Anda di halaman 1dari 8

BANGUNAN REGULATOR PADA BENDUNGAN JATIGEDE,

KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

Regulator Building in Jatigede Dam, Sumedang Regency, West


Java
Aga Muwaridho1, Bima Arya Bhagaskara1, Fauziyyah Az Zahra1, Syarif Ikbar1
Kamis - Kelompok 4
1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680
Email: fauziyyah_zahra@apps.ipb.ac.id

HASIL DAN PEMBAHASAN


Skema Layout Waduk Jatigede
Waduk Jatigede terletak di daerah aliran sungai Cimanuk. DAS Cimanuk
memiliki luas 3600 km2 dengan panjang sungai utama 230 km, yaitu mencakup
wilayah Kabupaten Garut (1209 km2), Sumedang (1074 km2), Majalengka (1209
km2), dan Indramayu (271 km2). DAS Waduk Jatigede berada di sub DAS Hulu
Balubur Libangan dengan panjang sungai 101,45 km. Waduk Jatigede terletak di
dataran tinggi dengan elevasi ± 700 m, yang dikelilingi 12 gunung api dan
beberapa diantaranya masih aktif. DAS bagian tengah berupa dataran yang lebih
rendah, mencakup penggal Sungai Cimanuk bagian tengah bersama dengan
daerah tangkapan air dari dua anak sungai utama, Cilutung dan Cipeles. DAS
bagian hilir terdiri dari dataran pantai dengan ketinggian di bawah 50 meter. Anak
sungai utamanya Cipeles dengan luas sub DAS 440 km2 serta panjang sungai 60
km, lalu sungai Cilutung dengan sub DAS 640 km 2 dengan panjang sungai 75 km,
pertemuan sungai Cipeles dan sungai Cilutung dengan sungai Cimanuk berada di
hilir lokasi Bendungan Jatigede. Berikut terdapat skema dari Bendungan Jatigede
yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Skema Bendungan Jatigede

Waduk Jatigede terletak di Kampung Jatigede Kulon, Desa Cijeungjing,


Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Waduk Jatigede memiliki luas
catchment area sebesar 1462 km2 dengan volume run-off tahunan sebesar 2,5 x
109 m3. Kapasitas tampungan efektif yang dimiliki Waduk Jatigede, yaitu sebesar
876,9 x 106 m3 dengan muka air normal pada elevasi +260. Berikut terdapat data-
data teknis mengenai Bendungan Jatigede, yaitu:
a. Bendung
Tipe : Urugan batu, inti tegak
Elevasi mercu bendung : El. +265,0 m
Panjang bendung : 1.715 m
Lebar mercu bendung : 12 m
Tinggi bendung max : 110 m
Volume timbunan : 6,7 x 106 m3

b. Spillway

Gambar 4 Potongan memanjang pada spillway

Lokasi : di tengah tubuh bendungan


Tipe : Gated spillway with chute way
Crest : Lebar 50m, El. + 247,0 m
Pintu operasi : tipe radial, 4 buah (B=13 m ; H=14,5 m)
Qinflow : 11.000 m3/dt
Qoutflow : 4.442 m3/dt

c. Irrigation outlet

Gambar 5 Skema irrigation outlet

Lokasi : Di bawah spillway


Irrigation Inlet Appron : El. + 221,0 m
Tipe : Reinforced concrete conduit
Dimensi conduit : L = 166 m
Pintu operasi : Tipe radial (B = 2,8 m; H = 2,8 m)
d. Power waterway/PLTA

Gambar 6 Potongan power waterway Jatigede

Lokasi : Sisi kanan timbunan bendungan


Inlet level : El. +221 m
Headrace tunnel : D = 4,5 m; L = 3095 m
Tinggi terjun : 170 m
Kapasitas terpasang : 2 x 55 MW
Produksi terpasang : 690 GWH/tahun

Fungsi Bendungan Jatigede


Bendungan Jatigede yang dibangun di Sungai Cimanuk berada di hulu
Bendung Rentang berfungsi untuk mengatur aliran air agar saat musim penghujan
air tersebut bisa ditampung dan saat musim kemarau air dialirkan sesuai dengan
kebutuhan irigasi. Hal ini telah direncanakan sejak lama untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi Rentang secara menerus. Fungsi
Bendungan Jatigede selain memenuhi kebutuhan air irigasi untuk daerah irigasi
Rentang seluas 90.000 ha, juga untuk memenuhi kebutuhan air baku untuk daerah
Kabupaten Cirebon dan Indramayu sebesar 3500 l/s, pembangkit tenaga listrik
dengan kapasitas sebesar 2 x 55 MW, dan untuk pengendalian banjir sungai
Cimanuk pada daerah rawan banjir seluas 14.000 ha (Pradwipa et al. 2019).
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berada pada sisi kanan timbunan
bendungan dengan elevasi 221 mdpl. Pada outlet PLTA debit maksimum yang
diperbolehkan sebesar 73 m3/detik sedangkan debit minimum yang perlukan
untuk memutarkan turbin sebesar 14,6 m 3/detik. Tinggi terjun 170 m. PLTA ini
memiliki kapasitas sebesar 110 MW dengan produksi rata-rata sebesar 510,77
GWh/tahun (Sipayung et al. 2017).
Kebutuhan Debit dan Head (Elevasi Muka Air)
Berdasarkan laporan dari BBWS Cimanuk-Cisanggarung bahwa Waduk
Jatigede beroperasi dengan debit yang bisa dialirkan, yaitu sebesar 73 m 3/detik.
Debit ini termasuk untuk menyuplai air baku ke Kabupaten Cirebon sebesar 1
m3/dt dan Kabupaten Indramayu sebesar 2,5 m3/dt. Waduk Jatigede memiliki
muka air normal pada elevasi +260 mdpl. Pada hilir Waduk Jatigede terdapat
Bendung Eretan (Cihideung) yang digunakan untuk mengaliri air irigasi pada
Daerah Irigasi Rentang. Elevasi muka air Bendung Eretan berada pada elevasi
+155 mdpl, sedangkan Daerah Irigasi Rentang berada pada elevasi +20,8 mdpl.
Debit untuk kebutuhan irigasi rata-rata sepanjang tahun berkisar 61,56 m 3/detik
(Rizal et al. 2012). Kurva hubungan debit Bendung Jatigede terhadap perubahan
kedalaman aliran diatas mercu bendung ditunjukkan pada Gambar 7.

Hubungan Debit dengan Kedalaman Air


70

60

50
Debit (m3/detik)

40

30
b = 12m

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Kedalaman air (m)

Gambar 7 Kurva hubungan debit dengan kedalaman kritis pada weir

Berdasarkan Gambar 7, menunjukkan bahwa semakin besar kedalaman kritis


aliran diatas mercu bendung, maka semakin besar pula debit air yang mengalir
diatas mercu bendung. Kedalaman kritis dapat diperoleh dengan memplotkan
debit yang melewati bendung (ketika aliran kritis) ke dalam kurva.
Head Regulator Terbangun
Head regulator atau bendung didesain sebagai bending tetap yang melintang
pada Waduk Jatigede. Pada bendung tentunya memiliki lebar bendung yang
merupakan jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment) dan sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Pada bagian ruas bawah
sungai, lebar rata-rata tersebut dapat diambil pada debit penuh (bankfull
discharge), sedangkan pada bagian atas sungai sulit untuk menentukan debit
penuh. Lebar maksimum bendung sebaiknya tidak lebih dari 1,2 kali rata-rata
lebar sungai pada alur yang stabil. Lebar total bendung tidak seluruhnya
dimanfaatkan untuk melewatkan debit air karena adanya pilar dan bangunan
penguras, jadi lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit disebut
lebar efektif (Be), yang dipengaruhi oleh tebal pilar, koefisien kontraksi pilar, dan
pangkal bendung. alam menentukan lebar efektif perlu diketahui mengenai
eksploitasi bendung, di mana pada saat air banjir datang pintu penguras dan pintu
pengambilan harus ditutup. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya
benda yang terangkut oleh banjir yang dapat menyumbat pintu penguras bila pintu
terbuka dan air banjir masuk ke saluran induk ( Herdi et al. 2014)
Untuk tipe mercu bendung di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe
mercu, yaitu tipe Ogee dan tipe bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai
untuk konstruksi beton maupun pasangan batu atau bentuk kombinasi dari
keduanya. Elevasi mercu bendungan dibuat berdasarkan fungsi bendungan itu
sendiri, dimana difokuskan untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan PLTA.

Gambar 8 Penampang mercu bendung

Gambar 1 menunjukkan elevasi muka air banjir adalah +262 m, dengan operasi
maksimum dan minimum adalah +260 dan +230. Selanjutnya elvasi puncak
bendungan yakni +265 m dengan lebarnya 12 m, kemiringan pada hulu dan hilir
sebesar ± 0,5. Mercu yang dibangun yakni dengan tipe bulat dengan elevasi +247
m.

Flow Regulator Terbangun


Flow regulator sebuah bangunan berupa pintu air yang terletak di samping
kanan bendung. Fungsi bangunan ini adalah untuk membelokkan aliran air dari
sungai dalam jumlah yang diinginkan untuk kebutuhan irigasi. Saluran pembilas
pada bangunan pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya
terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan
pintu tergantung dengan kecepatan aliran masuk yang diinginkan. Kecepatan ini
tergantung pada ukuran butir bahan yang diangkut ( Herdi et al. 2014).
Besarnya debit yang diterima dari catchmen area berupa debit yang fluktuatif.
Tercatat pada debit yang masuk 11000 m3/det, dengan diharapkan walaupun
adanya fluktuasi nilai debit inflow, debit outflow memenuhi 4468 m3/det. Didalam
spillway terdapat 4 pintu air tipe radial ( spesifikasi B=13 m ; H= 14,5).
Selanjutnya dalam pemenuhan irigasi daerah Rentang, terdapat saluran bangunan
yang tertanam dalam tubuh pelimpah (tipe Konduit Beton Bertulang). Besarnya
inlet dengan B= 3,9 x H = 4,1 dan outlet dengan = 3,4 x H = 4,5.

Keterkaitan Head Regulator dan Flow Regulator terhadap pemenuhan


fungsi bendungan
Bendungan jatigede sebagai head regulator memiliki elevasi mercu +265 m
dengan tinggi 114 meter. Elevasi sawah tertinggi pada Daerah Irigasi Bajo adalah
+221 m Berdasarkan data tersebut, elevasi mercu bendung lebih tinggi
dibandingkan elevasi sawah tertinggi pada Daerah Irigasi Bajo. Hal ini
membuktikan bahwa Bendung Bajo sebagai head regulator dapat memenuhi
kebutuhan elevasi dari daerah irigasi sehingga air dapat mengalir dari Bendung
Bajo ke lahan pertanian secara gravitasi.
Sementara itu, elevasi dasar intake pada Bendung Bajo berada pada elevasi
+230 m sedangkan elevasi muka air normal berada pada elevasi +221 m sehingga
memiliki selisih head sebesar +9 m . Head tersebut dapat memenuhi kebutuhan
debit intake sebesar 73 m3/detik. Sementara itu, kebutuhan air irigasi yang harus
dipenuhi pada Daerah Irigasi Bajo yaitu sebesar 61,56 m3/detik. Kemudian
besarnnya debit intake juga digunakan untuk mengerakkan turbin sebesar 14,6
m3/detik, dengan tinggi terjun 170 m. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan
bahwa debit untuk kebutuhan irigasi lebih kecil dibanding debit pada pintu
pengambilan (intake). Hal ini menunjukkan bahwa intake sebagai flow regulator
dapat memenuhi kebutuhan debit irigasi untuk lahan pertanian dan PLTA.
Head Regulator:
Elevasi muka air normal = 260 m
Elevasi mercu bendungan = 247 m Irigasi dan PLTA
Tinggi mercu bendungan = 114 m Luas areal lahan = ±90000 ha
Lebar efektif bendung = 12 m Elevasi tertinggi = 221 m
Kebutuhan air irigasi = 6156
Flow Regulator: L/dtk = 61,56 m3/detik
Inflow (debit intake) = 73 m3/detik Debit penggerak turbin = 14,6
Elevasi intake = 230 m dpl m3/detik
Selisih head pada intake = 9 m Tinggi terjun = 170 m
Kapasitas = 110 MW

Gambar 9 Skema keterkaitan

Simpulan
Head regulator atau bendung didesain sebagai bending tetap yang melintang
pada Waduk Jatigede. Flow regulator sebuah bangunan berupa pintu air yang
terletak di samping kanan bendung. Bendungan Jatigede berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan irigasi dan sebagai PLTA. Bendungan Jatigede yang
memiliki elevasi muka air normal +260 m dan elevasi mercu bendung +247 m,
mampu memenuhi kebutuhan irigasi dengan elevasinya +221 m. Flow regulator
dengan debit yang masuk adalah 73 m3/detik mampu memenuhi kebutuhan irigasi
sebesar 61,56 m3/detik. Kemudian kebutuhan debit PLTA juga terpenuhi sebesar
14,6 m3/detik untuk menggerakkan turbin dengan tinggi terjun 170 m.

Daftar Pustaka
Herdi J, Irzal L, Suharyanto, Hary B. 2014. Perencanaan Bendung Progopistan di
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL.
3(1): 301-311
Pradwipa DP, Jayadi R, Istiarto. 2019. Kajian pemanfaatan sumberdaya air waduk
serbaguna Jatigede, Jawa Barat. Jurnal Renovasi dan Inovasi Teknik Sipil.
4(2): 10-21.
Rizal M, Purwanto JMY, Pramudya P, Widiatmaka. 2012. Model for sustainable
dam development planning: case study of Jatigede dam development
[skripsi].
Sipayung BS, Nurlatifah A, Siswanto B. 2017. Analisis potensi pembangkit listrik
tenaga mini hidro di catchment area Waduk Jatigede. Prosiding Seminar
Nasional Fisika. Vol 6.

Anda mungkin juga menyukai