Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

GUNUNGAPI DAN SELUK-BELUKNYA

2.1 Pengertian Gunungapi


Gunungapi (volcano) merupakan timbulan dengan morfologi yang
berbeda beda dan terbentuk secara tektonik, memiliki lubang (pipa) kepundan
sebagai jalur keluarnya magma. Dalam pembentukan gunungapi diperlukan
beberapa syarat diantaranya:
1. Harus adanya magma yang keluar dari dalam bumi.
2. Terdapat celah sebagai jalur keluar dari produk (material) gunungapi.
3. Adanya gaya yang bekerja (endogen) sebagai faktor yang membantu
dalam aktifitas gunungapi.
Gunungapi memiliki bagian-bagian dari tubuh gunungapi yaitu
assesory, accidental dan juvenile yakni sebagai berikut:
1. Accidental merupakan bagian dari tubuh gunungapi yang meliputi
bagian atas atau luar dari gunungapi seperti kerucut gunungapi dan
sumbat lava.
2. Assesory adalah bagian dari gunungapi yang meyusun tubuh
gunungapi yang menumpuk-numpuk dari material yang tua hingga
muda seperti material-material piroklastik yang jatuh disekitar
gunungapi yang bersifat membangun gunungapi tersebut.
3. Juvenile merupakan tubuh penyusun dalam dari gunungapi seperti
batuan lain yang ditumpangi oleh gunungapi tersebut.
Dalam gunungapi juga diketahui terdapat 2 jenis erupsinya. Erupsi
gunungapi ini diantara erupsi eksplosif dan efusif. Erupsi eksplosif merupakan
erupsi yang terjadi apabila letak dapur magma yang dalam, kemudian terdapat
volume gas yang besar dan sifat magma yang asam (acid). Erupsi jenis ini
akan memuntahkan isi bumi yang umumnya terdiri dari material piroklastik
yang bersifat ryolitik hingga dasitik dengan kadar SiO 2 yang tinggi. Erupsi
jenis ini dapat menghancurkan bagian-bagian gunungapi dan menghasilkan
produk piroklastik yang bervariasi mulai dari bom, blok, lapili hingga debu

3
4

serta abu. Umumnya jenis erupsi ini bersifat merusak atau menghancurkan
(destructive).
Erupsi efusif merupakan erupsi yang terjadi karena letak dapur magma
yang dangkal atau dekat dari permukaan. Erupsi ini umumnya memiliki
volume gas yang kecil dengan viskositas magma yang tinggi dan bersifat
encer (basaltic) sehingga tingkat erupsinya sangat kecil. Erupsi jenis ini
umumnya meghasilkan material lava dengan kadar SiO2 yang rendah dan
bersifat membangun (constructive). Gunungapi diklasifikasikan ke dalam
beberapa sumber erupsi antara lain:
1. Erupsi pusat yaitu erupsi yang keluar melalui celah pipa kepundan atau
kawah utama.
2. Erupsi samping yaitu erupsi yang keluar melalui lereng tubuh
gunungapi.
3. Erupsi celah, yaitu erupsi yang muncul akibat adanya rekahan atau
sesar yang ada di zona proksimal dari gunungapi.
4. Erupsi eksentrik, yaitu erupsi samping yang keluar langsung dari dapur
magma (magma chamber) itu sendiri.

Gambar 1 Contoh kenampakan erupsi rekahan


(Sumber: www.academia.edu)

Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang.


Pengetahuan tentang gunungapi berawal dari perilaku manusia dan manusia
purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut
diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dan
sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa
5

tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik. Gunungapi


terbentuk pada empat busur, yaitu:
1. Busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua.
2. Busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke
kerak benua.
3. Busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera.
4. Busur dasar samudera, yang terjadi akibat terobosan magma basa pada
penipisan kerak samudera.

Gambar 2 Contoh busur benua


(Sumber: www.academia.edu)

2.2 Jenis Gunungapi Berdasarkan Bentuknya


Perbedaan tenaga vulkanik mengakibatkan perbedaan tipe-tipe bentuk
gunungapi. Jenis gunungapi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu gugusan
gunungapi busur magmatik, gugusan gunungapi tengah samudera (mid
oceanic ridge volcanous), dan gugusan gunungapi zona rifting di belakang
busur (lava floods). Jenis-jenis gunungapi tersebut memiliki sifat dan
komposisi litologi yang berbeda-beda, tergantung dari tatanan tektonikanya.
Berdasarkan pada bentang alam dan jenis batuan yang menyusun tubuh
gunungapi, para ahli vulkanologi mengelompokkan tipenya menjadi empat
yaitu gunungapi komposit atau strato (composite volcanoes), gunungapi
perisai (shield volcanoes), gunungapi monogenetik dan kubah lava (lava
domes). Selain tipe monogenetik, gunungapi-gunungapi tersebut dibangun
6

dari erupsi-erupsi poligenetik, yang berlangsung secara berulang dalam waktu


yang panjang.
1. Gunungapi komposit (composite volcanoes)
Gunungapi tipe komposit paling umum dijumpai di dunia, disebut
juga gunungapi strato. Secara tektonika, gunungapi ini terbentuk oleh
proses kemunculan magma Ca-Alkalin ke permukaan bumi melalui
rekahan yang dibentuk secara tektonika, yang magmanya dibentuk
oleh proses pelelehan batuan sebagian ketika terjadi penunjaman
lempeng samudera di bawah lempeng benua atau lempeng saudera di
bawah lempeng samudera yang lain.
Menurut McDonald (1972), gunungapi tipe komposit (strato) adalah
gunungapi yang tubuhnya tersusun oleh material hasil erupsinya yang
bersusunan secara berlapis-lapis. Lebih jauh lagi, McDonald (1972)
menyebutkan bahwa material gunungapi yang menyusun gunungapi
tipe komposit biasanya terdiri atas material klastika gunungapi
(piroklastika), koheren lava dan lahar, sehingga disebut juga sebagai
gunungapi strato (dari kata “strata”).
Pada beberapa gunungapi komposit di Indonesia, seperti Gunungapi
Merapi, Merbabu, Dieng, Sindoro, Sumbing, Muria, Kelud, Semeru,
Tangkubanparahu, Karang, Lumutbalai, Rajabasa, Kerinci, Talang,
Sinabung, dan Gamalama. Tubuh kerucut gunungapi tipe komposit
tersusun atas perselingan lava abu gunungapi, endapan sinder, blok
dan bom sebagai endapan piroklastika dan lahar yang tersusun atas
material epiklastika (longsoran dan erosi material piroklastika dan
lava).
7

Gambar 3 Sketsa bentukan tipe gunungapi komposit


(Sumber: www.academia.edu)

2. Gunungapi perisai (shield volcanoes)


Secara tektonika, gunungapi tipe perisai dapat terbentuk pada
pemekaran lantai samudera, membentuk mid oceanic ridge basalt
(MORB), hotspot, pulau gunungapi dan oceanic rifting. Gugusan
gunungapi MORB, hotspot, pulau gunungapi dan rift zone volcanism
tersebut dapat dijumpai secara berjajar mengikuti arah keluarnya
magma dan arah pergerakan lempeng. Tubuh gunungapi perisai
tersusun atas aliran-aliran lava (cair), yang mengalir dari pipa
kepundannya ke segala arah atau kelompok kepundan dan bergerak ke
samping. Tipe gunungapi ini berbentuk kerucut dengan kemiringan
kecil atau bahkan datar, atau berbentuk kubah datar seperti perisai
perang.
Tubuh gunungapinya dibentuk secara perlahan oleh pertumbuhan
ribuan aliran lava yang sangat encer (basalan), yang menyebar dalam
radius yang cukup jauh. Aliran lava tersebut kemudian mendingin dan
membeku sebagai lapisan lava tipis dengan kemiringan yang sangat
kecil. Lava-lava tersebut umumnya juga keluar dari dalam bumi
melalui rekahan-rekahan (fisures) yang selanjutnya berkembang pada
tepian.
8

Gambar 4 Struktur dalam dan geomorfologi gunungapi perisai


(Sumber: www.academia.edu)

3. Kubah lava
Kubah lava gunungapi terbentuk dari kumpulan aliran lava yang
muncul di puncak seputar kawah gunungapi, membentuk morfologi
kubah, yang dibentuk dalam satu periode erupsi atau lebih. Kubah lava
dapat terbentuk apabila kawah gunungapi berada pada puncaknya
membentuk mangkuk (cekungan), dan magma yang keluar bersifat
kental, sehingga hanya menumpuk di atas lubang kepundan
membentuk bukit. Karena lava tersebut mendingin dengan cepat dan
tidak jatuh ke lereng, maka kubah batuan beku yang dihasilkannya
tersebut mengeras dan karena berhubungan langsung dengan cuaca
yang selalu berubah di udara bebas, maka permukaannya mudah
terfragmentasi.
Dalam pertumbuhannya, pada bagian luar tubuh kubah mendingin
dan mengeras, yang selanjutnya diterobos oleh aliran lava berikutnya.
Karena pada bagian luar mengeras maka pada batas antara lava lama
(keras di bawah) dan lava baru (plastis di atas) terbentuk perlapisan
terpisah. Oleh proses pendinginan dan pengerasan yang tidak
bersamaan tersebut, jika bukit kubah lava telah memenuhi
mangkuk/cekungan kawah bagian yang plastis mudah runtuh, gugur
menuruni lereng membentuk guguran kubah lava.
9

Gambar 5 Kubah lava


(Sumber: www.academia.edu)

4. Jenis gunungapi lain


Jenis gunungapi lain yang sering dijumpai adalah kerucut skoria,
maar, cincin tuf dan kerucut tuf. Kerucut skoria dapat dijumpai pada
gunungapi tipe perisai, yang dibangun oleh lontaran abu dari lava
fountain atau hasil pengendapan abu erupsi freatiknya, membentuk
morfologi kerucut, begitu juga dengan kerucut tuf. Kerucut skoria dan
kerucut tuf adalah tipe gunungapi terkecil yang tingginya kurang dari
300 m, diameter 3-5 km, dan gradien lereng lebih dari 35o, beberapa
kerucut sinder yang lebih tua memiliki kelerengan 15-200 akibat proses
erosi yang mengelupas bagian puncaknya (Cas & Wright, 1987). Yang
membedakan antara kerucut skoria dan kerucut tuf adalah
komposisinya.

Gambar 6 Ilustrasi kerucut scoria


(Sumber: www.academia.edu)

Jenis gunungapi maar dan cincin tuf dihasilkan oleh erupsi eksplosif
hidrovulkanik bertekanan tinggi. Letusan tersebut selanjutnya menghasilkan
10

depresi berbentuk melingkar dengan kaldera rendah, akibat lontaran debris.


Letusan itu dipicu oleh naiknya kolom magma karena intrusi diapirik. Depresi
maar dapat menyingkapkan bagian dasar pada dinding lubang bagian dalam,
sedangkan cincin tuf (tuff ring) sendiri dibangun di atas batuan dasarnya. Maar
juga banyak dijumpai sebagai akibat dari jatuhnya meteorit di permukaan
bumi, hingga membentuk lubang besar yang selanjutnya memicu terjadinya
rekahan dan rekahan tersebut menjangkau hingga tubuh reservoir magma yang
di sekitarnya dijumpai tubuh gunungapi.
Oleh tekanan yang sangat besar dari permukaan, magma yang berada
dalam reservoir magma selanjutnya tertekan dan meluap ke permukaan
dengan tekanan yang besar. Oleh tekanan yang besar itu pula, membentuk
lubang erupsi yang berdiameter besar. Di Indonesia, maar dapat dijumpai di
sekitar Gunung Ciremai, Gunung Lamongan, Gunung Slamet dan Gunung
Muria di Jawa serta Gunung Suoh, Gunung Ranau dan Gunung Talang di
Sumatera.

Gambar 7 Gunungapi maar


(Sumber:www.academia.edu)

Pada mekanisme erupsi gunungapi dipengaruhi oleh adanya proses


magmatisme di dalam dapur magma, sehingga menghasilkan komposisi
magma yang bervariasi yang nantinya akan mempengaruhi jenis erupsinya.
Berdasarkan sumber energi erupsinya, tipe erupsi secara dasar dibagi menjadi
3, antara lain:
1. Erupsi freatik, erupsi ini dibentuk oleh tekanan dari gas didalam
gunungapi atau pipa kepundan diatas dapur magma akibat dari
11

senyawa volatil yang bereaksi ketika magma mengalami diferensiasi


magma sehingga komposisi magma bersifat rhyolitik. Kemudian
magma tersebut naik dengan diiringi gas yang terdapat dalam pipa
kepundan.
2. Erupsi magmatik, erupsi ini dibentuk oleh magma yang keluar melalui
celah dan membentuk kubah lava (lava dome) dengan komposisi
magma yang bersifat lebih basaltik, encer dan viskositas rendah. Tipe
gunungapi umumnya maar (perisai) dan sedikit strato.
3. Erupsi freatomagmatik, terjadi pada gunungapi dengan tekanan yang
tinggi dengan viskositas tinggi. Material yang dikeluarkan berupa bom
hingga blok sampai material piroklastik halus.

2.3 Stratigrafi Gunungapi


Volkanostratigrafi atau stratigrafi gunungapi adalah ilmu yang
mempelajari urut-urutan dari rekaman kegiatan volkanik, terutama kegiatan
yang disaksikan oleh gunungapi. Stratigrafi dalam pemetaan vulkanik
didasarkan pada genesa dan paleovulkanismenya. Penamaan satuan
volkanostratigrafi diawali dengan cara pengendapan, jenis batuan, dan sumber
letusan atau geografi. Satuan volkanostratigrafi adalah satuan-satuan lapisan
yang terpetakan terdiri dari batuan vulkanik yang terbentuk di darat
(subaerially) atau di dalam air (subaqueously) oleh proses vulkanik.
Beberapa macam satuan vulkanostratigrafi yang dikenal yaitu:

1. Endapan subaqueuou dan interglasial (basalt).

Gambar 8 Endapan basalt


(Sumber:anonym, 2021)
12

2. Aliran lava, lava banjir, aliran lava pahoehoe, aliran lava aa, aliran
lava bongkah.

Gambar 9 Aliran lava banjir


(Sumber:anonym, 2021)

3. Lahar, terbentuk dari breksi tuff, batu breksi lapili, dan tuff lapili
dengan berbagai komposisi.

Gambar 10 Lahar
(Sumber:anonym, 2021)

4. Endapan debris avalanche, endapan bongkah dan abu dengan


komposisi mirip lahar.\

Gambar 11 Endapan debris


(Sumber:anonym, 2021)
13

5. Aliran lava piroklastik, mirip dengan endapan aliran lumpur dan


avalanche, tetapi prosentase fragmen yang lebih kasar berkomposisi
silika lebih sedikit.

Gambar 12 Aliran lava piroklastik


(Sumber:anonym, 2021)

6. Ignimberite, aliran abu terdiri dari batuapung, abu, kadang-kadang


cinder basalt , yang terbentuk endapan tefra.
Fasies sentral merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi ke
permukaan. Oleh sebab itu daerah ini dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang
berupa kubah lava dan berbagai macam yang berupa kubah lava dan berbagai
macam batuan terobosan semi gunungapi (subvolcanic intrusions) seperti
halnya leher gunungapi (volcanic necks), sill, retas, dan sill, retas, dan kubah
bawah permukaan (cryptodomes). Batuan terobosan dangkal tersebut dapat
ditemukan pada dinding kawah atau kaldera gunungapi masa kini, atau pada
gunungapi purba yang sudah tererosi lanjut. Selain itu, karena daerah bukaan
mulai dari konduit atau diatrema sampai dengan kawah merupakan lokasi
terbentuknya fluida hidrotermal, maka hal itu mengakibatkan terbentuknya
batuan ubahan atau bahkan mineralisasi. Apabila erosi di fasies sentral ini
sangat lanjut, batuan tua yang mendasari batuan gunungapi juga dapat
tersingkap.
Fasies proksimal merupakan kawasan gunungapi yang paling dekat
dengan lokasi sumber atau fasies  pusat. Asosiasi batuan pada kerucut
gunungapi komposit sangat didominasi oleh perselingan aliran lava dengan
breksi piroklastika dan aglomerat.
14

Gambar 13 Perlapisan aliran lava dan breksi gunungapi kuarter


(Sumber:anonym, 2021)

Perlapisan aliran lava dan breksi gunungapi kuarter pada fasies  proksimal
Gunung Galung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Tebal perlapisannya sangat
beragam dan sebaran lateralnya juga tidak selalu menerus, seperti halnya
terjadi pada perlapisan kue lapis (layered cake geology). Fasies sentral di
sebelah kiri dan fasies medial di sebelah kanan gambar. Perlapisan juga
membentuk kemiringan awal (initial dips).

Gambar 14 Perlapisan aliran lava sebagai bagian dari fasies proksimal gunungapi tersier di Kali
Ngalang, Gunungkidul Ngalang, Gunungkidul-Yogyakarta
(Sumber: anonym. 2021)

Kelompok batuan ini sangat resisten, sehingga  biasanya membentuk


timbulan tertinggi pada gunungapi purba. Pada fasies medial, karena sudah
lebih menjauhi lokasi sumber maka aliran lava dan aglomerat sudah
berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar
15

juga sudah mulai berkembang. Sebagai daerah pengendapan terjauh dari


sumber, fasies distal didominasi oleh endapan rombakan gunungapi seperti
halnya breksi lahar, breksi fluviatil, konglomerat, batupasir, dan batulanau.
Endapan primer gunungapi di fasies ini umumnya berupa tuf. Ciri-ciri litologi
secara umum tersebut tentunya ada pengecualian apabila terjadi letusan  besar
sehingga menghasilkan endapan aliran piroklastika atau endapan longsoran
gunungapi yang melampar jauh dari sumbernya. Pada pulau gunungapi
ataupun gunungapi bawah laut, di dalam fasies distal ini batuan gunungapi
dapat berselang-seling dengan batuan non-gunungapi, seperti halnya batuan
karbonat.

2.4 Petrologi Gunungapi


Jenis dan sifat batuan gunungapi ditentukan dari tipe magmanya. Tipe
magma tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma
dikontrol dari limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K,
Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan
dengan oksigen (O) disebut oksida, contoh: SiO2. Sifat dan jenis batuan
vulkanik dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandungan SiO2 di
dalamnya.
Tabel 1 Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya
(Sumber: Nelson, 2003)
Tipe Batuan B at u a n Komposisi Suhu Kekentalan Kandungan
Magma Vulkanik Plutonik Kimia Gas

Basaltik Basalt Gabbro SiO2 45-55 %: 1000 - Rendah Rendah


Fe, Mg, Ca 1200 oC
tinggi, K dan
Na rendah

Andesitik Andesit Diorit SiO2 55-65 %: 800 - Intermediet Intermediet


Fe, Mg, Ca, Na, 1000 oC
K sedang

Rhyolitik Rhyolit Granit SiO2 65-75 %: 650 - Tinggi Tinggi


Fe, Mg, Ca 800 oC
rendah, K dan
Na tnggi
16

Didasarkan atas komposisi mineralnya dan sifat fisiknya, Steckeisen


(1976) mengklasifkasikan batuan plutonik (intrusi: batholit (dalam), batuan
intusi vulkanik (dike, sill, lakolit dan lapolit) dan lava (ekstrusi) menjadi tiga
yaitu batuan beku asam, intermediet dan basa.

Gambar 15 Klasifikasi batuan beku didasarkan atas warna, komposisi kimia dan komposisi
mineralnya
(Sumber: Steckeisen, 1976)

Didasarkan atas persentase kandungan mineral mafik dan felsiknya,


batuan gunungapi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan
beku basa dan ultrabasa, batuan plutonik dan batuan vulkanik intermediet
asam mengacu pada Steckeisen (1976).

Gambar 16 Klasifikasi batuan beku basa dan ultrabasa


(Sumber: Strecheisen, 1976)
17

Gambar 17 Klasifikasi batuan plutonik (atas) dan batuan vulkanik (bawah)


(Sumber: Strecheisen, 1976).

Batuan beku basa mengandung mineral mafik (piroksen, olivine dan


plagioklas Ca) lebih dari 60%. Batuan beku ultrabasa mengandung mineral
mafik lebih dari 90%. Batuan gunungapi intermediet mengandung mineral
mafik antara 30–60%, plagioklas Ca-Na dan sedikit kuarsa. Batuan beku
intermediet yang dihasilkan dari pembekuan didalam adalah diorit dan diabas,
batuan intermediet yang membeku di permukaan atau intrusi dangkal adalah
andesit, trakit, latit dan monzonit. Batuan beku asam mengandung mineral
felsik lebih dari 60%.
18

Gambar 18 Klasifikasi batuan klastik gunungapi dengan fragmen batuan


(kiri; Pettijohn, 1975) dan dengan didasarkan pada deskripsi butiran (kanan;
Fisher, 1966).
(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2015)

Komposisi batuan gunungapi terdiri atas unsur-unsur/senyawa mayor


(major elements), unsur-unsur/senyawa minor (minor elements) dan unsur
jarang (rare earth elements). Unsur mayor memiliki kelimpahan dalam batuan
>1% terdiri atas SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O.
Unsur minor memiliki kelimpahan dalam batuan sejumlah 0,1-1% terdiri atas
TiO2, MnO, P2O5 dan CO2. Unsur jarang memiliki kelimpahan dalam batuan
< 0,1% terdiri atas Li, Sc, Ni, Cu, Cr, Be, La, Ce, Th, U, dan lain-lain.

2.5 Hubungan Magmatisme dan Gunungapi


Proses tektonika menentukan tipe dan sifat magmatisme yang
mempengaruhi aktivitas gunungapi. Berdasarkan pada tatanan tektonikanya,
menentukan terdapat empat (4) lingkungan tektonika yang berbeda dalam
membentuk magma antara lain :
A. Zona konstruktif lempeng, terdiri dari zona pemekaran lantai samudera
dengan gugusan gunungapi MORB (mid oceanic ridge basalt) dan
zona pemekaran belakang busur magmatik. Magma yang dihasilkan
oleh aktivitas tektonika ini adalah seri tholeiitik, menghasilkan seri
batuan ultrabasa dan basalan, seperti dunit, peridotit, olivinit dan basal
tholeiit membangun gunungapi tipe perisai.
B. Zona destruktif lempeng, berlangsung pada tatanan tektonika zona
penunjaman (subduksi), tumbukan (kolisi) dan obduksi pada tepian
lempeng konvergen. yaitu busur magmatik, menghasilkan magma tipe
Ca-alkalin sampai K-alkalin membentuk seri batuan basalan-andesitan,
yang membangun gunungapi tipe komposit (strato). Pada pertumbuhan
lebih lanjut, magma Ca-alkalin tersebut dapat berkembang menjadi
magma K-alkalin yang kaya akan mineral-mineral K-feldspar.
C. Tatanan oceanic intra-plate margins (tepian antar lempeng samudera),
jika lempeng samudera menunjam di bawah lempeng samudera yang
lebih tua; membentuk gugusan gunungapi busur kepulauan bertipe
19

komposit, menghasilkan magma tipe Ca-alkalin, dengan komposisi


batuan di permukaan basalan-andesitan.
D. Tatanan continental intra-plate margins, meliputi daerah continental
flood basalt, zona pengangkatan kontinen (continental rift zone), dan
kemunculan magmatisme potasik dan ultrapotasik (termasuk kimberlit)
yang tidak berhubungan dengan zona pengangkatan. Salah satu contoh
di Indonesia adalah pembentukan Basal Sukadana di Lampung.
Aktivitas gunungapi di permukaan ditandai oleh kemunculan fenomena
magmatik, yaitu kemunculan gas fumarol dan sulfatar, mataair panas, kolam
lumpur mendidih (mud pool), dan erupsi gunungapi. Aktivitas gunungapi
sering diikuti pembentukan rekahan-rekahan sesar dan kekar yang dibentuk
oleh gaya-gaya vulkanik dan tektonika. Sesar-sesar tersebut jika
menghubungkan tubuh dapur magma dan permukaan bumi, dapat
berkembang menjadi bukaan pipa kepundan dan dialiri magma membentuk
gunungapi. Namun, jika tidak menjangkau hingga permukaan maka
membentuk tubuh intrusi dangkal (jika mendekati permukaan bumi) dan
batholit (jika pada kedalaman abisal-hipabisal).
Pada wilayah dekat dengan zona tektonika aktif rekahan tersebut dapat
membentuk pipa kepundan baru (opening new vent) di samping pipa
kepundan lama. Kekar-kekarnya sendiri jika ada energi (gaya) penggerak
aktivasi maka dapat berkembang menjadi sesar yang suatu saat dapat pula
dilalui magma pula. Namun, pada peristiwa yang lain sesar-sesar yang telah
terbentuk dapat tereaktivasi kembali menjadi pipa kepundan yang dapat
dilalui magma secara berulang-ulang dan mengalterasi batuan-batuan di
sampingnya.
Aktivitas gunungapi dapat berlangsung apabila magma dari dapur
magma atau reservoir magma, memiliki kesempatan untuk bergerak melalui
rekahan yang membuka, hingga menjangkau permukaan bumi. Tipe dan
mekanisme aktivitas gunungapi menentukan tipe dan tubuh gunungapinya.
Pada tubuh gunungapi bertipe strato (komposit), aktivitas vulkanik diawali
dengan pembangunan tubuh kerucutnya, dengan geomorfologi berbentuk
20

kerucut dan memiliki pola pengaliran radial atau konsentris. Tubuh kerucut
gunungapi tersebut dibangun oleh material hasil aktivitasnya. Pada tipe
gunungapi MORB (tengah samudera), aktivitasnya membentuk lempeng
baru, yang bersifat menutup rekahan yang ada.
Sejalan dengan proses pemekaran oleh gaya tarik dalam lempeng
membentuk rekahan baru yang berasosiasi dengan sesar-sesar transform.
Aktivitas gunungapi tipe MORB memiliki sifat yang sangat dinamis begitu
pula dengan gunungapi banjir lava (lava flood) pada back arch rifting.
Gunungapi belakang busur dengan tipe komposit (strato) yang umumnya
tidak memiliki dapur magma yang tetap aktivitasnya dicirikan oleh erupsi-
erupsi temporer dengan intensitas yang besar dengan dikontrol oleh tekanan
magmatisme yang besar. Magma asal berasal dari tipe magma primitif K
tinggi miskin silika yang berviskositas rendah.
Karena tidak memiliki dapur magma yang menyuplainya aktivitas
gunungapi ini tidak bersifat periodik erupsinya murni dikontrol oleh gaya
endogen yang sangat besar yang memungkinkan untuk menaikkan bulir-bulir
gelembung magma ke permukaan. Contoh gunungapi ini diduga adalah
Gunung Muria di Jawa Tengah. Sebelumnya telah disebutkan bahwa salah
satu aktivitas ekstrusi gunungapi adalah meletus. Tipe aktivitas inilah yang
banyak memiliki variasi tipenya dengan didasarkan pada tingkat
fragmentasinya dan tipe material yang dilontarkannya. Pada erupsi eksplosif
(meletus) menghasilkan rempah gunungapi, erupsi efusif menghasilkan lava
dan keduanya dapat berlangsung secara silih berganti atau bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai