Anda di halaman 1dari 5

PART 2

GEJALA ALAM ABIOTIK


Adalah gejala yang dialami oleh komponen abiotik.
Contoh gejala alam abiotik antara lain: rotasi bumi dan peristiwa siang &malam, pelangi, tsunami, gempa
bumi dsb.

A.       Rotasi Bumi dan Peristiwa Siang & Malam

Dalam peredaranya mengelilingi matahari, bumi pun berputar pada porosnya atau sumbunya. Perputaran
bumi pada sumbunya disebut rotasi bumi. Bumi berotasi pada porosnya dari arah barat ke timur. Arahnya
persis sama dengan arah revolusi bumi mengelilingi matahari .
Kala rotasi bumi adalah 23 jam 56 menit 4 detik ,selang waktu ini disebut satu hari. Sekali berotasi, bumi
menempuh 3600 bujur selama 24 jam. Artinya 10 bujur menempuh 4 menit. Dengan demikian, tempat-
tempat yang berbeda 10 bujur akan berbeda waktu 4 menit. Rotasi bumi menimbulkan beberapa peristiwa
yaitu :
Pergantian siang dan malam
Perbedaan waktu berbagai tempat dimuka bumi
Gerak semu harian bintang
Perbedaan percepatan gravitasi di permukaan bumi
Pergantian siang dan malam 

Permukaan bumi yang sedang menghadap matahari mengalami siang. Sebaliknya permukaan bumi yang
membelakangi matahari mengalami malam. Akibat rotasi bumi, permukaan bumi yang menghadap dan
membelakangi matahari berganti secara bergantian. Ini adalah peristiwa siang dan malam. Karena periode
peredaran semu harian matahari 24 jam, maka panjang siang atau malam rata-rata 12 jam. Panjang
periode siang atau malam hari di khatulistiwa hampir sama sepanjang tahun, yaitu berlangsung selama 12
jam. Kadang-kadang ada perbedaan sedikit yaitu panjang siang tidak sama dengan panjang malam. Suatu
waktu panjang siang lebih besar dari 12 jam, dan ini berarti panjang malam hari kurang dari 12 jam.
Perbadaan ini menjadi lebih besar untuk tempat-tempat yang jauh dari khatulistiwa (misalnya di daerah
lintang dan kutub).

B.     Perbedaan waktu berbagai tempat dimuka bumi 

Seluruh permukaan bumi dibagi-bagi menurut jaring-jaring derajat. Jaring-jaring derajat itu dinamakan
garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis yang sejajar dengan garis tengah
khatulistiwa,sedang garis bujur adalah garis yang sejajar dengan garis tengah kutub. Arah rotasi bumi
sama dengan arah revolusinya, yakni dari barat ke timur. Itulah sebabnya matahari selalu terbit di timur
terbenam di barat. Orang-orang yang berada di daerah timur akan mengamati matahari terbit dan matahari
terbenam lebih cepat dari pada daerah yang berada di sebelah barat. Wilayah yang berada pada sudut 15 0
lebih ke timur akan mengamati matahari terbit lebih cepat satu jam.
PART 2
Terdapat perbedaan waktu di tempat-tempat yang berbeda merediannya, yaitu tiap 1 derajat jarak dua
garis meredian yang berturutan, waktunya berbeda 4 menit atau tiap 15 derajat berbeda 1 jam. Atas dasar
inilah diadakannya pembagian daerah waktu di dunia. Sehingga di seluruh permukaan bumi secara umum
terdapat 24 daerah waktu. Tiap dua daerah waktu yang berdampingan berselisih waktu 1 jam.
Zone-zone waktu di seluruh dunia berpangkal pada daerah waktu meredian 0 0 yang dikenal dengan nama
Greenwich Mean Time (GMT). Dengan dasar tersebut, tempat-tempat yang terletak di Bujur Timur
(Butim) atau sebelah timur Greenwich waktunya ditambah (+) dari waktu GMT, sesuai dengan besar
kecilnya perbedaan garis bujur. Sedangkan di Bujur Barat (Bubar) waktunya di kurangi (-) dari waktu
GMT. Misalnya jam menunjukkan pukul 15.00 GMT maka pada saat itu di daerah 30 0 BT, jam
menunjukkan pukul 17.00. Dan saat itu di daerah yang terletak di 30 0 BB baru menunjukkan jam 13.00.
Indonesia yang letaknya memanjang antara 950 BT dengan 1410 BT, maka Indonesia memiliki tiga bujur
standar, yaitu 1050 BT, 1200 BT, dan 1350 BT. Akibatnya Indonesia dibagi atas 3 daerah waktu yaitu
sebagai berikut:

1. Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) yang berpangkal pada waktu meredian 105 0 BT. Daerahnya
meliputi DI Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Serang
(Banten), Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Kalbar, Kalteng.
WIB = GMT + 7 jam.                                                                                      
2. Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA) yang berpangkal pada waktu meredian 120 0 BT. Dareahnya
meliputi Kalsel, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulut, Bali, NTB, dan NTT. WITA = GMT + 8 jam.
3. Waktu Indonesia bagian Timur (WIT) yang berpangkal pada meredian 135 0 BT. Daerahnya meliputi
Maluku dan Irian Jaya (Papua). WIT = GMT + 9 jam.
                                                    
Dalam keperluan lain digunakan waktu meredian, yaitu waktu yang berlaku untuk satu meredian. Selisih
waktu meredian antara dua meredian yang berdampingan ialah 4 menit. Kota A yang dilalui garis 100 0
BT lebih cepat 4 menit daripada waktu di kota B yang dilalui garis 99 0 BT. Akan tetapi waktu di kota A
lebih lambat 12 menit daripada waktu di kota C yang dilalui garis 103 0 BT.
Selain perbedaan waktu, rotasi bumi juga menyebabkan perubahan hari atau tanggal. Perubahan hari atau
tanggal itu terjadi pada garis bujur 1800. Dengan demikian jika sebelah kiri garis bujur 1800 (BB) masih
hari Minggu, maka sebelah kanan bujur 1800 (BT) sudah hari Senin. Jadi, penanggalan kita seolah-olah
melompat satu hari.

C. Gerak semu harian bintang 

Bintang-bintang (termasuk matahari) yang tampak bergerak sebenarnya tidak bergerak. Akibat rotasi
bumi dari arah barat ke timur, bintang-bintang tersebut tampak bergerak dari timur ke barat. Rotasi bumi
tidak dapat kita saksikan, yang dapat kita saksikan adalah peredaran matahari dan benda-benda langit
melintas dari timur ke barat. Oleh karena itu kita selalu menyaksikan matahari terbit disebelah timur dan
terbenam di sebelah barat. Pergerakan dari timur ke barat yang tampak pada matahari dan benda-benda
langit ini dinamakan gerak semu harian bintang. Karena gerak semu ini dapat di amati setiap hari, maka
disebut gerak semu harian. 
PART 2

D. Perbedaan percepatan gravitasi di permukaan bumi 

Rotasi bumi juga menyebabkan penggembungan di khatulistiwa dan pemapatan di kedua kutub bumi.
Selama bumi mengalami pembekuan dari gas menjadi cair kemudian menjadi padat, Bumi berotasi terus
pada porosnya. Ini menyebabkan menggebungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi
sehingga seperti keadaannya sekarang. Karena percepatan gravitasi benbanding terbalik dengan kuadrat
jari-jari, maka percepatan gravitasi tempat-tempat      di kutub lebih besar daripada disekitar khatulistiwa.

E.      Pelangi

Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar
yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan
ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air
terjun yang deras.
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari
sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata
manusia sanggup menyerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat
pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di
sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi
dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Pelangi tidak lain adalah busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-
butir air. Ketika cahaya matahari melewati butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca.
Jadi di dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi
tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada
tetesan air, kembali dan keluar lagi dari tetesan air.
Cahaya keluar kembali dari tetesan air ke arah yang berbeda, tergantung pada warnanya. Warna-warna
pada pelangi ini tersusun dengan merah di paling atas dan ungu di paling bawah pelangi.
Pelangi hanya dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, tapi dari sisi yang berlawanan
dengan si pengamat. Posisi si pengamat harus berada di antara matahari dan tetesan air dengan matahari
dibekalang orang tersebut. Matahari, mata si pengamat dan pusat busur pelangi harus berada dalam satu
garis lurus.

F.       Tsunami

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar
di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor
di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.
Proses terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut:
PART 2
a. Gempa bawah laut merenggutkan massa besar air laut dalam satu hentakan kuat.
b. Gelombang balik air menerjang dengan kecepatan hingga 800 Km/jam
c. Mendekati pantai, gelombang melambat namun mendesak ke atas.
d. Gelombang menghempas ke daratan dan menghancurkan apapun di belakang pantai.
Secara skematis mekanisme terjadinya tsunami dapat digambarkan sebagaimana ilustrasi berikut ini,
dengan contoh proses surutnya pantai dan kemudian gelombang berbalik menghantam pantai di Srilanka.

Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.
Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa
masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena
Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang
tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-
tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin
lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Adapun antisipasi yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak akibat tsunami antara lain:
1)  Melakukan pemetaan daerah rawan genangan tertinggi jika ada tsunami.
2) Membuat jalur evakuasi.
3) Menentukan dan memberi informasi tempat penampungan sementara yang cukup     aman.
4) Berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), kepolisian, pemerintah daerah, dan
rumah sakit. Selain itu masyarakat juga harus memahami gejala-gejala yang tidak biasa terjadi.
5) Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan  mengenai gempa dan tsunami. Jika masih
kurang jelas, dapat mendatangkan ahli untuk memberi informasi.
6) Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
7) Membuat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar guna menandakan evakuasi.
8) Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat tinggal masyarakat.
Adapun langkah yang perlu dilakukan tiap individu sebagai berikut.
1) Menyiapkan tas darurat yang berisi keperluan-keperluan mengungsi selama tiga hari seperti makanan,
pakaian, suratsurat
berharga atau obat-obatan.
2) Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya gempa.
3) Selalu peka terhadap fenomena alam yang tidak biasa. Apabila kita peka sebenarnya alam telah
memberikan tandatanda
sebelum terjadinya tsunami.
Beberapa petunjuk yang diberikan alam antara lain berikut ini.
1) Adanya suara gemuruh di laut, hal ini akibat adanya pergeseran lapisan tanah.
2) Laut tiba-tiba menyurut sampai agak jauh ke tengah.
3) Karena surutnya laut maka akan tercium bau khas laut seperti bau amis.
4) Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi menuju daratan.
PART 2

G.      Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari
dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik
Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
1.      Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2.      Aktivitas sesar di permukaan bumi
3.      Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4.      Aktivitas gunung api
5.      Ledakan nuklir
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di
permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan,
dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan
bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya
bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai