Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Sara Melenga

NIM : C30020015

Prodi : D3 Akuntansi

1. Teori Teori kecurangan

A.Teori Fraud Triangle


Teori Fraud Triangle Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud,
yaitu pressure (dorongan), opportunity (peluang), dan rationalization
(rasionalisasi), sebagaimana tergambar berikut ini:
- Pressure (Dorongan) Pressure adalah dorongan yang menyebabkan
seseorang melakukan fraud, contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk,
gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang
mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi
banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan.
- Opportunity (Kesempatan) Opportunity adalah peluang yang memungkinkan
fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi
yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di
antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan
control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
- Rationalization (Pembenaran) Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam
terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya,
misalnya: Bahwa tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-
orang yang dicintainya, perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang
sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari
keuntungan tersebut.
B. Teori Fraud Diamond
Pada tahun 2004 muncul sebuah teori fraud yang diperkenalkan oleh Wolfe
dan Hermanson, teori yang mereka temukan dikenal dengan fraud diamond
theory.Teori fraud diamond merupakan penyempurnaan teori fraud triangle.
Teori fraud diamond menambahkan elemen kapabilitas/kemampuan
(capability) sebagai elemen keempat selain elemen tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang sebelumnya
telah dijelaskan dalam teori fraudtriangle. Menurut Wolfe dan Hermanson,
penipuan atau kecurangan tidak mungkin dapat terjadi tanpa orang yang
memiliki kemampuan yang tepat untuk melaksanakan penipuan atau
kecurangan tersebut. Kemampuan yang dimaksud adalah sifat individu
melakukan penipuan, yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan
dan memanfaatkannya. Peluang menjadi akses masuk untuk melakukan fraud,
tekanan dan rasionalisasi dapat menarik seseorang untuk melakukan fraud,
tetapi orang tersebut harus memiliki kemampuan yang baik untuk mengenali
peluang tersebut agar dapat melakukan taktik fraud dengan tepat dan
mendapatkan keuntungan maksimal
C. Teori Fraud Pentagon
(Crowe’s fraud pentagon theory) Teori terbarukan yang mengupas lebih
mendalam mengenai factor - faktor pemicu fraud adalah teori fraud pentagon
(Crowe’s fraud pentagon theory). Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howarth
pada 2011. Teori fraud pentagon merupakan perluasan dari teori fraud triangle
yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey, dalam teori ini menambahkan
dua elemen fraud lainnya yaitu kompetensi (competence) dan arogansi
(arrogance). Kompetensi (competence) yang dipaparkan dalam teori fraud
pentagon memiliki makna yang serupa dengan kapabilitas/kemampuan
(capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teori fraud diamond oleh Wolfe
dan Hermanson pada 2014. Kompetensi/kapabilitas merupakan kemampuan
karyawan untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi
penyembunyian, dan mengontrol situasi sosial untuk keuntungan pribadinya
(Crowe, 2011). Menurut Crowe, arogansi adalah sikap superioritas atas hak
yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol internal atau kebijakan perusahaan
tidak berlaku untuk dirinya.
2. Komponen Fraud Tree
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan
organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan
mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud
Tree, yaitu sebagai berikut (Albrech, 2009):
- Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation).
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau
harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang
paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat
diukur/dihitung (defined value).
- Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement).
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk
menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan
rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat
dianalogikan dengan istilah window dressing.
- Korupsi (Corruption).
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan
jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang
penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata
kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan.
Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang
bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan
(conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak
sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).

3. Definisi berdasarkan undang-undang tipikor


Tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, diatur di dalam Pasal 2 dan Pasal 3,
yaitu sebagai berikut:
a. Pasal 2
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
b. Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan,
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
Berdasarkan uraian mengenai tindak pidana korupsi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan suatu perbuatan
yang bertentangan dengan moral dan melawan hukum yang bertujuan
menguntungkan dan/atau memperkaya diri sendiri dengan
meyalahgunakan kewenangan yang ada pada dirinya yang dapat
masyarakat dan negara.

Anda mungkin juga menyukai