Bab I Kasogi
Bab I Kasogi
PENDAHULUAN
1
dalam rangka proses reintegrasi sosial. Tujuan yang akan dicapai dalam Sistem
Kepenjaraan adalah bahwa bekas narapidana tidak akan melanggar hukum lagi. Hal
ini menunjukkan bahwa narapidana semata-mata dianggap sebagai obyek. Sistem
kepenjaraan yang sebelumnya berlaku di Indonesia lebih menitik beratkan pada
unsur balas dendam (retribusi) dan penjeraan (deterent), sehingga institusi yang
dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah rumah-rumah penjara yang dibuat
agar para pelanggar hukum merasa jera sehingga tidak melanggar hukum lagi, tanpa
memperdulikan hak-haknya serta masa depan para pelanggar hukum setelah selesai
menjalani hukumannya. Seperti yang digambarkan dalam pendahuluan SMR
(Standard Minimum Rules) yaitu:
“Gedung-gedung lembaga dulu adalah bangunan dari besi dan batu, dengan
ruangan tidur yang diatur sedemikian rupa agar memudahkan pengawasan dan
pemeriksaan terus menerus. Tata kehidupannya kaku dan berpedoman pada
pemeliharaan keamanan intern dan wajib kerja, dengan sekedar fasilitas untuk
rekreasi atau untuk program-program rehabilitasi. Pegawainya yang
berkewajiban mengatur tata kerja dalam lembaga, kurang wajar dalam hubungan
pergaulannya dengan para narapidana dan dijiwai semangat penjagaan dalam
sikap dan tingkah lakunya. Hak narapidana sering dikorbankan, yang katanya
demi terpeliharanya keamanan lembaga atau demi tercapainya tujuan penjeraan
dari suatu pidana.”
2
mendidik supaya ia menjadi anggota masyarakat Indonesia yang berguna. Dengan
singkat tujuan pidana penjara adalah pemasyarakatan ”
1
Chuldun, Ibnu.” Ilmu Pendidikan; Buku Materi Kuliah Akademi Ilmu Pemasyarakatan”, 2004 hal 5.
3
Sejak disahkannya Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, visi dan misi pemasyarakatan menjadi semakin jelas. Visi
pemasyarakatan adalah mengembalikan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) didalamnya termasuk
narapidana sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa. Sedangkan misi pemasyarakatan adalah melaksanakan perawatan tahanan,
pembinaan dan bimbingan WBP serta pengolahan benda sitaan negara dalam
kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta
perlindungan hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia bukanlah hanya suatu istilah
pemanis belaka yang ada dalam kamus Negara Hukum yang mengakui adanya hak-
hak kemanusiaan dengan segala keberadaannya. Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan YME dan merupakan anugrah- Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia ( UU No 39 Tahun 1999: 1 ).
4
mempunyai kebutuhan untuk selalu berhubungan dengan masyarakat. Oleh sebab
itu setiap Narapidana tidak boleh dikucilkan dari masyarakat lingkungannya
Selain itu kesakitan lainnya yang sangat terasa adalah “ Rejection of inmate
by society “ yaitu seorang bekas Narapidana selalu dicurigai oleh masyarakat; dan
2
Has, Sanusi “Dasar-dasar Penologi”, CV.Rasanta, Jakarta, 1994 hal 58
5
perlu ditambah lagi yaitu kehilangan atau terputus hangatnya kasih sayang dengan
segenap keluarganya “.
2. Lost of autonomi
Yaitu kehilangan hak untuk mengatur diri sendiri, ini diakibatkan oleh
banyaknya peraturan yang harus diikuti dan ditaati oleh setiap Narapidana
selama menjalani pidana dan berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, ini
akan membawa pengaruh secara psikologis yaitu kemauan untuk melepaskan
diri dari peraturan yang ada karena setiap orang menginginkan adanya
kebebasan sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mengganggu
keamanan dan ketertiban di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
4. Lost of security
Yaitu kehilangan rasa aman terhadap dirinya sendiri karena akan selalu
dibayangi oleh kehidupan di dalam lembaga yang menakutkan dan mengerikan.
6
Disamping itu dalam diri Narapidana akan timbul kecemasan dan selalu ada
kecurigaan dengan teman-teman sekelilingnya
Cuti Mengunjungi Keluarga ini kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : 03 Tahun 2018 Tentang Syarat dan tata cara
Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat,
Cuti Menjelang Bebasdan Cuti Bersyarat. Dalam Permen tersebut telah ditentukan
mengenai syarat dan tata cara pelaksanaan CMK, pengamanan dan pengawasan
terhadap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang melaksanakan CMK
7
dan Hukuman disiplin bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang
melanggar ketentuan CMK.
3
Sudirman, Didin”, Sosiologi Penjara; Buku Materi Kuliah Akademi Ilmu Pemasyarakatan; 2003 hal
138.
8
“IMPLEMENTASI PASAL 67 PERATURAN MENTERI HUKUM DAN
HAM RI NOMOR 03 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN CUTI
MENGUNJUNGI KELUARGA (CMK) SEBAGAI BENTUK PEMBINAAN
TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
NARKOTIKA KLAS III MUARA SABAK”.
Dari uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah :
9
1.5 Signifikasi Penelitian
Bagi dunia akademik
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan asimilasi berupa Cuti
Mengunjungi Keluarga yang dilakukan terhadap Narapidana sehinggga dapat
memberikan gambaran tentang pelaksanaan Pembinaan yang tepat bagi para taruna,
petugas pemasyarakatan dan lain-lain.
10