1.3 Tujuan
- Untuk meningkatkan pengetahuan tentang arti kesehatan
- Agar dapat mengetahui hukum dan undang-undang kesehatan
BAB 2 PEMBAHASAN
Pasal 13
Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan,
pasca persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalainan.
Pasal 15
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat di lakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b. Oleh kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan di
lakukan sesuai
dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan pengaturan pemerintah.
Pasal 16
1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami istri mendapatkan keturunan.
2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan, ditanamkan
dalam rahim istri dari nama ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
c. Pada sarana kesehatan tertentu.
3) Ketentuan mengenai persaratan penyelenggaraan kehamilan di luar cara alami
sebagaimana dimasud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 17
1) Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak
2) Kesehatan anak yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui peningkatan
kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, untuk prasekolah, dan usia
sekolah.
Pasal 18
1) Setiap keluarga melakukan dan mengembangkan kesehatan dalam keluarganya.
2) Pemerintah membantu pelaksanaan dan mengembangkan kesehatan keluarga
melalui kegiatan yang menunjang peningkatan kesehatan keluarga.
Pasal 19
1) Kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kemampuan agar tetap produktif.
2) Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan manusia usia lanjut untuk
meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.
F. Ketentuan Pidana
Pasal 80
1. Barang siapa dengan sengaja dengan melakukan tindakan medis tertentu terhadap
ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal 15 ayat (1) dan
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara dengan lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk
menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan hukum dan
tidak memiliki izin operasional serta tidak melaksanakan ketetuan tentang jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal …. ayat (….)
dan ayat (….) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 ( lima belas) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam
pelaksanaan transplansi organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfusi darah
sebagaimana dimaksud dalam pasal ……ayat (…..) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (limas belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp
300.000.000,00- (tiga ratus juta rupiah).
4. Barang siapa dengan sengaja:
a. Mengedarkan makanan dan minuman yang tidak memenuhi standar dan atau
persyaratan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 ayat (3).
b. Memproduksi dan atau mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat
yang tidak memenuhi syarat farmakope Indonesia dan atau buku standar lainnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal …… ayat (…..) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 ( lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp
300.000.000,00- (tiga ratus juta rupiah)
Istilah hukum kesehatan ( medical law ) dalam negara yang menganut sistim
hukum eropa kontinental ( anglo saxon ) seperti, belanda , perancis berbeda dengan
health law bagi negara yang menganut sistim hukum common law system ( amerika
serikat, inggris ) yang dikarenakan bahwa helath law merupakan istilah ruang
lingkupanya lebih luas dibanding dengan medical law karena sebagian orang yang
menyatakan bahwa medical law adalah bagian dari health law.
Menurut prof. Van der mija yang mengatakan bahwa hukum kesehatan adalah
merupakan sekumpulan peraturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan dan
juga penerapanya kepada hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi
negara.Sedangkan hukum medis ( medical law ) yaitu hukum yuridis dimana dokter
menjadi salah satu pihak dan bagian dari hukum kesehatan.
Sedangkan menurut prof. H.J.J. Leneen mengatakan bahwa hukum kesehatan
adalah semua peraturan – peraturan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya kepada hukum perdata, hukum
pidana, dan hukum administarsi negara.
Dari dua pengertian yang di kemukakan diatas maka hukum kesehatan itu
mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari pada medical law. Pada medical law
berkaitan dengan segi penyembuhanyan saja, sedangkan dalam hukum kesehatan (
health law ) meliputi tidak hanya dalm segi penyembuhan akan tetapi juga meliputi
sampai ke pemulihan pasien.
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan yang di maksud dengan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit.
BAB II
HUBUNGAN HUKUM DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
Di dalam hubungan hukum antara dokter dengan pasien terdapat beberapa asas
– asas yang di atur di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran, pasal 2 sebagai mana di sebutkan bahwa Praktik
kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan
pasien.
Di dalam penjelasan pasal 2 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, dapat diartikan asas – asas tersebut di dalam
pegertianya di uraikan yang mana di dalam ketentuan ini yang dimaksud adalah :
a. Nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan termasuk
pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi
b. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
c. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus mampu
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu
d. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras
e. Keseimbangan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan
masyarakat
f. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan
praktik kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata,
tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
Maka selain dari pada itu, ada pula yang menyebutkan beberapa asas yang
harus di pedomani oleh dokter untuk menjadikan dasar dalam pemberian pelayanan
kesehatan yaitu :
1. Asas legalitas.
2. Asas keseimbangan.
3. Asas tepat waktu.
4. Asas kejujuran.
5. Asas keterbukaan.
6. Asas kehati – hatian.
Demikian pula di dala informed konsent ( persetujuan medes ) menganut ada 2
( dua ) unsur antara lain yaitu :
a. Informasi yang di berikan oleh dokter kepada pasien mengenai tindakan apa
yang di lakukan.
b. Persetujuan yang di berikan oleh pasien kepada dokter.
Seperti yang di maksud di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor
29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran di dalam pasal 45 yang menyatakan
bahwa :
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
Dari sudut pandang sosiologis seorang dokter yang melakukan hubungan atau
transaksi teraupeutik, masing – masing mempunyai kedudukan dan peranan.
Kedudukan yang dimaksud disini adalah kedudukan yang berupa wadah, hak dan
kewajiban. Sedangkan peranan merupakan pelaksanaan hak – hak dan kewajiban
tersebut. Secara sederhana dapat di katakan bahwa hak itu merupakan wewenang
untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan kewajiban adalah tugas atau beban yang
harus di laksanakan.
Dahulu kedudukan doter di anggap lebih tinggi dari pasien dan oleh karena itu
perananaya lebih penting pula. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat
hubungan dokter dengan pasien secara khusus mengalami perubahan bentuk, hal itu di
sebabkan oleh beberapa faktor, antara lainya ialah sebagai berikut ini :
1. Kepercayaan tidak lagi tertuju kepada dokter pribadi, akan tetapi kepada
kemampuan iptek kesehatan.
2. Masyarakat menganggap bahwa tugas dokter itu bukan hanya melakukan
penyembuhan, akan tetapi juga di lakukan pada perawatan.
3. Adanya kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan bukan lagi merupakan
keadaan tanpa penyakit, akan tetapi lelbih berarti oada kesejahteraan fisik, mental,
dan sosial.
4. Semakin banyaknya perturan yang memberikan perlindungan hukum kepada pasien,
sehinggga lebih mengetahui dan memahami hak – haknya dalam hubunganya dengan
dokter.
5. Tingkat kecerdasan masyarakat menegenai kesehatan semakin meningkat.
Selain dari pada kewajiban dokter di dalam memberikan pelayanan kesehatan,
dokter juga memiliki hak, sebagaimana yang di atur di dalam pasal 50 Undang –
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, yang menyatakan bahwa
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya;
dan
d. menerima imbalan jasa.
Secara normatif hak dan kewajiban pasien di atur di dalam Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pada pasal
52 dan pasal 53 dalam hal hak dan kewajiban pasien ditemui hubungan hukum pasien
dengan dokter yaitu :
1. Pasal 52 mengatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak sebagai berikut :
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3).
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.
2. Dan di Pasal 53 mengatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada
praktik kedokteran, mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Berkaitan dengan hak pasien untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap
tentang tindakan medis sebagaimana yang di maksud di dalam Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran di dalam
pasal 45 yang menyatakan bahwa :
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
f. diagnosis dan tata cara tindakan medis
g. tujuan tindakan medis yang dilakukan
h. alternatif tindakan lain dan risikonya
i. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
j. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Selain dari pihak pasien yang di atur di dalam perundang – undangan maka hak
pasien juga di cantumkan di dalam peraturan Kode Etik Profesi Kedokteran Indonesia
yaitu :
1. hak untuk hidup, hak atas tubuhnya, dan hak untuk mati secara wajar.
2. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standart profesi
kedokteran.
3. Hak memperoleh penjelasan secara lengkap tenetang diagnosa dan terapi medis yang
di lakukan oleh dokter di dalam mengobatinya.
4. Hak untuk menolak prosedur diagnosis dan terapi yang akan di rencanakan, bahkan
untuk menarik diri dari kontrak teraupeutik.
5. Hak atas kerahasiaan atau rekam medic yang bersifat pribadi.
Daftar Pustaka :
http://zardvitasalensehe.blogspot.com/2016/11/makalah-hukum-kesehatan.html
https://www.academia.edu/6402612/ETIKA_DAN_HUKUM_KESMAS