PEGADAIAN
DISUSUN OLEH
1. Ahmad Saeful Hari
2. Ilma Aprilian
3. M. Faesal Jayadi
4. Dimas Juniardi
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Puji syukur penulis
panjatkan kepada-Nya, serta salawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“PEGADAIAN DI INDONESIA”.
Uraian setiap topik dalam tulisan ini penulis sajikan dengan materi-materi yang
menerangkan tentang segala hal yang menyangkut tentang Pegadaian di Indonesia. Sedang
untuk penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat mengadakan kajian pada
artikel maupun refensi lainnya yang menyangkut masalah Pegadaian di Indonesia yang
dianggap relevan dengan topik bahasan ini.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, mudah-mudahan makalah ini dapat sedikit
menambah wawasan dan berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
َ َم ْقبُو
ٌ ضةٌ فَ ِره
َان َكاتِبًا تَ ِجدُوا َولَ ْم َسفَ ٍر َعلَى ُك ْنتُ ْم َوإِ ْن
Apabila kamu dalam perjalanan dan tidak ada orang yang menuliskan utang, maka
hendaklah dengan rungguhan yang diterima ketika itu 7[7].
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah dari Anas r.a. ia berkata:
“Rasulullah Saw. Merungguhkan baju besi kepada seorang yahudi di Madinah ketika
beliau mengutangkan gandum dari seorang yahudi”.
Dari hadist di atas dapat dipahami bahwa agama islam tidak membeda-bedakan
antara orang muslim dan non-muslim dalam bidang muamalah, maka seorang muslim tetap
wajib membayar utangnya sekalipun kepada non-muslim.8[8]
3. Mekanisme Operasional Pegadaian Islam
Dari landasan islam tersebut ,maka mekanisme operasional pegadaian islam dapat
digambarkan sebagai berikut;Melalui akad rahn,nasabah menyerahkan barang bergerak dan
7
8
kemudian dan kemudian penggadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah
disediahkan oleh penggadaian.Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah
timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan,biaya perawatan,dan
keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini di benarkan bagi pegadaian mengenakan
biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang di sepakati oleh kedua belah pihak.
Penggadaian islam akan memperoleh keuntungan hanya dari beasewa tempat yang di
pungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang di perhitungkan dari uang
pinjaman. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai
“lipstick” yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di pegadaian
Adapun ketentuan atas persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi :
a. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik /batil seperti murtahin mensyaratkan barang
jaminan dapat di manfaatkan tanpa batas.
b. Marhun Bih ( pinjaman ). Pinjaman merupakan hak yang wajib di kembalikan kepada
murtahin dan bisa di lunasi dengan barang yang di rahn-kan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas
dan tertentu.
c. Marhun ( barang yang di rahn kan ). Marhun bisa di jual dan nilainya seimbang dengan
pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya, milik sah penuh dari rahin, tidak terkait dengan
hak orang lain, dan bisa di serahkan baik materi maupun manfaatnya
d. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang di rahn kan serta jangka waktu
rahn di tetapkan dalam prosedur.
e. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa : biaya asuransi,
penyimpanan,keamanan,dan pengolahan serta administrasi.
Untuk dapat memperoleh layanan dari pegadaian, masyarakat hanya cukup menyerahkan
harta geraknya (emas,berlian,kendaraan,dll ) untuk di titipkan disertai dengan copy tanda
pengenal. Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut
yang akan di jadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan ( jasa
simpanan ) dan pelapon uang pinjaman yang dapat di berikan. Taksiran barang yang
ditentukan berdasarkan nilai instrinsik dan harga pasar yang telah di tetapkan oleh forum
pagadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat di berikan adalah sebesar 90% dari nilai
taksiran barang.
Setelah melalui tahapan ini, pegadaian islam dan nasabah melakukan akad dengan
kesepakatan:
1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum 4 bulan
2. Nasabah bersedia membayar jasa simpanan sebesar Rp 90,-( Sembilan puluh rupiah) dari
kelipatan taksiran Rp 10.000,-per sepuluh hari yang di bayar bersamaan pada saat melunasi
pinjaman.
3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapka oleh pegadaian pada saat pencaiaran
uang pinjaman.9[9]
6. MEKANISME PRODUK PEGADAIAN SYARIAH
1. produk gadai ( Ar-Rahn )
Untuk mengajukan permohonan permintaan gadai, calon nasabah harus terlebih dahulu
memenuhi kebutuhan berikut:
1. Membawa fotokopi KTP atau identitas lainnya ( SIM, paspor, dan lain-lain )
2. Mengisi permulir permintaan rahn
3. Menyerahkan barang jaminan ( marhun ) bergerak, seperti:
a. Perhiasan emas, berlian
b. Kendaraan bermotor
c. Barang-barang elektronik
9
kepada masyarakat dijual kepada masyarakat
Sewa modal dihitung dengan: Prosentase Jasa simpanan dihitung dengan: konstanta
x uang pinjaman (UP) x taksiran
Maksimal jangka waktu 4 bulan Maksimal jangka waktu 3 bulan
Uang Kelebihan (UK)= hasil lelang- Uang kelebihan (UK) = hasil penjualan -
(uang pinjaman + sewa modal + biaya (uang pinjaman + jasa penitipan + biaya
lelang) penjualan)
Bila dalam satu tahun uang kelebihan Bila dalam satu tahun uang kelebihan
tidak diambil, uang kelebihan tersebut tidak diambil, diserahkan kepada
menjadi milik pegadaian Lembaga ZIS
1 hari dihitung 15 hari 1hari dihitung 5 hari
Mengenakan bunga (sewa modal) Tidak mengenakan bunga pada nasabah
terhadap nasabah uang memperoleh yang mendapatkan pinjaman
pinjaman
Istilah- istilah yang digunakan: Istilah- istilah yang digunakan:
Gadai Rahn
Pegadaian Murtahin
Nasabah Rahin
Barang Pinjaman Marhun
Pinjaman Marhun Bih
KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa pegadaian diIndonesia sebenarnya
sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda tepatnya pada tanggal 20 Agustus 1746 yang saat
itu berada di Batavia (Jakarta). Pegadaian ialah lembaga yang melakukan pembiayaan dengan
bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum kredit sedangkan gadai ialah kegiatan
menjaminkan barang- barang berharga kepada kepada pihak tertentu, guna memperoleh
sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai perjanjian antara
nasabah dengan lembaga gadai.
Manfaat utama yang diperoleh nasabah yang meminjam dari perum pegadaian adalah
ketersediaan dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih
cepat terutama apabila dibandingkan dengan kredit perbankan. Salah satu tujuan utama dari
pegadaian yaitu untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang tidak
jatuh ke tangan para pelepas uang atau tukang ijon atau tukang rentenir yang bunganya relatif
tinggi.
Hal utama yang membedakan antara pegadaian konvensional dan syariah ialah
sumber hukum, produk yang ditawarkan, serta pelaksanaannya di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir.2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Huda, Nurul dan Heykal Mohamad. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan
Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Suhendi, Hendi.2008. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
QS. Al-Baqarah ayat 283
Soemitra, Andri.2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Media
Group
Rivai, Adriana Permata Viethzal dan Ferry N. Idroes.2007. Bank and Fincial Institution
Management. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
sunarto.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/1695/makalah-pegadaian.doc. Diakses pada
tanggal 01 juni 2017 pada pukul 08:00 WIB