Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENENTUAN LOKASI INDUSTRI

GEOGRAFI EKONOMI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. Astuti Titawael (201932039)


2. Nicky Tanikwele (201932040)
3. Leornda L. Melmambessy (201932041)
4. Andi Agis Suatrat (201932055)
5. Maria L. Matly (201932056)
6. Firda R. Rahayantel (201932059)
7. Ondry G. Dumgair (201932060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGENTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa'at di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahkan sehat-Nya,


baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan maklah tugas dari mata kuliah Geografi Ekonomi
“Penentuan Lokasi Ekonomi”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengahrapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini banyal kesalahan pada makalah ini penulisan mohon maaf yang
sebesar-besarny. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Ambon, 09 November 2020

Penulis

KELOMPOK 4
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1.Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3.Tujuan Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1.Pengertian Teori Lokasi...........................................................................................5
2.2.Penentuan Lokasi Industri........................................................................................5
2.3.Faktor-Faktor Penentu Lokasi Industri.....................................................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................................11
3.1.Kesimpulan............................................................................................................11
3.2.Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara yang berkembang, Indonesia perlu adanya


perindustrian dalam negeri guna untuk memajukan perekonomian negara.
Pengembangunan industry yang semakin meningkat akan berakibat pada
percepatan terciptanya struktur ekonomi yang lebih seimbang,
memperluas kesempatan kerja, meningkatan rangkaian proses produksi
indusrty untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan demikian
akan mengurangi ketergantungan akan barang impor, bahkan pada
akhirnya akan meningkatkan ekspor hasil industry. (Purwanti, 2012)
Dalam membangun perindustrian di negra maka sangat penting
menentukan suatu lokasi perindustrian, agar industri yang dijalankan
dapat berjalan lncar dan mampu bersaing dengan industri lainnya selain
itu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi
denag meraih pasar yang luas. Jika suatu perindustrian maju maka
pendapatan negarapun akan naik dan masyarakat akan lebih mampu
terjamin.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan lokasi suatu
industri. Karena itu, pengambilan keputusan dalam merencanakan lokasi
industri harus di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang
dari faktor-faktor yang memepengaruhinya. Pemelihan lokasi yang
strategis merupakan kerangka kerja yang presfeltif bagi pengembangan
suatu kegiatan yang bersifat komersial. Dengan demikian, tujuan
penuntuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan
menekan biaya produksi. (Geografi, 2010)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Teori Lokasi?


2. Bagaimana cara penentuan lokasi Industri?
3. Apa saja faktor penentu dari lokasi industri?

1.3. Tujuan Penulisan


2. Mengetahui teori lokasi
3. Mengetahui cara penentuan lokasi industri
4. Mengetahui faktor faktor penentu dari lokasi industri
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teori Lokasi

Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan
memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan
cara yang konsisten dan logis, dan untuk melihat dan memperhitungkan
bagaimana daerah-daerah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).
Berikut merupakan penjelasan Teori lokasi Industri

2.2. Penentuan Lokasi Industri

Seorang ahli ekonomi, geografis dan sosiologis Jerman yang bernama


Aflred Weber mengemukakan sebuah Teori tentang penentuan Lokasi Industri
pada tahun 1909 dalam bahasa Jerman, 20 tahun kemudian pada tahun 1929
diterjermahkan ke dalam bahasa Inggris dan menjadi titik awalnya pemikiran
industri modern mengenai studi dan analisis penentuan lokasi industri. Teori
Lokasi Industri pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
lokasi secara geografis serta pengaruhnya terhadap berbagai macam usaha dan
kegiatan.
Prinsip teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan
di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal
(least cost location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja
di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya transportasi
dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi
bersifat prakondisi, yaitu :
1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan
penduduknya (keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah
dan kualitas SDM).
2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
3. Upah tenaga kerja.
4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat
ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah).
5. Persaingan antar kegiatan industri.
6. Manusia berpikir secara rasional.

Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga
lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada asumsi :
1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang
terisolasi.
2. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
3. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
4. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah
sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
5. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada
juga yang mobilitasnya tinggi.

Dalam menentukan lokasi industri, terdapat 2 faktor penentu, yaitu


Regional dan Dampak Aglomerasi dan Deaglomerasi.

1. Faktor Regional
Setelah melakukan penelitian tentang struktur biaya di berbagai industri,
Weber mengambil kesimpulan bahwa biaya produksi bervariasi pada satu
tempat dengan tempat lainnya. Oleh karena itu, Industri pada umumnya
terlokalisir di tempat ataupun daerah yang biaya produksinya paling rendah
(minimum). Menurut Weber, terdapat dua faktor umum regional yang
mempengaruhi biaya produksi. Kedua faktor umum regional tersebut
diantaranya adalah :

a. Biaya Transportasi
Biaya Transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan lokasi industri. Berat barang yang diangkut dan jarak dari
pabrik ke pelabuhan atau jarak antara pabrik dan pusat distribusi
mempengaruhi biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Umumnya,
lokasi yang dipilih adalah lokasi dimana bahan baku dan bahan bakar
mudah diperoleh.
Weber membagi bahan baku menjadi dua kategori yaitu yang
pertama adalah material yang mudah di dapat dimanapun lokasi pabrik
tersebut berada sedangkan yang kedua adalah material yang hanya
tersedia pada lokasi tertentu saja.

Menurut Weber, Industrinya juga dikelompokan menjadi dua jenis


kecenderungan lokasi pabrik/industri berdasarkan dimana bahan bakunya
mudah tersedia atau lokasi yang lebih dekat dengan pasar. Industri yang
hasil produksinya (produk jadi) lebih ringan dari bahan bakunya setelah
melewati berbagai proses produksi dinamakan dengan Industri yang
Weight Losing. Pada Industri Weight Losing, lokasi pabrik harus lebih
dekat dengan sumber bahan baku karena biaya transportasi bahan baku
akan lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya transportasi produk
jadi menuju ke Market (pasar). Contoh Industi Weight Losing adalah
seperti produksi gula (produk jadi) yang lebih ringan dari bahan bakunya
yaitu Tebu.

Sedangkan Industri yang hasil produksinya (produk Jadi) lebih berat


dari bahan bakunya setelah melewati proses-proses produksi disebut
dengan Weigth Gaining. Lokasi pabrik pada industri Weight Gaining
sebaiknya diletakan lebih dekat dengan market (pasar) karena biaya
transportasi produk jadi lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya
transportasi bahan bakunya.

b. Biaya Tenaga Kerja

Biaya Tenaga Kerja atau labour cost juga merupakan faktor


terpenting dalam penentuan lokasi pabrik. Jika lokasi pabrik
menguntungkan, namun biaya tenaga kerja kurang baik (mahal), lokasi
tersebut juga kurang cocok untuk suatu lokasi industri. Mungkin pada
industri tertentu akan lebih cenderung ke lokasi dimana biaya tenaga
kerja lebih rendah. Namun pada dasarnya, kondisi ideal untuk suatu
lokasi industri adalah lokasi yang memiliki biaya tenaga kerja yang
rendah dan biaya transportasi yang rendah juga.

2. Faktor Agglomerasi dan Deglomerasi


a. Agglomerasi

Aglomerasi adalah gabungan, kumpulan dua atau lebih pesat


kegiatan, tempat pengelompokan berbagai macam kegiatan dalam satu
lokasi atau kawasan tertentu. Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu
tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam
kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar,
kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan
penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi
industri antara lain:

a. terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan


pada suatu lokasi;
b. kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor
produksi tertentu;
c. adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan
dengan tata ruang dan fungsi wilayah;
d. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang
pelayanan industri lainnya yang lengkap;
e. adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan
suatu produk.
Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang
disengaja), antara lain untuk mempercepat pertumbuhan industri,
memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan
industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan
menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.
Misalnya: beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain
Medan, Cilegon (Banten), Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi),
Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar.
Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat
(Bonded zone). Kawasan berikat (Bonded zone) merupakan suatu
kawasan dengan batas tertentu di dalam wilayah pabean yang di
dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean.
Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean dari luar
daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih
dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya, sampai
barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor.
Kawasan berikat berfungsi sebagai tempat penyimpanan,
penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal dari dalam atau
luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan Berikat
Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.

b. Degglomerasi
Degglomerasi adalah faktor-faktor yang menyebabkan
pabrik/industri meninggalkan lokasi tertentu. Beberapa sebab yang
memicu terjadinya deglomerasi :
a. Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat
industri
b. Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah
banyak dipakai untuk perumahan dan kantor pemerintah.
c. Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.
d. Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun
harga tanah dan upah buruh masih rendah.

2.3. Faktor-Faktor Penentu Lokasi Industri


Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi
industri, diantaranya sebagai berikut:

a. Ketersediaan Bahan Baku


 Ketika posisi kedekatan industri untuk sumber bahan baku
penting. Karena kedekatan sumber bahan baku mengurangi biaya
produksi industri.
 Dalam sebagian industri utama adalah biaya bahan baku dari
total biaya. Oleh karena itu, sebagian besar industri pertanian
dan kehutanan akan berlokasi didekat sumber bahan baku.

b. Modal

Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang


sangat penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan
dihasilkan, pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan,
teknologi yang akan digunakan, dan luasnya sistem pemasaran.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran


proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industri
membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan.
Tetapi, ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang
berpendidikan dan terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industri
berdasarkan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis dan karakteristik
kegiatan industrinya.

d. Sumber Energi

Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan


mesin- mesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi,
gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan
energi, umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi
tersebut.

e. Transportasi

Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana


transportasi dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan
baku dan menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan.

f. Pasar

Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam


mempertimbangkan lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk
memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri
diusahakan sedekat mungkin menjangkau konsumen, agar hasil produksi
mudah dipasarkan.

g. Teknologi yang digunakan


Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya
suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk
pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang:
memiliki tingkat pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah,
hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

h. Perangkat Hukum

Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan


sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan
industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional
(UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan
keamanan dan hokum penggunaan bahan baku, proses produksi, dan
pemasaran.

i. Kondisi Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di


sekitarnya yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri
yang kurang mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke
pemukiman, struktur batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok,
terbatasnya sumber air, dan lain-lain, hal ini dapat menghambat
keberlangsungan kegiatan industri.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
 Faktor –faktor untuk menentukan lokasi indusrti suatu industri dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor pokok dan faktor tambahan
 Faktor pokok : Bahan mentah (bahan baku), modal, tenga kerja, sumber
energi, transportasi, pasar, teknologi yang digunakan, perangkat hukum,
kondisi lingkungan
 Faktor tambahan : Meliputi iklim, perangkat hukum

3.2. Saran
Untuk penentuan lokasi industri maka harus memperhatikan
faktor-faktor tersebut agar sebuah industri dapat maju.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ilmumanajemenindustri.com/teori-lokasi-industri-menurut-alfred-
weber/
2. https://jembatan4.blogspot.com/2013/08/teori-lokasi-industri-weber.html
3. http://www.organisasi.org/1970/01/aglomerasi-dan-deglomerasi-dalam-lokasi-
perusahaan-bisnis-pengelompokan-industri-ilmu-ekonomi-
manajemen.html#.X6jG6EUzbIU

Anda mungkin juga menyukai