Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN INTERNAL

UPAYA PENCEGAHAN DAN


PENATALAKSANAAN PENYAKIT RABIES

UPT PUSKESMAS PAGAR AGUNG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada


umumnya perlu diperhatikan beberapa hal, salah satu diantaranya yang
dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.

Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan


yang di inginkan, maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat
diantaranya tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar,
mudah dicapai, mudah dijangkau dan bermutu.

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, UPT
Puskesmas Pagar Agung telah menyusun Pedoman Internal Upaya
Pencegahan Dan Penatalaksanaan Penyakit Rabies sebagai pedoman
dalam melaksanakan upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin
terjadi di UPT Puskesmas Pagar Agung.

Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai


pihak atas sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Pedoman Internal
Upaya Pencegahan Dan Penatalaksanaan Penyakit Rabies ini. Semoga
Pedoman in akan bermanfaat dan Tuhan Yang Maha Esa akan selalu
melimpahkan hidayah-Nya.

Penyusun Pedoman ini dirasakan masih belum sempurna


sehubungan dengan adanya keterbatasan-keterbatasan. Saran yang
membangun sangatlah diharapkan demi penyempurnaan Pedoman ini
dimasa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………1

A. LATAR BELAKANG …………………………………………………….1


B. TUJUAN……………………………………………………………………2
C. SASARAN…………………………………………………………………3
D. RUANG LINGKUP………………………………………………………..4
E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………….4

BAB II KETENAGAAN ………………………………………………………….5

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MASNUSIA………………………….5


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN……………………………………………5
C. JADWAL…………………………………………………………………..6

BAB III FASILITAS……………………………………………………………….7

A. STANDART FASILITAS…………………………………………………7

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN………………………………………8

ii
A. LINGKUP KEGIATAN …………………………………………………..8
B. METODE…………………………………………………………………..8
C. LANGKAH KEGIATAN………………………………………………….8

BAB V LOGISTIK ……………………………………………………………….11

BAB VI KESELAMATAN SASARAN………………………………………....12

BAB VII KESELAMTAN KERJA……………………………………………….16

BAB VIII PENATALAKSANAAN MUTU………………………………………19

BAB IX PENUTUP…………………………………………………………….....25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sampai saat ini rabies merupakan salah satu penyakit zoonozis yang

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Rabies

disebut juga penyakit anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut

pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Virus Rabies. Penyakit

ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan kemanusia melalui

gigitan hewan terutama anjing, kucing dan kera.

Penyakit ini bila sudah menunjukan gejala klinis pada hewan atau

manusia selalu diakhiri dengan kematian,sehingga mengakibatkan

timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan

dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umunya.

Mengingat dampak rabies terhadap kesehatan dan kondisi psikologis

masyarakat cukup besar serta memiliki dampak terhadap perekonomian

khususnya bagi daerah – daerah pariwisata di Indonesia yang tertular

rabies, maka upaya penatalaksanaan penyakit perlu dilaksanakan

seintensif mungkin untuk mewujudkan Indonesia Bebas Rabies.

Program pembebasan rabies merupakan kesepakatan nasional dan

merupakan kerjasama 3 departemen yaitu Kementerian Pertanian (Ditjen

1
Peternakan dan Kesehatan Hewan), Departemen Kesehatan (Ditjen PP

dan PL) dan Departemen Dalam Negeri (Ditjen PUM).

Kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Esser pada

tahun 1884 pada seekor karbau,kemudian oleh Pening tahun 1889 pada

seekor anjing dan oleh Eileris de Zhaan tahun 1894 pada manusia. Semua

kasus ini terjadi di Provinsi Jawa Barat dan menyebar ke Bali Nias dan

Maluku. Sedangkan pada akhir tahun 2008 Propinsi Bali yang semula

bebas secara historis sudah menjadi daerah tertular rabies yang pertama

kali ditemukan diwilayah Kabupaten Badung

Namun dengan adanya peningkatan tatalaksana pasca Gigitan

Hewan Penular Rabies (GHPR ) maka jumlah kasus rabies pada

manusia berhasil diturunkan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya

penanganan kasus gigitan hewan sangat penting untuk pencegahan

rabies pada manusia.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Sebagai pedoman pencegahan dan penatalaksanan penyakit rabies

dalam upaya menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat

penyakit rabies.

2
2. Tujuan khusus

Pedoman ini disusun dalam upaya pencegahan dan penatalaksaanan

penyakit rabies dengan tujuan :

a. Terlaksananya proses pengelolaan program rabies mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

b. Tersosialisasinya program rabies ke masyarakat

c. Terpenuhinya sarana dan prasarana kegiatan program rabies.

d. Memberikan pedoman bagi pelaksana program rabies dan petugas

kesehatan lainnya dalam penatalaksaaan penyakit rabies

C. SASARAN PEDOMAN

Sasaran program p2 Rabies adalah :

1. Petugas pelaksana program P2 Rabies

2. Petugas medis dan paramedic

3. Seluruh staf puskesmas baik langsung maupun tidak langsung terhadap

pelaksanaan program P2 Rabies

4. Jejaring Puskesmas

5. Pasien penderita Rabies dan keluarga

6. Masyarakat pada umumnya

3
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman meliputi:

1. Penemuan pasien terduga penyakit rabies

2. Pemeriksaan

3. Penatalaksaan awal

4. Pencatatan dan pelaporan penderita

5. Monitoring dan Evaluasi

6. Rujukan ke jejaring Puskesmas

Adapun pedoman pelayanan tersebut mengacu pada Buku Saku Rabies

Kementerian Republik Indonesia tahun 2016 sebagaimana ditentukan

dalam pedoman tersebut.

E. BATASAN OPERASIONAL

Batasan operasional pencegahan dan penatalaksanaan rabies meliputi

upaya kesehatan perorangan dan masyarakat. Dimana setiap kegiatan

dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan khususnya

akibat penyakit rabies dengan sasaran individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat

4
BAB II

KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Kualifikasi sumber daya manusia dalam pelaksanaan program P2 Rabies

meliputi:

1. Dokter penanggung jawab pelayanan medis

2. Petugas paramedis yang sudah pernah mendapatkan pelatihan atau

sosialisasi penanganan Rabies

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Distribusi ketenagaan program P2 Rabies terdiri dari :

1. Dokter penanggung jawab pelayanan medis di ruang pengobatan

umum dan pelayanan gawat darurat yang bertanggung jawab dalam

hal pengobatan berjumlah satu orang

2. Koordinator program yang bertanggung jawab dalam pelayanan rabies

di ruang pelayanan gawat darurat

3. Petugas paramedis lain yang membantu pelaksanaan pelayanan

Rabies di ruang pelayanan gawat darurat

5
C. JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan pelayanan program rabies di ruang pelayanan gawat

darurat dilaksanakan 6 jam setiap hari.

Uraian TAHUN 2021 Ket


No.
Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sep Okt Nop Des

Penerimaa
6 jam
n&
1. V V V V V V V V V V V V Setiap
Pemeriksaa
Hari
n Pasien

6 jam
Penatalaks
2. V V V V V V V V V V V V Setiap
aan Awal
Hari

Rujukan Ke 6 jam

3. Jejaring V V V V V V V V V V V V Setiap
Fayankes Hari

Pelaporan
Jika Ada
3. ke Dinkes V V V V V V V V V V V V
Kasus
Kab

6
BAB III

FASILITAS

A. STANDAR FASILITAS

Secara standar, fasilitas yang harus ada dalam pelayanan pencegahan

dan penatalaksanaan rabies antara lain adalah :

1. Ruang pelayanan dengan ventilasi yang cukup

2. Buku Register pelayanan gawat darurat, rekam medis pasien berserta

ATK

3. APD : handscoon untuk petugas

4. Sabun

5. Antiseptik (alkphol 70% atau Povidon iodine)

6. Kran dengan air yang mengalir

7
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

Adapun lingkup kegiatan upaya pencegahan dan penatalaksanaan

penyakit rabies di UPT Puskesmas Pagar Agung dilaksanakan setiap ada

kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR)

B. Metode

Metode tata laksana pelayanan rabies, meliputi :

1. Penanangan luka gigitan hewan terduga penular rabies

2. Mempersiapkan syarat administrasi untuk pengambilan Vaksin Anti

Rabies (VAR) di Dinas Kesehatan Kab. Lahat

3. Mensosialisasikan program rabies ke masyarakat

C. Langkah Kegiatan

Langkah kegiatan pencegahan dan penatalaksanaan penyakit rabies

mengikuti siklus P1-P2-P3 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

1. Perencanaan (P1)

Perencanaan meliputi : sosialisasi penangananan GHPR dan

penemuan pasien yang diduga terinfeksi penyakit rabies

2. Pelaksanaan dan Penggerakan (P2)


8
Pelaksanaan kegiatan P2 rabies dilakukan sewaktu-waktu bila ada

kasus.

Prinsip penangaanan awal GHPR adalah segera :

a. Setiap ada kasus GHPR harus ditangani dengan cepat dan

sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang

masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci

luka gigitan dengan air mengalir dan sabun atau deterjen selama

10-15 menit kemudian diberi antiseptic ( alcohol 70%,Povidone

Iodine dan lain-lain ).

b. Anamnesis ( waktu dan tempat kejadian, ada tidaknya kontak atau

gigitan, terjadi di daerah tertular/terancam/bebas, apakah didahului

tindakan provokatif, hewan yang menggigit menunjukan gejala

rabies, penderita gigitan hewan pernah di VAR dan kapan, hewan

penggigit pernah di VAR dan kapan)

c. Pemeriksaan Fisik

1) Identifikasi luka gigitan

2) Luka resiko rendah adalah jilatan pada kulit luka, garukan, lecet,

luka kecil disekitar tangan,badan dan kaki

3) Luka resiko tinggi, jilatan/luka pada selaput mukosa, luka diatas

daerah bahu (leher, muka, kepala), luka pada jari tangan / jari

kaki, genetika, luka lebar/dalam dan luka yang banyak

(multiple).
9
d. Memberikan Vaksin Anti Rabies (SAR) apabila dianggap perlu

sesuai hasil anamnesa sebanyak 4 (empat) kali pada hari 0 dengan

2 (dua) dosis, hari ke 7 dengan 1 (satu) dosis dan hari ke 21 dengan

1 dosis yang dilakukan secara intramoskuler (im).

3. Penilaian, pengawasan dan penatalaksanaan (P3)

a. Pencatatan dilakukan sejak pasien menjadi terduga rabies hingga

pasien selesai mendapatkan VAR. Pencatatan dilakukan dalan

rekam medis pasien dan buku laporan pelayanan gawat darurat.

Kegiatan penilaian, pengawasan dan penatalaksanaan

dilaksanakan setiap ada kasus

b. Pelaporan dikirimkan ke Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten

Lahat

c. Evaluasi dilaksanakan setiap tahun meliputi evaluasi indikator

kinerja masukan ( input, proses, output) dan dampaknya. Hasil

evaluasi dibahas dalam pertemuan untuk selanjutnya dipakai

sebagai penyusunan rencana kebutuhan dalam menetapkan

metode yang lebih efektif dan efisien pada periode berikutnya

10
BAB V

LOGISTIK

Logistik Program Pengendalian rabies merupakan komponen penting

agar kegiatan program dapat dilaksanakan. Jenis-jenis logistic P2 rabies

adalah sebagai berikut.

1. Vaksin Anti Rabies (VAR)

Di Puskesmas Pagar Agung memfasilitasi pengambilan VAR ke dinas

Kesehatan Kabupaten Lahat setiap ada kasus GHPR yang dianggap perlu

mendapatkan VAR.

2. Logistik Non SAR

Terdiri dari logistic Non SAR habis pakai antara lain ;

a. Handscone

b. Masker

c. Sabun

d. Antiseptik (Alkohol 70 % atau povidon iodine)

e. Rekam medis pasien

Logistik Non SAR Tidak Habis Pakai seperti : Peralatan pelayanan gawat

darurat

11
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang

tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik

yang terbaik untuk mencapai luaran yang optimum. Keselamatan sasaran

menghindarkan sasaran dari potensi masalah dalam pelayanan promosi

kesehatan yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.

Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan

sasaran pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas Pagar Agung

meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) petugas promosi kesehatan

terhadap sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan), serta

terlaksanya program-program pencegahan, sehingga tidak terjadi

pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).

Sasaran keselamatan pelayanan promosi kesehatan sebagaimana

dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:

1. Ketepatan identifikasi sasaran

Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan promosi

kesehatan sesuai rencana kegiatan unit pelayanan promosi kesehatan

yang telah disusun.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

12
Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran

promosi kesehatan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan

peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi diakhir pelayanan promosi

kesehatan dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah memahami

informasi yang diberikan.

3. Peningkatan keamanan sarana promosi kesehatan

Memantau lokasi, bangunan dan material promosi kesehatan yang dapat

membahayakan keselamatan sasaran promosi kesehatan.

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran

Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP)

pelayanan promosi kesehatan untuk menghindari kesalahan lokasi,

metoda dan sasaran pelayanan dan promosi kesehatan.

5. Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan promosi kesehatan

Resiko psikososial seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat

terjadi selama pelayanan promosi kesehatan berlangsung. Untuk

meminimalisir bahkan menghindari hal tersebut diperlukan komitmen

bersama sasaran, serta memilih metoda yang tepat dalam penyampaian

materi.

6. Pengurangan risiko sasaran terjatuh/terluka

Memilih dan memantau lokasi pelayanan promosi kesehatan untuk

menghindari sasaran mengalami cidera baik dalam ruangan menerima

pelayanan promosi kesehatan.


13
Sistem keselamatan sasaran pelayanan promosi kesehatan dilakukan

dengan melakukan assesment resiko, dampak dan menyusun implementasi

solusi untuk mengendalikan atau meminimalkan timbulnya resiko.

Sistem Keselamatan Sasaran Unit Pelayanan Rabies

N RISIKO DAMPAK/
LOKASI PENATALAKSANAAN
O SASARAN AKIBAT
1 Dalam Salah Salah  Menyampaikan materi yang

gedung memahami menerapkan benar dan jelas menggunakan

informasi yang informasi yang metoda yang tepat.

diterima diterima  Mengevaluasi hasil

penanganan awal GHPR


Fisik (dinding,  Sakit akibat  Pemantauan berkala fisik

lantai, tersandung bangunan.

pencahayaan, terpeleset,  Rambu peringatan.

suhu/kelemba tertabrak.

ban,  Kepanasan,

kebisingan) pengap.

 Kenyamanan

terganggu.
2. Luar Transportasi Kecelakaan lalu  Pemilihan lokasi yang mudah

gedung menuju lokasi lintas. dan aman dijangkau sasaran.

penyuluhan
Psikososial  Mengantuk  Membangun komitmen

14
 Pusing bersama.

 Bosan  Penyampaian materi efektif

 Lelah dan efisien.

 Pemilihan metoda promosi

kesehatan yang tepat.

15
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal

23 dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus

dilaksanakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang.

Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaskanlah bahwa

Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman

bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap

para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap

pasien maupun pengunjung Puskesmas.

Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko

dan dampak atau akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka

perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin

meniadakannya. Penyelenggaraan kesehatan kerja petugas di unit

pelayanan RABIES UPT Puskesmas Pagar Agung adalah sebagai berikut :

Sistem Keselamatan Kerja Unit Pelayanan RABIES

16
Potensi Bahaya/
No Lokasi Dampak/ Akibat Penatalaksanaan
Faktor Resiko
1 Dalam Kesalahan informasi Menurunkan Menggunakan

gedung yang diberikan melalui tingkat referensi/rujukan

media promosi kepercayaan terpercaya/resmi.

kesehatan. sasaran.
Fisik (dinding, lantai,  Sakit akibat  Pemantauan

pencahayaan, tersandung berkala .

suhu/kelembaban, terpeleset,  Rambu peringatan.

kebisingan). tertabrak.

 Kepanasan,

pengap.

 Kenyamanan

terganggu.
2. Luar Transportasi menuju Kecelakaan lalu  Penggunaan APD

gedung lokasi sasaran kerja. lintas. di perjalanan.

 Pemeliharaan

kendaraan

operasional secara

rutin.
Beban kerja  Stress kerja  Membangun

 Pusing komitmen bersama.

 Bosan  Pengorganiasaian

17
 Lelah kerja.

 Intensif/reward.

 Refreshing.

18
BAB VIII

PENATALAKSANAAN MUTU

Penatalaksanaan mutu (quality control) dalam manajemen mutu

merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang

untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada

sasaran. Penatalaksanaan mutu pada unit pelayayn promosi kesehatan UPT

Puskesmas Pagar Agung diperlukan agar terjaga kualitasnya sehingga

memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan mutu kesehatan

pelayanan dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen

kendali mutu. Salah satu manajemen yang dapat digunakan adalah model

PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan

berkelanjutan (continousimprovement) atau kaizen mutu pelayanan promosi

kesehatan.

Penatalaksanaan mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program

penatalaksanaan mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan

secara berkesinambungan.

Kegiatan penatalaksanaan mutu pelayanan klinis meliputi :

1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan

evaluasi untuk peningkatan mutu standar.

2. Pelaksanaan, yaitu :

19
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja

(membandingkan antara capaian dan rencana kerja).

b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu :

a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses

berlangsung untuk memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai

dengan yang direncanakan.

Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik yang

melakukan proses. Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk

mengoptimalkan hasil pemantauan.

Contoh : monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga

kesehatan.

Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis,

dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang

diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara dan tehnis pengambilan

data.

a. Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas ;

1) Retrospektif

Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.

Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.


20
2) Prospektif

Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan

pelayanan.

Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan

kebutuhan.

b. Berdasarkan sumber pengambilan data, terdiri atas :

1) Langsung (data primer).

Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil

data.

Contoh : survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan klinis.

2) Tidak langsung (tidak langsung).

Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung.

Contoh : catatan riwayat penyakit yang lalu.

c. Berdasarkan Cara pengambilan data ;

1) Survei

Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.

Contoh : survey kepuasan pelanggan.

2) Observasi.

Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan

menggunakan ceklist atau perekaman.


21
d. Pelaksanaan evaluasi terdiri dari :

1) Audit

Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan

dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan

menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki

dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu audit

merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan

pelayanan klinis secara sistematis.

Terdapat 2 macam audit yaitu :

a) Audit Klinis.

Audit Klinis yaitu analisis klinis sistematis terhadap pelayanan klinis,

meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan

sumberdaya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klit

klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.

b) Audit Profesional.

Audit Provesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis seluruh

tenaga medis dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran

yang disepakati, penggunaan sumberdaya dan hasil yang diperoleh.

Contoh : audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.

c) Review (pengkajian).

Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelayanan

klinis tanpa dibandingkan dengan standar.


22
Contoh : kajian penggunaan antibiotik.

Indikator mutu Pencegahan dan Penatalaksaan penyakit rabies

meliputi :

1. Input

No Uraian Standar Kompetensi Target


1 Sumber Daya Untuk dokter penanggung jawab,

Manusia pelaksana program dan Petugas 100 %

paramedis harus memiliki :

- SIK

- STR

2. Proses

No Standar Kompetensi Target


1. SOP Cuci luka gigitan HPR (Hewan Penular Rabies) Ada
2. SOP penanganan rabies Ada
3. Kepatuhan Petugas Terhadap SOP 80 %

3. Out Put

No Uraian Target
1 Kepuasan Pelanggan 80 %

23
2 Terpenuhi target SPM :
a. Cuci luka terhadap kasus gigitan HPR 100 %
b. Vaksinasi terhadap kasus gigitan HPR 100 %

yang berindikasi

24
BAB IX

PENUTUP

DemikianlahPedoman Pecegahan dan penatalaksanaan Penyakit

Rabies ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan di

Puskesmas Pagar Agung. Mengenai teori dan materi yang menjadi bahasan

dalam pedoman ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya

dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya sumber referensi

yang tersedia. Sehingga diharapkan masukan serta kritikan yang

membangun demi sempurnanya pembuatan Pedoman ini untuk kedepannya.

Besar harapan kami, Pedoman ini dapat bermanfaat bagi seluruh

Petugas Medis UPT Puskesmas Pagar Agung umumnya dan Petugas

Penanggung Jawab Khususnya.

MENGETAHUI,

KEPALA UPT PUSKESMAS PAGAR AGUNG Pelaksana Program P2 Rabies

ELVA YUDIANTI, S.ST FITRIA, AM.Kep


PENATA TK I
NIP. 197305051993012001 PENATA

NIP. 198606092009032001

25
26

Anda mungkin juga menyukai