Anda di halaman 1dari 22

Budidaya Tanaman Pakan-D.W.

Widjajanto-2021

BUDIDAYA TANAMAN PAKAN

Dasar Membangun Pastura, Pemanfaatan, Pemeliharaan,


Pengelolaan, dan Pengawetan Tanaman Pakan

D.W. Widjajanto

Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman


Departemen Pertanian
Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universtas Diponegoro
2021
0
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

PENDAHULUAN
Kegiatan pertanian khususnya penyediaan hijauan
tanaman pakan (HTP) telah dilakukan oleh masyarakat pada
jamannya jauh sebelum Masehi. Bahkan pada masa kejayaan
kerajaan di Indonesia pengelolaan HTP diyakini sangat
diperhatikan mengingat pada jaman tersebut kegiatan
kehidupan masih didukung seluruhnya oleh ternak besar.
Tanaman hijauan pakan harus berpenampilan optimal
sehingga mampu mendukung kebutuhan HTP oleh ternak
secara optimal. Penampilan ternak yang optimal memberikan
dukungan ketersediaan pangan sumber ternak dengan baik.
Oleh karena itu, kebutuhan HTP harus dipersiapkan dengan
baik melalui pemahaman terhadap pembangunan pastura
dengan budidaya HTP yang baik.
Persoalan yang sering muncul bahwa ketersedian HTP
tidak berlangsung secara kontinyu. Pada musim penghujan
produksi HTP melimpah, sementara pada musim kemarau
sebaliknya. Untuk mengatasi persoalan tersebut sebaiknya
kelebihan produksi HTP pada musim penghujan diawetkan
sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dimana
ketersediaan HTP sangat minim.
Hay dan sile merupakan dua cara pengawetan HTP,
dimana hay merupakan cara pengawetan HTP dengan sistem
pengeringan, sebaliknya silase adalah cara pengawetan HTP
dengan mempertahankan kondisi HTP seperti adanya.

1
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

DASAR MEMBANGUN PASTURA


Tujuan utama dalam membangun pastura adalah guna
menyediakan HTP bergizi tinggi, efisien dan kontinyu
sepanjang tahun. Secara umum beberapa langkah sangat
perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman termasuk HTP
antara lain 1. memahami persyaratan tumbuh tanaman, 2.
pengolahan tanah, 3. pemilihan benih tanaman, 4. penyiapan
bibit, 5. penanaman termasuk bahan tanam dan jarak tanam,
6. pemeliharaan termasuk penyiangan, pemupukkan dan
pengairan dan 7. pemanenan (Ilustrasi 1.).

Ilustrasi 1. Tahapan budidaya tanaman

2
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Pemilihan Jenis tanaman


Dalam penentuan jenis tanaman beberapa hal harus
dipertimbangkan seperti 1. tujuan penanaman, HTP ditanam
sebagai hijauan potong atau padang penggembalaan, 2. lokasi
dimana budidaya HTP akan dilakukan antara lain tinggi
tempat, suhu lingkungan setempat, dan kesuburan tanah.
Karakteristik hijauan potong meliputi produksi persatuan luas
tinggi, mudah tumbuh kembali setelah pemotongan
(defoliasi), responsif terhadap pemupukan Nitrogen, dan
memiliki palabilitas tinggi. Sementara itu, ciri-ciri hijauan
gembala antara lain mampu bersaing dengan tanaman lain,
tahan terhadap injakan dan renggutan, tahan kekeringan yang
tidak berkepanjangan.

Produktivitas per satuan luas tinggi


Terdapat beberapa pembatas terhadap penampilan HTP
yang dikelompokan menjadi faktor pembatas langsung terdiri
dari gulma dan hama-penyakit tanaman, dan secara tidak
langsung unsur hara tanah, kepadatan tanaman dan sinar
matahari. Palatabilitas adalah hasil keseluruhan faktor-faktor
yang menentukan apakah dan sampai tingkat mana suatu
HTP menarik bagi ternak. Tingkat palabilitas ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain jenis ternak, fase pertumbuhan
dan kondisi HTP, kesempatan dalam memilih tanaman,
tatalaksana dan pemupukan.
Hijauan tanaman pakan sangat toleran terhadap
lingkungan tanah dan iklim lokal. Faktor kesuburan tanah
3
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

sangat menentukan tingkat produksi tanaman. Misalnya


beberapa HTP seperti Stylo memerlukan tanah khusus,
Leucaena paling peka terhadap ketersediaan Cu, Desmodium
uncinatum tumbuh baik pada tanah dengan kandungan Cu
rendah dan sebaliknya dengan Stylo, Glycine toleran
terhadap kadar garam tinggi, sementara itu HTP jenis rumput
memerlukan Nitrogen tinggi guna mencapai kualitas tinggi.
Unsur iklim yang berpengaruh terhadap HTP terutama
adalah suhu lingkungan. Beberapa HTP legum tidak tahan
terhadap naungan antara lain Puero, Desmodium intortum,
Calopogonium muconoides. Suhu pertumbuhan tanaman
berkisar antara 5-35oC. Suhu untuk pertumbuhan optimum
berbeda untuk setiap tanaman dan tahap perkembangannya,
suhu ekstrem akan merusak tanaman. Legum tropik perenial
membutuhkan suhu optimum untuk pertumbuhan lebih tinggi
dari suhu optimum legum dan rumput beriklim sedang tetapi
lebih rendah daripada rumput tropik.
Sebagian besar rumput tropik basah akan hidup sesuai
pada suhu hangat. Rumput pangola pertumbuhannya
menurun jika suhu malam hari turun sampai dibawah 11oC.
Paspalum dilatatum sesuai tumbuh di daerah tropik yang
tinggi tetapi dengan suhu rendah. Curah hujan (CH) sekitar
1000mm/th adalah terbaik untuk pertumbuhan dan ketahanan
legum. Legum seperti Stylo, Siratro, Glycine dan Leucaena
memiliki adaptasi kering. Curah hujan lebih dari 1000 mm/th
sesuai untuk rumput di tropik. Sementara itu, rumput yang
dapat tumbuh pada CH kurang dari 1000mm/th antara lain
4
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Panicum maximum (var Gatton dan var Queenland), pangola,


Paspalum plicatulum, Setaria.
Selain harus memiliki produktivitas tinggi sifat mudah
dikembangkan harus dimiliki oleh HTP. Pengembangbiakan
dengan biji memudahkan dalam penanaman, sehingga
menghemat tenaga dan biaya, menghasilkan tanaman lebih
tahan kekeringan karena perkembangan akar primer. Biji
rumput sering sulit diperoleh sehingga pembiakan seringkali
menggunakan cara vegetatif stek dan pols. Disamping itu
HTP yang dibudidayakan juga harus memiliki nilai gizi
tinggi. Setiap jenis HTP memiliki karakter nilai gizi berbeda-
beda. Rumput pada umumnya memiliki kandungan protein
lebih rendah dibanding legum. Memilih HTP dengan
kandungan protein kasar (PK) lebih dari 10% dapat
memenuhi kebutuhan ternak. Oleh karena itu, pertanaman
campuran sebaiknya memiliki komposisi 60-70% rumput dan
30-40% legum sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi
ternak.

Pengolahan tanah
Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap
tanah bertujuan menciptakan kondisi tanah yang lebih baik
untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dilakukan
dengan tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dilakukan
untuk menciptakan kondisi tanah sehingga sesuai untuk
pertumbuhan tanaman, dengan demikian dapat diperoleh
pertumbuhan dan hasil tanaman secara maksimal. Tujuan
5
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

umum dilakukan pada lokasi penyemaian benih, perbaikan


olah tanah guna mencapai penetrasi akar yang optimal,
infiltrasi air dan aerasi, irigasi permukaan dan pemberantasan
gulma. Pengolahan tanah tujuan khusus dilakukan pada
tanah-tanah yang memiliki kebutuhan khusus misal pada
lahan miring, miskin hara dan lainnya. Tujuan pengolahan
tanah secara umum dan khusus disajikan pada Ilustrasi 2.

Ilustrasi 2. Pengolahan tanah umum (kiri) dan khusus (kanan)


Secara umum pengolahan tanah terdiri atas
pembersihan areal, pembajakan, dan penggaruan.
Pembersihan areal dimaksudkan untuk membersihkan area
dari tanaman berpotensi sebagai tanaman pengganggu atau
gulma seperti semak-semak, alang-alang, dan tumbuhan lain
dengan mempertimbangkan adanya jalur-jalur pohon
pelindung dan pohon-pohon terpencar. Pembajakan
dilakukan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkahan-
bongkahan tanah menjadi lebih gembur dan proses
mineralisasi bahan organik (BO) dapat berlangsung lebih
cepat. Penggaruan ditujukan untuk menghancurkan
6
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

bongkahan-bongkahan padat hasil pembajakan menjadi


struktur tanah remah sekaligus membersihkan sisa-sisa
tumbuhan liar. Sementara itu, pengolahan tanah untuk tujuan
khusus terutama dilakukan dengan tujuan pengendalian
hama, menghilangkan residu tanaman yang mengganggu
permukaan tanah, pengendalian erosi, dan pencampuran
pupuk, kapur dan pestisida.
Dampak positif pengolahan tanah antara lain 1.
berpengaruh terhadap struktur tanah sehingga tanah menjadi
lebih gembur dan berpengaruh terhadap perkecambahan, 2.
meningkatkan kapasitas simpan air pada rhizosfer, 3.
memecah lapisan padat, 4. memperbaiki permeabilitas tanah,
dan 5. pembenaman atau pengembalian sisa tanaman
kedalam tanah meningkatkan laju infiltrasi. Dampak negatif
seperti 1. terhadap struktur tanah, pelapukan BO, aktivitas
fauna tanah, 2. mempercepat penurunan BO tanah (BOT)
melalui percepatan perombakan BOT, 3. memutus akar
tanaman yang dangkal, 4. meningkatkan kepadatan tanah
biasanya sampai 15-25cm sehingga mengakibatkan
penurunan laju infiltrasi, dan 5. tanah terbuka dikarenakan
pengolahan tanah dapat berakibat pada terjadinya erosi dan
pergerakan permukaan tanah. Dampak positif dan negatif
pengolahan tanah secara ringkas disajikan pada Ilustrasi 3.

7
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Ilustrasi 3. Dampak positif (kiri) dan negatif (kanan) pengolahan


tanah

Bahan Tanam
Pemilihan benih dan penyiapan bibit
Pemilihan dan penyiapan bibit pada budidaya tanaman
merupakan hal yang sangat penting. Jika tidak dilakukan
secara cermat dan berhati-hati maka resiko kegagalan sangat
tinggi. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memilih
benih dari penghasil benih tersertifikasi nasional dan atau
internasional.
Tanaman dapat dikembangbiakan secara generatif dan
vegetatif. Secara generatif dapat dilakukan dengan
menggunakan biji, sementara secara vegetatif menggunakan
bahan tanam stek dan atau pols (sobekan rumpun), stolon,
dan rhizoma. Bahan tanam atau bibit yang baik berasal dari
varietas unggul (VU) yang memiliki sifat agronomis unggul
dibanding varietas lokal (VL). Keunggulan yang diharapkan
adalah keunggulan produksi kuantitas dan kualitas,
keunggulan sifat palatabilitas dan daya tahan kekeringan dan

8
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

penyakit. Oleh karena itu, dalam pemilihan bahan tanam


harus dipertimbangkan beberapa hal seperti kesesuaian
dengan lingkungan setempat, kemudahan untuk
dibudidayakan dan dikembangkan serta dikelola, memiliki
potensi produksi tinggi dan palatabel.
Beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
dalam pemilihan biji yang baik meliputi bentuk biji
sebaiknya sesuai dengan aslinya, ukuran biji tidak terlalu
besar atau kecil, warna biji sesuai dengan aslinya, umur
panen, setelah masak fisiologis. Untuk memperoleh bibit
yang baik beberapa persyaratan perkecambahan benih harus
selalu dipertimbangkan antara lain embrio masih hidup, benih
tidak dalam keadaan dorman, dan faktor lingkungan
menguntungkan untuk perkecambahan
Pemilihan benih dan penanaman digolongkan menjadi
1. benih ukuran besar, dibenamkan dengan kedalaman 3 cm
(Delicious sp., Leucaena sp.), 2. benih ukuran sedang,
dibenamkan 1-2 cm (S. guyanensis, C. muconoides,
Flemingia congesta, C. pubescen), dan 3. benih ukuran kecil,
dibenamkan 1 cm (Lotonomis bainessi).
Penanganan benih secara umum disajikan pada Ilustrasi
4.

9
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Ilustrasi 4. Penangan benih melalui kegiatan scarifikasi

Keuntungan penggunaan biji sebagai bahan tanam


antara lain 1. hijauan lebih kuat dan tahan injakan 2. benih
dapat disimpan lebih mudah dan tahan lama, 3. menghemat
tenaga, waktu dan biaya. Sebaliknya penggunaan biji juga
memiliki kelemahan seperti 1. persiapan awal harus lebih
mantap dan pengelolaan harus lebih teliti, 2. waktu
penanaman harus tepat, 3. benih umumnya sulit didapat dan
khusus benih rumput relatif mahal, dan 4. daya tumbuh
khususnya rumput rendah.

Bahan tanam pols dan stek harus diambil dari tanaman


sehat, banyak akar dan calon anakan. Bahan tanam pols
memiliki keunggulan lebih cepat tumbuh karena telah
memiliki akar pada saat dilakukan penanaman. Sebaliknya
bahan tanam pols juga memiliki kelemahan seperti banyak
waktu dan tenaga untuk meng handle pols, voluminous,
waktu penyimpanan pendek hanya sekitar 3 hari.

10
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Bahan tanam stek sebaiknya diambil dari tanaman


sehat, sudah agak mengayu, memiliki 2 ruas dengan panjang
sekitar 10-30cm tergantung dari jenis HTP yang
dibudidayakan. Stek memiliki keunggulan seperti tahan lama
untuk disimpan, tidak voluminous dengan penanaman lebih
mudah dilakukan. Sedangkan kelemahan bahan tanam stek
bahwa tanaman tidak tahan injakan dan renggutan. Contoh
pembuatan stek rumput gajah disajikan pada Ilustrasi 5.
Berdasarkan atas keunggulan masing-masing bahan tanam
maka budidaya HTP di Indonesia banyak menggunakan
bahan tanam vegetatif seperti stek dan pols dibanding biji.

Ilustrasi 5. Pembuatan stek rumput gajah

11
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Penanaman Hijauan Tanaman Pakan


Beberapa hal penting perlu diperhatikan pada
penanaman HTP antara lain sistem tanam, waktu tanam,
bahan tanam, cara tanam dan jarak tanam. Beberapa hal pada
budidaya HTP sebaiknya dipertimbangkan antara lain spesies
tanaman, syarat tumbuh, dan keadaan alam setempat terutama
kondisi tanah dan iklim.

Waktu tanam sebaiknya memperhatikan pertumbuhan


awal HTP karena sangat peka terhadap pengaruh luar
terutama keadaan air dan suhu. Oleh karena itu, sebaiknya
penanaman dilakukan pada awal musim hujan atau akhir
musim kemarau dan dilakukan segera setelah selesai
pengolahan tanah, mengingat penundaan penanaman
berakibat terjadi pemadatan kembali. Sedangkan cara tanam
sebaiknya memperhatikan bahan tanam yang digunakan.
Bahan tanam stek dapat ditanam dalam lajur dengan jarak
antar lajur sekitar 40cm. Sedangkan bahan tanam pols dapat
dilakukan dengan penanaman dalam lubang, dimana pols
langsung ditanam pada lubang tanam yang telah dibuat.
Penanaman bahan tanam biji dapat dilakukan dengan
memasukan biji kedalam lubang tanam, dan sebaiknya
kedalaman lubang tanam disesuaikan dengan jenis, ukuran
biji, dan musim saat dilakukan penanaman. Namun demikian
penyebaran biji merupakan salah satu metoda yang paling
praktis.
12
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Jarak tanam berhubungan dengan populasi tanaman


dalam luasan tertentu. Semakin sempit jarak tanam populasi
tanaman semakin banyak dan sebaliknya. Oleh karena itu,
penentuan jarak tanam sangat dipengaruhi oleh jenis HTP
dan kesuburan tanah. Spesies HTP yang tumbuh tegak seperti
rumput gajah, raja, dan benggala sebaiknya ditanam dengan
jarak tanam lebih sempit dibanding jenis HTP yang memiliki
sifat tumbuh membentuk stolon dan atau rhizoma. Sementara
itu, bahan tanam biji dengan sistem tanam sebar dapat
dilakukan tanpa jarak tanam tertentu, tetapi dengan
penanaman lubang jarak tanam dapat ditentukan.

Kesuburan tanah sebaiknya dijadikan sebagai


pertimbangan dalam menentukan jarak tanam. Pada tanah
subur sebaiknya jarak tanam lebih longgar dibanding dengan
tanah kurang subur. Pada tanah subur pertumbuhan tanaman
lebih baik sehingga dengan jarak tanam lebar memungkinkan
tanaman tumbuh optimal. Sebaliknya pada tanah kurang
subur jarak tanam sempit mengingat pertumbuhan tanaman
kurang baik. Jarak tanam berdasar kesuburan tanah dilakukan
guna menghidari kompetesi unsur hara dan air.

Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman mencakup penyiangan,
pengairan, dan pemupukan. Penyiangan dilakukan guna
memberantas tanaman pengganggu atau gulma. Pada
budidaya HTP biasanya irigasi dilakukan dengan sistem

13
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

tadah hujan. Namun demikian, pada usahatani ternak secara


intensif pengairan HTP dilakukan dengan pengairan teknis.

Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanah dengan


tujuan memperbaiki kesuburan tanah untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan tanaman. Sedangkan pemupukkan
adalah setiap usaha pemberian pupuk bertujuan menambah
persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman. Pada
budidaya HTP pupuk dengan kandungan unsur makro seperti
N, P dan K biasa ditambahkan karena sangat erat
hubungannya dengan peningkatan zat-zat kaya energi dalam
akar dan diperlukan untuk regrowth setelah defoliasi.

Pupuk organik termasuk kompos dan atau pupuk


kandang biasa diberikan sebagai pupuk dasar pada waktu
atau sebelum tanam, sementara itu pupuk N biasa diberikan
setelah dilakukan defoliasi. Pupuk P dan K diberikan sebagai
pupuk dasar saat tanam dan 6 (enam) bulan setelah tanam.
Seberapa dosis pupuk diperlukan HTP tergantung dari spesies
tanaman dan kesuburan tanah. Rumput gajah memiliki
rekomendasi kebutuhan dosis N sekitar 150 kgN/ha,
sementara rumput setaria memerlukan dosis lebih rendah dari
dosis yang diperlukan rumput gajah. Sementara itu, cara
pemupukkan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
disebar, dalam baris, lajur dan dibenam.

14
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Pemanfaatan dan Pemeliharaan Tanaman Pakan


Pemanfaatan dan pemeliharaan HTP terdiri dari prinsip
pemotongan, pemeliharaan kesuburan, dan jenis-jenis
pemanfaatan. Tujuan pengelolaan HTP meliputi menjamin
ketersediaan HTP bernilai gizi tinggi, mudah dicerna dalam
jumlah banyak, menjamin penggunaan yang dihasilkan secara
efisien.

Defoliasi daun, secara luas diartikan sebagai


pemotongan bagian-bagian tanaman yang berada di atas
permukaan tanah baik dengan sistem cut and carry atau
dengan perenggutan ternak yang digembalakan. Tujuan
defoliasi antara lain mempertahankan kualitas dan kuantitas
HTP, menjaga kelestarian tanaman, dan cara efektif untuk
pembasmi gulma tetapi kurang praktis. Defoliasi biasanya
dilakukan saat akhir pertumbuhan vegetatif dengan maksud
supaya pertumbuhan tanaman maksimum sehingga cadangan
makanan untuk regrowth sudah terbentuk. Defoliasi pada
rumput potong dan padang gembala disajikan pada Ilustrasi
6. Nilai gizi HTP menurun dengan meningkatnya umur
tanaman, bertambahnya umur maka produksi hijauan
meningkat dan akhirnya kerugian hasil protein dapat ditutup
dengan meningkatnya produksi. Prinsip defoliasi termasuk
interval dan tinggi defoliasi disajikan pada Ilustrasi 7.

15
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Ilustrasi 6. Runput potong dan padang gembala

Ilustrasi 7. Defoliasi, interval dan tinggi defoliasi

Tinggi defoliasi direkomendasikan sekitar 10-20 cm di


atas permukaan tanah tergantung pada spesies HTP.
Pemotongan terlalu pendek atau panjang akan berpengaruh
terhadap regrowth. Sementara itu intensitas defoliasi adalah
tinggi rendahnya perenggutan hijauan di pastura akibat
penggembalan ternak. Intensitas defoliasi sangat dipengaruhi

16
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

oleh jenis ternak yang digembalakan. Morfologi moncong


ternak sangat menentukan sampai seberapa jauh mulut ternak
mencapai permukaan tanah.

Bagian tanaman yang ditinggalkan di atas permukaan


tanah semakin pendek maka 1. regrowth semakin terhambat
karena cadangan makanan yang terbentuk sedikit, dan 2.
tempat cadangan makanan berkurang sehingga kesempatan
untuk berassimilasi menjadi berkurang. Fenomena ini tidak
berlaku untuk semua species, karena ada beberapa species
seperti Setaria anceps yang menunjukkan perilaku berbeda
bahwa semakin pendek pemotongan, maka jumlah anakan
semakin banyak, tetapi ketegarannya pada umur muda
berkurang karena anakan tidak tahan terhadap injakan ternak.
Interval defoliasi adalah waktu atau umur tanaman dimana
merupakan ulangan perenggutan hijauan didalam pastura atau
jarak waktu defoliasi pada HTP potong.

Pengawetan hijauan tanaman pakan


Produksi HTP sangat dipengaruhi oleh curah hujan,
dimana pada bulan basah produksi optimal dan bahkan sering
berlimpah, tetapi pada saat bulan kering produksi HTP
rendah. Oleh karena itu, pada saat produksi HTP berlimpah
sebaiknya dilakukan pengawetan untuk digunakan pada saat
produksi HTP rendah. Pengawetan HTP dapat dilakukan
dalam bentuk kering disebut hay dan bentuk basah disebut
silase.

17
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Hay maupun silase harus dibuat dengan bahan HTP ber


kualitas baik (kandungan protein dan serat kasar baik dengan
kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak
berjamur, meningkatkan palatabilitas dan kualitas. Hay yang
dibuat harus dari bahan bertekstur halus atau berbatang halus
agar mudah kering.
Dalam pembuatan hay ada 2 cara pengeringan, yaitu
pengeringan dibawah sinar matahari dan pengeringan dengan
menggunakan alat pengering (dryer). Pengeringan dibawah
sinar matahari merupakan metoda sederhana, dilakukan
dengan cara menghamparkan HTP yang sudah dipotong di
lapang terbuka di bawah sinar matahari. Guna mendapatkan
hasil optimal sebaiknya hamparan dibolak-balik setiap hari
sehingga mendapatkan pemanasan merata. Hay yang dibuat
dengan cara demikian biasanya memiliki kadar air antara 20-
30%, diindikasikan dengan warna kecoklatan. Sementara itu,
pengeringan dengan dryer menggunakan suhu pengering
antara 100-250oC. Pengeringan dapat dihentikan jika
kandungan air HTP sudah mencapai 12-20%. Hijauan yang
sudah kering kemudian diikat dan disimpan dalam rak di
tempat kering. Ciri-ciri hay yang baik ditunjukkan dengan
warna tetap hijau meskipun terdapat sedikit warna
kekuningan, bentuk HTP tetap utuh dan tidak mudah patah,
dan tidak kotor dan tidak berjamur.
Silase adalah pengawetan HTP dengan tetap
mempertahankan keberadaannya. Perihal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan silase antara lain 1. HTP
18
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

dipanen pada saat menjelang akan berbunga, 2. HTP


dipotong-potong dengan ukuran 3-5 cm agar mempermudah
pemadatan dan penanganan selanjutnya, 3. kadar air HTP
dibuat berkisar antara 58-72%, mengingat kadar air di atas
72% biasanya membuat beberapa macam nutrisi larut
sedangkan kadar air kurang dari 58% akan mempersulit
proses pemadatan, dan 4. penutupan silo (tempat pembuatan
silase) harus rapat agar kedap udara.
Pembuatan silase dapat dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut 1. HTP di potong-potong dengan ukuran 3-
5 cm, 2. pada musim hujan bahan silase perlu dilayukan
untuk mengurangi kadar air, 3. bahan silase yang telah layu
dicampur dengan dedak padi, tetes tebu, tepung gaplek
dengan jumlah 4% dari hijauan yang akan dibuat silase, 4.
adonan diaduk menjadi satu sampai merata, 5. Selanjutnya
dimasukan ke dalam silo/kantung plastik, kemudian
dipadatkan dengan ukuran standar kepadatan adalah 650 kg
dapat masuk dalam silo ukuran 1 m3 dengan cara diinjak
injak sampai padat, 6. diperam (diinkubasi) selama 21 - 30
hari, 7. ditutup rapat dan tidak boleh ada lubang udara,
8. proses ensilase/fermentasi berlangsung sekitar 21 hari, 9.
proses yang berjalan baik, ditandai dengan tidak adanya
jamur dan baunya asam, maka penyimpanan dapat diteruskan
sampai saat dibutuhkan, 10. Pengambilan silase harus secara
cepat dan segera ditutup kembali, dan 11. silase yang sudah
dikeluarkan dari silo harus segera diberikan ke ternak. Silase
yang baik memiliki ciri-ciri antara lain 1. berbau harum
19
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

agak manis khas fermentasi silase, 2. tidak berjamur dan


tidak menggumpal, 3. tidak busuk atau tidak berbau busuk,
4. warna coklat kehijau-hijauan, dan 5. Nilai pH 4 - 4,5.

DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L.W. and H.R. Chheda 1982. Tropical Grassland
Husbandry. 1st Published. Longman Inc. New York.
Frame, J. 1992. Improved Grassland Management. Farming
Press Books. Ipswich, the UK.
Harland, J.R. 1956. Theory and Dynamics of Grassland
Agriculture. D. Van Nostrand Co. Inc. Toronto
Hodgson, J. 1990. Grazing Management. Longman Group
UK Limited
McIlroy, R.L. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput
Tropika. Pradnya Paramita. Jakarta.
McDonald, P., R.A. Edward and J.F.D. GreenHalgh. 1991.
Animal Nutrition. 4th Ed. Longman Scientific and
Technical. New York.
Pearson, C.J. and R.L. Ison. 1987. Agronomy of Grassland
System. 1st Ed. Cambridge Univ. Press. Australia.
Robinson, S., Clare, S., M. Leahy, 2008. Pasture Production.
Translated by D.W. Widjajanto dan E. Rianto. BP
UNDIP Semarang.
Shaw, N.H. and W.W. Bryan. 1985. Tropical Pasture
Research: Principle and Methods. Bulletin S1.
Commonwealth Agric. Bureaux.

20
Budidaya Tanaman Pakan-D.W. Widjajanto-2021

Susetyo, S., I. Kismono dan R. Soewandi 1980. Hijauan


Makanan Ternak. Dirjen Peternakan. Departemen
Pertanian, Jakarta
Whiteman, P.C. 1980. Tropical Pasture Science. Oxford
University Press. New York
Widjajanto, D.W., dan Sumarsono 2005. Pertanian Organik.
BP UNDIP Semarang.

21

Anda mungkin juga menyukai