memadahi atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa SPIP atau
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah SPI yang diselenggarakan secara
menyeluruh pada lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengendalian
Internal yang dilakukan di pemerintah pusat atau pemerintah daerah, misalnya saja
principle dengan agent,yang mengatur tentang bagaimana principle melakukan
pengawasan terhadap agent dengan cara melakukan audit eksternal. Yaitu mengaudit
kinerja dari manajemen pada organisasi tersebut. Pengendalian Manajemen biasanya
digunakan dalam pembahasan mengenai akuntansi manajemen. Pengendalian
Manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan agar tujuan organisasi dapat dicapai
secara efektif, efisien, dan ekonomis dengan memanfaatkan segala sumber daya, data
dan laporan keuangan dapat dipercaya dan disajikan dengan wajar sebagaimana
mestinya, serta ditaati segala kententuan yang telah berlaku. Sistem Pengendalian
Manajemen (SPM) dalam perusahan yaitu dilakukan dalam manajemen perusahaan
tersebut. Pengendalian ini dilakukan dengan melihat bagaimana manajer
mengendalikan bawahannya agar mampu mencapai tujuan organisasi. Sedangkan
Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) dalam sektor publik, yaitu pengendalian
manajemen yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan dalam sektor publik, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
PEMBAHASAN
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Menurut American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA), pengendalian
Intern meliputi straktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang
terkoordinasi yang dianut dalam perushaaan untuk melindungi harta dan kekayaan,
yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan,
memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya untuk
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya regulasi perusahaan yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut Boynton, Johnson, Kell (2003, 373) pengendalian
intern merupakan sebuah proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen,
dan personel lainnya dalam suatu organisasi yang dirancang untuk menyediakan
keyakinan yang memadai dan berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori
berikut:
Keandalan dalam pelaporan keuangan
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Efektifitas dan efisiensi operasi Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat
yang dikemukan dalam COSO (Committee of Sponsoring Organizations) yang
mengatakan bahwa pengendalian intern adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh
dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan
yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui: efisiensi dan
efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pengertian pengendalian intern
yang telah dipaparkan sebelumnya adalah pengertian pengendalian intern secara
umum yang bisa diterapkan atau di implementasikan dalam sektor swasta maupun
dalam sektor publik. Dalam sektor publik, pemerintah telah mengeluarkan sistem
pengendalian intern yang bertujuan untuk mewujudkan tata kelola penyelenggaraan
pemerintah yang baik. Sistem pengendalian yang dilakukan pemerintah dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan, hingga evaluasi. Maka
untuk dapat mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintah yang baik
dibentuklah sebuah sistem yang dapat mengendalikan seluruh kegiatan pemerintah.
Sistem yang ada di pemerintah ini disebut dengan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah atau SPIP.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau SPIP merupakan salah satu sistem
pengendalian pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Ekstern
Pemerintah (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawas Intern Pemerintah.
Selain itu juga terdapat Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah dilaksanakan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), dan Lembaga peradilan lainnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, SPIP yang tercantum
dalam BAB 1, Pasal 1, ayat 1 dan 2, adalah: (1)
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang interal pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan yang memadahi atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. (2)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah
Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) melekat pada semua kegiatan pemerintahan baik di pusat maupun pemerintah
di daerah. SPIP juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta memberikan
keyakinan yang memadahi, sehingga dalam pengembangan dan penerapannya harus
dilakukan secara komprehensif dan harus memperhatikan aspek biaya dan
maanfaatnya (cost and benefit), rasa keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi
informasi, dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat
dari tugas dan fungsi instansi pemerintah pusat maupun daerah. SPIP diselenggarakan
secara menyeluruh pada lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Presiden selaku kepala pemerintahan mengatur dan menyelanggakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Sedangkan
Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara menyelenggarakan sistem
pengendalian intern dibidang perbendaharan. Begitu juga degan Menteri/pimpinan
lembaga yang lainnya juga menyelenggaran pengendalian intern pada bidang
pemerintahan/lembaga masing-
masing. Gubernur/Bupati/Walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan
pemerintah daerah yang dipimpinnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, SPIP yang tercantum dalam
BAB 2, Pasal 3, penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri
dari lima unsur: 1.Lingkungan Pengendalian; 2.Penilaian Risiko; 3.Kegiatan
Pengendalian; 4.Informasi dan Komunikasi; dan 5.Pemantauan Pengendalian Intern.
Pelaksanaan unsur SPIP ini dilaksakan menyatu dan menjadi bagian integral dari
kegiatan instansi pemerintah. Unsur SPIP di Indonesia mengacu pada unsur Sistem
Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai
negara, yaitu:
1.Lingkungan Pengendalian;
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang
mempengaruhi efektifitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan pada pimpinan
instansi pemerintah dan seluruh pegawai untuk menciptakaj dan memelihara
keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan perlakukan positif
dan mendukung pengendalian intern dan menejemen yang sehat. Lingkungan
pengendalian dapat diwujudkan melalui (a) penegakan integritas dan nilai etika (b)
komitmen terhadap kompetensi (c) kepemimpinan yang kondusif (d) pembentukan
strauktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan (e) pendelegasian wewenang dan
tanggungjawab yang tepat (f) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia (g) perwujudan peran aparat pengawasan intern
pemerintah yang efektif (h) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah
terkait.
2.Penilaian Risiko;
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Penilaian risiko memberikan
penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang
dihadapi organisasi baik didalam maupun diluar organisasi. Pemimpin dalam organisasi
organisasi pemerintah pusat maupun daerah wajib melakukan risiko dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis risiko serta mengidentifikasi risiko dengan tujuan
untuk tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegaitan secara
komprehensif. Analisis risiko dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan dampak
dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah
dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
3.Kegiatan Pengendalian;
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta
penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan
mengatasi risiko telah dilaksanakan dengan efektif. Kegiatan pengendalian ini
menekankan bawah pemimpin dalam instansi pemerintah baik di pusat maupun di
daerah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas, serta fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan.
Kegiatan pengendalian berkaitan dengan penilaian risiko dan disesuaikan dengan sifat
khusus instansi pemerintah pusat ataupun daerah. Kebijakan dan prosedur dalam
kegiatan pengendalian harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan sehingga untuk menjamin kegiatan pengendalian masih
sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan maka harus dievaluasi secara terus
menerus.
4.Informasi dan Komunikasi; dan
Informasi merupakan data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah pusat
maupun daerah. Sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau
informasi dengan menggunakan simbol, lambang, atau tertentu baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Komunikasi ini diharapkan akan mendapatkan umpan
balik atau
feedback
dari orang yang berkepentingan.
5. Pemantauan Pengendalian Intern.
Pemantauan pengendalian intern merupakan kegiatan memastikan apakah sistem
pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah pusat atau daerah telah berjalan
sesuai yang diharapkan dan apakah ada perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan.
Pemantauan pengendalian intern ini mencakup penilaian desain dan operasi
pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemimpin dalam
organisasi harus memantau pengendalian internal dalam organisasinya, apabila tidak
bisa jadi akan memberikan pengaruh buruk untuk jangka pendak maupun jangka
Panjang. Oleh karena itu, agar pemantauan menjadi lebih efektif, seluruh lini dalam
organisasi itu harus mengerti visi, misi, tujuan organisasi, tingkat toleransi risiko, dan
tanggungjawab masing-masing sesuai dengan bidangnya. Dalam menerapkan unsur
SPIP, pemimpin dari setiap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah
bertanggungjawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur, dan praktik detail
untuk menyesuaikan dengan kebijakan instansi pemerintah dan untuk memastikan
bahwa unsur SPIP tersebut telah menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan
instansi pemerintah. Dalam penyelenggaraan SPIP diperlukan pengawasan intern dan
pembinaan penyelenggaran SPOP untuk memperkuat dan menunjang efektifitas
penyelenggaraan SPIP. Pengawasan inten berfungsi untuk melakukan penilaian
independent atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang mencakup
kelembagaan, lingkungan tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar
audit, pelaporan. Sedangkan pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan
pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan,
pembimbingan dan konsultasi SPIP, serta peningkatan kopentensi auditor Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada setiap instansi pemerintahan.
Kegagalan dalam organiasai mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena adanya
kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian
manajenen. Sistem pengendalian sektor publik berfokus pada bagaimana melaksanakan strategi
organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Sistem pengendalian
manajmenen tersebut harus didukung dengan adanya perangkat lain berupa struktur organisasi
yang sesuai dengan tipe pengendalian manajemen yang digunakan, MSDM dan lingkungan yang
mendukung.
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen karena sistem
pengendalian menajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban.
Pusat-pusat petanggungjawaban tersebut merupakan basis perencanaan pengendalian, penilaian
kinerja. MSDM harus dilalakukan sejak proses seleksi dan rekruitmen, training, pengembangan dan
promosi hingga pemberhentian karyawan. Faktor lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi,
sosial, keamanan dsb. Dimana semua unsur tsb harus dapat mendukung pelaksanaan strategi
organisasi.
Tugas manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan hubungan yang optimal
antara suberdaya input yang digunakan dan output yang dihasilkan dikaitkan sdentgan target
kinerja. Input diukur dengan jumlah sumberdaya yang digunakan sedangkan output diukur dengan
jumlah produk atau output yang dihasilkan.
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pada dasarnya terdapat 4 pusat pertanggungjawaban yaitu :
Suatu organisasi besar seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai suatu pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang besar tersebut dapat dipeca-pecah lagi
menjadi pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil hingga pada level pelayanan atau program,
misalnya dinas-dinas atau subdinas-subdinas. Pusat pertanggungjawan tersebut selanjutnya menjadi
dasar untuk perencanaan dan pengendalain anggaran serta penilaian kinerja pada unit ybs. Manajer
pusat pertanggungjawaban sebagai budget holder memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
anggaran. Pusat pertanggung jawaban memperoleh sumberdaya input berupa tenaga kerja, material
dsbnya yang dengan input tsb diharapkan dapat menghasilkan output dalam bentuk barang atau
pelayanan pada kualitas dan kuantitas tertentu. Anggaran mencerminkan nilai rupiah dari input yang
dialokasikan ke pusat-pusat pertanggungjawaban dan output yang diharapkan atau level aktivitas
yang dihasilkan. Pengendalian anggran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja riil yang
dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan antara hasil yang dicapai dan jumlah
anggaran kemudaian dianalisis untuk diketahui penyebabnya dan dicari siapa yang
bertanggungjawab atas terjadinya perbedaan tersebut, sehiungga dapat segera dilakukan tindakan
korektif. Tindakan tsb biasa dilakukan pada perusahaan-perusahaan swasta. Pada organisasi publik,
mekanisme tsb perlu dilakukan sebagai salah satu cara pengendalian anggaran.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan dengan
program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan kata lain tiap-tiap pusat pertanggungjawaban
bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu dan penggabungan proram-program
dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tsb seharusnya mendukung program pusat
pertanggungjawaban pada level yang leih tinggi, sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi
dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai berlanja (pengeluaran) yang
telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran. Laporan kinerja disiapkan dan
dikirim ke setiap level manajemen untuk dievaluasi kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang
telah dicapai dengan anggaran. Jika sistem pengendalian anggaran berjalan dengan baik maka
informasi yang dikirimkan kepada manajer harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan
harus up to date (terbaru) dan biaya yang dikendalikan secara langsung (controllable) dengan biaya-
biaya yang tidak dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban berfunmgsi sebagai pengemban budget holder, maka proses penyiapan
dan pengendalian anggaran harus menjadi fokus perhatian manajer pusat pertanggungjawaban.
Keberadaan depatemen anggaran dan komite anggaran pada pusat pertanggungjawaban sangat
perlu untuk membentu terciptanya anggaran yang efektif.
Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian anggaran biasanya banyak diketahui oleh bagian
departemen anggaran. Depatemen anggaran memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggran
2. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran (misal: asumsi tingkat inflasi, nilai
tukar, harga migas)
3. Membantu mengkomunikasdikan anggaran ke seluruh bagian dalam organisasi
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi kepada budgeter dan manajer
pusat pertanggungjawaban
5. Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan, menginterprestasikan hasil dan menyiapkan
ikhtisar laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban
6. Menyiapkan revisi anggaran jika diperlukan.
Komite anggran biasanya teddiri dari para pimpinan puncak seperti kepala depatemen, kepala dinas,
kepala biro dsb. Komite anggaran ujuga memiliki peran yang vital. Komite anggran bertugas
menuyusun anggran untuk tiap-tiap unitoperasi. Depaemen anggran dan komite anggran
merupakan perangkat yanmg berad pada pusat pertanggungjawaban., Karenanya pusat
pertanggungjawaban merupakan alat yang sangat vital untuk pelaksanaan dan pengendalian
anggaran selain itu juga merupakan basis pengukuran kinerja yaitu membendingkan apa yang telah
dicapai oleh pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Dalam suatu organisasi setiap individu pasti mempunyai tujuan person. Untuk menyingkapi ini perlu
adanya jembatan yang mampu menghantarkan organisasi mencapai tujuannya, yaitu tercapainya
keselarasan antara tujuan individu dan tuuan oraganisasi.Dalam hal ini hendaknya pengendalian
manajemen dapat digunakan sebagai jembatan untuk mewujudkan goal congruence yaitu keselaran
antara tujuan individu dan tujuan organisasi.
Faktir yang mempengaruhi goal congrunce dapat dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu faktor
pengendalian formal dan informal. Faktor pengendalian formal misalnya : sistem pengendalian
manajemen dan sistem aturan. Sedangkan faktor informal terdiri dari ekstrenal dan internal. Yang
bersifat eksternal contohnya etos kerja dan loyalitas karyawan ( dalam pemerintahan kita kenal
sebagi abdi negara dan abdi masyarakat), sedangkan yang bersifat internal : kulktur organisasi, gaya
manajemen dan gaya komunikasi.
Hasil perumusan strategi bersifat permanen dan jangka panjang bisa berjangka 4,5, 10 bahkan 20
tahun. Perubahan visi, misi dan tujuan oragnisasi sangat jarang dilakukuan oleh organisasi baik itu
pemerintahan atau swasta. Yang berubah hanyalah strategi untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan
yang telah ditetapkan. Pertimbangan untuk revisi strategi biasanya kalau muncul perubahan
lingkunan yang berupa ancaman atau peluang baru. Perubahan lingkungan dalam organisasi sektor
publik sanat mungkin karena karena organisasi sektor publik dipengaruhi oleh faktor politik, ekoomi,
sosial dan budaya. Ketidakstabilan ekonomi dan politik yang terjadi secara terus menerus dapat
mendorong pemerintah untuk sewaktu-waktu mengeluarkan kebijakan dan strategi baru. Ancaman
dan peluang baru dapat muncul setiap saat. Karenanya perumusan strategi bersifat tidak sistematis
dan tidak harus kaku.
Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi.
Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Analsisi ini
dikembangkan dengan menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
suatu organisasi dan faktor eksternal yang merupakan ancaman dan peluang. Berdasarkan analisis
SWOT oganisasi dapat menentukan startegi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi
perusahaann dapat berubah atau mengalami revisi jika terdapat lingkungan yang berubah yang
dipengaruhi adanya ancaman dan kesempatan, misalnya adanya inovasi teknologi baru, peraturan
pemerintah baru atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan global.
Gambar: Proses Perumusan Strategi
Proses perumusan pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi perkembangan disektor swasta.
Sama halnya dengan sektor swasta tahap awal dari manajemen strategi adalah perencnaan.
Perencanaan dimulai dari perumusan strategi. Menurut Olsen dan Eadi (1982) proses perumusan
strategi terdiri dari 5 komponen dasar yaitu :
1. Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh manajemen eksekutif
organisasi dan memberikan rerangka pengembangan strategi serta target yang akan dicapai
2. Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran faktor-faktor
eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus dipertimangkan pada saat
merumuskan strategi organisasi
3. Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
strategik
4. Perumusan, evaluasi dan pemilihan strategi
5. Implementasi dan pengendalian rencana strategik.
Menurut Bryson Jm model 8 langkah untuk memfasilitasi proses perumusan strategi yaitu:
1. Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategi
2. Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi
3. Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
4. Menilai lingkungan eksternal
5. Menilai lingkungan internal
6. Identifikasi isu strategi yang sedang dihadapi organisasi
7. Perumusan strategi untuk me- manage isu-isu
8. Menetapkan visi organisasi untuk masa ke depan.
Perbedaan dengan perumusan strategi adalah bahwa perumusan strategi merupakan proses untuk
menentukan strategi, sedangkan perencanaan strategik adalah proses menentukan bagaimana
mengimplementasikan strategi tersebut. Hasil perencanaan strategik berupa rencana-rencana
strategik. Dalam proses perumusan strategi , manajemen memutuskan visi,misi dan tujuan oganisasi.
Perencanaan strategik merupakan proses menurunkan strategi dalam bentuk program-program.
Proses Perencanaan Strategik
Perencanaan strategik merupakan proses yang sistematis yang memilikiu prosedru dan skedul yang
jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan strategik akan mengalaami
masalah da;lam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja anggaran yang terlalu berat, alokasi
sumberdaya yang tidak tepat sasaran dab dilakukannya pilihan startyegi yang salah. Orientasi
dilakukannya manajemen strategik pada organisasi manajemen organisasi publik menuntut adanya
strategic vision, strategic thinking, strategic leadership dan strategic organization.
Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk meningkatkan komunikasi antara manajer puncak
dengan manajer dibawahnya, sehingga memungkinkan terjadi persetujuan antara manajer puncak
dengan manajer level dibawahnya mengenai strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan, yang nantinya akan mendorong goal congruence.
Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain sistem pengendalian
manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai. Visi, misi, tujuan dan strategi yang
telah ditetapkan secara biak dapat gagal bila struktur organisasi tiudak mendukung strategi,
karenanya perlu adanya restrukturisasi dan reorganisasi agar selaras dengan startegi dan sistem
pengendalian manajemen. Restrukturisasi dapat didasarkan pada prinsip
1. Perubahan strktur organisasi hendaknya dapat meningktakan kapasitas untuk mencapai strategi
yang efektif
2. Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan kebijakan hingga
level bawah. Visi, misi dan tujuan organisasi harus selalu dikomunikasiokan kepada seluruh anggota
organisasi
3. Dewan bertanggung jawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijakan dan otorisasi
alokasi sumber daya dan menilai kinerja manajemen.
Proses dan praktik di lapangan terkait dengan prosedur dan sistem pengendalian. Prencanaan
strategik tidak akan efektif jika prosedur dan sistem pengendalian tidak sesuai dengan strategi. Arus
ada kejelasan wewenang dan tanggung jawab, pendelegasian wewenang dan tugas. Selain itu harus
didukung oleh regulasi keuangan, pengendalian personel dan manajemen kompensasi yang jelas
dan fair.
Kultur organisasi terkait dengan lingkungan kerja dan kesediaan anggota untuk melakukan
perubahan. Perencanaan srtategik harus didukung adanya budaya organisasi yang kuat, dan harus
didukung oleh perubahan perilaku dan sikap anggota organisasi untuk melaksanakan program-
program secara efektif dan efisien. Program akan gagal bila personel di lapangan bertindak tidak
sesuai dengan arah dan strategi organisasi.
Penganggaran
Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sektor publik merupakan tahap yang
pang dominan, karena memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan penganggraan pada sektor
swasta. Perbedaan tersebut terletak pada pengaruh politik dalam proses penganggaran.
Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian akhir dari proses pengendalian manajemen yang dapat
digunakan sebagai alat penegndalian. Pengendalian manajemen melalui sistem penilaian kinerja
dapat dilakukan dengana menciptakan mekanisme reward dan punishment. Sistem pemberian
penghargaan dan hukuman dapat digunakan sebagai pendorong untuk pencapaian suatu strategi.
Sistem reward dan punishment harus didukung oleh manajemen kompensasi yang memadai.
Manajemen kompensasi merupakan mekanisme penting untuk mendorong motivasi manajer untuk
mencapai tujuan organisasi. Intensif positif pada manajer disebut sebagai reward dan intensif
negatinya disebut sebagai punishment. Peran peting adanya penghargaan dalam suatu organisasi
akan mendorong tercapainya tujuan oragnisasi dan untuk menciptakan kepuasan setiap individu.
Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial, yang bersifat financial misalnya
kenaikan gaji, bonus dan pemberian tunjangan, sedangkan non financial dapat berupa promosi
jabatan, penambahan tanggung jawab, otonomi yang lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang
lebih baik dan pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan hukuman pada kondisi tetentu
diperlukan, tetapi orientasi penilaian harus selalu pada pemberian penghargaan.