Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Winda Linting Sanda Lolok
Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum. Keadaan umum pasien dapat dibagi menjadi tampak sakit
ringan, sakit sedang atau sakit berat. Hasil pemeriksaan pasien, pasien tampak
Sakit berat
- Kesadaran. Tingkat kesadaran di bedakan menjadi : Kompos mentis (sadar
sepenuhnya), Apatis, Delirium (penurunan kesadaran), Somnolen (Keadaan
mengantuk yang masih dapat pulih), Sopor (keadaan mengantuk yang dalam),
Semi-koma (penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon, dan Koma
(penurunan kesadaran yang sangat dalam). Hasil pemeriksaan pasien, pasien
datang dengan kesadaran kompos mentis/kesadaran penuh
- Tanda-Tanda Vital. Meliputi Suhu, Tekanan Darah, Nadi, Frekuensi
Pernapasan.
Inspeksi mata untuk melihat adakah kelainan yang terlihat jelas dikedua mata misalnya mata
merah, nistagmus, ptosis. Lihat conjungtiva, kornea, iris, pupil, dan kelopak mata. Apakah pupil
simetris, ukurannya seperti apa. Lakukan pemeriksaan pada kedua mata untuk melihat respond
an seimbang cahaya dan akomodasi.1
Lakukan tes ketajaman penglihatan dengan menggunakan snellen chart umtuk penglihatan jauh
dan kartu Jaeger untuk penglihatan dekat. Tes gerak bola mata, tanyakan diplopia dan cari
nistagmus.1
Mengukur tekanan intraocular dengan tonometer goldman. Satu silinder plastic jernih ditekan
pada kornea yang sudah dianestesi. Cincin pendataran, dilihat melalui silinder, dibuat terlihat
adanya flurosein pada film airmata. Prisma yang diletakkan secara horizontal dalam silinder,
memisahkkan cincin kontak menjadi dua setengah lingkaran. Tekanan yang diberikan ke silinder
dapat divariasikan untuk mengubah tingkat pendataran kornea dan kemudian ukuran cincin.
Tekanan disesuaikan sehingga kedua setengah lingkaran saling bertautan. Ini merupakan titik
akhir dari tes, dan tekanan yang diberikan dikonversi ke dalam satuan tekanan ocular yang dapat
dilihat ditonometer.2
Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop dinamakan oftalmoskopi. Oftalmoskop dibedakan dalam
oftalmoskop langsung dan tidak langsung. Pemeriksaan kedua jenis oftalmoskop ini bertujuan
menyinari bagian fundus okuli kemudian bagian yang terang di dalam fundus okuli dilihat
dengan satu mata melalui celah alat pada oftalmoskopi langsung dan dengan kedua mata dengan
oftalmoskopi tidak langsung.perbedaan anatra oftalmoskopi langsung adalah daerah yang dilihat,
paling perifer sampai daerah ekuator, tidak stereoskopi, berdiri tegak dan tidak terbalik, dan
pembesaran 15 kali. Oftalmoskop tidak langsung akan terlihat fundus okuli 8 kali diameter papil,
dapat dilihat sampaidaerah ora serat, karena dilihat dengan 2 mata terdapat efek stereoskopik,
dan dengan pembesaran 2-4 kali.pemeriksaan oftalmokop dilakukan di kamar gelap.3
Tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara
member anestesi pada mata yang aka diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorscein steril.
Penguji menggunakan sit lamo dengan dilter kobalt biru, shingga akan terlihat perubahan warna
strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.3
Fluoresein adalah bahan yang berwarna merah jingga yang bila disinari gelombang biru akan
memberikan gelombang hijau.bahan larutan iini dipakai untuk melihat terdapatnya defek epitel
konea, fistel kornea atau untuk foto pembuluh darah retina. Aplikasi fluresein pada mata dapat
mengidentifikasi abrasi kornea dan kebocoran aquous humor dari mata.2
Working diagnosis
Trauma basa atau alkali akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali dapat
masuk cepat ke kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa
terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan
terjadi proses persabunan, disetai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke
dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang
akan menambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menemus bola mata akan merusak retina
dan berakhir pada kebutaan.1
Epidemiologi
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di AS mengalami gangguan penglihatan
akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita
cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Dibandingkan dengan wanita, laki-
laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Rasio frekuensi bervariasi trauma
asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara internasional, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan
pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di AS
mencapai 16% dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dirumah. Lebih banyak laki-laki 93%
dengan umur rata-rata 31 tahun.4
Patofisiologi
Trauma akibat bahan kimia akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar.
Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma ini bisa mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan
cepat, sehingga dapat berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
jaringan kolagen kornea. Bahan kimia bisa bersifat koagulasi dan terjadi proses persabunisasi,
disertai dengan dehidrasi.5,6 Bahan alkali akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.
Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak
membrane sel. akibat persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut
daripada alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan
sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati.
Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.
Serbukan sel ini cenderung disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau
neovaskularisasi. Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel
diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma
dibawahnya melalui plasminogen activator. Bersamaaan dengan dilepaskan plasminogen
activator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi
gangguan penyembuhan epitel yang berkepanjangan dan akan terjadi perforasi kornea.
Kolagenase ini mulai terbentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-
21. Biasanya tukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma. Pembentukan tukak
berhenti hanya bila epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea.
Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan makan akan terjadi gangguan fungsi badan
siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang
berkurang kedua unsure ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea.5,6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan trauma pada mata bergantung pada berat ringannya trauma atau jenis trauma itu
sendiri. Tatalaksana trauma pada mata mencakup:
- Irigasi
Irigasi merupakan hal yang penting untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline harus digunakan untuk
mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH menjadi normal.6
- Debridement
Debridement pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrosis sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi.6
Medikamentosa
Steroid
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil. Namun pemeberian steroid
dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat
migrasi fibroblast. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-
10 hari. Dexametason0,1% ED dan prednisolon 0,1% diberikan tiap 2 jam.6,7
Sikloplegik
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropine 1% ED
atau scopolamine 0,25% diberikan 2 kali sehari.6,7
Asam askorbat
Beta blocker
Beta blocker untuk menurunkan tekanan intraocular dan mengurangi resiko terjadinya galukoma
sekunder. Diberikan secara oral asetalzolamid 500 mg.
Antibiotik
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk
menghambat kolagenase, menghambat aktivitas neutrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Doksisiklin 100mg.6,7
.Asam sitrat
Asam sitrat menghambat aktivitas neutrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat
10% topical diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.6,7
Pencegahann
Edukasi dan pelatihan untuk mencegah pajanan zat kimia ditempat kerja dapat mencegah
terjadinya trauma pada mata. Pekerja yang dapat terpajan zat kimia di tempat kerja harus
menggunakan safety goggles. Trauma kimia pada anak-anak sering terjadi karena tidak adanya
pengawasan. Letakkan semua produk rumah tangga yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
yang tidak dapat dijangkau anak-anak.
Kesimpulan
Pada kasus yang dibahas, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
Perempuan tersebut menderita trauma alkali/basa Trauma alkali merupakan kasus
kegawatdaruratan dan biasanya lebih berat dari trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki
dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik. Dengan penatalaksanaan yang tepat dapat memberikan
prognosis yang baik.
Daftar pustaka