Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SENI BUDAYA

NI PUTU AGEK SATYA AYUPRAWERTHI


XII IPA 8
33

Tahun Ajaran 2019/2020


SMA NEGERI 1 KUTA UTARA
TARI JAUK MANIS

Tari Jauk Manis merupakan salah satu tari Bali yang masuk kategori sebagai tari balih-
balihan. Tari balih-balihan adalah jenis tarian yang bersifat non-religius dan cenderung
menghibur, sehingga tari ini sering ditarikan dalam acara penyambutan, festival, pertunjukan,
dan acara lainnya. Selain sebagai tari balih-balihan, tari jauk manis juga termasuk tari
tunggal yakni sebuah tarian yang ditarikan secara individu atau perorangan.
Tari Jauk Manis merupakan tari anonim, yaitu sebuah karya yang tidak diketahui
penciptanya. Tarian ini menggabarkan seorang raja yang sedang berkelana, sehingga tarian
ini memiliki gerakan yang beringas, berwibawa, lemah lembut dan tentunya gerakan lebih
fleksibel daripada tari Jauk Keras. Tari Jauk Manis memiliki kostum seperti tari Baris, hanya
saja tari Jauk Manis menggunakan topeng yang berwarna putih, gelungan (mahkota raja), dan
sarung tangan dengan kuku yang panjang. Secara lengkap buasana yang digunakan dalam
pementasan tari Jauk Manis yakni celana panjang berwarna putih, stewel, kamben putih, baju,
srimping, keris, awiran, lamak, badong, gelungan, dan topeng berwarna putih.
Tari Jauk Manis memiliki makna bahwa seorang raja atau pemimpin harus mampu
melindungi rakyatnya, di mana seorang raja bisa belaku beringas (tegas) sehingga ditakui
oleh musuh-musuhnya dan berlaku lemah lembut sehingga dihormati dan dikagumi oleh
rakyatnya. Hal ini dapat lihat gerakan tari Jauk Manis itu sendiri, kadang-kadang beringas
dan kadang-kadang lemah lembut.
DRAMA TARI GAMBUH

Gambuh adalah teater dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga


merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap
sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.
Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada
cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni
suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya.
Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara
Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan
lain sebagainya.
Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu, tokoh-tokoh yang
biasa ditampilkan dalam Gambuh adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya/Kadean-
kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar,
dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog umumnya
menggunakan bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali,
baik halus, madya, atau kasar.
Nama : Ayu Prasetya Dewi
No : 02
Kelas : XII IPA 8

Sanghyang Dedari

Shang hyang dedari merupakan tarian


sacral yang dipentaskan sebagai tarian wajib
pada sebuah ritual keagamaan.Tarian shang
hyang dedari disebut sacral karena tarian ini di
lakukan pada saat penari sedang dalam keadaan
“kerawuhan” atau kerasukan.Berbeda dengan
tarian dengan nama sejenis seperti tari
sanghyang jaran, sanghyang bojog atau pun
sanghyang janger maborbor yang mengamuk
dan berapi-api, tarian shanghyang dedari ini
sangat lembut seperti halnya tarian legong
sehingga tarian ini juga merupakan seni
pertunjukan sacral yang indah.Tarian
Sanghyang “dedari” memiliki makna bidadari,
tarian ini tersebar di berbagai daerah seperti
bangli, badung dan dari desa bona, blahbatuh, gianyar.

Tarian ini ditarikan oleh gadis-gadis cilik dalam hal ini karena gadis-gadis yang
belum akil balik atau dewasa masih dianggap masih suci secara skala.Tarian ini diawali
dengan dua orang penari yang duduk di tengah prosesi upacara, kemudian akan dinyanyikan
irama berlaraskan slendo dan pelog atau gending (nyanyian) shanghyang dedari.Penari lalu
memejamkan mata, dan hanyut dalam gending sanghyang lalu pinsan ini berarti penari sudah
kerawuhan atau kesurupan. Dalam kedaan kerawuhan ini penari ini kemudian di kenakan
kostum berupa gelungan, pakaian tari dan kepet atau kipas tari.

Kemudian para penari dipundut atau dipikul dengan bahu sambil terus diiringi dengan
gending sanghyang dan gamelan palegongan, para gadis ini menari-nari dengan mata
terpejam sambil dipikul di bahu dan melompat ke tanah yang berarti tarian sudah
usaiBerbeda halnya dengan di desa pasangka karangasem, penari sanghyang dedari akan naik
ke batang bambu yang sudah disiapkan dan menari-nari dia atas batang bambu.Menonton
tarian sanghyang desa pasangka sangat menegangkan, bayangkan penari yang masih belia
dalam keadaan trance atau kesurupan memanjat ke bambu tinggi sambil menari-nari tanpa
rasa takut terjatuh.
Legong Smarandana

Legong Semarandana menggambarkan


tentang sebuah rasa cinta kasih. Dikisahkan
bahwa pada suatu waktu, seorang raksasa
bernama Nilaludraka, yang ingin menguasai
dunia, sedang bertapa. Ketika Siwa turun ke
dunia, dia terkesan dengan semangat Nilalaudraka
dan menghadiahkannya semacam kekuatan
dimana dia tidak bisa dikalahkan oleh dewa atau
manusia kecuali penjelmaan Siwa yang berupa
raksasa yang separuh binatang. Karena Nilaludraka tidak pernah kalah, dia terus berperang
sampai tidak ada lawan lagi di sorga atau di bumi. Semua dewa merasa kesal dan setelah
berunding memutuskan mohon bantuan dari Siwa yang sedang bertapa di Gunung Himalaya.
Akan tetapi, Siwa tidak bisa di dekati karena kalau meditasi diganggu, dia mampu
menghancurkan semuanya yang disekelilingnnya. Akhirnya dewa-dewa memutuskan untuk
minta bantuan dari anak Siwa, yaitu Semara.

Oleh karena itu, Semara berangkat ke Gunung Himalaya sebagai utusan dewa untuk
mengganggu meditasi Siwa. Meskipun Ratih tidak setuju dengan kepergian suaminya,
Semara tetap berangkat. Akhirnya, Semara berhasil mengganggu meditasi Siwa, dan sebagai
akibatnya iapun dihancurkan oleh Siwa menjadi abu. Setelah Ratih mendengar berita duka
tentang suaminya, dia langsung ke sana, dan menjatuhkan diri ke dalam api yang masih
menyala. Akhirnya, ketika Siwa sadar tentang kematian Semara dan Ratih, dia menyesal, dan
sebagai tanda menyesal, dia menaburkan abu Semara dan Ratih di seluruh dunia. Tindakan
ini memberkati semua mahluk hidup di dunia untuk merasakan rasa cinta.Didukung oleh
cinta Semara dan Ratih, Istri Siwa, Parwati, melahirkan seorang anak separuh binatang yang
memiliki kesaktian untuk mengalahkan Nilaludraka.
TUGAS SENI
BUDAYA

Ni Made Kurnia Putri Jayanthi

XII IPA 8

30
Tari Legong Playon

Legong playon adalah Tari yang menceritakan tentang seorang putri ayu nan
cantik yakni Diah Rangkesari waktu masih anak-anak. Legong playon
merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki
pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan
struktur tubuh pengiring yang konon pengaruh dari gambuh. Legong
dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. 
Tari legong masih erat hubungannya dengan agama, baik dari sejarah
maupun pertunjukan. Gamelan yang dipakai mengiringi tarian ini
dinamakan Gamelan Semar Pagulingan. penari ini dilengkapi dengan
kipas sebagai alat bantu. Beberapa tari legong terdapat seorang penari
tambahan, disebut condong.Terdapat sekitar 18 tarian legong yang
dikembangkan di selatan Bali, seperti Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng,
Peliatan). Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan
Tabanan (Tista).

Fungsi dan Makna Tari Legong Bali


Tari Legong dijadikan suatu tradisi sebagai pameran yang mencerminkan
kekayaan dan kemampuan para raja pada zaman lampau. Para petugas istana
berusaha memperoleh wanita-wanita yang paling cantik dan berbakat kemudian
dilatih untuk dijadikan penari Legong, dan banyak di antaranya menjadi abdi
keraton.
Tari Sang Hyang Jaran

Salah satu jenis seni sakral yang ada dibali adalah tari Sanghyang Jaran. Tari ini
diawali dengan ritual nusdus, yakni upacara penyucian medium dengan asap
maupun api. Proses selanjutnya adalah masolah, di mana para penari yang
sudah kemasukan roh kuda mulai menari. Dalam atraksi tari Sanghyang Jarang,
sejumlah pria terlihat menendang bara api batok kelapa yang ada di tengah
arena. Tak hanya ditendang, bara api panas juga diinjak-injak hingga diambil
menggunakan tangan penari diiringi kidung Sang Hyangjaran dan gamelan.

Rangkaian terakhir pertunjukan adalah ngalinggihang, yakni mengembalikan


kesadaran penari dan melepas roh merasuki penari kembali ke asalnya. Dalam
proses ini semua penari diperciki dengan air suci atau tirta.

Tari Sang Hyangjaran digolongkan tari sakral karena hanya digelar pada saat-
saat tertentu, seperti saat terjadi wabah penyakit. Bagi masyarakat Hindu Bali,
tari ini dipercaya bisa menolak berbagai jenis roh jahat hingga wabah penyakit.

Anda mungkin juga menyukai