Anda di halaman 1dari 12

BAB III.

SISTEM BILANGAN

3.1. SISTEM BILANGAN DESIMAL DENGAN BASIS SEPULUH

Sistem bilangan desimal dengan basis sepuluh adalah sistem bilangan yang menggunakan 10
macam angka yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0. Diawali dari dari 0,1; 0,2 ; 0,3 sampai 0,9 setelah di belakang
koma mencapai 9, berikutnya angka di depan koma ditambah 1 menjadi 1,1; 1,2; 1,3 sampai 1,9.
Selanjutnya angka di depan koma kita tambah 1 lagi menjadi 2,1; 2,2; 2,3 dan seterusnya. Bilangan
0 1 2
ditulis menggunakan harga tempat. Di sebelah kiri koma menempati tempat 10 , 10 , 10 dan
−1 −2 −3
seterusnya, tempat di sebelah kanan koma (pecahan) menempati tempat 10 , 10 , 10 dan
seterusnya.

Konsep Dasar :

81,02

1 1
Puluhan Satuan 10 100

Angka 8 menempati tempat puluhan

Angka 1 menempati tempat satuan

Angka 0 menempati tempat persepuluhan

Angka 2 menempati tempat perseratusan

Dapat ditulis :

1 0 −1 −2
81,02 = 8x10 + 1x10 + 0x10 + 2x10

0 2
= 80 + 1 + 10
+ 100

3.2. Sistem Bilangan Binar

1
Pada sistem bilangan binar digunakan basis 2, yang mana sering digunakan pada alat
komputer. Angka yang digunakan adalah 0 dan 1. Penulisannya juga menggunakan harga tempat
0
dimana tempat pertama mempunyai harga tempat 2 dan tempat kedua berada di sebelah kiri tempat
1 2
pertama mempunyai harga 2 , tempat ketiga mempunyai harga 2 dan seterusnya.

Contoh : Bilangan 1010 mempunyai harga

3 2 1 0
= 1x2 + 0x2 + 1x2 + 0x2

=8+0+2+0

= 10

Bilangan 110101 mempunyai harga

5 4 3 2 1 0
= 1x2 + 1x2 + 0x2 + 1x2 + 0x2 + 1x2

= 32 + 16 + 0 + 4 + 0 +1

= 53

3.3. Bilangan Kompleks

Himpunan bilangan kompleks terdiri dari bilangan riil dan bilangan imajiner. Adapun
pembagiannya dapat digambarkan sebagai berikut :

Bilangan Kompleks

Bilangan Riil Bilangan Imajiner

Bilangan Irasional Bilangan Rasional

2
Bilangan Bulat Bilangan pecah

Bilangan Kompleks berbentuk a ± bi dengan a dan b merupakan bilangan riil, serta √(-1) merupakan
bilangan imajiner.

Contoh : 7 – 2i

3+i

Bilangan Riil adalah sistem bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk desimal. Bisa juga
diidentifikasi sebagai suatu titik pada garis bilangan.

Contoh : -1; -2,34; 0,5; 12,5

Bilangan Imajiner adalah bilangan yang diperoleh dari akar bilangan rasional negatif dan
2
mempunyai sifat 𝑖 = -1

Tanda i juga disebut “satuan imajiner”. Besarnya adalah i = − 1

Contoh :

2
Akar persamaam 𝑥 -8x + 17 = 0

8 ± 64−68
X1,2 = 2
= 4± − 1

Karena i = − 1 , maka X1,2 = 4 ± i

Bilangan yang digunakan manusia untuk menghitung pada mulanya adalah bilangan alam atau
bilangan bulat positif yaitu 1,2,3,4,……dst. Bilangan-bilangan ini digunakan untuk operasi hitung +,
-, x, :

Kemudian diciptakan bilangan nol dan negatif agar dapat menghitung nilai x pada persamaan a + x =
b. Dimana nilai a dan b merupakan bilangan alam sembarang. Jadi himpunan bilangan bulat terdiri
dari bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif dan bilangan nol.

Kemudian diciptakan bilangan pecahan agar dapat menghitung persamaan ax – b = 0. Dimana nilai a
dan b adalah sembarang bilangan bulat dan bǂ0

3
Contoh :

2
3x – 2 = 0, x= 3
(disebut bilangan rasional)

Bilangan Rasional adalah bilangan yang ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat. Bilangan
Rasional juga dapat ditulis sebagai bilangan decimal berulang.

Contoh :

2
3
= 0,6666 …… (satu angka berulang)

Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak rasional yaitu bilangan yang tidak dapat ditulis sebagai
hasil bagi dua bilangan bulat. Sehingga tidak dijumpai bilangan desimal berulang.

Contoh : Bilangan π, 𝑒, 𝑑𝑎𝑛 √2

Bilangan π sebetulnya tidak tepat 3,14, melainkan kurang lebih 3,14

π = 3,1415926535……

Bilangan e = 2,7182818…..

√2 = 1,414213562….

3.4. Pertidaksamaan

Pertidaksamaan melibatkan tanda :

> : lebih besar dari

< : lebih kecil dari

≥ : lebih besar atau sama dengan

≤ : lebih kecil atau sama dengan

Suatu bilangan a dikatakan lebih besar dari bilangan b dan ditulis a > b hanya jika b lebih
kecil dari a dan ditulis b < a.

Sifat-sifat Pertidaksamaan :

1. a > 0 hanya jika a positif

4
a < 0 hanya jika a negative

a > 0 hanya jika -a < 0

a < 0 hanya jika -a >0

2. Bila a < b dan b < c, maka a < c

Contoh : 2 < 4 dan 4 < 6, maka 2 < 6

3. Bila a < b, maka untuk setiap nilai c berlaku a + c < b + c

Contoh : 2 < 4 dan c = 3, maka 2 + 3 < 4 + 3 atau 5 < 7

4. Bila a < b dan c < d, maka a + c < b + d

Contoh : 2 < 4 dan 6 < 10 maka 2 + 6 < 4 + 10 atau 8 < 14

5. Bila a < b dan c positif, maka a (c ) < b (c )

Contoh : 2 < 4 dan c = 3, maka 2 (3) < 4 (3) atau 6 < 12

6. Bila a < b dan c negatif, maka a (c) > b (c)

Contoh : 3 < 5 dan c = -2, maka 3 (-2) > 5 (-2) atau -6 > -10

7. Bila 0 < a < b dan 0 < c < d, maka a (c ) < b (d)

Contoh : 2 < 4 dan 3 < 5, maka 2 (3) < 4 (5) atau 6 < 20

Catatan : Mulai sifat no. 2 sampai no. 7 tanda > dapat diganti dengan tanda < dan sebaliknya.

Setiap bilangan riil dapat digambarkan sebagai titik pada garis bilangan. Suatu bilangan yang
nilainya terletak di antara dua nilai yaitu a dan b disebut dengan selang terbuka dari a ke b ditulis :

(a,b) = {x | a < x < b}

Disebut selang terbuka karena nilai x tidak pernah akan sama dengan a ataupun b.

Jika nilai x menjadi sama dengan a dan b maka dapat ditulis :

[a,b] = {x | a ≤ x ≤ b}

Keduanya memiliki tanda kurung yang berbeda

5
Dalam kasus kemungkinan nilai x sama dengan a akan tetapi tidak sama dengan b, atau sebaliknya
nilai x tidak pernah sama dengan a tetapi dapat sama dengan b, maka disebut selang setengah terbuka
atau selang setengah tertutup dan ditulis :

[a,b) = {x | a ≤ x < b}

(a,b] = {x | a < x ≤ b}

Selang dapat digunakan untuk mencari himpungan penyelesaian suatu pertidaksamaan.

Contoh :

Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan :

3 + 9x < 7x + 7

Untuk menyelesaikan pertidaksamaan di atas, usahakan suku yang mengandung x ada di sebelah kiri
tanda <, maka angka 3 dipindah di sebelah kanan dengan tanda yang berlawanan menjadi :

9x < 7x + 7 – 3

Kemudian bilangan yang mengandung x digabung di sebelah kiri, artinya 4x dipindah ke sebelah kiri
dan berlawanan tanda menjadi :

9x – 7x < 7 – 3

2x < 4

x<2

Jadi himpunan penyelesaian dari 3 + 9x < 5x + 7 adalah {x | x < 2}

Contoh :

Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan

2
𝑥 + 7x + 12 ≥ 0

Bagian di sebelah kiri tanda pertidaksamaan dapat diuraikan menjadi :

(x + 3)(x + 4) ≥ 0

6
Dalam menyelesaikan pertidaksamaan ini kita harus menganggap bahwa kedua suku bertanda positif
atau bisa juga kita anggap kedua suku bertanda negatif.

Kasus kedua suku dianggap bertanda positif :

(x + 3) ≥ 0 dan (x + 4) ≥ 0

Ini akan terpenuhi bila x ≥ -3 dan x ≥ -4

Kita coba dengan x = -3 dan x = -4 pada kedua pertidaksamaan di atas apakah hasilnya akan ≥ 0?

Ternyata bilangan yang memenuhi kedua pertidaksamaan tersebut hanyalah jika x ≥ -3

Kasus kedua suku dianggap bertanda negatif :

(x + 3) ≤ 0 dan (x + 4) ≤ 0

Ini akan terpenuhi bila x ≤ -3 dan x ≤ -4

Kita coba dengan x = -3 dan x = -4 pada kedua pertidaksamaan di atas apakah hasilnya akan ≤ 0?

Ternyata bilangan yang memenuhi kedua pertidaksamaan tersebut hanyalah jika x ≤ -4

Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan (x + 3)(x + 4) ≥ 0 adalah :

{x | x ≥ -3} ᴗ { x | x ≤ -4} yaitu {x | -3 ≤ x ≤ -4}

Cara lain untuk menyelesaikan pertidaksamaan di atas adalah dengan menggunakan garis bilangan.

+ + + + - - - - - - + + + +

-4 -3

Nilai x yang menyebabkan ruas kiri menjadi sama dengan nol adalah untuk x = -3 dan x = -4

Nilai x yang lain kita selidiki:

(x+3)(x+4) ≥ 0

7
jika nilai x menyebabkan ruas kiri bernilai ≥ 0, maka pada garis bilangan diberi tanda + dan jika nilai
x menyebabkan ruas kiri bernilai < 0 kita beri tanda –

Jadi penyelesaian dari (x + 3)(x + 4) ≥ 0 adalah

{x | x ≥ -3} ∪ {x | x ≤ -4} atau {x | -3 ≤ x ≤ -4}

3.5. Nilai Mutlak

Pada nilai mutlak suatu bilangan tidak dipentingkan tandanya apakah bertanda positif atau
negatif. Akan tetapi pada kasus ini yang dipentingkan adalah nilai absolutnya atau nilai mutlaknya.
Nilai mutlak suatu bilangan riil a ditulis dengan simbol | a | dan didefinisikan sebagai :

x = | x | jika x > 0

x = | -x | jika x < 0

Sifat-sifat nilai mutlak :

1. |a|≥a

Contoh : | 5 | ≥ 5 atau 5 = 5

|-5| ≥ -5 atau 5 > -5

2. | ab | = | a | . | b |

Contoh : | 6 | = | 2 | . | 3 |

𝑎 |𝑎|
3. | 𝑏
|= |𝑏|

3 |3|
Contoh : | 4
|= |4|

4. |a+b|≤|a|+|b|

Contoh : Bila a = -2 dan b = 5, maka | (-2) + 5 | ≤ | -2 | + | 5 |

3 < 7

5. |a–b|≥ |a|-|b|

Contoh : Bila a = -3 dan b = 6, maka | (-3) – 6 | ≥ | -3 | - | 6 |

8
9 > -3

6. | x | ≤ a untuk a > 0, hanya jika -a ≤ x ≤ a

Contoh : | x | ≤ 5 untuk -5 ≤ x ≤ 5

7. | x | ≥ a untuk a > 0, hanya jika x ≥ a atau x ≤ -a

Contoh : | x | ≥ 3 untuk x ≥ 3 atau x ≤ -3

Catatan : Untuk sifat no 6 dan 7 berlaku juga untuk tanda < atau >

Latihan :

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dari soal-soal berikut :

1. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2 – 5x < 1 adalah :


a. { x | x > 1/5 }
b. { x | x < 1/5 }
c. { x | x > 1,5 }
d. { x | x < 1,5 }

2. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2x + 7 ≥ 2 + 7x adalah :


a. { x | x ≥ 5 }
b. { x | x ≥ 1 }
c. { x | x ≤ 5 }
d. { x | x ≤ 1 }

3. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 10 – 5x < 2x – 4 adalah :


a. { x | x > 2 }
b. { x | 5 < x < 10 }

9
c. { x | x < 2 }
d. { x | 5 > x > 10}

2
4. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 𝑥 - 2x – 15 > 0 adalah :
a. { x | x < -3 }
b. { x | x > 5 }
c. { x | -3 < x < 5 }
d. { x | x < -3 atau x > 5 }

2
5. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 𝑥 – 4 x + 4 ≤ 0 adalah :
a. { x | x < 2 }
b. {x | x > 2 }
c. { x | x = 2 }
d. { x | -2 < x < 2}

𝑥+3
6. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 𝑥−1
> 0 adalah :

a. { x | x < -3 }
b. { x | x > 1 }
c. { x | -3 < x < 1 }
d. { x | x < -3 atau x > 1}

7. Himpunan penyelesaian | x – 2 | < 5 adalah :


a. { x | x < -3 }
b. { x | -3 < x < 7 }
c. { x | x > 7 }
d. { x | x < -3 atau x > 7 )

8. Himpunan penyelesaian | 2x + 3 | ≥7 adalah :


a. { x | x ≤ -5 }
b. { x | x ≥ 2 }
c. { x | x ≤ -5 atau x ≥ 2 }

10
d. { x | -5 ≤ x ≤ 2 }

DAFTAR PUSTAKA

Budnick, Frank S., Aplied Mathematics for Business, Economics and Social Sciences, Mc
Graw-Hill, New York, 1998

Chiang, Alpha, Fundamental Methods of Mathematical Economics, Mc Graw-Hill,


NewYork, 2005

11
Jacques, Ian, Mathematics for Economics and Business, Addison-Wesley Publishing
Company,2006

Silberberg, Eugene and Wing Suen, The Stucture of Economics a Mathematical Analysis,
Irwin Mc Graw-Hill, 2001

Wahyu Widayat,, Matematika Ekonomi , BPFE Yogyakarta edisi 2, 2016

12

Anda mungkin juga menyukai