Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kalian mengikuti kegiatan organisasi pastilah dalam
organisasi itu sering mengadakan musyawarah. Orang mengadakan
musyawarah memang mengharapkan mendapat keputusan atas
musyawarah itu. Keputusan itu merupakan keputusan bersama dari orang-
orang tersebut. Hasil keputusan bersama ditaati, dipatuhi, dan
dilaksanakan.Sebelum orang-orang mendapatkan keputusan bersama,
dilakukan pembicaraan, rapat, atau musyawarah dari orang-orang tersebut.
Dalam pembicaraan tersebut, mereka saling memberikan ide, gagasan,
pendapat atau saran-saran tentang suatu masalah yang dihadapi.
Jadi, dalam pembicaraan tersebut ada suatu persoalan yang harus
diselesaikan atau sebuah rencana yang harus dilakukan. Persoalan atau
rencana tersebut merupakan milik bersama bukan milik seseorang. Dengan
demikian, perlu dibicarakan, dirapatkan atau dimusyawarahkan secara
bersama pula. Orang-orang yang bermusyarawah itu ingin mendapatkan
gagasan, ide atau pendapat yang dapat menyelesaikan masalah. Mereka
mencari dan menentukan dari berbagai pendapat itu, suatu pendapat yang
disepakati atau yang disetujui bersama.
Dengan demikian, pada makalah ini penulis akan memaparkan
mengenai pengertian keputusan bersama, bentuk-bentuk keputusan
bersama, cara-cara dalam mengambil keputusan dan mematuhi dan
melaksanakan keputusan bersama.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Keputusan Bersama?
2. Apa saja bentuk-bentuk keputusan bersama?
3. Bagaimana cara-cara dalam pengambilan keputusan?
4. Bagaimana cara kita mematuhi dan melaksanakan keputusan bersama?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keputusan bersama..
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk keputusan bersama.
3. Untuk mengetahui cara-cara dalam pengambilan keputusan.
4.Untuk mengetahui cara kita mematuhi dan melaksanakan keputusan bersama.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi mahasiswa/i adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui dan memahami makna keputusan bersama.
2. Mampu memahami bentuk-bentuk dari keputusan bersama.
3. Mampu memahami cara dalam pengambilan keputusan.
4. Mampu mengambil cara mematuhi dan melaksanakan keputusan bersama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keputusan Bersama

Keputusan berasal dari kata putusan yang dapat diartikan sebagai


hasil dari suatu pembicaraan yang telah disepakati bersama atau telah
disepakati oleh orang-orang yang melakukan pembicaraan itu. 1 Jika suatu
keputusan diambil oleh beberapa orang secara bersama-sama untuk
kepentingan bersama dan dilaksanakan bersama, maka keputusan itu
disebut keputusan bersama. Keputusan bersama adalah keputusan yang
dibuat bersama dan dilaksanakan untuk kepentingan bersama atau
keputusan yang melibatkan semua orang yang berkepentingan.2
Keputusan bersama merupakan sesuatu ketetapan yang dilakukan oleh
sekelompok orang atas suatu hal atau permasalahan.3
Sebelum orang-orang mendapatkan keputusan bersama, dilakukan
pembicaraan, rapat, atau musyawarah dari orang-orang tersebut. Dalam
pembicaraan tersebut, mereka saling memberikan ide, gagasan, pendapat
atau saran-saran tentang suatu masalah yang dihadapi. Jadi, dalam
pembicaraan tersebut ada suatu persoalan yang harus diselesaikan atau
sebuah rencana yang harus dilakukan. Persoalan atau rencana tersebut
merupakan milik bersama bukan milik seseorang.
Dengan demikian, perlu dibicarakan, dirapatkan atau
dimusyawarahkan secara bersama pula agar tercapai tujuan yang
diharapkan. Jadi dalam keputusan bersama, bukan pendapat seseorang, dan
bukan pendapat yang dipaksakan yang menjadi kesepakatan. Akan tetapi,
dalam keputusan bersama, pendapat itu adalah pendapat yang menjadi
kesepakatan atau yang disetujui bersama di antara orang-orang itu.

1
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan 1 : Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah Kelas I, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009), hlm. 78.
2
Setiati dan Fajar Rahyuningsih, Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI kelas V, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008), hlm, 79.
3
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran ABAD 21 DI SD/MI),
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), hlm, 59.

3
Meskipun disetujui maka itu menjadi pendapat bersama dan keputusan
bersama, bukan lagi dianggap sebagai pendapat orang itu.4

B. Bentuk-bentuk Keputusan Bersama


1. Musyawarah untuk mufakat
adalah bentuk pengambilan keputusan bersama yang
mengedepankan kebersamaan. Musyawarah dilakukan dengan cara
mempertemukan semua pendapat yang berbeda-beda. Setelah
semua pendapat didengar dan ditampung, pendapat yang paling
baik akan disepakati bersama. Dari berbagai pendapat, tentunya
tidak mudah menentukan pendapat yang terbaik. Biasanya semua
orang akan mengatakan bahwa pendapatnyalah yang terbaik.
Ketika seluruh pendapat sudah dikemukakan, pembicaraan pun
terjadi. Setelah dipertimbangkan akhirnya satu pendapat disepakati.
Itulah yang kemudian disebut mufakat atau kesepakatan bersama.
Dengan jalan mufakat, diharapkan keputusan bersama yang
diambil mencerminkan semua pendapat. Dengan demikian, tidak
ada lagi anggota yang merasa bahwa pendapatnya tidak
diperhatikan. Musyawarah untuk mufakat biasanya dilakukan
dalam organisasi yang jumlah anggotanya sedikit. Misalnya,
keluarga, Rukun Tetangga (RT), atau Desa. Mereka berkumpul di
suatu pertemuan atau majelis, semuanya duduk bersama membahas
persoalan yang perlu mereka musyawarahkan.5
2. Pemungutan Suara
Voting merupakan cara kedua jika cara musyawarah untuk
mufakat gagal dilakukan. Cara musyawarah untuk mufakat tidak
selalu membuahkan hasil. Hal ini terjadi bila ada perbedaan
pendapat tidak dapat diselesaikan. Misalnya, beberapa pendapat
dianggap sama baiknya. Atau karena beberapa pendapat dianggap
tidak menguntungkan semua pihak. Jika demikian, ditempuhlah

4
Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas 5, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2009), hlm, 64.
5
Setiati dan Fajar Rahyuningsih, Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI kelas V, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008), hlm, 81.

4
pemungutan suara atau voting. Tujuannya untuk mendapatkan
keputusan bersama. Pemungutan suara biasanya disepakati oleh
tiap-tiap pendukung pendapat yang berbeda. Sebelum dilakukan,
diadakan kesepakati. Yakni setiap anggota akan menerima
pendapat yang didukung oleh suara terbanyak. Dalam voting,
pendapat yang memperoleh suara terbanyak menjadi keputusan
bersama.
Dengan demikian, pendapat lain yang mendapat suara lebih
sedikit terpaksa diabaikan. Selanjutnya, anggota yang pendapatnya
kalah harus menyepakati pendapat yang menang. Sementara itu,
yang pendapatny menang haruslah menghormati rekan yang
pendapatnya kalah. Dalam proses pemungutan suara, bisa
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Mengacungkan tangan.
b. Berdiri dari tempat duduk.
c. Berpindah tempat sesuai dengan pilihan.
d. Menuliskan pilihan di atas kertas kemudian dikumpulkan. 6
3. Aklamasi
Ada kalanya keputusan bersama tidak diambil dengan cara
mufakat atau voting, tetapi dengan cara aklamasi. Aklamasi adalah
pernyataan setuju secara lisan dari seluruh anggota kelompok.
Pernyataan setuju ini dilakukan untuk melahirkan keputusan
bersama. Pernyataan setuju dilakukan tanpa melalui pemungutan
suara. Aklamasi terjadi karena adanya pendapat yang dikehendaki
oleh semua anggota kelompok. Keputusan bersama yang disetujui
dengan cara aklamasi ini harus dilaksanakan oleh seluruh anggota.7

C. Cara-cara dalam Mengambil Keputusan


6
Setiati dan Fajar Rahyuningsih, Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI kelas V, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008), hlm, 81-83.
7
Setiati dan Fajar Rahyuningsih, Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI kelas V, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008), hlm, 84.

5
Adapun pada sebelumnya bentuk-bentuk keputusan bersama sudah di
uraikan dan mengenai contoh-contoh keputusan bersama seperti di
berbagai lingkungan. Keputusan bersama itu dilakukan melalui cara-cara
musyawarah dan rapat antar warga atau pihak-pihak yang terlibat. Pada
dasarnya, cara-cara dalam mengambil keputusan ada dua yaitu:
1. Pengambilan Keputusan secara Tidak Demokratis
Sebuah keputusan dapat saja diambil melalui cara-cara kekerasan,
paksaan, atau dengan tekanan seseorang yang kuat atau sekelompok
orang terhadap orang banyak. Keputusan itu akhirnya dianggap
sebagai keputusan bersama. Tentu saja cara-cara demikian itu tidak
baik. Pengambilan keputusan dengan cara demikian tidak demokratis.
Orang menerima dan melaksanakan keputusan itu dengan terpaksa,
tertekan, dan tidak ikhlas. Keputusan demikian pada dasarnya bukan
keputusan bersama, tetapi keputusan individu yang dipaksakan untuk
bersama.
Pada zaman dulu banyak raja-raja yang berkuasa mutlak dan
pemimpin yang absolut menjalankan cara ini. Rakyat negara tidak
dihargai. Rakyat tidak diajak ikut serta mengambil keputusan. Mereka
hanya diharuskan taat dan tunduk pada keputusan yang telah dibuat si
pemimpin itu. Sekelompok orang juga dapat saja memaksakan
kehendak atau pendapatnya agar diterima sebagai keputusan bersama.
Kalau kelompok lain tidak mau menerima maka kelompok itu
diancam, ditekan bahkan diperangi agar tunduk dan mau menerima.
Keputusan yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak demokratis
bukanlah keputusan bersama. Keputusan tersebut sulit untuk dipatuhi
dan dilaksanakan. Orang mematuhi dan melaksanakan keputusan itu
secara tidak ikhlas, tidak rela dan merasa terpaksa. Keputusan
demikian tidak akan berlangsung lama karena memang tidak diterima
oleh rakyat.

2. Pengambilan Keputusan secara Demokratis

6
Pengambilan keputusan yang baik adalah pengambilan keputusan
secara demokratis. Pengambilan keputusan yang demokratis diharapkan
dapat menggantikan cara-cara pengambilan keputusan yang tidak
demokratis. Pengambilan keputusan dengan cara tidak demokratis dapat
menyebabkan timbulnya tindakan anarkis Cara yang demokratis akan
menghargai manusia sebagai makhluk yang beradab. Cara yang
demokratis akan menghargai persamaan dan kebebasan manusia sebagai
makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang sama. Semua manusia
pada dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama. Manusia memiliki
kebebasan untuk berpendapat.
Oleh karena itu, keduanya harus dihargai dan dijunjung tinggi.
Pengambilan keputusan secara demokratis dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu sebagai berikut.
a. Melalui musyawarah, rapat, diskusi, dialog, dan cara-cara pembicaraan
lain dalam rangka memperoleh kesepakatan.
b. Melalui pemungutan suara terbanyak atau voting.

Musyawarah atau cara-cara pembicaraan bersama yang lain


merupakan cara yang baik dalam mendapatkan kesepakatan atau
konsensus di antara mereka sendiri. Musyawarah diharapkan dapat
mencapai kata mufakat. Mufakat artinya kesepakatan yang bulat. Semua
peserta musyawarah dapat menerima kesepakatan itu, tidak ada yang
menolak. Namun, ada juga musyawarah yang tidak mencapai kesepakatan
yang bulat atau mufakat. Beberapa anggota sebenarnya memiliki pendapat
yang berbeda, tetapi mau menerima pendapat yang sebagian besar
disetujui. Dengan jiwa besar, mereka bersedia menerima keputusan
bersama yang memang sebagian besar telah menyepakatinya.

Praktik pengambilan keputusan dengan cara demokratis ini telah


dilakukan oleh lembaga negara seperti MPR dan DPR. Pengambilan
keputusan dengan cara demokratis ini sesuai dengan Pancasila khususnya
sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan. Pengambilan keputusan menurut
demokrasi Pancasila pada dasarnya berlaku cara musyawarah untuk

7
mufakat, tetapi apabila keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat
tidak mungkin diusahakan karena pendirian atau pendapat dari sebagian
peserta tidak mungkin didekatkan lagi, atau karena waktu yang sangat
mendesak, maka barulah keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1999 Pasal 79 dijelaskan


bahwa pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin
dengan musyawarah untuk mufakat, apabila hal ini tidak mungkin, putusan
diambil berdasarkan suara terbanyak.8

D. Kita Patuhi dan Laksanakan Keputusan Bersama


Keputusan bersama yang diperoleh melalui cara yang demokratis pada
dasarnya adalah keputusan kita sendiri. Kita lah yang merencanakan,
membicarakan, dan mengambil kesepakatan. Jadi, sudah sewajarnya kita
mematuhi apa yang kita putuskan sendiri. Bila kita sudah mengambil
keputusan apakah melalui musyawarah mufakat ataupun pemungutan
suara berarti telah mengikat kita untuk menaati keputusan tersebut. Kita
harus berbesar hati dan berjiwa besar atas hasil keputusan meskipun kita
kalah dalam pemungutan suara itu. Inilah hakikat pengambilan keputusan
demokrasi.
Demokrasi hanya akan berjalan apabila kita bersedia menerima dan
menghargai keputusan yang telah diambil bersama. Prinsip-prinsip sila ke
empat dalam Pancasila juga mengajarkan pada kita perihal keputusan
bersama ini. Beberapa norma luhur dari sila ke empat Pancasila tersebut
sebagai berikut.
1. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
2. Tidak saling memaksakan kehendak pada orang lain.
3. Musyawarah diharapkan dapat mencapai kata mufakat dengan diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
4. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur.
8
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan 1 : Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah Kelas I, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm.77-
81.

8
5. Menerima, mematuhi dan melaksanakan hasil keputusan bersama
dengan ikhlas, penuh itikad baik, dan rasa tanggung jawab.
6. Keputusan yang diambil harus dapat di pertanggung jawabkan kepada
Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta
nilai kebenaran dan keadilan. Taat dan patuh pada kesepakatan
bersama perlu kita biasakan dan kembangkan. Keputusan bersama
berguna untuk menyelesaikan persoalan.9

Keputusan bersama harus ditaati karena di buat untuk kepentingan


bersama. Keputusan dalam musyawarah bertujuan agar tercipta ketertiban,
ketentraman, dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.10

BAB III
PENUTUP
9
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan 1 : Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah Kelas I, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm.83.
10
Suryanto Rukmono, Sukses Ulangan SD Kelas 3, (Jakarta : Wahyu Media, 2009),
hlm.300.

9
A. Kesimpulan
Keputusan adalah pilihan yang diambil dari sejumlah pilihan-pilhan yang
tersedia. Keputusan bersama adalah keputusan yang dibuat bersama-sama
untuk kepentingan bersama dan dilaksanakan secara bersama-sama pula.
Keputusan bersama bisa diambil dengan dua cara, yaitu dengan cara
musyawarah untuk mencapai mufakat, dan pemungutan suara terbanyak.
Pemungutan suara terbanyak diambil jika musyarah yang dilakukan tidak dapat
mencapai mufakat. Sesuatu yang telah menjadi keputusan bersama adalah
milik bersama. Oleh karena itu semua pihak harus bertanggung jawab untuk
melaksanakannya dengan ikhlas, disertai dengan itikad yang baik demi
kebaikan dan keberhasilan bersama.
Keputusan bersama harus dipatuhi dengan sunguh-sunguh dan penuh
kejujuran, Kebersamaan, kejujuran, keikhlasan, kesunguhan, dan tangung
jawab adalah nilai-nilai demokrasi Pancasila. Nilai itu harus dilaksanakan dan
dijunjung tinggi dalam setiap pengambilan dan pelaksanaan keputusan. Cara
tidak demokratis. Dilakukan melalui paksaan, tekanan, dan kekerasan.
Sedangkan cara demokratis dilakukan melalui rapat-rapat, musyawarah dan
dialog.
B. Saran

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah


ini, baik dari segi penulisan maupun pengolahan kata. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan
untuk makalah berikutnya. Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna
bagi pendidikan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

10
Al Hakim, Suparlan, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas 5,
Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009.

Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn Teori Pengajaran ABAD 21 DI SD/


MI, Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.

Rukmono, Suryanto, Sukses Ulangan SD Kelas 3, Jakarta: Wahyu Media, 2009.

Setiati dan Fajar Rahyuningsih, Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI kelas


Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008.
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan 1 : Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah Kelas I, Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009.

PETA KONSEP

11
12

Anda mungkin juga menyukai