PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA
Nama : Mubin
NIM : 61608100818040
Kelompok : 10 (sepuluh)
Asisten dosen
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
BATAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODE KERJA
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran yang ada pada daun
Serbuk yang sudah halus kemudian di ayak lalu di timbang dan masukkan
dalam wadah.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
2. Tahapan pembuatan simplisia yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan serta pemeriksaan mutu.
5.2 Saran
1. Sebaiknya gunakan alat perajang yang bersih saat melakukan proses
perajang agar simplisia tidak terkontaminasi.
2. Selalu jaga kebersihan ketika bekerja di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1995, Peranan tumbuhan hutan tropis dalam pengembangan obat-
obatan. Simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik. Simpul
Nasional APINMAP dan UNESCO, Bogor, 10-12 Oktober 1995.
PERCOBAAN II
MASERASI
Nama : Mubin
NIM : 61608100818040
Kelompok : 10 (sepuluh)
Asisten dosen :
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
BATAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODE KERJA
Ditambahkan 3 liter pelarut etanol 70%, dimana tiap pada proses maserasi
digunakan sebanyak 2 buah botol gelap.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau
solut di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
2. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
5.2 Saran
1. Diharapkan praktikan dapat dengan teliti dalam melakukan penimbang
dan penyaringan ekstrak agar memperoleh hasil ekstrak yang baik.
2. Selalu gunakan APD yang lengkap saat melakukan percobaan di
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN III
EKSTRAKSI
Nama : Mubin
NIM : 61608100818040
Kelompok : 10 (sepuluh)
Asisten dosen :
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
BATAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODE KERJA
Dimasukkan maserat daun keben atau nyireh yang sebelumnya telah di saring
kedalam labu alas bulat
Dinyalakan tombol pemutar labu alas bulat pada kecepatan yang diinginkan
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan ekstraksi dari hasil maserasi atau maserat
daun keben dan nyireh dengan menggunakan rotary evaporator. Maserat di
masukkan ke dalam labu penguapan pada rotary evaporator. kemudian
dievaporasi menggunakan rotary evaporator. Labu penguapan akan diputar
dalam air yang telah dipanaskan pada suhu tertentu. Pemutaran labu
penguapan membantu dan mempercepat proses pemisahan zat terlarut dari
pelarutnya. Saat didalam labu akan terjadi proses penguapan dimana proses
penguapan ini dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai
dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada
permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada
labu alas bulat penampung.
Keuntungan dari pemanasan dengan air adalah panasnya merata. Terlebih
lagi, labu penguapan terus berputar, sehingga panasnya makin
merata.Kelebihan dari rotary evaporator karena pemanasnya menggunakan
air sehingga lebih merata, labu penguapan penguapannya berputar dan
kondensornya bekerja secara vacum sehingga akan mempercepat penguapan.
Fungsi dari air yaitu supaya mendinginkan pelarut yang teruapkan. Titik didih
alkohol lebih besar daripada titik didih air.
Langkah-langkah penggunaan rotary evaporator adalah pemanas air diisi
dengan air hingga ¼ wadah. Kemudian, labu destilasi dilepas lalu diisi
dengan sampel. Electric rotary dan pemanas air disambungkan dengan
sumber listrik. Saklar untuk menghidupkan rotary evaporator secara
keseluruhan, pemanas air, dan saklar untuk menghidupkan rotary evaporator
secara elektrik dinyalakan. Suhu pemanas air diatur dengan suhu yang
dikehendaki, pada percobaan ini sekitar 75° C. Setelah suhu mencapai panas
yang dikehendaki, pemanas air diatur naik secara elektrik mendekati labu
dengan menekan tombol pengatur naik/turun. Labu destilasi dimasukkan ke
dalam air sedalam ¾ labu. Labu diputar pada kecepatan serendah mungkin
dengan memutar tuas pemutar labu. Selang (pendingin balik) dipasang pada
keran air, kemudian aliran diatur supaya lambat mengalir. Setelah itu mesin
pompa penghisap udara dinyalakan. Hisapan diatur dengan membuka kancing
(bocorkan) sampai hisapan terukur agar tidak terlalu kuat. Rotary evaporator
dapat selesai digunakan jika pemisahan pelarut telah menjadi bubuk atau
pasta. Semua saklar dimatikan, destilat diambil, kemudian dituangkan ke
dalam cawan porselin. Selanjutnya pengeringan dilakukan dengan
menggunakan eksikator hingga kering. Arus listrik dicabut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut.
2. Prinsip rotary evaporator adalah memisahkan suatu senyawa atau zat dari
sumbernya melalui pemanasan secara vacum.
5.2 Saran
1. Selalu berhati-hati saat menggunakan alat yang ada dilaboratorium.
2. Sebaiknya dalam penggunaan rotary evaporator selalu diawasi oleh dosen
atau laboran yang ada di laboratorium untuk menghindari terjadinya
kesalahan saat penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN VI
SKRINING FITOKIMIA
Nama : Mubin
NIM : 61608100818040
Kelompok : 10 (sepuluh)
Asisten dosen :
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
BATAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
8. Reagen mayer
Pereaksi mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida
9. Reagen dragendorff
pereaksi dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida
dalam nitrit berair.
METODE KERJA
3.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak daun
keben dan nyireh. Skrining dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang
terdapat pada simplisia yang telah dibuat apakah memenuhi persyaratan yang
berlaku atau tidak.
Hasil identifikasi alkaloid pada daun keben dan nyireh dengan penambahan
pereaksi Meyer menghasilkan endapan putih sedangkan pada penambahan
pereaksi Dragendorff menbentuk warna kuning. Hal tersebut sudah sesuai dengan
teori dari Depkes Ri yang menyatakan bahwa suatu zat mengandung alkaloid
positif jika diidentifikasi dengan pereaksi tersebut diatas menghasilkan endpan
atau keruh.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat denan cepat
memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia
tertentu dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia
tertentu.
2. Hasil skrining fitokimia dari ekstrak daun keben yaitu positif
mengandung alkaloid, tanin safonin, flavonoid, triterpenoid dan negatif
mengandung steroid
3. Hasil skrining fitokimia dari ekstrak daun nyireh yaitu positif
mengandung alkaloid, tanin, saponin, flavonoid dan steroid.
5.2 Saran
1. Sebaiknya selalu gunakan APD yang lengkap saat praktikum dengan
bahan kimia yang berbahaya.
2. Selalu jaga kebersihan laboratorium sebelum dan setelah praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Terbitan Kedua, diterjemahkan oleh Dr.
Kosasih Padmawinata dan Dr. Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung, Hal :
70
Tyler, V.E, et al. (1988). Pharmacognosy. Ninth Edition. Lea and Febiger.
Philadelphia.
LAMPIRAN
JURNAL PRAKTIKUM FRAMAKOGNOSI
NAMA : Mubin
PRODI : SI Farmasi
HARI/TANGGAL : Selasa/9 Juni 2020
MATA KULIAH : Farmakognosi
JAM / WAKTU : 09:00 WIB
JUDUL PRAKTIKUM : Fraksinasi dan Karakterisasi
TUJUAN : Memahami apa itu fraksinasi dan karakterisasi
DASAR TEORI
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair denga zat cair.
Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu
daru non polar, semi polar dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar
akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut
semi polar dan yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (Harborne,
1987). Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan metode corong pisah atau
kromatografi kolom. Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam camuran antara
dua fase pelarut yang memiliki massa jenis berbda yang tidak bercampur
(Haznawati, 2012). Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lain
berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklormetana, kloroform
atau etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas fase air kecuali
pelarut yang memiliki atom unsur halogen.
Karakterisasi simplisia meliputi penetapan kadar air, kadar abu total,
kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan
susut pengeringan, dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keseragaman
mutu simplisia agar memenuhi persyaratan standar simplisia dan
ekstrak.Penentuan kadar abu total sesuai dengan Apriantono (1988) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu Pengabuan cara langsung (Cara Kering),
Pengabuan cara tidak langsung (Cara Basah)
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua
zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500–600ºC, zat yang tertinggal
kemudian ditimbang(Sudarmadji, 1996). Sampel ditempatkan dalam suatu
kurs porselen. Krusporselin adalah tempat atau wadah yang digunakan dalam
pengabuan, karena penggunaannya luas dan dapat mencapai berat konstan
maka dilakukan pengovenan. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah
itu dimasukkan eksikator. Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu
masukkan bahan sebanyak 3 gram kedalamkrus dan catat sebagai berat b
gram. Pengabuan di anggap selesai apabila di peroleh pengabuan yang
umumnya berwarna putih abu-abu (Tamiang, 2011).
ALAT YANG DIGUNAKAN
Corong pisah
Furnace
Statif dan Penjepit
Desikator
Beker gelas
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Ekstrak daun keben
Ekstrak daun nyireh
PROSEDUR KERJA
Fraksinasi
1. Percobaan dimulai dengan memasukan ekstrak hasil maserasi dengan etil
asetat dan air kedalam corong pisah kemudian kocok-kocok tunggu dan
diamkan hingga terbentuk pemisahan dua lapisan dan pisah bagian airnya
2. hasil pemisahan menghasilkan fraksi 1, kemudian ditambahkan kembali
air, kocok-kocok tunggu hingga terbentuk pemisahan dua lapisan dan
dipisahkan bagian airnya
3. hasil pemisahan menghasilkan fraksi 2 dan cuplik fraksi yang diperoleh,
kemudian tambahakan kembali air kedalam corong, kocok-kocok tunggu
hingga terjadi pemisahan, dan dipisahkan bagian airnya.
4. hasil pemisahan menghasilkan fraksi 3 dan cuplik fraksi yang diperoleh,
kemudian tambahakan kembali air kedalam corong.
5. pada penambahan pelarut air yang ketiga ditambahkan NaCl 10%
sebanyak 5ml berfungsi untuk memperjelas pemisahan lapisan yang terjadi
karena pemisahan yang terbentuk tidak terlalu jelas.
6. Setelah ditambahkan nampak pemisahan yang jelas dan dipisahkan bagian
airnya, kemudian dilakukan hal yang sama hingga terjadi pemisahan,
dipisahkan bagian airnya yaitu lapisan bawah.
7. Cuplik fraksi yang diperoleh yaitu menghasilkan fraksi 4.