Blok Forensik
Kasus Korban Mati
Tutorial A-1
Siti Harna 1610211018
Syarifah Nazira 1610211050
Annisa Warda Irvani 1610211053
Baina Safira Naldi 1610211071
Almerveldy Azaria Dohong 1610211091
Fadhilah Azzahra Pinardi 1610211098
Gracia Kaesatara Marsha 1610211109
Zafirah Ariibah Saniyyah I 1610211121
Fajar Daniswara Montana 1610211151
Dias Puspitaning Mawarni 1510211055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
Pembuatan RM Forensik
Berkas yang berisi catatan & dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan,
terapi tindakan dan playanan lain yang diterima oleh pasien pada sarana kesehatan
(rawat jalan dan inap )
Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh
dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien
dalam rangka palayanan kesehatan.
Manfaat RM
Isi RM
- identitas pasien;
- anamnese;
- riwayat penyakit;
- diagnosis;
- tindakan/pengobatan;
• Setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap wajib membuat RM dibuat oleh dokter dan atau petugas kesehatan lain yang
memberi pelayanan langsung kepada pasien
• Jika terdapat kesalahan pencatatan, maka pembetulan catatan yang salah harus
dilakukan pada tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan,
penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
Pengungkapan isi RM
• Prinsipnya isi RM adalah milik pasien, sedangkan berkas RM (secara fisik) adalah
milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan
• Pasal 12 mnyatakan pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien dan Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas RM harus disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat
sehingga di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang
bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis
Tanatologi
• Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelahh kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut
• Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada
alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena
itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is
death. Mati adalah kematian batang otak
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis(mati klinis),
mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati otak(mati batang otak)
1. Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab
terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap
2. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian
somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara
3. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing
organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap
organ tidak bersamaan
4. Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya
yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat
5. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan
seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan
serebelum
Tanda Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi
menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.
• Kulit pucat
• Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air
– Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah
ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian
klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap
kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis. Sebelum lebam mayat menetap,
masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang
dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan
dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari
6-10 jam.
• Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
misalnya pada kasus kebakaran
• Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah,
dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu
keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang
terdapat sendi-sendi akan membeku
– Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada
mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam
pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini
disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh
mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga
suhu.
• Pembusukan(decomposition, putrefaction)
– Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak
oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Pembusukan mayat adalah proses
degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri
pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam
lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi
dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman.
Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim
proteolitik. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS)
di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu
menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk.
• Adiposera(lilin mayat)
• Mummifikasi
Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati.
• Perubahan pada mata, Kekeruhan kornea yang menetap mulai kira-kira 6 jam pasca
mati. 10-12 jam pasca mati kekurahan terjadi baik pada mata yang ditutup/tidak.
• Perubahan rambut
• Pertumbuhan kuku
• Perubahan dalam cairann serebrospinal, kadar nitrogen asam amino kurang dari 14mg
% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang
dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg%
dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30
jam
• Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati
• Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah
pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya
• Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih
sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup
TRAUMATOLOGI
b. Mikroskopis
Dapat dengan 3 cara :
1) Secara Histologik
2) Secara Histokimia
3) Secara Biokimia
1) Secara Histologik :
a) 8-12 jam (peneliti lain mulai 4 jam) tampak sebukan sel radang PMN ++, MN +
b) 16-24 jam : PMN +, MN ++. Sebukan tampak pada zona tertentu (perifier) dari luka,
sedangkan pada central tampak jaringan nekrotik.
c) 2 - 4 hari : tampak sebukan sel2 fibrobiast dan mulai terjadi epitelisasi.
d) 4-8 hari : terjadi neovaskviarisasi dan epidermis baru mulai terbentuk.
2) Secara Histokimia :
Dideteksi adalah enzym yang dilepaskan oleh sel yang rusak (luka), seperti : ATP-ASE,
ESTRASE,AMINOPEPTIDASE, ACID PHOSPHATASE, ALKALI. PHOSPHATASE.
Dimulai setelah 1 jam post luka, dimana kadar2 zat tersebut diatas meningkat terus sesuai
dengan umur luka.
Secara sistematik peningkatan kadar tersebut :
1. ATP. ASE - mulai 1 jam pertama
2. ESTRASE - mulai 2 jam pertama
3. AMINO PEPTIDASE - mulai 2- 4 jam pertama
4. ACID PHOSPHATASE - mulai 4 jam pertama
5. ALKALI PHOSPHATASE - mulai 8 jam pertama
3) Secara Biokimia :
Dimaksud disini adalah pemeriksaan kadar seretonin dan histamin. Kadar serotonin mulai
meningkat 10 menit setelah luka, sedangkan Histamin mulai meningkat 10-20 menit setelah
luka.
3. Perlukaan.
1. Akibat kekerasan tumpul :
Memar
Luka lecet, L.tekan, L.geser, L.regang
Luka robek
2. Akibat kekerasan tajam :
Luka Tusuk
Luka Iris
Luka Bacok
3. Akibat senjata api :
Luka tembak masuk & Luka tembak keluar Senjata api (akibat Senjata api Riflied / Smoth
Bore)
4. Akibat Suhu ekstrem tinggi atau rendah
5. Akibat Bahan Kimia : Basa Kuat / Asam Kuat
MEMAR.
Pecahnya pembuluh kapiler di kulit/bawah kulit, sel2 darah tampak menyebuk ke jaringan
sekitarnya, bedakan dengan Lebam Mayat, pada memar bila disayat dan diusap/disiram,
darah tidak terkikis. Pada Lebam.Mayat darah terkikis karena darah tidak meresap dalam
jaringan hanya ada di pembuluh darah. Tandanya daerah memar membengkak, warna
kebiruan; warna dapat berubah tergantung dari lamanya memar terjadi (merah, biru, hijau,
kuning) sehingga dapat diketahui umur luka.
Patofisiologi.
Dapat mengakibatkan gangguan aliran darah, shock, konfusion dan kadang2 kematian.
Merupakan media tubuhnya kuman2, pada daerah jaringan longgar,memar menjadi lebih
luas.
Kepentingan forensik.
Dapat memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena sering membentuk cetak negatif
(Mirror Striking Obyect) dari alat yang digunakan. Lokasi dapat menentukan arah
kekerasan/tanda2 perlawanan.
-Memar pada punggung tangan merupakan perlawanan.
-Memar pada leher merupakan bekas pencekikan.
-Memar pada pantat merupakan penganiayaan
LUKA LECET.
Merupakan kerusakan kulit (epidermis) atau mucus membrane.
Patofisiologi :
Perdarahan sedikit oleh karena pembuluh darah besar tidak kena, bila seluruh epidermis kena
akan merupakan Port de Entre ( tempat masuknya kuman) . Dasar luka tampak adanya serum
dan Lymphosit.
a. LUKA TUSUK.
Adalah luka yang diakibatkan oleh benda berujung runcing dan bermata tajam atau ½ tajam
yang masuk ke dalam tubuh dengan tekanan secara tegak lurus atau serong pada permukaan
tubuh.
Ciri-ciri luka tusuk :
Tergantung pada bentuk dan jenis benda penyebab cirri umum-nya adalah :
1) Tepi luka rata.
2) Sudut luka dapat runcing/tumpul (tergantung benda penyebab)
3) Pada sisi yang tajam akar rambut terpotong rata.
4) Dalam luka lebih besar dari lebar luka.
Bentuk luka tergantung bentuk benda, tempat dan arah perkenan, bentuk luka yang sejajar
garis Langer disebut celah dan yang tegak lurus dengan Langer disebut menganga dan yang
serong dengan garis lange disebut asimetris. Bentuk dan ukuran luka hanya dapat digunakan
untuk memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi
bentuk luka, antara lain :
Arah benda masuk.
Elasitas jaringan.
Gerakan senjata waktu ditarik keluar.
Gerakan tubuh sendiri
Beberapa patokan pada luka tusuk oleh karena pisau :
Lembar luka : merupakan lembar maksimal, benda penyebab yang masuk.
Dalam luka : merupakan panjang minimal benda yang masuk dalam tubuh.
Bila kedua sudut tajam : pisau yang digunakan dapat bermata satu atau dua
tergantung arah masuk.
Bila satu sudut tajam, lainnya tumpul : dapat dipastikan ok pisau mata satu.
LUKA BACOK :
Luka yang disebabkan oleh benda relatif besar, bermata tajam/ 1/2
tajamyangdikenakan ke bagian tubuh dengan cara diajun dan menggunakan tenaga besar.
Senjata yang dapat digunakan : golok, kampak, celurit, pedang, dll.
Ciri-ciri luka bacok :
Luka bacok mempunyai ciri yang hampir sama dengan luka iris, perbedaannya luka bacok
dibuat dengan tekanan dan tenaga besar sehingga luka yang timbul sangat hebat, sekitar luka
sering ditemukan memar, jaringan tulang dibawahnya ikut terluka bahkan dapat terpotong.
Cara kematian luka bacok ini hampir dipastikan ok pembunuhan, sasaran bacokan
biasanya pada kepala, bahu, leher dan anggota gerak atas mengingat waktu membacok
cenderung ayunan dari atas ke bawah.
Mekanisme kematian :
Mekanisme kematian pada luka ok kekerasan tajam dapat dibedakan :
-Langsung akibat perdarahan, kerusakan organ dalam, emboli (terpotong
pembuluh besar), shock (nevrogenik, volumik).
-Tidak langsung akibat infeksi.
LUKA ROBEK :
Luka yang disebabkan kekerasan benda tumpul yang terjadi dengan hebat, biasanya
pada laka lantas (terlintas ban). Disini luka tampak tidak beraturan, kulit dan otot dapat
terlepas dari ikatannya dengan tulang dan tergulung keluar. Luka jenis ini banyak terjadi pada
daerah anggota gerak.
REVOLVER PISTOL
Peluru tersimpan dalam silinder
Setelah penembakan selongsong tetappada silinder.
Peluru mempunyai Rim
Alur ke kiti.
Digunakan oleh Polisi standard (kal :38)
Dalam magazine
Peluru terlempar ke luar.
Peluru mempunyai grove/alur
Alur ke kanan
Standard angkatan perang (kal : 45)
LUKA TEMBAK
Apabila ditemukan kasus luka tembak, maka dokter harus turut menentukan beberapa hal :
-Apakah luka yang ditemukan merupakan luka tembak.
-Mana luka tembak masuk (LTM), mana luka tembak keluar (LTK), berapa jumlahnya.
-Arah peluru masuk.
-Saluran luka.
-Sebab kematian.
-Cara kematian.
-Perkiraan.Posisi korban
-Perkiraan Jarak tembakan.
-Jenis dan kaliber senjata.
Untuk menentukan apakah suatu luka merupakan luka tembak, maka perlu diketahui apa
yang terjadi. Bila sebuah peluru ditembakkan maka dari laraskeluar berbagai komponen yaitu
:
- Anak peluru.
- Gas panas/api.
- Asap/jelaga.
- Sisa mesiu yang tidak habis terbakar.
Tiap2 komponen ini mempunyai effek dan menimbulkan ciri tersendiri apabila mengenai
tubuh.
ANAK PELURU :
Anak peluru yang menembus kulit akan membentuk lubang luka yang dapat berbentuk bulat
atau lonjong tergantung dari arah peluru masuk atau dapat tidak teratur tergantung bentuk
peluru pada waktu masuk dan jenis jaringan. Lubang luka mempunyai diameter lebih kecil
dari anak peluru oleh karena adanya elasitas jaringan, selain lubang luka oleh karena adanya
putaran peluru maka terjadi pula geseran sehingga terbentuk luka lecet yang disebut klim
lecet. Apabila anak peluru masuk pada daerah yang ketebalan jaringan tipis dan dibawahnya
terdapat tulang pipih (daerah pelipis) maka lubang luka tidak bulat tapi bentuknya tidak
beraturan (bintang) oleh karena adanya tahanan tulang yang mengakibatkan gas kembali
keluar. Selain klim lecet pada LTM. Disekitar lubang terdapat pula klim kesat, yangterbentuk
ok adanya sisa2 lemak/kotoran pada anak peluru yang menempel disekitar/tepi luka, adanya
klim kesat ini merupakan tanda yang pasti bahwa tembak tersebut merupakan LTM.
GAS PANAS/API :
Gas panas/api akan menimbulkan luka bakar pada kulit (warna kemerahan) atau pada daerah
berambut, rambut akan mengeriting dan daerah ini disebut klim api. Effek gas panas ini baru
terlihat bila jarak tembakan kurang dari 15 cm.
ASAP/JELAGA :
Efeknya terlihat pada kulit berupa warna kehitaman yang mudah terhapus. Daerah ini
dinamakan klim jelaga. Effek ini dapat terjadi bila jarak tembakan kurang dari 25 cm.
SISA MESIU :
Butir2 mesiu baik yang telah terbakar atau tidak terbakar pada waktu peluru lepas, juga akan
ikut keluar laras. Butir2 ini akan menyebabkan timbulnya gambaran bintik2 disekitar lubang
luka yang diakibatkan tertanamnya bintik2 sisa mesiu pada epidermis dan dermis, gambaran
ini tidak hilang bila dicuci dan disebut klim tato. Klim tato berbentuk bila penembakan pada
jarak kurang dari 60 cm.
LUKA TEMBAK MASUK ( LTM ) :
Luka tembak masuk dicirikan dari klim2 yang terbentuk seperti diatas, tapi yang khas adalah
klim kesat, tergantung jarak tembak. LTM dibedakan menjadi :
1. LTM tempel/kontak .
Moncong laras menempel pada kulit, lubang luka yang terbentuk tergantung daerah mana
yang terkena, pada daerah dahi lubang besar dan tidak beraturan ok tek. Gas yang kembali
keluar. Bila pada daerah yang lunak, (dada) lubang luka bulat dan sekitarnya terdapat jejas
laras, komponen peluru semua ikut masuk dalam jaringan, tepi luka hitam (terbakar).
Perbedaan lain antara LTM dan LTK, pada tempat bertulang (tengkorak) lubang luka
LTM membentuk corong terbalik artinya diameter lubang pertama / luar lebih kecil dari
lubang di dalam dan sebaliknya pada LTK. LTK dapat mengalami memar sekelilingnya bila
pada waktu keluar, peluru mendapat tahanan benda yang keras selain klim lecet sehingga
sukar di bedakan
dengan LTM, untuk itu perlu diperiksa secara histopatologi. Histopatologi LTM :
memberikan perubahan seperti mekanikal dan panas. Dampak epitel mengalami kompresi
terutama luka tembak tempel), sel2memanjang dan kurus. Demikian pula inti sel, nekrosis
koagulasi danpembengkakan serta vakuolisasi sel. Basal dapat terjadi disekitar luka dapat
tampak kotoran2 warna hitam (klim kesat) dan pecahan2 logam, tanda yang pathognomonik
adalah adanya epidermis yang terlepas dari dasarnya dan mencuat ke luar pada tepi luka,
keadaan ini disebabkan pada waktu peluru menembus kulit, ternyata kulit juga mengalami
dorongan keluar akibat gas.
Pada LTK, gambarnya berbeda, oleh karena peluru telah kehilangan panasnya selama
berjalan dalam rongga badan sehingga gambaran yang tampak sangat minim, tampak adanya
perdarahan segar pada epidermisa dan dermis, kalau ada sisa2 mesiu (pada luka tembak
tempel) hanya ada pada lapisan dermis.
CARA KEMATIAN:
Cara kematian pada luka tembak dapat disebabkan oleh bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan.
Pada bunuh diri daerah sasaran adalah kepala dan leher, pada kepala paling banyak adalah
pelipis, mulut, dahi. Sedangkan pada leher adalah daerah bawah mulut. Penting adalah arah
saluran luka, pada bunuh diri arahnya cenderung dari bawah ke atas menginggat kemudahan
waktu memegang dan menarik pelatuk. Jarak tembakan, biasanya tempel atau tembakan jarak
dekat, sering ditemukan cadaveric spasme. Pada pembunuhan, tempat luka tembak dapat
dimana saja dan biasanya tunggal.
Ciri khas LTM : klim kesat dan ada jaringan yang hilang, bila luka dirapatkan tidak kembali
menyatu.
Ciri khas LTK : tidak ada jaringan yang hilang, kecuali bila ada tulang2 yang lepas atau
peluru kecepatan tinggi.
Bila mayat telah membusuk untuk membedakan LTM/LTK melalui pemeriksaan arah
pecahan2 tulang ( lebih baik dengan rontgen foto )
Catatan :
Bila ditemukan anak peluru dalam kesimpulan luka tembak, perlu disebutkan ukuran peluru,
berat, arah dan jumlah alur (bila masih mungkin). Tapi tidak boleh menyebutkan jenis senjata
(pistol/revolver/senjata panjang) karena yang menentukan adalah ahli balistik).
Gambaran jejas laras : terjadi selain akibat panas laras, juga akibat dorongan kulit keluar
yang tertekan oleh gas. Jejas laras nampak lebih jelas pada permukaan kulit yang dasarnya
terdapat
tulang keras seperti tulang pelipis.
Asfiksia
Definisi
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernapasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan
karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang diakibatkan
karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan menimbulkan suatu
keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang (hipoksia) yang disertai dengan
peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea).
ETIOLOGI
1. Alamiah
Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti laringitis difteri,
atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
2. Mekanik
Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drowning, strangulation dan
sufocation. Obstruksi mekanik pada saluran pernapasan oleh:
- Tekanan dari luar tubuh misalnya pencekikan atau penjeratan
- Benda asing
- Tekanan dari bagian dalam tubuh pada saluran pernapasan, misalnya karena
tumor paru yang menekan saluran bronkus utama
- Edema pada glotis
Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara
vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan
sebagainya.
Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh kegagalan
sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan oksigen dapat
terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia).
c. Hanging ( penggantungan )
Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas, kongesti vena sampai
menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral karena sumbatan pada arteri karotis dan
vertebralis, syok vagal karena tekanan pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung
berhenti berdenyut, dan fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang
menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan.
d. Drowning (tenggelam)
Suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian akibat udara
atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, karena sebagian atau
seluruh tubuh berada dalam air sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki
saluran pernapasan.
3. Keracunan
Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang
menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika
1. Fase Dispneu.
Pada fase ini terjadi penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah dan
penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla
oblongata. Hal ini membuat amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat, nadi
cepat, tekanan darah meninggi, dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama
muka dan tangan.
2. Fase Konvulsi.
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan
saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula kejang berupa
kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme
opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga
menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak
akobat kekurangan O2.
3. Fase Apneu.
Pada fase ini, terjadi depresi pusat pernapasan yang lebih hebat. Pernapasan
melemah dan dapat berhenti, kesadaran menurun,dan akibat dari relaksasi sfingter
dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urine, dan tinja.
4. Fase Akhir.
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat
setelah pernapasan berhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit.
Fase 1 dan 2 berlangsung ±3-4 menit. Hal ini tergantung dari tingkat
penghalangan O2. Bila penghalangan O2 tidak 100 %, maka waktu kematian akan
lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.
Asfiksia
Penjeratan (strangulation)
Dibagi menjadi 4 :
2. Smothering (Pembekapan)
4. Traumatic Asphyxia
Smothering (Pembekapan)
Adalah penutupan lubang hidung & mulut yg menghambat pemasukkan udara. Cara
kematian biasanya bunuh diri atau pembunuhan, jrg ok kecelakaan. Bunuh diri dgn
pembekapan biasanya dgn kantong plastik yg dimasukkan ke kepala & diikat di leher;
pada orang sakit jiwa & tahanan digunakan gulungan kasur, bantal, & pakaian. Akibat
kecelakaan dpt tjd pd bayi yg hidung & mulutnya tertutup bantal, selimut; anak kecil yg
terhimpit matras; dewasa muda yg terkurung dlm tmpt sempit dgn sedikit udara
Pada pembunuhan, biasanya tjd pd kasus pembunuhan anak sendiri, manula, orang sakit
berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.
Pemeriksaan Jenazah :
Pemeriksaan Luar
- Tanda kekerasan tgt jenis benda yg digunakan. Mungkin tdp : luka lecet tekan / geser,
goresan kuku & luka memar pd ujung hidung, bibir, pipi, & dagu yg mgkn tjd akibat
korban melawan; luka lecet pd bag. dlm bibir akibat bibir yg terdorong & menekan
gigi, gusi, dan lidah; Luka lecet pd bag. belakang tubuh korban.
Pemeriksaan Dalam
- Pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.
Pd keadaan ini, asfiksia disebabkan oleh sumbatan jln napas oleh benda asing yg
mengakibatkan hambatan udara untuk msk ke paru. Pd Gagging, sumbatan tdp dlm
orofaring sdgkan choking, sumbatan tdp dlm laringofaring.
Tjd krn penekanan dr luar pd dinding dada yg menyebabkan dada terfiksasi &
menimbulkan gangguan gerak pernapasan; mis. tertimbun pasir, tanah, runtuhan
tembok atau tergencet. Mekanisme kematian krn kegagalan pernapasan & sirkulasi.
- Sianosis & bendungan hebat. Pembendungan pd muka ® muka bengkak & penuh
petekie, edema konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva, & perdarahan retina.
PENJERATAN (STRANGULATION)
Adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kaos kaki
dsbnya yg melingkari / mengikat leher yg mkn lama mkn kuat shg tjd penutupan
saluran napas & pembuluh darah.
Ada 3 bentuk :
- Ligature Strangulation
Dari ke-3 btk tsb, penyebab kematian adl cerebral hypoxia & suplai darah ke otak
tersumbat.
- Perdarahan conjungtiva
- Petechial haemorrhages
- Nail scrathes
Memar
Ligature mark (bekas tali di leher), biasanya mendatar, melingkari leher & tdp lbh
rendah drpd jejas pd kasus gantung. Biasanya terletak setinggi / di bawah rawan
gondok.
Mekanisme kematian :
- Kerusakan pd batang otak & m.s. Hal ini tjd akibat dislokasi / fraktur vertebra
ruas leher; biasanya C2-C3 atau C3-C4, dislokasi dari CII / CIII yang fraktur.
Pemeriksaan luar :
Lebam mayat pd leher di atas ikatan, ke2 lengan bawah / tangan, ke2 tk. bawah / kaki,
genitalia eksterna bila tergantung lama. Pada wanita, labium membesar & tdp lebam.
Pd pria terltk pd scrotum.Lidah menjulur / tidak, tergantung dr ltk ikatan : di bawah
leher → lidah terjulur, di atas leher → lidah masuk ke dalam .Bila jerat kecil & keras
→ muka pucat.Bila jerat lebar & lunak, tmpk perbendungan pd daerah sblh atas
ikatan, petekie di kulit & konjungtiva.Pada laki-laki mungkin keluar air mani, jika
vesica seminalisnya sedang penuh
Pemeriksaan dalam
Kadang pd tepi jejas jerat tdp sedikit perdarahan, sdgkn pd jar. bwh kulit & otot2 sblh
dlm tdp memar jaringan, namun hal ini tidak sll tjd → px. mikroskopik u/ melihat rx.
vital pd jar. di bawah → jejas tjd pd orang hidup / stl meninggal.
Patah tl. lidah / rawan gondok atau keduanya # srg tjd pd kasus gantung. Pada
perempuan & laki-laki mungkin keluar urine jika VU sdg penuh & disebabkan
kontraksi krn kaku mayat.
Ligature Strangulation
Adl penekanan leher dgn tangan yg menyebabkan dinding sal. napas bag. atas & tjd
penyempitan sal. napas shg udara pernapasan tdk dpt lewat.
Asfiksia ,Refleks vagal sbg akibat rgsan pd reseptor vagus pd corpus carotikus
(carotid body) di percabangan a. carotis int. & eks. → jarang
Pada px. jenazah → perbendungan pd muka & kepala krn tertekannya vena & arteri
yg superficial, sdgkan a. vertebralis tidak terganggu
ASFIKSIA KIMIA (Chemical Asphyxia)
AUTOEROTIC ASFIKSIA
Dsb “sex hanging”. Pd byk kasus, sebuah tali diletakkan mengelilingi leher & ujung
talinya difiksasi pd suatu objek (digantung) / difiksasi pd slh satu ekstremitas bdn.
Anoksia disebabkan tekanan dr tali yg menyebabkan konstriksi vena leher & me↓
aliran darah ke otak. Tdk ada korelasi antara autoerotic asfiksia dgn homoseksual,
bunuh diri atau sakit jiwa.
Acute laringeal edema sekunder terhadap infeksi atau neoplasma laring atau faring
Asma bronkial
Emboli paru pada static trombosis atau tromboflebitis vena-vena dalam ekstremitas
bawah atau pelvis
Paradoxical embolism
MATI TENGGELAM
PENDAHULUAN
Kematian karena terbenam atau tenggelam adalah salah satu bentuk dari mati
lemas/asfiksia, dimana asfiksia tersebut dapat disebabkan karena korban terbenam
seluruhnya atau sebagian terbenam di dalam benda cair.
TANDA-TANDA PADA PEMERIKSAAN LUAR
Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses penurunan suhu mayat
dalam hal ini kira-kira 2x lebih cepat, dengan penurunan suhu rerata 5F/jam dan biasanya
suhu mayat akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu ± 5-6 jam.
Lebam mayat berwarna merah terang dan terdapat di daerah kepala, leher dan bagian
depan dada.
Dari lubang mulut keluar busa halus berwarna putih.
Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam benda-benda pasir, dahan
atau rumput.
TANDA-TANDA PADA PEMERIKSAAN DALAM/BEDAH MAYAT
Busa halus dan benda-benda yang terdapat didalam air akan dapat ditemukan dalam
saluran pernapasan/batang tenggorok dan cabang-cabangnya. Diatomae dapat ditemukan
dalam paru dan organ lainnya.
Pada wet drowning, paru sangat mengembang, pucat, berat dan bila ditekan akan
mencekung, keadaan dimana dikenal dengan nama emphysema aquasum, teraba krepitasi dan
paru tersebut akan tetap bentuknya bila dikeluarkan dari rongga dada, dan pada pengirisan
setiap potongan akan mempertahankan bentuknya, pada pemijatan keluar sedikit busa dan
sedikit cairan.
Pada dry drowning, paru berat, penuh berisi air, perabaan memberi kesan seperti
meraba jelly dan bila dikeluarkan dari rongga dada bentuknya tidak akan bertahan sedangkan
pada pengirisan tampak banyak cairan yang keluar.
Dalam lambung dan organ dalam tubuh serta sumsum tulang dapat ditemukan pula
benda-benda asing yang berasal dari dalam air, seperti lumpur, tumbuhan dan secara
mikroskopis dapat dilihatnya diatomae.
Toksikologi
Definisi
Sumber,
Sifat serta khasiat racun,
Gejala – gejala, dan
Pengobatan pada keracunan,
Kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal
Racun
Pengertian :
Racun àzat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian
Penggolongan racun
1. Berdasarkan sumber
tumbuhan àopium,kokain,kurare,aflatoksin
sintetik à heroin
pertanian à insektisida,pestisida,herbisida
hepatotoksik, nefrotoksik
sistemik
Waktu pemberian à untuk racun oral >> efektif sebelum makanà absorpsi >baik
Prinsip pengobatan
Kriteria diagnostik
Ditemukan racun/sisa racun dalam tubuh/cairan tubuh korban à jika racun menjalar
sistemik
Pemeriksaan luar
Bahan pengawet
Cara pengiriman
Korban hidup
–jenis racun
–faktor yang menigkatkan efek letal zat yang digunakan seperti penyakit, riwayatalergi atau
idiosinkrasi atau penggunaan zat-zat lain (ko-medikasi)
Korban hidup
Px fisik : harus dicatat semua bukti-bukti medis meliputitanda-tanda mencurigakan pada
tubuh korban seperti
- warna muntahan dan cairan atau sekret yang keluar dari mulutatau saluran napas,
Gejala-gejaladan perlukaan tertentu harus dicatat seperti kejang, pin point pupil atau tanda
gagalnapas.
Bau-bau tertentu harus dikenali dalam pemeriksaan seperti bau amandel pada keracunan
sianida, bau pestisida atau bau minyak tanah yang dipakai sebagai pelarut
Pengambilan dan analisis sampel dilakukan dengan mengambil sisa muntahan,sekret mulut
dan hidung, darah serta urin.
Bila racun per oral, analisis isi lambung harusdilakukan secara visual, bau dan secara kimia.
Skrining racun diambil dari sampel urindan darahdalam visum et repertum peracunan
ditentukan kualifikasi luka akibat peracunan, dimana penentuannya berdasarkan penilaian
efek racun terhadap metabolisme dan gangguan fungsi organ yang diakibatkan oleh racun
Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya asamhidrosianida, asam
karbonat, kloroform, alkohol, dll
perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan fosfor dankeracunan akut
akibat unsur tembaga sulfat.
keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.
pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas zatkorosif
atau benda asing.
livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat (bila
racunnyamenyebabkan perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah
mengalami perubahan.
Pemeriksaan luar
1. Bau
2. Dengan segera menekan dada mayat à mencium bau yg tdk biasa keluar dari lubang
hidung dan mulut
3. Pakaian à menentukan diracuni/sengaja meracuni
4. Lebam mayat
5. Perubahan kulit
6. Kuku
7. Rambut
8. Sklera
Pembedahan jenazah
• Segera setelah rongga perut dan dada dibuka à cium apakah ada bau yg keluar
• Buka rongga tengkorak à bau sianida,alkphol,klorofrm,eter tercium paling
kuat pd rongga tengkorak
1. Inspeksi in situ (otot dan alat dalam) + ambil darah
2. Perhatikan semua organ:
à lidah
à esofagus
à paru - paru
Pembedahan jenazah
Darah
Urin
Bilasan lambung
Usus beserta isinya
Hati
Ginjal
Otak
Urin
Empedu
Wadah bahan pemeriksaan toksikologi
Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencucinya dengan asam kromat hangat à
bilas akuades à keringkan
Bahan pengawet
Jika bahan tdk dapat diperiksa dgn segera atau akan diperiksa beberapa hari kemudian
3. Larutan naf 1%
4. Naf + na sitrat
Cara pengiriman
Cara pengiriman
- dikemas dlm kotak + dijaga botol tertutup rapatà diikat dgn tali + diikat mati+
diberi lak pengaman
Ciri gas co : tidak berwarna , tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir,
mudah menyebar.
Campuran 1 volume co + 0,5 volume o2 + api = booom
Co dapat bersenyawa dengan logam atau non logam
Sumber gas co
Uji formalin
Darah mengandung cohb 25% = terbentuk koagulat merah
à uji dilusi alkali
Pengobatan
Kegagalan pernapasan
Kematian dalam beberapa menit
Korban mengeluh rasa terbakar pada keronglongan
Sakit kepala
Vertigo
Tinitus
Pusing dan kelelahan
Sianosis
Pemeriksaan laboratorium
Uji kertas saring
Reaksi schonbein-pagenstecher
Prussian blue
Keracunan insektida
Hidrokarbon terkhlorinasi
Merupakan zat kimia sintetil yang stabil sampai beberapa minggu-bulan setelah
penggunaannya
Umumnya larut dalam lemak
Contoh : ddt, aldrin, dieldrin, endrin, chlordane, lindane, methoxychlor, toxaphane,
benzene hexa chloride
Tanda dan gejala
Muntah-muntah
Tremor
Kejang-kejang
Gangguan keseimbangan
Bingung
Koma
Gejala ringan : lelah, berat, sakit kepala, parastesia lidah, bibir dan muka
Inhibitor kolinesterase
DEFINISI
Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh Dokter atas pemeriksaan yang dilakukan
terhadap barang bukti berupa tubuh manusia (mati / hidup), bagian dari tubuh manusia yang
memuat hasil pemeriksaan dan kesimpulan. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak
berwajib yang digunakan untuk kepentingan peradilan.
LANDASAN HUKUM
2. Datang sendiri :
Merupakan pasien biasa dengan hak dan kewajiban sebagai pasien Korban akan
mendapatkan terapi dari dokter dan hasil pemeriksaan dan pengobatan akan
dimasukan dalam Rekam medik.
Tubuh manusia dapat disebut sebagai barang bukti bila ada/ telah diurus oleh
penyidik, namun tidak seluruh tubuh tersebut sebagai barang bukti, hanya pada bagian
–bagian yang tersangkut tidak pidana yang dapat dianggap sebagai barang bukti.
Dalam kasus kematian sesorang yang merupakan (diduga) hasil suatu tindak pidana;
kejelasan yang diperlukan adalah :
1. Identitas korban : dapat ditentukan secara pati, yaitu dengan melakukan pemeriksaan
dengan memanfaatkan metode identifikasi. Identitas korban diperlukan untuk
mengetahui motivasi yang mendorong seseorang untuk menghilangkan nyawa
korban.
2. Perkiraan saat kematian : dapat diketahui dari perubahan post-mortal, yaitu
penurunan suhu, terbentuknya lebam mayat, terbentuknya kaku mayat, dan keadaan
lambung korban.
3. Penyebab kematian korban : berdasarkan prinsip Ilmu Kedokteran Forensik, bedah
mayat(autopsi), mutlak dilakukan bila ingin mengetahui penyebab kematian
seseorang. Dalam kasus-kasus tertentu, bedah mayat harus disertai dengan
pemeriksaan pelengkap (laboratorium forensik); seperti : pemeriksaan toksikologi,
pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan bakteriologi. Dengan bedah mayat berarti
dokter harus membuka rongga tengkorak, rongga dada, rongga perut, dan rongga
panggul. Tidak dibenarkan melakukan bedah mayat parsial
4. Tujuan utama dari penentuan penyebab kematian adalah untuk mengetahui alat
(senjata), yang dipakai untuk membunuh; yaitu atas dasar jenis luka da jenis
kekerasan.
5. Perkiraan cara kematian korban : perlu dibedakan antara penyebab kematian dengan
mekanisme kematian.
a. Dalam kasus penembakan, VeR harus dapat menjelaskan : sebab kematian,
jarak tembak, arah tembakan (arah datangnya peluru), diameter peluru, kaliber
senjata api, jenis atau tipe senjata api, berapa kali korban ditembak, dan
perkiraan posisi korban dan penembak.
b. Dalam kasus penusukan atau penikaman, VeR harus dapat menjelaskan :
perkiraan jenis senjata yang dipergunakan dan perkiraan lebar maksimal
senjata yang masuk ke dalam tubuh korban.
c. Dalam kasus pengeroyokan, VeR harus dapat menjelaskan : perkiraan jenis
senjata yang digunakan, menentukan senjata yang menyebabkan kematian.
d. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas, VeR harus dapat menjelaskan : penyebab
terjadinya kecelakaan dari sudut faktor manusia, dalam hal ini korban, serta
perkiraan jangka waktu (interval), antara saat terjadinya kecelakaan hingga
saat kematian.
KETENTUAN UMUM
1. Jenazah yang akan dilakukan pemeriksaan diberikan label: identitas korban; dilak,
cap jabatan diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya.
2. Pada permintaan VER tertulis jelas jenis pemeriksaan yang diminta.
3. Penyidik wajib memberitahu keluarga korban
4. Autopsi dilakukan setelah tidak ada yang keberatan, >2 hari tidak ada tanggapan
dilakukan autopsi, autopsi dapat dari mayat hasil ekshumasi
5. Dapat dibawa keluar inst kesehatan setelah selesai diperiksa (diberi surat
kematian).
PEMERIKSAAN LUAR
• Umur, jenis kelamin, ras, ciri-ciri fisik, tinggi badan, berat badan, dan status gizi dari
jenazah.
• Malformasi kongenital bila ada.
• Deskripsi singkat tentang pakaian. Jika dicurigai adanyakekerasan pada
jenazahperubahan yang signifikan dari pakaian sebagai akibat trauma harus
dideskripsikan lebih detail pada segmen lain dari autopsi ini.
• Deskripsi umum dari keadaan tubuh jenazah yang mencakup:
Tingkat dan distribusi dari rigor dan livor mortis.
Panjang dan warna rambut, ada atau tidaknya rambut wajah, atau alopecia.
Keadaan mata dan warnanya.
Adanya penampakan yang tidak biasa dari telinga, hidung, atau wajah (contohnya
malformasi kongenital, jaringan parut, atau jerawat).
Ada atau tidak nya gigi atau dental plates.
Adanya jaringan parut atau tato.
Adanya bukti eksternal tentang suatu penyakit.
Bekas luka lama yang tidak berhubungan dengan kematian (luka baru atau jejas yang
berkaitan dengan kematian dijelaskan pada bagian yang terpisah).
Adanya bukti intervensi medis atau bedah yang baru.
1. Projustitia
Yang berarti demi keadilan. Terdapat pada bagian atas kertas untuk mengganti
materai.
2. Pendahuluan
Isinya berupa identitas pemeriksa, korban dan peminta VeR beserta nomor dan
tanggal permintaan VeR. Selain itu juga berisikan waktu dan tempat pemeriksaan.
3. Pemberitaan
Merupakan bagian terpenting dari VeR, berisikan keterangan tentang apa yang dilihat
dan diperoleh (objektif)
4. Kesimpulan
Berisi jenis luka dan jenis kekerasan. Pada korban hidup tertulis kualifikasi luka atau
derajat luka, sementara pada korban mati tertulis sebab kematian.
5. Penutupan
Berisi sumpah/janji dengan sumpah jabatan/pekerjaan. Berbunyi: VeR ini dibuat
dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. Juga berisi tandatangan dan
nama terang dokter yang membuat VeR.