Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DUSUN GENENGAN RT 07/ RW 12 KELURAHAN MOJOSONGO,


KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II


Dosen pengampu : Ns. Diyanah Sholihan R.P M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Devi Yuliyanti
Nim : S17118
Kelas : S17C

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HISADA SURAKARTA
2019/2020
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………...
B. Tujuan ……………………………………………………………………...
C. Manfaat Laporan …………………………………………………………..
D. Tindak Lanjut Kegiatan ……………………………………………………
E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Utama ……………………………………………….
B. Konsep Keperawatan Komunitas …………………………………………..
C. Peran Keperawatan Komunitas …………………………………………….
D. Asuhan Keperawatan Komunitas …………………………………………..
E. Teori Perubahan Komunitas ………………………………………………..
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Tahap Persiapan ……………………………………………………………
B. Tahap Pengkajian …………………………………………………………..
C. Pengumpuln Data …………………………………………………………..
D. Analisa Data ………………………………………………………………..
E. Diagnosa Keperawatan Komunitas ………………………………………...
F. Penapisan Diagnosa Keperawatan …………………………………………
G. Perencanaan Komunitas ……………………………………………………
H. Tahap Implementasi ………………………………………………………..
I. Evaluasi …………………………………………………………………….
J. Rencana Tindak Lanjut …………………………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tahap Persiapan ……………………………………………………………
B. Tahap Pengkajian …………………………………………………………..
C. Diagnosa Keperawatan Komunitas ………………………………………...
D. Tahap Perencanaan …………………………………………………………
E. Tahap Implementasi ………………………………………………………..
F. Tahap Evaluasi ……………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian
asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan yang banyak diderita
oleh komunitas tersebut. Dengan terlebih dahulu melakukan screening
kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang banyak diderita oleh
masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks,
yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut
(Sumijatun, 2012).
Selama 24 Juni – 27Juli 2019 mahasiswa Program Studi Profesi Ners
STIKes Kusuma Husada Surakarta akan menjalani praktik keperawatan
komunitas dan keluarga di wilayah GenenganRT 07 RW 12 Mojosongo,

1
Jebres, Surakarta untuk memberikan asuhan keperawatan komunitas dan
keluarga secara holistic untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
setempat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan
Komunitas secara holistik untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep pelayanan kesehatan utama
b. Mengetahui konsep keperawatan komunitas
c. Mengetahui peran perawat komunitas
d. Mengetahui konsep asuhan keperawatan komunitas
e. Mengetahui teori perubahan komunitas
f. Melakukan pengkajian, analisis masalah, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi terhadap masalah kesehatan komunitas
g. Melakukan strategi intervensi keperawatan komunitas yang
berdasarkan evidence based practice dan penelitian – penelitian terkait
untuk peningkatan kesehatan komunitas

C. Manfaat
1. Manfaat untuk masyarakat
Dengan disusunnya laporan komunitas ini, diharapkan dapat
diterapkan untuk meningkatkan kegiatan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat.
2. Manfaat untuk institusi
Sebagai referensi atau kajian pustaka tambahan untuk institusi
terkait asuhan keperawatan komunitas.

3. Manfaat untuk Mahasiswa

2
Sebagai bentuk pengaplikasian teori asuhan keperawatan
komunitas kepada kelompok masyarakat secara langsung.
4. Manfaat untuk Pembaca
Menginsirasi pembaca untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
kesehatan masyarakat dan lingkungan.

D. Tindak lanjut kegiatan


Diharapkan intervensi dan implementasi keperawatan yang ada laporan
ini dapat dimanfaatkan dan diterapkan secara rutin sebagai upaya pencegahan
primer, sekunder, dan tersier terkait dengan masalah yang ada di komunitas
tersebut.

E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Asuhan keperawatan Komunitas di RT 07 RW 12 Genengan,
Mojodongo, Jebres, Surakarta.
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehtan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai
klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat.Berdasarkan pada model pendekatan totalitas
individu dari Neuman (2010) dalam Anderson(2013) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan
batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan.Model tersebut telah diganti namanya menjadi
model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan
sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita
resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.Kemudian
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

4
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis.Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat.Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas.Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan
strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu
primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas
dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan
spesifik.Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan
kesehatan baik pada individu maupun kelompok.Pencegahan primer
juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan
agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum
yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.

5
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat.Kegiatan-kegiatan
yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan
sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan
kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2011):
1) Falsafah Keperawatan
Kesehatan Komunitas Keperawatan kesehatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.Falsafah yang
melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar
umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan.
2) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut
Rothman meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social
developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social
action) (Mubarak, 2011). Pelaksanaan pengorganisasian
masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
a) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah
yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan

6
dengan masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan
kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat
dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui
pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada
individu, keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan
dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan
kegiatan pendidikan kesehatan.
e) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat
f) Tahap akhir Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi
dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk
perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja
selanjutnya.

B. Konsep Keperawaatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).

7
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2011). Proses keperawatan komunitas merupakan metode
asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu,
dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

8
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (selfcare).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat

9
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan
di:
a. Sekolah atau Kampus

10
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks.Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat
memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut
yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu
dll.Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan
keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan
bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus
yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home
care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan
mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.

11
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun
lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan
perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).

C. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model

12
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2011).

e. Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011).

13
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu
klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :

14
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care


Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk
dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan
dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2011).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan.Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).

15
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan
komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses
keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

16
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder

17
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan

18
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada.Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

19
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

E. Teori Perubahan Komunitas


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan
seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
a. Diagnosis
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok

20
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-
orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga
diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.
2. Teori roger (1962 )
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang 3
tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang
terlibat dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut
dilaksanakan. Roger (1962) menjelaskan 5 tahap dalam perubahan,yaitu:
kesadaran,keinginan,evaluasi,mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga
sebagai AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption).
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap
perubahan lebih kompleks dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin
(1951). Terutama pada setiap individu yang terlibat dalam proses
perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat
diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan tersebut
dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung
individu yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan
maju serta mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan
melaksanakannya
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu,
situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan,
disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang
memengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain, atau
situasi lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari
perubahan.Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi

21
perubahan. Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit
(1973) adalah mengidentifikasi 7 tahap dalam proses perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan
harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta
dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering berpikir
dan mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data -data
yang dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi tentang
perubahan dimiliki seorang manajer, maka semakin akurat data yang
dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai
kekuasaan, harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan
tersebut, karena setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu
menginformasikan tentang fenomena yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi perubahan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan
memerlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang
yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat
dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan,
hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan
diberikan.Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada pada
suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi harus dikaji apakah
peraturan yang ada, kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang
terlibat akan membantu proses perubahan atau justru menghambatnya.
Fokus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan
tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi
manajer dalam proses perubahan.Pandangan manajer tentang
perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer
harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan

22
dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-
masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu
kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu
dilakukan ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
e. Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen
pembaharu
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin
atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan
dapat memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan
serta dia bisa berperan sebagai seorang “mentor yang baik.” Perubahan
akan berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai
pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam
melaksanakan perubahan tersebut.
f. Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus
dipertahankan dengan komitmen yang ada.Komunikasi harus terbuka
dan terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan
permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh
kedua belah pihak.
g. Tahap 7: Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti
oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini
harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat
mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan
perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia
menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam perubahan
4. Teori Havelock

23
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan
menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam
tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat
antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari
model Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan

Tabel 1. Perbandingan Teori Perubahan


No Redin Lewin Lippit Rogers Havelock Spradley
1 Diagnosa Unfreezing Mendiagnosa Kesadaran Membangun Mengenali
masalah hubungan masalah
2 Penetapan Mengkaji Mendiagnosa Mendiagnosa
tujuan motivasi dan masalah menganalisa
bersama kemampuan jalan keluar
untuk berubah
3 Penekanan Moving Mengkaji Minat Mendapatkan Memilih
kelompok motivasi denga evaluasi sumber yang perubahan
sumber agen percobaan berhubungan
berubah
4 Informasi Menyeleksi objek Memilih jalan Merencanakan
maksimal akhir perubahan perubahan
yang progresif
24
5 Diskusi Memilih peran Melaksanakan
tentang yang sesuai perubahan
penatalaksa untuk agen
naan berubah
6 Penggunaa Mempertahankan Meningkatkan Mengevaluasi
n upaya perubahan penerimaan perubahan
ritual
7 Intervensi Refreezing Mengakhiri Adopsi Stabilisasi dan Menstabilkan
penolakan hubungan saling perbaikan diri perubahan
membantu

25
28

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI WILAYAH GENENGAN RT 07/RW 12, MOJOSONGO, JEBRES,
SURAKARTA

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian Inti (Core)
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Wilayah Genengan terbentuk setelah kelurahan Mojongo yang terdiri
dari 39 RW, pada saat ini di RW 12 yang terbagi 09 RT yang dan RT
07 terdiri dari 35 KK
b. Data Demografi
1) Jumlah penduduk
Gambar 3.1 Diagram jumlah penduduk di Wilayah Genengan

Diagram
21%
2% 1% kepala keluarga
jumlah penduduk
mati cerai
cerai hidup

76%

RT 07/ RW 12 KelurahanMojosongo, Kecamatan


Jebres, Kota Surakarta

28
29

Grafik 3.1 diatas menunjukkan bahwa penduduk di


Genengan RT 07 RW 12, Mojosongo, Jebres, Surakarta berjumlah
125 jiwa (76%), dengan 35 Kepala Keluarga (21%), 5 cerai mati
(2%),cerai hidup 1(%).
2. Golongan umur
Gambar 3.2 Diagram Golongan Umur di Wilayah Genengan
RT 07/ RW 12 Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Grafik umur
2%
8% 1% 6%
14% balita
pasekolah
sekolah
33% remaja
dewasa
pertengahan
usia lanjut

37%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa balita


jumlah 1 (1%), prasekolah 7(6%), sekolah 3 (2%), remaja 17
(15%), dewasa 46(40%), pertengahan 41 (27%), lanjut usia 10
(9%).

3. Pengkajian sub – system komunitas


a. Lingkungan
Lingkungan di Genengan Rt 07 Rw 12 Mojosongo, Jebres, Surakarta
adalah lingkungan perkampungan yang berada kota Surakarta bagian
utara. Jarak antar rumah satu dengan lainnya sangat berdekatan, di
sebelah timur terdapat jalan raya dan sungai dengan kondisi yang kotor
dan kering.
b. Pendidikan
29
30

Pendidikan
2%
29%
41% sd
smp
sma
diploma

28%

Gambar 3.3
Masyarakat di Genengan Rt 07 Rw 12 Mojosongo, Jebres, Surakarta
berpendidikan SD jumlah 35 (41%) , SMP 24 (28%), SMA 25 (29%),
Diploma 2 (2%).
c. Keamanan dan transportasi
Keamanan di Genengan Rt 07 Rw 12 Mojosongo, Jebres, Surakarta
selalu terjaga dengan adanya Pos Ronda akan tetapi pos onda tidak
berfungsi sebagimna mestinya. Sedangkan alat transportasi yang
digunakan oleh masyarakat sehari – hari dilingkungan sekitar adalah
sepeda, motor,angkutan umum.
d. Politik dan pemerintahan
Politik dan pemerintahan berada dibawah kepemimpinan Wali Kota
Surakarta. Masyarakat memilih pemimpin secara demokratis dengan
cara pemilihan umum.
e. Pelayanan kesehatan dan sosial
Daerah Genengan Rt 07 Rw 12 Mojosongo, Jebres, Surakarta
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sibela. Tidak ada
klinik atau praktik dokter mandiri di lingkungan setempat.
Gambar 3.4 Diagram Pemeriksaan Kesehatan di Wilayah
Genengan RT 07/ RW 12 Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

30
31

penanganan kesehatan
9% 3%
3%
puskesmas
rumah sakit
dokter umum
dokter spesialis

85%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa presentase


masyarakat yang dapat mengatasi masalah kesehatan dengan
memeriksakan diri di puskesmas sebanyak 30 (85%), rumah sakit 1
(3%), dokter umum 3 (9%), spesialis 1 (3%).
f. Komunikasi
Bahasa komunikasi sehari – hari yang digunakan adalah Bahasa jawa
dan Indonesia.Alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat
adalah handphone pribadi.Informasi penting terkait pengumuman bagi
warga diberikan dengan menempelkan berupa tulisan yang ditempel di
Pos Kampling dan terkadang diumumpukan oleh ketua RT.
g. Ekonomi
Ekonomi masyarakat di Genengan Rt 07 Rw 12 Mojosongo, Jebres,
Surakarta termasuk golongan menengah ke bawah.
Gambar 3.5 Diagram Penghasilan di Wilayah Genengan RT 07/
RW 12 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta

31
32

pendapatan
14%
37%
<Rp.500.000
Rp.500.000-
Rp.1.000.000
>Rp.1000.000

49%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa presentase


masyarakat yang berpenghasilan <500 ribu rupiah sebanyak 5 (14%), s
masyarakat berpenghasilan 500 ribu -1 juta rupiah 17 (49%) dan
sebanyak 13 (37%) mayarakat berpenghasilan > 1 juta rupiah.

Gambar 3.6. Diagram Sumber Pendapatan di Dusun Genengan


RT 07/ RW12 KelurahanMojosongo, Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta

Sumber Pendapatan
23%

buruh
wiraswasta
52% karyawan swasta

26%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa jumlah dan


presentase sumber pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai buruh
dengan jumlah 11 (22%), wiraswasta sebanyak 8 (26%), bekerja
sebagai karyawan swasta 16 (52%).

32
33

h. Rekreasi
Belum ada potensi wisata maupun rekreasi di area setempat
yang saat ini dapat dikembangkan menjadi tempat rekreasi.
Masyarakat lebih memilih berekreasi kedaerah Surakarta kota ataupun
sekitarnya.
Gambar 3.7 Kegiatan rekreasi masyarakat Genengan
RT 07 RW 12, Mojosongo, Jebres, Surakarta

Rekreasi

43% Ketempat wisata


Menonton TV
57%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa jumlah dan


presentase masyarakat yang melakukan rekreasi ketempat wiasata
sebanyak 15 dengan prosentase (43%), dan sebanyak 20 masyarakat
melakukan rekreasi hanya dengan menontin TV dengan prosentase
(57%).

a. Pengenalan masalah
A. Survei Mawas Diri (Winsheld Survey)
a) Perumahan
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, kepadatan bangunan
antara satu rumah dengan lainnya masih terbilang wajar
(rumah kota) karena letak dusun Genengan yang tidak jauh
dari kota.

33
34

b) Lingkungan terbuka
Berdasarkan observasi tidak terdapat lingkungan terbuka,
hanya jalan selebar 2m yang menghubungkan ke jalan raya.
c) Batas Wilayah
Batas wilayah sebelah utara adalah wilayah Genengan RT 07
RW 12 Mojosongo, Jebres, Surakarta.Batas wilayah sebelah
selatan adalah dan jalan raya.
Batas wilayah sebelah timur adalah wilayah Genengan
RT06,Mojosongo Jebres, Surakarta dengan dibatasi oleh
sungai.
Batas wilayah sebelah barat adalah RT 08.
d) Transportasi
Jenis transportasi pribadi yang digunakan antara lain sepeda
motor, mobil, dan sepeda.
e) Pusat Pelayanan
Pusat pelayanan kesehatan masyarakat Genengan berpusat pada
rumah sakit dan Puskesmas Sibela.
f) Kebiasaan Masyarakat
Masyarakat Genengan jarang mengadakan kumpul warga,
perkumpulan hanya dilakukan oleh ketua RT dan ketua RW
setiap satu bulan sekali untuk membahas/ membicarakan
masalah dalam lingkup satu RW.
g) Masyarakat Yang Banyak Dijumpai
Masyarakat akan bertegur sapa ketika berada dimasjid,
kebanyakan masyarakat yang dijumpai merupakan masyarakat
yang ingin berangkat bekerja atau sedang berjualan.
Masyarakat Genengan mengadakan pertemuan bergilir antar
rumah warga.
h) Media Informasi

34
35

Adapun media informasi yang digunakan masih berupa pamflet


yang ditempelkan pada mading pos kampling serta
disampaikan oleh ketua RT pada pertemuan rutin/ surat.
i) Issue
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Genengan
RT 07, kebanyakan warga khawatir dengan perilaku anak yang
cenderung fokus pada gadget dibandingkan dengan belajar,
serta kepatuhan warga dalam membuang sampah yang telah
disediakan antara RT 07 dan RT 08.
j) Jenis Pencemaran Lingkungan
Terdapat sungai yang memisahkan desa Genengan RT 07 dan
06, sungai tersebut sangat kotor penuh dengan sampah dan
kering. Menurut ketua RT apabila musim hujan tiba sungai
menghasilkan bau yang tidak sedap dikarenakan aliran sungai
tidak lancar dan pembuangan limbah pengolahan plastik.
k) Kondisi Selokan dan Parit
Terdapat selokan pada setiap gang yang memisahkan antara
satu rumah, kondisi selokan sebagian bersih tetapi beberapa
terdapat selokan yang kotor.

B. Instrumen pengumpulan data (Kuesioner terlampir)


C. Studi Dokumentasi dan Pemeriksaan Fisik terhadap keluarga dan
masyarakat serta pihak-pihak yang terkait, meliputi :
a) Keadaan geografi
Wilayah Genengan RT 07 RW 12, Mojosongo, Jebres,
Surakarta terletak di bagian selatan RT 06.Dekat dengan Pusat
Kota Surakarta, dan dekat dengan Jalan Raya antar Provinsi.
b) Demografi

35
36

Jenis Kelamin Masyarakat Di Wilayah Genengan RT 07/


RW 12 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta

Jenis kelamin

44% Laki-laki
Perempuan
56%

Gambar 3.7
Berdasarkan digram diatas menunjukan bahwa sebanyak 56
% warga wilayah Genengan RT 07/ RW 12 berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah 58 dan sebanyak 45%
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 46.
c) Data Kesehatan Lingkungan
 Tempat pembuangan sampah
Gambar 3.8 Diagram tempat pembuangan sampah di
RT 07/ RW 12 Genengan, Mojosongo,
Jebres, Surakarta.

pembuangan sampah
36%
dibakar
ditimbun

64%

36
37

Dilihat dari diagram diatas menunjukan bahwa sebagian


besar warga desa Genengan RT 07/ RW12
KelurahanMojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta
membuang sampah secara dibakar ada 9 dengan prosentase
(36%) dan di timbun/ambil oleh petugas sampah yaitu
sebesar 16 dengan prosentase(64%).

 Pembuangan air limbah


Gambar 3.9 Diagram Pembuangan air limbah di Wilayah
Genengan RT 07/ RW 12 Kelurahan
Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta

12% 24%

resapan
got
sembarangan

64%

Dilihat dari diagram diatas menunjukan bahwa


sebagian besar warga desa Genengan Rt 07/ Rw 12
Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta
membuangan air limbah di resapan sebanyak 6 dengan
prosentase (24%) di got sejumlah 16 dengan prosentase
(64%) dan dibuang sembarangan sebanyak 3 dengan
prosentase (12%).
 Sumber air minum
Gambar 3.10. Diagram Sumber Air Minum di Wilayah
Genengan RT 07/ RW 12 Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

37
38

sumber air
28%
40%
sumur gali
ledeng
sumur bor

32%

Dilihat dari diagram diatas menunjukan bahwa


sebagian besar warga desa Genengan RT 07/ RW 12
Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta
memakai sumber air dari sumur gali 10 dengan prosentase
(40%) ledeng 8 dengan prosentase (32%), dan sumur bor 7
dengan prosentase (28%).
d) Data kesehatan
1) Penyakit yang pernah di derita
Gambar 3.11 Diagram Penyakit yang diderita di Wilayah
Genengan RT 07/ RW 12 Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

5% 9% 9%
5% osteoporosis
5%
18% demam typoid
rheumatik
hipertensi
kolesterol
demam
50% batuk pilek

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa


jumlah dan presentase masyarakat yang menderita penyakit
38
39

osteoporosis sebanyak 11 dengan prosentase (9%), demam


typoid sebanyak 6 dengan prosentase (5%), rheumatik
sebanyak 23 dengan prosentase (18%), hipertensi sebanyak
62 dengan prosentase (49%), kolesterol sebanyak 6 dengan
prosentase (5%), demam sebanyak6 dengan prosentase
(5%), batuk pilek 11 sebanyak dengan prosentase (9%).
Gambar 3.12 Proporsi Klasifikasi Hipertensidi Wilayah
Genengan RT 07/ RW 12 Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

8% 27%
Ringan (140-159/90-
100 mmHg)
Sedang (160-
169/100-109)
Berat>180/>110mmH
65% g)

Dari data diatas hipertensi ringan sebanyak 17 dengan


prosentase (27%), hipertensi sedang sebanyak 40 dengan
prosentase (65%), hipertensi berat sebanyak 5 dengan
prosentase (8%).
2) Menerima informasi kesehatan
Gambar 3.13 Diagram Menerima informasi Kesehatan di
Wilayah genengan Rt 07/ Rw 12 Kelurahan
Mojosongo, Kecamatan Jebres,Kota
Surakarta

39
40

6%
34%

TV
Radio
Puskesmas
51% RT
9%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa


presentase masyarakat yang menerima informasi kesehatan
melalui TV sebanyak 12 dengan prosentase (34%),
sebanyak 3 dengan prosentase (9%) masyarakat menerima
melalui radio, sebanyak 18 menerima penyuluhan
puskesmas informasi kesehatan melalui puskesmas dengan
prosentase(51%) dan sebanyak 2 menerima informasi
kesehatan melalui pengumuman RT dengan prosentase
(6%).

40
41

B. Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 DS : Ketidakefektifan
“Warga RT 07 mengatakan bahwa mempunyai riwayat pemeliharaan
HT” kesehatan : hipertensi
“Ketua Kader RW 12 mengatakan dari jumlah penduduk (00099)
orang dewasa ada …. Orang mempunyai riwayat HT.
DO:

“ Setelah dilakukan pemeriksaan Hasil TD rata-rata


…..

“ HT ….% disebabkan karena …..


2. DS : Ketidakefektifan
“ Pihak Puskesmas mengatakan bahwa di RW 12 pemeliharaan
merupakan kantong kusta kesehatan : Kusta
DO : (00099)
“Setelah dilakukan skrinning didapatkan ada 1 orang
dengan positive kusta (dalam pengobatan) dan 1 orang
yang curiga kusta
3 DS : Perilaku kesehatan
“ Ketua RT 07 (Bp. Hariyanto) mengatakan bahwa cenderung beresiko
sudah disediakan tempat penampungan sampah tetapi (00188)
belum ada kesadaran masyarakat dalam membuang
sampah sesuai pada tempatnya
DO :
“ lingkungan RT 07 masih terlihat sampah plastik, daun
kering yang masih berserakan

C. Prioritas Masalah Keperawatan


a. Prosentasi populasi dalam masalah keperawatan / ukuran masalah
Prosentasi populasi dalam masalah
Nilai
keperawatan
25 % atau lebih 9 atau 10

41
42

10 % - 24,9 % 7 atau 8
1 % - 9,9 % 5 atau 6
0,1 % - 0,9 % 3 atau 4
< 0,01 % 1 atau 2

b. Keseriusan masalah
Tingkat Keseriusan Nilai
Sangat serius 9 atau 10
Serius 6, 7 atau 8
Cukup serius 3,4 atau 5
Tidak serius 0,1 atau 2

c. Penilaian keefektifan intervensi


Keefektifan Nilai
Sangat efektif 9 atau 10
Relatif efektif 7 atau 8
Efektif 5 atau 6
Cukup efektif 3 atau 4
Relatif tidak efektif 1 atau 2
Hampir tidak efektif 0

Komponen BPR Skor Urutan /


Masalah Keperawatan
A B C (A + 2B) x C ranking
Ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan : hipertensi (00099)


Defisiensi pengetahuan (00120)

A. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan : Hipertensi (00099)
42
43

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan : Kusta (00099)


3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

43
A. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi Metode Evaluasi Evaluator
No
Keperawatan (NIC)

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan penyuluhan Skrining Kesehatan (6520) Psikomotor Mahasiswa


Pemeliharaan selama 30 menit diharapkan 1. Ukur tekanan darah. Kader

Kesehatan : Ketidakefektifan Pemeliharaan 2. Beri saran kepada pasien dengan


hasil yang lebih dari normal
Hipertensi Kesehatan Teratasi Dengan
untuk melakukan alternatif
Kriteria Hasil :
pengobatan.
Pengetahuan : Promosi Manajemen Obat (2380)
Kesehatan (1823)
1. Pantau kepatuhan mengenai
1. Perilaku yang meningkatkan regimen obat.
kesehatan dari skala 1 (tidak ada 2. Berikan alternatif mengenai
pengetahuan) ditingkatkan jangka waktu dan cara
menjadi skala 3 (pengetahuan pengobatan mandiri untuk
sedang) (182308). meminimalkan efek gaya hidup
2. Pemeriksaan kesehatan yang (senam).
direkomendasikan dari skala 1 Rujukan (8001)
(tidak ada pengetahuan) 1. Lakukan pemantauan untuk
ditingkatkan menjadi skala 3 menentukan kebutuhan

44
(pengetahuan sedang) (182310). rujukan
Perilaku Promosi Kesehatan
(1602)

1. Mendapatkan skrining
kesehatan dari skala 1 (tidak
pernah menunjukan)
ditingkatkan ke skala 4
(sering menunjukan)
(160213).
2. Keseimbangan aktivitas dan
latihan dari skala 1 (tidak
pernah menunjukan)
ditingkatkan ke skala 3
(kadang kadang menunjukan)
(160221)
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan selama 30 Pendidikan kesehatan (5510) Kognitif Mahasiswa
pemeliharaan menit diharapkan Ketidakefektifan Psikomotor Kader
1. Targetkan sasaran pada
kesehatan : Kusta pemeliharaan kesehatan : Kusta dapat Tokoh
kelompok beresiko tinggi
(00099) teratasi dengan Kriteria Hasil : Masyarakat
yang akan mendapat manfaat
Pengetahuan : Promosi
besar dari pendidikan

45
kesehatan(1823) kesehatan
1. Perilaku yang meningkatkan 2. Tentukan pengetahuan
kesehatan dari skala 1 (tidak kesehatan dan gaya hidup
ada pengetahuan) perilaku saat ini pada
ditingkatkan ke skala 3 individu, keluarga, atau
(pengetahuan sedang) kelompok sasaran
(182308). 3. Bantu individu, keluarga,
2. Pemeriksaan kesehatan yang masyarakat untuk
direkomendasikan dari skala memperjelas keyakinan dan
1 (tidak ada pengetahuan) ke nilai-nilai kesehatan
skala 3 (pengetahuan sedang) 4. Kembangkan materi
(182310). pendidikan tertulis yang
3. Pencegahan dan tersedia dan sesua dengan
pengendalian infeksi skala 1 audiens/sasaran
(tidak ada pengetahuan) ke
skala 3 (pengetahuan sedang)
(182313).
4. Manajemen keamanan obat-
obatan dari skala 1 (tidak ada
pengetahuan) ke skala 4
(pengetahuan banyak)

46
(182316).
3 Perilaku kesehatan Setelah dilakukan tindakan selama 30 Peningkatan efikasi diri (5395) Kognitif Mahasiswa
cenderung menit diharapkan Perilaku kesehatan Psikomotor masyarakat
1. Identifikasi hambatan untuk
beresiko (00188) cenderung beresiko dapat teratasi
merubah perilaku
dengan Kriteria Hasil :
2. Bantu individu untuk
Kepercayaan Mengenai
berkomitmen terhadap
kesehatan : kontrol yang diterima
rencana tindakan untuk
(1702)
merubah perilaku
1. Menerima tanggung jawab
3. Berikan contoh atau tunjukan
terkait dengan keputusan
perilaku yang diinginkan
kesehatan dari skala 2
4. Berikan informasi mengenai
(lemah) menjadi 3 (sedang)
perilaku yang diinginkan
(170201)
2. Keyakinan bahwa tindakan
sendiri yang mengontrol
hasil kesehatan dari skala
skala 2 (lemah) menjadi 3
(sedang) (170205)
3. Meminta untuk terlibat
dalam keputusan kesehatan
dari skala skala 2 (lemah)

47
menjadi 3 (sedang) (170202)

48
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT DUKUH GENENGAN KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES

No. Waktu & Penanggung


Masalah Tujuan Kegiatan Tempat
Dx sasaran Jawab
1 Ketidakefektifan Setelah diakukan tindakan 1. Ukur tekanan darah. Posko Setiap hari Mahasiswa
pemeliharaan keperawatan selama 5 minggu di kesehatam warga dan Tokoh
kesehatan Dukuh Genengan Kelurahan Masyarakat
2. Beri saran kepada pasien
Mojosongo Kecamatan Jebres Posko Setiap hari
dengan hasil yang lebih dari
diharapkan : kesehatan Mahasiswa
normal untuk melakukan warga
- Diharapkan meningkat derajat dan Kader
alternatif pengobatan.
kesehatan masyarakat

3. Mengadakan dan mengajak


lansia untuk mengikuti senam
Hipertensi Rumah warga Mahasiswa
kampung Setiap hari dan Kader
Genengan minggu

4. Melakukan kegiatan jalan warga


sehat bersama seluruh warga
Pendopo Mahasiswa

49
kampug dan warga
Genengan kampug
Tanggal
Genengan
11juli 2019

warga
2 Ketidakefektifan Setelah diakukan tindakan 1. Melakukan promosi Tanggal 13 Mahasiswa
pemeliharaan keperawatan selama 5 minggu di kesehatan tentang kusta Rumah warga juli 2019 dan warga
kesehatan : Kusta Dukuh Genengan Kelurahan kampung Warga kampug
Mojosongo Kecamatan Jebres Genengan Genengan
diharapkan :
2. Mengajarkan 6 langkah dan 5
- Diharapkan meningkat derajat
momen cuci tangan
pengetahuan kesehatan
masyarakat tentang kusta
3. Perilaku kesehatan Setelah diakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pemantauan untuk Posko Mahasiswa
cenderung beresiko selama 5 minggu di Dukuh Genengan menentukan kebutuhan kesehatan
Kelurahan Mojosongo Kecamatan rujukan
Jebres diharapkan : 2. Bantu kelompok untuk untuk
Lingkup Tanggal 16 Mahasiswa
- Masyarakat memelihara tempat merubah perilaku terhadap
Dusun juli 2019
pembuangan air limbah. rencana tindakan (kerja bakti).
Genengan Warga
1. Tidak ada air limbah yang 3. Berikan contoh atau perilaku

50
tergenang yang diinginkan.
2. Tidak ada lagi media untuk 4. Dokumentasikan dan
perkembangbiakan nyamuk komunikasikan proses
modifikasi untuk penanganan
masyarakat sesuai kebutuhan
(kesehatan lingkungan)

B. Implementasi Keperawatan
IMPLEMENTASI
NO.
MASALAH PELAKSANAAN HARI, TANGGAL
Dx TEMPAT EVALUASI
KEGIATAN & WAKTU
2 Perilaku Kesehatan Bantu kelompok untuk Acara diadakan Acara dimulai pada Evaluasi struktur:
Cenderung Berisiko (00188) untuk merubah di lingkungan hari Minggu, tanggal - Kerja bakti dilakukan di ligkungan
di kampung Genengan perilaku terhadap Desa Genengan 14 April 2019 pada desa kanyen dam area makam desa

kelurahan Mojosongo rencana tindakan dan area makam pukul 07.00 WIB. Genengan

kecamatan Jebres kabupaten (kerja bakti). desa Genengan - Kerja bakti dihadiri sekitar 50 warga
desa Genengankelurahan Mojosongo
Jebres
Jebres
- Sebagian masyarakat yang hadir
didominasi oleh bapak-bapak, dan
anak remaja.

51
Evaluasi proses:
- Peserta mengikuti kegiatan kerja
bakti dengan antusias.
- 50% peserta hadir dan
mengikuti jalannya kegiatan , tidak
ada yang meninggalkan kegiatan
selama kegiatan kerja bakti
berlangsung.
- Waktu acara berlangsung dari awal
sampai akhir kurang lebih 1 jam.
- Para peserta yang terdiri dari bapak-
bapak dan remajaaktif antusias
dalam membersihkan lingkungan
dari sampah, rumput liar dan saluran
air selokan.
Evaluasi hasil
- Peserta melakukan kerja bakti
dengan selesai
- Peserta telah melakukan bersih-
bersih lingkungan sekitar kampung

52
dan makam dengan gotong royong.
1 Ketidakefektifan Melakukan senam Acara diadakan Acara diadakan pada Evaluasi struktur:
pemeliharaan kesehatan hipertensi di Aula tanggal 28 April 2018 - senam hipertensi dilakukan di Aula
Kp.Genengan jam 06.00 - 07.00 Kp.Genengan kelurahan Mojosongo

kelurahan WIB mulai jam 06.00-07.00

Mojosongo. - Dihadiri sekitar 40warga


Kp.Genengan kelurahan Mojosongo
Evaluasi proses
- Masyarakat Kp.Genengan
kelurahan Mojosongo antusias
mengikuti senam hipertensi
sampai selesai.
Evaluasi Hasil
- Masyarakat Kp.Genengan kelurahan
Mojosongo mengerti cara
melakukan senam hipertensi
- Masyarakat mengatakan mampu
untuk melakukan senam hipertensi
setiap minggu di kampung
Genengan.

53
1 Ketidakefektifan Melakukan kegiatan Acara diadakan Acara diadakan pada Evaluasi struktur:
pemeliharaan kesehatan jalan sehat bersama di Aula tanggal 28 April 2018 - Kegiatan dilakukan di Kp.Genengan
seluruh warga Kp.Genengan jam 07.30 – 09.30 Kel.Mojosongo Kec.Jebres

dan keliling WIB Kab.Jebres

wilayah - Kegiatan dihadadiri sekitar 110


warga Kp.Genengan Kel.Mojosongo
Kp.Genengan
Kec.Jebres Kab.Jebres
kelurahan
- Sebagian masyarakat yang hadir
Mojosongo.
didominasi oleh ibu-ibu dan anak-
anak serta beberapa dari bapak-
bapak.
Evaluasi proses:
- Masyarakat aktif dan antusias dalam
acara jalan sehat yang diadakan oleh
mahasiswa.
- 60% peserta hadir dan
mengikuti jalannya kegiatan , tidak
ada yang meninggalkan kegiatan
selama kegiatan berlangsung

54
- Waktu acara berlangsung dari awal
sampai akhir kurang lebih 120 menit
Evaluasi hasil
- Peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan
anak-anak merasa senang karena
dalam acara ada pembagian dorprice
- Warga mengatakan puas dengan
acara kegiatan.

55
A. Rencana Tindak Lanjut
Sebelum dilakukan kegiatan Implementasi telah dilakukan pengkajian
kepada warga, yang meliputi PHBS dan pengukuran tekanan darah dilakukan secara
door to door.Di dapatkan hasil 38% dari 60 warga memiliki Tekanan Darah
tinggi.Dari hasil pendataan juga didapatkan data bahwa di Dusun Genengan pernah
ada yang terkena penyakit DBD, tempat penyimpanan air warga banyak yang masih
terbuka, dan pengurasan tempat penampungan air dilakukan >3 hari, masih ada
beberapa warga dalam pembuangan sampah masih di sungai.
dilakukan kegiatan kerja bakti yang merupakan salah satu kegiatan untuk
mengatasi perilaku yang cenderung beresiko yaitu DBD, lingkungan warga menjadi
bersih dan warga mulai sadar akan menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah
berbagai macam penyakit kesehatan khususnya DBD. Selain itu setelah dilakukan
kegiatan senam hipertensi dan jalan sehat warga mulai aktif mengikuti senam
khususnya lansia yang menderita hipertensi.
Rencana tindak lanjut warga Kampung Genengan Rw 7 dan Rw 12
Kelurahan Mojosongo adalah dapat melakukan pengontrolan tekanan darah mandiri
di pusat pelayanan kesehatan terdekat, melakukan senam hipertensi secara aktif dan
menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan membuang sampah pada
tempatnya, melakukan pengurasan tempat penampungan air dilakukan <3 hari serta
menutup tempat penyimpanan air serta rutin melakukan kerja bakti.

56
57

Anda mungkin juga menyukai