Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Program pembangunan telah membawa Indonesia pada kemajuan
yang sigfnifikan di segala sektor kehidupan, seperti sektor industri,
properti, transportasi, pertambangan dan lainnya. Dapat kita lihat dan
rasakan gedung tinggi menjulang, pabrik-pabrik beroperasi tanpa henti,
berbagai macam barang telah diproduksi, dan berbagai kemudahan
sebagai manifestasi dari pembangunan yang pesat. Namun pernahkah kita
berpilir sejenak mengenai hal ini. Setiap hal memiliki dua sisi logam yang
saling bertentangan. Begitu pula dengan program pembangunan. Ada sisi
positif ada pula sisi negatif. Banyak keuntungan yang didapat namun tidak
sedikit kerugian yang ditanggung.
Kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, perubahan ilim, polusi
udara, global warming, penyakit akibat kerja, dan kenegasian lain dari
dampak pembangunan ini telah kita rasakan. Kondisi ini dapat terjadi karena
kurangnya kepedulian mengenai lingkungan dan terlebih sistem keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) di tengah masyarakat. Proses pembangunan di
Indonesia belum menunjukkan keseimbangan antara kemajuan program
pembangunan dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya manajemen
K3. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi
dan meningkatnya penyakit akibat kerja serta prevalensi morbiditas dan
mortalitas akibat kerja yang meningkat.
Menurut Dirut PT. Jamsostek Hotbonar Sinaga yang dilansir dari
poskota.co.id menyatakan bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja dalam
lima tahun terakhir terus meningkat. Kasus kecelakaan kerja tertinggi
terjadi tahun lalu, yakni mencapai 98.711 kasus, jumlah ini lebih besar
dibandingkan jumlah ini

1
lebih besar jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya.
Menurutnya, rata-rata kasus kecelakaan kerja setiap tahun sekitar 93.000
kasus.
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan melakukan analisis
mengenai salah satu kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia yaitu
kasus kecelakaan pekerja proyek pembangunan Hotel Panghegar yang tewas
terjatuh dari lantai 20, Rabu 23 Maret 2011.
1.2 RUMUSAN MALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan pada kasus Proyek Pembangunan Hotel Panghegar
tersebut ?
2. Bagaimana melakukan penangan dan pencegahan agar tidak
terjadi kecelakaan lagi ?
1.3 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan pada kasus tersebut
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dan pencegahan agar
tidak terjadi kecelakaan yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kecelakaan

Me ミ urut Fra ミ k Bird, さ an accident is undesired event that result in


physical harm to a person or damage to property. It is usually the result of a
contact with
a source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc)ざ ふ“oehat マ a ミ, ヲヰヱヰぶ
Me ミ urut Hei ミ riIh, Peterse ミ da ミ Roos, ヱ ΓΒ ヰ さ KeIelakaa ミ kerja atau
kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan
tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan,
orang atau radiasi ya ミ g マ e ミ gakiHatka ミ Iidera atau ke マ u ミ gki ミ a ミ
akiHat lai ミミ ya ざ.
(Mayendra, 2009).
Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang
menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan,
atau kerugian lainnya. (Standar AS/NZS 4801:2001). Sementara itu, menurut
OHSAS 18001:2007 Kecelakaan Kerja didefinisikan sebagai kejadian
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian
yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini digunakan juga untuk
kejadian yang dapat menyebabkan merusak lingkungan (Sumber :
OHSAS 18001:2007).
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang adapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan
bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu peristiwa yang tidak terduga,
tidak terencana tidak dikehendaki dan menimbulkan kerugian baik jiwa
maupun harta yang disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan yaitu ketika pulang dan pergi ke tempat kerja
melalui rute yang biasa dilewati.
2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Pengertian kejadian menurut standar Australian AS 1885 1 (1990)
adalah suatu proses atau kejadian cidera atau penyakit akibat kerja. (
Mayendra,2009)
Banyak tujuan yang dicapai dengan melakukan pengklasifikasian
kejadian kecelakaan akibat kerja. Salah satu diantaranya adalah untuk
mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana terjadinya
kecelakaan, apa yang dilakukan oleh karyawan dan alat apa yang digunakan
oleh karyawan sehingga menyebabkan kecelakaan.
Dengan menerapkan kode-kode kecelakaan kerja maka akan
sangat membantu proses investigasi dalam menginterpretasikan informasi-
informasi yang di dapat. ada banyak refrensi yang menjelaskan mengnai
kode-kode dari kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australian
1885 1 (1990). Berdasarkan standar tersebut, kode yang diguakan untuk
mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagi berikut :
1. Jatuh dari atas ketinggian
2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara yang tiba-tiba
7. Terpajan oleh suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
11. Kontak dengan listrik
12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13. Terpajan radiasi
14. Kontak tunggal dengan bahan kimia
15. Kontak jangka panjang dengan bahan kimia
16. Kontak lainnya dengan bahan kimia
17. Kontak dengan atau terpajan dengan faktor biologi
18. Terpajan faktor stress mental
19. Longsor atau runtuh
20. Kecelakaan kendaraan/mobil
21. Lain-lain mekanisme cidera berganda atau banyak

2.3 Teori Penyebab dan Model Kecelakaan


2.3.1Model Kecelakaan
Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait 4 unsur produksi yaitu
People, Equipment, Material, dan Environment (PEME) yang saling
berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa.
(Soehatman, 2010)
Kecelakaan dapat terjadi karena konsdisi alat atau material yang
digunakan dalam bekerja. Alat dan material ada kemungkinan besar
memiliki kondisi yang berbahaya. Selain itu kecelakan juga dapat
disebabkan oleh lingkungan tempat bekerja. Hal ini dapat terjadi karena
lingkungan tempat bekerja yang tidak aman seperti, kebisingan,
pencahayaan yang kurang, banyaknya asap atau debu, dan bahan-bahan
kimia yang bersifat toksik. Kemudian faktor terakhir yang dapt menyebabkan
terjadinya kecelakaan adalah orang/pekerja itu sendiri. Adanya human error
pada perkerja yang mengakibatkan kecelakaan semakin sering terjadi.
Berdasarkan teori Heinrich dikatakan bahwa manusia memiliki kecendrungan
untuk melakukan kesalahan yang akan berasosiasi dengan faktor penyebab
kecelakaan lainnya sehingga menimbulkan an accident.
Menurut Mayendra, 2009 dalam makalahnya pentingnya
mempelajari model kecelakaan adalah sebagai berikut
1. Memahami klasifikasi sistem yang logis, objektif dan dapat diterima
secara universal. Dengan mengklasifikasikan sistem maka beberapa
fenomena, kejadian yang melatarbelakangi kecelakaan dapat
dikelompok-kelompokkan sehingga mudah dianalisa.
2. Model kecelakaan dapat mempermudah identifikasi bahaya karena
kerangka logiknya jelas.
3. Model kecelakaan dapat membantu investigasi kecelakaan dan
membantu cara-cara pengendaliannya.
2.3.2Teori Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai faktor
penyebab, berikut teori-teori mengenai terjadinya suatu kecelakaan :
1. Pure Chance Theory (Teori Kebetulan Murni)
Teori yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak
Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja.
2. Accident Prone Theory (Teori Kecenderungan Kecelakaan)
Teori ini berpendapat bahwa pada pekerja tertentu lebih sering
tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang
cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.
3. Three Main Factor (Teori Tiga Faktor)
Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan
faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Two main Factor (Teori Dua Faktor)
Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition)
dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Human Factor Theory (Teori Faktor Manusia)
Menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak
langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
2.4 Teknik Identifikasi Bahaya
Pemilihan teknik/metode identifikasi bahaya yang sesuai dengan
sebuah perusahaan sangat menentukan efektifitas identifikasi bahaya yang
dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik
identifikasi bahaya antara lain:
1. Sistematis dan tersetruktur,
2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang
belum pernah dikenal sebelumnya,
3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan,
4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.
Beberapa teknik identifikasi bahaya adalah sistem
monitoring/checklist, safety review, preleminary hazard analysis (pha),
hazard operability studies (hazops), fault tree analysis (fta),
inspeksi, human error analysis, what if, brainstorming, failure
models and effects analysis, dan lain-lain. Pada kasus ini penulis
menggunakan teori domino Heinrich sebagai teknik analisis
kecelakaan sekaligus teknik identifikasi bahaya pada kasus
kecelakaan tersebut.
2.5 Karakteristik bidang konstruksi
Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukan
kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang
sering ditimbulkan umumnya dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas
dan terbentur yang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan
barang dari atas atau barang roboh.
1. Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan
yang ditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian
umumnya adalah : pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki
kepercayaan dirinya berpengalaman atau mencari jalan cepat,
mulai bekerja tanpa mengenakan alat pelindung apapun atau baju
pelindung, sehingga begitu terjatuh tidak ada sabuk pengaman atau
jaring pengaman bisa
mengakibatkan kematian. Selain kurangnya pemahaman pekerja
tentang keamanan, perlindungan tenaga kerja yang dilakukan
pemilik usaha sering tidak mencukupi, sebagai contoh bila bekerja
di kerangka yang tinggi, harus dipasang balok menyilang,
disamping untuk menjaga kestabilan, selain itu untuk memberikan
topangan yang kuat bagi tenaga kerja; pada saat pekerja tidak hati-
hati terjatuh, ada satu lapisan pengaman, untuk mengurangi dampak
yang terjadi. Pemilik usaha tidak seharusnya mengabaikan hidup para
pekerjanya demi untuk mengejar keuntungan.
2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena
kecerobohan pekerja; seperti pada saat mengoperasikan mesin
penderek, mesin penggali lubang atau mesin pendorong, semestinya
ada pagar pembatas di sekelilingnya, guna mencegah masuknya
pekerja, apabila tetap diperlukan pekerja lain untuk memberikan
bantuan operasional, maka di sampingnya perlu ada seorang mandor
yang memberikan komando dan pengawasan; selain pagar
pembatas pekerja di area tersebut harus memakai secara benar
perlengkapan pelindung seperti helm, sarung tangan dan sepatu
pengaman dan lain-lain. Selain itu pada saat memindahkan barang
berat, sebaiknya menggunakan kekuatan mesin sebagai pengganti
tenaga manusia, demi menghindari terjadinya kecelakaan pada
saat pemindahan.
3. Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya
pagar pembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu
biasanya terjadi dalam waktu sekejap tanpa peringatan terlebih
dahulu, oleh karena itu dibuatkan demi mengurangi resiko kecelakan
terhadap pekerja yang memasuki area tersebut. Benturan atau
tabrakan biasanya terjadi dikarenakan kecerobohan pekerja, mesin
penggerak dan kendaraan yang digunakan berukuran sangat besar,
pandangan petugas operator tidak mudah mencapai luasnya batas
area kerjanya sehingga terjadi benturan.
Cara pencegahan benturan adalah dengan memperdalam pengetahuan
keselamatan pekerja, di sekeliling area penempatan mesin dibuatkan
pagar pembatas, pekerja tidak diperkenankan berada di sekitar area
tersebut; selain itu jumlah mandor lapangan ditambah, dan membantu
mengawasi pengoperasian mesin bermotor atau kendaraan, sehingga
bisa mengurangi resiko benturan.

2.6 Kebijakan dan Undang-Undang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan
perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua
pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak yang terkait lainnya. Ada
beberapa peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, beberapa
diantaranya :
 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatn kerja
 Undang-unang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
 Undang-undang No. 8 tahun 1998 tentang perlindungan
konsumen
 Undang-undang No. 19 tahun 1999 tentang jasa konstruksi
 Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung
 Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang keteknikan
memuat aspek keselamatan
Kebijakan merupakan persyaratan utama dalam semua sistem
manajemen seperti Manajemen Lingkungan, Mutu dan lain-lain.
kebijakan merupakan roh dari sebuah sistem. Oleh karena itu, OHSAS
18001 mensyaratkan ditetapkannya kebijakan K3 dalam organisasi
oleh manajemen puncak. Kriteria kebijaka K3 adalah sebagai
berikut.
1. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 organisasi
2. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan
3. Termasuk adanya komitmen untuk sekuarngnya memenuhi
perundangan K3 yang berlaku
4. Didokumentasikan, diimplimentasikan, dan dipelihara
5. Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja
6. Tersedia bagi pihak lain yang terkait
7. Ditinjau ulang secara berkalauntuk memastikan bahwa masih
relevan dan sesuai dengan organisasi
BAB III
ANALISIS KASUS KECELAKAAN

3.1 Deskripsi Kasus


Terjun dari Lantai 20, Pekerja Proyek Tewas (Seputar
Indonesia) Thursday, 24 March 2011
Sumber : www.seputarindonesia.com

BANDUNG– Seorang pekerja, Agus Iding, 35, tewas seketika setelah


terjatuh dari lantai 20 proyek pengerjaan Apartemen Panghegar di Jalan
Merdeka, Kota Bandung, kemarin pukul 14.15 WIB.
Namun disayangkan, pihak proyek tidak melaporkan ke kepolisian.
Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, korban yang bekerja
sebagai mekanik leader konstruksi lift saat itu hendak mengecek lift di
lantai 20. Saat pintu terbuka, seketika itu korban terdorong dan pintu
tertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai
dasar.Korban pun langsung terjatuh hingga lantai GF. Salah seorang rekan
kerja korban, Leman Nugraha, 20,
マ e ミ gataka ミ Hahwa korHa ミ terdoro ミ g sa ミ gat Iepat. さ Biasa ミ ya lift passe ミ ger
itu
selalu Herada di la ミ tai ヲヰ, i ミ i マ alah di la ミ tai GF; jadi pas diHuka, koso ミ g,ざ
jelas
Leman. Saudara korban, Dadang, mengaku mendapat kabar kecelakaan tersebut
sekitar pukul ヱヶ.ヰヰ WIB.さ Kalau keluarga dapat kaHar ミ ya pukul tigaa ミ,
kata ミ ya keIelakaa ミ,ざ u ミ gkap Dada ミ g di Ru マ ah “akit Bu ミ gsu, Jala ミ
Vetera ミ, Kota Bandung, tadi malam.
KorbantewaswargaJalanCikuda RT 02/11,Cibiru,Kota Bandung, itu
mengalami luka patah kaki dan mengeluarkan darah segar dari bibir, serta
beberapa bagian tubuhnya mengalami pembengkakan. Korban langsung
dilarikan ke RS Bungsu.Sementara itu,pihak pengembang hotel bungkam
ketika ditanya wartawan mengenai kejadia ミ terseHut. さ No Io ママ e ミ t, saya
ミ ggak tahu,ざ
ungkap beberapa pekerja dan pihak keamanan. Pihak kepolisian pun baru
mengetahuinya sekitar pukul 17.30 dari pihak rumah sakit.
Tim identifikasi langsung meluncur ke lokasi kejadian,tetapi pihak
pengembang terlihat menutupnutupi. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung
AKBP TuHagus Ade Hidayat マ e マ He ミ arka ミ terkait kejadia ミ terseHut.さ Iya,kita
Haru tahu sekitar pukul ヱ Α.ンヰ,ざ u ミ gkap TuHagus ketika dihuHu ミ gi wartawa ミ.
Pihak ミ ya pu ミ saat ini memeriksa beberapa orang saksi yang mengetahui
kejadian tersebut.
฀ yugi prasetyo

Pekerja Projek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh dari Lantai 20


Rabu, 23/03/2011 - 21:11
Sumber : www.pikiran-rakyat.com

BANDUNG, (PRLM).- Agus Iding (35) tewas setelah terjatuh dari lantai
20 tempat ia bekerja, di projek pembangunan Hotel dan Apartemen
Panghegar, Jln. Merdeka, Rabu (23/3) siang. Agus adalah pekerja bangunan
di projek tersebut. sebagai mekanik leader konstruksi lift. Meskipun
peristiwa terjadi pukul 14.15 WIB, tapi kepolisian baru mengetahui
kejadian itu selepas pukul 17.30 WIB. Pasalnya, manajemen hotel tidak
memberitahukannya ke kepolisian terdekat dan terkesan menutup-nutupi
peristiwa itu. Polisi mendapat informasi dari RS Bungsu di Jln. Bungsu,
yang sempat merawat korban.
Berdasarkan sejumlah saksi mata yang dimintai keterangan polisi,
menuturkan, saat itu korban hendak mengecek lift di lantai 20. Lift baru
terpasang pintunya saja. Sementara lift passenger berada di lantai dasar. Saat
Agus memencet tombol, pintu lift terbuka dengan cepat. Agus kaget
sehingga terdorong ke dalam lift yang belum ada passenger lift-nya. Tubuh
Agus melayang dan terhempas dengan keras di lantai GF (ground floor).
Leman Nugraha (20), rekan kerja korban, mengatakan, peristiwa itu terjadi
sangat cepat. "Biasanya, passenger lift, selalu ada di lantai 20. Tidak tahu
kenapa, hari itu kok ada di bawah. Jadi pas pintu terbuka, liftnya tidak ada
sehingga korban kaget dan jatuh," katanya kepada polisi.
Sementara itu, saudara korban, Dadang, ditemui di RS Bungsu,
mengatakan, dia mendapat informasi tersebut sekitar pukul 16.00 WIB.
Sementara keluarga lainnya mendapatkan informasi itu pukul 15.00 WIB.
Berdasarkan identifikasi rumah sakit dan kepolisian, korban yang merupakan
warga Jln. Cikuda, Cibiru Kota Bandung itu, mengalami luka patah kaki,
mengeluarkan darah segar dari bibir, dan sejumlah memar dan bengkak di
tubuhnya. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Tubagus
Ade Hidayat menuturkan, kepolisian baru mengetahui sekitar pukul 17.30 WIB.
Polisi pun telah memeriksa sejumlah saksi. Namun kepolisian menyayangkan
dengan sikap manajemen hotel yang terkesan berusaha menutup-nutupi
peristiwa itu dengan tidak segera melaporkan ke kepolisian. (A-
128/das)***

Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas


Seketika Sumber : www.bandung.detik.com
Baban Gandapurnama - detikBandung
Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai
20 proyek pembangunan Grand Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul
14.15 WIB, Rabu (23/3/2011). Jenazah pekerja proyek itu langsung
dibawa ke RS Bungsu, Jalan Veteran. Sebelum kejadian, Agus dan rekan
kerjanya, Leman Nugraha (25), sedang mengecek lift ke lantai 20
bangunan tersebut. Agus ini bekerja sebagai mekanik leader konstruksi
lift.
"Saat itu pintu lift dalam keadaan tertutup. Almarhum membuka
pintu itu menggunakan tangan, dia masuk dan pintu tiba-tiba pintu
menutup. Ternyata pas dibuka melompong, enggak ada boks liftnya," kata
Leman ditemui di RS Bungsu. Diketahui, kata dia, boks lift berada di lantai
bawah. "Biasanya juga lift passenger itu setiap hari ada di lantai 20. Tapi
tadi di bawah," ujarnya.
Leman menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian. Lalu
jenazahnya diboyong ke RS Bungsu, "Kondisinya mulut berdarah, tubuh
bengkak dan kaki patah," ungkapnya. Korban merupakan warga Jalan Cikuda,
RT 2 RW 11,
Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Dia sudah bekerja di proyek Apartemen
Panghegar sejak Maret 2010 lalu. Sementara itu, pihak keluarga korban
mengaku diberitahu pihak perusahaan dua jam setelah peristiwa tersebut.
"Tadi dikasih tahu jam empat. Kalau kejadiannya enggak tahu. Tapi
dibilang jatuh," ujar Dadang dari pihak keluarga korban saat ditemui di RS
Bungsu.
Pantauan detikbandung, sejumlah polisi yang diberi tahu oleh RS
Bungsu sekitar pukul 17.30 WIB, langsung mengidentifikasi data diri
korban. Usai meminta keterangan keluarga korban dan rekan kerja, polisi
meninggalkan RS Bungsu sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara jasad korban
dibawa keluarga sekitar pukul 20.00 WIB. Pihak proyek yang ditemui di
lokasi kejasian enggan berkomentar soal kasus ini. Enggak tahu. No
comment," ujar seorang petugas proyek saat wartawan meminta
konnfirmasi.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Ade Hidayat
membenarkan kejadian tersebut. "Kami masih menyelidikinya. Sejumlah saksi
kami minta keterangan," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan via ponsel.
Sementara itu dihubungi secara terpisah PR Panghegar Restina Setiawan
mengaku belum mendapat konfirmasi soal peristiwa itu. "Belum ada
konfirmasi apa-apa, saya tadi pulang duluan. Jadi belum bisa ngomong apa-
apa. Mungkin besok saya bisa kasih keterangan," ujarnya.

3.2 Analisis Kasus


Pada kasus kecelakaan ini penulis menggunakan model analisis kasus
Teori Domino yang berasal dari Heinrich (1930). Hal ini disebabkan
karena kondisi kasus kecelakaan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Heinrich ini. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor
yang saling berhubungan yaitu, kondisi kerja (environment), kelalaian
manusia (person), tindakan tidak aman (hazard), kecelakaan (accident)
dan cedera/kematian (injury).
1. Identitas korban kecelakaan
Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma Agus
Iding. Ia adalah seorang Pemimpin Konstruksi Lift dari proyek
pembangunan Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota
Bandung. Dari artikel tersebut dpat kita kategorikan bahwa korban
berkerja pada bidang konstruksi bangunan dan sudah cukup
berpengalaman karena ia diposisikan sebagai leader dalam proyek
pembangunan lift apartemen ini.
2. Identifikasi sumber bahaya
Dalam kasus ini korban melakukan tindakan yang tidak aman
yaitu tidak menggunakan body harness/full body harness (Hazard yang
berupa unsafe act). Sedangkan Menurut undang-undang
keselamatan kerja, bekerja di ketinggian ini memerlukan fix platform
atau memakai alat pelindung diri berupa full body harness. Selain
itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat yang memiliki ketinggian
lebih dari lima meter, diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana ijin
ini diperlukan untuk menganalisa bahaya apa saja yang mungkin
terjadi dan menyiapkan alat pengaman yang cocok untuk
meminimalisir resiko yang akan dihadapi bila bekerja pada ketingian
tersebut.
Working at High atau sering disingkat WaH, memiliki arti
dalam bahasa Indonesia adalah bekerja pada ketinggian. Kategori
bekerja pada
ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang memiliki ketinggian sama
dengan atau lebih dari 1,8 meter dari permukaan tanah.
Kemudian dapat kita ketahui pula bahwa kondisi kerja
(environment) pada saat itu mendukung terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan berita tersebut lift passanger biasanya berada di lantai
20 tempat korban berada, namun entah mengapa pada hari
tersebut box liftnya berada di GS (Ground Floor). Dari deskripsi berita
yang diberikan dapat kita analisa bahwa korban melakukan kesalahan
(fault of person), selain tidak memakai alat pelindung diri, korban
tidak berlaku hati-hati terhadap segala kemungkinan yang ada. Disini
mungkin ia merasa aman karena seperti biasanya box lift berada di
lantai 20, namun kenyataannya tidak.
3. Kronologis kecelakaan kerja

Dalam kasus kecelakaan yang terjadi pada Agus Icing ini


merupakan sebuah kasus yang komplikatif. Artinya banyak
penyebab yang dpat kita analisis didalamnya dan membentuk sebuah
kemungkinan terjadinya kecelakaan yang pada akhirnya menimbulkan
kerugian baik secara langsung (direct cost) maupun tidak langsung
(Indirect cost).
Pada kasus ini penulis akan menjelaskan kejadian berdasarkan
teori yang dikemukaan oleh Heinrich pada tahun 1930 yaitu teori
Domino. Teori domino merupakan visualitas yang menggambarkan
berbagai peluang dan sumber bahaya yang pada akhirnya
mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Tahap-tahap kejadian pada kasus ini
berdasarkan analisa berita yaitu sebagai berikut.
1. Environment atau keadaan/kondisi kerja. Pada kasus
ini digambarkan kondisi kerja yang menimbulkan resiko
terjadinya kecelakaan yaitu Working at High atau WaH. Korban
berada pada ketinggian yang ditaksir lebih dari 40 meter karena
berada pada lantai 20 (estimasi 1 lantai = 2 meter).
2. Kemudian pada kartu yang kedua sesuai dengan teori Domino
Heinrich terdapat Fault of person (kelalaian manusia) yang
bergerak/jatuh akibat dari kondisi kerja yang memungkinkan
(kartu pertama). Pada kasus ini kesalahan yang dilakukan
korban adalah tidak berhati-hati pada setiap kondisi lingkungan
yang ada, sehingga korban merasa jika dirinya sudah aman. Di
sumber berita disebutkan Hahwa さ“aat pi ミ tu terHuka, seketika itu
korban terdorong dan pintu
tertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai
dasar ざ atau さ“aat Agus マ e マ e ミ Iet to マ Hol, pi ミ tu lift terHuka
de ミ ga ミ cepat. Agus kaget sehingga terdorong ke dalam lift yang
belum ada passenger lift- ミ ya ざ . Disini dapat kita pahami bahwa
korban terkejut dengan kondisi lift tidak berisi box-nya sehingga
ia terdorong dan jatuh ke lantai dasar. Penulis berpendapat
bahwa korban setelah membuka pintu, korban telah bersiap dan
segera memasuki box-lift
tanpa melihat ada atau tidaknya box-lift tersebut.
3. Kartu yang ketiga adalah Hazard. Hazard dalam model Heinrich
ini dapat diartikan sebagai unsafe condition atau unsafe act.
Berdasarkan berita selain kondisi yang tidak aman karena berada
pada ketinggian yang berisiko menimbulkan kecelakaan, korban
juga tidak menggunakan APD seperti yang telah diatur dalam
undang-undang keselamatan kerja, apabila melebihi ketinggian 1,8
meter maka harus
menggunakan alat pelindung diri yang berupa body harness/full
body harness.
4. Dari ketiga sumber bahaya tersebut yang saling berkolerasi dan
さマ e ミ jatuhka ミざ kartu Herdasarka ミ uruta ミミ ya マ aka ti マ Hulah
seHuah Accident (kecelakaan) yang terjadi di Bandung pada
tanggal 23 Maret
2011 di Hotel Panghegar pada pukul 14.15 WIB.
5. Dampak dari semua runtutan kartu di atas berdasarkan model
Domino Heinrich menimbulkan sebuah kerugian (injury), dalam
hal ini nyawa korban. Kerugian ini dapat berupa biaya kompensasi
untuk korban. Selain kerugian langsung tersebut banyak lagi
kerugian yang di dapatkan pihak hotel Panghegar yaitu kerugian
tidak langsung seperti, kerugian jam kerja, kerugian sosial, serta
citra dan kepercayaan pelanggan berkurang. Hal ini lebih
berdampak karena korban adalah mekanik leader dalam proyek
pembangunan hotel tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya kecelakan merupakan proses interaksi dari faktor-


faktor penyebab yang menimbulkan peluang terjadinya hal tersebut.
Kecelakaan bukan merupakan sebuah kejadian tunggal yang spontanitas
terjadi, tetapi ia telah didahului oleh insiden-insiden kecil sehingga pada
tahap akhirnya akan menyebabkan accident atau kecelakaan tersebut
(FTA). Kecelakaan bukan kejadian yang tidak dapat dicegah atau
dihindari. Kecelakaan dapat dicegah dengan menerapkan prinsip sistem K3
dan pendekatanpencegahan kecelakaan. Pada kasus Agus icing ini,
seharusnya kecelakaan dapat dihindarkan dengan melakukan tindakan
preventif seperti berhati-hati dan menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang sesuai ketentuan. Jika saja hal tersebut dilakukan oleh korban maka
kecelakaan dapat dihindari.
4.2 Saran
Pada kesempatan ini penulis hanya berpesan bahwa pada
prinsipnya kecelakaan dapat kita cegah. Angka kecelakaan yang semakin
memuncak dapat kita landai dengan melakukan tindakan preventif dan
berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Mematuhi segala peraturan
undanng-undang dan kebijakan sistem K3 bukan merupakan hal yang
berat jika menyangkut dengan nyawa. Tumbuhkan kesadaran dalam diri
kita akan pentingnya K3. Maka kecelakaan dapat kita hindari dan angka
mortalitas dapat dieliminir seminimal mungkin. MARI CIPTAKAN
MASYARAKAT INDONESIA, SADAR K3 !!!

Anda mungkin juga menyukai