Anda di halaman 1dari 23

‘BAB IV

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP


(Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL)
Aceh.
1. Program dan Kegiatan
ALOKASI REALISASI
NO PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN ANGGARAN KEUANGAN FISIK
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Kegiatan Penyediaan Jasa 10.000.000 10.000.000 100 100
Surat Menyurat
Penyediaan Jasa 382.404.000 339.886.310 88,88 100
Komunikasi, Sumber Daya
Air dan Listrik
Penyediaan Jasa 28.581.000 28.565.000 99,94 100
Kebersihan Kantor
Penyediaan Alat Tulis 15.053.294 15.053.144 100 100
Kantor
Penyediaan Barang 11.181.000 11.181.000 100 100
Cetakan dan Penggandaan
Penyediaan Komponen 6.003.700 6.003.600 100 100
Instalasi
Listrik/Penerangan
Bangunan Kantor
Penyediaan Peralatan dan 133.688.000 133.633.000 99,96 100
Perlengkapan Kantor
Penyediaan Bahan Bacaan 13.320.000 13.320.000 100 100
dan Peraturan Perundang-
Undangan
Penyediaan Makanan dan 45.900.000 45.675.000 99,51 100
Minuman
Rapat-Rapat Koordinasi 485.830.000 397.331.447 81,78 95,00
dan Konsultasi ke Luar
Daerah
Penyediaan Pelayanan 1.327.515.950 1.327.515.000 100 100
Administrasi Perkantoran
2 Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
Pengadaan Perlengkapan 35.600.000 35.480.000 99,66 100
Gedung Kantor
Pemeliharaan Rutin/ Berkala 195.400.000 189.925.240 97,20 97,50
Kendaraan Dinas/Operasional
Pemeliharaan Rutin/ Berkala 28.000.000 27.950.550 99,82 100
Peralatan Kantor
RehabilitasiSedang/ Berat 240.140.000 240.140.000 100 100
Rumah Gedung Kantor

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-1


ALOKASI REALISASI
NO PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN ANGGARAN KEUANGAN FISIK
(Rp) (Rp) (%) (%)
3 Program Peningkatan
Disiplin Aparatur
Pengadaan Pakaian Dinas 86.101.000 86.065.000 99,96 100
Beserta Kelengkapannya
4 Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
Pendidikan dan Pelatihan 267.770.540 216.864.140 80,99 97,50
Formal
Rapat Koordinasi Teknis 6.536.400 6.536.400 100 100
(Rakornis)
Peningkatan Kualitas 17.530.000 17.530.000 100 100
Pelayanan Publik
Program Pengembangan
5 Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Peningkatan Peran Serta 268.398.610 258.040.610 96,14 98,50
Masyarakat Dalam
Pengelolaan Persampahan
6 Program Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup
Koordinasi Penilaian Kota 147.643.100 134.629.750 91,19 92,00
Sehat/Adipura
Pemantauan Kualitas 454.325.650 438.287.755 96,47 98,33
Lingkungan
Pengawasan Pelaksanaan 112.283.300 112.283.300 100 100
Kebijakan Bidang Lingkungan
Hidup
Pengelolaan B3 dan Limbah 63.210.200 61.998.560 98,08 100
B3
Pengkajian Dampak 246.361.850 223.714.250 90,81 96,36
Lingkungan
Penaaatan dan Penegakan 66.064.400 59.557.400 90,15 95,00
Hukum Lingkungan
7 Program Perlindungan dan
Konservasi Sumber Daya
Alam
Konservasi Sumber Daya Air 395.670.000 391.408.000 98,92 99,40
dan Pengendalian Kerusakan
Sumber-Sumber Air
Pengendalian Dampak 122.390.000 107.194.800 87,58 98,18
Perubahan Iklim
Pengendalian Kerusakan 52.457.300 51.878.300 98,90 100
Hutan dan Lahan
8 Program Rehabilitasi dan
Pemulihan Cadangan
Sumber Daya Alam
Perencanaan dan Penyusunan 522.847.750 459.884.539 87,96 90,00
Program Pembangunan
Pengendalian Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-2


ALOKASI REALISASI
NO PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN ANGGARAN KEUANGAN FISIK
(Rp) (Rp) (%) (%)
9 Program Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan
Hidup
Peningkatan Edukasi dan 161.831.600 157.212.300 97,15 98,00
Komunikasi Masyarakat di
Bidang Lingkungan
Pengembangan Data dan 863.168.500 846.787.855 98,10 100
Informasi Lingkungan
Penyusunan Status 135.946.000 130.791.400 96,21 99,00
Lingkungan Hidup Daerah
Pengembangan Unit 1.041.341.900 1.034.037.900 99,30 99,70
Pelaksana Teknis (UPT)
Laboratorium Lingkungan
Hidup Daerah
10 Program Pengelolaan dan
Rehabilitasi Ekosistem
Pesisir dan Laut
Pengelolaan dan Rehabilitasi 1.551.643.900 1.551.432.800 99,99 100
Ekosistem Pesisir dan Laut
11 Program Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pengawasan dan 68.002.350 67.580.143 99,38 100
Pengendalian RTH
Jumlah 9.610.141.294 9.235.374.493 96,10 98,74

2. Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan


Pada Tahun 2015 Pemerintah Aceh melalui Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) Aceh telah melaksanakan 8 program utama dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup untuk pencapaian penurunan beban pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program ini direalisasikan dengan
melaksanakan training/pelatihan/bimtek terkait lingkungan hidup yang diikuti oleh 20 orang
aparatur Bapedal Aceh dan UPTB BPPL baik di dalam dan luar daerah Provinsi Aceh. Hasil yang
dicapai berupa : terlatihnya 20 aparatur Bapedal Aceh dan UPTB BPPLdalam pengelolaan
lingkungan hidup

Melaksanakan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Bapedal Aceh dan


UPTB BPPL sebanyak 6 jenis SOP. Tujuan penyusunan SOP ini adalah terselenggaranya
kinerja pelayanan Bapedal Aceh secara transparansi dan akutanbilitas pada pelayanan
publik.
No Jenis SOP
1. Penilaian Dokumen AMDAL
2. Penilaian Dokumen UKL-UPL
3. Pelayanan Data dan Informasi
4.. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
5. Pengadaan Pengaduan Kasus Lingkungan
6. Pelayanan Jasa Pengujian (UPTB BPPL, Sub Bagian Tata Usaha)

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-3


Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, Program ini direalisasikan
dengan melaksanakan 2 (dua) kegiatan sosialisasi di Kab. Pidie, Kota Lhokseumawe, Kab. Aceh
Selatan yaitu : Sosialisasi Pengelolaan Sampah Metode 3 R kemasyarakat (dayah) dan Sosialisasi
Pembentukan Bank Sampah.
Selanjutnya dilaksanakan pula, pembangunan rumah kompos yang dibangun di Desa Jojo
Beurenun Kab. Pidie sebagai desa binaan dengan memberikan mesin pencacah sampah organik,
pengadaan mesin pencacah plastik lembaran/kresek, pengadaan mesin ayak,
pembuatan rumah kompos, pembuatan bak pencuci,pembuatan bengkel kerja, biaya
perencanaan pembuatan rumah kompos, bengkel mesin pencacah sampah organik,
pengadaan mesin pencacah plastik lembaran/kresek, pengadaan mesin ayak,
pembuatan rumah kompos, pembuatan bak pencuci, pembuatan bengkel kerja, biaya
perencanaan dan, biaya pengawasan pembuatan rumah kompos, bengkel kerja dan bak
pencuci. Hasil yang dicapai berupa : bertambahnya wawasan instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, bertambahnya wawasan warga
desa binaan tentang tata cara penggunaan mesin-mesin pengelola sampah dan tersalurnya mesin-
mesin pengelola sampah.

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, Program ini


direaliasikan dengan melaksanakan Pembinan Program Kota Adipura Tahun 2015 di 3 (tiga)
ibukota kabupaten (Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang, Kota Nagan Raya Kab.
Nagan Raya, dan Kota Sigli Kabupaten Pidie) dan penilaian Kota Adipura Tahun 2015 di 6
(enam) kabupaten/kota (Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa, Kota
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dan Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah). Tujuan dari
kegiatan ini adanya kota sesuai dan memenuhi kriteria Adipura serta mendapatkan penghargaa.
Hasil yang dicapai berupa : diperolehnya kabupaten/kota yang memenuhi kriteria dan
mendapatkan penghargaan Adipura tingkat Provinsi Aceh.

No Kota/Kab Peringkat Penilai Pemberi Penghargaan

1. Kota Langsa I Provinsi Gubernur Aceh


2. Kota Sabang II Provinsi Gubernur Aceh

3. Kota Lhokseumawe III Provinsi Gubernur Aceh

4. Meulaboh IV Provinsi Gubernur Aceh

5. Takengon Harapan Provinsi Gubernur Aceh

Melaksanakan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan melakukan


pemantauan terhadap kualitas air (sungai/danau) dan pemantauan kualitas udara ambient
yang termasuk dalam SPM Bidang Lingkungan Hidup. Tujuan dilakukan pemantauan ini adalah
untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai/danau dan kondisi kualitas udara ambient di
wilayah perkotaan dalam Provinsi Aceh. Pemantauan kualitas air dilakukan di 8 (delapan)
lokasi, meliputi 6 sungai dan 2 danau yang diduga memiliki potensi tinggi tercemar limbah
domestik karena sungai/danau ini melintasi wilayah, kebun, industri, pasar dan pemukiman
padat penduduk di 7 (tujuh) kabupaten/kota yaitu di Kr. Tamiang (Kab. Aceh Tamiang), Kr.
Baro dan Kr. Mariam (Kab. Pidie), Kr. Sabee (Kab. Aceh Jaya), Kr. Meurebo (Kab. Aceh Barat), Kr.
Peusangan (Kab. Bireuen), Danau Aneuk Laot (Kota Sabang) dan Danau Laut Tawar (Kab. Aceh
Tengah), dari hasil analisa pengujian air oleh BPPL Bapedal Aceh, kualitas air (sungai/danau)
adalah tercemar ringan.
Selain melakukan pemantauan rutin, Bapedal Aceh juga melakukan pemantauan
berdasarkan laporan masyarakat, berita harian Serambi Indonesia juga laporan BLKH
setempat dengan hasil pemantauan sebagai berikut :

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-4


No Kabupaten/kota Jenis
1 RSUD Nagan Raya, Kab. Nagan Raya Kadar E. Coli pada sumur pantau
masyarakat diatas baku mutu.
2 PKS PT. Mopoli Raya Kab. Aceh Tamiang Hasil analisa air limbah PKS. Mapoli
Raya, BOD di atas baku mutu.
3 RSUD Cut Nyak Dien, Kab. Aceh Barat Tidak ada dokumen lingkungan
4 Ceceran batubara akibat kegiatan bongkar Hasil analisis pengujian air laut oleh
muat dari kapal angkut di pantai Ujong BPPL Bapedal Aceh terdapat parameter
Kareueng Kab. Aceh Barat. Pengambilan yang melebihi baku mutu yaitu Sulfida
sampel dilakukan di 3 lokasi yaitu dan TSS. Kandungan Sulfida dalam batu
pemukiman penduduk Kp. Suak Indrapuri, bara yang ada dalam air laut tersebut
Pelabuhan Suak Indrapuri dan tempat tinggi (tercemar batubara ) dan
wisata Ujong Kareueng menyebabkan ikan menghilang sehingga
mempengaruhi daya tanggap nelayan
setempat dan penduduk ada yang
mengalami gangguan paru (infeksi paru-
paru) karena debu pembongkaran batu
bara.
5 Danau Laut Tawar, Kab. Aceh Tengah. Hasil analisa pengujian air danau oleh
Pengambilan sampel di lakukan di 3 lokasi BPPL Bapedal Aceh , Danau Laut Tawar
yaitu Desa Toweran, Desa Kebayakan, dan tercemar, beberapa parameter di atas
Desa Lut Tawar. baku mutu yaitu : Phosphat, Sulfida,
Detergen, E-Coli dan Minyak Lemak di
Desa Toweran. Hal ini disebabkan
adanya kegiatan klinik kesehatan pada
desa tersebut., Desa Kebayakan (minyak
lemak dan detergen di atas baku mutu)
sedangkan di Desa Lut Tawar (Phosphat,
Sulfida, Minyak-lemak, Detergen dan E-
Coli di atas baku mutu), lokasi ini
merupakan pemukiman padat
penduduk dan sepanjang aliran sungai
terlihat banyak keramba.
6 Air sungai Bubon, Kab. Aceh Barat Hasil analisis Laboratorium Kesehatan
dan Laboratorium Baristanindag,
parameter COD tinggi,Phosphat dan
Sulfida diatas baku mutu, kedua
parameter yang melebihi baku mutu
tersebut terdapat dalam kandungan
pupuk, kondisi ini menyebabkan sungai
tercemar dan matinya ikan serta udang
yang hidup di dalam sungai tersebut.

Selanjutnya, dilaksanakan pula pemantauan kualitas udara ambient di 22 kabupaten/kota


dalam Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi mewakili daerah transportasi yang padat lalu lintas.
Parameter analisa yang diukur adalah Sulfur Dioksida, Karbon Dioksida, Nitrogen Dioksida,
Oksidan, Timah hitam (Pb), Hidrokarbon, dan Debu Total (TSP). Hasil analisa laboratorium
menunjukkan bahwa berdasarkan parameter pengujian yang merujuk pada lampiran 1 PP No.
41 mengenai Pengendalian pencemaran Udara, kondisi kualitas udara pada lokasi-lokasi
pengujian masih dalam kondisi baik karena berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan.
Lokasi pemantauan pada kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-5


No Kabupaten/Kota Lokasi Titik Pantau Hasil pengujian
Parameter
1. Banda Aceh Depan Kantor PLN Jl. T. Nyak Arief, Kondisi baik
Depan Gedung Sosial Jl. T. Cik Ditiro
dan Depan Gedung Taman Budaya
Jl. Teuku Umar
2. Kab. Aceh Besar Lambaro Jln Banda Aceh-Medan Kondisi baik
Km. 9
3. Kab. Pidie Depan Mesjid Agung Al-Falah Jln Hidrokarbon tergolong
Prof. A. Majid Ibrahim Kota Sigli tinggi namun masih di
bawah ambang batas
4. Kab. Pidie Jaya Depan Kantor Pegadaian Jln Hidrokarbon tergolong
Iskandar Muda No. 6 Meureudu tinggi namun masih di
bawah ambang batas
5. Kab. Bireuen Jl. Sultan Iskandar Muda No.13-15 Kondisi baik
Kota Bireuen
6. Kota Lhokseumawe Jl. Merdeka No. 1 depan Gedung Kondisi baik
Grapari Telkomsel
7. Kab. Aceh Utara Depan Terminal antar kota di jalan Kondisi baik
Banda Aceh – Medan Lhoksukon
8. Kab. Aceh Timur Depan Mapolsek Idie Rayeuk Desa Kondisi baik
Kp. Jawa di Jalan Banda Aceh –
Medan
9. Kota Langsa Depan SMA 1 Jalan Jend. Ahmad Kondisi baik
Yani Langsa
10. Kab. Aceh Tamiang Depan Mess Mahkamah Syariah Jln Kondisi baik
Ir. H. Juanda No. 63 Karang Baru
11. Kab. Bener Meriah Desa Pante Raya Jln. Bireuen- Hidrokarbon tergolong
Takengon tinggi namun masih di
bawah ambang batas
12. Kab. Aceh Tengah Jalan Lebe Keder No. 49 Kondisi baik
perempatan Depan Bank Aceh
Takengon
13. Kab. Gayo Lues Depan bundaran Kota Blangkejeren Kondisi baik
(Depan Bank Aceh/Depan
Mapolres) Jln Kutacane – Medan
14. Kab. Aceh Tenggara Depan Stadion H. Syahadat Hidrokarbon tergolong
Kutacane Jln. Jendral Ahmad Yani tinggi namun masih di
bawah ambang batas
15. Kota Sabang Persimpangan Pujasera Kota Kondisi baik
Sabang, Jl. Cut Nyak Dhien,
Gampong Kuta Timu, Suka Karya
Kota Sabang
16. Kab. Aceh Selatan Depan Mesjid Agung Istiqamah Kondisi baik
Tapaktuan
17. Kab. Nagan Raya Dpn Masjid Besar Baiturrahim Jl. Kondisi baik
Nasional Sp. Peut Kec Kuala Kab.
Nagan Raya
18. Kab. Aceh Singkil Dekat Stasiun Pengisian BBM Kota Hidrokarbon tergolong
Singkil tinggi namun masih di
bawah ambang batas
19. Kab. Aceh Jaya Persimpangan Tugu Calang jalan Kondisi baik
Teuku Umar Simpang Tugu Kec.
Krueng Sabee Calang

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-6


20. Kab. Aceh Barat Depan Masjid Agung Baitul Makmur TSP tergolong tinggi namun
Jalan Imam Bonjol Kota Meulaboh masih di bawah ambang
batas
21. Kab. Aceh Barat Depan Bundaran Bank Aceh jalan TSP tergolong tinggi namun
Daya Sentral (Alun-alun Kota Blang masih di bawah ambang
Pidie) Blang Pidie batas
22. Kota Subulussalam Dpn Motel dan Bengkel Maulida TSP tergolong tinggi namun
Citra Grup Jl. Teuku Umar No. 130 masih di bawah ambang
batas

Selanjutnya, dilaksanakan kegiatan berkelanjutan yang telah dilaksanakan selama 4 (empat)


tahun berturut-turut oleh Bapedal Aceh sebagai penanggungjawab di Provinsi Aceh untuk
mengukur kualitas udara perkotaan khususnya di Kota Banda Aceh dan telah mengukuhkan
Kota Banda Aceh sebagai Kota dengan kualitas udara terbaik pertama di Indonesia pada tahun
2013 untuk kategori kota sedang. Pada tahun 2014, menempati urutan ke dua dan pada tahun
2015 menempati urutan ke tiga. Kegiatan pemantauan kualitas udara ini meliputi 5 (lima)
kegiatan secara simultan, yaitu; uji emisi kendaraan bermotor roda empat, pemantauan
kualitas udara (pengukuran udara ambien di lokasi uji emisi), pemantauan kinerja lalu lintas,
pemantauan kualitas bahan bakar dan survey inventarisasi emisi kendaraan bermotor.
Pelaksanaan uji emisi mengambil sampel 1.687 unit kendaraan, dimana 1.227 unit kendaraan
berbahan bakar bensin dan 480 unit kendaraan yang berbahan bakar solar. Jumlah ini melebihi
target yaitu 1000 unit kendaraan bermotor. Dari jumlah tersebut yang lulus uji sebanyak 1.468
unit kendaraan, yang terbagi atas 1.115 unit kendaraan berbahan bakar bensin dan 353 unit
kendaraan berbahan bakar solar. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini berupa : terpantaunya
pencemaran terhadap kualitas lingkungan (air dan udara) oleh berbagai aktivitas
usaha/kegiatan, kendaraan bermotor dan aktivitas manusia.

Melaksanakan pengawasan dan pemantauan teknis ke 16 usaha/kegiatan di 10


kabupaten/kota dengan tujuan menurunnya beban pencemaran dari usaha/kegiatan yang
dipantau atau diawasi dan mengetahui tingkat ketaatan usaha/kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

No Usaha/Kegiatan dan hasil pemantauan Lokasi


1. PTPN I. PKS. Cot Girek. Hasil pemantauan : pada kolam 6 perlu Kab. Aceh Utara
dibuat aerator untuk meningkatkan kadar DO dan
menurunkan BOD air limbah, perusahaan wajib mengurus
permohonan perpanjangan izin buangan air limbah ke Bupati
Aceh Utara
2. PT. Aceh Rubber Industries. Hasil pemantauan : perusahaan Kab. Aceh Tamiang
wajib membuat lubang sampling pada cerobong (dryer) dan
genset disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku (8 D dari
bawah dan 2 D dari atas)
3. PT. Mifa Bersaudara. Hasil pemantauan : belum memiliki izin Kab. Aceh Barat
pembuangan limbah cair (IPLC) ke badan lingkungan sesuai
peraturan yang berlaku, baik di lokasi pelabuhan dan lokasi
tambang dan belum mengelola seluruh jenis Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (PLB3).
4. Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Hasil pemantauan : Kota Banda Aceh
belum ada izin untuk Tempat Penyimpanan Sementara Limbah
B3, belum dikelola semua jenis Limbah B3, belum melaporkan
hasil pengelolaan jenis limbah B3 ke KLH Kota Banda Aceh,
Limbah B3 (Bahan Kimia) masih menumpuk di TPS, belum
ada kerjasama dengan pengangkut/pengumpul limbah dan
belum ada skat/pemisah antara jenis Limbah B3.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-7


5. Hermess Palace Hotel. Hasil pemantauan : belum memiliki Kota Banda Aceh
bangunan TPS dan belum memiliki izin TPS Limbah B3, izin
pembuangan limbah cair, izin pembuangan limbah cair (IPLC)
ke badan lingkungan sesuai peraturan yang berlaku dan belum
ada pengukuran pH dan debit harian serta belum terpasang
Water Flow Meter pada titik outlet
6. PT. Pertamina (Persero) S & D Region I Terminal BBM Sabang. Kota Sabang
Hasil pemantauan : belum menyusun kembali izin-izin
lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (izin TPS,
IPLC) dan mengajukan kepada Badan Lingkungan Hidup Kota
Sabang untuk mendapatkan rekomendasi dan pengurusan izin
lingkungan lebih lanjut.
7. PKS. PT. Surya Panen Subur. Hasil pemantauan : belum Kab. Nagan Raya
memiliki izin pengelolaan limbah cair, telah memiliki TPS
Limbah B3 tetapi belum memenuhi standart yang disyaratkan.
Lokasi TPS LB3 rawan banjir karena struktur tanah lebih
rendah dari permukaan laut serta belum memiliki izin
penyimpanan LB3.
8. PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Meulaboh. Hasil Kab. Nagan Raya
pemantauan : perusahaan di sarankan mengikuti Program
Proper di ajukan ke Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta
(koordinasi dengan kantor BLHK Kab. Nagan Raya) dan wajib
melakukan pengelolaan sampah domestik yang bersumber
dari rumah karyawan dan kantin dengan sistem pengelolaan
3R.
9. PKS. PT. Anugerah Fajar Rezeki. Hasil pemantauan : segera Kab. Aceh Timur
mengurus izin-izin lain terkait dengan izin pengelolaan
lingkungan (izin pembuangan limbah cair, izin TPS Limbah B3,
izin pengelolaan Limbah B3), dan belum menerapkan UKL-UPL
yang tesebut dalam dokumen izin lingkungan
10. PKS. Koperasi Prima Jasa. Hasil pemantauan : kolam tidak Kab. Aceh Timur
terawat, terbuat dari tanah berbatasan langsung sekitar 6
meter dengan sungai bayeun sehingga berpotensi terjadi
kebocoran air limbah ke badan Sungai Bayeun dan
mengganggu biota di dalamnya dan tidak memiliki izin
pembuangan air limbah ke badan air yang dikeluarkan oleh
Bupati Aceh Timur
11. PKS. Ensem Sawita. Hasil pemantauan : segera mengurus izin- Kab. Aceh Timur
izin lain terkait dengan izin pengelolaan lingkungan (izin
pembuangan limbah cair,izin TPS Limbah B3, izin Pengelolaan
Limbah B3).
12. PT. Pupuk Iskandar Muda. Hasil pemantauan : telah memenuhi Kab. Aceh Timur
ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku
13. PKS PT. Socfindo Lae Butar. Hasil pemantauan : telah Kab. Aceh Singkil
memenuhi ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku
14. PKS. PT. Saukat Sejahtera. Hasil pemantaua : belum memiliki Kab. Bireuen
izin pembuangan air limbah yang dikeluarkan oleh Bupati Kab.
Bireuen dan izin pengambilan dan pemanfaatan air
permukaan dari perairan umum serta izin Penyimpanan
Sementara Limbah B3 (TPS LB3) kepada Kepala Kantor DPPKP
Kab. Bireuen dan belum melakukan pengukuran debit pada
outlet IPAL

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-8


15. PT. Boswa Megalopolis. Hasil pemantauan : belum mengurus Kab. Aceh Barat
izin memanfaatkan air limbah pada land application dan belum
memiliki izin pembuangan limbah cair
16. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Hasil pemantauan : Kota Langsa
belum memiliki izin pembuangan limbah cair (IPLC), belum
memasang filter pada cerobong incenerator sehingga
mengurangi polusi udara berupa debu ke pemukiman sekitar
RSUD, belum mengurus izin incenerator ke Kementerian LHK,
mengurus izin TPS ke BLHKP Kota Langsa dan belum
melengkapi shower/hydrant dan pemadam api pada TPS LB3

Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan menginventarisir usaha/kegiatan dalam


pengelolaan B3 dan limbah B3 yang dihasilkan dan berpotensi sebagai sumber pencemar dan
kerusakan lingkungan di Provinsi Aceh di 7 (tujuh) kabupaten/kota, tersedianya data kualitas
tingkat pencemaran dari usaha/kegiatan yang menghasilkan limbah B3, serta tingkat penaatan
terhadap standar baku mutu lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Diharapkan dengan program kegiatan ini akan terkendalinya lingkungan hidup yang baik dan
sehat di Provinsi Aceh. Hasil pemantauan sebagai berikut :
Jenis
No Kabupaten/kota Jenis Limbah B3 IzinPengelolaan B3
dan Limbah B3
1 RSU dr. Fauziah Jarum suntik, reagent, produk farmasi Belum memiliki izin
Kab.Bireuen kadaluarsa, logam berat berat, pengelolaan limbah
development, fixer B3.
2 RSUD Kota Jarum suntik, reagent, produk farmasi Belum memiliki izin
Sabang kadaluarsa, logam berat, fixer, pengelolaan limbah
development B3.
3 RSUD Kab. Pidie Jarum suntik, reagent,produk farmasi Belum memiliki izin
Jaya kadaluarsa, logam berat, fixer, pengelolaan limbah
development B3.
4 Kab. Aceh Utara Oli bekas, battery, kapasitor, katalis Izin tempat
(PT. PIM) penyimpanan
sementara limbah B3
5 RSUD Dr. Zubir Jarum suntik, reagent,produk farmasi Belum memiliki izin
AhmadKab. Aceh kadaluarsa, logam berat, fixer, pengelolaan limbah
Timur development B3.
6 RSUD Cut Meutia Jarum suntik, reagent,produk farmasi Belum memiliki izin
Kab. Aceh Utara kadaluarsa, logam berat, fixer, pengelolaan limbah
development B3.
7 RSUD Tgk. Chik Jarum suntik, reagent,produk farmasi Belum memiliki izin
Ditiro Kab. Pidie kadaluarsa, logam berat, fixer, pengelolaan limbah
development B3.
8 RSUD Kab. Aceh Jarum suntik, reagent,produk farmasi Belum memiliki izin
Singkil kadaluarsa, logam berat, fixer, pengelolaan limbah
development B3.

Melaksanakan Pengkajian Dampak Lingkungan yang direalisasikan dengan melakukan 2


(dua) pembinaan dan pengawasan yaitu Penerbitan Rekomendasi UKL-UPL pada instansi
lingkungan hidupdi 6 kabupaten/kota yaitu Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Utara, Kab. Pidie, Kab.
Aceh Jaya, Kab. Aceh Tamiang dan Kota Banda Aceh dan pembinaan dan pengawasan Komisi
Penilai AMDAL yang Berlisensi pada 3 (tiga) kabupaten yaitu Kab. Aceh Jaya (PT. Boswa
Megalopolis), Kab. Bireuen (Pembangunan Jalan Kereta Api Lintas Cunda-Bireuen) dan Kab.
Aceh Barat (PT. Karya Tanah Subur).

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-9


Selain melakukan pembinaan dan pengawasan, juga turut dilaksanakan Pemantauan Pasca
AMDAL (Uji Petik) di 4 (empat) kabupaten/kota (Kab. Aceh Tamiang, Kab. Aceh Barat, Kab.
Nagan Raya dan Kota Sabang).
Selanjutnya, dilaksanakan pula Sosialisasi Penerapan PermenLH Nomor 8 Tahun 2013 bagi
23 kabupaten/kota. Adapun tujuan dari kegiatan Pengkajian Dampak Lingkungan melalui
kegiatan tersebut diatas adalah mengevaluasi dan membina penerapan penerbitan
Rekomendasi UKL-UPL oleh Instansi Lingkungan Hidup sesuai dengan peraturan yang berlaku,
mengevaluasi dan membina komitmen pemrakarsa terhadap pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang dilakukan Pasca Amdal pada perusahaan, dan pembentukan Komisi Penilai
AMDAL yang berlisensi dan mengevaluasi kinerja Komisi Penilai AMDAL (KPA), sesuai norma,
standar, prosedur pada 4 (empat) Kabupaten/kota, serta mensinergiskan pemahaman
penatalaksanaan penilai AMDAL, pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan izin lingkungan.
Adapun kendala dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan tersebut adalah
anggaran yang tidak memadai, sehingga capaian/target yang direncanakan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut bagi 23 Kabupaten/kota tidak dapat dilaksanakan.

Melaksanakan Penaatan dan Penegakan Hukum Lingkungan melalui pengaduan kasus yang
terdata dan diklarifikasi oleh Tim Bapedal Aceh. Tujuan dari kegiatan ini adalah terinventarisir
kasus-kasus lingkungan hidup yang terjadi di kabupaten/kota dengan tindak lanjut
penyelesaian yang disesuaikan kewenangan kabupaten/kota atau provinsi.

No Masalah/Kasus Penanganan Masalah/Kasus


1. Popping (kebocoran) Ammonia Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
oleh PT. PIM Krueng Geukueh tanggal 09-11 April 2015 dan tindak lanjut
Kec. Dewantara Kab. Aceh Utara sebagai berikut : PT. PIM sudah memberikan
sehingga menyebabkan bau dan pengobatan sesuai dengan kebutuhan bagi warga
terganggunya aktifitas warga yang terkena paparan ammonia, melakukan
setempat (berita Haria Serambi sosialisasi tanggap darurat untuk masyarakat
Indonesia, 28 Maret 2015): sekitar pabrik secara periodik, terutama pada
mengakibatkan 59 warga saat akan beroperasi (start up) dan membagikan
Tambon Baroh Kec. Dewantara alat pengaman seperti masker kepada warga,
terpapar ammonia sehingga memasang alat penyerap gas ammonia di sekitar
pingsan dan masuk rumah sakit katup pengaman dan tanda-tanda terjadinya
dan Surat Laporan Paparan bahaya di sekitar pabrik, perbaikan safety valve,
Amonia PT. PIM No. memperbarui rambu-rambu peringatan bahaya
337/OT.0302/4000 tanggal 30 paparan gas ammonia di sekitar lingkungan
Maret 2015. pabrik, poster-poster dan petunjuk pada
assambly meeting.
2. Kasus limbah perusahaan sawit Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
(PKS) PKS. Koperasi Prima Jasa tanggal 22-25 Mei 2015 dengan tindak lanjut
Kab. Aceh Timur di badan Sungai sebagai berikut : untuk diperbaiki posisi kondisi
Bayeun (berita Harian Serambi kolam yang berdampingan dengan sungai (kolam
pada tanggal 19 Mei 2015 dan 13) guna menghindari terjadinya longsor,
laporan dari Anggota Dewan perawatan pada kolam-kolam IPAL dan
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) meningkatkan efesiensi IPAL sehingga kualitas
air limbah yang akan dibuang ke badan
lingkungan dapat memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan, melakukan pengujian air limbah
yang telah dilakukan pengelolaan ke media
lingkungan setelah kolam 13 setiap 1 (satu)
bulan sekali dengan parameter sesuai dengan
Kepmen LH Nomor 51 Tahun 1995 di
laboratorium terakreditasi.
3. Kasus Limbah perusahaan sawit Sudah dilakukan pemantauan ke lapangan pada
(PKS) PKS. PT. Ensem Sawita Kab. tanggal 22-25 Mei 2015 dengan tindak lanjut

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-10


Aceh Timur di badan Sungai sebagai berikut : diperbaiki posisi dan kondisi
Bayeun (berita Harian Serambi kolam yang berdampingan dengan sungai agar
pada tanggal 19 Mei 2015 dan terhindar dari terjadinya kelongsoran,
laporan dari Anggota Dewan melakukan perawatan pada kolam-kolam IPAL
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan meningkatkan efesiensi IPAL sehingga
kualitas air limbah yang akan dibuang ke Badan
Lingkungan dapat memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan, melakukan pengujian air limbah
yang telah dilakukan pengelolaan ke media
lingkungan setelah Kolam 12 setiap 1 (satu)
bulan dengan parameter sesuai dengan Kepmen
LH Nomor 51 Tahun 1995 di laboratorium
terakreditasi, pelaporan secara khusus kegiatan
pengelolaan limbah cair setiap tiga bulan secara
periodik kepada kepada BapedalAceh dengan
tembusan kepada BLHKP Kab. Aceh Timur.
4. Kasus limbah perusahaan sawit Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
(PKS) PKS. PT. Anugerah Fajar tanggal 22-25 Mei 2015, dengan tindak lanjut
Rezeki Kab. Aceh Timur di badan sebagai berikut : melaksanakan penerapan yang
Sungai Bayeun (berita Harian dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan
Serambi pada tanggal 19 Mei (UKL-UPL), mengurus izin pembuangan limbah
2015 dan laporan dari Anggota cair, izin TPS limbah B3, izin pengelolaan limbah
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh B3,memperbaiki posisi dan kondisi kolam yang
(DPRA). berdampingan dengan alur pengairan sawah agar
terhindar dari terjadinya kelongsoran,
melakukan perawatan pada kolam-kolam IPAL
dan meningkatkan efesiensi IPAL sehingga
kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan
lingkungan dapat memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan, melakukan pengujian air limbah
yang telah dilakukan pengelolaan ke media
lingkungan setelah kolam 13 setiap 1 (satu)
bulan sekali dengan parameter sesuai dengan
Kepmen LH nomor 51 Tahun 1995 di
laboratorium terakreditasi, melaporkan setiap 6
(enam) bulan hasil pemantauan air limbah per
bulan, debit harian, pH harian produksi
senyatanya dan seluruh penerapan yang
dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan
kepada BLHKP Kab. Aceh Timur, tembusannya ke
Bapedal Aceh secara rutin, melakukan pelaporan
secara khusus kegiatan pengelolaan limbah cair
setiap tiga bulan secara periodik kepada Bapedal
Aceh dengan tembusan kepada BLHKP Kab. Aceh
Timur.
5. Dugaan kasus akibat kebocoran Hasil tindak lanjut sebagai berikut : mengurus
pembuangan penampungan izin-izin terkait dengan izin IPAL, TPS LB3 dan
limbah sawit PKS. PT. Raja Marga izin pengelolaan LB3, Dinding IPAL dibuat
Gp. Alue Rambot Kec. Darul permanen agar tidak merembes dan kelonsoran
Makmur Kab. Nagan Raya pada musim hujan, meredam kebisingan sesuai
dengan tuntutan masyarakat dengan menanam
pohon di sekitar lokasi pabrik, melakukan
pemulihan terhadap lingkungan, baik fisik, sosial
dan biologis,

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-11


6. Dugaan kasus limbah ke sungai Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
oleh PKS. PT. Ensem Lestari Kab. tanggal 02-06 Juni 2015, dengan tindak lanjut
Aceh Singkil sebagai berikut : merawat kondisi kolam agar
tidak terjadi hal-hal yang merusak lingkungan,
melakukan pengujian air limbah yang telah
dilakukan pengelolaan ke media lingkungan
setelah kolam 11 setiap 1 (satu) bulan sekali
dengan parameter sesuai dengan PermenLH No.
5 Tahun 2014 di laboratorium terakreditasi,
melakukan pencatatan debit dan pH harian air
limbah, memaksimalkan fungsi kerja alat
pengukur debit pada titik outlet yang telah
ditentukan, sesuai dengan tiik koordinat,
melaporkan sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga)
bulan hasil pemantauan air limbah per bulan,
debit harian, pH harian, produksi senyatanya ke
BLHKP Kab. Aceh Singkil, tembusannya ke
Bapedal Aceh secara rutin, menerapkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi setiap
orang di lingkungan PT. Ensem lestari secara
optimal.
7. Dugaan kasus pencemaran Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
tambak masyarakat oleh PKS. PT. tanggal 03-06 Juni 2015 dengan tindak lanjut
Mapoli Raya Kab. Aceh Tamiang sebagai berikut :
melakukan perbaikan kinerja IPAL agar air
limbahnya dapat memenuhi baku mutu dan wajib
melaksanakan rekomendasi dari BLHK Aceh
Tamiang untuk kelancaran proses permohonan
Izin Pembuangan Limbah Cair, tidak membuang
air di alur disekitar kebun dan badan air apabila
belum dilakukan pengujiam laboratorium sesuai
parameter yang ada dalam peraturan
perundangan, terhadap dugaan pencemaran
lingkungan oleh limbah pabrik PKS PT. Mopoli
Raya terhadap tambak masyarakat di Kampung
Tualang, Matang Sentang, Lubuk Damar, Sidodadi
dan Kampung Air Masin, melakukan kajian daya
dukung dan daya tampung sungai Tamiang, guna
untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Hal
ini disebabkan parameter yang melampaui Baku
Mutu diperkirakan diakibatkan adanya kegiatan
lain selain pabrik kelapa sawit tersebut.
8. Paparan Uap Karbamat PT. PIM Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
Kab. Aceh Utara (Koran Serambi tanggal 29 Oktober - 1 November 2015 dengan
Indonseia Tgl 27 Oktober 2015 tindak lanjut sebagai berikut : menjaga level
serta surat Laporan Paparan Uap tangki maksimum 80% (karena semakin tinggi
karbamat PT.PIM No. volume tangki semakin banyak uap yang
475/OT0203/2000 tgl 28 Okt dikeluarkan), membuat desain ulang terhadap
2015 venting sistem yang dapat mengarahkan uap
karbamat ke scrubber.
9. Dugaan kasus pencemaran udara Sudah dilakukan pemantauan lapangan pada
oleh PKS PT.PN I Tanjong tanggal 17-19 Desember 2015, dengan tindak
Seumantoh Kab. Aceh Tamiang lanjut Pihak PT. PN I Tanjong Seumantoh harus
membuat langkah-langkah yang lebih kongkrit
apa yang menjadi tuntutan masyarakat dapat

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-12


diperoleh untuk kesepakatan : perusahaan segera
menghentikan operasional boiler Fresser yang
tidak berfungsi secara optimal dan melakukan
kegiatan swapantau kualitas udara ambient pada
parameter TSP (debu) sesuai dengan PP No. 41
tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara (menggunakan High Volume Air Sampler
selama 24 jam), pembangunan boiler sesuai
dengan Kepka Bapedal 205 Tahun 19996 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara Tidak Bergerak,
mengevaluasi kembali kondisi IPAL, sehingga air
limbah yang dibuang ke badan air memenuhi
baku mutu air sesuai dengan Permen LH No. 05
Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah,
mengalokasikan dana CSR kepada masyarakat
disekitar lingkungan perusahaan sesuai dengan
Undang-Undang mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan sekitar, PT. PN I
Tanjong Seumantoh juga masih berkoordinasi
dengan pihak Dinas PU Kab. Aceh Tamiang untuk
memenuhi tuntutan warga dalam hal penutupan
parit di jalan Medan – Banda Aceh.

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Program ini direalisasikan
dengan melaksanakan konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber-sumber
air berupa penanaman sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) di 2 kabupaten yaitu Kab. Gayo
dan Kab. Aceh Tenggara. Tujuan rehabilitasi ini adalah untuk memulihkan fungsi DAS sebagai
daerah tangkapan dan serapan air sehingga sumber-sumber air dapat terjaga dengan baik.
Rincian kegiatan rehabilitasi sebagai berikut :
No Kabupaten Hasil
1. DAS Dabun Gelang Kab. Gayo Luas areal rehab ± 10 Ha, dengan jumlah tanaman
Lues 8.400 batang (4.200 btg mahoni dan 4.200 btg
trembesi)

2. DAS Lawe Alas Kab. Aceh Luas areal rehab : ± 8 Ha , dengan jumlah tanaman :
Tenggara 6.100 batang (3.050 btg mahoni dan 3.050 btg
trembesi).

Melaksanakan pengendalian dampak perubahan iklim melalui pembinaan terhadap 2


(dua) desa di 2 Kabupaten/kota yaitu Gampong Batee Raya Kecamatan Juli Kab. Bireun
dan Desa Alur Dua,di Kota Langsa. Kedua desa ini merupakan desa binaan dalam rangka
Program Kampung Iklim (Proklim) yang bertujuan meningkatnya pemahaman
masyarakat akan dampak perubahan iklim dan upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak perubahan iklim (mitigasi perubahan iklim, adaptasi
terhadap perubahan iklim, pengendalian penyakit akibat perubahan iklim dan
meningkatnya pendapatan masyarakat melalui produksi ramah lingkungan.
Selain melaksanakan desa binaan, dilaksanakan pula SosialisasiProgram Kampung
Iklim (Proklim) kepada 40 orang peserta yang berasal dari instansi teknis provinsi dan
23 badan/kantor lingkungan hidup kabupaten/kota. Tujuan sosialisasi ini adalah untuk

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-13


memberikan informasi tentang Program Kampung Iklim (Proklim) yang akan
dilaksanakan di kabupaten/kota.
Selanjutnya dilaksanakan pula pelatihan bagi 30 pegawai Bapedal Aceh tentang Tata
Cara Pengumpulan Data dan Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Sektor Afolu dan
Non Afolu.
Melaksanakan pengendalian kerusakan hutan dan lahan, akibat aktifitas tambang
pada 4 perusaahn di 4 kabupaten/kota melalui pemantauan berdasarkan Dokumen
Rencana Reklamasi Tambang, yang mewajibkan setiap perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan untuk melakukan reklamasi dan revegetasi lahan yang tidak
digunakan lagi sebagai upaya untuk memulihkan kondisi lahan sehingga mendekati kondisi
sebelum dilakukan aktifitas pertambangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kerusakan hutan dan lahan yang terjadi akibat aktifitas tambang dan
reklamasi yang telah dilakukan. Hasil pemantauan dapat dilihat sebagai berikut :
No Inventarisasi Perusahaan Hasil Pemantauan
1. PT. Agrobudi Jasa Bersama, Luas lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Pertambangan Batu Bara di Kab. Aceh : 500 Ha, lahan yang sudah dibuka : 1 Ha.
Barat. Stockpile (tempat penyimpanan sementara
hasil tambang sebelum dipasarkan) seluas
: 10 Ha, belum reklamasi, dikarenakan PIT
(areal bukaan tambang) yang dibuka hanya
sebatas pengerukan tanah tertutup
(overburden), dan batubarapun belum
diambil, sehingga belum dimungkinkan
reklamasi.

2. KSU Tiega Manggis Pertambangan Bijih Luas lahan IUP : 200 Ha, telah eksploitasi :
Besi di Kab. Aceh Selatan 14 Ha, belum reklamasi, dikarenakan
belum selesai eksploitasi,tetapi tetap komit
melakukan upaya pengelolaan lingkungan
sesuai dokumen UKL/UPL.

3. PT. Estamo Mandiri Pertambangan Bijih Luas IUP : 1.120 Ha, izin OP (operasional
Besi di Kota Subulussalam produksi ) : 600 Ha, eksplorasi seluas : 100
Ha, belum reklamasi dikarenakan baru
tahap eksplorasi (untuk mengetahui
kandungan potensi bijih besinya) belum
dilakukan penambangan.

4. PT. Citra Samana Agung Pertambangan - IUP seluas : 120,60 Ha, luas areal bukaan :
Pasir Besi di Kab. Besar 2 Ha (penambangan sistem mekanis) dan
15 Ha (sistem manual), upaya pengelolaan
lingkungan merapikan areal bekas
tambang seluas 2 Ha, pembuatan penahan
abrasi 100 m, telah melakukan reklamasi
rawa seluas 0,3 Ha, reklamasi pinggiran
saluran air seluas : 2 x 150 m, reklamasi
bekas magnetic separator.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-14


Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam, Program ini
direalisasikan dengan melaksanakan Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH) Provinsi Aceh Tahap Pertama. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
menginventarisasi dan mengindentifikasi data lingkungan hidup meliputi data-data dan informasi
sumber daya alam dan lingkungan untuk menetapkan daya dukung dan daya tampung, sehingga
tersedianya data kondisi dan permasalahan lingkungan di Provinsi Aceh, peta kondisi SDA
lingkungan hidup darat dan laut wilayah Aceh dan laporan hasil kegiatan yang terdiri dari laporan
pendahuluan, laporan antara, laporan akhir dan ringkasan eksekutif.
Selain melakukan penyusunan RPLH Tahap I, juga turut melaksanakan Asistensi Penyusunan
Program/Kegiatan Lingkungan Hidup sertaPembinaan Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Lingkungan Hidup untuk 23 kabupaten/kota yang terbagi pada 6
cluster/wilayah, meliputi pelayanan pencegahan pencemaran air, pencemaran udara
dari sumber tidak bergerak, pelayanan informasi status kerusakan lahan/tanah untuk
produksi biomassa dan pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya
dugaan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.
Selanjutnya, dilaksanakan monitoring dan evaluasi bersama Tim P2K Aceh pada
peninjauan lapangan di 7kabupaten/kota terhadap paket pekerjaan pengadaan
peralatan laboratorium pemantauan kualitas lingkungan, rehabilitasi DAS dan
pemulihan ekosistem pesisir dan laut.

No Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Hasil Akhir


1. Pengadaan peralatan Desa Landing Kec. Lemari asam,
laboratorium pemantauan Lhoksukon, Kab. spektrofotometer UV Vis,
kualitas lingkungan Aceh Utara Rotary Evaporator,
kebutuhan Laboratorium Turbidimeter, DO Meter,
Lingkungan Hidup Kab. Konduktometer, Hot Plate,
Aceh Utara Lemari Pendingin dan Sirrer
masing-masing 1 unit.
2. Belanja bahan dan Desa Pangur, Kec. 4.200 btg mahoni dan 4.200
tanaman pada rehabilitasi Dabun Gelang, Kab. btg trembesi.
DAS Kec. Dabun Gelang Gayo Lues
3. Belanja bahan dan Desa Jambur 3.050 btg mahoni dan 3.050
tanaman pada rehabilitasi Permata dan btg trembesi
DAS Lawe Alas Tenembak Alas,
Kec. Tanoh Alas,
Kab. Aceh
Tenggara
4. Belanja bahan dan Desa Gampong 1.185 btg cemara laut
tanaman pada pemulihan Kuala Raja, Kec.
ekosistem pesisir dan laut Kuala, Kab. Bireuen
penanaman manggrove di
Gampong Kuala Raja, Kec.
Kuala
5. Belanja bahan dan Desa Abeuk 14.250 btg manggrove
tanaman pada pemulihan Geulanteu, Kec.
ekosistem pesisir dan laut Madat, Kab. Aceh
penanaman manggrove di Timur
Kec. Madat
6. Belanja bahan dan Desa Alue 14.250 btg manggrove
tanaman pada pemulihan Beurawe, Kec.
ekosistem pesisir dan laut Kuala Langsa, Kota
penanaman manggrove di Langsa
Kuala Langsa

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-15


7. Belanja bahan dan Desa Seunebok 14.250 btg manggrove
tanaman pada pemulihan Cantik, Kec.
ekosistem pesisir dan laut Manyak Payed,
penanaman manggrove di Kab. Aceh Tamiang
Kec. Manyak Payed

Selanjutnya, dilaksanakan pula pemantauan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan yang


dibiayai Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Lingkungan Hidup di 17 kabupaten/kota. Tujuan
dari kegiatan ini adalah mengoptimalkan kinerja pelaksanaan DAK Bidang Lingkungan Hidup di
kabupaten/kota, sehingga dengan adanya pemantauan ini kabupaten/kota lebih terarah dalam
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masing-
masing daerah dengan berdasarkan kepada petunjuk teknis tahun berjalan. Hasil yang yang
dicapai berupa : terarahnya kegiatan pemanfaatan DAK Bidang LH secara umum dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, DAK dialokasikan untuk program dan kegiatan yang dirasakan
dibutuhkan oleh masing-masing kabupaten/kota, sehingga hasil dari kegiatan tersebut benar-
benar dapat dimanfaatkan.

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup, program ini direalisasikan dengan melaksanakan kegiatan peningkatan edukasi dan
komunikasi masyarakat di bidang lingkungan hidup berupa, pembinaan Program Adiwiyata yaitu
mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan
menengah dan penilaian sekolah dan dayah ramah lingkungan tingkat provinsi untuk tingkatan
SD,SLTP, SLTA, dan pondok pesantren di 17 kabupaten/kota (Kab. Aceh Besar, Kota Banda
Aceh, Kab. Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kab. Aceh Timur, Kota Langsa, Kab. Aceh
Tamiang, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Tengah, Kab. Aceh Barat, Kab. Nagan Raya, Kab.
Aceh Barat Daya, Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Singkil, Kab. Pidie, Kab. Pidie Jaya, dan
Kota Sabang)serta melaksanakan seleksi lomba kantor ramah lingkungan dilingkup Provinsi
Aceh. Tujuan dari kegiatan ini adalah : mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran
warga sekolah dan pegawai instansi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Hasil yang
dicapai berupa :bertambahnya wawasan sekolah/dayah serta instansi dalam mengelola
lingkungan hidup. Pemenang Sekolah/Dayah dan Kantor Ramah Lingkungan Tingkat
Provinsi Tahun 2015 sebagai berikut :
No Nama Sekolah Kabupaten/kota Nominasi
I Tingkat Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah
1. SDN 5 Langsa Kota Langsa I
2. SDN 1 Banda Aceh Kota Banda Aceh II
3. SDN 12 Lhokseumawe Kota Lhokseumawe III
4. SDN 1 Bukit Tempurung Kabupaten Aceh Tamiang IV
5. MIN Merduati Banda Aceh Kota Banda Aceh Harapan I
6. SD Unggul Iqra Sigli Kabupaten Pidie Harapan II

II. Tingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah


1. SMPN 4 Percontohan Kabupaten Aceh Tamiang I
2. SMPN Unggul Sigli Kabupaten Pidie II
3. SMPN 1 Setia Kabupaten Aceh Barat Daya III
4. SMPN 1 Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya IV
5. SMPN 1 Sabang Kota Sabang Harapan I

III. Tingkat Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah


1. SMAN 1 Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah I
2. SMKN 1 Langsa Kota Langsa II

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-16


3. SMKN 2 Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang III
4. SMAN 11 Banda Aceh Kota Banda Aceh IV
5. MAN Model Banda Aceh Kota Banda Aceh Harapan I
6. SMKN 1 Banda Aceh Kota Banda Aceh Harapan II
7. SMAN 1 Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Harapan III

IV. Tingkat Dayah/Pesantren


1. Pesantren Terpadu Al Kota Sabang I
Mujaddid Sabang
V. SKPA Ramah Lingkungaan dalam Lingkup Pemerintah Aceh
1. Inspektorat Aceh Kantor Ramah Lingkungan Terbaik
2. Dinas Pengairan Aceh Kantor Ramah Lingkungan
3. BKPP Aceh Kantor Ramah Lingkungan
4. Dinas Pertanian dan Kantor Ramah Lingkungan
Tanaman Pangan Aceh
5. Dinas Pemuda dan Olah Kantor Ramah Lingkungan
Raga Aceh
6. Dinas Syariat Islam Aceh Kantor Ramah Lingkungan
7. Majelis Permusyawaratan Kantor Ramah Lingkungan
Ulama Aceh
8. Badan Dayah Aceh Kantor Ramah Lingkungan

Selain melakukan pembinaan, juga turut melaksanakan Penyusunan Laporan Indeks


Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang menggambarkan kondisi lingkungan hidup
Aceh terkini bertambah baik atau sebaliknya, tekanan terhadap lingkungan akibat
perubahan media lingkungan (air, udara dan lahan/hutan) dari kegiatan manusia dan
respon atau upaya yang dilakukan Pemerintah Aceh, kabupaten/kota dan masyarakat
dalam menanggulangi permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di Aceh. Tujuan dari
penyusunan Laporan IKLH adalah memberikan informasi kepada para pengambil
keputusan di tingkat pusat dan Pemerintah Aceh tentang kondisi lingkungan di Aceh
sebagai bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berwa wasan
lingkungan serta sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang
pencapaian target program-program Pemerintah Aceh di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hasil yang dicapai berupa : tersedianya data Indek
Kualitas Lingkungan Hidup Aceh sebesar 70,14 (katagori cukup) dengan indikatornya
meliputi : indeks pencemaran air sungai sebesar 58,02 (katagori kurang), indeks
pencemaran udara sebesar 97,60 (katagori unggul) dan indeks tutupan hutan sebesar
58,64 (katagori kurang).
Penerbitan Jurnal Rona Lingkungan Hidup 2 (dua) edisi, pembuatan
brosur/leaflet/stiker lingkungan, pengelolaan WEB, data base Bapedal Aceh, dan Tim
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Bapedal Aceh yang telah dibentuk dan
telah di publikasikan melalui Web Daftar Informasi Publik (DIP) Bepedal Aceh.
Selanjutnya dilaksanakan 6 (enam) acara Peringatan Hari-hari Lingkungan Hidup
yaitu Hari Keanekaragaman Hayati, Hari Ozon, Hari Habitat, Hari Cinta Puspa & Satwa
Nasional, Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2015. Rangkaian
kegiatan yang dilakuka antara lain : penanaman pohon, pembersihan sungai Krueng
Daroy, kampanye lingkungan, upacara peringatan, identifikasi flora & fauna di Tahura
Seulawah,dan pembuatan baliho di Simpang Kodim dan Blang Bintang. Kemudian
dilaksanakan pula Pemilihan Duta Lingkungan, dan 2 kegiatan pameran lingkungan di
Jakarta yaitu Pameran Pekan Lingkungan Hidup (PLI) dan Pameran Perubahan Iklim.
Tujuan dari peringatan ini adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup,termasuk menjaga bumi dari
kerusakan, mencegah menipisnya lapisan ozon, melindungi dan menjaga keanekaragaman
hayati, puspa dan satwa.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-17


Melaksanakan kegiatan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Aceh
Tahun 2015. SLHD merupakan laporan yang disusun oleh Pemerintah Aceh dan Pemerintah
Kabupaten/kota yang dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecendrungan
kondisi lingkungan hidup tiap tahunnya, menggambarkan kondisi lingkungan hidup antara lain
tekanan terhadap lingkungan akibat dari aktifitas manusia serta menginventarisir respon
pemerintah daerah, swasta maupun pihak lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas
lingkungan hidup di Aceh.
Selain melakukan penyusunan SLHD Aceh, juga turut melakukan pembinaan penyusunan
Buku SLHD untuk Kabupaten/kota dengan melaksanakan Asistensi Teknis Penyusunan
SLHD bagi 23 kabupaten/kota yang terbagi dalam 6 cluster/wilayah. Tujuan asistensi
ini adalah memberikan arahan tentang cara penyusunan SLHD menggunakan aplikasi sesuai
Pedoman Penyusunan SLHD, menjelaskan informasi yang diperlukan dalam penyusunannya
sehingga adanya keseragaman pelaporan baik SLHD provinsi maupun SLHD kabupaten/kota.
Disamping itu juga dilakukan Penilaian Buku SLHD Kabupaten/kota tahun 2014, nominasi
terbaik akan disampaikan pihak Bapedal Aceh kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI untuk dinilai kembali guna mendapatkan SLHD terbaik secara nasional dan
diumumkan pada saat Peringatan Hari Lingkungan Hidup.Hasil yang dicapai berupa :
tersedianya 2 Buku SLHD Aceh 2015 yaitu Buku Data dan Buku Laporan SLHD yang merupakan
narasi dari Buku Data SLHD.

Melaksanakan Assesment Akreditasi Laboratorium UPTB BPPL Bapedal Aceh oleh


Komite Akreditasi Nasional (KAN), bertujuan mendapatkan akreditasi KAN (ISO 17025-
2005) yang diresgistrasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,
selanjutnya menunggu hasil verifikasi dari tim teknis serta KAN Co uncil.
Dilaksanakan pula pemeliharaan dan pengadaan alat-alat laboratorium, bahan kimia
serta bahan pendukung fasilitas dan sarana laboratorium berupa ATK, perlengkapan P3K,
bahan administrasi, baju PDL, dan makanan daya tahan tubuh bagi petugas laboratorium
sehingga akan meningkatkan pelayanan pengujian parameter kualitas lingkungan,
meningkatkan kinerja dan meningkatkan pelayanan pengujian parameter kualitas lingkungan
dengan sasaran meningkatkan produktivitas analisis baik peningkatan jumlah parameter uji
maupun jenis-jenis parameter lingkungan yang dapat di uji. Kalibrasi peralatan laboratorium
juga sangat bermanfaat untuk menghitung estimasi ketidakpastian pengukuran seperti yang
dipersyaratkan dalam SNI ISO/IEC 17025 dan ketersediaan peralatan uji yang baik dan handal
akan sangat memungkinkan bagi BPPL Aceh untuk membina laboratorium lingkungan yang ada
di kabupaten/kota.
Dilaksanakan pula advokasi hukum dengan tujuan menyediakan jasa advokasi atau bantuan
hukum pada proses sidang perdata kasus servis dan kalibrasi AQMS Tahun Anggaran 2014. Hasil
yang dicapai berupa : sidang perdata servis dan kalibrasi AQMS Tahun Anggaran 2014 yang
dimenangkan oleh Pemerintah Aceh sebagai Pihak Tergugat lewat keputusan Pengadilan Tinggi
Negeri Banda AcehNomor : 02/Pdt.G/2015/PN-Bna tanggal 11 Mei 2015 dan dikuatkan oleh
keputusan banding Nomor: 110/Pdt.G/2015/PN-Bna tanggal 30 November 2015.

Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut, Program ini
direalisasikan dengan melaksanakan survey awal/pendahuluan untuk menentukan lokasi
kegiatan, penyusunan rancangan teknis (Rantek),monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut. Tujuan kegiatan ini untuk
memulihkan fungsi hutan pantai dalam menjaga ekosistem pantai dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar pantai serta menghijaukan kembali lahan pantai
berpasir untuk membentuk hutan pantai yang dapat berfungsi baik secara ekologis
maupun ekonomis.
Selanjutnya, dilaksanakan Rakor Pengelolaan Pesisir Terpadu yang diikuti oleh
instansi teknis provinsi dan Badan/Kantor Lingkungan Hidup dari 20 kabupaten/kota.
Tujuan dari rakor ini adalah untuk mengkoordinasikan pengelolaan pesisir secara
terpadu sehingga kawasan pesisir dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. kegiatan
rehabilitasi kawasan ekosistem pesisir dan laut dilaksanakan di 10 lokasi pada 9
kabupaten/kota.Total luas areal rehabilitasi adalah seluas 65 Ha dengan jenis tanaman

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-18


mangrove dan cemara laut. Lokasi, luas, jenis dan jumlah tanaman dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
No Kabupaten/kota, Luas (ha) serta Jenis dan Jumlah Tanaman
1. Kab. Aceh Timur, rehabilitasi kawasan pesisir di Desa Abeuk Geulanteu Kec.
Madat.± 10 Ha, tanaman Mangrove sebanyak 14.250 batang
2. Kota Langsa, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Alue Brawe Kuala Langsa ± 10
Ha,
3. Kab. Aceh Tamiang, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Seneubok Cantik Kec.
Manyak Payed ± 10 Ha, tanaman Mangrove sebanyak 14.250 batang
4. Kab. Aceh Jaya ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Keude Unga Kec. Indra
Jaya, tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang
5. Kab. Aceh Besar ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir Gp. Paroy Kec. Lhoong,
tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang
6. Kab. Pidie Jaya ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Jurong Teungoh Kec.
Jangka Buya, tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang
7. Kab. Nagan Raya ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Kuala Trang
Kec.Kuala Pesisir, tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang
8. Kab. Aceh Barat ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Suak Pandan Kec.
Sama Tiga, tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang
9. Kab. Aceh Jaya ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir Desa Kuala Ligan Kec.
Sampoinet, tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang
10. Kab. Bireuen ± 5 Ha, rehabilitasi kawasan pesisir di Desa Kuala Raja Kec. Kuala,
tanaman Cemara laut sebanyak 1.185 batang

Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Program ini direalisasikan dengan
melaksanakan inventarisasi, pengawasan/pemanfaatan RTH untuk mengetahui rasio RTH per
satuan luas wilayah bagi kabupaten/kota. Kegiatan ini dilaksanakan di 18 kabupaten/kota.
Selanjutnya, melihat besarnya fungsi dan peran RTH untuk menjamin keseimbangan kota,
dilaksanakan pula pembinaan bagi instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan, dan mendorong upaya legalitas RTH yang telah
terbangun maupun yang akan dibangun. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di
perkotaan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh masih sangat minim. RTH masih
dipandang sebagai lahan cadangan yang tidak bernilai ekonomis. Demikian pula, belum adanya
legalitas terhadap kawasan yang diperuntukkan sebagai RTH juga menjadi permasalahan
pengembangan RTH di kabupaten/kota. Hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Aceh belum
menghitung luasan kawasan perkotaan (ibukota) sehingga menyulitkan untuk menentukan
capaian luas persentase RTH seperti yang diamanahkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Berdasarkan hasil inventarisasi RTH yang telah lakukan, total luas RTH 1.982
Ha. Nilai besaran tersebut belum dapat menjawab ratio rasio RTH sebesar 30% per satuan luas
wilayah yang menjadi salah satu indikator kinerja menurut Bidang Urusan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Kabupaten/kota, Bidang Urusan Penataan Ruang. Untuk
menjawab ratio tersebut sangat diperlukan adanya data primer dari Pemerintah
Kabupaten/kota melalui Kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi RTH pada masing-masing
kabupaten/kota. Selanjutnya, Pemerintah Aceh melalui Bapedal Aceh melakukan pengawasan
luasan RTH yang sudah terbangun di kabupaten/kota. Total Luas Inventarisasi dan Penilaian
RTH Kabupaten/kota Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
No Kabupaten/kota Jenis RTH Jumlah RTH Luas (Ha)
1 Aceh Besar 5 55 22
Aceh Barat 8 14 31
3 Aceh Barat Daya - - 3
4 Aceh Jaya 3 3 3
5 Aceh Selatan 6 15 2
6 Aceh Tengah 4 3
7 Aceh Timur 3 3 2

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-19


8 Aceh Tamiang 7 7 3
9 Aceh Utara 2 3 6
10 Bener Meriah 3 4 1,6
11 Bireun - 25 124
12 Langsa 5 25 19
13 Lhokseumawe 5 19 11
14 Nagan Raya 4 4 9
15 Pidie 7 7 3
16 Pidie Jaya 4 1 4
17 Sabang 9 13 1.453
18 Subulussalam
Total Luas RTH 1.699

Capaian Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja Urusan Lingkungam
Hidup tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Capaian
No Indikator Satuan Target Realisasi Ket
Kinerja
1 Persentase % - - - Kegiatan ini
penanganan dilaksanakan oleh
sampah kabupaten/kota
2 Persentase % - - - Bukan tupoksi
penduduk Bapedal Aceh
berakses air
minum
3 Pemantauan % 15 8 53,33%
pemcemaran
status mutu air

4 Cakupan % - - - Bukan tupoksi


penghijaun Bapedal Aceh
wilayah rawan
longsor dan
sumber mata air
5 Cakupan % 15 7 46,67% Bapedal Aceh
pengawasan selain melakukan
terhadap pengawasan
pelaksanaan terhadap
amdal pelaksanaan
AMDAL, juga telah
dilakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
UKL/UPL dan
DPLH.
6 Penegakan % 9 9 100%
Hukum
Lingkungan
7 Pemantauan % 23 22 95,65%
Pencemaran
Udara

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-20


8 Pengelolaan % 60 42 70,00%
Limbah B3 yang
Diawasi
9 Rasio Tempat % - - - Kegiatan ini
Pembuangan dilaksanakan oleh
Sampah (TPS) per kabupaten/kota
1.000 Penduduk

PRESTASI / PENGHARGAAN YANG DIPEROLEH

Prestasi /Penghargaan yang Diperoleh Tahun 2015

1. Pemerintah Aceh, dalam hal ini diwakili oleh Pemberi penghargaan : Tim
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Pengendalian Perubahan Iklim,
(Bapedal) Aceh terlibat aktif dalam pameran “5th Kementerian Lingkungan Hidup &
Indonesia Climate Change Education & Forum” Kehutanan RI
(ICCEFE ke 5) yang diadakan pada 14-17 Mei
2015 di Assembly Hall Jakarta Convention
Center. Stand Pemerintah Aceh menjuarai
Peringkat pertama (Juara III) Kategori
Pemerintah Daerah
2. Kota Banda Aceh Sebagai Kota dengan Kualitas Pemberi penghargaan : Menteri
Udara Terbaik Ke 3di Indonesia Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI

1. Kegiatan ini dilaksanakan oleh kabupaten/kota.

2. Persentase penduduk berakses air minum, Bapedal Aceh tidak melaksanakan kegiatan ini
dikarenakan bukan tupoksi Bapedal Aceh.

3. Capaian kinerja pemantauan pencemaran status mutu air pada tahun 2015 sebesar
53,33%,mengalami kenaikan sebesar 20,00% bila dibandingkan dengan pencapaian pada
tahun 2014yang hanya dapat dilakukan pemantauan terhadap 5 sungai/danau yaitu Sungai
Kr. Tamiang (Kab. Aceh Tamiang), Kr. Sabee (Kab. Aceh Jaya), Kr. Meurebo (Kab. Aceh
Barat), Danau Aneuk Laot (Kota Sabang) dan Danau Laut Tawar (Kab. Aceh Tengah) dengan
capaian kinerja sebesar 33,33%. PadaTahun 2015 pemantauan dilakukan terhadap 8
sungai/danau yaitu Sungai Kr. Tamiang (Kab. Aceh Tamiang), Kr. Baro (Kab. Pidie), Kr.
Sabee (Kab. Aceh Jaya), Kr. Meurebo (Kab. Aceh Barat), Kr. Peusangan (Kab. Bireuen), Kr.
Mariam (Kab. Pidie), Danau Aneuk Laot (Kota Sabang) dan Danau Laut Tawar (Kab. Aceh
Tengah) dari 15 sungai/danau yang rencana dipantau.

4. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air, Bapedal Aceh tidak
melaksanakan kegiatan ini dikarenakan bukan tupoksi Bapedal Aceh.

5. Capaian kinerja pada cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL pada tahun
2015 sebesar 46,67%, mengalami kenaikan sebesar 24,17% bila dibandingkan dengan
tahun 2014 sebesar 22,50%. Bapedal Aceh selain melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan AMDAL, juga telah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL/ UPL
dan DPLH.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-21


6. Penegakan hukum lingkungan pada tahun 2014 dan 2015 adalah sama sebesar 100%,
yaitu pengaduan kasus lingkungan hidup yang terdata dan dapat diklarifikasi oleh
Tim Bapedal Aceh dan BLH Kabupaten/kota.

7. Capaian kinerja pemantauan pencemaran udara pada tahun 2015 sebesar 95,65% ,dengan
realisasi 22 kabupaten/kota yang dapat dipantau kualitas udara ambient. Bila
dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2014 sebesar 100%, maka mengalami
penurunan sebesar 4,35%, hal ini dikarenakan tidak dapat dipantaunya kualitas udara
ambient di Kab. Simeulueyang disebabkan tidak mencukupinya alokasi anggaran untuk
dilaksanakan kegiatan dimaksud di Kab. Simeulue.

8. Capaian kinerja Pengelolaan Limbah B3 yang diawasi pada tahun 2015 sebesar 70%,
pengawasan dilakukan terhadap 42 usaha/kegiatan dari 60 usaha/kegiatan yang
menghasilkan limbah B3 yang wajib dilakukan pemantauan, sedangkan capaian kinerja
kinerja Pengelolaan Limbah B3 yang diawasi pada tahun 2014 sebesar 73,33%, yang dapat
memantau usaha/kegiatan sebanyak 44 perusahaan, sehingga terjadi penurunan sebesar
3,33% dibandingkan dengan tahun 2015.

9. Kegiatan ini dilaksanakan oleh kabupaten/kota.

3. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan

1. Penegakan hukum lingkungan yang melibatkan unsur-unsur kepolisian dan kejaksaan


masih belum berjalan sementara berbagai kasus pencemaran dan perusakan lingkungan
akibat eksploitasi Sumber Daya Alam yang melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan terus terjadi.

2. Masih kurangnya peran serta masyarakat dan dunia usaha untuk meminimalisir
perncemaran serta menjaga kelestarian lingkungan.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana berupa dana, peralatan dan sumber daya manusia
pengelola lingkungan.

4. Alokasi anggaran untuk sektor lingkungan hidup baik tingkat provinsi maupun di
kabupaten/kota belum memadai sehingga belum dapat mengakomodir pelaksanaan semua
kegiatan pengendalian dampak lingkungan.

Solusi

1. Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan yang selama ini terjadi diharapkan
dapat ditindaklanjuti ketingkat yang lebih tinggi. Selain itu kerjasama dan koordinasi antar
sektor, baik lintas sektor maupun lintas kabupaten/kota perlu ditingkatkan.
2. Perlu adanya peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dan dunia usaha untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
3. Perlu adanya perekrutan pegawai dari latar belakang pendidikan lingkungan untuk
ditempatkan di Bidang Lingkungan Hidup dan menerapkan prinsip the right man in the
right place.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-22


4. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota wajib menganggarkan dana yang memadai
untuk sektor lingkungan hidup, maka alokasi anggaran dana terhadap sektor lingkungan
hidup perlu mendapat perhatian khusus. Disamping itu juga mengupayakan kerjasama dan
pemanfaatan CSR perusahaan untuk sektor lingkungan hidup perlu ditingkatkan.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2015 IV-23

Anda mungkin juga menyukai