Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH TUTORIAL KASUS 2

Blok Forensik
Kasus Korban Mati

Tutorial A-1
Siti Harna 1610211018
Syarifah Nazira 1610211050
Annisa Warda Irvani 1610211053
Baina Safira Naldi 1610211071
Almerveldy Azaria Dohong 1610211091
Fadhilah Azzahra Pinardi 1610211098
Gracia Kaesatara Marsha 1610211109
Zafirah Ariibah Saniyyah I 1610211121
Fajar Daniswara Montana 1610211151
Dias Puspitaning Mawarni 1510211055

Tutor: dr. Pritha Maya Savitri, SpKp

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
Pembuatan RM Forensik

• Waters & Murphy

Ikhtisar yang berisi informasi tentang keadaan pasien slama perawatan/selama


pmeliharaan kshatan

• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 749a|MENKES/PER/XII/1989 TENTANG REKAM MEDIS/MEDICAL
RECORDS

Berkas yang berisi catatan & dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan,
terapi tindakan dan playanan lain yang diterima oleh pasien pada sarana kesehatan
(rawat jalan dan inap )

• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


269/MENKES/PER/III/2008 

Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh
dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien
dalam rangka palayanan kesehatan.

Manfaat RM

a. dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b. bahan pembuktian dalam perkara hukum;

c. bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;

d. dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan;

e. bahan untuk menyiapkan statistic kesehatan

Mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:

• Adminstratlve value: merupakan rekaman data adminitratif pelayanan kesehatan.

• Legal value:  dapat dijadikan bahan pembuktian di pengadilan


• Financial value: dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang
harus dibayar oleh pasien

• Research value: dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran,


keperawatan dan kesehatan. 

• Education value: dapat bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran,


keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

• Documentation value: sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang berkaitan


dengan kesehatan pasien

Isi RM

rawat jalan dapat dibuat selengkap-lengkap: sekurang-kurangnya memuat : identitas,


anamnese, diagnosis dan tindakan/pengobatan

rawat inap sekurang-kurangnya memuat

- identitas pasien;

- anamnese;

- riwayat penyakit;

- hasil pemeriksaan laboratorik;

- diagnosis;

- persetujuan tindakan medik;

- tindakan/pengobatan;

- catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;

- resume akhir dan evaluasi pengobatan

Tata cara penyelenggaraan

• Setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap wajib membuat RM dibuat oleh dokter dan atau petugas kesehatan lain yang
memberi pelayanan langsung kepada pasien

• RM harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima


pelayanan (pasal 4) agar data yang dicatat masih original dan tidak ada yang
terlupakan karena adanya tenggang waktu.
• Setiap pencatatan RM harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan
kesehatan untuk memudahkan sistim pertanggung-jawaban atas pencatatan tersebut
(pasal 5).

• Jika terdapat kesalahan pencatatan, maka pembetulan catatan yang salah harus
dilakukan pada tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan,
penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan

Pengungkapan isi RM

• Prinsipnya isi RM adalah milik pasien, sedangkan berkas RM (secara fisik) adalah
milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan

• RM merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya.

• Pasal 12 mnyatakan pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien dan Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

American Medical Record memberi btasan pengunkapan RM

1. Memperoleh otoritasi pasien

2. Sesuai dgn ketentuan UU

3. Diberikan ke sarana kshatan lain yg saat ini menangani pasien

4. Untuk evaluasi prwatan medis

5. Untuk riset & pendidikn ssuai peraturan setempat

Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas RM harus disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat
sehingga di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang
bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis
Tanatologi

• Tanatologi berasal dari kata thanatos(berhubungan dengan kematian) dan logos(ilmu)

• Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelahh kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut

• Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada
alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena
itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is
death. Mati adalah kematian batang otak

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis(mati klinis),
mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati otak(mati batang otak)

1. Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab
terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap
2. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian
somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara
3. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing
organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap
organ tidak bersamaan
4. Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya
yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat
5. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan
seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan
serebelum

Tanda Kematian

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi
menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.

Tanda kematian tidak pasti

• Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit


• Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba

• Kulit pucat

• Tonus otot menghillang dan relaksasi

• Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian

• Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air

Tanda pasti kematian

• Lebam mayat(livor mortis)

– Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah
ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian
klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap
kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis. Sebelum lebam mayat menetap,
masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang
dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan
dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari
6-10 jam.

• Kaku mayat(rigor mortis)

– Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai


tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis. Setelah mati klinis 12 jam kaku
mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam. Dan kemudian
menghilang dalam urutan yang sama.

– Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat;

• Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan


dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang
pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa
melalui relaksasi primer

• Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
misalnya pada kasus kebakaran

• Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah,
dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu
keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang
terdapat sendi-sendi akan membeku

• Penurunan suhu tubuh(algor mortis)

– Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada
mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam
pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini
disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh
mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga
suhu.

• Pembusukan(decomposition, putrefaction)

– Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak
oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Pembusukan mayat adalah proses
degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri
pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam
lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi
dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman.
Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim
proteolitik. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS)
di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu
menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk.

• Adiposera(lilin mayat)

– Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis


dan hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan
oleh karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh
Klostridium welchii, yang berpengaruh terhadap jaringan lemak. Untuk dapat
terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya beberapa minggu
sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh korban
akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali,
sampai ratusan tahun

• Mummifikasi

– Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan


pengeringan dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan.
Jaringan akan menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan
mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan
menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan
waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan; yang
dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara
Perkiraan saat kematian

Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati.

• Perubahan pada mata,  Kekeruhan kornea yang menetap mulai kira-kira 6 jam pasca
mati. 10-12 jam pasca mati kekurahan terjadi baik pada mata yang ditutup/tidak.

• Perubahan dalam lambung

• Perubahan rambut

• Pertumbuhan kuku

• Perubahan dalam cairann serebrospinal, kadar nitrogen asam amino kurang dari 14mg
% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang
dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg%
dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30
jam

• Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati

• Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah
pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya

• Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih
sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup

TRAUMATOLOGI

1. Intra vitalitas luka.


Penting diketahui untuk membedakan luka yang terjadi korban masih hidup atau luka
setelah korban mati ( Intra vital / post mortal ), sangat erat kaitannya dengan proses
penyembuhan luka.
Bila luka yang timbul jangka waktunya berbeda lama dengan saat kematian maka
membedakan luka intravital dan post mortal mudah. Dimana luka intravital tampak merah,
perdarahan (+), bila telah agak lama tampak reaksi radang (membengkak). Sementara luka
post mortal tampak pucat, perdarahan (-) / sedikit, tidak ada reaksi radang.
Intravitalitas luka juga perlu diketahui untuk menentukan berapa lama luka tersebut
terjadi. Intravital luka dapat ditentukan dengan 2 cara :
a. Makroskopis.
b. Mikroskopis.
a. Makroskopis
1) Pada luka terbuka baru :
a) Tampak merah, terdapat perdarahan.
b) Setelah 12-24 jam terbentuk krusta merah.
2-3 hari krusta warna kecoklatan.
4-7 hari terjadi epitilasi
Sembuh setelah 10-14 hari (tergantung dari luasnya luka)
c) Pada memar, mula2 warna merah
1-2 hari = kebiruan.
2-4 hari = biru kehitaman/coklat.
5-7 hari = warna kehijauan.
Lebih dari 7 hari menjadi kuning dan normal.
Luka yang terinfeksi reaksi radangnya tampak secara kasat mata setelah 36 jam yaitu
membengkak terdapat pus/ nanah.

b. Mikroskopis
Dapat dengan 3 cara :
1) Secara Histologik
2) Secara Histokimia
3) Secara Biokimia

1) Secara Histologik :
a) 8-12 jam (peneliti lain mulai 4 jam) tampak sebukan sel radang  PMN ++, MN +
b) 16-24 jam : PMN +, MN ++. Sebukan tampak pada zona tertentu (perifier) dari luka,
sedangkan pada central tampak jaringan nekrotik.
c) 2 - 4 hari : tampak sebukan sel2 fibrobiast dan mulai terjadi epitelisasi.
d) 4-8 hari : terjadi neovaskviarisasi dan epidermis baru mulai terbentuk.

2) Secara Histokimia :
Dideteksi adalah enzym yang dilepaskan oleh sel yang rusak (luka), seperti : ATP-ASE,
ESTRASE,AMINOPEPTIDASE, ACID PHOSPHATASE, ALKALI. PHOSPHATASE.
Dimulai setelah 1 jam post luka, dimana kadar2 zat tersebut diatas meningkat terus sesuai
dengan umur luka.
Secara sistematik peningkatan kadar tersebut :
1. ATP. ASE - mulai 1 jam pertama
2. ESTRASE - mulai 2 jam pertama
3. AMINO PEPTIDASE - mulai 2- 4 jam pertama
4. ACID PHOSPHATASE - mulai 4 jam pertama
5. ALKALI PHOSPHATASE - mulai 8 jam pertama
3) Secara Biokimia :
Dimaksud disini adalah pemeriksaan kadar seretonin dan histamin. Kadar serotonin mulai
meningkat 10 menit setelah luka, sedangkan Histamin mulai meningkat 10-20 menit setelah
luka.

2. Reaksi penyembuhan luka.


a. Phase Peradangan (1-3 hari)
1) Reaksi Vaskular – vaso kontriksi dan vasodilafasi.
2) Reaksi Haemostasis – Perdarahan berkurang / berhenti.Fibrin pada kapiler2 Trombocyt
pada pembuluh darah banyak
3) Reaksi Seluler – sebukan sel2 leucocyt, PMN, MN, dan Makrophag
b. Phase Proliferasi (4-7 hari). Tampak ada epitelisasi dan neovaskularisasi.
c. Phase Regenerasi.
d. Pembentukan jaringan perut, luka menyembuh.

3. Perlukaan.
1. Akibat kekerasan tumpul :
 Memar
 Luka lecet, L.tekan, L.geser, L.regang
 Luka robek
2. Akibat kekerasan tajam :
 Luka Tusuk
 Luka Iris
 Luka Bacok
3. Akibat senjata api :
Luka tembak masuk & Luka tembak keluar Senjata api (akibat Senjata api Riflied / Smoth
Bore)
4. Akibat Suhu ekstrem tinggi atau rendah
5. Akibat Bahan Kimia : Basa Kuat / Asam Kuat

MEMAR.
Pecahnya pembuluh kapiler di kulit/bawah kulit, sel2 darah tampak menyebuk ke jaringan
sekitarnya, bedakan dengan Lebam Mayat, pada memar bila disayat dan diusap/disiram,
darah tidak terkikis. Pada Lebam.Mayat darah terkikis karena darah tidak meresap dalam
jaringan hanya ada di pembuluh darah. Tandanya daerah memar membengkak, warna
kebiruan; warna dapat berubah tergantung dari lamanya memar terjadi (merah, biru, hijau,
kuning) sehingga dapat diketahui umur luka.

Patofisiologi.
Dapat mengakibatkan gangguan aliran darah, shock, konfusion dan kadang2 kematian.
Merupakan media tubuhnya kuman2, pada daerah jaringan longgar,memar menjadi lebih
luas.

Kepentingan forensik.
Dapat memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena sering membentuk cetak negatif
(Mirror Striking Obyect) dari alat yang digunakan. Lokasi dapat menentukan arah
kekerasan/tanda2 perlawanan.
-Memar pada punggung tangan merupakan perlawanan.
-Memar pada leher merupakan bekas pencekikan.
-Memar pada pantat merupakan penganiayaan
LUKA LECET.
Merupakan kerusakan kulit (epidermis) atau mucus membrane.
Patofisiologi :
Perdarahan sedikit oleh karena pembuluh darah besar tidak kena, bila seluruh epidermis kena
akan merupakan Port de Entre ( tempat masuknya kuman) . Dasar luka tampak adanya serum
dan Lymphosit.

Kepentingan Dalam Forensik :


* Merupakan indikasi adanya kekerasan.
* Dapat memperkirakan benda penyebab, jejas kuku, gantung,
bekas gigitan.
* Dapat menentukan arah kekerasan – luka Luka geser.
Penting membedakan Luka robek/regang dengan luka tajam di daerah kepala,
keduanya hampir sama hanya pada Luka robek tepi luka tidak rata, akar rambut
tidak terpotong.

LUKA KEKERASAN TAJAM.


Adalah kelainan tubuh yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda tajam atau 1/2 tajam
atau alat berujung runcing sehingga kontinuitas jaringan rusak atau terputus. Benda2 tersebut
dapat berupa : pisau, golok, bayonet, pecahan kaca, atau benda keras lain berujung runcing.
Pembagian luka tajam :
a. Luka tusuk
b. Luka iris
c. Luka bacok.

a. LUKA TUSUK.
Adalah luka yang diakibatkan oleh benda berujung runcing dan bermata tajam atau ½ tajam
yang masuk ke dalam tubuh dengan tekanan secara tegak lurus atau serong pada permukaan
tubuh.
Ciri-ciri luka tusuk :
Tergantung pada bentuk dan jenis benda penyebab cirri umum-nya adalah :
1) Tepi luka rata.
2) Sudut luka dapat runcing/tumpul (tergantung benda penyebab)
3) Pada sisi yang tajam akar rambut terpotong rata.
4) Dalam luka lebih besar dari lebar luka.
Bentuk luka tergantung bentuk benda, tempat dan arah perkenan, bentuk luka yang sejajar
garis Langer disebut celah dan yang tegak lurus dengan Langer disebut menganga dan yang
serong dengan garis lange disebut asimetris. Bentuk dan ukuran luka hanya dapat digunakan
untuk memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi
bentuk luka, antara lain :
 Arah benda masuk.
 Elasitas jaringan.
 Gerakan senjata waktu ditarik keluar.
 Gerakan tubuh sendiri
 Beberapa patokan pada luka tusuk oleh karena pisau :
Lembar luka : merupakan lembar maksimal, benda penyebab yang masuk.
Dalam luka : merupakan panjang minimal benda yang masuk dalam tubuh.
Bila kedua sudut tajam : pisau yang digunakan dapat bermata satu atau dua
tergantung arah masuk.
Bila satu sudut tajam, lainnya tumpul : dapat dipastikan ok pisau mata satu.

Cara kematian dapat beberapa cara :


 Pembunuhan
 Bunuh diri
 Kecelakaan.
Tiap cara mempunyai ciri tersendiri pada bunuh diri, misalnya : korban memilih daerah
jantung dan perut. Biasanya melepaskan pakaian dulu, luka percobaan (tentative wound)
dapat ada/tidak dan kadang-kadang pisau masih tergengam erat ok cadaveric spasm.
Pada pembunuhan : luka2 dapat banyak dan tersebar (belakang/depan tubuh)terutama
daerah punggung dan dada, bila ada luka tusuk di daerah punggung, dapat dipastikan bukan
bunuh diri. Sering ditemukan luka2 perlawanan pada tangan.
Pada luka tusuk, bila ditemukan lecet pada tepi luka, kemungkinan ok bendasetengah
tajam. Arah saluran luka dapat pula membantu memperkirakan cara kematian, saluran luka
dari bawah ke atas lebih banyak/sering terjadi akibat pembunuhan, sementara arah luka dari
atas ke bawah dapat terjadi baik ok bunuh diri atau pembunuhan.
Pada kecelakaan, tempat luka dapat dimana saja, pada luka lantas misalnya luka2
paling sering pada daerah muka dan dada akibat badan terbentur kaca mobil.
LUKA IRIS :
Adalah luka yang disebabkan oleh benda yang mempunyai sisi tajam dan digeserkan pada
permukaan tubuh dengan tekanan yang cukup kuat, ciri2 dari luka iris adalah :
 Tepi luka rata.
 Bagian2 jaringan kulit dan otot terpotong rata.
 Sudut luka tajam dan jumlahnya dapat banyak tergantung jumlah gesekan.
 Dalam luka lebih pendek dibandingkan dengan lebar/panjang luka.
 Bentuk luka tergantung arah irisan terhadap garis lange.
 Cara perlukaan dapat ok bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan seperti pada luka tusuk
demikian pula masing2 ciri-cirinya.
 Luka iris bunuh diri sering pada daerah leher dan pergelangan tangan, perhatikan
kemiringan luka iris dengan kebiasaan korban (kidal/biasa).

LUKA BACOK :
Luka yang disebabkan oleh benda relatif besar, bermata tajam/ 1/2
tajamyangdikenakan ke bagian tubuh dengan cara diajun dan menggunakan tenaga besar.
Senjata yang dapat digunakan : golok, kampak, celurit, pedang, dll.
Ciri-ciri luka bacok :
Luka bacok mempunyai ciri yang hampir sama dengan luka iris, perbedaannya luka bacok
dibuat dengan tekanan dan tenaga besar sehingga luka yang timbul sangat hebat, sekitar luka
sering ditemukan memar, jaringan tulang dibawahnya ikut terluka bahkan dapat terpotong.
Cara kematian luka bacok ini hampir dipastikan ok pembunuhan, sasaran bacokan
biasanya pada kepala, bahu, leher dan anggota gerak atas mengingat waktu membacok
cenderung ayunan dari atas ke bawah.

Mekanisme kematian :
Mekanisme kematian pada luka ok kekerasan tajam dapat dibedakan :
-Langsung akibat perdarahan, kerusakan organ dalam, emboli (terpotong
pembuluh besar), shock (nevrogenik, volumik).
-Tidak langsung akibat infeksi.

LUKA ROBEK :
Luka yang disebabkan kekerasan benda tumpul yang terjadi dengan hebat, biasanya
pada laka lantas (terlintas ban). Disini luka tampak tidak beraturan, kulit dan otot dapat
terlepas dari ikatannya dengan tulang dan tergulung keluar. Luka jenis ini banyak terjadi pada
daerah anggota gerak.

LUKA AKIBAT SENJATA API


SENJATA API ( SENPI )
Pembagian secara garis besar :
1. Senjata api gengam /pendek ( Riflied = beralur )
a. Pistol - Alur kearah kanan
b. Revolver - Alur kearah kiri.
2. Senjata api laras panjang
a. Riflied - Otomatis, semi otomatis dan Tidak otomatis.
b. Smooth Bore – Full Choke, Half Coke, Full Cylender
REFLIED : adalah laras beralur, gunanya untuk mendapatkan effek gyroskopik, peluru
berjalan dengan berputar sehingga stabil. Pada revolver arah alur ke kiri, pada pistol arah alur
ke kanan, jumlah alur tergantung dari pabrik pembuat berkisar antara 4-7 alur.
SMOOTH BORE : adalah larak yang tidak beralur, banyak digunakan pada senjata untuk
berburu, jumlah anak peluru banyak. Bentuk Choke dimaksud agar anak peluru pada waktu
keluar laras tidak terlalu tersebar.
Full Choke, perbedaan diameter antara pangkal laras dan muara laras antara 0,02 – 0,04 inch,
sedangkan pada Full Choke perbedaan tersebut kurang/ = 0,02 inch.
PELURU DAN MESIU :
Dibedakan anak peluru tunggal (pada Rified) dan anak peluru banyak (Smooth Bore).
Bagian-bagian peluru :
 Proyektil Selongsong peluru
 Mesiu
 Kaliber Peluru/Laras :
Adalah ukuran peluru, ditentukan oleh jarak antara pematiang pada laras. Ukurannya dapat
dalam bentuk inch. (0,38 inch) atau mm. Pada Smooth Bore, kaliber senjata dapat dibuat dari
1 pound timah, standard 12 buah. Ukuran adalah : gauge. Cara mengetahui kaliber peluru
adalah dengan mengukur diameter dari pantat anak peluru atau beratnya bila peluru masih
baik. Contoh : peluru kaliber 0,38 inch, diameter pantat peluru : 0,38 x 25,4 mm = 9,65 mm.
Berat = 12,96 gram. Cara lain adalah dengan mengukur ukuran lubang luka tembak masuk,
tidak selalu betul karena banyak faktor yang mempengaruhi, seperti elasitas jaringan, tempat
perkenan, derformitas peluru, dll. Mesiu merupakan bagian yang penting dari sebuah peluru,
karena ia menentukan kecepatan jalan anak peluru untuk selanjutnya menentukan jangkauan
maupun daya tembusnya.

REVOLVER PISTOL
Peluru tersimpan dalam silinder
Setelah penembakan selongsong tetappada silinder.
Peluru mempunyai Rim
Alur ke kiti.
Digunakan oleh Polisi standard (kal :38)
Dalam magazine
Peluru terlempar ke luar.
Peluru mempunyai grove/alur
Alur ke kanan
Standard angkatan perang (kal : 45)

Dikenal 3 jenis mesiu :


1. Black powder : terdiri dari ramuan belerang 10%, arang (C) 15% dan sendawa (NO3) 75%.
Sangat berasap dan berwarna hitam.
2. Smookless powder : terdiri dari campuran nitro celulose dan nitro glycerine, tidak berasap
dan daya dorong besar, banyak digunakan pada senjata untuk perang.
3. Kualkwik powder : sangat sensitive digunakan pada pengalak, dibuat dari azide dan
sinoxide.

LUKA TEMBAK
Apabila ditemukan kasus luka tembak, maka dokter harus turut menentukan beberapa hal :
-Apakah luka yang ditemukan merupakan luka tembak.
-Mana luka tembak masuk (LTM), mana luka tembak keluar (LTK), berapa jumlahnya.
-Arah peluru masuk.
-Saluran luka.
-Sebab kematian.
-Cara kematian.
-Perkiraan.Posisi korban
-Perkiraan Jarak tembakan.
-Jenis dan kaliber senjata.

Untuk menentukan apakah suatu luka merupakan luka tembak, maka perlu diketahui apa
yang terjadi. Bila sebuah peluru ditembakkan maka dari laraskeluar berbagai komponen yaitu
:
- Anak peluru.
- Gas panas/api.
- Asap/jelaga.
- Sisa mesiu yang tidak habis terbakar.
Tiap2 komponen ini mempunyai effek dan menimbulkan ciri tersendiri apabila mengenai
tubuh.

ANAK PELURU :
Anak peluru yang menembus kulit akan membentuk lubang luka yang dapat berbentuk bulat
atau lonjong tergantung dari arah peluru masuk atau dapat tidak teratur tergantung bentuk
peluru pada waktu masuk dan jenis jaringan. Lubang luka mempunyai diameter lebih kecil
dari anak peluru oleh karena adanya elasitas jaringan, selain lubang luka oleh karena adanya
putaran peluru maka terjadi pula geseran sehingga terbentuk luka lecet yang disebut klim
lecet. Apabila anak peluru masuk pada daerah yang ketebalan jaringan tipis dan dibawahnya
terdapat tulang pipih (daerah pelipis) maka lubang luka tidak bulat tapi bentuknya tidak
beraturan (bintang) oleh karena adanya tahanan tulang yang mengakibatkan gas kembali
keluar. Selain klim lecet pada LTM. Disekitar lubang terdapat pula klim kesat, yangterbentuk
ok adanya sisa2 lemak/kotoran pada anak peluru yang menempel disekitar/tepi luka, adanya
klim kesat ini merupakan tanda yang pasti bahwa tembak tersebut merupakan LTM.

GAS PANAS/API :
Gas panas/api akan menimbulkan luka bakar pada kulit (warna kemerahan) atau pada daerah
berambut, rambut akan mengeriting dan daerah ini disebut klim api. Effek gas panas ini baru
terlihat bila jarak tembakan kurang dari 15 cm.
ASAP/JELAGA :
Efeknya terlihat pada kulit berupa warna kehitaman yang mudah terhapus. Daerah ini
dinamakan klim jelaga. Effek ini dapat terjadi bila jarak tembakan kurang dari 25 cm.
SISA MESIU :
Butir2 mesiu baik yang telah terbakar atau tidak terbakar pada waktu peluru lepas, juga akan
ikut keluar laras. Butir2 ini akan menyebabkan timbulnya gambaran bintik2 disekitar lubang
luka yang diakibatkan tertanamnya bintik2 sisa mesiu pada epidermis dan dermis, gambaran
ini tidak hilang bila dicuci dan disebut klim tato. Klim tato berbentuk bila penembakan pada
jarak kurang dari 60 cm.
LUKA TEMBAK MASUK ( LTM ) :
Luka tembak masuk dicirikan dari klim2 yang terbentuk seperti diatas, tapi yang khas adalah
klim kesat, tergantung jarak tembak. LTM dibedakan menjadi :
1. LTM tempel/kontak .
Moncong laras menempel pada kulit, lubang luka yang terbentuk tergantung daerah mana
yang terkena, pada daerah dahi lubang besar dan tidak beraturan ok tek. Gas yang kembali
keluar. Bila pada daerah yang lunak, (dada) lubang luka bulat dan sekitarnya terdapat jejas
laras, komponen peluru semua ikut masuk dalam jaringan, tepi luka hitam (terbakar).

2. LTM jarak sangat dekat (< 10 cm) .


Sekitar lubang luka terdapat klim2 :
Klim lecet
Klim api
Klim jelaga
Klim tato.

3. LTM dekat (10 – 30 cm) .


Sekitar lubang luka terdapat klim2 (Klim Lecet dan Klim Tato).

LTM jarak jauh ( > 30 cm).


Sekitar lubang luka hanya terdapat klim lecet saja.
Catatan :
Patokan2 jarak seperti diatas tidak selalu dapat diterapkan oleh karena adanya jenis2 peluru
yang menggunakan bermacam-macam mesiu dan cara penembakan yang inkonvensional
(peredam, penutup laras dengan bantal, dll). Percobaan yang dilakukan penembakan dengan
senjata dan jarak yang sama tapi dengan peluru berbeda (dari berbagai pabrik) ternyata
memberikan gambaran yang berbeda.
LUKA TEMBAK KELUAR ( LTK ).
Letak disebabkan oleh peluru yang berjalan dari dalam ke arah keluar (LTM dari luar ke
dalam). Konsekwensinya dapat ikut jaringan/tulang sehingga lubang luka sangat variable
baik bentuk/besarnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk/besar luka tembak keluar
adalah :
 Kecepatan saat peluru keluar dari badan.
 Permukaan/jaringan tempat peluru keluar.
 Deformitas dari peluru akibat benturan dengan jaringan sewaktu melalui rongga
badan.
 Jalan/gerakan peluru, dimana peluru dalam tubuh tidak berjalan stabil tapi melakukan
goyangan (tumbling dan yawing).
 Ada tidaknya fragmentasi anak peluru.
 Ada tidaknya fragmentasi tulang/jaringan yang ikut keluar.
 Ada tidaknya tahanan dari luar pada waktu peluru akan menembus (tembok sesuatu
yang keras)
 Secara umum LTK bentuknya lebih besar dari LTM (kecuali bila peluru jalannya
pelan), bentuk kurang teratur dan tidak ditemukan klim2, luka tembak masuk dapat
lebih besar dari luka tembak keluar bila LTM tersebut mengenai daerah jaringan tipis
dan dibawahnya terdapat tulang keras ( misanya pada dahi).

Perbedaan lain antara LTM dan LTK, pada tempat bertulang (tengkorak) lubang luka
LTM membentuk corong terbalik artinya diameter lubang pertama / luar lebih kecil dari
lubang di dalam dan sebaliknya pada LTK. LTK dapat mengalami memar sekelilingnya bila
pada waktu keluar, peluru mendapat tahanan benda yang keras selain klim lecet sehingga
sukar di bedakan
dengan LTM, untuk itu perlu diperiksa secara histopatologi. Histopatologi LTM :
memberikan perubahan seperti mekanikal dan panas. Dampak epitel mengalami kompresi
terutama luka tembak tempel), sel2memanjang dan kurus. Demikian pula inti sel, nekrosis
koagulasi danpembengkakan serta vakuolisasi sel. Basal dapat terjadi disekitar luka dapat
tampak kotoran2 warna hitam (klim kesat) dan pecahan2 logam, tanda yang pathognomonik
adalah adanya epidermis yang terlepas dari dasarnya dan mencuat ke luar pada tepi luka,
keadaan ini disebabkan pada waktu peluru menembus kulit, ternyata kulit juga mengalami
dorongan keluar akibat gas.
Pada LTK, gambarnya berbeda, oleh karena peluru telah kehilangan panasnya selama
berjalan dalam rongga badan sehingga gambaran yang tampak sangat minim, tampak adanya
perdarahan segar pada epidermisa dan dermis, kalau ada sisa2 mesiu (pada luka tembak
tempel) hanya ada pada lapisan dermis.

ARAH PELURU MASUK DAN SALURAN LUKA.


Arah peluru masuk dan saluran luka penting diketahui untuk memperkirakan cara kematian,
arah tembakan dan posisi korban waktu ditembak (penting waktu rekontruksi). Arah peluru
masuk ditentukan dengan melihat bentuk dari lubang luka dan klim lecet yang terbentuk bila
peluru masuk tegak lurus maka bentuk lubang bulat dan klim lecet berukuran sama pada
sekitar luka. Bila peluru masuk serong maka klim lecet akan berbentuk lonjong dengan sisi
dimana peluru datang jauh lebih lebar dibandingkan pada sisi2 yang lain. Pada pemeriksaan
perlu disebutkan arah serongnya dan perkiraan besar sudut dengan bidang horizontal.
(misalnya arah dari kanan atas ke kiri bawah, membentuk < 45 derajat dengan bidang
horizontal).
Saluran luka ditentukan pada waktu otopsi, dari saluran luka ini dapat ditentukan peluru mana
yang menyebabkan kematian (bila ada lebih dari satu tembakan) selain itu pada penentuan sal
uran luka kita juga berusaha menemukan anak peluru yang tertinggal.

CARA KEMATIAN:
Cara kematian pada luka tembak dapat disebabkan oleh bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan.
Pada bunuh diri daerah sasaran adalah kepala dan leher, pada kepala paling banyak adalah
pelipis, mulut, dahi. Sedangkan pada leher adalah daerah bawah mulut. Penting adalah arah
saluran luka, pada bunuh diri arahnya cenderung dari bawah ke atas menginggat kemudahan
waktu memegang dan menarik pelatuk. Jarak tembakan, biasanya tempel atau tembakan jarak
dekat, sering ditemukan cadaveric spasme. Pada pembunuhan, tempat luka tembak dapat
dimana saja dan biasanya tunggal.
Ciri khas LTM : klim kesat dan ada jaringan yang hilang, bila luka dirapatkan tidak kembali
menyatu.
Ciri khas LTK : tidak ada jaringan yang hilang, kecuali bila ada tulang2 yang lepas atau
peluru kecepatan tinggi.
Bila mayat telah membusuk untuk membedakan LTM/LTK melalui pemeriksaan arah
pecahan2 tulang ( lebih baik dengan rontgen foto )
Catatan :
Bila ditemukan anak peluru dalam kesimpulan luka tembak, perlu disebutkan ukuran peluru,
berat, arah dan jumlah alur (bila masih mungkin). Tapi tidak boleh menyebutkan jenis senjata
(pistol/revolver/senjata panjang) karena yang menentukan adalah ahli balistik).
Gambaran jejas laras : terjadi selain akibat panas laras, juga akibat dorongan kulit keluar
yang tertekan oleh gas. Jejas laras nampak lebih jelas pada permukaan kulit yang dasarnya
terdapat
tulang keras seperti tulang pelipis.

Asfiksia
Definisi
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernapasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan
karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang diakibatkan
karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan menimbulkan suatu
keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang (hipoksia) yang disertai dengan
peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea).

Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan “mati lemas”. Sebenarnya


pemakaian kata asfiksia tidaklah tepat, sebab kata asfiksia ini berasal dari bahasa
Yunani, menyebutkan bahwa asfiksia berarti “absence of pulse” ( tidak berdenyut),
sedangkan pada kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih dapat berdenyut
untuk beberapa menit setelah pernapasan berhenti. Istilah yang tepat secara
terminologi kedokteran ialah anoksia atau hipoksia.

Pemeriksaan Post-mortem pada asfiksia:


1. Pemeriksaan Luar
a. Lebam mayat jelas terlihat (livide) karena kadar karbondioksida yang tinggi dalam darah
b. Sianosis
Sianosis adalah warna kebiruan dari kulit dan membran mukosa yang merupakan
akibat dari konsentrasi yang berlebihan dari deoksihemoglobin atau hemoglobin
tereduksi pada pembuluh darah kecil. Sianosis terjadi jika kadar deoksihemoglobin
sekitar 5 g/dL. Dapat dengan mudah terlihat pada daerah ujung jari dan bibir.
c. Pada mulut bisa ditemukan busa
d. Karena otot sfingter mengalami relaksasi, mungkin bisa terdapat feses, urin atau
cairan sperma
e. ‘Bercak Tardieu’ yaitu bercak peteki di bawah kulit atau konjungtiva
2. Pemeriksaan Dalam
a. Mukosa saluran pernapasan bisa tampak membengkak
b. Sirkulasi pada bagian kanan tampak penuh sedangkan bagian kiri kosong
c. Paru-paru mengalami edema
d. Bercak-bercak perdarahan peteki tampak di bawah membran mukosa pada
beberapa organ
e. Hiperemi lambung, hati dan ginjal
f. Darah menjadi lebih encer

ETIOLOGI
1. Alamiah
Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti laringitis difteri,
atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
2. Mekanik
Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drowning, strangulation dan
sufocation. Obstruksi mekanik pada saluran pernapasan oleh:
- Tekanan dari luar tubuh misalnya pencekikan atau penjeratan
- Benda asing
- Tekanan dari bagian dalam tubuh pada saluran pernapasan, misalnya karena
tumor paru yang menekan saluran bronkus utama
- Edema pada glotis
Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara
vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan
sebagainya.
Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh kegagalan
sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan oksigen dapat
terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia).

Asphyxial injuries dapat dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu:


a. Suffocation (kekurangan napas).
Kekurangan napas atau kegagalan oksigen untuk mencapai darah dapat terjadi
akibat kurangnya kadar oksigen di lingkungan sekitar atau terhalangnya saluran
napas eksternal. Contoh klasik dari tipe asfiksia ini adalah anak kecil yang terjebak
di lemari es dan pada kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menutup kepala
korban dengan plastik. Pengurangan kadar oksigen sampai pada level 16% adalah
keadaan yang cukup membahayakan.
Suffocation juga terjadi pada choking. Diagnosis dan penatalaksanaan dalam
choking asphyxiation (obstruksi pada saluran napas internal) tergantung pada
lokasi dan pengeluaran benda yang menyebabkan obstruksi. Suffocation dapat
juga terjadi karena kompresi pada daerah dada atau abdomen yang dapat
menghalangi pergerakan respirasi normal.
b. Strangulation (pencekikan)
Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan jalan
napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini menyebabkan
hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan atau terhentinya
aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada arteri karotis,
kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.

c. Hanging ( penggantungan )
Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas, kongesti vena sampai
menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral karena sumbatan pada arteri karotis dan
vertebralis, syok vagal karena tekanan pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung
berhenti berdenyut, dan fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang
menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan.

d. Drowning (tenggelam)
Suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian akibat udara
atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, karena sebagian atau
seluruh tubuh berada dalam air sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki
saluran pernapasan.

3. Keracunan
Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang
menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika

Terdapat empat fase dalam asfiksia, yaitu:

1. Fase Dispneu.
Pada fase ini terjadi penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah dan
penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla
oblongata. Hal ini membuat amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat, nadi
cepat, tekanan darah meninggi, dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama
muka dan tangan.

2. Fase Konvulsi.
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan
saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula kejang berupa
kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme
opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga
menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak
akobat kekurangan O2.

3. Fase Apneu.
Pada fase ini, terjadi depresi pusat pernapasan yang lebih hebat. Pernapasan
melemah dan dapat berhenti, kesadaran menurun,dan akibat dari relaksasi sfingter
dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urine, dan tinja.

4. Fase Akhir.
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat
setelah pernapasan berhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit.
Fase 1 dan 2 berlangsung ±3-4 menit. Hal ini tergantung dari tingkat
penghalangan O2. Bila penghalangan O2 tidak 100 %, maka waktu kematian akan
lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

Asfiksia

Kematian Asfiksia dapat digolongkan menjadi 3 :

 Mati lemas (suffocation)

 Penjeratan (strangulation)

 Asfiksia Kimia (Chemical Asphyxia)


MATI LEMAS (SUFFOCATION)

Dibagi menjadi 4 :

1. Envirometal Suffocation → O2 atmosfer # adekuat dlm lingkungan shg tjd def. O2


dlm darah. Kematian ini krn kecelakaan yg alami.

2. Smothering (Pembekapan)

3. Choking and Gagging

4. Traumatic Asphyxia

Smothering (Pembekapan)

Adalah penutupan lubang hidung & mulut yg menghambat pemasukkan udara. Cara
kematian biasanya bunuh diri atau pembunuhan, jrg ok kecelakaan. Bunuh diri dgn
pembekapan biasanya dgn kantong plastik yg dimasukkan ke kepala & diikat di leher;
pada orang sakit jiwa & tahanan digunakan gulungan kasur, bantal, & pakaian. Akibat
kecelakaan dpt tjd pd bayi yg hidung & mulutnya tertutup bantal, selimut; anak kecil yg
terhimpit matras; dewasa muda yg terkurung dlm tmpt sempit dgn sedikit udara

Pada pembunuhan, biasanya tjd pd kasus pembunuhan anak sendiri, manula, orang sakit
berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.

Pemeriksaan Jenazah :

Pemeriksaan Luar

- Tanda kekerasan tgt jenis benda yg digunakan. Mungkin tdp : luka lecet tekan / geser,
goresan kuku & luka memar pd ujung hidung, bibir, pipi, & dagu yg mgkn tjd akibat
korban melawan; luka lecet pd bag. dlm bibir akibat bibir yg terdorong & menekan
gigi, gusi, dan lidah; Luka lecet pd bag. belakang tubuh korban.

Pemeriksaan Dalam

- Ditemukan tanda-tanda asfiksia.

- Pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.

Choking and Gagging

Pd keadaan ini, asfiksia disebabkan oleh sumbatan jln napas oleh benda asing yg
mengakibatkan hambatan udara untuk msk ke paru. Pd Gagging, sumbatan tdp dlm
orofaring sdgkan choking, sumbatan tdp dlm laringofaring.

Mekanisme kematian : asfiksia / refleks vagal akibat rangsangan reseptor n. vagus di


arkus faring yg menimbulkan inhibisi kerja jantung dgn akibat cardiac arrest &
kematian.
Traumatic Asphyxia

Tjd krn penekanan dr luar pd dinding dada yg menyebabkan dada terfiksasi &
menimbulkan gangguan gerak pernapasan; mis. tertimbun pasir, tanah, runtuhan
tembok atau tergencet. Mekanisme kematian krn kegagalan pernapasan & sirkulasi.

Pada pemeriksaan jenazah :

- Sianosis & bendungan hebat. Pembendungan pd muka ® muka bengkak & penuh
petekie, edema konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva, & perdarahan retina.

- Petekie tdpt pula pd leher, bokong, & kaki.

- Petekie di sclera, conjungtiva& periorbital skin.

- Kongesti hitam keunguan pd kepala.

PENJERATAN (STRANGULATION)

Adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kaos kaki
dsbnya yg melingkari / mengikat leher yg mkn lama mkn kuat shg tjd penutupan
saluran napas & pembuluh darah.

Ada 3 bentuk :

- Hanging (gantung diri)

- Ligature Strangulation

- Manual Strangulation (pencekikan)

Dari ke-3 btk tsb, penyebab kematian adl cerebral hypoxia & suplai darah ke otak
tersumbat.

Pada penjeratan dapat terlihat :

- Perdarahan conjungtiva

- Perdarahan dr telinga, hidung

- Petechial haemorrhages

- Kongesti dan sianosis

- Nail scrathes

Memar
Ligature mark (bekas tali di leher), biasanya mendatar, melingkari leher & tdp lbh
rendah drpd jejas pd kasus gantung. Biasanya terletak setinggi / di bawah rawan
gondok.

Hanging (gantung diri)

Mekanisme kematian :

- Kerusakan pd batang otak & m.s. Hal ini tjd akibat dislokasi / fraktur vertebra
ruas leher; biasanya C2-C3 atau C3-C4, dislokasi dari CII / CIII yang fraktur.

- Asfiksia, akibat terhambatnya aliran udara pernapasan

- Iskemia otak, akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher

- Refleks vagal, shg jantung berhenti.

Pemeriksaan luar :

Lebam mayat pd leher di atas ikatan, ke2 lengan bawah / tangan, ke2 tk. bawah / kaki,
genitalia eksterna bila tergantung lama. Pada wanita, labium membesar & tdp lebam.
Pd pria terltk pd scrotum.Lidah menjulur / tidak, tergantung dr ltk ikatan : di bawah
leher → lidah terjulur, di atas leher → lidah masuk ke dalam .Bila jerat kecil & keras
→ muka pucat.Bila jerat lebar & lunak, tmpk perbendungan pd daerah sblh atas
ikatan, petekie di kulit & konjungtiva.Pada laki-laki mungkin keluar air mani, jika
vesica seminalisnya sedang penuh

Pemeriksaan dalam

Kadang pd tepi jejas jerat tdp sedikit perdarahan, sdgkn pd jar. bwh kulit & otot2 sblh
dlm tdp memar jaringan, namun hal ini tidak sll tjd → px. mikroskopik u/ melihat rx.
vital pd jar. di bawah → jejas tjd pd orang hidup / stl meninggal.

Jejas tekanan pd : pembuluh nadi, saluran napas, saraf.

Patah tl. lidah / rawan gondok atau keduanya # srg tjd pd kasus gantung. Pada
perempuan & laki-laki mungkin keluar urine jika VU sdg penuh & disebabkan
kontraksi krn kaku mayat.
Ligature Strangulation

Pada ligature strangulation, tekanan pd leher menggunakan pengerutan pita yang


terikat kuat dengan sebuah kekuatan lain daripada berat badan. Sbgn besar korban adl
wanita. Bunuh diri & kecelakaan biasanya jrg. Mekanisme dari pembunuhan sama
dgn gantung diri, pembuluh yang mensuplai darah & O2 ke otak macet. Tidak
sadarkan diri dalam 10 – 15 menit.

Manual Strangulation (pencekikan)

Adl penekanan leher dgn tangan yg menyebabkan dinding sal. napas bag. atas & tjd
penyempitan sal. napas shg udara pernapasan tdk dpt lewat.

Mekanisme kematian pada pencekikan adalah :

Asfiksia ,Refleks vagal sbg akibat rgsan pd reseptor vagus pd corpus carotikus
(carotid body) di percabangan a. carotis int. & eks. → jarang

Pada px. jenazah → perbendungan pd muka & kepala krn tertekannya vena & arteri
yg superficial, sdgkan a. vertebralis tidak terganggu
ASFIKSIA KIMIA (Chemical Asphyxia)

Pada asfiksi akimia tjd sirkulasi yg menghambat pemasukan O2 dlm tubuh.


Hydrogen cianida, potassium, & sodium cianida merupakan racun yang kerjanya
cepat dan kuat

AUTOEROTIC ASFIKSIA

Dsb “sex hanging”. Pd byk kasus, sebuah tali diletakkan mengelilingi leher & ujung
talinya difiksasi pd suatu objek (digantung) / difiksasi pd slh satu ekstremitas bdn.
Anoksia disebabkan tekanan dr tali yg menyebabkan konstriksi vena leher & me↓
aliran darah ke otak. Tdk ada korelasi antara autoerotic asfiksia dgn homoseksual,
bunuh diri atau sakit jiwa.

Kematian Wajar mendadak akibat asfiksia

 Septic atau diptheric laringitis

 Acute laringeal edema sekunder terhadap infeksi atau neoplasma laring atau faring

 Asma bronkial

 Emboli paru pada static trombosis atau tromboflebitis vena-vena dalam ekstremitas
bawah atau pelvis

 Paradoxical embolism

MATI TENGGELAM
PENDAHULUAN
Kematian karena terbenam atau tenggelam adalah salah satu bentuk dari mati
lemas/asfiksia, dimana asfiksia tersebut dapat disebabkan karena korban terbenam
seluruhnya atau sebagian terbenam di dalam benda cair.
TANDA-TANDA PADA PEMERIKSAAN LUAR
Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses penurunan suhu mayat
dalam hal ini kira-kira 2x lebih cepat, dengan penurunan suhu rerata 5F/jam dan biasanya
suhu mayat akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu ± 5-6 jam.
Lebam mayat berwarna merah terang dan terdapat di daerah kepala, leher dan bagian
depan dada.
Dari lubang mulut keluar busa halus berwarna putih.
Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam benda-benda pasir, dahan
atau rumput.
TANDA-TANDA PADA PEMERIKSAAN DALAM/BEDAH MAYAT
Busa halus dan benda-benda yang terdapat didalam air akan dapat ditemukan dalam
saluran pernapasan/batang tenggorok dan cabang-cabangnya. Diatomae dapat ditemukan
dalam paru dan organ lainnya.
Pada wet drowning, paru sangat mengembang, pucat, berat dan bila ditekan akan
mencekung, keadaan dimana dikenal dengan nama emphysema aquasum, teraba krepitasi dan
paru tersebut akan tetap bentuknya bila dikeluarkan dari rongga dada, dan pada pengirisan
setiap potongan akan mempertahankan bentuknya, pada pemijatan keluar sedikit busa dan
sedikit cairan.
Pada dry drowning, paru berat, penuh berisi air, perabaan memberi kesan seperti
meraba jelly dan bila dikeluarkan dari rongga dada bentuknya tidak akan bertahan sedangkan
pada pengirisan tampak banyak cairan yang keluar.
Dalam lambung dan organ dalam tubuh serta sumsum tulang dapat ditemukan pula
benda-benda asing yang berasal dari dalam air, seperti lumpur, tumbuhan dan secara
mikroskopis dapat dilihatnya diatomae.

Toksikologi

Definisi

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang :

 Sumber,
 Sifat serta khasiat racun,
 Gejala – gejala, dan
 Pengobatan pada keracunan,
 Kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal
Racun

Pengertian :

Racun àzat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian

Penggolongan racun

1. Berdasarkan sumber
tumbuhan àopium,kokain,kurare,aflatoksin

hewan à bisa/toksin ular,laba2,hewan laut

mineral à arsen,timah hitam

sintetik à heroin

2. Berdasarkan tempat dimana racun berada

alam bebas à gas racun di alam

rumah tangga à deterjen,desinfektan,pembersih

pertanian à insektisida,pestisida,herbisida

industri dan lab à asam basa kuat

makanan à cn dalam singkong

obat à hipnotik dan sedatif

3. Berdasarkan organ tubuh yang dipengaruhi

hepatotoksik, nefrotoksik

4. Berdasarkan mekanisme kerja

yang mengikat gugus sulfhidril,membentuk methemoglobin

5. Berdasarkan cara kerja/efek yang ditimbulkan


lokal

sistemik

lokal dan sistemik

Faktor yang mempengaruhi keracunan

Cara masuk àinhalasi (lebih cepat),iv,im,intra peritoneal,subcutan,peroral

Umurà lebih sensitif àorang tua, anak-anak dan bayi prematur

Kondisi tubuh à penderita penyakit ginjal

Kebiasaanà umumnya pd racun golongan Alkohol& morfin

Idiosikrasi dan alergi à pd vit.e,penisilin

Waktu pemberian à untuk racun oral >> efektif sebelum makanà absorpsi >baik

Prinsip pengobatan

terutama berdasarkan cara masuk

1. Bila ditelan à dimuntahkan (anti emetik)


2. Aspirasi atau bilas lambung
3. Pemberian pencahar
4. Demulchen
5. Pengobatan simtomatik dan suportif

Kriteria diagnostik

Tanda dan gejala yang sesuai dengan racun penyebab

Analisis kimiawi àracun pd sisa barang bukti

Ditemukan racun/sisa racun dalam tubuh/cairan tubuh korban à jika racun menjalar
sistemik

Terdapatnya kelainan pada tubuh korban à mikroskopik/makroskopik


Pastikan korban kontak dengan racun

Pemeriksaan kedokteran forensik

Pemeriksaan di tempat kejadian

Pemeriksaan luar

Pembedahan jenazah ( autopsi)

Pengambilan bahan pemeriksaan toksikologi

Wadah pemeriksaan toksikologi

Bahan pengawet

Cara pengiriman

Korban hidup

Dalam pemeriksaan forensik klinis, anamnesis dapat bersifat autoanamnesis bila korban


kooperatif atau alloanamnesis baik terhadap keluarga koban atau penyidik.beberapa hal yang
perlu ditekankan dalam anamnesis :

 –jenis racun

 –cara masuk racun (route of administration) : melalui ditelan, terhisap bersama


udara pernafasan, melalui penyuntikan, penyerapan melalui kulit yang sehat atau kulityang
sakit, melalui anus atau vagina. 

–data tentang kebiasaan dan kepribadian korban 

–keadaan sikiatri korban 

–keadaan kesehatan fisik korban 

–faktor yang menigkatkan efek letal zat yang digunakan seperti penyakit, riwayatalergi atau
idiosinkrasi atau penggunaan zat-zat lain (ko-medikasi)

Korban hidup
Px fisik : harus dicatat semua bukti-bukti medis meliputitanda-tanda mencurigakan pada
tubuh korban seperti

- bau tertentu yang keluar darimulut atau saluran napas,

- warna muntahan dan cairan atau sekret yang keluar dari mulutatau saluran napas,

- adanya tanda suntikan, dan tanda fenomena drainage.

Gejala-gejaladan perlukaan tertentu harus dicatat seperti kejang, pin point pupil atau tanda
gagalnapas.

Luka-luka lecet sekitar mulut, luka suntikan ataukekerasan lainnya

Bau-bau tertentu harus dikenali dalam pemeriksaan seperti bau amandel pada keracunan
sianida, bau pestisida atau bau minyak tanah yang dipakai sebagai pelarut

Pengambilan dan analisis sampel dilakukan dengan mengambil sisa muntahan,sekret mulut
dan hidung, darah serta urin.

Bila racun per oral, analisis isi lambung harusdilakukan secara visual, bau dan secara kimia.

Skrining racun diambil dari sampel urindan darahdalam visum et repertum peracunan
ditentukan kualifikasi luka akibat peracunan, dimana penentuannya berdasarkan penilaian
efek racun terhadap metabolisme dan gangguan fungsi organ yang diakibatkan oleh racun

Korban mati à pemeriksaan luar

Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya asamhidrosianida, asam
karbonat, kloroform, alkohol, dll

 pada permukaan tubuh jenazah mungkin ditemukan bercak-bercak yang berasal


darimuntahan, feses dan kadang-kadang jenis racun itu sendiri.

 perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan fosfor dankeracunan akut
akibat unsur tembaga sulfat.

 keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.
 pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas zatkorosif
atau benda asing.

 livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat (bila
racunnyamenyebabkan perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah
mengalami perubahan.

Pemeriksaan luar

1. Bau
2. Dengan segera menekan dada mayat à mencium bau yg tdk biasa keluar dari lubang
hidung dan mulut
3. Pakaian à menentukan diracuni/sengaja meracuni
4. Lebam mayat
5. Perubahan kulit
6. Kuku
7. Rambut
8. Sklera
Pembedahan jenazah

• Segera setelah rongga perut dan dada dibuka à cium apakah ada bau yg keluar
• Buka rongga tengkorak à bau sianida,alkphol,klorofrm,eter tercium paling
kuat pd rongga tengkorak
1. Inspeksi in situ (otot dan alat dalam) + ambil darah
2. Perhatikan semua organ:
à lidah

à esofagus

à epiglotis dan glotis

à paru - paru

Pembedahan jenazah

 Darah
 Urin
 Bilasan lambung
 Usus beserta isinya
 Hati
 Ginjal
 Otak
 Urin
 Empedu
Wadah bahan pemeriksaan toksikologi

Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencucinya dengan asam kromat hangat à
bilas akuades à keringkan

Idealnya diperlukan minimal 9 wadah :

- 2 peles (a 2 liter) à u/ hati dan usus

- 3 peles (a 1 liter) à u/ lambung , otak dan ginjal

- 4 botol ( a 25ml) à u/ darah (2buah),urin,empedu

Bahan pengawet

Paling baik tanpa bahan pengawet tp disimpan di lemari es

Jika bahan tdk dapat diperiksa dgn segera atau akan diperiksa beberapa hari kemudian

Bahan pengawet yan digunakan :

1. Alkohol absolut à tdk dgunakan pd keracunan alkohol

2. Larutan garam dapur jenuh

3. Larutan naf 1%

4. Naf + na sitrat

5. Na benzoat + fenil merkuri nitrat

Cara pengiriman

Bila pemeriksaan dilakukan di institusi lainà pengiriman harus memenuhi kriteria :


- 1 tempat u/ satu bahan

- contoh bahan pengawet disertakan u/ kontrol

- surat permintaan pemeriksaan dari penyidik à identitas korban + dugaan racun

- tiap tempat yg disegel diberi label à tempat pengambilan bahan,nama korban,


bahan pengawet, dan isinya

Cara pengiriman

- hasil autopsi disertakan secara singkat

- dikemas dlm kotak + dijaga botol tertutup rapatà diikat dgn tali + diikat mati+
diberi lak pengaman

penyegelan oleh polisi à membuat berita acara penyegelanà disertakan dalam


bahan pengiriman

Keracunan karbon monoksida

 Ciri gas co : tidak berwarna , tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir,
mudah menyebar.
 Campuran 1 volume co + 0,5 volume o2 + api = booom
 Co dapat bersenyawa dengan logam atau non logam
Sumber gas co

 Hasil pembakaran tidak sempurna dari karbon


 Asap knalpot yang tidak sempurna
 Gas arang batu
 Gas alam
 Pemanas air berbahan bakar gas yang tidak dibersihkan
Pemeriksaan

 Kemungkinan adanya kontak


 Korban mati belum lama pada lebam mayat terdapat warna merah muda terang
(cherry pink colour), tampak jelas jika kadar cohb mencapai 30 %
 Jaringan otot , visera dan darah berwarna merah terang
 Setelah kematian 72 jam ; co akan dieksresi
Pemeriksaan laboratorium

 Uji formalin
Darah mengandung cohb 25% = terbentuk koagulat merah
à uji dilusi alkali

 Menjadi warna cokelat kehijauan

Pengobatan

 Pindahkan korban ke udara segar


 Beri oksigen 100%
 Pertahankan kehangatan tubuh korban
 Berikan 50 ml glukosa
Keracunan sianida

 Sianida merupakan racun yang sangat toksik


 Sumber :
Hidrogen sianida
Garam sianida
Tanda dan gejala keracunan

 Kegagalan pernapasan
 Kematian dalam beberapa menit
 Korban mengeluh rasa terbakar pada keronglongan
 Sakit kepala
 Vertigo
 Tinitus
 Pusing dan kelelahan
 Sianosis
Pemeriksaan laboratorium
 Uji kertas saring
 Reaksi schonbein-pagenstecher
 Prussian blue
Keracunan insektida

 Merupakan suatu racun serangga


 Penggolongan :
Hidrokarbon terkhlorinasi
Inhibitor kolinesterase
Organofosfat
Karbamat

Hidrokarbon terkhlorinasi

 Merupakan zat kimia sintetil yang stabil sampai beberapa minggu-bulan setelah
penggunaannya
 Umumnya larut dalam lemak
 Contoh : ddt, aldrin, dieldrin, endrin, chlordane, lindane, methoxychlor, toxaphane,
benzene hexa chloride
Tanda dan gejala

 Muntah-muntah
 Tremor
 Kejang-kejang
 Gangguan keseimbangan
 Bingung
 Koma
Gejala ringan : lelah, berat, sakit kepala, parastesia lidah, bibir dan muka

Inhibitor kolinesterase

Golongan fosfat organik dan karbamat

 Manifestasi utama : gangguan penglihatan, kesukaran bernapas dan hiperaktif gi tract


 Ringan : anoreksia, sakit kepala, lemah, gelisah, tremor
Pengobatan
Prinsip pengobatan pada keracunan :

 Bilas lambung dengan air hangat 24 lt


 Emetika
 Antikolvusan
 Pernapasan menggunakan oksigen

VISUM ET REPERTUM PADA KASUS MATI

DEFINISI
Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh Dokter atas pemeriksaan yang dilakukan
terhadap barang bukti berupa tubuh manusia (mati / hidup), bagian dari tubuh manusia yang
memuat hasil pemeriksaan dan kesimpulan. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak
berwajib yang digunakan untuk kepentingan peradilan.

LANDASAN HUKUM

1. Lembaran negara No. 350 Thn. 1937


2. KUHAP Pasal 179 kewajiban sebagai saksi ahli.
3. KUHAP Pasal 133 penyidik dapat meminta keterangan ahli.

SIAPA YANG BERHAK MEMBUAT VER


Permasalahannya mengenai siapa yang disebut dengan ahli karena beberapa pasal tidak tegas
menyebutkan (lihat Pasal 133 serta penjelasan umum butir 28). Tapi prinsipnya setiap dokter
yang lulus dari pendidikan dokter di Indonesia dapat membuat VeR , karena dokter adalah
seorang ahli dalam bidang kedokteran, tenaga medis lainnya tidak dapat membuat VeR.
TANGGUNG JAWAB DOKTER
Kedatangan korban ke dokter ;

1. Dalam pengurusan penyidik :


Merupakan barang bukti, sehingga hak dan kewajiban sebagai pasien berkurang,
korban akan periksa secara forensik oleh dokter selain juga di obati, hasil
pemeriksaan dan pengobatan akan dituangkan kedalam Visum et Repertum.

2. Datang sendiri :
Merupakan pasien biasa dengan hak dan kewajiban sebagai pasien Korban akan
mendapatkan terapi dari dokter dan hasil pemeriksaan dan pengobatan akan
dimasukan dalam Rekam medik.

3. Bila korban datang sendiri dan kemudian penyidik memerlukanVisum Et Repertum :


Ada dua kemungkinan : Pertama Penyidik menghubungi Korban untuk menjelaskan
kepentingan VER , bila pasien setuju maka dokter dapat membuat Visum berdasarkan
Rekam Medis.Model kedua Dokter berdasarkan kepentingan banyak orang dan
diminta secara legal oleh penyidik dan sesuai dengan Undang - Undang dapat
langsung membuatkan Visum berdasarkan Rekam medik.

Tubuh manusia dapat disebut sebagai barang bukti bila ada/ telah diurus oleh
penyidik, namun tidak seluruh tubuh tersebut sebagai barang bukti, hanya pada bagian
–bagian yang tersangkut tidak pidana yang dapat dianggap sebagai barang bukti.

BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM


Tidak tercantum dalam KUHAP namun disepakati bahwa VER adalah sama dengan
keterangan ahli/surat keterangan ahli, bentuk VER tetapa mengikuti aturan tertentu yang
lazim digunakan :
1. Pembukaan
Berupa tulisan “Projustitia”. Bukan hanya untuk bebas meterai, tapi mempunyai arti
yang lebih luhur, bahwa Ver dibuat/digunakan untuk kepentingan “Keadilan”.Dalam
UU Perpajakan Tahun 1984 meterai hanya untuk perkara perdata – sedangkan perkara
pidana bebas meterai.
2. Pendahuluan
1) Waktu tempat pemeriksaan.
2) Identitas Dokter, pemohon, pengantar (label).
3) Identitas barang bukti / korban / pelaku.
3. Hasil Pemeriksaan
Berisi hal-hal yang ditemukan dan dilihat oleh dokter yang sifatnya diskripsi
(obyektif) terhadap barang bukti dan hasil laboratorium /pemeriksaan lain.
4. Kesimpulan
Memuat pendapat dokter tentang sebab/akibat dari hal-hal yang ditemukan.
5. Penutup
Berisi penegasan bahwa Ver ini dibuat berdasarkan sumpah jabatan dan UU yang
berlaku serta dibuat dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.

JENIS VISUM ET REPERTUM

1. Visum Et Repertum Perlukaan


a. Ver seketika / definitif.
b. Ver sementara.
c. Ver lanjutan
2. Visum Et RepertumPsikiatrikum.
3. Visum Et RepertumJenazah.
a. VeR Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar yang dimaksud tidak dapat memberikan kepada umum apakah
pemeriksaan pertama bagian luar saja, oleh karena kurang jelas disebutkan tetapi
mungkin pembuat undang-undang hanyalah pemeriksaan luar saja. Pemeriksaan
mayat yang hanya ditujukan pada bagian luar saja pada umumnya kurang dapat
memberikan hasil yang diharapkan dalam membuktikan faktor penyebab kematian
sikorban atau dengan kata lain hasil pemeriksaan tersebut kurang sempurna
b. VeR Luar dan Dalam.
4. Expertise, adalah keterangan ahli kedokteran tentang barang bukti yang berasal dari
tubuh manusia.

YANG BERHAK MEMINTA VISUM


1. Penyidik, Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. POM TNI / Provost Angkatan, Khusus menyangkuttindak pidana menyangkut
personel TNI.
3. Hakim, Khusunya untuk VER Psikiatrikum
4. Hakim Pengadilaan Agama

Dalam kasus kematian sesorang yang merupakan (diduga) hasil suatu tindak pidana;
kejelasan yang diperlukan adalah :

1. Identitas korban : dapat ditentukan secara pati, yaitu dengan melakukan pemeriksaan
dengan memanfaatkan metode identifikasi. Identitas korban diperlukan untuk
mengetahui motivasi yang mendorong seseorang untuk menghilangkan nyawa
korban.
2. Perkiraan saat kematian : dapat diketahui dari perubahan post-mortal, yaitu
penurunan suhu, terbentuknya lebam mayat, terbentuknya kaku mayat, dan keadaan
lambung korban.
3. Penyebab kematian korban : berdasarkan prinsip Ilmu Kedokteran Forensik, bedah
mayat(autopsi), mutlak dilakukan bila ingin mengetahui penyebab kematian
seseorang. Dalam kasus-kasus tertentu, bedah mayat harus disertai dengan
pemeriksaan pelengkap (laboratorium forensik); seperti : pemeriksaan toksikologi,
pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan bakteriologi. Dengan bedah mayat berarti
dokter harus membuka rongga tengkorak, rongga dada, rongga perut, dan rongga
panggul. Tidak dibenarkan melakukan bedah mayat parsial
4. Tujuan utama dari penentuan penyebab kematian adalah untuk mengetahui alat
(senjata), yang dipakai untuk membunuh; yaitu atas dasar jenis luka da jenis
kekerasan.
5. Perkiraan cara kematian korban : perlu dibedakan antara penyebab kematian dengan
mekanisme kematian.
a. Dalam kasus penembakan, VeR harus dapat menjelaskan : sebab kematian,
jarak tembak, arah tembakan (arah datangnya peluru), diameter peluru, kaliber
senjata api, jenis atau tipe senjata api, berapa kali korban ditembak, dan
perkiraan posisi korban dan penembak.
b. Dalam kasus penusukan atau penikaman, VeR harus dapat menjelaskan :
perkiraan jenis senjata yang dipergunakan dan perkiraan lebar maksimal
senjata yang masuk ke dalam tubuh korban.
c. Dalam kasus pengeroyokan, VeR harus dapat menjelaskan : perkiraan jenis
senjata yang digunakan, menentukan senjata yang menyebabkan kematian.
d. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas, VeR harus dapat menjelaskan : penyebab
terjadinya kecelakaan dari sudut faktor manusia, dalam hal ini korban, serta
perkiraan jangka waktu (interval), antara saat terjadinya kecelakaan hingga
saat kematian.

Hasil pemeriksaan pada tubuh korban, ditentukan oleh faktor :

1. Saat dilakukannya pemeriksaan


2. Keaslian benda bukti yang diperiksa
3. Teknik pemeriksaan
4. Koordinasi antara penyidik dengan dokter

KETENTUAN UMUM

1. Jenazah yang akan dilakukan pemeriksaan diberikan label: identitas korban; dilak,
cap jabatan diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya.
2. Pada permintaan VER tertulis jelas jenis pemeriksaan yang diminta.
3. Penyidik wajib memberitahu keluarga korban
4. Autopsi dilakukan setelah tidak ada yang keberatan, >2 hari tidak ada tanggapan
dilakukan autopsi, autopsi dapat dari mayat hasil ekshumasi
5. Dapat dibawa keluar inst kesehatan setelah selesai diperiksa (diberi surat
kematian).

PEMERIKSAAN LUAR

• Umur, jenis kelamin, ras, ciri-ciri fisik, tinggi badan, berat badan, dan status gizi dari
jenazah.
• Malformasi kongenital bila ada.
• Deskripsi singkat tentang pakaian. Jika dicurigai adanyakekerasan pada
jenazahperubahan yang signifikan dari pakaian sebagai akibat trauma harus
dideskripsikan lebih detail pada segmen lain dari autopsi ini.
• Deskripsi umum dari keadaan tubuh jenazah yang mencakup:
Tingkat dan distribusi dari rigor dan livor mortis.
Panjang dan warna rambut, ada atau tidaknya rambut wajah, atau alopecia.
Keadaan mata dan warnanya.
Adanya penampakan yang tidak biasa dari telinga, hidung, atau wajah (contohnya
malformasi kongenital, jaringan parut, atau jerawat).
Ada atau tidak nya gigi atau dental plates.
Adanya jaringan parut atau tato.
Adanya bukti eksternal tentang suatu penyakit.
Bekas luka lama yang tidak berhubungan dengan kematian (luka baru atau jejas yang
berkaitan dengan kematian dijelaskan pada bagian yang terpisah).
Adanya bukti intervensi medis atau bedah yang baru.

Bagian-bagian unsur VeR

1. Projustitia
Yang berarti demi keadilan. Terdapat pada bagian atas kertas untuk mengganti
materai.
2. Pendahuluan
Isinya berupa identitas pemeriksa, korban dan peminta VeR beserta nomor dan
tanggal permintaan VeR. Selain itu juga berisikan waktu dan tempat pemeriksaan.
3. Pemberitaan
Merupakan bagian terpenting dari VeR, berisikan keterangan tentang apa yang dilihat
dan diperoleh (objektif)
4. Kesimpulan
Berisi jenis luka dan jenis kekerasan. Pada korban hidup tertulis kualifikasi luka atau
derajat luka, sementara pada korban mati tertulis sebab kematian.
5. Penutupan
Berisi sumpah/janji dengan sumpah jabatan/pekerjaan. Berbunyi: VeR ini dibuat
dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. Juga berisi tandatangan dan
nama terang dokter yang membuat VeR.

Anda mungkin juga menyukai