Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Lisa (19.20.3016)
Misdalifah (19.20.3019)
2021/2022
1
PEMBAHASAN
A. Indera Pendengar
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
2
Tiga bagian utama dari telinga manusia adalah telinga luar, telinga tengah, dan
telinga bagian dalam. Kerja dari telinga manusia adalah sedemikian rupa sehingga
gelombang suara melakukan perjalanan dari telinga luar ke telinga tengah, yang
kemudian diteruskan ke telinga bagian dalam bentuk gelombang kompresi.
Di telinga bagian dalam, gelombang kompresional diubah menjadi impuls
listrik yang dirasakan oleh otak. Dengan cara ini, kita dapat mendengar dan
membedakan berbagai jenis suara. Mari kita bahas secara singkat tentang bagian-
bagian yang berbeda dari telinga manusia dan peran mereka dalam mendengar.
a. Telinga luar: ini telinga luar atau telinga bagian luar adalah bagian terlihat dari
telinga, yang berfungsi sebagai organ pelindung untuk gendang telinga. Ini
mengumpulkan dan memandu gelombang suara masuk ke telinga tengah. Telinga
luar terdiri dari dua bagian berikut.
b. Telinga Tengah: Telinga tengah, terletak di antara telinga luar dan telinga
bagian dalam, merasakan gelombang suara dari telinga luar dalam bentuk
gelombang tekanan. Telinga tengah adalah rongga berisi udara dan terdiri dari
bagian-bagian berikut.
3
Anvil (Incus) - Anvil adalah tulang lain kecil di samping hammer, itu
bergetar dalam menanggapi getaran hammer.
Stirrup (Stapes) - Serupa dengan hammer dan anvil, sanggurdi adalah
tulang kecil di telinga tengah. Akhirnya, juga bergetar dan melewati
gelombang kompresional ke telinga bagian dalam.
Koklea (rumah siput)- ini koklea atau tabung spiral adalah struktur
digulung yang dapat meregang sekitar 3 cm. Lapisan membran koklea
terdiri dari sel-sel saraf banyak. Sel-sel saraf mirip rambut merespon
secara berbeda terhadap berbagai frekuensi getaran, yang akhirnya
mengarah ke generasi impuls listrik.
Saluran setengah lingkaran - Ini adalah loop berisi cairan, yang melekat
pada koklea dan membantu dalam mempertahankan keseimbangan.
Auditory Saraf - ini impuls listrik, yang dihasilkan oleh sel-sel saraf, yang
kemudian diteruskan ke otak.
Dengan cara ini, bagian-bagian yang berbeda dari telinga manusia melakukan
fungsi tertentu yang berkontribusi terhadap fungsi keseluruhan telinga. Setiap
kerusakan dan / atau gangguan di bagian telinga dapat menyebabkan masalah
telinga dan gangguan pendengaran (tuli).
4
getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran
setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus
maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di
dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut
dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran
natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
5
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang
suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang
berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan
molekul tersebut. (Sherwood, 2011).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu
gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan
perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana
tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk.
Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya
cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel
rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan
ke otak (Corwin,2011).
6
Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala
atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan
dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2012).
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural / sensorineural deafness
( perseptif) serta tuli campur / mixed deafness (Soepardi et al, 2017).
Tuli konduktif disebabkan oleh hal yang mengganggu hantaran normal
daripada gelombang suara ke organ Corti. Jadi merupakan gangguan konduksi
rangsangan suara melalui liang telinga, membran timpani, ruang telinga
tengah, dan tulang pendengaran (Hassan et al, 2017).
Pada telinga luar misalnya prop serumen atau benda asing dalam liang
telinga, otitis eksterna, eksostosis. Pada telinga tengah misalnya OMA
supurativa dan nonsupurativa, otitis media kronik dengan atau tanpa
mastoiditis, perforasi membrana timpani, otitis media serosa (glue ear), otitis
media adesiva, otosklerosis, sumbatan tuba Eustachii, barotrauma, trauma
kepala disertai gangguan fungsi telinga oleh ossicular chain disruption atau
oleh hematoma dalam telinga tengah, neoplasma (Hassan et al, 2017).
Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga
dalam, nervus VIII atau di pusat pendengaran (Soepardi et al, 2017). Tuli saraf
disebabkan oleh hal yang merintangi atau mengurangi reaksi normal dari sel
rambut terhadap stimulasi oleh gelombang suara atau hal yang merintangi /
mengganggu reaksi normal dari jalan serabut saraf organ Corti ke korteks
serebral(Hassanetal,2017).
Kerusakan pada saraf atau koklea dapat disebabkan oleh trauma kepala
disertai kerusakan os petrosus, trauma akustik misalnya ketulian akibat bising
di pabrik, infeksi (virus pada parotitis, campak, influenza dan sebagainya),
neoplasma (akustik neuroma, glomus jugulare), obat ototoksik (streptomisin,
kanamisin, preparat kina), gangguan serebrovaskular (Hassan et al, 2017).
Tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli
sensorineural. Tuli campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang
telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua
penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan
radang telinga tengah (tuli konduktif) (Soepardi et al, 2017).
7
Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran
melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer
nada murni. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes
kualitatif, sedangkan dengan menggunakan audiometer merupakan tes
kuantitatif(Soepardietal,2017).
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz.
Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh
karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan
2.048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara
kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya
gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala
itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2017).Terdapat berbagai
macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing, dan
tes Stenger. Untuk mempermudah interpretasi secara klinik, dipakai tes Rinne,
tes Weber, dan tes Schwabach secara bersamaan (Soepardi et al, 2017).
1. Tes Rinne
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa (Soepardi et al, 2017).
Caranya yaitu garpu tala digetarkan, kemudian ditempelkan pada tulang
mastoid sampai pendengar tidak mendengar lagi, lalu dipindahkan ke depan
liang telinga. Disini akan terdengar lagi oleh karena hantaran udara lebih baik
daripada melalui tulang. Ini disebut Rinne positif. Bila ada gangguan aliran
udara disebut Rinne negatif. Rinne positif terdapat pada orang normal dan
pada penderita gangguan saraf (neurosensoris). Rinne negatif terdapat pada
gangguan aliran udara (tuli konduktif), misalnya di daerah membran timpani,
serumen pada liang telinga, kerusakan tulang pendengaran, dan sebagainya
(Hassan et al, 2017).
2. Tes Weber
8
Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang
telinga kiri dengan telinga kanan (Soepardi et al, 2017).
Caranya yaitu garpu tala digetarkan dan diletakka di verteks, kemudian
dibandingkan pendengara telinga kanan dan kiri. Pada orang normal
pendengaran telinga kanan dan kiri sama (tidak ada lateralisasi). Bila ada
gangguan konduksi, terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sakit. Bila ada
gangguan saraf, terjadi lateralisasi ke telinga yang sehat. Hasil dinyatakan
sebagai lateralisasi ke kanan / ke kiri atau lateralisasi negatif (Hassan et al,
2017).
3. Tes Schwabach
Tes Schwabach ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran
tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
(Soepardi et al, 2017).
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus
sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan
pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.
Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila
pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih
dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach
memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya
disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa (Soepardi et al, 2017).
9
5. Tes Stenger
Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau
pura-pura tuli) (Soepardi et al, 2017).
Cara pemeriksaan dengan menggunakan prinsip masking. Misalnya pada
seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang
identik digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan
kanan, dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama
digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas
terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan
di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal
karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi, jadi telinga
kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan
tetap menengar bunyi (Soepardi et al, 2017).
VOCABULARY
10
1. Ampula : (Bagian pangkal saluran setengah lingkaran yang membesar pada
telinga dalam)
2. Tulang martil (malleus) : (yaitu tulang yang melekat di gendang telinga. Tulang
landasan (incus), yaitu tulang yang berada di tengah rangkaian tulang
pendengaran telinga).
6. Organ Korti : (Organ Korti adalah organ pendengaran yang terletak pada koklea
di telinga dalam)
10. Membran Reissner : (Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah
terdapat membran Reissner)
11. Membran Basiler : (membran yang dibentuk oleh serat elastis tipis yang
meregang di saluran koklea)
13. Sensori : (stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh)
11
14. Saluran eustachius : (merupakan saluran yang menghubungkan ruang di
belakang gendang telinga atau telinga tengah dengan tenggorokan dan bagian
belakang rongga hidung)
15. Tympani : (adalah sebuah celah sempit dan miring (oblique) seperti ruang
yang berisi udara, terletak di bagian bagian Petrous dari Os Temporale dan
dilapisi oleh membran mukosa)
DAFTAR PUSTAKA
http://lecturer.eepis-
its.edu/~tribudi/LN_Sinyal_Sistem/Sinyal_sistem_bab2_rev_03.pdf
http://fisiologi-tubuh-manusia-1989.blogspot.com/2011/11/fisiologi-
sistem-pendengaran-pada.html
http://smabiologi.blogspot.com/2013/08/bagian-dari-telinga-manusia-
dan.html
12