Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDICITIS

ALFIANA SAFITRI
NIM: 16400021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2016

1
LAPORAN PENDAHULUAN APPENDICITIS

A. Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira
10cm (4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup
ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur
kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil,
apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.
Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang
dapat timbul tanpa sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang
apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering
dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang
jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat
yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan
dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat.
Appendicitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya
menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya antara 8
sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2
tahun. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari
pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa.

B.  Etiologi
Serangan peradangan usus buntu tidak selalu khas sebagaimana
lazimnya. Yang khas, diawali dengan tidak enak perut, biasanya rasa tak
enak perut di sekitar pusar.Pada saat yang sama muncul demam ringan,
disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah
sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati
sudah diredakan dengan obat.

2
Nyeri berkembang dari sekitar pusar, kemudian menyebar sampai
ke perut kanan bawah. Tergantung posisi usus buntunya terhadap usus
besar, rasa nyeri dan keluhan tak enak perut tidak selalu khas.
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter,
nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan
mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang,
rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada
posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
Pada kasus peradangan usus buntu yang spesifik, akan muncul nyeri
tekan pada perut kanan bawah. Nyeri semakin memberat dari jam ke jam.
Selain nyeri bila ditekan, nyeri juga muncul bila setelah ditekan lalu segera
dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama pada perut kanan bawah akan timbul
bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain itu otot-otot dinding perut teraba
menegang.

C. Patofisiologi
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara
lain obstruksi oleh fecalith, agallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing
(Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh
fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi
fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa
mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas
ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan
serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan
menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan
peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam
lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam
lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke
appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut
menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks
dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam

3
lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan
menimbulkan peritonitis.
Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor
maupun benda asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan
intraluminal dapat menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar bebas
secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah
dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. 

4
D. PATWAYS KEPERAWATAN
Penyumbatan lumen appendik

Appendicitis

Appendectomy

Pre operasi Post operasi

Kurang pengetahuan pe ↑ vaskularisasi perforasi usus diskontinuitas jaringan pembatasan peroral


Ttg prosedur dan
Tujuan pmbedahan peregangan lumen infeksi meluas nyeri kerusakan integritas resiko kekurangan
Usus (peritonitis/sepsis) kulit volum cairan
Cemas tubuh
Odema pe ↑stimulasi gangguan resti infeksi
Peritoneum mobilitas fisik
Pe↑ sirkulasi saraf
Usus nyeri anoreksia
Mual, muntah

Nutrisi kurang dari keb. tubuh

5
E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus
b. Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeritekan
di daerah kuadran kanan bawah
c. Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian
yang sakit)
d. Demam
e. Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)
f. Mual dan muntah dan rasa ngilu
g. Kurang nafsu makan
h. Konstipasi

F. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak tersebut pecah. Insiden
perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup demam
dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri abdomen
secara kontinyu.

G.  Pemeriksaan Penunjang
Apabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan
pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine secara
mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.

H. Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic
dan cairan IV diberikan sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah
diagnosa ditegagkan.Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan
dibawah anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan
laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

6
 I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique)
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatanberhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake.
7. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)

J. Tujuan yang ingin dicapai


1.      Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien tidak
mengalamiinfeksi dengan kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2.      Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
mnegontrol nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang,
TTD dalam batas normal
3.      Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, deficit volume
cairan teratasi dengan criteria : klien dapat bertambah baik dengan Saturasi oksigen
dbn normal, RR dbn dalam respon aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas,
TD Diastolik dbn dalam respon aktifitas, ADL dapat dilakukan dengan mandiri,
volume intake terpenuhi.

7
4.      Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, cemas pada klien
berkurang dengan criteria : klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit yang
dideritanya dengan mengontrol kecemasannya.
5.      Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat
memahami dan mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta perawatannya.
6.      Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake.)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , klien dapat
mencapai status nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Intake
makanan dan cairan yang adekuat dengan ditandai BB dbn, Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, intake nutrisi adekuat.
7.      .Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri pada klien
berkurang, dengan criteria: Klein dapat  mengontrol nyeri, skala nyeri terjadi
penurunan, mampu mengenali nyeri, TTD dalam batas normal.

Intervensi keperawatan dan rasionalnya


Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
1. Obeservasi dan laporkan tanda-tanda 1. Memantau adanya infeksi.
infeksi
2. Kaji teperatur tiap 4 jam 2. Perkembang infeksi masih dapat
ditoleransi
3. Catat dan laporkan nilai laboratorium 3. Dapat mengetahui adanya infeksi dan
(AL, Protein Serum, Ab) segera harus diatasi.
8
4. Gunakan strategi untuk mencegah 4. Dugaan adanya infeksi
nosokomial
5. Tingkatkan intake cairan 5. Memperlancar proses pembentukan
imunitas
6. Istirahat yang adekuat 6. Mencepat proses penyembuhan
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah 7. Dugaan adanya infeksi
melakukan perawatan.
8. Gunakan standar precaution dan sarung 8. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
tanggan selama kontak dengan darah,
memberan mucosa, kulit yang tidfak utuh
9. Ajarkan tehnik non farmakologi 9. Menurunkan terjadinya keracunan obat
obatan yang mengandung kimia
10. Efaluasi keefektifan control nyeri 10. Rasa nyaman terpenuhi dengan tidak
nyeri
11. Kolaborasikan dengan dokter, jika nyeri 11. Mengurangi rasa nyeri lebih dini sebelum
mash belum berhasil menjadi kronis.

Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
1. Energi Manajemen :
a. Observasi adanya pembatasan klien a. Aktifitas lebih bermanfaat dalam
dalam beraktifitas. memberikan latihan gerak dengan tidak
terlalu hiper aktif.
b. Dorong klien untuk mrngungkapkan b. Mengetahui secara psikologis permasalahn
perasaan terhadap keterbatasan. dengan keterbatasan gerak.
c. Monitor adanya kelelahan fisik emosi c. Sehat secara psikologis dapaty
secara berlebihan meningkatkan semangat hidup dengan
emosi tidak berlebihan.
d. Monitor pola dan lamanya d. Meningkatkan kekuatan otot untuk
tidur/istirahat klien beraktifitas.

2. Activity therapy :
a. Bantu klien untuk mngidentifikasi a. Mengurangi resiko terjadinya intoleransi
9
aktifitas yang mampu dilakukan. ktifitas.
b. Bantu klien memilih aktifitas yang b. Menngkatkan aktifitas sesuai dengan
mampu untuk dilakukan. keinginan klien.
c. Bantu klien untuk membuat jadwal c. Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan
latihan diwaktu luang. terorganisir.
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi d. Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi
aktifitas yang disukai. sesuai dengan keinginan.
e. Monitor respon fisik, emosi, social, e. Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.
dan spiritual.

Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
1. Fluid Managemen :
a. Pertahankan intake dan out put yang a. Keseimbangan cairan dalam tubuh
akurat. terpenuhi.
b. Monitor sturasi hidrasi b. Menghindari terjadinya dehidrasi
c. Monitor hasil lab yang sesuai retensi c. Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika
cairan (BUN, Hmt, Os urin) terjadi kelainan
d. Kolaborasi pemberian cairan IV d. Menghindari terjadinya kelebihan cairan
e. Berikan diuretic sesuai intruksi e. Menghindari kegagalan dalam
pemenuhan cairan
f. Dorong masukan oral f. Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
g. Dorong keluarga untuk membantu g. Kebutuhn cairan terpenuhi
klien makan.
h. Tawarkan snak (Jus buah, Buah
segar)
i. Kolaborasi dengan dokter jika tanda i.Menghindari lebih dini terjadinya
cairan berlebihan muncul memburuk. keburukan dalam pemenuhan cairan.

Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Intervensi Keperawatan Rasionalnya

10
a. Tenangkan klien a. Dapat melaksanakan tidakan-tindakan
dalam proses penyembuhan klien
b. Jelaskan seluruh prosedur tindakan b. Membantu menurunkan kecemasan agar
kepada klien dan perasaan yang mungkin klien menyadari tindakan yang harus
muncul pada saat melakukan tindakan. dilakukan
c. Berusaha memahami klien c. Turut empati terhadap klien
d. Berikan informasi tentang diagnosa, d. Klien memahami kondisi yang
prognosis dan tindakan. dideritanya.
e. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik e. Membantu dalam memberikan terapi
pada tingkat kecemasan (tachycardia, kecemasan sesui tingkat kecemasanya.
tachypnia, ekpresi cemas dan verbal)
f. Gunakan pendekatan dan sentuhan. f. Meyakinkan klien agar dapat mudah
dalam melkukan tindakan-tindakan
g. Temani pasien untuk mendukung g. Mencegah terjadinya hal-hal yang
keamanan dan menurunkan rasa takut. merusak diri serta menigkatkan semangat
hidup.
h. Sediakan aktivitas untuk menurunkan h. Membantu melepaskan beban sehingga
ketegangan. klien dapat merasakan tidak terbebani.
i. Bantu pasien mengidentifikasi situasi i. Melatih klien untuk mengatisi kecemasan
yang menciptakan cemas. secara mandiri.

Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
1. Teaching : Dieases Process
  a. Memudahkan klien dalam menerima
a. Mengobservasi kesiapan klien untuk
mendengarkan informasi
b.Menentukan tingkat pengetahuan klien b. Dapat menjelaskan informasi sesuai
sebelumnya. tingkat pengetahuan klien
c.Berikan penilaian tentang tingkat c. Dapat melakukan pendidikan kesehatan
pengetahuan  klien tentang proses seuai dengan tingkat pengetahuan klien
penyakit yang sfesifik d. Klien memahami dan menilai hal-hal

11
d. Jelaskan fatofisiologi terjadinya. yang tidak boleh dilakukan.
e. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa e. Klien dapat mengidentifikasi terjadinya
muncul pada penyakit dengan cara yang penyakit serta penagnana lebih dini
tepat
f. Identifikasi kemungkinan penyebab f. Klien lebih waspada terhadap factor-
penyakit yang diderita klien faktor penyebab terjadinya penyakit yang
dialami.
g. Hindari jaminan yang kosong g. Lebih meyakinkan dalam perawatanya.
h. Diskusikan gaya hidup yang mungkin h. Mengurangi resiko terjadinya kembali
diperlukan untuk mencegah komplikasi dalam lingkungan keluarganya sendiri.
dimasa yang akan datang.
i. Diskusikan plihan terapi serta i. Klien lebih nyaman dalam menerima
penaganannya. terapi yang diberikan
j. Instruksikan klien mengenai tanda dan j. Klien lebih mudah memahami tanda dan
gejala untuk melaporkan pada perawat gejala yang diberikan oleh pendidik
yang jaga.

Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Pain Managemen :   
a. Lakukan pengkajian nyeri secara a. Pengawasan keefektifan obat, kemajuan
konfrehensif termasuk lokasi, penyembuhan, perubahan akan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas karakteristik menunjukkan terjadinya
dan factor presipitasi abses, memerlukan upaya evaluasi medik
dan intervensi
b. Observasi reaksi non verbal b. Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi.
c. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik c. Meyakinkan klien untuk mendapatkan
untuk mengetahui pengetahuan nyri klien perawatan yang intensif.
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon d. Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan
nyeri obat, kemajuan penyembuhan.
e. Bantu klien dan keluarganya untuk e. Meningkatkan psikologis dan motifasi
mencari dukungan keingin sembuhan
Control lingkungan yang mempengaruhi

12
nyri ;suhu, ruangan, cahaya
f. Kurang factor pencetus nyeri f. Menurunkan factor-faktor yang
mempengaruhi nyeri
g. Tingkatkan istirahat g. Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan
menemukan factor presipitari
h. Ajarkan tehnik non farmakologi h. Mencegah nyri dan meningkatkan
penyembuhan.
i. Evaluasi keefektifan control nyeri i. Menurunkan terjadinya keracunan obat
yang mengandung bahan kimia.
j. Kolaborasi dengan dokter jika masalah j. Rasa nyeri libuh dapat teratasi.
nyri belum teratasi.   Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi nyeri
kronis.
Analgesik Managemen :
a. Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis, a. Mengurangi terjadinya  kebutuhan oabat
dan frekuensi obat. lebih tepat pada indikasinya.
b. Kaji riwayat alergi b. Mengurangi terjadinya gejala lain yang
mingkin muncul
c. Pilih rute pemberian secara IV & IM c. Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan
untuk pengobatan nyeri secara teratur efisien
d. Mengontrol TTV sebelum dan sudah d. Mengurangi terjadinya adanya
pemberian analgesic pertama kali komplikasi serta alergi dan keefisien
dalam pemberian obat.
e. Evaluasi keefektifan analgesic tanda dan e. Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut
gejala (efek samping) tentang keefektifan pemberian analgesic.

Daftar Pustaka

Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta


Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
danpendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
13
Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan
NANDA 2005-2006, NIC dan NOC, UGM, Yogyakarta
Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007, Informasi Penyakit, Faculty of medicine Gajah Mada
University.http:\legasi.blogspot.com
Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu
Klutuk.www.KeluargaSehat.com
Rizki Kurniadi, http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-
keperawatan-apendisitis-alikasi.html

14

Anda mungkin juga menyukai