Anda di halaman 1dari 9

BANGUNAN REGULATOR PADA BENDUNGAN JATIGEDE,

KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

Regulator Building in Jatigede Dam, Sumedang Regency, West Java


Aga Muwaridho1, Bima Arya Bhagaskara1, Fauziyyah Az Zahra1, Syarif Ikbar1
Kamis - Kelompok 4
1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680
Email: fauziyyah_zahra@apps.ipb.ac.id

PENDAHULUAN
Waduk merupakan danau atau badan air buatan yang terbentuk akibat
pembendungan aliran sungai. Pembangunan waduk merupakan satu usaha dalam
memanfaatkan sumberdaya air semaksimal mungkin. Agar kualitas sumberdaya
perairan tersebut tetap lestari dan menguntungkan, maka untuk memanfaatkan
perairan tersebut perlu diketahui tingkat kesuburan dan faktorfaktor pendukung
lainnya (Sofarini 2012). Bendungan merupakan penahan air tampungan berupa
timbunan urugan berbentuk bendung atau dam. Di Indonesia, kebanyakan
bendungan merupakan urugan tanah homogen dan zonal sisanya ada pula
bendungan urugan batu (Somantri et al. 2016). Bendung adalah suatu bangunan
yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau beton, yang terletak melintang
pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini dapat digunakan pula untuk
kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air minum, pembangkit
listrik atau untuk pengendalian banjir. Menurut macamnya bendung dibagi dua,
yaitu bendung tetap dan bendung sementara, bendung tetap adalah bangunan yang
sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur
ketinggian muka air sungai sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang
dipergunakan untuk menaikkan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier (Mangore VR
2013).
Waduk Jatigede merupakan bagian wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung
mencakup daerah aliran sungai Kab.Garut, Sumedang, Majalengka, Cirebon,
Inderamayu, Kuningan serta Brebes Jawa Tengah. Waduk Jatigede terletak di
Kampung Jatigede Kulon Desa Cijeungjing Kecamatan Jatigede Kabupaten
Sumedang. Waduk Jatigede memiliki luas 4.891,13 ha yang meliputi 5 (lima)
Kecamatan yaitu: Kec Jatigede, Kec Jatinunggal, Kec Wado, Kec. Darmajaya dan
Kec Cisitu serta 26 (Dua puluh enam) Desa. Peruntukan utama adalah untuk
Pembangkit listrik Tenaga Air, Irigasi Pertanian dan 654,84 Ha atau 1,45 %
(Susanto dan Sukadwilinda 2016). Praktikum ini bertujuan memberikan
pengetahuan mengenai regulator pasif (weir) dan regulator aktif (gate) pada suatu
bangunan bendungan. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan mengidentifikasi
aplikasi regulator pasif (weir) dan regulator aktif (gate) yang terdapat pada Waduk
Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA
Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan
elevasi muka air sungai yang memberikan serta membagi air agar dapat mengalir
ke saluran pembawa dan masuk ke petak-petak sawah untuk keperluan irigasi agar
dapat menunjang pertanian dan ketahanan pangan nasional. Bendung (weir) juga
merupakan suatu bangunan yang dipakai untuk meninggikan taraf muka air di
sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi
(command area) (Wigati et al. 2016). Menurut Kartasapoetra 1991, bendungan
merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang sungai yang sedemikian
rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu,
sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran
pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian.

Regulator
Regulator merupakan bangunan hidrolika yang berfungsi untuk mengatur
spesifikasi sumber air baik dari debit aliran maupun tinggi muka air yang dapat
diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipakai. Regulator manual atau
bendung gerak (barrage), merupakan bendung dengan elevasi mercu yang tidak
tetap (bisa digerakkan), atau dilengkapi dengan alat pengatur atau pintu, sehingga
dapat mengatur elevasi muka air (Roehman 2018). Fungsi utama bendung untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap
dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure) (Sembiring
2010). Bendung merupakan aplikasi regulator pasif yang dibangun pada bagian
hulu sungai. Sedangkan pintu air (gate) merupakan regulator aktif yang dibangun
untuk mengatur tinggi muka air.

METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 19 Agustus 2021 pukul 13.00-16.00
WIB. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini berupa Microsoft
Word, Microsoft PowerPoint, Google Chrome, serta literatur ilmiah terkait
Bangunan Hidrolika. Langkah-langkah pada praktikum kali ini yaitu diawali
dengan bendungan yang ditentukan sebagai bangunan hidrolika yang dijadikan
sebagai topik bahasan pada tugas praktikum kali ini. Kemudian, dilanjutkan dengan
dicari bendungan yang memiliki kelengkapan data untuk dijadikan topik bahasan.
Bendungan Jatigede diambil sebagai topik bahasan pada tugas praktikum kali ini.
Peta lokasi Bendungan Jatigede dapat dilihat pada Gambar 2. Waduk Jatigede
terletak di Kampung Jatigede Kulon, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede,
Kabupaten Sumedang. Langkah berikutnya, dilakukan studi pustaka mencari data-
data Bendungan Jatigede. Kemudian, langkah terakhir disusun laporan praktikum
sebagai penulisan hasil buah pikiran dan slide presentasi untuk dipresentasikan.
Langkah-langlah tersebut disajikan pada diagram alir berikut.
Mulai

Bendungan ditentukan sebagai bangunan hidrolika yang dibahas

Bengungan Jatigede dipilih untuk dibahas

Data-data dan gambar umum dicari

Laporan dan slide presentasi dibuat

Selesai

Gambar 1 Diagram alir pemilihan bendungan sebagai bangunan hidrolika

Gambar 2 Peta lokasi Bendungan Jatigede


HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis Waduk Jatigede
Waduk Jatigede terletak di daerah aliran sungai Cimanuk. DAS Cimanuk
memiliki luas 3600 km2 dengan panjang sungai utama 230 km, yaitu mencakup
wilayah Kabupaten Garut (1209 km2), Sumedang (1074 km2), Majalengka (1209
km2), dan Indramayu (271 km2). DAS Waduk Jatigede berada di sub DAS Hulu
Balubur Libangan dengan panjang sungai 101,45 km. Waduk Jatigede dengan luas
1460 km2 terletak di dataran tinggi dengan elevasi ± 700 m, yang dikelilingi 12
gunung api dan beberapa diantaranya masih aktif. DAS bagian tengah berupa
dataran yang lebih rendah, mencakup penggal Sungai Cimanuk bagian tengah
bersama dengan daerah tangkapan air dari dua anak sungai utama, Cilutung dan
Cipeles. DAS bagian hilir terdiri dari dataran pantai dengan ketinggian di bawah 50
meter. Anak sungai utamanya Cipeles dengan luas sub DAS 440 km2 serta panjang
sungai 60 km, lalu sungai Cilutung dengan sub DAS 640 km2 dengan panjang
sungai 75 km, pertemuan sungai Cipeles dan sungai Cilutung dengan sungai
Cimanuk berada di hilir lokasi Bendungan Jatigede.

Gambar 3 Penampang melintang tubuh Bendungan Jatigede

Daerah Aliran Sungai Cimanuk dengan luas wilayah 3600 km2, memiliki potensi
air permukaan rata-rata sebesar 7,43 milyar m3/tahun. Kondisi topografi batas
Daerah Aliran Sungai ditetapkan berdasarkan garis kontur punggung yang terletak
di antara deretan Sungai Cimanuk bersumber dari kaki Gunung Papandayan di
daerah Kabupaten Garut. Sedangkan gunung-gunung yang membatasi wilayah
DAS Bendungan Jatigede di bagian hulu diantaranya adalah Gunung Guntur,
Gunung Kendang, Gunung Papandayan, Gunung Kasang, Gunung Cikuray dan
Gunung Putri. Kondisi jenis tanah pada DAS Cimanuk sangat bervariasi. Jenis
tanah yang dominan adalah Latosol. Sedangkan pada lokasi rencana bendungan
jenis tanahnya antara Andosol dan Grumusol. Peta lokasi DAS Cimanuk disajikan
dalam Gambar 4 berikut (Bappeda Jabar 2001).
Gambar 4 DAS Cimanuk (4 = Kab. Garut, 3 = Kab. Sumedang, 2 = Kab.
Majalengka, 1 = Kab. Indramayu)

Debit Inflow dan Outflow


Daerah Aliran Sungai Cimanuk dengan luas wilayah 3600 km2, mempunyai
curah hujan tahunan rata-rata 2400 mm dan potensi air permukaan rata-rata sebesar
7,43 milyar m3/tahun. Fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang tercatat di Bendung
Rentang sangat besar. Debit air di Sungai Cimanuk berfluktuasi dengan Q max
sebesar 1004 m3/detik dan Q min sebesar 4 m3/detik. Daerah irigasi yang dialiri
Bendungan Jatigede adalah Daerah Irigasi Rentang dengan luas sebesar 90000
hektar. Daerah Irigasi Rentang berada pada elevasi 20,8 mdpl. Berdasarkan Gambar
5, menunjukkan pola operasi waduk dengan kondisi fungsi optimal irigasi juga
tampak bahwa debit outflow berkisar 14,24 m3/detik sebagai nilai minimum dan
120,75 m3/detik sebagai nilai maksimum pada bulan yang sama. Debit untuk
kebutuhan irigasi rata-rata sepanjang tahun berkisar 61,56 m3/detik. Fluktuasi yang
terjadi pada debit inflow dan outflow serta gradien kemiringan Bendungan Jatigede
dengan Daerah Irigasi Rentang, disimpulkan bahwa kebutuhan irigasi dapat
terpenuhi di sepanjang tahun (Rizal et al. 2012).
Gambar 5 Fluktuasi debit inflow dan outflow Bendungan Jatigede

Ketersediaan Air
Keseimbangan air di Waduk Jatigede diperoleh dengan menghitung
ketersediaan air dan kebutuhan air berdasarkan fungsi-fungsi yang direncanakan.
Perhitungan ketersediaan dilakukan berdasarkan data debit Sungai Cimanuk,
sedangkan curah hujan dipakai untuk mengisi data debit yang hilang. Perhitungan
simulasi dilakukan dengan menggunakan data observasi debit Bendung Eretan
selama 23 tahun pada Gambar 6 dan metode kurva massa. Untuk melengkapi data
debit yang hilang digunakan transformasi dari curah hujan ke debit dengan metode
F.J. Moc. Perhitungan debit andalan debit Sungai Cimanuk dalam rentang tahun
1985 hingga 2007 (Gambar 7). Rekapitulasi debit andalan Sungai Cimanuk
berdasarkan basic months didapatkan hasil berupa volume ketersediaan air Waduk
Jatigede, Q90 sebesar 1060,39 juta m3/tahun, Q80 sebesar 1391,97 juta m3/tahun
dan Q50 sebesar 2201, 28 juta m3/tahun.

Gambar 6 Debit andalan Sungai Cimanuk (Sumber: Indra 2006)


Gambar 7 Tabel Debit Bulanan Bendung Eretan Tahun 1985–2007

Kebutuhan Air
Simulasi tampungan waduk dilakukan guna mencukupi kebutuhan air baku
sebesar 3,5 m3 /dt, kebutuhan air irigasi sebesar 90.000 ha dengan pola tanam padi-
padi-palawaja dan kebutuhan air untuk PLTA dimana volume air dialirkan ke
pembangkit sebelum dialokasikan untuk irigasi dan air baku untuk membangkitkan
daya dengan kapasitas sebesar 110 MW. Kebutuhan air di Daerah Irigasi Rentang
seluas 90.000 ha diperoleh sebesar 1.965.000.000 m3 selama setahun dan
kebutuhan air baku sebesar 110.376.000 m3 selama setahun dan total kebutuhan
2.075.419.000 m3 selama setahun.
Ada tiga musim tanam yang direncanakan selama setahun, yaitu musim tanam I
dengan luas target areal layanan irigasi seluas 90.000 ha, jatuh pada bulan
Desember hingga bulan Maret dan musim tanam II dengan luas layanan yang sama,
tetapi jatuh pada bulan April hingga Juli. Musim tanam III, luas areal layanan irigasi
seluas 76500 ha di bulan Agustus hingga November. Kebutuhan air irigasi
memperhitungkan evapotranspirasi, perkolasi dan kebutuhan air tanaman.
Kebutuhan air tersebut diperuntukkan bagi transplantasi (pembibitan), persiapan
lahan dan kebutuhan air di sawah. Dengan 54 memperhitungkan curah hujan efektif
yang turun di sawah maka kebutuhan bersih (net requirement). Pada bulan surplus
air dengan curah hujan tinggi, kebutuhan air irigasi relatif rendah, sedangkan pada
bulan defisit air dengan curah hujan rendah, kebutuhan air irigasi meningkat.

Aplikasi Regulator Aktif (Gate) pada Bendungan Jatigede


Bangunan pengambilan (intake) adalah sebuah bangunan berupa pintu air
(radial gate) yang terletak pada tubuh bendungan. Fungsi bangunan pengambilan
ini adalah untuk membelokkan aliran dari sungai dalam jumlah yang diinginkan
untuk kebutuhan irigasi. Dimensi radial gate sebanyak 4. Kondisi pengoperasian
waduk adalah dengan batas atas/full reservoir pada elevasi +260, yaitu di atas pintu
spillway (dalam kondisi pintu tertutup). Batas bawah pengoperasian adalah pada
elv +230, yaitu di intake waduk. Dengan adanya pintu spillway maka kapasitas
tampungan diantara spillway dan full reservoir ini bersifat dinamik, karena apabila
pintu dibuka, air akan melimpas dan kapasitas tampungan berkurang. Intake pada
Bendungan Jatigede berada pada tubuh spillway dengan elevasi intake sebesar 221
mdpl. Bangunan dengan tipe kondult beton bertulang ini memiliki dimensi sebesar:
B = 3,9 m; H = 4,1 m; dan L = 166 m.

Gambar 8 Pintu intake Waduk Jatigede

Aplikasi Regulator Pasif (Weir) pada Bendungan Jatigede


Perencanaan Bendung Jatigede dimaksudkan sebagai head regulator, yakni
menaikkan tinggi muka air Sungai Cimanuk agar debit sungai mampu memenuhi
kebutuhan air irigasi Daerah Irigasi Rentang. Elevasi puncak Bendung Jatigede
berada pada 265 mdpl. Tinggi bendung maksimal sebesar 110 m, lebar puncak
sebesar 12 m, dan panjang puncak sebesar 1715 m.

Gambar 9 Potongan melintang bendung Jatigede

Fungsi Bendungan Jatigede


Bendungan Jatigede berada di hulu Bendung Rentang berfungsi untuk mengatur
aliran air agar saat musim penghujan air tersebut bisa ditampung dan saat musim
kemarau air dialirkan sesuai dengan kebutuhan irigasi. Hal ini telah direncanakan
sejak lama untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi Rentang secara
menerus. Fungsi Bendungan Jatigede selain memenuhi kebutuhan air irigasi untuk
daerah irigasi Rentang seluas 90.000 ha, juga untuk memenuhi kebutuhan air baku
untuk daerah Kabupaten Cirebon dan Indramayu sebesar 3500 l/s, pembangkit
tenaga listrik dengan kapasitas sebesar 2 x 55 MW, dan untuk pengendalian banjir
sungai Cimanuk pada daerah rawan banjir seluas 14.000 ha (Pradwipa et al. 2019).
Kesimpulan
Bendungan Jatigede berada di hulu Bendung Rentang berfungsi untuk mengatur
aliran air agar saat musim penghujan air tersebut bisa ditampung dan saat musim
kemarau air dialirkan sesuai dengan kebutuhan irigasi Waduk Jatigede terletak di
daerah aliran sungai Cimanuk. DAS Cimanuk memiliki luas 3600 km2 dengan
panjang sungai utama 230 km. Bendungan Jatigede yang dibangun di Sungai
Cimanuk berlokasi dihulu Bendung Rentang, berfungsi untuk mengatur aliran air
agar saat musim penghujan air tersebut bisa ditandon dan saat musim kemarau
dialirkan sesuai dengan kebutuhan irigasi, merupakan salah satu usaha yang sudah
direncanakan sejak lama untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di daerah Rentang
secara kontinyu.

Daftar Pustaka
[Bappeda Jabar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Barat.
2001. Peta Penggunaan Lahan Propinsi Jawa Barat.
[Indra Karya dan Wiratman] Konsultan PT Indra Karya dan PT Wiratman. 2006.
Laporan Akhir Review Detail Desain Waduk Jatigede di Kabupaten
Sumedang.
Mangore VR, Wuisan EM, Kawet L, Tangkudang H. 2013. Perencanaan bendung
untuk Daerah Irigasi Sulu. Jurnal Sipil Statik. 1(7): 533-541
PA Somantri, Arya P, Iryanti M. 2016. Aplikasi metode ground penetrating radar
terhadap pola retakan di Bendungan Batu Tegi Lampung. Jurnal Wahana
Fisika. 1(1): 32-41
Pradwipa DP, Jayadi R, Istiarto. 2019. Kajian pemanfaatan sumberdaya air waduk
serbaguna Jatigede, Jawa Barat. Jurnal Renovasi dan Inovasi Teknik Sipil.
4(2): 10-21.
PT. Multimera Harapan. 2013. Penyusunan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Bendungan Jatigede, BBWS Cimanuk Cisanggarung, Sumedang.
Rizal M, Purwanto JMY, Pramudya P, Widiatmaka. 2012. Model for sustainable
dam development planning: case study of Jatigede dam development
[skripsi].
Roehman F. 2018. Model pengelolaan Bendung Karet untuk pertanian dan
penanggulangan banjir di pantai utara Jawa. Jurnal Neo Teknika. 2(4): 56-62.
Sofarini D. 2012. Keberadaan dan kelimpahan fitoplankton sebagai salah satu
indikator kesuburan lingkungan perairan di Waduk Riam Kanan. Jurnal
EnviroScienteae. 1(8): 30-34.
Susanto B, Sukadwilinda. 2016. Analisis kelayakan finansial wisata air Waduk
Jatigede Kabupaten Sumedang. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan. 4(1):
867-872.
Wigawati R, Soedarsono, Rizki F. 2016. Kaji ulang Bendung Tetap Cipaas (Studi
Kasus Desa Bunihara Kecamatan Anyer) Serang-Banten. Jurnal Fondasi.
5(2): 62-73.

Anda mungkin juga menyukai