Anda di halaman 1dari 16

BUDAYA DAERAH DALAM PANDANGAN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Keislaman

Dosen Pengampu:

Drs. H. Timbul, M.Pd. I

NIP: 196110101992031002

Disusun Oleh:
Ilham Prasetyo
NIM: 126205212188

KELAS PGMI 1E

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2021
PRAKATA

Puji syukur haturkan kehadirat Alah SWT, yang telah melimpahkan


Rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan lancer dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat.
Banyak sekali tantangan dan kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, saya tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik Oleh karena itu dengan ketulusan hati
saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuasaan serta ridho-Nya kepada saya,
hingga pembuatan makalah ini bisa selesai.
2. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah mendorong dan mendukung
pembuatan makalah ini.
3. Bapak Drs. H. Timbul, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Studi
Keislaman yang telah membimbing, memberikan motivasi dan memberikan
masukan serta ilmu yang bermanfaat dalam proses pembuatan makalah ini
sampai selesai.
4. Semua teman-teman satu kelas yang ikut membantu penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan Untuk itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan sebagai penyempurna dan
perbaikan makalah saya kedepannya.

Tulungagung, 18 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
PRAKATA...........................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..2
C. Tujuan Pembahasan Masalah…………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..3
A. Pengertian Kebudayaan Dalam
Perpekstif Islam………………………………………………………….3
B. Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam
Pandangan Islam…………………………………………………………5
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..9
A. Kesimpulan……………………………………………………………….9
B. Saran……………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………………………11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.

Indonesia Merupakan negara dengan sebagian besar penduduknya


beragama Islam. Perkembangan Islam di Indonesia mengalami proses yang
berkaitan dengan berbagai sektor kehidupan lainnya yang sangat kompleks.
termasuk bersinggungan langsung dengan tradisi dan budaya kehidupan
masyarakat Indonesia yang telah ada dan berhasil menembus ke dalamnya.
Namun tidak berarti bahwa tradisi dan budaya yang sudah ada tersebut hilang
karena hal tersebut agama islam terus berusaha menyesuaikan diri dengan
tanpa mengurangi inti dari ajaran agama Islam itu sendiri dengan budaya dan
tradisi di Indonesia yang beragam dan proses penyesuaian diri dari agama
Islam tersebut terjadi pula keragaman dalam menjalankan agama Islam yang
ada di Indonesia.

Agama sebagai sistem nilai tentunya akan mengalami proses akulturasi,1


kolaborasi sinkretisasi2 terhadap Kemajemukan budaya sebagai hasil tindakan
manusia atau Kemajemukan budaya yang masih berada pada ramah pemikiran
maupun sikap manusia.3 Persentuhan Islam sebagai Great tradition atau
1
Akulturasi adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Balai
Pustaka,1989),hlm.18
2
Sinkretasi adalah penyerasian(penyesuaian,penyeimbangan,dsb) antara dua aliran(agama sdb).
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Kamus besar Bahasa Indonesia(Balai
Pustaka,1989),hlm.845.
3
Roibin, Relasi Agama Dan Budaya Masyarakat Kontemporer (Malang: UIN Malang
Press,2009),hlm.vi.

1
menyebut grand tradition dengan budaya lokal atau little tradition sering
menimbulkan corak budaya tersendiri di luar dugaan sebab dalam proses
persentuhan terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita
religius dari agama dengan tatanan nilai budaya lokal pertautan dialektis yang
kreatif antara nilai universal dari agama dengan budaya lokal telah
menghadirkan corak ajaran Islam dalam kesatuan spiritual dengan corak
budaya yang ragam(unity and diversity).4

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebudayaan dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana tradisi dan budaya masyarakat Jawa dalam pandangan Islam?
3. Bagaimana tradisi larung sembonyo dalam pandangan Islam?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui kebudayaan dalam perspektif Islam.
2. Untuk mengetahui tradisi dan budaya masyarakat Jawa dalam pandangan
Islam.
3. Untuk mengetahui tradisi larung sembonyo dalam pandangan Islam.

4
Ridwan Dkk, Islam Kejawen Sistem Keyakinan Dan Ritual Anak Cucu Ki Bonokeling (Purwokerto:
STAIN Purwokerto Press,2008) hlm.29.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan Dalam Perpekstif Islam
1. Pengertian Kebudayaan Dalam Perpekstif Islam.
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk
berbudaya merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan
karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan
filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya
sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat
Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan
budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan hidup
rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini
disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang
kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa
ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan
salah satu unsur kebudayaan.
Secara bahasa kata kebudayaan adalah merupakan serapan dari kata
Sansekerta, “Budayah” yang merupakan jamak dari kata “buddi” yang
memiliki arti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat
diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kebudayaan
adalah hal-hal yang merupakan hasil dari keseluruhan system gagasan,
tindakan, cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang semua itu tersusun dalam kehaidupan masyarakat.5
Secara istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya
memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan
yang sudah berkembang (beradab, maju),Sedangkan Kebudayaan diartikan
sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia

5
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur‟an dan
hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 1996), 22.

3
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.6
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh
beberapa ahli:

a. Menurut Edward B. Taylor Kebudayaan merupakan keseluruhan yang


kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
b. Menurut M. Jacobs dan B.J. Stern Kebudayaan mencakup keseluruhan
yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta
benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
c. Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.7
2. Wujud/ Bentuk Kebudayaan Islam
a. Wujud Ideal (gagasan), Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan
yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan yang sifatnya abstrak. Wujud kebudayaan ini terletak di dalam
pemikiran warga masyarakat.
b. Wujud Aktivitas, Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan dan Sifatnya konkret,
c. Wujud Artefak (benda), Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,

6
Sugono, Kamus Besar ..., 169.
7
Notowidagdo, Ilmu Budaya …., 29.

4
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
B. Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam Pandangan islam.
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang tidak
dapat meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya
ini bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Di antara tradisi dan budaya ini
adalah keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan ghaib,
keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah
ke makam orang-orang tertentu, melakukan upacara-upacara ritual yang
bertujuan untuk mempersembahkan kepada tuhan atau meminta berkah serta
terkabulnya permintaan tertentu. Tuhan yang mereka tuju dalam keyakinan
mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam bentuk dewa dewi seperti Dewi Sri,
Ratu Pantai Selatan, roh-roh leluhur, atau yang lainnya. Begitu juga bentuk-
bentuk ritual yang mereka lakukan jelas bertentangan dengan ajaran ibadah
dalam Islam yang sudah ditetapkan dengan tegas dalam al-Quran dan hadis
Nabi Saw. Karena itu, tradisi dan budaya Jawa seperti itu sebenarnya tidak
sesuai dengan ajaran Islam dan perlu diluruskan atau ditinggalkan.
Setelah dikaji secara singkat mengenai tradisi dan budaya Jawa dengan
berbagai bentuknya maka selanjutnya yang perlu dikaji adalah bagaimana
tradisi dan budaya Jawa tersebut dalam pandangan Islam. Sebelum mengkaji
permasalahan ini lebih jauh, perlu dijelaskan secara singkat karakteristik Islam
yang memiliki ajaran yang sempurna, komprehensif, dan dinamis.

Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki ajaran-ajaran yang


memuat keseluruhan ajaran yang pernah diturunkan kepada para nabi dan
umat-umat terdahulu dan memiliki ajaran yang menyangkut berbagai aspek
kehidupan manusia di mana pun dan kapan pun. Secara umum, ajaran-ajaran
dasar Islam yang bersumberkan al-Quran dan hadis Nabi Muhammad Saw.
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.
Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syariah merupakan
penjabaran dari konsep islam, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep

5
ihsan. Hukum Islam mengatur dua bentuk hubungan, yaitu hubungan antara
manusia dengan Allah (ibadah) dan hubungan antara manusia dengan
sesamanya (muamalah).

Tradisi dan budaya Jawa seperti yang dijelaskan di atas menyangkut


masalah keyakinan, seperti keyakinan akan adanya sesuatu yang dianggap
ghaib dan memiliki kekuatan seperti Tuhan, dan juga menyangkut masalah
perilaku ritual, seperti melakukan persembahan dan berdoa kepada Tuhan
dengan berbagai cara tertentu, misalnya dengan sesaji atau dengan berdoa
melalui perantara.

Pada prinsipnya masyarakat Jawa adalah masyarakat yang religius, yakni


masyarakat yang memiliki kesadaran untuk memeluk suatu agama. Hampir
semua masyarakat Jawa meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang
menciptakan manusia dan alam semesta serta yang dapat menentukan celaka
atau tidaknya manusia di dunia ini atau kelak di akhirat. Yang perlu dicermati
dalam hal ini adalah bagaimana mereka meyakini adanya Tuhan tersebut. Bagi
kalangan masyarakat Jawa yang santri, hampir tidak diragukan lagi bahwa
yang mereka yakini sesuai dengan ajaran-ajaran aqidah Islam. Mereka
meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan
mereka menyembah Allah dengan cara yang benar. Sementara bagi kalangan
masyarakat Jawa yang abangan, Tuhan yang diyakini bisa bermacam-macam.
Ada yang meyakini-Nya sebagai dewa dewi seperti dewa kesuburan (Dewi
Sri) dan dewa penguasa pantai selatan (Ratu Pantai Selatan). Ada juga yang
meyakini benda-benda tertentu dianggap memiliki ruh yang berpengaruh
dalam kehidupan mereka seperti benda-benda pusaka (animisme), bahkan
mereka meyakini benda-benda tertentu memiliki kekuatan ghaib yang dapat
menentukan nasib manusia seperti makam orangorang tertentu (dinamisme).
Mereka juga meyakini ruh-ruh leluhur mereka memiliki kekuatan ghaib,
sehingga tidak jarang ruh-ruh mereka itu dimintai restu atau izin ketika mereka
melakukan sesuatu.

6
Tradisi dan budaya masyarakat Jawa yang lain ,Masyarakat Jawa yang
abangan juga memiliki tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu dengan
tujuan untuk mencari berkah atau memohon kepada para ruh leluhur atau
orang yang dihormati agar memberikan dan mengabulkan apa yang mereka
minta. Mereka juga memiliki tradisi melakukan upacara-upacara keagamaan
(ritus) sebagai ungkapan persembahan mereka kepada Tuhan. Di antara tradisi
yang terkait dengan ritus ini adalah upacara labuhan di pantai Parang Kusuma,
upacara ruwatan, upacara kelahiran hingga kematian seseorang, upacara
menyambut tahun baru Jawa yang sama dengan tahun baru Islam, dan
bentukbentuk upacara ritual lainnya. Acara-acara ritual yang mereka lakukan
seperti itu meskipun bertujuan minta kepada Tuhan (Allah), tetapi menempuh
cara yang bertentangan dengan ajaran syariah Islam. Mereka meminta berkah
atau rizki kepada Tuhan tidak secara langsung, tetapi melalui perantara dan
memakai sesaji. Meminta berkah atau rizki kepada selain Allah jelas dilarang
dan bertentangan dengan al-Quran, karena tidak ada yang dapat memberikan
berkah atau rizki kepada siapa pun selain Allah (QS. al-Zumar (39): 52).
Syariah Islam mengatur masalah ibadah (ibadah mahdlah) dengan tegas dan
tidak dapat ditambah-tambah atau dikurangi. Tatacara ibadah kepada Allah
ditetapkan dalam bentuk shalat, zakat, puasa, dan haji yang didasari dengan
iman (kesaksian akan adanya Allah yang satu dan Muhammad sebagai
Rasulullah). Semua bentuk ibadah ini sudah diatur tatacaranya dalam al-Quran
dan hadis Nabi Saw. Segala bentuk amalan yang bertentangan dengan cara-
cara ibadah yang ditetapkan oleh al-Quran atau hadis disebut bid’ah yang
dilarang. Dengan demikian, apa yang selama ini dilakuan oleh masyarakat
Jawa, khususnya dalam masalah-masalah ritual seperti itu, jelas tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Karena itu, hal ini sebenarnya harus diupayakan untuk
ditinggalkan atau diluruskan tatacaranya sehingga tidak lagi bertentangan
dengan ajaran Islam.

C. Tradisi Larung Semboyo dalam Pandangan Islam


Indonesia adalah suatu negara dengan keberagaman ciri khas budayanya
tersendiri. Maka disi kita akan membahas tradisi Budaya Larung Sembonyo

7
dalam prespektif Islam. Selama ini banyak sekali kebudayaan yang melekat
pada masyarakat yang berada di pulau Jawa. Setiap kelompok masyarakat pasti
berbeda-beda kebudayaan yang dilakukannya. Seperti halnya pada masyarakat
tasikmadu yang melakukan ritual Larung Sembonyo, kebudayaan ini sangatlah
berbeda dengan kebudayaan yang lain yakni dengan ritual slametan laut atau
upacara yang disebut dengan petik laut. Hal-hal yang melatar belakangi
masyarakat Tasikmadu khususnya dengan Budaya Larung Sembonyo. Hal
utama yang melatarbelakangi masyarakat Tasikmadu melakukan tradisi
Larung Sembonyo adalah agara terhindar dari mara bahaya yang ditujukan
kepada Allah SWT. Hal-hal lain yang melatar belakangi masyarakat antara
lain:
1. Menghargai pesan dari Tumenggung Yuda Negara untuk mengadakan
upacara Larung Sembonyo. Pada masa itu karena adanya suatu perkara
yang mana banyak korban yang tenggelam diseret ombak di teluk Prigi
maka dari itu supaya terhindar dari mara bahaya diadakannya Larung
Sembonyo. Sampai saat ini masyarakat masih memegang adat ini dan
menyakini bahwa melakukan budaya tersebut adalah suatu bentuk
penghormatan meminta keselamatan dan rasa syukur atas Karunia Allah
SWT.
2. Melestarikan dan mengembangkan budaya warisan leluhur dengan melihat
semakin banyaknya budaya modern yang mampu menghilangkan adat
budaya Jawa agar anak-anak saat ini tidak lupa akan budayanya sendiri.
Budaya Larung Sembonyo ini dirasa perlu dijaga eksistensinya agar tidak
tertindas oleh budaya asing yang masuk ke Indonesia. Dengan manfaat
sebagai beriku:

a. Menjalin tali silaturahmi sesame warga masyarakat didesa.

b. Menambah penghasilan warga sekitar karena dijadikan sebagai wisata


budaya, oleh pemerintah setempat.

c. Sebagai ajang hiburan warga masyarakat.

8
d. Sumber pengetahuan untuk anak-anak muda mengenai budaya tradisi
leluhur Maksud dan tujuan dari berbagai upacara sedekah laut tersebut
biasanya sama, yaitu memohon kepada tuhan agar para nelayan di
anugerahi hasil laut yang melimpah serta diberikan keselamatan dalam
melaut dan pada tahun yang akan datang dan dihindarkan pula dari mala
petaka selama melaut.

Kebanyakan masyarakat tersebut meyakini bahwa laut memiliki


penunggu “penjaga mahkluk ghoib”. Karena itu, di setiap penyelengaraan
ritual slametan laut mereka yakini sebagai bentuk hubungan dengan mahkluk
ghoib. Larung berasal dari bahasa jawa yang berarti “menghanyutkan”
menurut artian adalah menghanyutkan makanan dalam bentuk sesaji
(tumpeng) ke laut yang tujuannya adalah rasa syukur yang telah diberikan oleh
Yaudi dan Yauda itu yang diyakini bahwa meraka telah membabat atau
membuka lahan dan menjadikan teluk Prigi. Dan adat ini dilakukan oleh
Masyarakat pesisir, dikabupaten trenggalek yang melakukan adat ini
masyarakat Pantai Prigi.
Menurut sejarah dilaksanakannya acara ini yakni pada bulan besar atau
Selo dan Minggu Kliwon dalam penanggalan jawa. Ritual ini dilakukan
satahun sekali.Selain ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, acara ini juga
sekaligus sebagai peringatan pernikahan Raden Tumenggung Yudha Negara
yaitu seorang kepala prajurit kerajaan Mataram dengan Putri Gambar Inten
salah satu Putri Adipati Andong Biru.Selain upacara Sembonyo juga ada acara
yakni meminta keselamatan pada perahu yang nantinya akan di buat untuk
mencari ikan. Dalam upacara ini sangat terasa sekali kekuatan mistis yang
dirasakan oleh masyarakat karena dari sebuah kepercayaan yang sudah
melekat sejak nenek moyang dahulu, upacara ini adalah salah satu bentuk rasa
syukur dari hasil laut dan bumi yang telah diperoleh atau diolah oleh
masyarakat Tasikmadu dengan hasil yang melimpah maupun hasil yang
sedikit. Masyarakat disini sangat bersyukur sekali atas apa yang telah
diberikan oleh yang Maha Kuasa walaupun hasilnya tidak seperti apa yang
diinginkan. Terus dalam acara ini juga melibatkan banyak orang tidak cuma

9
masyarakat Tasikmadu saja yang datang di pesisir melainkan dari berbagai
daerah juga mengikuti prosesi tersebut oleh karenannya larung sesaji ini sudah
dikenal oleh berbagai daerah. Islam sebagai sebuah agama mempunyai arti
penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena agama adalah suatu jenis
sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada
kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan di dayagunakannya
untuk mencapai keslamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara bahasa kata kebudayaan adalah merupakan serapan dari kata
Sansekerta, “Budayah” yang merupakan jamak dari kata “buddi” yang
memiliki arti “budi” atau “akal”. Menurut Edward B. Taylor Kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. Menurut M. Jacobs dan B.J. Stern Kebudayaan mencakup
keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan
kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial Wujud
Bentuk kebudayaan islam antara lain: wujud ideal, wujud aktivitas, wujud
artefak.
2. Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang tidak
dapat meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan
budaya ini bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Di antara tradisi dan
budaya ini adalah keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki
kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti
tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu, melakukan upacara-
upacara ritual yang bertujuan untuk mempersembahkan kepada tuhan atau
meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu. Tuhan yang mereka
tuju dalam keyakinan mereka jelas bukan Allah.
3. Larung sembonyo merupakan kebudayaan dengan ritual slametan laut atau
upacara yang disebut dengan petik laut. Maksud dan tujuan dari berbagai
upacara sedekah laut tersebut biasanya sama, yaitu memohon kepada tuhan
agar para nelayan di anugerahi hasil laut yang melimpah serta diberikan
keselamatan dalam melaut dan pada tahun yang akan datang dan
dihindarkan pula dari mala petaka selama melaut.

11
B. Saran
Dalam menjaga dan melestarikan Tradisi dan kebudayan yang sudah
dilakukan turun temurun sejak dahulu,sebaiknya harus memperhatikan norma
norma atau aturan serta ketentuan yang ada baikyang sesuai dengan pandangan
islam .
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Kamus besar Bahasa Indonesia(Balai
Pustaka,1989),hlm.845.
Notowidagdo Rohiman, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur‟an dan hadis
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 1996), 22.
Notowidagdo, Ilmu Budaya ..., 29.
Ridwan Dkk,Islam Kejawen Sistem Keyakinan Dan Ritual Anak Cucu Ki
Bonokeling(Purwokerto: STAIN Purwokerto Press,2008) hlm.29\\\\
Roibin,Relasi Agama Dan Budaya Masyarakat Kontemporer (Malang:UIN
Malang Press,2009),hlm.vi.
Sugono, Kamus Besar ..., 169.

13

Anda mungkin juga menyukai