Emergency Obstetric Team Ambon 2017
Emergency Obstetric Team Ambon 2017
Sumber: Riskesdas 2013,Badan Litbangkes
Proporsi Kelahiran berdasarkan
Tempat Bersalin
Sumber: Riskesdas 2013,Badan Litbangkes
Pencapaian Indonesia dalam MDG nomor 5
tentang menurunkan rasio kematian maternal
Lain‐lain
12% Perdarahan
Kompl masa 30%
puerpureum
8%
Emboli obst
3%
P. lama/macet
5%
Abortus
5%
Infeksi
12%
Pre/Eklampsia
25%
Kematian Ibu
Waktu Kritis Maternal dan Neonatal
Kematian Maternal
• Sebagian besar kematian maternal terjadi pada trimester ketiga dan satu
minggu pasca persalinan.
• Dari penelitian di Matlab Bangladesh didapatkan lebih dari separuh kematian
maternal terjadi dalam minggu pertama setelah persalinan (gambar 1 dan 2).
2, 4
Kematian Ibu
Prakiraan Waktu menuju Kematian untuk
Kasus Kegawatdaruratan Obstetri
Penyebab Waktu
Perdarahan Postpartum 2 jam
Perdarahan Antepartum 12 jam
Ruptur Uteri 1 hari
Eklampsia/PEB 2 hari
Persalinan Macet 3 hari
Infeksi 6 hari
Briley A, Bewley S. Management of obstetric hemorrhage: obstetric management. In: Briley A, Bewley S, editors. The Obstetric Hematology Manual.
Cambridge: Cambridge University Press; 2010. p. 151‐58.
RS Rumah FasKes Perjalanan Tempat lain
Lokakarya Pelaksanaan Post Natal Care untuk Maternal & Neonatal, 04‐12‐2008
Tempat Kematian Maternal di RS
Qomariyah SN, Bell JS, Pambudi ES, Anggondowati T, Latief K, Achadi EL, et al. A practical approach to identifying maternal
deaths missed from routine hospital reports: lessons from Indonesia: Global Health Action2009
2012
Nas NTT 2011 Δ
(Tw 1‐3)
Persalinan 1481 1346
Jumlah Kelahiran 2457 1761
Kelahiran rata‐rata/bulan 204 195 ‐9
Jumlah Kematian Ibu 13 9
MMR RSUD Ruteng (per 100.000) 228 306 529 511 ‐3,4%
Jumlah Kematian Perinatal 191 57 ‐70%
PMR RSUD Ruteng (per 1.000) 36 57 77 31 ‐59%
PMR Kab. Manggarai (per 1.000) 36 57
Sectio Cesarea 389 594 6,63%
SC Rate 26,27% 33,7%
Carine Ronsmans, Wendy J Graham, on behalf of The Lancet Maternal Survival Series steering group. Maternal Survival 1; Maternal mortality:
who, when, where, and why. Lancet 2006; 368: 1189–200.
*Maternal Mortality……….
MW=midwife. MA=midwifeassistant
Marge Koblinsky, Zoë Matthews, Julia Hussein, Dileep Mavalankar, Malay K Mridha, Iqbal Anwar,
Endang Achadi, Sam Adjei, P Padmanabhan, Wim van Lerberghe, on behalf of The Lancet Maternal
Survival Series steering group. Going to scale with professional skilled care. Lancet 2006; 368: 1377–86.
Jumlah (%) kematian neonatal terhindarkan (dalam
ribuan) di 75 negara.
Batas atas pertengahan Batas bawah
Implementasi paket pelayanan secara tunggal
Skenario 1: cakupan kunjungan pelayanan
215 (6%) 276 (8%) 342 (9%)
mencapai 90%
Skenario 2: cakupan dengan pelayanan berbasis
541 (15%) 880 (24%) 1195 (32%)
komunitas‐keluarga
Skenario 3: cakupan dengan pelayanan berbasis
fasilitas kesehatan
848 (23%) 1363 (37%) 1853 (50%)
Implementasi paket pelayanan kombinasi
Skenario 4: cakupan kunjungan pelayanan dan
672 (18%) 1038 (28%) 1374 (37%)
pelayanan berbasis komunitas.
Skenario 5: cakupan kunjungan pelayanan dan
pelayanan berbasis komunitas + cakupan dengan
873 (24%) 1338 (36%) 1741 (47%)
pelayanan berbasis fasilitas kesehatan 50% (atau
keadaan sekarang)
Skenario 6: cakupan kunjungan pelayanan dan
pelayanan berbasis komunitas + cakupan dengan
1157 (31%) 1755 (48%) 2242 (61%)
pelayanan berbasis fasilitas kesehatan 90%.
Deteksi dini- Rujuk- Kesigapan-
Terapi Awal Stabilisasi Respon Cepat Efisien
Pelayanan Maternal, Persalinan dan Neonatus
oleh Tenaga Kesehatan Terlatih
Kebijakan
Perlengkapan (Otoritas Kesehatan) Logistik
RS RS
Rujukan Rujukan PONEK
Daerah Pusat
Tenaga
Kesehatan PONED
Terlatih
Hytten F, Chamberlain G: Clinical Physiology in Obstetrics. Boston, Blackwell Scientific Publications, 1980
Syok
Perjalanan Syok Hipovolemik tanpa pemberian terapi
150 Perdarahan
100
50
0 (Waktu)
Kompensasi Dekompensasi Irreversibel
Fase Syok
Syok
Pengaruh Terapi Cairan pada Perfusi Jaringan dan Organ
Fungsi Otak
(Kontrol Tubuh) Fungsi Paru‐paru
Perfusi
(Penyediaan O2)
Jaringan
Cairan Infus
Terapi cairan
Fungsi Ginjal
Fungsi Jantung Fungsi Hepar
(Diuresis)
(cardiac output) (metabolisme)
Prakiraan Volume darah Dewasa (70mL/kgBB) Hamil (100 mL/kgBB)
Prakiraan Persentasi
Klasifikasi Tanda dan Gejala Klinis Action
Perdarahan (ml) Perdarahan (%)
Perlu pengawasan ketat dan
1 500–1000 < 15 Minimal
Terapi cairan infus
Garis Bertindak
↑ pulse rate
2 1200–1500 20–25 Nadi halus
Terapi cairan infus dan
↓ diuresis
uterotonika
↑ prernapasan
hipotensi postural
hipotensi
takikardia Manajemen aktif dan
3 1800–2100 30–35
akral dingin agresif
takipnu
Manajemen aktik kritikal
4 > 2400 > 40 Syok (risiko 50% mortalitas bila
tidak ditatalaksana aktif)
Benedetti T. Obstetric haemorrhage. In Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. A Pocket Companion to Obstetrics, 4th edn. New York: Churchill Livingstone,
2002:Ch 17. In: B‐Lynch C, Keith LG, Lalonde AB, Karoshi M, editors. A Textbook Of Postpartum Hemorrhage‐A comprehensive guide to evaluation,
management and surgical intervention. Dumfriesshire: Sapiens Publishing; 2007. p. 35‐44.
Kristaloid vs Koloid Sebagai Cairan Pengganti
Kristaloid Koloid
Merembes ke komponen
ekstraselular Tetap berada di komponen
Mengurangi peningkatan cairan intravaskular
paru volume yang diperlukan
Meningkatkan fungsi organ lebih sedikit
Manfaat
setelah operasi Meningkatkan transpor
Reaksi anafilaktik minimal oksigen ke jaringan,
Kemungkinan dapat kontraktilitas jantung dan
mengurangi angka kematian keluarannya
Lebih murah
Predisposisi untuk terjadinya
Resiko Mahal
edema pulmonal
Choi et al 1999.
Penyebab Perdarahan Postpartum :
4 T
Perkiraan
4 T Penyebab
insiden (%)
Tonus Uterus atoni 70
Laserasi, hematoma,
Trauma 20
uterus inversi, ruptur uteri
Sisa plasenta, plasenta
Tissue 10
akreta
Thrombin Koagulopati 1
Anderson JM, Etches D. Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage. Am Fam Physician. 2007;75:875‐82.
Oxytocin segera setelah bayi lahir
Tarikan tali pusat terkendali
Manajemen Aktif Kala 3 Masase rahim pasca kelahiran plasenta
Risiko perdarahan
Perdarahan > 500 ml
TD turun
Nadi meningkat Perdarahan post partum
Resisutasi
Lajur IV besar
Berikan oksigen
4T
Monitor TD, Nadi, jumlah
urin Uterus lembek Laserasi jalan lahir Plasenta belum lahir Darah tidak beku
Team
TONUS Inversio uteri Tissue Thrombin
TRAUMA
Kehilangan darah > 1000 ml
Perdarahan masif
Resusitasi cairan, Transfusi,
siapkan operasi, pasang tampon
Anderson JM, Etches D. Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage. Am Fam Physician. 2007;75:875‐82.
Singkatan HAEMOSTASIS
Singkatan
Help. Ask for Help (Aktivasi kode biru, Tim Respons
H
Cepat)
Akses intravena, penilaian perdarahan dan resusitasi Langkah
A
cairan awal
E Etiologi cari (4 T), sedia darah
M Masase uterus
O Oksitosin Uterotonika Obat
Siap ke OK/Rujuk. Singkirkan sisa plasenta dan trauma.
S Konservatif
Kompresi bimanual , kompresi aorta abdominalis.
Non Bedah
T Tampon uterus kondom kateter
A Aplikasi kompresi uterus B‐Lynch ataupun modifikasi
Systemic pelvic devascularization : uterina, ovarika, Bedah
S
hipogastrika, tehnik Lasso‐Budiman Konservatif
I Intervensi radiologi intervensi embolisasi arteri uterina
Langkah
S Subtotal/total histerektomi
Akhir
Mishra N, Chandraharan E. Postpartum haemorrhage (PPH). In: Warren R, Arulkumaran S, editors. Best Practice in Labour and Delivery. Cambridge: Cambridge
University Press; 2009. p. 160‐70.
Tata Laksana
Mengatasi Perdarahan Hebat
Airway
Breathing
Circulation & hemorrhage control
Shock position
Replace blood loss
Stop / minimize the bleeding process
AIRWAY
Posisi Syok
ANGKAT
KEDUA
TUNGKAI
300 - 500 cc
darah dari kaki
pindah ke
sirkulasi sentral
Kompresi Bimanual
B‐Lynch C. Conservative Surgical Management. In: B‐Lynch C, Keith LG, Lalonde AB, Karoshi M, editors. A Textbook Of Postpartum Hemorrhage‐A
comprehensive guide to evaluation, management and surgical intervention. Dumfriesshire: Sapiens Publishing; 2007. p. 287‐98
H A E M O S T A S I S
Tamponade ballon and uterine packing
Menghentikan Perdarahan
Kondom intra uterin
H A E M O S T A S I S
Kompresi Aorta Abdominalis
Langkah‐langkah Kompresi Aorta
Abdominalis
• Baringkan ibu di ranjang, penolong di sisi kanan pasien. Atur posisi penolong
sehingga pasien setinggi pinggul penolong.
• Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak menggunakan penopang kaki)
dengan sedikit fleksi pada artikulasio coxae.
• Raba pulsasi arteri femoralis pada lipat paha.
• Kepalkan tangan kiri dan tekankan punggung jari telunjuk hingga kelingking pada
umbilikus, tegak lurus searah ke arah kolumna vertebralis hingga terhenti pada
bagian tulang yang keras.
• Perhatikan pulsasi arteri femoralis dan perdarahan yang terjadi.
• Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi tersebut dan lakukan
pemijatan uterus (oleh asisten) hingga uterus berkontraksi dengan baik.
• Perhatikan:
Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak berkontraksi dengan baik.
Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung.
Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi
dengan baik.
Pakaian Kompresi HPP
Pendekatan Tim
• Posisi dan tugas anggota tim
Kerjasama Tim
Menguasai A B C + D E Informed consent bersama
Organisasi Tim → Pendekatan Tim
American Academy of Family Practitioners (AAFP) Advanced Life Support in Obstetrics. Syllabus Updates 2008.
www.aafp.org/online/en/home/cme/aafpcourses/clinicalcourses/also/syllabus.html. #Parsys0003 downloaded 21/05/2008. In : Briley A, Bewley S. Management of
obstetric hemorrhage: obstetric management. In: Briley A, Bewley S, editors. The Obstetric Hematology Manual. Cambridge: Cambridge University Press; 2010. p.
151-58.
Tugas Anggota Tim Respon Cepat
Tugas Tujuan
Manajer Jalan Napas Mengelola ventilasi dan oksigenasi
(A) (#1) bila perlu intubasi
DeVita MA, Hillman K, Bellomo R, editors. Medical Emergency Teams Implementation and Outcome Measurement. Pittsburgh: Springer
Science+Business Media; 2006 p. 80‐90.
Daftar tilik Perdarahan Postpartum
Aktivasi Kode Biru (Tim Respons Cepat)
Pemantauan
Jalan Napas (Airway)
Denyut jantung/Nadi, Tekanan darah.
Bebaskan jalan napas
Perfusi jaringan (oksimetri), CRT
Diuresis
Pertimbangkan CVP
Inspeksi
Pernapasan (Breathing)
Jumlah perdarahan
Periksa frekuensi pernapasan
Kontraksi uterus
Oksigen
Plasenta dan selaput ketuban
Perineum
Pengobatan
Sirkulasi (Circulation)
Uterotonika (Oksitosin drip,
Berbaring rata atau setengah tengadah
methergin, misoprostol)
Pasang kateter vena ukuran besar 2 jalur.
Masase uterus
Ambil spesimen darah untuk DPL, Sistem
Kompresi Bimanual
Pembekuan, Uji silang persiapan permintaan
Pertimbangkan Kondom Keteter
produk darah.
Pertimbangkan ke Kamar Operasi atau
Berikan 2 L kristaloid
Rujuk
Pertimbangan transfusi Donor Universal
Dokumentasi (Documentation)
Kronologi waktu, obat, petugas yang terlibat dll.
Roles and goals of MET responders,
Pittsburgh methodology
Responder roles Skills/expertise
Treatment leader • Management of acutely ill patients in ER, OR, or ICU
Airway manager • Mask ventilation
• Endotracheal intubation
• Neurological assessment
• Administer medications (sedative, neuromuscular blocking agents)
Airway assistance • Mask ventilation
Bedside assessment • Attain reliable intravenous access
• Delivery of medications
• Knowledge of allergies
• Obtain vital signs
Equipment manager (crash • Deploy medications and equipment
cart) • Run defibrillator
Circulatory support • Rapid assessment of the patient’s physical examination
• Mechanical circulatory support
• Place defibrillator pads
Data manager • Keep accurate recording of the events of the crisis
• Obtain key data from chart, caregivers
• Deliver data to treatment leader
Procedure physician • Check pulse, adequacy of chest compressions
• Perform procedures
DeVita MA, Hillman K, Bellomo R, editors. Medical Emergency Teams Implementation and Outcome Measurement. Pittsburgh: Springer Science+Business Media;
2006 p. 80‐90.
Characteristics of Effective Teams
Knowledge/Skills/ Attitudes Characteristics of the Team
Leadership Roles are clear but not overly rigid.
Team members believe that leaders care
about them.
Backup behavior Members compensate for one another.
Members provide feedback to one
another.
Mutual performance monitoring Members understand one another’s roles.
Implantasi
yang tak
sempurna
Hipertensi terjadi
sebagai
mekanisme
kompensasi
penuhi kebutuhan
Perkembangan Pre‐eklampsia
Skema sekuen kejadian sepanjang kehamilan sampai timbul gejala klinis pre‐eklampsia. EC,
endothelial cell; HO‐1, haem oxygenase 1; TGF‐β, transforming growth factor β.
Ramma W, Ahmed A. Is inflammation the cause of pre‐eclampsia? Biochem Soc Trans. 2011 Dec;39(6):1619‐27.
Genetik
Immunologik
Etiologic Factors Nutrisi
Infeksi
Pathophysiology
Lain2:
Kegagalan
Stress VEGF
Invasi
Oxidative TNF
Trophoblast
dll
Disfungsi Endothel
PREEKLAMPSIA
PREECLAMPSIA
Faktor – faktor Risiko Preeclampsia
Faktor maternal Inheren • Umur < 20 atau 35–40
• Nulliparitas
• Diri/kel. Dg. riw. PE atau peny. Kardiovaskular
• Wanita yg terlahir PJT
Wilson RM, Runciman WB, Gibberd RW, et al.The Quality in Australian Health Care Study. Med J Aust. 1995;163:458–471.In : Jones D, Bellomo R,
Goldsmith D. General Principles of Medical Emergency Teams. In: DeVita MA, Hillman K, Bellomo R, editors. Medical Emergency Teams
Implementation and Outcome Measurement. Pittsburgh: Springer Science+Business Media; 2006 p. 80‐90.
Tanda‐tanda yang mendahului Kejadian Kritis
Score 3 2 1 0 1 2 3
Pulse ≤ 40 41‐ 51‐100 101‐ 111‐ > 130
50 110 129
RR ≤ 8 9‐14 15‐20 21‐29 > 30
Temp ≤ 35.0 35.1‐ 37.3‐ ≥ 38
37.2 37.9
CNS Confused Alert Respo Respo Unresp
nse to nse to onsive
Voice Pain
Systo BP ≤ 70 71‐80 81‐ 101‐199 ≥ 200
100
Upadhyay K. Risk management and medicolegal issues related to postpartum haemorrhage. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology 2008;22(6):1149‐69
Modified Early Obstetric Warning Scoring system (MEOWS)
Upadhyay K. Risk management and medicolegal issues related to postpartum haemorrhage. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology 2008;22(6):1149‐69
Pathway for the management of abnormal Modified Early Obstetric
Warning Scoring system (MEOWS) scores
Upadhyay K. Risk management and medicolegal issues related to postpartum haemorrhage. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology 2008;22(6):1149‐69
Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dewasa
3 2 1 0 1 2 3
Pernapasan/ <8 8 9‐17 18‐20 21‐29 >30
menit
Nadi/ menit <40 40‐50 51‐100 101‐110 111‐129 >130
Tekanan darah <70 71‐80 81‐100 101‐159 160‐199 200‐220 >220
Sistolik
Tingkat Coma Stupor Somnolen Compos Apatis Delirium
Kesadaran Mentis
Aktivasi kode biru untuk memanggil tim
Grup Skor Tinggi dengan kompetensi kasus kritis
Ringkasan Aktivasi/Picu NEWS (Trigger)
Skor NEWS Frekuensi Pemantauan Respon
0 Minimal setiap 12 jam Lanjutkan pemantauan rutin NEWS
Total 1‐2 Minimal setiap 4‐6 jam Peringatkan perawat untuk melakukan
penilaian pada pasien
Perawat memutuskan untuk
meningkatkan frekuensi pemantauan
atau perlu perawatan khusus
Total 5 Tingkatkan frekuensi Perawat memanggil dokter yang
atau skor 3 pemantauan menjadi kompeten dalam kasus akut untuk
pada salah setiap jam menilai pasien.
satu Perawatan khusus dengan penambahan
parameter alat monitor
Total 7 Pemantauan tanda vital Perawat segera memanggil tim yang
secara kontinyu kompeten dalam kasus kritis (termasuk
kemampuan intubasi/manajemen jalan
napas)
Perawatan HCU/ICU
PJ
Aktivasi Kaji Ulang
Merah Code Blue
DPJP Ruangan
Kontinu
Perawat
Kaji ulang
Hijau Pasien dalam keadaan stabil Setiap
Shift
20.00
18.30 19.30
16.30 BP 110/70, 21.15
BP 100/60, BP 80/60,
BP 100/60, HR 120, RR 22 BP 94/68, HR 139,
HR 104, Rr 22 HR 123, RR 24
HR 116, RR 24 Bleeding minimal RR 24, cold ext
Bleeding 500ml Bleeding 300ml
Bleeding 450ml Resusc. 500ml Bleeding 300ml
Resusc. 1250ml Resusc. 1250ml
Resusc. 1500ml PRC 500ml Resusc. 1250ml
Diuresis 2.1 cc/kg/h Diuresis 2.4 cc/kg/h
MEOWS score:5 Diuresis 2.4 cc/kg/h Diuresis 1.8 cc/kg/h
MEOWS score:4 MEOWS score:5
ORANGE MEOWS score:4 MEOWS score: 6
ORANGE ORANGE RED
ORANGE
PRC
500 ml
Hypovolemic Hypovolemic
Shock gr III Shock gr III
Singkatan HAEMOSTASIS
Singkatan
Help. Ask for Help (Aktivasi kode biru, Tim Respons
H
Cepat)
Akses intravena, penilaian perdarahan dan resusitasi Langkah
A
cairan awal
E Etiologi cari (4 T), sedia darah
M Masase uterus
O Oksitosin Uterotonika Obat
Siap ke OK/Rujuk. Singkirkan sisa plasenta dan trauma.
S Konservatif
Kompresi bimanual , kompresi aorta abdominalis. (video)
Non Bedah
T Tampon uterus kondom kateter (video)
A Aplikasi kompresi uterus B‐Lynch ataupun modifikasi
Systemic pelvic devascularization : uterina, ovarika, Bedah
S
hipogastrika, tehnik Lasso‐Budiman Konservatif
I Intervensi radiologi intervensi embolisasi arteri uterina
Langkah
S Subtotal/total histerektomi
Akhir
Mishra N, Chandraharan E. Postpartum haemorrhage (PPH). In: Warren R, Arulkumaran S, editors. Best Practice in Labour and Delivery. Cambridge: Cambridge
University Press; 2009. p. 160‐70.
Rujukan
• Pengertian
• Tatalaksana
Pengertian Rujukan
• Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko
tinggi merupakan komponen yang penting
dalam sistem pelayanan kesehatan maternal.
• Dengan memahami sistem dan cara rujukan
yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat
memperbaiki kualitas pelayanan pasien
Indikasi dan Kontraindikasi
• Secara umum, rujukan dilakukan apabila
tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas
kesehatan tidak mampu menatalaksana
komplikasi yang mungkin terjadi.
• Dalam pelayanan kesehatan maternal dan
pernatal, terdapat dua alasan untuk merujuk
ibu hamil, yaitu
– ibu dan/atau
– janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya
Rujukan kegawatdaruratan
• Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan
sesegera mungkin karena berhubungan dengan kondisi
kegawatdaruratan yang mendesak.
Rujukan berencana
• Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan
persiapan yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu
masih relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau
awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko
komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat
darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan
aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan
• Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
• Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk
terus memburuk
• Persalinan sudah akan terjadi
• Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang
dapat menemani
• Kondisi cuaca atau modalitas transportasi
membahayakan
• Tenaga kesehatan terampil (Bidan)
• Alat
• Keluarga
• Surat rujukan
• Obat
• Kendaraan / Transportasi
• Uang
Kendaraan
• Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus
disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan.
• Berikut ini adalah contoh tampilan desain ambulans sederhana yang dapat
digunakan untuk merujuk ibu.
Perlengkapan
• Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan
untuk melakukan rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan
obstetri). Pada dasarnya, perlengkapan yang digunakan untuk proses
rujukan ibu sebaiknya memiliki kriteria:
• Akurat
• Ringan, kecil, dan mudah dibawa
• Berkualitas dan berfungsi baik
• Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan
getaran
• Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa kehilangan
akurasinya
• Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan
dalam pesawat terbang
• Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu
sumber listrik kendaraan
Simulasi
• Format
• Ulasan dan Umpan balik (Debriefing)
Format Simulasi
DeVita MA, Hillman K, Bellomo R, editors. Medical Emergency Teams Implementation and Outcome Measurement. Pittsburgh: Springer Science+Business Media;
2006 p. 80‐90.
Kate J Kerber, Joseph E de Graft‐Johnson, Zulfi qar A Bhutta, Pius Okong, Ann Starrs, Joy E Lawn. Continuum of care for maternal, newborn, and
child health: from slogan to service delivery. Lancet 2007; 370: 1358–69
Kate J Kerber, Joseph E de Graft‐Johnson, Zulfi qar A Bhutta, Pius Okong, Ann Starrs, Joy E Lawn. Continuum of care for
maternal, newborn, and child health: from slogan to service delivery. Lancet 2007; 370: 1358–69
• Kontrasepsi
• IVA
•Kesehatan • ANC
Reproduksi • Nutrisi
• Deteksi dini
Remaja • Persiapan • ASI
•Imunisasi • Partograf
Laktasi • Deteksi dini neonatus
• Persiapan
• Promosi • Tumbuh Kembang
Laktasi
kontrasepsi • Pneumonia
• Promosi
• Kedaruratan • Defisiensi nutrisi
kontrasepsi
Obstetri
• Kedaruratan
• Deteksi dini
Obstetri
• Rujukan