Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Loyalitas

Perilaku konsumen sebagai bagian dari kegiatan manusia yang selalu berubah sesuai dengan
pengaruh lingkungan dan sosial di mana dia berada. Namun perilaku konsumen yang diharapkan
tetap terus ada bagi perusahaan adalah loyalitas. Loyalitas berarti pelanggan terus melakukan
pembelian secara berkala. Loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang
atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Terdapat beberapa definisi dari loyalitas
menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:

Loyalitas menurut Griffin (2002:4), (Dalam Hurriyati, 2010, hal. 128) menyatakan bahwa “loyality is
defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”. Berdasarkan
definisi tersebut terlihat bahwa loyalitas lebih ditunjukan kepada suatu perilaku, yang ditunjukan
dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan.  

Loyalitas pelanggan

Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan, memepertahankan mereka
berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal
ini menjadi alasan utama bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka.
Menurut Berry dalam Tjiptono (2005), (Dalam Rofiq, 2009) menyatakan loyalitas pelanggan
(customer loyalty) dapat didefinisikan sebagai respon yang terkait erat dengan ikrar atau janji untuk
memegang teguh komitmen yang mendasari keberlanjutan relasi, dan biasanya tercermin dalam
pembelian ulang yang konsisten. Loyalitas pelanggan menurut Jill Griffin (dalam customer loyalty)
adalah: How to earn it to keep. Bahwa loyalitas pelanggan cenderung lebih dekat dengan perilaku
(behavior) bukan sikap (attitude). Dengan demikian jika seorang pelanggan telah membeli dua atau
tiga kali produk yang samaLoyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,
memepertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah perusahaan untuk
menarik dan mempertahankan mereka.

Menurut Berry dalam Tjiptono (2005), (Dalam Rofiq, 2009) menyatakan loyalitas pelanggan
(customer loyalty) dapat didefinisikan sebagai respon yang terkait erat dengan ikrar atau janji untuk
memegang teguh komitmen yang mendasari keberlanjutan relasi, dan biasanya tercermin dalam
pembelian ulang yang konsisten.

Loyalitas pelanggan menurut Jill Griffin (dalam customer loyalty) adalah: How to earn it to keep.
Bahwa loyalitas pelanggan cenderung lebih dekat dengan perilaku (behavior) bukan sikap (attitude).
Dengan demikian jika seorang pelanggan telah membeli dua atau tiga kali produk yang sama maka
otomatis telah dimasukan sebagai pelanggan yang loyal. (Dalam Hermawan, 2007, hal. 134)

Loyalitas pelanggan menurut Timm (2001, hal. 6‐7), (Dalam Vanessa Gaffar, 2007, hal.74)
menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan susunan dari 5 (lima) elemen, yaitu;

1. Keseluruhan kepuasan pelanggan, rendah atau ketidak teraturan dari tingkat kepuasan
membatalkan pelanggan bagi perusahaan untuk mendapatkan loyalitas pelanggan.

2. Komitmen pelanggan untuk menciptakan pembelian berulang di dalam sebuah hubungan dengan
perusahaan.

3. Keinginan untuk menjadi pembeli ulang.

4. Keinginan pelanggan untuk merekomendasikan perusahaan kepada orang lain.


5. Daya tahan pelanggan untuk berpindah kepada pesaing.

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa loyalitas pelanggan adalah kesetiaan
pihak yang menggunakan produk atau jasa baik untuk keperluannya sendiri maupun sebagai
perantara bagi keperluan pihak lain untuk terus berlangganan pada sebuah perusahaan dalam
jangka panjang, dengan membeli dan menggunakan produk atau jasa secara berulang‐ulang dan
dengan suka rela merekomendasikan produk dan jasa perusahaan kepada rekan‐rekannya.
Indikatornya adalah adanya pembelian ulang, penolakan pesaing, tidak terpengaruh terhadap daya
tarik barang lain, dan merekomendasikan pada orang lain.

Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan

Seorang konsumen dapat menjadi pelanggan yang loyal karena adanya beberapa faktor‐faktor yang
menentukan loyalitas terhadap suatu produk atau jasa. Dalam membangun dan meningkatkan
loyalitas pelanggan, perusahaan harus memperhatikan faktor‐faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Robinette (2001:13) faktor‐faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah
perhatian (caring), kepercayaan (trust), perlindungan (length of patronage), dan kepuasan
akumulatif (overall satisfaction).

1. Faktor pertama, yaitu perhatian (caring), perusahaan harus dapat melihat dan mengatasi segala
kebutuhan, harapan, maupun permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan. Dengan perhatian itu,
pelanggan akan menjadi puas terhadap perusahaan dan melakukan transaksi ulang dengan
perusahaan, dan pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan perusahaan yang loyal. Semakin
perusahaan menunjukkan perhatiannya, maka akan semakin besar loyalitas pelanggan itu muncul.

2. Faktor kedua, yaitu kepercayaan (trust), kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai
kedua belah pihak saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin di antara pelanggan dan
perusahaan, maka usaha untuk membinanya akan lebih mudah, hubungan perusahaan dan
pelanggan tercermin dari tingkat kepercayaan (trust) para pelanggan. Apabila tingkat kepercayaan
pelanggan tinggi, maka hubungan perusahaan dengan pelanggan akan menjadi kuat. Salah satu cara
yang dapat dilakukan perusahaan dalam membina hubungan dengan pelanggan, yaitu segala jenis
produk yang dihasilkan perusahaan harus memiliki kualitas atau kesempurnaan seperti yang
seharusnya atau sebagaimana dijanjikan, sehingga pelanggan tidak merasa tertipu, yang mana hal ini
dapat mengakibatkan pelanggan berpindah ke produk pesaing.

3. Faktor ketiga, yaitu perlindungan (length of patronage), perusahaan harus dapat memberikan
perlindungan kepada pelanggannya, baik berupa kualitas produk, pelayanan, komplain ataupun
layanan purna jual. Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir perusahaan dalam melakukan
transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena pelangga merasa perusahaan memberikan
perlindungan yang mereka butuhkan.

4. Dan faktor keempat, yaitu kepuasan akumulatif (overall satisfaction), kepuasan akumulatif adalah
keseluruhan penilaian berdasarkan total pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu
periode tertentu. Kepuasan akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan
terhadap sikap agen (service provider) dan kepuasan terhadap perusahaan itu sendiri. Oleh karena
itu, perusahaan harus dapat memberikan rasa puas kepada pelanggan dalam melakukan segala
transaksi dengan perusahaan, sehingga dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan dan
meningkatkan fungsi dan kegunaan dari segala fasilitas dan sumber daya yang dimiliki agar
pelanggan dapat memanfaatkannya kapan saja dan dimana saja.

Indikator Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan diartikan sebagai loyalitas yang ditunjukkan para pelanggan terhadap IM3.
Indikator penelitian yang digunakan mengacu pada teori yang diungkapkan Jill Griffin (Dalam
Hurriyati, 2010, hal. 130). Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel loyalitas
pelanggan adalah:

1. Melakukan pembelian ulang secara teratur (Makes regular repeat purchases).

2. Melakukan pembelian diluar lini produk/jasa (Purchases across product and service lines).

3. Merekomendasikan produk (Refers other).

4. Menunjukan kekebalan dari daya tarikan produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity
to the full of the competition).

Penelitian Selnes (1993) juga mengemukakan beberapa indikator loyalitas, diantaranya adalah:

1. Kebiasaan transaksi. Kebiasaan transaksi adalah seberapa sering pelanggan melakukan

transaksi.

2. Pembelian ulang. Pembelian ulang adalah kemauan pelanggan untuk melakukan transaksi

dengan memanfaatkan berbagai layanan lainnya yang disediakan oleh operator.

3. Rekomendasi. Rekomendasi yang dimaksud adalah pengkomunikasian secara lisan mengenai


pengalaman pelanggan kepada orang lain dengan harapan orang tersebut mau untuk mengikutinya.

4. Komitmen. Komitmen adalah kemauan pelanggan untuk tetap memanfaatkan pelayanan yang
disediakan oleh operator dimasa datang dan enggan untuk berhenti sebagai pelanggan tersebut.
Berdasarkan pemaparan para tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya, loyalitas pelanggan
adalah kecendeungan pelanggan untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa tersebut
secara berulang‐ ulang, kemudian pelanggan tersebut akan menyampaikan dan merekomendasikan
kepada orang lain atas produk atau jasa yang telah diterimanya. Pada akhirnya pelanggan akan setia
kepada produk atau jasa tersebut serta menolak produk atau jasa sejenis yang ditawarkan oleh
perusahaan yang berbeda.

Sumber : Universitas islam malik . Di akses 6 desember 2021

B. Menyusun marketing plan

Dalam menyusun marketing plan tidak akan terlepas dari marketing system. Marketing system
menunjukkan interaksi antar komponen baik internal maupun eksternal perusahaan, di mana
perusahaan dapat menyediakan barang dan jasa dengan sukses di pasar. Sistem pemasaran dapat
digambarkan yaitu lingkungan (internal dan eksternal) mempunyai peranan penting dalam
membuat market- ing plan. Faktor ini dapat diidentifikasi dan didiskusikan dalam lingkungan dan
sektor analisis industri dalam rencana bisnis. Faktor ini mempunyai tipe tidak terkendali tetapi perlu
diketahui sebagai bagian dalam marketing plan. Lingkungan internal perusahaan dapat lebih
dikendalikan oleh perusaha-an dan mempengaruhi persiapan dalam marketing plan dan strategi
pemasaran yang efektif. Variabel internal tersebut antara lain:

1. Financial Resources

Marketing plan atau strategi pemasaran harus mempertimbangkan ter-sedianya sumber dana yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam rencana.

2. Management Team

Penting bagi perusahaan untuk mem-buat tugas dan tanggung jawab yang sesuai untuk
implementasi marketing plan. Oleh karena itu perusahaan ha-rus membentuk team manajemen
yang efektif dan membagikan tang-gung jawab kepada mereka untuk mengimplementasikan
rencana pe-masaran tersebut.

3. Suppliers

Para pemasok yang digunakan biasanya berdasarkan beberapa faktor seperti harga, waktu
pengiriman, kualitas dan kemampuan manajemen.

4. Misi Perusahaan

Misi perusahaan pada dasarnya menggambarkan sifat dari bisnis yang digeluti perusahaan dan
tujuan apa yang akan dicapai perusahaan melalui bisnis tersebut. Pernyataan misi atau definisi bisnis
ini akan memberikan arah bagi perusahaan dalam menentukan tujuan jangka panjang.

Tahapan Dalam Mempersiapkan Marketing Plan

1. Defining the Business Situation

Analisis situasi menggambarkan prestasi pada masa lalu dan sekarang. Analisis situasi digunakan
untuk menjawab pertanyaan "Where we have been". Untuk menjawab perta-nyaan tersebut
perusahaan harus meninjau kinerja produk dan perusahaan di masa lalu. Jika perusahaan
merupakan perusahaan baru maka perlu digambarkan bagaimana produk atau jasa dibuat dan
mengapa dibuat. Jika perusahaan bukan merupakan perusahaan baru, maka analisis situasi harus
mengandung informasi tentang kondisi pasar dan kinerja perusahaan. Beberapa peluang di masa
datang atau prospeknya juga termasuk dalam analisis ini.

2. Defining the Target Market/Opportunities and Threats

Dari riset pemasaran, perusahaan dapat menentukan siapa konsumennya atau target pasarnya.
Pengetahuan tentang target pasar akan menyedia-kan dasar dalam penentuan kegiatan strategi
pemasaran secara efektif. Proses segmentasi dan konsumen target adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pasar atau industri apa yang akan dimasuki.


b. . Membagi pasar dalam grup kecil yang didasarkan pada karakteristik konsumen atau situasi
pembelian.

• Karekteristik konsumen: Geografi, demografi, psikologi.

• Situasi pembelian: desired benefits, usage, buying condition, and awareness of buying
situation.

3. Considering Strengths and Weaknesses


Penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan dalam target pasar.
Kelemahan dapat berhubungan dengan keterbatasan kapasitas produksi ditambah dengan
kekurangan dalam sistem distribusi dari produk.

4. Establising Goals and Objectives

Sebelum penentuan strategi pemasaran, perusahaan harus menentukan tujuan jangka pendek
(Goals) dan tujuan jangka panjangnya (Objectives) yang realistis dan spesifik. Tujuan ini akan
menjawab pertanyaan"Where do we want to go" dan menetapkan market share, profit, sales,
market penetration, jumlah distribusi, tingkat kepekaan, perkenalan produk baru, kebijaksanaan
harga, promosi penjualan, dan periklanan.

5. Defining Marketing Strategy and Action Programs

Strategi marketing menjawab pertanyaan "How do we get there". Pengambilan keputusan ini akan
berhubungan dengan variabel marketing mix.

 Product and services Produk atau jasa didefinisikan tidak hanya sekedar
mempertimbangkan karakteristik fisik tetapi juga meliputi pengepakan, merek, harga,
jaminan, image, waktu pengiriman, dan lain-lain yang dapat dilihat oleh konsumen. Dalam
strategi pemasaran, perusahaan harus mempertimbangkan hal tersebut untuk memuaskan
kebutuhan konsumen.
 Penetapan Harga Penetapan harga merupakan bagian yang sulit dalam marketing plan.
Kesulitan dalam estimasi harga berhubungan dengan kesulitan dalam estimasi biaya.
 Distribution Distribusi menyediakan kepuasan bagi konsumen, di mana produk dapat dibeli
ketika dibutuhkan. Ada banyak pilihan bagi perusahaan untuk memilih saluran distribusi,
jumlah agen, dan lokasi channel, yang semuanya digambarkan dalam marketing plan.
Perusahaan harus mengevaluasi semua kemungkinan pilihan untuk distribusi sebelum
mengambil keputusan datam marketing plan.
 Promotion Perusahaan perlu untuk memberi tahu konsumen pontensial tentang
keberadaan produk dengan menggunakan media advertensi seperi radio, televisi, atau
media cetak. Dalam pemilihan media yang perlu diperhatikan adalah bukan ha-nya biayanya
tetapi juga efektivitas dari media dalam target pasar yang ada dalam marketing plan.

Semua variabel dalam marketing mix digambarkan secara detail dalam strategi pemasaran atau
bagian rencana kegiatan dalam marketing plan. Hal ini mengidentifikasikan bahwa sangat penting
bagi strategi pemasaran dan program kegiatan dibuat secara spesifik dan detail, sehingga cukup
untuk mengarahkan perusahaan di tahun yang akan datang. Contoh: Strategi yang buruk:
Perusahaan akan meningkatkan penjualan produk dengan mengurangi harga jual. Strategi yang baik:
Perusahaan akan meningkatkan penjualan produk sebesar 6 sampai 8% melalui:

a) Penurunan harga sebesar 10%,


b) Mengikuti pameran dagang di New York,

6. Coordination of Planning Process Team manajeman harus terkoordinasi dalam proses


perencanaan. Jika anggota dalam team kurang keahlian dalam rencana pemasaran, maka masalah
yang timbul adalah dalam penyelesaiannya secara efektif.

7. Designating Responsibility for Implementation Pembuatan rencana pemasaran merupakan awal


dari proses pemasaran. Rencana harus diimplementasikan secara efektif untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
8. Budgeting the Marketing Strategy Keputusan dalam perencanaan yang efektif juga harus
mempertimbangkan biaya untuk mengimplementasikan keputusan.

9. Implementation of the Market Plan

10. Monitoring Progress of Marketing Actions (Hisrich and Peters, 2002; 264 - 273).

Sedangkan menurut Jeizel and Walker (1997 ; 87), proses perencanaan pemasaran strategis
(Strategic Marketing Planning) adalah sebagai berikut:

1. Conduct Situation Analysis Analisis situasi meliputi analisis di mana program pemasaran akan
dilaksanakan dan bagaimana melaksanakannya. Analisis ini meliputi lingkungan eksternal yang
dihadapi dan sumber daya internal selain pemasaran. Analisis ini harus mempertimbangkan
konsumen yang dilayani perusahaan, strategi yang digunakan untuk memuaskan konsumen dan
pengukuran kinerja pemasaran. Bagian dari analisis situasi adalah analisis SWOT, yang
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

2. Develop Marketing Objectives Tujuan pemasaran akan berhubungan dengan tujuan perusahaan
dan strategi. Strategi perusahaan akan diterjemahkan dalam tujuan pemasaran. Perencanaan
strategis akan menyesuaikan antara sumber daya perusahaan dengan peluang pasar.

3. Determine Positioning and Differential Advantage Dalam tahap ini, perusahaan akan menentukan
bagaimana posisi produk di pasar dan bagaimana membedakan dengan produk pesaing. Positioning
mengacu pada image produk yang berhubungan secara langsung dengan produk pesaing atau
produk lain dari perusahaan yang sama. Setelah positioning, perusahaan perlu mengidentifikasi
differential advantage. Differential advantage mengacu pada keistimewaan organisasi atau merek
yang diterima oleh konsumen yang membedakan dengan pesaingnya.

4. Select Target Market and Market Demand Target market mengacu pada kelompok organisasi atau
orang di mana perusahaan berhubungan dengan program pemasaran. Target market harus diseleksi
dari analisis peluang pasar. Perusahaan harus mengestimasi permintaan dari target pasarnya

5. Design Strategic Marketing Mix Perusahaan harus mendesain marketing mix yang merupakan
kombinasi dari produk, distribusi, promosi dan harga.

Sedangkan langkah-langkah pembuatan rencana pemasaran strategis menurut Purnama (2002: 2 - 7)


adalah sebagai berikut:

1. Penentuan visi, misi dan tujuan perusahaan Visi merupakan sesuatu yang didambakan perusahaan
untuk dimiliki atau diperoleh di masa depan. Misi adalah apa yang didambakan oleh perusahaan
untuk menjadi yang diinginkan di masa depan. Sedangkan tujuan merupakan realisasi dari misi yang
spesifik dan dapat dilakukan dalam jangka pendek.

2. Penentuan visi, misi dan tujuan organisasi Perusahaan harus menentukan visi, misi, dan tujuan
pemasaran berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan perusahaan sehingga keduanya saling terkait.

3. Analisis situasi pemasaran Dalam analisis situasi pemasaran perusahaan perlu memperhatikan tiga
hal penting yaitu: analisis lingkungan, analisis perilaku konsumen, dan analisis perilaku pesaing.

4. Desain strategi pemasaran Mendesain strategi pemasaran berarti melaksanakan prosedur tiga
langkah sistematis yaitu: strategi segmentasi pasar, strategi penentuan pasar sasaran, dan strategi
penentuan posisi pasar.
5. Pengembangan program pemasaran Pengembangan program pemasaran terdiri dari strategi
produk, strategi harga, strategi promosi, strategi distribusi, serta sumber daya manusia dan
presentasi.

6. Rencana pemasaran strategis dan anggaran keuangan Perencanaan strategis yang dirumuskan
tidak terlepas dari ramalan dan anggaran keuangannya. Perencanaan keuangan bagian pemasaran
meliputi peramalan pendapatan dan profit serta perkiraan biaya yang diperlukan untuk menjalankan
rencana pemasaran.

7. Implementasi, evaluasi, dan pengendalian Rencana pemasaran harus secara khusus menyangkut
pedoman tindakan yang akan diimplementasikan, siapa yang melakukan, pekerjaan tertentu, tanggal
dan lokasi implementasi, serta bagaimana pelaksanaan tersebut akan dilakukan. Strategi pemasaran
merupakan proses pengambilan keputusan secara terus-menerus, melaksanakannya, dan mengukur
efektivitasnya setiap saat.

Sumber: Rahayu Triastity, MARKETING PLAN SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN STRATEGI PEMASARAN
PERUSAHAAN JANGKA PANJANG, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 11, No. 1, April 2011 : 38 –
47.

C. MENGAUDIT EFEKTIFITAS PEMASARAN


Audit Pemasaran Definisi audit pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:89)
menyatakan bahwa: “Audit Pemasaran adalah pemeriksaan lingkungan, sasaran, strategi,
dan aktivitas perusahaan secara lengkap, sistematis, independen, dan periodik untuk
menentukan bidang masalah dan peluang serta merekomendasikan rencana tindakan untuk
memperbaiki kinerja pemasaran.” Menurut Bhayangkara (2014:115-116) audit pemasaran
lebih menekankan pada evaluasi terhadap bagaimana efektivitas organisasi pemasaran
dalam meningkatkan kinerjanya. Audit pemasaran dilaksanakan secara berkala sebagai
pengganti mekanisme sistem pengendalian untuk kemudian dicari solusinya.
Tujuan audit pemasaran menurut Bhayangkara (2014:116) adalah untuk
mengidentifikasi ancaman-ancaman pemasaran yang dihadapi perusahaan dan
merencanakan perbaikan yang diperlukan untuk mengeliminasi ancaman tersebut. Manfaat
audit pemasaran menurut Bhayangkara (2014:116) dapat memberikan gambaran yang
objektif tentang kinerja perusahaan dan berbagai kekurangan yang terjadi dalam
pengelolaan upaya pemasaran yang masih memerlukan perbaikan. Rekomendasi yang
diberikan auditor dapat menjadi alternatif solusi atas kekurangan yang terjadi sehingga
perbaikan-perbaikan yang diperlukan segera dapat dilakukan.
Menurut Bhayangkara (2014:117-118) audit pemasaran dapat mencakup enam
wilayah utama dalam pemasaran sebagai berikut:
1. Audit Lingkungan Pemasaran Audit terhadap lingkungan pemasaran mencakup
penilaian terhadap pelanggan, pesaing, dan berbagai faktor lain yang memiliki pengaruh
terhadap perusahaan. Audit ini meliputi askpek lingkungan mikro seperti ekonomi,
teknologi, sosial, dan politik.
2. Audit Strategi Pemasaran Audit ini bertujuan untuk menentukan bahwa perusahaan
telah menetapkan strategi yang setara dengan tujuannya, sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi. Sering terjadi bahwa tujuan dan strategi perusahaan tidak secara jelas
dinyatakan dan kemudian auditor harus menentukan pernyataan tujuan untuk
kepentingan pengevaluasiannya.
3. Audit Organisasi Pemasaran Audit ini menilai kemampuan organisasi pemasaran dalam
mencapai tujuan perusahaan. Audit ini menentukan kemampuan tim pemasaran untuk
secara efektif berinteraksi dengan bagian-bagian lan seperti litbang, keuangan,
pembelian, dan sebagainya.
4. Audit Sistem Pemasaran Audit ini menganalisis prosedur yang digunakan perusahaan
untuk memperoleh informasi perencanaan dan pengendalian operasi pemasaran. Hal
ini berhubungan dengan penilaian apakah perusahaan telah memiliki metode yang
memadai atau tidak, untuk mengerjakan tugas-tugas rutin dibidang pemasaran.
5. Audit Produktivitas Audit ini menganalisis produktivitas dan probabilitas produk,
kelompok pelanggan, atau unit analisis yang lain di dalam pemasaran. Analisis biaya
pemasaran adalah salah satu metode untuk menganalisis probabilitas dan produktivitas
pemasaran.
6. Audit Fungsi Pemasaran Audit ini merupakan audit vertikal dan analisis secara
mendalam terhadap setiap elemen bauran pemasaran seperti produk, harga, distribusi,
tenaga penjual, periklanan, promosi, dan lain-lain. Pada dasarnya, prosedur
pelaksanaan audit pemasaran dapat menggunakan tahapan audit secara umum.
Menurut Bhayangkara (2014:118) tahap-tahap audit pemasaran adalah sebagai berikut:
1) Audit pendahuluan
2) Review dan pengujian atas pengendalian manajemen perusahaan
3) Audit Lanjutan
4) Pelaporan 2.4

Konsep Dasar Efektivitas


Dalam menentukan standar performa fungsi pemasaran perusahaan, tingkat
efektivitas sering kali digunakan sebagai salah satu instrumen penilaiannya. Efektivitas
adalah tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan (Bhayangkara,
2014:14). Standar performa yang diukur dengan tingkat efektivitas berupa standar penilaian
kualitatif. Efektivitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang
ditetapkan telah tercapai (Tunggal, 2000:12) Pendapat lain dikemukakan oleh Bungkaes
(2013), efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Menurut Ravianto dalam
Masruri (2014), pengertian Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan,
sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya
maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa efektivitas merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan, dimana realita
telah sesuai dengan perencanaan dan harapan.
Dalam melakukan penilaian terhadap efektivitas suatu objek, menutut Bhayangkara
(2014:24) auditor menekankan perhatiannya pada:
a. Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan.
b. Pemanfaatan hasil program.
c. Pengaruh pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan

Sumber: Priskila Rahmania, AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS FUNGSI


PEMASARAN PADA PT. BINTANG MAS GLASSOLUTIONS (BMG), Jl. MT. Haryono 165,
Malang,
Komponen Audit Pemasaran
Menurut Kotler dalam Tunggal (2003:72) terdapat enam komponen dalam menilai
efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi fungsi pemaran, yaitu :
1. Audit Lingkungan Pemasaran, mencangku analisis kekuatan ekonomi makro yang
urama dan kecenderungan dalam tugas organisasi.
2. Audit Strategi Pemasaran, audit terhadap tujuan dan strategi pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan.
3. Audit Organisasi Pemasaran, Audit untuk menilai kemampuan organisasi
pemasaran yang dimiliki dalam melakukan strategi pemasaran.
4. Audit Sistem Pemasaran, Audit atas kualitas organisasi.
5. Audit Produktivitas Pemasaran, Audit keuntungan berbagai kegiatan pemasaran,
dan efektivitas biaya yang dikeluarkan.
6. Audit Fungsi Pemasaran, Audit yang dilakukan untuk menilai bauran pemasaran.

Tahapan Audit Pemasaran


Menurut Bayangkara (2008:21-34) dalam melakukan audit fungsi pemasaran,
tahapan audit operasional fungsi pemasaran adalah sebagai berikut :
1. Audit Pendahuluan Audit pendahuluan merupakan tahapan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang akan diaudit.
Berdasarkan informasi latar belakang informasi yang diperoleh auditor akan
ditentukan sasaran audit sementara (tentative audit objective).
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen Tahap ini merupakan tahapan
dimana auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian
manajemen objek audit untuk menilai efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi. Hasil
dari review dan pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit
sementara yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian dijadikan sasaran audit
yang sesungguhnya (definitive audit objective)
3. Pemeriksaan Terinci Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bukti yang cukup dan
kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah dirumuskan sebelumnya.
Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten kemudian diringkas dan
dikelempokkan sesuai dengan tiga elemen, yaitu, criteria, causes dan effect.
4. Pelaporan Tahap pelaporan merupakan tahap komunikasi atas hasil audit yang
dilakukan oleh auditor kepada pemangku kepentingan.
5. Tindak Lanjut Tahap tindak lanjut merupakan tahap lanjutan atas rekomendasi
yang diberikan oleh auditor kepada manajemen.

Karakteristik Audit Efektif


Kotler dalam Tunggal (2003:69-71) mengemukakan ada empat dimensi untuk membuat
suatu audit bernilai, yaitu :
(1).Komperhensif/menyeluruh
(2).Sistematis
(3).Independen
(4).Berkala

Sumber: Yoshi Suryo Dhanti, dkk, ANALISIS AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PEMASARAN
(Studi Kasus pada PT. Pardic Jaya Chemicals), Malang.

Anda mungkin juga menyukai