Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

PEMIKIRAN ISLAM KLASIK DAN MODERN

DASAR PERTUMBUHAN INTELEKTUALITAS ISLAM PADA MASA


NABI, SAHABAT, DAN KHILAFAH

Dosen Pengampu:
Dr. ALI MUSA LUBIS, M.Ag
Dr. MOHD. ARIFULLAH, M.Fil.I

Disusun Oleh:
USMAN HANDOYO

KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillahhirabbill ‘alamin kami panjatkan kehadirat


Allah SWT. Atas limpah ramat serta karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah “PEMIKIRAN ISLAM KLASIK
DAN MODERN” ini dengan lancar dan pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak. Selaku dosen pengampu dan kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan
dan kelemahan sehingga saran dan kritik diharapkan untuk menambah
dinamika pemikiran Islam yang saat ini mulai tampak lemah di tengah -
tengah kehidupan bermasyarakat. Semoga amal baik kita semua dalam
memberikan kontribusi bagi bangkitnya pemikiran Islam di tengah
masyarakat menjadi investasi akhirat dengan keridhoan-Nya tentunya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon ma’af apabila ada
kekurangan atau kesalahan dalam mengerjakan tugas ini.

Muara Bulian, Maret 2021


Penulis,

USMAN HANDOYO

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN DASAR PERTUMBUHAN INTELEKTUALITAS
ISLAM MASA NABI, SAHABAT, DAN KHILAFAH
A. Masa Nabi Muhammad SAW............................................................3
1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah....................3
2. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Madinah...................5
3. Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah SAW............8
4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan..........................9
5. Metode yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW.........10
B. Masa Sahabat.................................................................................11
1. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq...11
2. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Umar Bin Khattab..........13
3. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan..........16
4. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib...........18
C. Masa Khilafah .................................................................................19
1. Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah.............................19
2. Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyah............................24
3. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Turki Utsmaniyah.........31
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................38
B. Saran ..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, dengan
mempelajarinya akan mengetahui sebab-akibat kemajuan dan
kemunduran Islam. Terutama mengkaji pendidikan Islam pada zaman
Nabi Muhammad SAW. Selaku umat Islam, hendaknya kita mengetahui
sejarah guna menumbuhkembangkan wawasan generasi sekarang juga
akan datang tentang mutiara ibrah yang terkandung pada sejarah
tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
terbagi dua periode, Makkah dan Madinah. intisari pendidikan Islam pada
periode itu disandarkan pada Alquran dan sunnah. Rasul adalah guru,
pelopor pendidikan Islam.
Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai. Kajian ini
akan membahas pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan
Madinah, kurikulum, kebijakan dan cara penyampaian ilmu yang
disampaikan oleh Rasul. Pendidikan Islam masa Rasul menekankan
pemahaman dan penghafalan Alquran, keilmuan berkembang belum
meluas seperti pada masa setelahnya, cara pengajaran masa ini sangat
sederhana, yaitu dengan berhadap-tatap langsung antara pendidik dan
peserta didik, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami, langsung ke
sanubari sahabat. Dan dapat dilihat betapa tangguh alumni madrasah
rasulullah itu, mari bercermin padanya. Road to Mohammed, Mohammed
School.
Pada masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah
Rasulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh
Khulafaurrasyidin. Wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab para
khalifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan keagamaan syiar
agama dan kokohnya pendidikan.

1
2

Tahun-tahun pemerintahan khulafaurrasyidin merupakan perjuangan


terus-menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan
yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafaurrasyidin seakan-
akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan Islam
masih tetap memantulkan al-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di
Makkah, di Madinah dan di berbagai negeri lain yang ditaklukan oleh
orang-orang Islam.
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini
berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan
sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri. Sebagaimana
telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam dibagi dalam 5 periode, sedangkan untuk pendidikan
Islam bani Umayyah masuk dalam kategori periode 2, yaitu periode
pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad
saw wafat sampai masa akhir bani Umayyah. Sehingga karena masih
dalam masa pertumbuhan maka hanya ada sedikit kemajuan seperti yang
diterangkan di atas. Kamajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya
ilmu-ilmu Naqliyah yaitu filsafat dan ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu
agama yang sudah berkembang sebelumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Petumbuhan Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimana Pertumbuhan Pendidikan Islam Masa Sahabat Khulafaur
Rasyidin?
3. Bagaimana Pertumbuhan Pendidikan Islam Masa Khilafah Bani
Abbasyiah dan Bani Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
DASAR PERTUMBUHAN INTELEKTUALITAS ISLAM MASA NABI,
SAHABAT, DAN KHILAFAH

A. MASA NABI MUHAMMAD SAW


Menelusuri proses pendidikan Islam secara khusus dapat
dilihat dari sejarah mulai diutusnya Muhammad saw menjadi utusan
Allah swt kepada bangsa Arab. Dan secara umum dimulai ketika
lahirnya Muhammad di sekitar abad ke 600 M atau tepatnya pada
hari Senin 12 Rabi’ul Awwal awal tahun Gajah bertepatan dengan
20 April 571 M. Keterangan yang lain menyebutkan pada 17 Rabi’ul
Awwal 570 M di Makkah.1
1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua
Hira di Makkah pada tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat
Alquran yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama
tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha
pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya.2
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat
Alquran yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut).
Bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan
pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan
janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.3

1
http://pmb.umm.ac.id/id/berita-ilmiah/sejarah-pendidikan-islam.html, diakses pada 18
Maret 2021
2
Q.S. Al-Alaq: 1-5
3
Q.S. Al-Mudatsir: 1-7

3
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi
tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan
pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci,
tugas mendidik dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu
diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan
diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman
sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-
Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan
pengikut - pengikutnya di tempat itulah pendiikan Islam pertama dalam
sejarah pendidian Islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau
pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) Alquran kepada para pengikutnya serta Nabi
menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam
atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
Bahkan di sanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya. 4
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya
menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab
dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima
Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran
Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah
Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena Alquran
merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu
Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya. 5
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di

4
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992), hal. 6.
5
Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 9, 2008), hal.
28.

4
Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal
pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah
dan ilmiyah.

5
6

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam,


menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa
Makkah meliputi:
a. Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan
dipersekutukan dengan nama berhala.
b. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian
alam semesta.
c. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar
berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat
kediaman.6
2. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Pada periode Madinah. Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran
Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama
Islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu
kesatuan social dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya
masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar
diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan
politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1) Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan
pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan

6
Ibid., hal 27.
7

diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula


diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar.
Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan
kaum muslimin.7
2) Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad
menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja
sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti
waktu di Makkah.
3) Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka
membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi
warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil
maupun moral. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam
pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah
disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat
juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan
sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul
untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad
SAW dan shalat jama’ah jum’at.
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi
setelah Nabi Muhammad SWA mendapat wahyu dari Allah untuk
memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram
Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang
memiliki identitas.8
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin,
sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan
kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa
kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong,
bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah.

7
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Op.Cit., hal. 26.
8
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008), hal. 37.
8

Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin,


disamping itu kaum merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat
menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang
dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW.9
b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu
adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah,
yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan
ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-
pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di
Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun
dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c. Pendidikan anak dalam Islam
Dalam Islam, anak merupakan pewaris ajaran Islam yang
dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW dan gnerasi muda muslimlah
yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru
alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Alquran
berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
1) Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga
diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api
neraka)
2) Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak
dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi
tantangan hidup.
3) Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa
orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang

9
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Op.Cit., hal. 16.
9

yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai


keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati. 10
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan
oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan Tauhid
2) Pendidikan Shalat
3) Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
4) Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5) Pendidikan kepribadian11
6) Pendidikan kesehatan
7) Pendidikan akhlak12
Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan Islam periode kota
Makkah dan kota Madinah:
a. Periode kota Makkah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah
Pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke
dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid
dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Periode kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial
dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar
tauhid tersebut.
3. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah
terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas
10
Zuhairini, dkk, Loc.Cit., hal 55
11
Ibid., hal. 58.
12
Mahmud Yunus, Op.Cit., hal. 18.
10

tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai


kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah
menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya. Sistem pendidikan Islam lebih
bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai
otoritas untuk menentukan materi-materi Pendidikan Islam. Dapat
dibedakan menjadi dua periode:
a. Makkah
1) Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah
sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan
sebutan sunnah dan hadits.
2) Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang
menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
b. Madinah
1) Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun
lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan
Islam.
2) Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan
kemasyarakatan.
4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah
telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai
dengan situasi dan kondisi. Proses pendidikan pada zaman Rasulullah
berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal
yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu Nabi
Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara,
bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang
ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy.
Selama di Makkah Pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah
secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al-
11

Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap
awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan
keIslamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan
cara sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka. Setelah masyarakat
Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah Pendidikan Islam dapat
berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang
telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
a. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya
digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
b. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan
bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen
yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam
tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan
damai.13
5. Metode yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW
a. Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan
yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan
ilmiah.
b. Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan
peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c. Bidang akhlak: Nabi menitik beratkan pada metode peneladanan.
Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan
dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan. 14
Adapun cara pengajaran / penyampaian Ilmunya, maka ada empat
orang Abdullah yang besar sekali jasanya dalam mengajarkan ilmu-ilmu
agama kepada muridnya, yaitu :
a. Abdullah bin Umar di Madinah
b. Abdullah bin Mas’ud di Kufah

13
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits (Ciputat: UIN
Jakarta Press 2005), hal. 24.
14
Dr. Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), hal. 135-136.
12

c. Abdullah bin Abbas di Makkah


d. Abdullah bin Amr bin al-Ash di Mesir.
Sahabat-sahabat itu tidak menghafal semua perkataan Nabi dan tidak
melihat semua perbuatannya. Dia hanya menghafal setengahnya. Maka
oleh karena itu, kadang-kadang hadits yang diajarkan oleh ulama di
Madinah belum tentu sama dengan hadits yang diajarkan ulama di
Makkah. Oleh sebab itu, para pelajar harus belajar di luar negerinya untuk
melanjutkan studi. Misalnya, pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar
Madinah melawat ke Kufah dan lain-lain.
Yang dimaksud di sini adalah pengajaran ilmu Alquran dan
sunnahnya. Pada awalnya saat permulaan turunnya Alquran Nabi
mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Mereka berkumpul
membaca Alquran dan memahami kandungan setiap ayat yang diturunkan
Allah dengan jalan bertadarus. Pengajaran Alquran tersebut berlangsung
terus sampai Nabi Muhammad SAW bersama pada sahabatnya hijrah ke
Madinah. Sejalan dengan itu, berpindahlah pusat pengajaran Alquran ke
Madinah. Penghafalan dan penulisan Al-Quran berjalan terus sampai
masa akhir turunnya. Dengan demikian Al-Quran menjadi bagian dari
kehidupan mereka. Selanjutnya untuk memantapkan Alquran dalam
hafalannya, Nabi Muhammad saw sering mengadakan ulangan terhadap
hafalanhafalan mereka.15
Alquran adalah dasar pengajaran, fondasi semua kebiasaan yang
akan dimiliki kelak. Sebabnya ialah segala yang diajarkan pada masa
muda seseorang, berakar lebih dalam dari pada yang lainnya. Sedangkan
pada masa Khulafaur Rasyidin, cara pengajaran dan penyampaian
ilmunya masih sama pada masa Nabi Muhammad saw, yaitu meneruskan
jejak Nabi namun sudah terlihat perkembangan-perkembangan yang
dilakukan.

B. MASA SAHABAT

15
http://www.data.tp.ac.id/dokumen/pengertian+sejarah, diakses pada 05 Maret 2021.
13

1. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar


Ash-Siddiq (11-13 H / 632-634M)
a. Sosial Masyarakat
Masa kepemimpinan Abu Bakar terhitung sangat singkat, hanya dua
tahun. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam
negeri terutama yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa arab yang tidak
mau tunduk lagi kepada pemerintah di kota Madinah. Mereka
menganggap, bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad
dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Oleh karena itu, mereka
menentang pemerintahan Abu Bakar. Dikarenakan sikap keras kepala dan
penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan
pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang
disebut perang Riddah (perang melawan kemurtadan). 16
b. Pola Pendidikan
Dilihat dari sosial masyarakat yang pada saat itu tidak semua berpihak
pada pemerintahan, dengan alasan diatas, Abu Bakar fokus untuk
menangani pemberontakan orang-orang murtad, pengaku nabi dan
pembangkan zakat. Hal ini menyebabkan pendidikan dimasa ini tidak
banyak mengalami perubahan sejak masa Rasulullah SAW. Yakni
berkisar pada materi pendidikan seputar tauhid, akhlak, ibadah,
kesehatan.17
c. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga
pendidikan pada masa Nabi, namun dari segi kuantitas maupun kualitas
sudah banyak mengalami perkembangan. Antara lain:
1) Kuttab
Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah
masjid. Lembaga ini mencapai tingkat kemajuan yang berarti.
Kemajuannya terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukkan

16
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 36.
17
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta; Prenada Media, 2008), hal. 45.
14

beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah


maju.18
2) Masjid
Selain tempat untuk beribadah, Masjid juga dijadikan
sebagai lembaga pendidikan lanjutan setelah anak-anak tamat belajar dari
kuttab. Di Masjid ini ada dua dua tingkat pendidikan yaitu tinggi dan
menengah.19
d. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang diajarkan pada kuttab adalah membaca dan
menulis, membaca al-Qur’an dan menghafalnya, pokok-pokok agama
Islam. Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi
adalah al-Qur’an dan tafsirnya, hadits dan syarahnya, kesehatan, dan fiqih
(tasyri’).20
e. Pendidik
Yang menjadi pendidik pada masa Abu Bakar adalah beliau sendiri
serta para sahabat rasul terdekat.21
2. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Umar bin
Khattab (13-23 H / 634-644 M)
a. Sosial Masyarakat
Sebelum Abu Bakar wafat,beliau telah menyaksikan persoalan yang
timbul di kalangan kaum muslimin sejak Rasul wafat, berdasarkan hal
inilah Abu Bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khattab, yang
tujuannya adalah untuk mencegah supaya tidak terjadi perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijakan Abu Bakar tersebut
ternyata diterima masyarakat.22
Masa pemerintahan Umar bin Khatthab sekitar 10 tahun ini,
mengalami perluasan wilayah kekuasaan. Yang mana Madinah sebagai
pusat pemerintahan. Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan
18
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam  (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hal. 60.
19
Syamsul Nizar, Op.Cit., hal. 48.
20
Ibid., hal. 49
21
Ramayulis, Op.Cit., hal. 61.
22
Badri Yatim, Op.Cit., hal. 37.
15

meluas pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan


ini diperlukan manusia yang memiliki ketrampilan dan keahlian, sehingga
dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, sahabat-sahabat yang sangat
berpengaruh  tidak diperlukan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat
Islam yang ingin belajar harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa
penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan
terpusat di Madinah.23
b. Pola Pendidikan
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pendidikan juga tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya, Pola penddidikan di masa ini
mengalami perkembangan. Khalifah saat itu sering mengadakan
penyuluhan (pendidikan) di kota Madinah. Beliau juga menerapkan
pendidikan di Masjid-masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat
untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bukan hanya bertugas
mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi juga dibidang Fiqih.
c. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa Umar ini juga sama dengan masa
Khalifah Abu bakar, namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu
pesat, sebab Umar memerintah negara dalam keadaan stabil dan aman.
Sehingga masjid dijadikan sebagai pusat pendidikan, juga dibentuknya
pusat pendidikan di berbagai kota.
Pendidikan pada masa itu berada di bawah pengaturan gubernur. Di
samping itu juga terdapat kemajuan di bidang lain, seperti pengiriman pos
surat, kepolisian, Baitul Mal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para
pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari
Baitul Mal.24

23
Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam (Bandung:  Angkasa, 1983),
hal. 51.
24
Soekarno, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam   (Bandung: Angkasa, 1990), hal. 47.
16

d. Materi Pendidikan
Materi pendidikan pada masa Umar aalah materi pada Kuttab pada
masa Abu bakar di samping materi yang diajarkan ditambah dengan
beberapa mata pelajaran dan keterampilan. Ketika Umar menjadi Khalifah
ia menginstruksikan kepada pendidik agar anak-anak diajarkan berenang,
mengendarai onta, memanah, membaca, menghafal syair-syair yang
mudah, dan peribahasa.
Tuntutan belajar bahasa Arab pun juga sudah mulai kelihatan. Orang
yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa
Arab jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam.
Materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari
membaca al-Qur’an dan tafsirnya, hadits dan mengumpulkannya, dan fiqih
(tasyri’).25
e. Pendidik
Yang menjadi pendidik pada masa Umar adalah beliau sendiri serta
guru-guru yang beliau angkat. Umar merupakan seorang pendidik yang
sering melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah.  Beliau juga
menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap daerah yang
ditaklukkan.26
Berdasarkan hal di atas, pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah
Umar bin Khattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah negara
berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan di samping telah
diterapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu–ilmu
lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan Gubernur yang
berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti

25
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik  (Bandung: Angkasa, 2005), hal. 65.
26
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam,   (Jakarta: Pustaka Husna,
1988), hal. 27.
17

jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji


para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan
dari baitulmal.27

3. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Usman bin


Affan (23-35 H / 644-656 M)
a. Sosial Masyarakat
Masa pemerintahan Utsman yang berlangung kurang lebih 11 tahun,
masa yang lumayan lama ini stabilitas politik mulai memanas, hal ini
disebabkan terjadinya fitnah dikalangan masyarakat. Salah satunya
terdapat beberapa wilayah yang hendak melepaskan diri dari
pemerintahan Ustman bin Affan, yang disebabkan dendam lama sebelum
ditaklukkan Islam. Daerah tersebut adalah  Khurasan dan Iskandariah.
Selain itu ada dua hal yang menyebabkan rasa kebencian kepada
Khalifah semakin memuncak, yaitu kelemahan Utsman dan sikap
Nepotisme. Utsman memang memiliki perangai yang berbeda dengan
Khalifah sebelumnya. Jika umar dengan ketegasannya menimbulkan
wibawa dan disegani oleh masyarakat, berbeda dengan Utsman yang
bersikap lemah lembut. Sedangkan sikap Nepotismenya diwujudkan
dalam bentuk pemerintahan. Pasalnya, pada masa ini banyak gubernur-
gubernur yang dilepas jabatannya, dan digantikan dengan kerabatnya
sendiri. Antara lain Mughirah bin Syu’bah gubernur Kufah digantikan
Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Musa al-‘Asy’ari gubernur Bashrah
digantikan Abdullah bin ‘Amir bin Kariz, ‘Amr bin ‘Ash gubernur Mesir
digantikan abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah. 28

27
http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-rasyidin.html, diakses
pada 05 Maret 2021
28
Mahmud Syakir, al-Tarikh al-Islamy; al-Khulafau al-Rasyidun Vol. III (Bairut: Al-Maktab
Al-Islami, 2000), hal. 233.
18

Saif bin Umar mengatakan, bahwa sebab terjadinya pemberontakan


beberapa kelompok menentang pemerintah adalah disebabkan seorang
yahudi bernama Abdullah bin Saba’ yang berpura-pura masuk Islam dan
pergi kedaerah Mesir untuk menyebarkan idenya tersebut dibeberapa
kalangan masyarakat. Maka mulailah masyarakat mengingkari
kepemimpinan Ustman Bin Affan serta mencelanya.

b. Pola Pendidikan
Pola pendidikan tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan yang
diterapkan pada masa Umar. Hanya saja pada periode ini, para sahabat
yang asalnya dilarang untuk keluar dari kota Madinah kecuali
mendapatkan izin dari Khalifah, mereka diperkenankan  untuk keluar dan
mentap di daerah-daerah yang mereka sukai. Dengan kebijakan ini, maka
orang yang menuntut ilmu (para peserta didik) tidak merasa kesulitan
untuk belajar ke Madinah.29
Khalifah Utsman bin Affan sudah merasa cukup dengan pendidikan
yang sudah berjalan, namun begitu ada satu usaha yang cemerlang yang
telah terjadi di masa ini yang disumbangkan untuk umat Islam, dan sangat
berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam, yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat-ayat al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisiahn
dalam bacaan al-Qur’an. Berdasarkan hal tersebut, khalifah Usman
memerintahkan kepada tim yang dimpimpin Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harist. 30
Bila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada
dialek suku Quraisy, sebab al-Qur’an ini diturunkan dengan lisan Quraisy.
Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy, sedangkan ketiganya adalah orang
Quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Utsman bin Affan
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat

29
Syamsul Nizar, Op.Cit., hal. 49.
30
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 105.
19

guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan


tugasnya hanya dengan mengharap keridhaan Allah SWT.

4. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib (35-40 H / 656-661 M)
a. Sosial Masyarakat
Beberapa hari setelah pembunuhan Ustman bin Affan, stabilitas
keamanan kota madinah menjadi rawan. Gafqy bin Harb memegang
keamanan ibukota Islam itu selama kira-kira lima hari sampai terpilihnya
Khalifah yang baru. Kemudian Ali bin Abi Thalib tampil menggantikan
Ustman bin Affan, dengan menerima baiat dari sejumlah kaum muslimin. 31
Pada masa pemerintahan  Ali yang hanya sekitar enam tahun itu,
terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, salah satunya disebabkan
kebijakan Khalifah yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat oleh
khalifah sebelumnya (Ustman bin Affan). Seperti Ibnu Amir Gubernur
Bashrah Ustman bin Hanif, Abdullah Gubernur Mesir diganti Qais bin
Sa’ad, tak terkecuali Mu’awiyah bin Abi Sufyan Gubernur Damaskus,
diminta untuk meletakkan jabatannya, namun menolak dan bahkan tidak
mau mengakui kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Selain itu, beliau juga mengeluarkan kebijakan baru dengan menarik
hasil tanah yang sebelumnya telah hadiahkan oleh utsman kepada
penduduk. Tidak lama setelah itu, terjadi kesalah-pahaman diantara Ali
bin Abi Thalib dengan Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah dan Zubair.
Mereka berselisih mengenai penyelesaian kasus pembunuhan Ustman bin
Affan. Hal ini mengakitbatkan pergolakan politik hingga terjadinya
peperangan yang dikenal dengan peran Jamal yang dimenangi dari kubu
Ali bin Abi Thalib.  Selain itu, pada masa ini terjadi perang shiffin. Yaitu
peperangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufwan,

31
Ibid., hal. 109.
20

gubernur Damaskus. Yang berakhir dengan Tahkim sebagai akibat


timbulnya golongan pembenci Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan
Khawarij.

b. Pola Pendidikan
Pada masa Ali bin Abi Thalib tidak terlihat perkembangan pendidikan
yang berarti, karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan
pemberontakan, sehingga pada masa ia berkuasa pemerintahannya tidak
stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa kegiatan
pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali
tidak dapat lagi memikirkan masalah pendidikan, sebab keseluruhan
perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan di dalam
pemerintahannya.32
Masa enam tahun dengan situasi pemerintahan yang tidak stabil ini,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa ini mendapat hambatan,
dikarenakan  Khalifah sendiri tidak sempat untuk memikirkannya. Dan itu
berarti pola pendidikannya tidak jauh berbeda dengan masa-masa
sebelumnya.33

C. MASA KHILAFAH
1. Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah (41-132 H / 661-750
M)
a. Halaqoh
Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam. Halaqah adalah
sekumpulan orang yang ingin mempelajari dan mengamalkan Islam
secara rutin dan serius. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut
berkisar antara 3-12 orang. Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran

32
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 87.
33
Syamsul Nizar, Op.Cit., hal. 50.
21

mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan Islam secara


bersama-sama (amal jama’i). Kesadaran itu muncul setelah mereka
bersentuhan dan menerima dakwah dari orang-orang yang telah
mengikuti halaqah terlebih dahulu, baik melalui forum-forum umum,
seperti tabligh, seminar, pelatihan atau dauroh, maupun karena dakwah
interpersonal (dakwah fardiyah). forum-forum ini juga diilhami oleh forum
pembinaan intensif yang dahulu dilakukan oleh Nabi saw di rumah
sahabat Arqam bin Abil Arqam. Dengan forum intensif inilah Nabi saw
telah berhasil mencetak para As-Sabiqunal Awwalun, yang kemudian
senantiasa mendampingi Nabi saw dalam dakwah
Halaqah bisa didefinisikan sebagai sebuah wahana tarbiyah
(pembinaan), berupa kelompok kecil yang terdiri dari murabbi (pembina)
dan sejumlah mutarabbi (binaan), dengan manhaj (kurikulum) yang jelas,
dan diselenggarakan melalui berbagai macam sarana (perangkat)
tarbiyah. Dengan demikian, elemen-elemen halaqah adalah (1) murabbi,
(2) mutarabbi, (3) manhaj tarbiyah, dan (4) sarana (perangkat) tarbiyah.
Dalam sebuah halaqah, murabbi dan mutarabbi bekerjasama untuk
melaksanakan manhaj yang ada melalui sarana-sarana (perangkat-
perangkat) yang sesuai.
Adapun sarana (perangkat) tarbiyah yang dimaksud antara lainadalah
liqo’ atau pertemuan rutin pekanan, abit rihlah, mukayyam, dan daurah
(pelatihan). Gerakan ilmiyah pada Adapun sarana (perangkat) tarbiyah
yang dimaksud antara lain adalah liqa’ atau pertemuan. Gerakan ilmiah
pada masa umayyah gencar dan dapat dianggap sebagai tonggak
kemajuan ilmu-ilmu keislaman. Apabila dilihat dari rangkaian riwayat ibnu
jarir ath-thabari dan ulama yang hidup pada masa umayyah daulah bani
abbasiyyah,maka akan ditemukan bahwa mereka mendapatkan sumber
riwayat dari orang yang hidup sebelum mereka yaitu ulama yang hidup
pada masa daulah bani umayyah atau pada masa khalifah rasyidin.
Gerakan ilmiah ini selalu bersamaan dengan gerakan futuhut
islamiah,setiap kali pasukan menundukkan pasukan baru,selalu di tindak
22

lanjuti oleh para ulama dengan mengajarkan fiqh,tafsir,hadits dan ilmu


keislaman lainnya,mereka mengajarkan dan menjelaskan problematika
yang yang sedang dihadapi,para ulama menyebar keseluruh pelosok
negeri ada yang berangkat kemesir,shafam dan afrika. Menyebarnya
ulama keberbagai negeri membuahkan berbagai gerakan ilmiah dinegeri
tersebut,berdirlah kelompok-kelompok kajian dan halaqah-halaqah ilmu.
b. Penyebaran Al-Qur’an
Penyebaran Al-quran pada Masa ini sangat berkembang luas,
sekalipun setelah khalifah pada masa Sahabat, Rasulpun mengizinkan
pada sahabat untuk menulis Al-Quran, hal yang berhubungan dengan itu
tetap berdasarkan pada prosedur. Sampai pada masa kekhalifahan
Usman. Keadaan menghendaki  yaitu bahwasannya Alquran pada satu
mushaf. Yang mana mushaf itu disebut mushaf Imam, salinan salinan
mushaf itu juga dikirimkan di berbagai profinsi. Penulisan Mushaf itu
dinamakan mushaf Rasmul Usmani. Dan ssekarang pada masa ini
berkembang ilmu-ilmu dalam mempelajari Al-Quran. Diantaranya;
Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur'an. Orang yang pandai
membaca Al-Qur'an disebut Qurra. Pada zaman ini pula yang
memunculkan tujuh macam bacaan Al-Qur'an yang terkenal dengan "
Qiraat Tujuh " yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan ( Ushulul
Lil Qira'ah ). Pelopor bacaan ini terdiri dari kaum Malawy yaitu antara lain :
Abdulloh bin Katsir, Ashim bin Abu Nujud, Abdulloh bin Amir, Ali bin
Hamzah dan lain-lain.
c. Lahirnya Ilmu Hadits
Allah telah menganugerahkan kepada umat kita para pendahulu yang
selalu menjaga Alquran dan hadis Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang
jujur, amanah, dan memegang janji. Sebagian di antara mereka
mencurahkan perhatiannya terhadap Alquran dan ilmunya yaitu para
mufassir. Dan sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga
hadis Nabi dan ilmunya, mereka adalah para ahli hadis.
23

Salah satu bentuk nyata para ahli hadis ialah dengan lahirnya
istilah Ulumul Hadis(Ilmu Hadis) yang merupakan salah satu bidang ilmu
yang penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami
hadis-hadis Nabi SAW. Karena hadis merupakan sumber ajaran dan
hukum Islam kedua setelah dan berdampingan dengan Alquran. Namun
begitu perlu disadari bahwa hadis-hadis yang dapat dijadikan pedoman
dalam perumusan hukum dan pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber
ajaran Islam adalah hadis-hadis yang Maqbul (yang diterima), yaitu hadis
sahih dan hadis hasan. Selain hadis maqbul, terdapat pula
hadis Mardud, yaitu hadis yang ditolak serta tidak sah penggunaannya
sebagai dalil hukum atau sumber ajaran Islam. Bahkan bukan tak mungkin
jumlah hadis mardud jauh lebih banyak jumlahnya daripada hadis yang
maqbul.
Untuk itulah umat Islam harus selalu waspada dalam menerima dan
mengamalkan ajaran yang bersumber dari sebuah hadis. Artinya, sebelum
meyakini kebenaran sebuah hadis, perlu dikaji dan diteliti keotentikannya
sehingga tidak terjerumus kepada kesia-siaan. Adapun salah satu cara
untuk membedakan antara hadis yang diterima dengan yang ditolak
adalah dengan mempelajari dan memahami Ulumul Hadis yang memuat
segala permasalahan yang berkaitan dengan hadis.
Ilmu Hadis atau yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab
dengan Ulumul Hadis yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-
Hadis’. Kata ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi
berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadis dari segi bahasa mengandung
beberapa arti, diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang
sedikit dan banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa
yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan,
penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau
sesudahnya”. Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah:
“perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW setelah kenabian.” Adapun sebelum kenabian tidak
24

dianggap sebagai hadis, karena yang dimaksud dengan hadis adalah


mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak dapat
dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian. Adapun
gabungan kata ulum dan al-Hadis ini melahirkan istilah yang selanjutnya
dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu Ulumul Hadis yang memiliki
pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits Nabi
SAW”.
Pada mulanya, ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang
masing-masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW
dan para perawinya, sepertiIlmu al-Hadis al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al-
Asma’ wa al-Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial
dilakukan, khususnya, oleh para ulama abad ke-3 H. Umpamanya, Yahya
ibn Ma’in (234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad
(230H/844) menulis Al—Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal (241H/855M)
menulis Al-‘Ilaldan Al-Nasikh wal Mansukh, serta banyak lagi yang
lainnya.
d. Lahirnya Ilmu Fiqih
Agaknya tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa dasar-dasar
ilmu fiqh disusun pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Ilmu
tersebut disusun oleh ulama-ulama terkenal pada masanya dan memiliki
pengaruh yang cukup besar hingga saat sekarang ini. Dikalangan ulama
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, muncul tokoh-tokoh seperti Imam Abu
Hanifah (80-150 H.), yang dalam ijtihadnya lebih cenderung memakai
akal. Imam Anas ibn Malik (93-179 H.), lebih cenderung memakai hadits
dan menjauhi pemakaian rasio sampai batas tertentu. Imam Anas ibn
Malik (93-179 H.) lebih cenderung memakai hadits dan menjauhi
pemakaian rasio sampai batas-batas tertentu. Imam Syafii (150-204 H.)
yang berusaha mengkompromikan antara ahl al-ra’yi dengan ahl al-hadits
dalam fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes dibandingkan dengan
aliran-aliran fiqh yang lainnya. Kitab-kitab fiqh karangan ulama-ulama
tersebut hingga hari ini masih dapat ditemukan, seperti al-Muwatha’, al-
25

Um, al-Risalah dan sebagainya. Buku-buku fiqh yang telah dihasilkan


pada masa ini menjadi patokan bagi para ulama fiqh berikutnya.
e. Lahirnya Kuttab
Kuttab dalam pengertianya yaitu; Sebuah lembaga yang mengajarkan
baca-tulis Al-Quran kepada anak-anak. Sistem Kuttab yang mengajarkan
membaca, menulis Al-Qur’an dan agama Islam lainnya tetap dilanjutkan
pada zaman Umayyah ini. Hanya saja tempatnya selain di masjid dan
rumah guru juga diselenggarakan di istana. Kuttab di istana bertujuan
mengajarkan anak-anak dari keluarga yang berada di istana Khalifah.
Guru istana dinamakan muaddib. Pendidikan istana mengajarkan Al-
Qur’an, hadits, syair, riwayat hukama, menulis, membaca, dan adab
sopan santun.
Lahirnya  lembaga Al-kuttab dapat ditelusuri dari zaman
Rasulullah.  Al-Kuttab berperan besar pada permulaan sejarah Islam
ketika Nabi memerintahkan pada tawanan perang Badar yang dapat
menulis dan membaca untuk mengajar sepuluh anak-anak Madinah (bagi
setiap orang tawanan).  Awal adanya Al-kuttab dulu itu karena tempat
pembelajaran yang mana pada saat itu belum dibangun sebuah masjid,
sehingga AL-Kuttab pads waktu itu sangat bersejarah. Al-Kuttab dijadikan
tempat pembelajaran dan pengajian anak-anak madinah. Sehingga
untuk  Peranan Al-Kuttab tetap besar dalam jiwa kita, dan besar
pengaruhnya dalam sistem pendidikan Islam. Karena dalam Al-Kuttab
berkumpulah anak-anak dari berbagai ragam lingkungan keluarga baik
yang kaya ataupun yang miskin, sehingga tidak terjadi unsur-unsur
pendidikan yang bersifat diskriminatif. Semuanya sama dalam pemberian
pengajarannya, didalam lembaga Al-Kuttab semua anak-anak diajari dan
diberi pengarahan pendidikan seperti halnya mengaji seperti didalam
masjid ataupun lembaga-lembaga yang lain.
2. Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah (750-1258 M)
a. Kebijakan Penguasa Dalam Bidang Keilmuan
26

Gerakan pembangunan ilmu secara besar – besaran dirintis oleh


khalifah Ja’far Al-Mansyur, ia menarik banyak ulama dan para ahli
diberbagai daerah untuk tinggal di Bagdad dengan tujuan mengerahkan
pembukuan segala ilmu, baik ilmu – ilmu tentang agama, maupun ilmu
tentang bahasa dan sejarah.
Puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa
pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur
khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu
sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan
nasihat terutama dari para ‘ulama.
Tak jauh dari kepribadian ayahnya, Al-ma’mun sebagai pengganti
Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang cinta ilmu pengetahuan,
sehingga pada masa pemerintahannya penerjemahan buku-buku asing
digalakkan. Beliau juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya
besarnya yang terpenting adalah pembangunan bait al-Hikmah sebagai
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang terbesar. Pada masa al-Ma’mun inilah Bagdad
menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Beberapa upaya penguasa dalam bidang keilmuan antara lain:
1) Pada masa pemerintahan putera Harun Al-Rasyid (Al- ma’mun),
Khalifah menghimpun para penerjemah ulung dari berbagai daerah.
Mereka dibayar dengan gaji yang sangat besar. Untuk mewujudkan
impiannya, yakni menjadikan Abbasiyah sebagai pusat peradaban
dunia, khalifah juga mengirimkan utusan khusus ke Konstantinopel
guna mencari buku-buku filsafat. Begitu tingginya penghargaan
terhadap ilmu pengetahuan sehingga pada masa ini para penerjemah
diberikan upah berupa emas murni seberat buku yang diterjemahkan.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan
ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani
secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi komentar,
memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses
27

asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban


Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadaptasi
sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses
ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan
muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru
yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh
jadi asing bagi pemikiran Yunani.
2) Didirikannya Lembaga Pendidikan Islam Pertama yang bernama
Baitul Hikmah (Rumah Kebijakan) pada masa Al ma’mun, Bangunan
ini adalah institusi Pendidikan Tinggi Pertama di dunia Islam dan
Barat. Selain berfungsi sebagai pusat penerjemah, bangunan ini juga
berfungsi sebagai pusat kajian akademis dan perpustakaan
umum.yang dilengkapi dengan observatorium (Biasanya digunakan
juga untuk pusat pembelajaran astronomi).34
3) Dibangunnya perpustakaan (khizanat al-kutub) di Syiraz oleh
penguasa buwaihi, Adud Ad-Dawlah, dimana semua buku didaftar di
dalam katalog dan disusun dengan rapi oleh staf administrator. Selain
perpustakan di Syiraz, terdapat pula beberapa perpustakaan lain yang
menunjang perkembangan pendidikan dinasti Abbasiyah, antara lain
perpustakaan di Basrah, dan perpustakaan (Rumah Buku) di kota
Rayy.35 Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan
perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan seperti Perpustakaan
Darul Hikmah di Cairo, Perpustakaan Al Hakim di Andalusia,
Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan), perpustakaan
di Cordova, Palermo, Nisyapur, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara,
dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang
tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad.
4) Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan
tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada

34
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia), hal. 136.
35
Ibid., hal. 138.
28

saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya


seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan
penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M)
hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran,
filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
b. Model-model Pendidikan Islam
Pendidikan islam mulai dilaksanakan oleh Rasulullah SAW sebagai
mubaligh yang agung di tengah masyarakat Makah. Beliau mengajarkan
tentang ajaran islam dan semua ayat Al-Quran yang diturunkan
kepadanya, dengan membacakan secara berurutan dan dan bertahap.
Pada waktu itu bangsa Arab berada pada puncaknya bahasa Arab yang
fasih dan tinggi mutu balaghahnya.  Oleh karena itu mereka ketinggian
bahasa Al-Quran dapat menerangi hati mereka dan menembus lubuk  hati
mereka., sehingga mereka dapt memahami maksud dari hukum-
hukumyang terkandung didalam kitab suci ini. Ayat-ayat yang
mutasyabihat  (yang belum jelas meksudnya) dalam Al-Quran sudah
dijelaskan dan dapat mereka pahami melalui penjelasan Rasulullah .
Model pendidikan Islam semacam ini berlangsung terus sampai pada
waktu Rasulullah mememrintahkan para tawarn perang Badar untuk
mengajarkan membaca dan menulis kepada sepuluh anak di Madinah.
Mulai sejak itulah sistem mengajar membaca dan menulis  mengikuti
metode yang baru. Pada waktu itu membaca dan menulis dipandang
sebagai alat yang wajib dimiliki untuk mempelajari Al-Quran dalam bentuk
menulis, menghafal dan membacanya secara benar.  Kitab suci Al-Quran
yang penuh dengan segala kemuliaannya yang menunjukkan ketinggian
ciptaa Allah itu mendorong manusia muslim untuk memikirkan tentang
segala yang diciptakanNya dalam alam semesta yang penuh dengan
keajaiban, tanda-tanda dan tujuan dari ayat AlQuran itu tidak hanya
terdorong untuk ilmu pengetahuan, membahasnya dan mendidik akal
saja, melainkan karena agama Islam yang berdiri tegak diatas landasan
29

dankaidah-kaidah yang yang telah ditujukan oleh Rasulullah


didalamhadistnya yang mulia bahwa : Islam dibangun  diatas lima
landasan .yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, haji.
Semacam inilah Model pendidikan Islam, Oleh karena itu pendidikan
Islam mulai sejak periode awal perkembangannya mengandung
keunggulan karena pendidikan Islam adalah pendidikan yang bercorak
komprehensif (menyeluruh) yang mendorong kearah mendidik seorang
muslim dan segala aspek kemampuannya. Pada masa kini para pemikir
dan para ahli mengajak kepada manusia intuk memetik  atau
mengambilprinsip-prinsip dan metode pendidikan Islam masa lampau,
sehingga anak didik kita masa mendatang akan dapatmenghiasi dirinya
dengan keutamaan ajaran Islam. Oleh karena itu anak-anak masa lampau
senantiasa dan mau mendengarkan nasihat dan pelajaran dari guru-
gurunya. Dari para pendidiknya dan dari orang tuanya tentang ajran
nasihat yang membimbing mereka menjadi orang dewasa berkepribadian
cemerlang dan bijaksana. Serta mendidik mereka menjadi orang yang
berkemampuan untuk berfikir kreatif, dan sanggup berdiri sendiri dan
sebagainya. Salah satu pokok ajaran Islam yaitu firman Allah; 
‫يرفع ا هلل الدين امنوامنكم والدين اوتواالعلم در جات‬ ....
Metode yang digunakan ada tiga macam, yaitu:
1) Metode lisan berupa dikte, ceramah, qiraah, dan diskusi. Metode dikte
dianggap penting dan aman karena pada masa klasik, buku belum
dicetak seperti sekarang.
2) Metode menghafal adalah ciri umum pendidikan pada masa ini. Murid
harus membaca berulang – ulang agar dapat hafal.
3) Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini.
Metode ini adalah mengkopikan karya – karya ulama dengan maksud
menggandakan buku teks, karena pada saat itu belum ada mesin
cetak
c. Lahirnya Perguruan Nidzomiyah
30

Pada zaman ini masjid menjadi semacam lembaga sebagai pusat


kehidupan dan kegiatan ilmu terutama ilmu-ilmu agama. Seorang ustadz
duduk dalam masjid dan murid duduk di sekelilingnya mendengarkan
pelajarannya.
Kadang dalam satu masjid terdapat beberapa halaqoh dengan ustadz
dan pelajaran berbeda-beda. Kadang pula ustadz menggunakan
rumahnya untuk mengajar. Pada zaman ini belum ada sekolah atau
gedung khusus sebagai tempat belajar. Beberapa ustadz pada masa ini
adalah Abdullah bin Abbas, Hasan Basri, Ja'far As-Shidiq dan lain-lain.
Sedangkan kota-kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan ini
masih seperti pada zaman Khulafaur rosyidin yaitu, Damaskus, Kufah,
Basrah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru seperti
Kordoba, Granada, Kairawan dan lain-lain.
Institusi pendidikan Islam ideal lainnya yang lahir dari masa kejayaan
Islam adalah Perguruan (Madrasah) Nizamiyah. Perguruan ini didirikan
oleh Nizam al-Mulk, perdana menteri pada kesultanan Seljuk pada masa
Malik Syah, pada tahun 1066/1067 M. Ketika itu, lembaga pendidikan ini
hanya ada di Kota Baghdad, ibu kota dan pusat pemerintahan Islam pada
waktu itu. Kemudian, berkembang ke berbagai kota dan wilayah lain.
Di antaranya di Kota Balkh, Nisabur, Isfahan, Mowsul, Basra, dan
Tibristan. Dan, kota-kota ini menjadi pusat studi ilmu pengetahuan dan
menjadi terkenal di dunia Islam pada masa itu.
Philip K Hitti dalam Sejarah Bangsa Arab menulis, Madrasah
Nizamiyah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang
menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut
ilmu. Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem yang mendekati sistem
pendidikan yang dikenal sekarang.Madrasah Nizamiyah merupakan
perguruan pertama Islam yang menggunakan sistem sekolah. Artinya,
dalam Madrasah Nizamiyah telah ditentukan waktu penerimaan siswa,
kenaikan tingkat, dan juga ujian akhir kelulusan.
31

Selain itu, Madrasah Nizamiyah telah memiliki manajemen tersendiri


dalam pengelolaan dana, punya fasilitas perpustakaan yang berisi lebih
dari 6.000 judul buku laboratorium, dan beasiswa yang berprestasi.
Bidang yang diajarkan meliputi disiplin ilmu keagamaan (tafsir, hadis,
fikih, kalam, dan lainnya) dan disiplin ilmu akliah (filsafat, logika,
matematika, kedokteran, dan lainnya). Kurikulum Nizamiyah menjadi
kurikulum rujukan bagi institusi pendidikan lainnya.
Namun, keberadaan Madrasah Nizamiyah ini hanya ber tahan hingga
abad ke-14, sebelum Kota Baghdad dihancurkan oleh tentara Mongol di
bawah pimpinan Ti mur Lenk pada tahun 1401 M.
d. Lahirnya Para Ulama’ Dalam Berbagai Bidang 
Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan
terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas
terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber
internasional seperti: Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan
(Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika;
Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-
Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna)
yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd
(Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka
telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang
karyanya diakui dunia diantaranya:
1) Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran,
menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan,
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur
adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis
penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan
rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-
Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar
dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
32

mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di


tangan Ibnu Sina.
2) Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya
tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5
jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal
adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De
Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya
masih ada di Vatikan.
3) Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku
tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang
diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur
al-Ya’qubi historiae.
4) Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di
bidang matematika (geometri dan trigonometri).
5) Dalam bidang ilmu fiqih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas,
Al-Syafi’ie, dan Ahmad bin Hanbal. Dalam ilmu kalam ada Washil bin
Atha, Ibnu Huzail, Al-Asy’ari, dan Maturidi. Dalam ilmu Tafsir ada Al-
Thabari dan Zamakhsyari. Dalam ilmu hadits, yang paling populer
adalah Bukhari dan Muslim. Dalam ilmu tasawuf terdapat Rabi’ah Al-
Adawiyah, Ibnu ‘Arabi, Al-Hallaj, Hasan al-Bashri, dan Abu Yazid Al-
Bustami.
3. Pendidikan Islam Masa Kerajaan Turki Utsmaniyah (1300-1922 M)
Pada masa Utsmaniyah Turki pendidikan dan pengajaran mengalami
kemunduran, terutama diwilayah-wilayah, seperti Mesir, Baghdad dan
lain-lain. Keluarga Utsmaniyah dengan mendirikan madrasah-madrasah,
yang didirikan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Sultan-sultan pada
masa Utsmaniyah banyak mendirikan masjid-masjid dan madrasah-
madrasah terutama di Istambul dan Mesir. Tetapi tingkat pendidikan itu
tidak mengalami perbaikan dan kemajuan sedikitpun. Pada masa itu
banyak juga perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak sedikit
bilangannya. Tiap-tiap orang bebas membaca dan mempelajari isi kitab
33

itu. Bahkan banyak pula ulama, guru-gru, ahli sejarah dan ahli syair pada
masa itu. Tetapi mereka-mereka itu hanya mempelajari kaidah-kaidah
ilmu-ilmu Agama dan Bahasa Arab, serta sedikit ilmu berhitung utuk
membagi harta warisan dan ilmu miqat untuk mengetahui waktu
sembahyang. Mereka tidak terpengaruh oleh pergerakan ilmiyah
di Eropa dan tidak mau pula mengikuti jejak zaman kemajuan Islam pada
masa Harun Ar-Rasyid dan masa Al-Makmun, yaitu masa keemasan
dalam sejarah Islam. Demikianlah keadaan pendidikan dan pengajaran
pada masa Utsmaniyah Turki, sampai jatuhnya sultan /khalifah yang
terakhir tahun 1924 M.36
Sistem pengajaran yang dikebangkan pada Turki Utsmani adalah
menghafal matan-matan meskipun murid-murid tidak mengerti
maksudnya, seperti menghafal Matan Al-Jurmiyah, Matan Taqrib, Matan
Al-Fiyah, Matan Sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal
matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Karena pelajaran itu
bertambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem
pengajaran diwilayah ini masih digunakan sampai sekarang.
Pada masa pergerakan yang terakhir, masa pembaharuan pendidikan
Islam di Mesir dan Syiria (1805 M) telah mulai diadakan perubahan-
perubahan di sekolah-sekolah (Madrasah) sedangkan di Masjid masih
mengikuti sistem yang lama.37
Badri Yatim memberikan gambaran tentang kondisi ilmu pengetahuan
pada masa Turki Utsmani sebagai berikut:
“Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak
mefokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sedangkan dalam
bidang ilmu pengetahuan mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Karna
itulah dalam khazanah Intelektual Islam kita kita tidak menemukan ilmuan

36
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), hal.
164-165.

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal.
37

276
34

terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian mereka banyak berkiprah


dalam pengembangan seni arstektur Islam berupa bangunan-bangunan
masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammmadi, atau Masjid
Jami Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman Dan Masjid Abi
Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yag
indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya
adalah masjid asalnya gereja Aya Sofia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan
penutup gambar-gambar kristiani yang ada sebelumnya.” 38
Meskipun pada masa Turki Utsmani pendidikan Islam kurang mendapat
perhatian yang serius dan juga terhambat kemajuannya, tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa tiap-tiap masa pasti akan memunculkan tokoh-tokoh
atau ulama-ulama kenamaan. Walaupun jumlah ulama pada masa itu
tidak sebanyak pada masa Abbasiyah yang merupakan puncak keemasan
Islam.39
a. Sistem Pengajaran di Turki
Sistem pengajaran pada masa Turki seperti yang telah dijelaskan di
atas yaitu dengan cara menghafal matan-matan, seperti menghafal Matan
Ajrumiyah, Matan Taqrib, Matan Alfiyah, Matan Sullan dan lain-lain.
Adapun tingkat-tingkt pengajaran di Turki adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Rendah (S.R.) 5 tahun
2) Tingkat Menengah (S.M.P.) 3 tahun
3) Tingkat Menengah Atas (S.M.A.) 3 tahun
4) Tingkat tinggi (Universitas) 4 tahun
Dikelas IV dan V S.R. diajarkan ilmu Agama jika mendapatkan izin
dari orang tua murid. Begitu juga diajarkan agama dikelas III Sekolah
Menengah (S.M.P.) jika diminta oleh orang tua murid.
Selain itu ada juga sekolah Imam Chatib (sekolah agama) 7 tahun, 4
tahun pada tingkat menengah pertama dan tiga tahun pada tingkat

38
Badri Yartim, Op. Cit., hal. 126
39
Mahmud Yunus, Op. Cit., hal. 171
35

menengah atas. Murid-murid yang diterima masuk sekolah imam chatib itu
ialah murid-murid tamatan S.R 5 tahun. Untuk melanjutkan dari sekolah
Imam Chatib didirikan Institut Islam di Istambul pada tahun 1959, dan
pengajarannya berlangsung selama 4 tahun.
Dasar-dasar pengajarannya seperti meliputi; Tafsir, Hadist, Bahasa
Aarab, Bahasa Turki, Filsafat, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Bumi, dll. 40
b. Ulama-ulama yang Termashur Pada Masa Utsmaniyah Turki
Ulama yang termashur pada masa Utsmaniyah Turki diantaranya
yaitu:
1) Syeikh Hasan Ali Ahmad As-Syafi’I yang dimasyhurkan dengan Al-
Madabighy, Jam’ul Jawami dan syarah Ajrumiyah (wafat tahun 1756
M), pengarang hasiyah
2) Ibnu Hajar Al-Haitsami (wafat tahun1567 M) pengarang Tuhfah.
3) Ramali (wafat tahun 1959 M) pengarang Nihayah.
4) Muhammad bin Abdur Razak, Murtadla Al-Husainy Az-Zubaidy,
pengarang syarah Al-Qamus, bernama Tajul Urus (wafat 1790 M)
5) Abdur Rahman Al-Jabarity (wafat tahun 1825 M), pengarang kitab
tarikh mesir, bernama Ajaibul-Atsar Fit-Tarajim Wal-Akhbar.
6) Syekh Hasan Al-Kafrawy As-Syafi’I Al-azhary (wafat tahun 1787 M),
pengarang kitab nahwu Syarah Ajrumiyah, barnama Kafrawy.
7) Syeikh Sulaiman bin Muhamad bin Umar Al-Bijirmy As-Syafi’i (wafat
tahun 1806 M), pengarang syarah-syarah dan hasyiah-hasyiah.
8) Syeikh Hasan Al-Attar (wafat tahun 1834 M), ahli ilmu pasti dan ilmu
kedokteran
9) Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Arfah Ad-Dusuqy Al-Maliki (wafat
tahun 1814 M), ahli filsafat dan Imu falak serta ahli ilmu ukur. 41
10) Nuruddin Ali Al-Buhairi (wafat tahun 153 7M)
11) Abdurrahman Al-Manawy (wafat tahun 1543 M)
12) Abdul-Baqybin Yusuf Az-Zarqany Al-Maliki (1687 M)
40
Mahmud Yunus, Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan Intisari
Pendidikan Barat, (Jakarta: CV Al-Hidayah, 1968), hal. 124-125
41
Abuddin Nata, Op. Cit., hal. 277-278
36

13) Syeikh Abdulah Al-Syarqawy (Syeikh Al-Azhar) (wafat tahun 1812 M)


14) Syekh Musthafa bin Ahmad As-Shawy (wafat tahun 1801 M)
15) Syeikh Musthafa Ad-Damanhury As-Syafi’I (wafat tahun 1801 M).42
c. Lahirnya Sekolah-Sekolah (Madrasah-Madrasah) Pada Masa
Pengaruh/Kekuasaan Turki
Pada permulaan masa Abbasiyah, bangsa Persia sangat berpengaruh
dalam Negara Islam, sehingga kebudayaan Islam pun dipengaruhinya.
Bahkan sistm pemerintahan Persia sebagiannya ada juga diambil oper
oleh pemerintahan Islam.
Setelah hilang pengaruh Persia,lahirlah pengaruh turki. Pada masaitu
berdirialah Madrasah-Madrasah (Sekolah-Sekolah) yang tidak sedikit
bilagannya diseluruh negara Islam, yang didirikan oleh pemerintah sendiri.
Diantara sebaba-sebab banyaknya berdiri madrasah pada saat itu adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengambil hati rakyat
2) Untukmengharapkan pahala dan ampunan dari Tuhan.
3) Untuk memelihara kehidupan anaknya.
4) Untuk memperkuat aliran keagamaan bagi sultan atau pembesar. 43
d. Perpustakaan Pada Masa Utsmaniyah Turki
Perpustakaan pada masa kemajuan Islam tidak terhitung banyaknya
diseluruh Negara Islam, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan
khusus. Hampir diseluruh masjid dan madrasah-madrasah ada
perpustakaan yang berisi bermacam-macam ilmu, terutama ilmu-ilmu
Agama dan bahasa Arab.
Pada masa Utsmaniyah Turki, masa kemunduran pendidikan dan
pengajaran Islam, perpustakaan sangat berkurang, hanya terdapat
di Istambul dan sedikit di Mesir, Damsyik, Halab, dan Qudus. Jumlah
perpustakaan pada masa itu kurang lebih 26 buah, 22 buah di Istambul

42
Mahmud Yunus, Op. Cit, hal. 171
43
Mahmud Yunus, Op. Cit., hal. 69-70
37

dan 4 buah diluarnya. Jumlah kitab dalam perpustakaan itu kurang lebih
30.000 kitab.

NO NAMA PERPUSTAKAAN DI ISTAMBUL BANYAK JILIDNYA


1 Maktabah Sultan Muhammad Tsani 1.537
2 Maktabah Sultan Sulaiman 803
3 Maktabah Qalij Ali Basya 752
4 Maktabah Hafiz Ahmad Basya 412
5 Maktabah Kiyuberily Ughlu 1448
6 Maktabah Syahid Ali Basya 2.906
7 Maktabah Ibrahim Basya 831
8 Maktabah Walidah Sultan 732
9 Maktabah Basyir agha 552
10 Maktabah Athif effendi 1.336
11 Maktabah Aya shofia 1.445
12 Maktabah Seral Ghalthah 556
13 Maktabah Usman Tsalits 2,421
14 Maktabah Muhammad Raghib Basya 1,077
15 Maktabah La’lahli Daftar I 890
16 Maktabah La’lahli Daftar II 1.947
17 Maktabah Serai Hamayun 916
18 Maktabah Waliyuddin Efendi 1.769
19 Maktabah Asyrir Efendi 1.877
20 Maktabah Damad Ladah M. Murad Efendi 1.109
21 Maktabah Abdul Hamid 1.383
22 Maktabah Halat Efendi 656
Jumlah kitab-kitab di Istambul 24.445

NO NAMA PERPUSTAKAANDILUAR ISTAMBUL BANYAK JILIDNYA


1 Maktabah Al-azhar di Kairo 1.099
2 Maktabah Abdullah Basya Al-Azhm di Damsyik 422
3 Maktabah Madrasah Ahmadiyah di Halab 269
4 Maktabah Qudus 609
Jumlah semua kitab-kitab 29.84444
38

44
Mahmud Yunus, Op. Cit., hal.183-184
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan
tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa
setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial
dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar
tauhid tersebut.
Sejarah pendidikan Islam di masa Rasul sangat menekankan pada
pemahaman dan penghafalan Al-Qur’an. Pada masa ini keilmuan yang
berkembang belum terlalu meluas seperti pada masa setelahnya. Adapun
cara pengajarannya sangat sederhana yaitu dengan bertatapan langsung
antara pendidik dan peserta didiknya, sehingga pelajaran lebih cepat
dipahami.
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda
dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah
Umar bin Khattab pendidikan sudah lebih meningkat di mana pada
masa Umar guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke
daerah-daerah yang baru ditaklukkan. Pada masa khalifah Usman
bin Affan, pendidikan diserahkan kepada rakyat dan sahabat tidak
hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar. Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib,
pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan
pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada
kekacauan.

39
Kekuasaan dinasti bani abbas, sebagaimana disebutkan
melanjutkan kekuasaan dinasti bani Umayyah. Dinamakan khilafah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman

40
41

Nabi Muhammad Saw, dinasti didirikan oleh Abdullah Alsaffah Ibnu


Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al- Abbas.
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti islam yang sempat
membawa kejayaan umat islam pada masanya. Zaman keemasan
islam dicapai pada masa dinasti-dinasti ini berkuasa. Pada masa ini
pula umat islam banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu
pengetahuan. Akibatnya pada masa ini banyak para ilmuan dan
cendikiawan bermunculan sehinnnngga membuat ilmu
pengetahuan menjadi maju pesat.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum
(813-833 M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun Arrasyid untuk
keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan
farmasi didirikan, pada masanya sudah terdapat paling tidak
sekittar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian
umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi
terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.pada masa inilah
Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak
tertandingi. Al- Ma’mun pengganti Al- Rasyid, dikenal sebagai
khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakan, untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-
penerjemah dari golongan kristen dan penganut golongan lain yang
ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya
yang terpenting adalah pembangunan Bait Al- Hikmah, pusat
penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi.
Sistem pengajaran yang dikebangkan pada Turki
Utsmani adalah menghafal matan-matan meskipun murid-murid
tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal Matan Al-
42

Jurmiyah, Matan Taqrib, Matan Al-Fiyah, Matan Sultan, dan lain-


lain. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah
mempelajari syarahnya. Karena pelajaran itu bertambah berat dan
bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem pengajaran diwilayah
ini masih digunakan sampai sekarang.

B. SARAN
Terutama para pendidik, tertuju juga kepada para teoritisi dan praktisi
pendidikan Islam, memahami sejarah adalah sebuah keniscayaan.
Sejarah adalah cermin, alat untuk berkaca bagi hari ini dan masa depan.
Ia menjadi tolok ukur bagi perkembangan peradaban. Sejauh mana
capaian-capaian saat ini dibanding beberapa abad ke belakang.
Pendidikan meniscayakan sebuah proses yang progress, tidak
stagnan. Maka sudah selayaknyalah setiap kita mulai dari diri sendiri
untuk memacu bagi perubahan dan peningkatan pendidikan Islam yang
lebih baik. Dengan bercermin dari ukiran sejarah yang telah membuktikan
kecemerlangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


2001.

Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga


Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa. 2005.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2008.

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2009

Dr. Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga


Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa. 2005.

Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, cet.
9. 2008.

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka


Husna. 1988.

http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-
rasyidin.html, 2021.

http://www.data.tp.ac.id/dokumen/pengertian+sejarah, 2021.

http://pmb.umm.ac.id/id/berita-ilmiah/sejarah-pendidikan-islam.html, 2021.

Mahmud Syakir, al-Tarikh al-Islamy; al-Khulafau al-Rasyidun Vol. III.


Bairut: Al-Maktab Al-Islami. 2000.

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya


Agung, 1989.

________________, Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan


Intisari Pendidikan Barat. Jakarta: CV Al-Hidayah, 1968.

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits.


Ciputat: UIN Jakarta Press. 2005.

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2011.

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2009.


Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam. Bandung: 
Angkasa. 1983.

Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media. 2008.

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, cet. 9.


2008.

Anda mungkin juga menyukai