
UNDATA PALU PROPINSI SULAWESI TENGAH

Sumiaty1), Udin2), Aminuddin3) 1)2)Poltekkes


Kemenkes Palu/Dosen/Kebidanan 3)Poltekkes Kemenkes
Palu/Dosen/Keperawatan
Email: sumiatyakbid@yahoo.com

ABSTRACT

Postpartum hemorrhage due to anemia and the proximity of labor are too close in number.
Prolonged labor may increase the risk of pregnancy such as anemia and as a complication during
labor because the condition of the maternal uterus has not fully recovered. This can be seen from
the data of Undata Hospital in 2016 cases with postpartum bleeding in 67 cases (13%). The aim of
this research is to know the correlation between pregnancy anemia and labor distance with post
partum hemorrhage.
Types of analytical survey research with case control approach. The population and
samples in this study were all postpartum mothers recorded in Undata Palu Hospital Medical
Record for the period of 2016 that was 67 people (cases) and 67 people (control), so the total
sample was 134 people.
The results showed that women who experienced postpartum hemorrhage were more
likely to have anemia in pregnancy and <2 years of birth spacing. The result of bivariate analysis
showed that there was correlation between anemia in pregnancy (p value: 0,000) and birth spacing
(p value = 0,000) with postpartum haemorrhage. Anemia gravidarum had a 28-fold risk for
postpartum haemorrhage (OR = 28,571) and mothers with <2 years of birth spacing had 19-fold
risk for postpartum haemorrhage (OR = 19.3).
The Conclusion is an association between anemia in pregnancy and birth spacing with
postpartum hemorrhage. health workers can be active in the mother's supervision during
pregnancy, the family is active in maintaining maternal health during pregnancy and the mother can
adjust the delivery distance.

Keywords: Anemia gravidarum, Birth spacing, Post Partum


Haemorrhage.
ABSTRAK

Perdarahan post partum akibat anemia dan jarak persalinan yang terlalu dekat jumlahnya
semakin bertambah. Jarak persalinan yang terlalu dekat dapat meningkatkan resiko pada
kehamilan seperti anemia dan sebagai penyulit saat persalinan karena kondisi rahim ibu belum
pulih sempurna Hal ini dapat terlihat dari data RSUD Undata tahun 2016 kasus dengan perdarahan
pada ibu post partum terdapat 67 kasus (13%). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
hubungan anemia kehamilan dan jarak persalinan dengan kejadian perdarahan post partum.
Jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan case control. Populasi dan sampel pada
penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang tercatat dalam Rekam Medik Rumah Sakit Undata
Palu periode tahun 2016 yaitu sebanyak 67 orang (kasus) dan 67 orang (kontrol), jadi total sampel
sebanyak 134 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang mengalami perdarahan postpartum lebih
berisiko terjadi pada ibu yang mengalami anemia dalam kehamilan dan jarak persalinan < 2 tahun.
Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara anemia dalam kehamilan (nilai p: 0,000) dan
jarak persalinan (nilai p: 0,000) dengan kejadian perdarah postpartum. Ibu yang anemia memiliki
risiko 28 kali untuk mengalami perdarahan postpartum (OR= 28,571) sedangkan ibu yang jarak
persalinan < 2 tahun memiliki risiko 19 kali untuk mengalami perdarahan postpartum (OR=19,3).
Kesimpulan ada hubungan antara anemia dalam kehamilan dan jarak persalinan dengan
kejadian perdarahan post partum. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat aktif dalam
pengawasan ibu selama hamil, keluarga aktif dalam menjaga kesehatan ibu selama hamil dan ibu
dapat mengatur jarak persalinannya.
Kata Kunci: Anemia kehamilan, Jarak Persalinan, Perdarahan Post Partum

PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) merupakan melahirkan tercatat sekitar 228 per 100 ribu
salah satu indikator untuk melihat derajat kelahiran hidup. Penyebab langsung
kesehatan perempuan. Hasil Survey kematian ibu adalah perdarahan yang
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) disebabkan oleh anemia kehamilan karena
menyebutkan pada tahun 2012, tingkat kurangnya asupan gizi pada saat kehamilan,
kematian ibu melahirkan meningkat faktor lain adalah jarak persalinan yang
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup terlalu dekat dapat meningkatkan resiko
dari tahun 2007, angka kematian ibu pada kehamilan seperti anemia dan
sebagai penyulit saat persalinan karena Jarak Kelahiran Dengan Kejadian
kondisi rahim ibu belum pulih sempurna Perdarahan Postpartum Primer Di BPS
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Hermin Sigit Ampel Boyolali dengan hasil
Penentuan jarak persalinan adalah penelitian ada pengaruh yang signifikan
upaya untuk menetapkan atau memberi antara hubungan jarak kelahiran dengan
batasan sela antara persalinan yang lalu dan kejadian perdarahan post partum.
persalinan yang akan datang idealnya jarak Anemia merupakan kondisi dimana
persalinan adalah lebih dari 2 tahun (2-5 berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
tahun). Jarak persalinan harus dihindari dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin
antara lain empat T yaitu: terlalu muda untuk sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
hamil,(<20 tahun), terlalu tua untuk hamil sebagai pembawa oksigen keseluruh
(>35 tahun), terlalu sering hamil (anak jaringan. Beberapa faktor tertentu dapat
>3 orang beresiko tinggi), terlalu dekat jarak diketahui menjadi penyebab anemia ialah
persalinan (<2 tahun) (Purwanti dan Yuli, nutrisi yang buruk, kehamilan dan persalinan
2015). dengan jarak yang berdekatan, pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Sawitri yang rendah dan tidak keteraturan
(2014) tentang “Hubungan Jarak Kehamilan mengkonsumsi tablet Fe (Oktarina dan
Dengan Kejadian Hemoragik Postpartum di Manuaba, 2010).
Puskesmas Sumberbaru” dengan hasil Penelitian yang dilakukan oleh
penelitian bahwa dari 100% sampel yang Sembiring (2010) tentang “Hubungan
merupakan ibu multiparitas yang mengalami Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian
Hemoragik Postpartum, 78% diantaranya Perdarahan Postpartum Di RSUP
adalah ibu inpartu dengan jarak kehamilan H. Adam Malik Medan” dengan hasil
tidak aman dan 22% lainnya dengan jarak penelitian terdapat hubungan anemia dalam
kehamilan aman. Dari hasil penelitian kehamilan dengan kejadian perdarahan post
diketahui bahwa jarak kehamilan yang tidak partum. Yang Mempengaruhi Kejadian
aman dapat menyebabkan terjadinya Perdarahan Postpartum Primer Pada Ibu
hemoragik Postpartum. Bersalin Di RSUD Panembahan Senopati
Berdasarkan penelitian yang Bantul- DIY dengan hasil penelitian
dilakukan oleh Widianti dan Atik (2014) menyatakan bahwa anemia
tentang Hubungan
mempunyai hubungan yang signifikan peningkatan jumlah kasus ibu hamil dengan
dengan kejadian perdarahan postpartum anemia Hb (<8-11 mg/dl) sebanyak 6.665
primer. kasus. dan ibu hamil yang mengalami
Data di Indonesia menunjukan bahwa anemia dengan Hb (<8 mg/dl) sebanyak
36% kelahiran memiliki jarak kelahiran 1.279 kasus. Dinas Kesehatan Kota Palu
kurang 2 tahun. Jarak kehamilan mempunyai kasus ibu hamil dengan anemia sebanyak
dampak pada kesehatan maternal, wanita 838 kasus (24,42%) pada tahun 2014, kasus
yang melahirkan dengan jarak kurang dari 2 ibu hamil dengan anemia sebanyak 888
tahun akan mengalami peningkatan resiko kasus (23,43 %) tahun 2015.
terjadinya perdarahan post partum bahkan Sedangkan pada tahun 2016 bulan Januari
kematian saat melahirkan (Widianti dan Atik, sampai dengan bulan Oktober terdapat
2014). kasus anemia pada ibu hamil sebanyak
Anemia dapat 1.231 kasus (36,69%) ( Dinas Kesehatan
meningkatkan kejadian Kota Palu, 2016 ).
perdarahan postpartum, anemia juga dapat Angka kejadian anemia di RSUD
meningkatkan rendahnya kemampuan ibu Udata Palu pada tahun 2014 terdapat kasus
untuk bertahan pada saat persalinan, ibu ibu anemia dengan jumlah 56 kasus (11%).
hamil dengan Hb normal akan lebih dapat Dan pada tahun 2015 terdapat kasus
menyesuaikan diri dari pada ibu dengan dengan ibu anemia sebanyak 138 kasus
anemia (Lestrina, 2012). (27%). Sedangkan pada tahun 2016 mulai
Tahun 2014 di Provinsi Sulawesi dari bulan januari sampai dengan bulan
Tengah terdapat kasus ibu hamil dengan september terdapat kasus dengan ibu
anemia Hb (<8- 11 mg/dl) sebanyak 4.165 anemia sebanyak 71 kasus (14%). Dan
kasus, sedangakan ibu hamil yang terdapat kasus perdarahan pada ibu post
mengalami anemia dengan Hb (<8 mg/dl) partum yang diakibatkan oleh jarak kelahiran
sebanyak 459 kasus. Dan pada tahun 2015 pada tahun 2014 sebanyak 60
terdapat kasus ibu hamil anemia dengan Hb kasus
(<8-11 mg/dl) sebanyak 2.621 kasus, (11,1%), dan pada tahun 2015 terdapat 63
sedangakan kasus ibu hamil anemia dengan kasus(12%), dan pada tahun 2016 terdapat
Hb (<8 mg/dl) sebanyak 217 kasus. Pada 67 kasus (13%) perdarahan post partum
tahun 2016 bulan januari sampai november yang diakibatkan oleh jarak kelahiran.
terjadi Sedangkan data
dari RSU Anutapura Palu pada tahun 2015 perbandingan 1:1 sehingga total populasi
jumlah kasus ibu dengan anemia sebanyak sebanyak 134 orang (67 kasus dan 67
87 kasus (7,6%). Sedangkan pada tahun kontrol).
2016 jumlah kasus anemia Pengambilan sampel
53 kasus (4,6%), dan terdapat kasus ditentukan secara total pupulasi, dimana
perdarahan pada ibu post partum yang semua anggota populasi digunakan sebagai
diakibatkan oleh jarak kelahiran tahun 2015 sampel. Sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 56 kasus (4,9%). Sedangkan pada ibu yang mempunyai catatan rekam medic
tahun 2016 jumlah perdarahan ibu post yang lengkap (Hb, data Hb saat hamil dan
partum yang diakibatkan oleh jarak kelahiran data persalinan sebelumnya). Variabel
adalah 47 kasus (4,1%). dalam penelitian adalah perdarahan post
Berdasarkan hal tersebut maka partum (variabel dependen) dan anemia
tujuan penelitian ini adalah untuk kehamilan serta jarak persalinan (variabel
mengetahui hubungan anemia kehamilan independen).
dan jarak persalinan dengan kejadian Teknik pengumpulan data yaitu data
perdarahan post partum di RSUD Undata sekunder yang merupakan data yang
Palu. diperoleh dari catatan register Rekam
Rumah Sakit Undata Palu periode Januari
METODE PENELITIAN sampai Desember 2016. Kemudian data
Jenis penelitian adalah penelitian diolah dan dianalisis secara univariat dan
survey analitik dengan desain penelitian bivariat.
case control. Penelitian dilaksanakan di
Rumah Sakit Undata Palu selama 3 bulan. HASIL PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah semua Berdasarkan analisis
ibu yang mengalami perdarahan post partum univariat maka hasil penelitian diperoleh
(kasus) dan ibu yang tidak mengalami bahwa sebagian besar responden
perdarahan post partum (kontrol) dengan mengalami anemia (53,7%). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Distribusi Anemia dalam Kehamilan di RSUD Undata Palu Periode 2016
Anemia dalam kehamilan Frekuensi (f) Porsentase (%)
Anemia 72 53,7
Tidak Anemia 62 46,3
Jumlah 134 100
Sumber: Data Terolah Tahun 2017

Sedangkan data distribusi jarak sebagian besar memiliki jarak persalinan ≥ 2


persalinan pada ibu post partum di RSUD tahun (50,7%). Hal ini dapat dilihat pada
Undata Palu periode 2016 diperoleh bahwa tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Anemia dalam Kehamilan di RSUD Undata Palu Periode 2016
Jarak Persalinan Frekuensi (f) Porsentase (%)
Jarak Salin < 2 Tahun 66 49,3
Jarak Salin ≥ 2 Tahun 68 50,7
Jumlah 134 100
Sumber: Data Terolah Tahun 2017

Pada analisis bivariat diperoleh kejadian perdarahan post partum. Hal ini
bahwa ada hubungan anemia kehamilan dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
dengan

Tabel 3. Distibusi Hubungan Anemia Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Pada Ibu Post
Partum Di RSUD Undata Palu periode 2016

Perdarahan Tidak
p- OR (95%
Variabel Perdarahan
Value CI)
F % f %
Anemia 65 97,1 7 10,5 0,000 28,58
Tidak Anemia 2 2,9 60 89,5 (5,68-
93,88)
Jumlah 67 100 67 100
Sumber : Data Terolah Tahun 2017
Ibu yang mengalami perdarahan 28,571 yang artinya bahwa ibu yang anemia
postpartum lebih berisiko terjadi pada ibu memiliki risiko 28 kali untuk mengalami
yang mengalami anemia pada kehamilan perdarahan postpartum.
(97,1%) dibandingkan dengan ibu yang tidak Perdarahan postpartum juga dapat
mengalami anemia pada kehamilan (2,9%). terjadi pada ibu yang jarak persalinan < 2
Berdasarkan hasil uji chi square tahun, ibu yang mengalami perdarahan
diperoleh nilai p: 0,000 (p value ≤ 0,05) yang postpartum berisiko terjadi pada ibu yang
artinya bahwa anemia kehamilan merupakan memiliki jarak persalinan
faktor risiko terjadinya < 2 tahun dibandingkan dengan ibu yang
perdarahan pada ibu post partum. Nilai Odds memiliki jarak persalinan
Ratio (OR)= ≥ 2 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4
berikut ini.

Tabel 4. Distibusi Hubungan Jarak Persalinan Dengan Kejadian Perdarahan Post


Partum Di RSUD Undata Palu periode 2016

Perdarahan Tidak
p- OR (95%
Variabel Perdarahan
Value CI)
F % f %
Jarak Salin < 2 62 92,6 4 5,9 0,000 19,3
tahun (5,09-
Jarak Salin ≥ 2 5 7,4 63 94,1 61,45)
tahun
Jumlah 67 100 67 100
Sumber : Data Terolah Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji chi square PEMBAHASAN


diperoleh nilai p: 0,000 (p value ≤ 0,05) yang Hasil penelitian ini menunjukkan
artinya bahwa jarak persalinan < 2 tahun bahwa Ibu yang mengalami perdarahan
merupakan faktor risiko terjadinya postpartum lebih berisiko terjadi pada ibu
perdarahan post partum. Nilai Odds Ratio yang mengalami anemia pada kehamilan
(OR)= 19,3 yang artinya bahwa ibu yang (97,1%) dibandingkan dengan ibu yang tidak
jarak persalinan < 2 tahun memiliki risiko 19 mengalami anemia pada kehamilan (2,9%).
kali untuk mengalami perdarahan
postpartum.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p: 0,000 (p value ≤ 0,05) yang artinya bahwa anemia kehamilan
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pada ibu post partum. Nilai Odds Ratio (OR)= 28,571 yang
artinya bahwa ibu yang anemia memiliki risiko 28 kali untuk mengalami perdarahan postpartum.
Hal ini sejalan dengan penelitian Lestrina (2012) bahwa anemia dapat meningkatkan kejadian perdarahan
postpartum, anemia juga dapat meningkatkan rendahnya kemampuan ibu untuk bertahan pada saat persalinan, ibu hamil
dengan Hb normal akan lebih dapat menyesuaikan diri dari pada ibu dengan anemia.
Penelitian Widianti dan Atik (2014) juga menyatakan bahwa anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk
terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Pengaruh anemia pada saat nifas salah satunya perdarahan postpartum,
infeksi nifas dan penyembuhan luka perineum cukup lama. Sama halnya dengan penelitian Tiastaz (2014) yang
menunjukkan bahwa anemia dapat menyebabkan perdarahan karena Hb yang rendah dapat mengurangi pasokan sel darah
merah. Fungsi HB adalah mengikat oksigen untuk ditranspor ke jaringan termasuk ke uterus. Kurangnya pasokan oksigen
ke uterus menyebabkan uterus tidak berkontrasi secara adekuat sehingga terjadi perdarahan.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kavle (2011), yang menunjukkan bahwa ada hubungan hubungan
antara anemia selama kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum di Pulau Pemba Zanzibar Tanzania
dengan nilai P- Value=0,003. Penyebab anemia selama kehamilan karena responden kurang
mengkonsumsi suplemen penambah darah. Setelah melahirkan beresiko mengalami perdarahan
karena faktor penggumpalan darah yang menurun akibat anemia.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perdarahan postpartum dapat terjadi pada ibu yang jarak
persalinan < 2 tahun, ibu yang mengalami perdarahan postpartum berisiko terjadi pada ibu yang memiliki jarak
persalinan
< 2 tahun dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak persalinan
≥ 2 tahun.
Hasil uji chi square diperoleh nilai p: 0,000 (p value ≤ 0,05) yang artinya bahwa jarak persalinan < 2 tahun
merupakan faktor risikoterjadinya perdarahan post partum. Nilai Odds Ratio (OR)= 19,3 yang artinya
bahwa ibu yang jarak persalinan < 2 tahun memiliki risiko 19 kali untuk mengalami perdarahan postpartum. Hal ini
sesuai dengan penelitian Holmes (2011) yang menemukan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, semakin besar
resiko ibu mengalami persalinan dan pelahiran prematur. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan interval waktu minimal 24 bulan agar tubuh dapat pulih setelah melewati proses kelahiran.
Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Sawitri dan Ririn (2014) yang menunjukkan bahwa jarak persalinan yang
tidak aman dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum. Jarak persalinan yang terlalu dekat dengan
kehamilan sebelumnya akan banyak risiko yang akan terjadi pada ibu maupun janinnya. Rahim yang belum pulih akibat
persalinan sebelumnya belum bisa memaksimalkan pembentukan cadangan makanan bagi janin
dan untuk ibu sendiri. Akibatnya akan berdampak tidak baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi ibu sendiri meningkatkan risiko
terkena anemia akut. Ibu hamil yang terkena anemia akut akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, bayi
terlahir prematur, risiko perdarahan pada saat persalinan dan risiko terburuk yaitu keguguran.
Hasil penelitian Kebalepile (2011) juga menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara hubungan
jarak kelahiran dengan kejadian perdarahan post partum. Perdarahan postpartum tidak hanya disebabkan karena
jarak kelahiran, dapat pula karena faktor lain seperti atonia uteri, anemia, paritas, dan ruptur perineum. Begitupula
dengan penelitian Kodla (2015) tentang studi faktor resiko perdarahan post partum di Solapur Maharashtra India tahun
2015, diperoleh hasil bahwa jarak persalinan menjadi salah satu faktor risiko perdarahan post partum dengan nilai
OR=12,22.
Peran petugas kesehatan terutama bidan harus benar- benar mampu melaksanakan pencegahan sejak dini
tentang perdarahan post partum, jangan sampai angka kematian ibu meningkat akibat perdarahan post partum.
Disamping peran petugas dilapangan peran masyarakat dan lintas sektor lainnya sangat diperlukan untuk mendukung
kegiatan edukasi atau penyuluhan. Peran tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh di lingkungan ibu hamil yang
susah di ajak bekerja sama oleh petugas kesehatan perlu mendapat perhatian yang serius agar ibu hamil mau
mengikuti anjuran petugas kesehatan sehingga perdarahan post partum tidak meningkat dan angka kematian Ibu
dapat ditekan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara anemia dalam kehamilan dan
jarak persalinan dengan kejadian perdarahan postpartum. Anemia dalam kehamilan dan jarak persalinan merupakan factor
risiko terjadinya perdarahan postpartum.

SARAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum adalah mengaktifkan peran serta
petugas kesehatan dalam pengawasan selama kehamilan pada setiap ibu hamil agar tidak mengalami anemia selama
kehamilannya, mengikutsertakan peran keluarga dalam menjaga kesehatan ibu selama hamil dan memotivasi ibu untuk
mengatur jarak persalinannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Medika: Jogjakarta
Dinas Kesehatan Kota Palu. 2016. Data Jumlah AKI dan Anemia pada ibu hamil. Palu
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2016. Data Jumlah AKI dan Anemia pada Ibu Hamil. Palu
Holmes, D dan Baker, N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. EGC :Jakarta
Kavle. 2011. Association between Anaemia during Pregnancy and Blood Loss at and after Delivery among Women
with Vaginal Births in Pemba Island Zanzibar Tanzania. Journal international Health Popul (online) Vol 6 no 12
(https://www.researchgate.n et). Diakses pada tanggal 10 Agustus 2017
Kebalepile. 2011. The association Of Labor Spacing With Postpartum Hemorrhage In North Botswana.
Journal international. (Online) vol (https://www.hindawi.com). Diakses 10 Agustus
2017
Kodla. 2015. A Study Of Prevalence, Causes, Risk Factors And Outcome Of Severe Obstetrics Haemorrhage.
Journal of Scientific and Innovative (online) Vol 4(2): 83-87, (www.jsirjournal.com).
Diakses pada tanggal 16 Agustus 2017 Lestrina dan Eny. 2012. Hubungan Antara Paritas Dan Anemia Denga
Kejadian Perdarahan Postpartum Di Rumah Sakit William Booth Surabaya Periode 2007-2012. Jurnal
kebidanan volume 6 nomor 1,
(http://ejournal.unsrat.ac.id). Diakses 20 Desember 2016 Oktarina, M. Dan Manuaba, IGB. 2010. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Persalinan Dan
Bayi Baru Lahir. KDT
:Yogyakarta.
Purwanti, S dan Yuli, T. 2014. Pengaruh Umur Dan Jarak Persalinan Terhadap
Kejadiaqn Perdarahan Karena Atonia Uteri. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Online), volume 6
nomor 1, (http://repository.usu.ac.id), diakses pada tanggal 21 Desember 2016
RSU Anutapura Palu. 2015. Laporan Buku Register Rekam Medik RSU Anutapura Palu. Periode 2015-2016. Palu
RSUD Undata Palu. 2014. Laporan Buku Register Rekam Medik RSUD Undata Palu Periode 2014- 2016. Palu
Sawitri, L dan Ririn, H. 2014. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian
Hemoragik Postpartum Di Puskesmas Sumberbaru. Jurnal kebidanan (Online),
volume 1 nomor 3, (http://repository.usu.ac.id), diakses pada tanggal
21 desember 2016
Sembiring. 2010. Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUP H. Adam
Malik Medan. Jurnal
kebidanan (Online), (http://repository.usu.ac.id), diakses pada tanggal 21 desember
2016
Tiastaz. 2014. Hubungan Antara Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan Post Partum Primer.
www.academia.edu/.
Diakses 10 Agustus 2017 WHO. 2013. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu Difasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. UNICEF: Jakarta
Widianti, Y dan Atik, S. 2014. Hubungan Jarak kelahiran dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer di BPS
Hermin Sigit Ampel Boyolali. Jurnal Kebidanan (Online), Volume
4 nomor 1, (http://repository.usu.ac.id), diakses pada tanggal 21 desember
2016.
Midwifery Journal | Kebidanan
ISSN 2503-4340 | e-ISSN 2614-3364
Vol. 3 No. 1 Januari 2018, hal. 21-25

HUBUNGAN RIWAYAT ANEMIA DAN JARAK KELAHIRAN


DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
Siti Maesaroh1, Inta Patica Iwana2
Program Kebidanan, STIKes Aisyah Pringsewu, sitimae1986@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstrak: Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjad
Diterima: 14-01-2018 isetelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal. Data
Disetujui: 30-01-2018 AKI pada tahun 2013 menurut SDKI (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia)
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi
lampung tahun 2014 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 47 kasus, eklamsi sebanyak 46
kasus, infeksi sebanyak 9 kasus, partus lama sebanyak 1 kasus, aborsi sebanyak 1 kasus
Kata Kunci: dan lain-lain sebanyak 54 kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk diketahui
Perdarahan hubungan Riwayat anemia dan jarak kelahiran dengan kejadian perdarahan postpartum
pada ibu bersalin di RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jenis penelitian yang
Postpartum, Riwayat
digunakan adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu
Anemia, analitik dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan data sekunder. Populasi
Jarak kelahiran dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin berjumlah 997 dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan systematik random sampling berjumlah 285 responden.
Pengumpulan data menggunakan checklist. Lokasi penelitian yaitu di RSUD.Dr.H.Abdul
Moeloek Bandar Lampung dan penelitian dilakukan selama satu bulan. Hasil penelitian
dari 285 responden, ada 164 (57,6 %) yang mengalami perdarahan postpartum dan 121
(42,4%) tidak mengalami perdarahan postpartum dengan 194 (68,1 %) mengalami
anemia dan 183 (64,2%) jarak kelahiran beresiko. Setelah dilakukan analisis bivariate
ditemukan hubungan riwayat anemia dengan kejadian perdarahan postpartum (p
=0,0011< 0,05) dan hubungan jarak kelahiran dengan perdarahan postpartum (p =0,005 <
0,05). Kesimpulan terdapat hubungan antara riwayat anemia dan jarak kelahiran dengan
kejadian perdarahan postpartum di RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun
2016, sehingga disarankan agar dapat melakukan deteksi dini terhadap anemia dan jarak
kelahiran ibu sehingga dapat menurunkan angka kejadian perdarahan postpartum dan
penanganan yang cepat pada perdarahan postpartum sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu.

Abstract: Postpartum haemorrhage is bleeding more than 500 cc that occurs after the baby
is pervaginam labor or more than 1000 ml after abdominal labor. AKI in 2013 according to
IDHS (Demographic and Population Survey of Indonesia) of 228 per 100,000 live births. The
cause of maternal mortality cases in Lampung province 2014 is caused by 47 cases of
bleeding, 46 cases of epidemic, 9 infections, 1 year old case, 1 case abortion and 54 cases. The
purpose of this study is to know the relationship History of anemia and birth distance with
the incidence of postpartum hemorrhage in maternal mothers in hospitals.
Dr.H.AbdulMoeloek Bandar Lampung Year 2016. The type of research used is quantitative
research. The research design used was analytic with cross sectional approach using
secondary data. The population in this study were all maternal mother amounted to 997 with
sampling technique using systematic random sampling amounted to 285 respondents. Data
collection using checklist. The research location is in RSUD. Dr.H.AbdulMoeloek Bandar
Lampung and research conducted for one month. Results of the study of 285 respondents,
there were164 (57,6 %) who experienced postpartum haemorrhage and 121(42,4%) did not
experience postpartum haemorrhage with 194(68,1 %)anemia and183 (64,2%) risk of birth
distance . After bivariate analysis, the association of anemia with postpartum hemorrhage (p
= 0,0011<0,05) and relation between birth and postpartum haemorrhage (p = 0,005 <0,05)
was found. Conclusion there is correlation between history anemia and birth distance with
incidence of postpartum haemorrhage in RSUD. Dr.H.AbdulMoeloek Bandar Lampung In
2016, it is suggested that early detection of anemia and maternal distance can reduce the
incidence of postpartum hemorrhage and rapid handling of postpartum hemorrhage in order
to reduce morbidity and maternal mortality.

————————————————————
21
Siti Maesaroh, Hubungan Riwayat Anemia... 22

A. LATAR BELAKANG persalinan pendek kurang dari


Salah satu indikator untuk mengetahui derajat 2 tahun, Distensi rahim berlebihan, Persalinan
kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan dilakukan dengan tindakan (Manuaba, 2010).
Angka Kematian Bayi (AKB). Walaupun telah lakukan Dampak perdarahan pada ibu gangguan his (kekuatan
usaha intensif dan diikuti dengan menurunnya AKI di mengejan), kala pertama dapat berlangsung
setiap rumah sakit, namun sampai saat ini kematian
ibu di Indonesia masih berkisar 50 kali lebih tinggi
dibanding Negara maju dan 3 kali lebih tinggi di banding
Negara Asia Tenggara (Widianti, 2014).
Salah satu penyebab utama kematian ibu baik di
dunia maupun negara berkembang secara obstetri
langsung adalah perdarahan (28%), preeklamsia
/eklamsi (24%), infeksi (11%), sedangkan secara tidak
langsung disebabkan oleh trauma obstetri (5%) dan lain- lain
(11%). Berdasarkan penyebab terjadinya AKI
penyebab utamanya adalah perdarahan pasca persalinan atau
postpartum (Kunsianah, 2015).
Menurut WHO (World health Organization), angka
kematian ibu adalah perhitungan dalam waktu tertentu per
100.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu yang sama.
Maternal Mortality Ratio (MMR) dianggap tinggi jika >300-
499 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan
sangat tinggi jika >1.000 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Dua Negara penyumbang
sepertiga dari semua kematian ibu global yaitu: India pada
17% (50.000) dan Nigeria pada 14% (40.000) (WHO
Maternal Mortality Ratio, 2013).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia jika
dibandingkan dengan negara-negara maju atau negara-
negara di Asia Tenggara masih tergolong cukup
tinggi.Data AKI pada tahun 2013 menurut SDKI (Survei
Demografi dan Kependudukan Indonesia) sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup (Kunsianah, 2015).
Angka kematian ibu maternal berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,
status gizi dan kesehatan ibu kondisi kesehatan
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.
Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung tahun 2014
disebabkan oleh perdarahan sebanyak 47 kasus, eklamsi
sebanyak 46 kasus, infeksi sebanyak 9 kasus, partus
lama sebanyak 1 kasus, aborsi sebanyak 1 kasus dan
lain-lain sebanyak 54 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2014).
Perdarahan postpartum merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak.semua wanita yang sedang
hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan
postpartum. Walaupun angka kematian maternal telah
turun secara drastis di negara- negara berkembang,
perdarahan postpartum tetap merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak dimana-mana (Taufan,
2012).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari
500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau
lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal. Penyebab
perdarahan post partum antara lain, atonia uteri (50-
60%), sisa plasenta (23-24%), retensio
plasenta (16- 17%), laserasi jalan lahir (4-5%), Kelainan
darah (0,5-0,8%) (Taufan, 2012).
Faktor- faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum
adalah keluhan umum lemah, Anemia, Grandemultipara, Jarak
Siti Maesaroh, Hubungan Riwayat Anemia... 23
lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung pada tahun 2015 jumlah seluruh persalinan ada 863
lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan persalinan, jumlah ibu yang mengalami perdarahan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti sebanyak 240 kasus (27,8%), pada bulan Januari-
retensio plasenta, dan perdarahan postpartum sekunder Desember tahun 2016 jumlah seluruh persalinan ada
dan atonia uteri. juga berpengaruh pada janin yaitu
abortus, terjadi kematian intrauterine, persalinan
prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran
dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi sampai kematian prinatal (Manuaba,
2010).
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk
terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas.
Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel
tubuh maupun sel otak, Kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/
ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Ibu hamil yang
menderita anemia memiliki kemungkinan akan
mengalami perdarahan postpartum (Sembiring, 2010).
Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan
melalui program Keluarga Berencana ternyata tidak
semudah yang dibayangkan karena pada kenyataannya
masih banyak ibu-ibu muda memiliki jarak kehamilan
terlalu dekat.Data di Indonesia menunjukkan 36%
kelahiran memiliki jarak kelahiran kurang 2 tahun.
Wanita yang melahirkan dengan jarak kurang 2 tahun
akan mengalami peningkatan resiko terjadinya
perdarahan post partum bahkan kematian saat
melahirkan, proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak
kelahirannya ternyata jarak kurang dari 2 tahun
menunjukkan proporsi kematian maternal lebih banyak.
Jarak melahirkan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.
Pada ibu bersalin dengan jarak terlalu dekat akan
beresiko terjadi perdarahan post partum (Widianti,
2014).
Peran bidan dalam menghadapi perdarahan
postpartum dapat dilakukan dengan peningkatan upaya
preventif seperti meningkatkan gerakan keluarga
berencana, merujuk kehamilan jika ditemukan salah
satu penyulit persalinan pada penapisan awal ke
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, dan melakukan
perbaikan gizi pada ibu hamil dengan pemberian
makanan tambahan (Manuaba, 2010). Upaya kuratif,
seperti memberikan oksitosin, melakukan Kompresi
Bimanual Interna-Eksterna (KBI KBE), manual
plasenta, transfusi darah, atau tindakan digital. Terapi
pada perdarahan postpartum prinsipnya dengan
menghentikan perdarahan dan mengganti darah yang
hilang dengan cairan fisiologis dan tranfusi darah
(Fahmi, 2010).
Sebagai rumah sakit rujukan RSUD. Dr.H.Abdoel
Moeloek Bandar lampung merupakan rumah sakit yang
difasilitasi untuk menangani kasus- kasus yang terjadi
dimasyarakat, termasuk perdarahan postpartum di
wilayah kota Bandar lampung dan daerah sekitarnya.
Berdasarkan data hasil penelitian di RSUD. Dr. H.
Abdoel Moeloek pada tahun 2014 jumlah seluruh
persalinan ada 1082 persalinan, jumlah ibu yang
mengalami perdarahan sebanyak 342 kasus (31,6%),
997 persalinan, jumlah ibu yang mengalami perdarahan Riwayat Anemia
sebanyak 302 kasus (30,3%). 110 diantaranya TABEL 2
disebabkan karena anemia (36,4%) dan 97 kasus Distribusi Frekuensi Riwayat Anemia di RSUD Dr. H. Abdul
diantaranya adalah ibu dengan jarak kelahiran beresiko Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016
(32,1%) (Rekam Medik RSUD. Dr.H.Abdoel Moeloek Anemia Frekuensi
Persentase
Bandar lampung tahun 2016). (%)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik Anemia 194 68,1
Tidak Anemia 91 31,9
untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Riwayat
Jumah 285 100%
Anemia Dan Jarak Kelahiran Dengan Kejadian Perdarahan
Postpartum di RSUD Dr.
H. Abdoel Moeloek Bandar lampung tahun 2016”. Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 285 jumlah ibu
bersalin yang dirawat diruang kebidanan RSUD Dr.H.
B. METODE PENELITIAN Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 sebagian
besar mengalami anemia yaitu sebanyak 194 (68,1%) ibu
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersalin dan 91 (31,9%) ibu bersalin yang tidak
menggunakan penelitian kuantitatif yang bertujuan mengalami anemia.
untuk mengetahui “ Hubungan Riwayat Anemia Dan
Jarak Kelahiran Dengan Kejadian Perdarahan Jarak Kelahiran
Postpartum”. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu TABEL 3
analitik dengan pendekatan cross sectional yang Distribusi Frekuensi Jarak Kelahiran di RSUD Dr. H. Abdul
menggunakan data sekunder.Adapun subjek Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016
penelitiannya adalah ibu bersalin, sedangkan objek
penelitiannya adalah Perdarahan postpartum. Penelitian ini Jarak Kelahira Frekuensi Persentase (%)
akan dilaksanakan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Beresiko 183 64,2
Lampung, dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret Tidak Beresiko 102 35,8
tahun 2017. Jumlah 285 100%
Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu
bersalin di Ruang Kebidanan RSUD dr. H. Abdul Moeloek Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 285
Bandar Lampung tahun 2016 yaitu sejumlah 997 ibu jumlah ibu bersalin yang dirawat diruang kebidanan RSUD
bersalin, Sedangkan sampel total populasi yaitu 285, dengan Dr.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar mengalami jarak kelahiran beresiko yaitu
adalah teknik systematic random sampling sebanyak 183 (64,2%) ibu bersalin dan 102 (35,8%) ibu
pengumpulan data dengan observasi Rekam Medik bersalin yang tidak beresiko.
teradap data yang ada, Uji statistic yang digunakan
yaitu Chi Squer. 2. Hasil Analisa Bivariat
a. Hubungan Riwayat Anemia Dengan
Kejadian Perdarahan Postpartum
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Wilayah penelitian ini adalah di RSUD dr.H Abdul Moeloek TABEL 4
Provinsi lampung, dimana Ruamah Sakit ini merupakan Analisis Hubungan Riwayat Anemia Dengan Kejadian
Rumah Sakit Tipe B yang merupakan Rumah sakit rujukan di Perdarahan Postpartum di RSUD Dr. H. Abdul
Provinsi lampung. MoeloekBandar Lampung Tahun 2016

1. Hasil Analisa Univariat Perdarahan Perdarahan


P- OR
Jarak Val (95
Tota
TABEL 1 Kelah Tidak ue %)
Perdarahan l
ir an Perdaraha CI
Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum di n
RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung N % N % N %
Tahun 2016 Beresik
o 117 63,9 66 36,1 183 100 2,074
0,00
1,268
Perdarahan Frekuensi Persentase Tidak 5
47 46,1 53,9 102 100 3,395
(%) Beresik
55
o
Perdarahan 164 57.6 Jumlah 12
Tidak perdarahan 121 42.4 164 57,5 1 42,5 285 100
Jumah 285 100%
Berdasarkan tabel 4dapat diketahui bahwa Terdapat 194 ibu
Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 285 jumlah ibu bersalin yang mengalami anemia dimana 122 (62,9%) ibu
bersalin yang dirawat diruang kebidanan RSUD Dr.H. bersalin mengalami perdarahan dan 72 (37,1%) ibu bersalin
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 sebagian tidak mengalami perdarahan. Sedangkan terdapat
besar kejadian perdarahan yaitu sebanyak 164 (57,6%) ibu 91 ibu bersalin yang tidak mengalami anemia dimana 42
bersalin dan 121 (42,4%) ibu bersalin yang tidak (46,2%) ibu bersalin mengalami perdarahan dan49
mengalami perdarahan. (53,8%) ibu bersalin tidak mengalami
perdarahan. Hasil uji statistik P value = 0,011 lebih kecil
dibandingkan α (0.011<0,05) maka Ho ditolak sehingga
terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian
anemia dengan perdarahan postpartum di RSUD Dr. H. hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran dengan
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016. Diperoleh nilai kejadian perdarahan postpartum
OR: 1,977, artinya ibu bersalin dengan anemia
mempunyai peluang 1,977 kali untuk mengalami
perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu
bersalin yang tidak mengalami anemia.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan teori yang
mengatakan anemia dapat meningkatkan kejadian perdarahan
postpartum karena uterus kekurangan oksigen hal ini
menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi sehingga
mengakibatkan terjadinya perdarahan postpartum.
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kunsianah (2015) di
Puskesmas Gemu, Kabupaten Kendal Jawa Timur. Dari
hasil uji statistic menujukan ada hubungan anemia
dengan kejadian pasca persalinan yaitu diperolehnya
p.value = 0,000 < α 0,05 berarti ada hubungan antara
anemia pada ibu bersalin dengan kejadian perdarahan
postpartum di Puskesmas Gemu, Kabupaten Kendal
Jawa Timur Tahun 2015”.
Berdasarkan analisis peneliti resiko perdarahan postpartum
meningkat pada wanita bersalin dengan anemia dimana
anemia bisa menyebabkan kurangnya kadar haemoglobin
sehingga jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit,
sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen dan cakupan
nutrisi ke uterus. Pada saat ibu bersalin maka akan terjadi
kontraksi uterus yang adekuat sehingga bayi lahir, apabila ibu
mengalami anemia selama kehamilan maka kontraksi uterus
akan berkurang hal ini diakibatkan karena kurangnya jumlah
oksigen dan nutrisi pada organ uterus, apabila uterus
kekurangan oksigen dan nutrisi maka sel- sel uterus akan
mengalami penurunan kinerja berupa penurunan kontraksi,
penurunan kontraksi inilah yang akan menyebabkan terjadinya
perdarahan.

b. Hubungan Jarak Kelahiran Dengan


Perdarahan Postpartum

TABEL 5
Hubungan Jarak Kelahiran Dengan
Perdarahan Postpartum

Perdarahan Jumlah P- OR
Riway Val (95
at Tidak ue %
Anem Perdarahan CI)
Perdaraha
ia n
N % N % N %
Anemia 122 62,9 72 37,1 194 100 1,977
Tidak 0,01 1,193
42 46,2 49 53,8 91 100
Anemia 1 3,275
Jumlah 164 57,5 121 42,5 285 100

Berdasarkan tabel 8 Berdasarkan data hasil penelitian dari


285 responden dapat diketahui bahwa terdapat 183 ibu
bersalin dengan jarak kelahiran beresiko. Dimana 117
(63,9%) ibu bersalin mengalami perdarahan dan 66 (36,1%)
ibu yang tidak mengalami perdarahan, sedangkan
terdapat 102 Ibu bersalin yang tidak mengalami jarak
kelahiran beresiko. Dimana 47 (46,1%) ibu bersalin
mengalami perdarahan dan 45 (53,9%) ibu bersalin tidak
mengalami perdarahan. Hasil uji statistic Chi-square,
didapatkan p.value = 0,005 lebih kecil dibandingkan α
(0.005< 0,05) maka Ho ditolak sehingga terdapat
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun perdarahan postpartum di Dr. H.
2016. Diperoleh nilai OR: 2.074, artinya ibu bersalin
dengan jarak kelahiran beresiko mempunyai peluang
2.074 kali untuk mengalami perdarahan postpartum
dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami
jarak kelahiran beresiko.
Penelitian yang mendukung hubungan jarak
kelahiran ibu dengan kejadian perdarahan postpartum
yaitu penelitian Widianti (2014) berdasarkan hasil
analisa jarak kelahiran dengan kejadian perdarahan
postpartum melalui chi square nilai X² hitung 31.220
dan P.value 0,000. Level signifikan 5% (0,000 < 0,05),
maka Ho ditolak, Ha diterima. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan
antara hubungan jarak kelahiran dengan kejadian
perdarahan postpartum.
Jarak kelahiran adalah suatu pertimbangan
menentukan jarak kelahiran antara anak berikutnya
dengan anak yang lalu.Berbagai sumber mengatakan
bahwa jarak kelahiran sekurang-kurangnya 2 tahun.
Apabila ibu melahirkan dengan jarak kurang dari 2
tahun akan mengalami berbagai resiko mulai dari
perdarahan hingga kematian. Perdarahan postpartum
akan lebih beresiko terjadi pada responden dengan
jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, karena sistem
reproduksi yang belum kembali berfungsi secara
normal (Manuaba, 2010).
Berdasarkan analisis peneliti jarak kelahiran
beresiko dapat menyebabkan perdarahan postpartum
dikarnakan Seorang wanita setelah bersalin
membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk
memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk
kehamilan dan persalinan berikutnya. Jarak kehamilan
terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya, akan
banyak resiko yang menimpa ibu. Rahim yang masih
belum pulih benar akibat persalinan sebelumnya belum
bisa memaksimalkan pembentukan cadangan makanan
bagi janin dan untuk tenaga ibu sendiri. Akibatnya
rahim belum siap untuk menghadapi proses kehamilan
dan persalinan lagi karena tenaga ibu (his) melemah.
Selain itu ibu juga beresiko mengalami perdarahan
pada kala IV karena kontraksi uterus yang melemah
sehingga luka bekas implantasi plasenta tetap terbuka
dan menimbulkan perdarahan aktif.

D. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
a. Distribusi perdarahan postpartum di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016
sebanyak 164 (57,5%) dari 285 ibu bersalin.
b. Distribusi riwayat anemia di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 yang
mengalami perdarahan postpartum sebanyak 194
(68,1%) dari 285 ibu bersalin.
c. Distribusi Jarak kelahiran di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 yang
mengalami perdarahan postpartum sebanyak 183
(64,2%) dari 285 ibu bersalin.
d. Terdapat hubungan antara riwayat anemia dengan
perdarahan postpartum di Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung Tahun 2016 dngan p-value = 0,011
dan OR = 1,977.
e. Terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 dngan P-value = 0,005 dan OR=2,074
2. Saran
a. Bagi RSUD Dr.H.Abdul Moeloek
Memberikan penanganan khusus bagi ibu partus yang memiliki riwayat anemia pada saat di RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek, untuk pencegahan lebih awal terjadinya perdarahan postpartum serta
meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum
sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu.
b. Bagi STIKes Aisyah Pringsewu
Dapat menambah bahan referensi perpustakaan dan pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa di
STIKes Aisyah Pringsewu, program studi kebidanan sehingga dapat menambah wawasan mahasisa
tentang perdarahan postpartum.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah pengetahuan
bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang perdarahan postpartum dengan variabel yang
lebih kompleks, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan informasi
untuk penelitian lebih lanjut khususnya tentang perdarahan pospatum

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia, Depkes RI, Jakarta, 2014.
Dinas Kesahatan Provinsi Lampung, Profil Kesehatan Provinsi Lampung, Dinkes Provinsi Lampung, Lampung, 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Profil Kesehatan Provinsi Lampung, Dinkes Provinsi Lampung, Lampung, 2014.
Hazmi, Alwan, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSUD Panembahan
Senopati, Jurnal ,STIkes Aisyiyah, Jogjakarta, 2014.
Hidayat, Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta, 2011.
Hikmah, Nurul, Gambaran Hemoragic Post Partum Pada Ibu Bersalin Dengan Kejadian Anemia Diruang RSUD
Kabupaten Subang, Jurnal, Universitas Pesantren Darul Ulun, Jombang, 2015. Kunsianah (2015), Hubungan Anemia
Saat Hamil
Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh, Jurnal, Ilmu Kesehatan, Jakarta.
Oxorn Dan Forte, Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi, Yayasan Essential Medika, Yogyakarta,
2010.
Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka, Jakarta, 2008
Rukiyah & Yulianti, Asuhan Kebidanan Patologi 4 Kebidanan, TIM, Jakarta, 2014.
Saifuddin, Kesehatan Maternal dan Neonatal, PT Bina Pustaka, Jakarta, 2009.
Sawitri, Lia, Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Hemoragic Post Partum Di Puskesmas
Sumber Baru, Jurnal Kebidanan, Jakarta, 2014.
Sembiring, Rinawati, Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di
RSUD H.Adam Malik, Jurnal, Medan, 2010.
Widianti, Hubungan Jarak Kelahiran Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Bps Hermin Sigit
Ampel Boyolali, Jurnal Kebidanan, Jawa Tengah, 2014.

Anda mungkin juga menyukai