Pemikiran Islam Klasik Dan Modern
Pemikiran Islam Klasik Dan Modern
Dosen Pengampu:
Dr. ALI MUSA LUBIS, M.Ag
Dr. MOHD. ARIFULLAH, M.Fil.I
Disusun Oleh:
USMAN HANDOYO
USMAN HANDOYO
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN DASAR PERTUMBUHAN INTELEKTUALITAS
ISLAM MASA NABI, SAHABAT, DAN KHILAFAH
A. Masa Nabi Muhammad SAW............................................................3
1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah....................3
2. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Madinah...................5
3. Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah SAW............8
4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan..........................9
5. Metode yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW.........10
B. Masa Sahabat.................................................................................11
1. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq...11
2. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Umar Bin Khattab..........13
3. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan..........16
4. Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib...........18
C. Masa Khilafah .................................................................................19
1. Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah.............................19
2. Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyah............................24
3. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Turki Utsmaniyah.........31
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................38
B. Saran ..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, dengan
mempelajarinya akan mengetahui sebab-akibat kemajuan dan
kemunduran Islam. Terutama mengkaji pendidikan Islam pada zaman
Nabi Muhammad SAW. Selaku umat Islam, hendaknya kita mengetahui
sejarah guna menumbuhkembangkan wawasan generasi sekarang juga
akan datang tentang mutiara ibrah yang terkandung pada sejarah
tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
terbagi dua periode, Makkah dan Madinah. intisari pendidikan Islam pada
periode itu disandarkan pada Alquran dan sunnah. Rasul adalah guru,
pelopor pendidikan Islam.
Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai. Kajian ini
akan membahas pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan
Madinah, kurikulum, kebijakan dan cara penyampaian ilmu yang
disampaikan oleh Rasul. Pendidikan Islam masa Rasul menekankan
pemahaman dan penghafalan Alquran, keilmuan berkembang belum
meluas seperti pada masa setelahnya, cara pengajaran masa ini sangat
sederhana, yaitu dengan berhadap-tatap langsung antara pendidik dan
peserta didik, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami, langsung ke
sanubari sahabat. Dan dapat dilihat betapa tangguh alumni madrasah
rasulullah itu, mari bercermin padanya. Road to Mohammed, Mohammed
School.
Pada masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah
Rasulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh
Khulafaurrasyidin. Wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab para
khalifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan keagamaan syiar
agama dan kokohnya pendidikan.
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Petumbuhan Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimana Pertumbuhan Pendidikan Islam Masa Sahabat Khulafaur
Rasyidin?
3. Bagaimana Pertumbuhan Pendidikan Islam Masa Khilafah Bani
Abbasyiah dan Bani Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
DASAR PERTUMBUHAN INTELEKTUALITAS ISLAM MASA NABI,
SAHABAT, DAN KHILAFAH
1
http://pmb.umm.ac.id/id/berita-ilmiah/sejarah-pendidikan-islam.html, diakses pada 18
Maret 2021
2
Q.S. Al-Alaq: 1-5
3
Q.S. Al-Mudatsir: 1-7
3
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi
tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan
pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci,
tugas mendidik dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu
diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan
diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman
sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-
Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan
pengikut - pengikutnya di tempat itulah pendiikan Islam pertama dalam
sejarah pendidian Islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau
pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) Alquran kepada para pengikutnya serta Nabi
menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam
atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
Bahkan di sanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya. 4
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya
menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab
dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima
Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran
Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah
Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena Alquran
merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu
Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya. 5
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di
4
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992), hal. 6.
5
Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 9, 2008), hal.
28.
4
Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal
pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah
dan ilmiyah.
5
6
6
Ibid., hal 27.
7
7
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Op.Cit., hal. 26.
8
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008), hal. 37.
8
9
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Op.Cit., hal. 16.
9
Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap
awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan
keIslamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan
cara sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka. Setelah masyarakat
Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah Pendidikan Islam dapat
berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang
telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
a. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya
digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
b. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan
bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen
yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam
tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan
damai.13
5. Metode yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW
a. Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan
yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan
ilmiah.
b. Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan
peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c. Bidang akhlak: Nabi menitik beratkan pada metode peneladanan.
Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan
dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan. 14
Adapun cara pengajaran / penyampaian Ilmunya, maka ada empat
orang Abdullah yang besar sekali jasanya dalam mengajarkan ilmu-ilmu
agama kepada muridnya, yaitu :
a. Abdullah bin Umar di Madinah
b. Abdullah bin Mas’ud di Kufah
13
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits (Ciputat: UIN
Jakarta Press 2005), hal. 24.
14
Dr. Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), hal. 135-136.
12
B. MASA SAHABAT
15
http://www.data.tp.ac.id/dokumen/pengertian+sejarah, diakses pada 05 Maret 2021.
13
16
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 36.
17
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta; Prenada Media, 2008), hal. 45.
14
23
Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam (Bandung: Angkasa, 1983),
hal. 51.
24
Soekarno, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Angkasa, 1990), hal. 47.
16
d. Materi Pendidikan
Materi pendidikan pada masa Umar aalah materi pada Kuttab pada
masa Abu bakar di samping materi yang diajarkan ditambah dengan
beberapa mata pelajaran dan keterampilan. Ketika Umar menjadi Khalifah
ia menginstruksikan kepada pendidik agar anak-anak diajarkan berenang,
mengendarai onta, memanah, membaca, menghafal syair-syair yang
mudah, dan peribahasa.
Tuntutan belajar bahasa Arab pun juga sudah mulai kelihatan. Orang
yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa
Arab jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam.
Materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari
membaca al-Qur’an dan tafsirnya, hadits dan mengumpulkannya, dan fiqih
(tasyri’).25
e. Pendidik
Yang menjadi pendidik pada masa Umar adalah beliau sendiri serta
guru-guru yang beliau angkat. Umar merupakan seorang pendidik yang
sering melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah. Beliau juga
menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap daerah yang
ditaklukkan.26
Berdasarkan hal di atas, pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah
Umar bin Khattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah negara
berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan di samping telah
diterapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu–ilmu
lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan Gubernur yang
berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti
25
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik (Bandung: Angkasa, 2005), hal. 65.
26
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Husna,
1988), hal. 27.
17
27
http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-rasyidin.html, diakses
pada 05 Maret 2021
28
Mahmud Syakir, al-Tarikh al-Islamy; al-Khulafau al-Rasyidun Vol. III (Bairut: Al-Maktab
Al-Islami, 2000), hal. 233.
18
b. Pola Pendidikan
Pola pendidikan tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan yang
diterapkan pada masa Umar. Hanya saja pada periode ini, para sahabat
yang asalnya dilarang untuk keluar dari kota Madinah kecuali
mendapatkan izin dari Khalifah, mereka diperkenankan untuk keluar dan
mentap di daerah-daerah yang mereka sukai. Dengan kebijakan ini, maka
orang yang menuntut ilmu (para peserta didik) tidak merasa kesulitan
untuk belajar ke Madinah.29
Khalifah Utsman bin Affan sudah merasa cukup dengan pendidikan
yang sudah berjalan, namun begitu ada satu usaha yang cemerlang yang
telah terjadi di masa ini yang disumbangkan untuk umat Islam, dan sangat
berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam, yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat-ayat al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisiahn
dalam bacaan al-Qur’an. Berdasarkan hal tersebut, khalifah Usman
memerintahkan kepada tim yang dimpimpin Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harist. 30
Bila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada
dialek suku Quraisy, sebab al-Qur’an ini diturunkan dengan lisan Quraisy.
Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy, sedangkan ketiganya adalah orang
Quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Utsman bin Affan
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat
29
Syamsul Nizar, Op.Cit., hal. 49.
30
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 105.
19
4. Sejarah Sosial Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib (35-40 H / 656-661 M)
a. Sosial Masyarakat
Beberapa hari setelah pembunuhan Ustman bin Affan, stabilitas
keamanan kota madinah menjadi rawan. Gafqy bin Harb memegang
keamanan ibukota Islam itu selama kira-kira lima hari sampai terpilihnya
Khalifah yang baru. Kemudian Ali bin Abi Thalib tampil menggantikan
Ustman bin Affan, dengan menerima baiat dari sejumlah kaum muslimin. 31
Pada masa pemerintahan Ali yang hanya sekitar enam tahun itu,
terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, salah satunya disebabkan
kebijakan Khalifah yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat oleh
khalifah sebelumnya (Ustman bin Affan). Seperti Ibnu Amir Gubernur
Bashrah Ustman bin Hanif, Abdullah Gubernur Mesir diganti Qais bin
Sa’ad, tak terkecuali Mu’awiyah bin Abi Sufyan Gubernur Damaskus,
diminta untuk meletakkan jabatannya, namun menolak dan bahkan tidak
mau mengakui kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Selain itu, beliau juga mengeluarkan kebijakan baru dengan menarik
hasil tanah yang sebelumnya telah hadiahkan oleh utsman kepada
penduduk. Tidak lama setelah itu, terjadi kesalah-pahaman diantara Ali
bin Abi Thalib dengan Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah dan Zubair.
Mereka berselisih mengenai penyelesaian kasus pembunuhan Ustman bin
Affan. Hal ini mengakitbatkan pergolakan politik hingga terjadinya
peperangan yang dikenal dengan peran Jamal yang dimenangi dari kubu
Ali bin Abi Thalib. Selain itu, pada masa ini terjadi perang shiffin. Yaitu
peperangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufwan,
31
Ibid., hal. 109.
20
b. Pola Pendidikan
Pada masa Ali bin Abi Thalib tidak terlihat perkembangan pendidikan
yang berarti, karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan
pemberontakan, sehingga pada masa ia berkuasa pemerintahannya tidak
stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa kegiatan
pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali
tidak dapat lagi memikirkan masalah pendidikan, sebab keseluruhan
perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan di dalam
pemerintahannya.32
Masa enam tahun dengan situasi pemerintahan yang tidak stabil ini,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa ini mendapat hambatan,
dikarenakan Khalifah sendiri tidak sempat untuk memikirkannya. Dan itu
berarti pola pendidikannya tidak jauh berbeda dengan masa-masa
sebelumnya.33
C. MASA KHILAFAH
1. Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah (41-132 H / 661-750
M)
a. Halaqoh
Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam. Halaqah adalah
sekumpulan orang yang ingin mempelajari dan mengamalkan Islam
secara rutin dan serius. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut
berkisar antara 3-12 orang. Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran
32
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 87.
33
Syamsul Nizar, Op.Cit., hal. 50.
21
Salah satu bentuk nyata para ahli hadis ialah dengan lahirnya
istilah Ulumul Hadis(Ilmu Hadis) yang merupakan salah satu bidang ilmu
yang penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami
hadis-hadis Nabi SAW. Karena hadis merupakan sumber ajaran dan
hukum Islam kedua setelah dan berdampingan dengan Alquran. Namun
begitu perlu disadari bahwa hadis-hadis yang dapat dijadikan pedoman
dalam perumusan hukum dan pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber
ajaran Islam adalah hadis-hadis yang Maqbul (yang diterima), yaitu hadis
sahih dan hadis hasan. Selain hadis maqbul, terdapat pula
hadis Mardud, yaitu hadis yang ditolak serta tidak sah penggunaannya
sebagai dalil hukum atau sumber ajaran Islam. Bahkan bukan tak mungkin
jumlah hadis mardud jauh lebih banyak jumlahnya daripada hadis yang
maqbul.
Untuk itulah umat Islam harus selalu waspada dalam menerima dan
mengamalkan ajaran yang bersumber dari sebuah hadis. Artinya, sebelum
meyakini kebenaran sebuah hadis, perlu dikaji dan diteliti keotentikannya
sehingga tidak terjerumus kepada kesia-siaan. Adapun salah satu cara
untuk membedakan antara hadis yang diterima dengan yang ditolak
adalah dengan mempelajari dan memahami Ulumul Hadis yang memuat
segala permasalahan yang berkaitan dengan hadis.
Ilmu Hadis atau yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab
dengan Ulumul Hadis yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-
Hadis’. Kata ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi
berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadis dari segi bahasa mengandung
beberapa arti, diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang
sedikit dan banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa
yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan,
penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau
sesudahnya”. Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah:
“perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW setelah kenabian.” Adapun sebelum kenabian tidak
24
34
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia), hal. 136.
35
Ibid., hal. 138.
28
itu. Bahkan banyak pula ulama, guru-gru, ahli sejarah dan ahli syair pada
masa itu. Tetapi mereka-mereka itu hanya mempelajari kaidah-kaidah
ilmu-ilmu Agama dan Bahasa Arab, serta sedikit ilmu berhitung utuk
membagi harta warisan dan ilmu miqat untuk mengetahui waktu
sembahyang. Mereka tidak terpengaruh oleh pergerakan ilmiyah
di Eropa dan tidak mau pula mengikuti jejak zaman kemajuan Islam pada
masa Harun Ar-Rasyid dan masa Al-Makmun, yaitu masa keemasan
dalam sejarah Islam. Demikianlah keadaan pendidikan dan pengajaran
pada masa Utsmaniyah Turki, sampai jatuhnya sultan /khalifah yang
terakhir tahun 1924 M.36
Sistem pengajaran yang dikebangkan pada Turki Utsmani adalah
menghafal matan-matan meskipun murid-murid tidak mengerti
maksudnya, seperti menghafal Matan Al-Jurmiyah, Matan Taqrib, Matan
Al-Fiyah, Matan Sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal
matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Karena pelajaran itu
bertambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem
pengajaran diwilayah ini masih digunakan sampai sekarang.
Pada masa pergerakan yang terakhir, masa pembaharuan pendidikan
Islam di Mesir dan Syiria (1805 M) telah mulai diadakan perubahan-
perubahan di sekolah-sekolah (Madrasah) sedangkan di Masjid masih
mengikuti sistem yang lama.37
Badri Yatim memberikan gambaran tentang kondisi ilmu pengetahuan
pada masa Turki Utsmani sebagai berikut:
“Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak
mefokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sedangkan dalam
bidang ilmu pengetahuan mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Karna
itulah dalam khazanah Intelektual Islam kita kita tidak menemukan ilmuan
36
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), hal.
164-165.
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal.
37
276
34
38
Badri Yartim, Op. Cit., hal. 126
39
Mahmud Yunus, Op. Cit., hal. 171
35
menengah atas. Murid-murid yang diterima masuk sekolah imam chatib itu
ialah murid-murid tamatan S.R 5 tahun. Untuk melanjutkan dari sekolah
Imam Chatib didirikan Institut Islam di Istambul pada tahun 1959, dan
pengajarannya berlangsung selama 4 tahun.
Dasar-dasar pengajarannya seperti meliputi; Tafsir, Hadist, Bahasa
Aarab, Bahasa Turki, Filsafat, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Bumi, dll. 40
b. Ulama-ulama yang Termashur Pada Masa Utsmaniyah Turki
Ulama yang termashur pada masa Utsmaniyah Turki diantaranya
yaitu:
1) Syeikh Hasan Ali Ahmad As-Syafi’I yang dimasyhurkan dengan Al-
Madabighy, Jam’ul Jawami dan syarah Ajrumiyah (wafat tahun 1756
M), pengarang hasiyah
2) Ibnu Hajar Al-Haitsami (wafat tahun1567 M) pengarang Tuhfah.
3) Ramali (wafat tahun 1959 M) pengarang Nihayah.
4) Muhammad bin Abdur Razak, Murtadla Al-Husainy Az-Zubaidy,
pengarang syarah Al-Qamus, bernama Tajul Urus (wafat 1790 M)
5) Abdur Rahman Al-Jabarity (wafat tahun 1825 M), pengarang kitab
tarikh mesir, bernama Ajaibul-Atsar Fit-Tarajim Wal-Akhbar.
6) Syekh Hasan Al-Kafrawy As-Syafi’I Al-azhary (wafat tahun 1787 M),
pengarang kitab nahwu Syarah Ajrumiyah, barnama Kafrawy.
7) Syeikh Sulaiman bin Muhamad bin Umar Al-Bijirmy As-Syafi’i (wafat
tahun 1806 M), pengarang syarah-syarah dan hasyiah-hasyiah.
8) Syeikh Hasan Al-Attar (wafat tahun 1834 M), ahli ilmu pasti dan ilmu
kedokteran
9) Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Arfah Ad-Dusuqy Al-Maliki (wafat
tahun 1814 M), ahli filsafat dan Imu falak serta ahli ilmu ukur. 41
10) Nuruddin Ali Al-Buhairi (wafat tahun 153 7M)
11) Abdurrahman Al-Manawy (wafat tahun 1543 M)
12) Abdul-Baqybin Yusuf Az-Zarqany Al-Maliki (1687 M)
40
Mahmud Yunus, Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan Intisari
Pendidikan Barat, (Jakarta: CV Al-Hidayah, 1968), hal. 124-125
41
Abuddin Nata, Op. Cit., hal. 277-278
36
42
Mahmud Yunus, Op. Cit, hal. 171
43
Mahmud Yunus, Op. Cit., hal. 69-70
37
dan 4 buah diluarnya. Jumlah kitab dalam perpustakaan itu kurang lebih
30.000 kitab.
44
Mahmud Yunus, Op. Cit., hal.183-184
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan
tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa
setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial
dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar
tauhid tersebut.
Sejarah pendidikan Islam di masa Rasul sangat menekankan pada
pemahaman dan penghafalan Al-Qur’an. Pada masa ini keilmuan yang
berkembang belum terlalu meluas seperti pada masa setelahnya. Adapun
cara pengajarannya sangat sederhana yaitu dengan bertatapan langsung
antara pendidik dan peserta didiknya, sehingga pelajaran lebih cepat
dipahami.
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda
dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah
Umar bin Khattab pendidikan sudah lebih meningkat di mana pada
masa Umar guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke
daerah-daerah yang baru ditaklukkan. Pada masa khalifah Usman
bin Affan, pendidikan diserahkan kepada rakyat dan sahabat tidak
hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar. Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib,
pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan
pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada
kekacauan.
39
Kekuasaan dinasti bani abbas, sebagaimana disebutkan
melanjutkan kekuasaan dinasti bani Umayyah. Dinamakan khilafah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman
40
41
B. SARAN
Terutama para pendidik, tertuju juga kepada para teoritisi dan praktisi
pendidikan Islam, memahami sejarah adalah sebuah keniscayaan.
Sejarah adalah cermin, alat untuk berkaca bagi hari ini dan masa depan.
Ia menjadi tolok ukur bagi perkembangan peradaban. Sejauh mana
capaian-capaian saat ini dibanding beberapa abad ke belakang.
Pendidikan meniscayakan sebuah proses yang progress, tidak
stagnan. Maka sudah selayaknyalah setiap kita mulai dari diri sendiri
untuk memacu bagi perubahan dan peningkatan pendidikan Islam yang
lebih baik. Dengan bercermin dari ukiran sejarah yang telah membuktikan
kecemerlangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, cet.
9. 2008.
http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-
rasyidin.html, 2021.
http://www.data.tp.ac.id/dokumen/pengertian+sejarah, 2021.
http://pmb.umm.ac.id/id/berita-ilmiah/sejarah-pendidikan-islam.html, 2021.