Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program ini direalisasikan dengan
melaksanakan training/pelatihan/bimtek terkait lingkungan hidup yang diikuti oleh 20 orang
aparatur Bapedal Aceh dan UPTB BPPL baik di dalam dan luar daerah Provinsi Aceh. Hasil yang
dicapai berupa : terlatihnya 20 aparatur Bapedal Aceh dan UPTB BPPLdalam pengelolaan
lingkungan hidup
Melaksanakan Penaatan dan Penegakan Hukum Lingkungan melalui pengaduan kasus yang
terdata dan diklarifikasi oleh Tim Bapedal Aceh. Tujuan dari kegiatan ini adalah terinventarisir
kasus-kasus lingkungan hidup yang terjadi di kabupaten/kota dengan tindak lanjut
penyelesaian yang disesuaikan kewenangan kabupaten/kota atau provinsi.
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Program ini direalisasikan
dengan melaksanakan konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber-sumber
air berupa penanaman sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) di 2 kabupaten yaitu Kab. Gayo
dan Kab. Aceh Tenggara. Tujuan rehabilitasi ini adalah untuk memulihkan fungsi DAS sebagai
daerah tangkapan dan serapan air sehingga sumber-sumber air dapat terjaga dengan baik.
Rincian kegiatan rehabilitasi sebagai berikut :
No Kabupaten Hasil
1. DAS Dabun Gelang Kab. Gayo Luas areal rehab ± 10 Ha, dengan jumlah tanaman
Lues 8.400 batang (4.200 btg mahoni dan 4.200 btg
trembesi)
2. DAS Lawe Alas Kab. Aceh Luas areal rehab : ± 8 Ha , dengan jumlah tanaman :
Tenggara 6.100 batang (3.050 btg mahoni dan 3.050 btg
trembesi).
2. KSU Tiega Manggis Pertambangan Bijih Luas lahan IUP : 200 Ha, telah eksploitasi :
Besi di Kab. Aceh Selatan 14 Ha, belum reklamasi, dikarenakan
belum selesai eksploitasi,tetapi tetap komit
melakukan upaya pengelolaan lingkungan
sesuai dokumen UKL/UPL.
3. PT. Estamo Mandiri Pertambangan Bijih Luas IUP : 1.120 Ha, izin OP (operasional
Besi di Kota Subulussalam produksi ) : 600 Ha, eksplorasi seluas : 100
Ha, belum reklamasi dikarenakan baru
tahap eksplorasi (untuk mengetahui
kandungan potensi bijih besinya) belum
dilakukan penambangan.
4. PT. Citra Samana Agung Pertambangan - IUP seluas : 120,60 Ha, luas areal bukaan :
Pasir Besi di Kab. Besar 2 Ha (penambangan sistem mekanis) dan
15 Ha (sistem manual), upaya pengelolaan
lingkungan merapikan areal bekas
tambang seluas 2 Ha, pembuatan penahan
abrasi 100 m, telah melakukan reklamasi
rawa seluas 0,3 Ha, reklamasi pinggiran
saluran air seluas : 2 x 150 m, reklamasi
bekas magnetic separator.
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup, program ini direalisasikan dengan melaksanakan kegiatan peningkatan edukasi dan
komunikasi masyarakat di bidang lingkungan hidup berupa, pembinaan Program Adiwiyata yaitu
mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan
menengah dan penilaian sekolah dan dayah ramah lingkungan tingkat provinsi untuk tingkatan
SD,SLTP, SLTA, dan pondok pesantren di 17 kabupaten/kota (Kab. Aceh Besar, Kota Banda
Aceh, Kab. Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kab. Aceh Timur, Kota Langsa, Kab. Aceh
Tamiang, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Tengah, Kab. Aceh Barat, Kab. Nagan Raya, Kab.
Aceh Barat Daya, Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Singkil, Kab. Pidie, Kab. Pidie Jaya, dan
Kota Sabang)serta melaksanakan seleksi lomba kantor ramah lingkungan dilingkup Provinsi
Aceh. Tujuan dari kegiatan ini adalah : mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran
warga sekolah dan pegawai instansi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Hasil yang
dicapai berupa :bertambahnya wawasan sekolah/dayah serta instansi dalam mengelola
lingkungan hidup. Pemenang Sekolah/Dayah dan Kantor Ramah Lingkungan Tingkat
Provinsi Tahun 2015 sebagai berikut :
No Nama Sekolah Kabupaten/kota Nominasi
I Tingkat Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah
1. SDN 5 Langsa Kota Langsa I
2. SDN 1 Banda Aceh Kota Banda Aceh II
3. SDN 12 Lhokseumawe Kota Lhokseumawe III
4. SDN 1 Bukit Tempurung Kabupaten Aceh Tamiang IV
5. MIN Merduati Banda Aceh Kota Banda Aceh Harapan I
6. SD Unggul Iqra Sigli Kabupaten Pidie Harapan II
Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut, Program ini
direalisasikan dengan melaksanakan survey awal/pendahuluan untuk menentukan lokasi
kegiatan, penyusunan rancangan teknis (Rantek),monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut. Tujuan kegiatan ini untuk
memulihkan fungsi hutan pantai dalam menjaga ekosistem pantai dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar pantai serta menghijaukan kembali lahan pantai
berpasir untuk membentuk hutan pantai yang dapat berfungsi baik secara ekologis
maupun ekonomis.
Selanjutnya, dilaksanakan Rakor Pengelolaan Pesisir Terpadu yang diikuti oleh
instansi teknis provinsi dan Badan/Kantor Lingkungan Hidup dari 20 kabupaten/kota.
Tujuan dari rakor ini adalah untuk mengkoordinasikan pengelolaan pesisir secara
terpadu sehingga kawasan pesisir dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. kegiatan
rehabilitasi kawasan ekosistem pesisir dan laut dilaksanakan di 10 lokasi pada 9
kabupaten/kota.Total luas areal rehabilitasi adalah seluas 65 Ha dengan jenis tanaman
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Program ini direalisasikan dengan
melaksanakan inventarisasi, pengawasan/pemanfaatan RTH untuk mengetahui rasio RTH per
satuan luas wilayah bagi kabupaten/kota. Kegiatan ini dilaksanakan di 18 kabupaten/kota.
Selanjutnya, melihat besarnya fungsi dan peran RTH untuk menjamin keseimbangan kota,
dilaksanakan pula pembinaan bagi instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan, dan mendorong upaya legalitas RTH yang telah
terbangun maupun yang akan dibangun. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di
perkotaan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh masih sangat minim. RTH masih
dipandang sebagai lahan cadangan yang tidak bernilai ekonomis. Demikian pula, belum adanya
legalitas terhadap kawasan yang diperuntukkan sebagai RTH juga menjadi permasalahan
pengembangan RTH di kabupaten/kota. Hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Aceh belum
menghitung luasan kawasan perkotaan (ibukota) sehingga menyulitkan untuk menentukan
capaian luas persentase RTH seperti yang diamanahkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Berdasarkan hasil inventarisasi RTH yang telah lakukan, total luas RTH 1.982
Ha. Nilai besaran tersebut belum dapat menjawab ratio rasio RTH sebesar 30% per satuan luas
wilayah yang menjadi salah satu indikator kinerja menurut Bidang Urusan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Kabupaten/kota, Bidang Urusan Penataan Ruang. Untuk
menjawab ratio tersebut sangat diperlukan adanya data primer dari Pemerintah
Kabupaten/kota melalui Kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi RTH pada masing-masing
kabupaten/kota. Selanjutnya, Pemerintah Aceh melalui Bapedal Aceh melakukan pengawasan
luasan RTH yang sudah terbangun di kabupaten/kota. Total Luas Inventarisasi dan Penilaian
RTH Kabupaten/kota Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
No Kabupaten/kota Jenis RTH Jumlah RTH Luas (Ha)
1 Aceh Besar 5 55 22
Aceh Barat 8 14 31
3 Aceh Barat Daya - - 3
4 Aceh Jaya 3 3 3
5 Aceh Selatan 6 15 2
6 Aceh Tengah 4 3
7 Aceh Timur 3 3 2
Capaian Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja Urusan Lingkungam
Hidup tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Capaian
No Indikator Satuan Target Realisasi Ket
Kinerja
1 Persentase % - - - Kegiatan ini
penanganan dilaksanakan oleh
sampah kabupaten/kota
2 Persentase % - - - Bukan tupoksi
penduduk Bapedal Aceh
berakses air
minum
3 Pemantauan % 15 8 53,33%
pemcemaran
status mutu air
1. Pemerintah Aceh, dalam hal ini diwakili oleh Pemberi penghargaan : Tim
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Pengendalian Perubahan Iklim,
(Bapedal) Aceh terlibat aktif dalam pameran “5th Kementerian Lingkungan Hidup &
Indonesia Climate Change Education & Forum” Kehutanan RI
(ICCEFE ke 5) yang diadakan pada 14-17 Mei
2015 di Assembly Hall Jakarta Convention
Center. Stand Pemerintah Aceh menjuarai
Peringkat pertama (Juara III) Kategori
Pemerintah Daerah
2. Kota Banda Aceh Sebagai Kota dengan Kualitas Pemberi penghargaan : Menteri
Udara Terbaik Ke 3di Indonesia Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI
2. Persentase penduduk berakses air minum, Bapedal Aceh tidak melaksanakan kegiatan ini
dikarenakan bukan tupoksi Bapedal Aceh.
3. Capaian kinerja pemantauan pencemaran status mutu air pada tahun 2015 sebesar
53,33%,mengalami kenaikan sebesar 20,00% bila dibandingkan dengan pencapaian pada
tahun 2014yang hanya dapat dilakukan pemantauan terhadap 5 sungai/danau yaitu Sungai
Kr. Tamiang (Kab. Aceh Tamiang), Kr. Sabee (Kab. Aceh Jaya), Kr. Meurebo (Kab. Aceh
Barat), Danau Aneuk Laot (Kota Sabang) dan Danau Laut Tawar (Kab. Aceh Tengah) dengan
capaian kinerja sebesar 33,33%. PadaTahun 2015 pemantauan dilakukan terhadap 8
sungai/danau yaitu Sungai Kr. Tamiang (Kab. Aceh Tamiang), Kr. Baro (Kab. Pidie), Kr.
Sabee (Kab. Aceh Jaya), Kr. Meurebo (Kab. Aceh Barat), Kr. Peusangan (Kab. Bireuen), Kr.
Mariam (Kab. Pidie), Danau Aneuk Laot (Kota Sabang) dan Danau Laut Tawar (Kab. Aceh
Tengah) dari 15 sungai/danau yang rencana dipantau.
4. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air, Bapedal Aceh tidak
melaksanakan kegiatan ini dikarenakan bukan tupoksi Bapedal Aceh.
5. Capaian kinerja pada cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL pada tahun
2015 sebesar 46,67%, mengalami kenaikan sebesar 24,17% bila dibandingkan dengan
tahun 2014 sebesar 22,50%. Bapedal Aceh selain melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan AMDAL, juga telah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL/ UPL
dan DPLH.
7. Capaian kinerja pemantauan pencemaran udara pada tahun 2015 sebesar 95,65% ,dengan
realisasi 22 kabupaten/kota yang dapat dipantau kualitas udara ambient. Bila
dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2014 sebesar 100%, maka mengalami
penurunan sebesar 4,35%, hal ini dikarenakan tidak dapat dipantaunya kualitas udara
ambient di Kab. Simeulueyang disebabkan tidak mencukupinya alokasi anggaran untuk
dilaksanakan kegiatan dimaksud di Kab. Simeulue.
8. Capaian kinerja Pengelolaan Limbah B3 yang diawasi pada tahun 2015 sebesar 70%,
pengawasan dilakukan terhadap 42 usaha/kegiatan dari 60 usaha/kegiatan yang
menghasilkan limbah B3 yang wajib dilakukan pemantauan, sedangkan capaian kinerja
kinerja Pengelolaan Limbah B3 yang diawasi pada tahun 2014 sebesar 73,33%, yang dapat
memantau usaha/kegiatan sebanyak 44 perusahaan, sehingga terjadi penurunan sebesar
3,33% dibandingkan dengan tahun 2015.
Permasalahan
2. Masih kurangnya peran serta masyarakat dan dunia usaha untuk meminimalisir
perncemaran serta menjaga kelestarian lingkungan.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana berupa dana, peralatan dan sumber daya manusia
pengelola lingkungan.
4. Alokasi anggaran untuk sektor lingkungan hidup baik tingkat provinsi maupun di
kabupaten/kota belum memadai sehingga belum dapat mengakomodir pelaksanaan semua
kegiatan pengendalian dampak lingkungan.
Solusi
1. Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan yang selama ini terjadi diharapkan
dapat ditindaklanjuti ketingkat yang lebih tinggi. Selain itu kerjasama dan koordinasi antar
sektor, baik lintas sektor maupun lintas kabupaten/kota perlu ditingkatkan.
2. Perlu adanya peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dan dunia usaha untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
3. Perlu adanya perekrutan pegawai dari latar belakang pendidikan lingkungan untuk
ditempatkan di Bidang Lingkungan Hidup dan menerapkan prinsip the right man in the
right place.