Anda di halaman 1dari 12

I.

Tujuan
• Memahami prinsip-prinsip dasar analisa sampel dengan GCMS.
• Menjelaskan kembali dan melaporkan hasil percobaan secara ringkas,
sistematis dan akurat.
• Menentukan komposisi asam lemak dalam sampel VCO dengan teknik
analisa GCMS.

II. Prinsip
Sampel yang diinjeksikan ke dalam Kromatografi Gas akan diubah menjadi fasa
uap dan dialirkan melewati kolom kapiler dengan bantuan gas pembawa.
Pemisahan senyawa campuran menjadi senyawa tunggal terjadi berdasarkan
perbedaan sifat kimia dan waktu yang diperlukan bersifat spesifik untuk
masingmasing senyawa.

III. Teori dasar

Kromatografi gas-spektrometer massa (KG-SM) adalah metode yang


mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi
senyawa yang berbeda dalam analisis sampel. Kromatografi gas dan spektometri
masa memilki keunikan masing-masing dimana keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dengan menggabungkan kedua teknik tersebut diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan dalam menganalisis sampel dengan mengambil kelebihan
masing-masing teknik dan meminimalisir kekurangannya. Kromatografi gas dan
spketometer masa dalam banyak hal memiliki banyak kesamaan dalam tekniknya.
Untuk kedua teknik tersebut, sampel yang dibutuhkan dalam bentuk fase uap, dan
keduanya juga sama-sama membutuhkan jumlah sampel yang sedikit ( umumnya
kurang dari 1 ng).
Kromatografi gas dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik analisis yang
mencakup metoda pemisahan dan metoda penentuan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama
dari kromatografi. Di dalam kromatografi di perlukan adanya dua fase yang tidak
saling bercampur, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya (stationary)
merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas
murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut
kolom. Fasa diam dapat berupa suatu zat padat yang ditempatkan di dalam suatu
kolom atau dapat juga berupa cairan terserap (teradsorpsi) berupa lapisan yang
tipis pada butir-butir halus suatu zat padat pendukung (solid support material)
yang di tempatkan di dalam kolom. Fase geraknya (mobile phase) dapat berupa
gas (gas pembawa) yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak
reaktife seperti gas nitrogen atau cairan. Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan
pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan
kadangkadang berupa polimerik.
Awalnya kromatografi gas hanya digunakan dalam analisis gas, tetapi dengan
kemajuan teknologi, kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis bahan cair
dan padat dengan syarat bahwa bahan yang akan dianalisis mudah menguap atau
bisa diderivatisasi terlebih dahulu menjadi bahan yang mudah menguap.
Perkembangan awal kromatografi gas (GC) difokuskan pada kolomnya, yaitu isi
kolom (fasa diam) dan ukuran kolom, sehingga lahirlah kolom kapiler GC.
Perkembangan selanjutnya yaitu penggabungan dari GC kolom kapiler dengan
berbagai jenis detektor yang spesifik, salah satunya adalah penggabungan dengan
spektrometri massa, yang dikenal sebagai GC-MS. Paduan keduanya dapat
menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang
dilengkapi dengan struktur molekulnya dengan memanfaatkan spektrometer
massa sebagai detektor, identifikasi kualitatif menjadi lebih akurat. Karena
melalui detektor ini dapat dihasilkan spektrum massa dari puncak kromatogram
yang dipakai untuk keperluan konfirmasi puncak. Sejak tahun 1960, GC-MS
digunakan secara luas dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis
senyawa organik. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam
mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Sejak saat itu terjadi kenaikan
penggunaan yang sangat besar dari metode ini. Ada dua alasan utama terjadinya
hal tersebut. Pertama adalah telah ditemukannya alat yang dapat menguapkan
hampir semua senyawa organik dan mengionkan uap. Kedua fragmen yang
dihasilkan dari ion dari ion molekul dapat dihubungkan dengan struktrur
molekulnya.

GC-MS singkatan dari “Gas Chromatography-Mass Spectrometry”. Instrumen ini


adalah metode yang mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa
untuk mengidentifikasi senyawa yang berbeda dalam analisis sampel. Hal ini
berarti sampel yang hendak diperiksa dipisahkan dahulu dengan alat GC (Gas
Chromatography) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif.
Kemudian diidentifikasi dengan alat MS (Massa Spectrometer) untuk
menganalisis struktur molekul analit. GC dan MS merupakan kombinasi kekuatan
yang stimulan untuk memisahkan dan mengidentifikasi komponen-komponen
campuran. Dengan menggambungkan kedua teknik tersebut diharapkan mampu
meningkatkan kemamapuan dalam menganalisis sampel dengan mengambil
kelebihan masing-masing teknik dan meminimalisir kekurangannya.
Kromatografi gas dan spektrometer massa dalam banyak hal memiliki
banyak kesamaan dalam tekniknya. Untuk kedua teknik tersebut, sampel yang
dibutuhkan dalam bentuk fase uap, dan keduanya juga sama-sama membutuhkan
jumlah sampel yang sedikit. Disisi lain, kedua teknik tersebut memiliki perbedaan
yang cukup besar yakni pada kondisi operasinya. Senyawa yang terdapat pada
kromatografi gas adalah senyawa yang digunakan untuk sebagai gas pembawa
dalam alat GC dengan tekanan kurang lebih 760 torr, sedangkan spketometer
massa beroperasi pada kondisi vakum dengan kondisi tekanan 10-6 – 10-5 torr.
Campuran yang akan dipisahkan komponen-komponennya, dimasukkan ke
dalam kolom yang mengandung fase diam. Dengan bantuan fase gerak,
komponen. Komponen campuran itu kemudian dibawa bergerak melalui fase
diam di dalam kolom. Perbedaaan antaraksi atau afinitas antara
komponenkomponen campuran itu dengan kedua fase, menyebabkan komponen-
komponen itu bergerak dengan kecepatan berbeda melalui kolom. Akibatnya ada
perbedaan kecepatan (differential migration), komponen-komponen itu terpisah
satu sama lain.

Kromatografi gas atau yang biasa disebut carrier gas digunakan untuk
membawa sample melewati lapisan (bed) material. Karena gas yang bergerak,
maka disebut mobile phase (fasa bergerak), sebaliknya lapisan material yang
diam disebut stationary phase (fasa diam).

Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi
detektor kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di mana
sampel–sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa (tempat injeksi).
Sampel–sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil (mudah
menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat.

Aliran gas selanjutnya menemui kolom, kolom berisi suatu padatan halus
dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam
kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang
berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil
dan nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan
tertentu. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain
detektor. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan antara
dua sisi detektor yang direkam secara elektrik.

Waktu Retensi adalah waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk
bergerak melalui kolom menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi (RT).
Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan pada titik
dimana tampilan menunjukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu.
Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu
retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometer
massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi
molekul terionisasi secara terpisah. Spektrometer massa melakukan hal ini dengan
memecah masing-masing molekul menjadi terionisasi mendeteksi fragmen
menggunakan massa untuk mengisi rasio.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :

• Alat GCMS Shimadzu


• Mikropipet

• Pipet volum
• Beaker glass

• Hot plate

• Botol coklat  Botol KG-SM

Bahan :
• Minyak goreng
• NaOH
• Larutan standar alkana
• Metanol
• BF3 20%
• n-heksan

V. PROSEDURKERJA

• Optimasi Kromatografi

Mengatur suhu kolom dan kecepatan aliran gas pembawa


Larutan salah satu sampel dan standar alkana 1,0 µL diinjekasikan pada berbagai kondisi
kromatografi gas

Hasil kromatogram dari berbagai kondisi diamati dan dipilih kondisi yang memberikan
resolusi puncak analit yang optimum. Kondisi optimum dicapai apabila harga α>1 dan Rs
1-1,5 serta waktu analisis yang singkat.

• Preparasi Sampel

Minyak Goreng Bekas Pakai digunakan sebagai sampel

1 mL Minyak disaponifikasi dengan dimasukkan ke dalam botol coklat kecil, ditambahkan


5 mL NaOH dalam metanol 0,5 N dan dipanaskan di hot plate magnetic stirrer selama 5
menit, lalu di sentrifugasi dan di pisahkan larutan metanol dari endapannya

Hasil saponifikasi Minyak dimasukkan, kemudian tambahkan 1 mL BF 3 20% dalam


metanol. Panaskan diatas penangas air selama 2 menit

2 mL n-heksan ditambahkan dan pemanasan dilanjutkan selama 1 menit

Kemudian disentrifugasi selama 10 menit dan diamkan beberapa saat sampai terbentuk
2 fasa, ambil fasa atas (fasa n-heksan) dan dimasukkan ke dalam botol KG-SM.

 Identisikasi Sampel

Kandungan asam lemak diidentifikasi menggunakan metode KG-SM dibawah kondisi
optimum yang telah ditentukan sebelumnya. Identifikasi dilakukan dengan cara 1,0 µL
sampel diinjeksikan ke dalam injektor
VI. DATA PENGAMATAN

Sampel : Minyak Goreng Habis Pakai

1. Hasil optimasi GCMS


No Kondisi Keterangan
1. Kromatografi Gas

Merk Alat Agilent Technologies type 7890A


Kolom Kolom kapiler HP-5MS, dengan Panjang
30 m, Diameter dalam 250 µm, dan
Ketebalan Lapisan Film 0,25 µm yaitu
5% Phenyl Methyl Silox 325 oC.
Gas Pembawa Helium, dengan tekanan 10,523 psi, dan
kecepatan laju alir 1 mL/menit.
Detektor SM (Spektrometri Massa)
Volume Injeksi 1 µL
Tipe Injeksi Split
Split Rasio 25 : 1

Temperatur Oven 100 oC


Kolom
Suhu Injektor 250 oC

Pengaturan Suhu Mula-mula suhu 100 oC untuk 2 menit,


kemudian dinaikkan 10 oC/ menit sampai
suhu 150 oC ditahan selama 5 menit, lalu
dinaikkan 10 oC / menit sampai 315 oC
dan ditahan selama 10 menit.
Waktu Analisis 38,5 menit

2. Spektrometri Massa

Merk Alat Agilent Technologies type 5975C

Kisaran Massa 50-300

Resolusi 1188

3. Data Base NIST (Natinal Institute of Standards and


Technology) dan WILLEY

a. Kromatogram standar alkana


Waktu Nilai Harga
No Nama Alkana Retensi Karbon Selektifitas Resolusi

1 Undecana 4,513 C11 1,202 9,110

2 Dodecana 5,424 C12 1,248 13,430

3 Tridecana 6,767 C13 1,216 14,640

4 Tetradecana 8,231 C14 1,245 13,467

5 Pentadecana 10,251 C15 1,272 13,935

6 Hexadecana 13,038 C16 1,167 12,434

7 Heptadecana 15,214 C17 1,109 13,304

8 Octadecana 16,877 C18 1,081 9,160

9 Nonadecana 18,251 C19 1,065 7,953

10 Eicosana 19,444 C20 1,055 6,120


11 Heneicosana 20,515 C21 1,048 5,600

12 Pentacosana 24,363 C25 1,051 9,984

13 Hexatrieicosana 26,330 C36 1,026 3,966

b. Harga selektifitas dan resolusi standar alkane

2. Hasil identifikasi sampel dengan GCMS

c. Kromatogram sampel minyak goreng habis pakai

No Asam Lemak %Area


1 Asam Oleat 47,29%
2 Asam Palmitat 30,77%
3 Asam Linoleat 12,99%
4 Asam Palmitoleinat 3,17%
5 Asam Stearat 5,81%
d. 5 jenis asam lemak terbanyak di minyak goreng habis pakai

3. Hasil Pengamatan dibandingkan dengan library


c. Kromatogram senyawa ke 1

d. Spektogram masa senyawa ke 1


e. Spektogram masa pada library menunjukan kemiripan senyawa ke 1 dengan asam
oleat

f. Kromatogram senyawa ke 2

g. Spektogram masa senyawa ke 2

h. Spektogram masa pada library menunjukkan kemiripan dengan asam palmitat

i. Kromatogram senyawa ke 3

j. Spektogram masa senyawa ke 3


k. Spektogram masa pada library menunjukan kemiripan dengan asam linoleat

l. Kromatogram senyawa ke 4

m. Spektogram masa senyawa ke 4

n. Spektogram masa pada library menunjukkan kemiripan dengan asam palmitoleinat

o. Kromatogram senyawa ke 5
p. Spektogram masa senyawa ke 5

q. Spektogram masa pada library menunjukan kemiripan dengan asam stearat


VII. PEMBAHASAN

Kromatografi gas-spektrometri massa atau dikenal dengan GC-MS adalah metode


kombinasi antara kromatografi gas dan spektrometri massa yang bertujuan untuk
menganalisis berbagai senyawa dalam suatu sampel. Memiliki prinsip yaitu Pemisahan
senyawa berdasarkan perbedaan titik didih. Kromatografi gas merupakan salah satu teknik
kromatografi yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas biasa digunakan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga
menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Sedangkan Spektrometri massa
adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan
massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit
melingkarnya dalam medan magnetik seragam.
Pada praktikum kali ini, Analisis komposisi asam lemak pada sampel minyak bekas
habis pakai dilakukan dengan menggunakan teknik Gas Chromatography dan detector Mass
Spectrometry (GC-MS). Dasar dari analisa kualitatif adalah waktu retensi dari senyawa yang
diinjeksikan. Kromatogram hasil analisis sampel minyak bekas habis pakai. Keberhasilan
kromatografi antara lain dipengaruhi oleh kondisi operasi GC yang ditentukan oleh suhu,
tekanan, konsentrasi fase gerak dan dimensi kolom. Selain itu juga dipengaruhi oleh
ketepatan pemilihan fase diam dan fase gerak. Pada analisis sampel minyak habis pakai
dengan GC-MS ini menggunakan fase erak berupa gas dan fase diam berupa liquid yang
diadsorbsikan pada padatan (berupa silika). Fase gerak yang digunakan adalah gas helium
(He) dengan tekanan 10,523 psi, dan kecepatan laju alir 1 mL/menit. Karena gas ini bersifat
inert, murni,tidak mudah terbakar, dan mempunyai konduktifitas panas tinggi. .Pada
penggunaan suhu mula-mula suhu 100 C untuk 2 menit, kemudian dinaikan 10 C ditahan
selama 5 menit sampai suhu 150 C ditahan selama 5 menit, lalu dinaikan 10 C / menit
sampai 315 C dan ditahan selama 10 menit. Pada kolom kapiler HP-5MS, dengan panjang
30 m, Diameter dalam 250 micrometer, dan ketebalan lapisan Film 0,25 micrometer yaitu 5%
phenyl Methyl silox 325 C. Detektor yang digunakan adalah Mass-Spectrometer (MS).
Detektor ini mengidentifikasi ion molekul dan fragmentasinya. Ion molekul dapat terbentuk
karena adannya elektron yang ditembakkan sumber elektron dan menabrak senyawa hasil
separasi GC. Ion molekul dapat terfragmentasi dengan pola fragmentasi tertentu. Ion molekul
dan fragmen ionnya akan bergerak melalui analyzer. Pemisahan berdasarkan massa ionnya
terjadi didalam analyzer Ion yang memiliki massa lebih kecil akan bergerak lebih dahulu,
sehingga ion ini akan terdeteksi terlebih dahulu oleh detektor. Ion molekul memiliki massa
yang paling besar sehingga ion molekul akan terdeteksi terakhir. Spektrum massa ion
molekul terletak pada bagian akhir spektrum massa. Ion molekul telah mengalami
fragmentasi sehingga % abundance dari ion molekul dapat lebih kecil dari fragmen ionnya.
Analisis dengan menggunakan GC dan detektor MS umumnya akan menghasilkan ion-ion
bermuatan positif. Hasil analisis spektrum massa kromatogram dan fragmentasi sampel
minyak habis pakai dapat dilihat pada hasil pengamatan.
Hasil pengamatan dari data kromatogram sampel minyak habis pakai didapatkan asam
lemak terbanyak yaitu asam oleat 47,29 %, asam palmitat 30,77 %, asam linoleat 12,99 %,
asam palmitoleinat 3,17 %, dan asam stearat 5,81 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat
dilihat bahwa kromatogram hasil analisis sampel minyak habis pakai menggunakan GC-MS
memperlihatkan peak yang belum runcing (kurang ideal). Spektrogram massa pada Library
menunjukan kemiripan senyawa 1 dengan asam oleat, Spektrogram massa pada Library
menunjukan kemiripan senyawa 2 dengan asam palmitat, Spektrogram massa pada Library
menunjukan kemiripan senyawa 3 dengan asam linoleat, Spektrogram massa pada Library
menunjukan kemiripan senyawa 4 dengan senyawa palmitoleinat, Spektrogram massa pada
Library menunjukan kemiripan senyawa 5 dengan asam stearate.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa :
1. Prinsip mendasar paada praktikum kali ini adlah Pemisahan senyawa campuran
menjadi senyawa tunggal terjadi berdasarkan perbedaan sifat kimia dan waktu yang
diperlukan bersifat spesifik untuk masing-masing senyawa atau bisa juga di sebut
sebagai pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik ddidih.
2. Hasil yang di dapatkan dari kromatografi sampel minyak habis pakai : yaitu asam
oleat 47,29 %, asam palmitat 30,77 %, asam linoleat 12,99 %, asam palmitoleinat 3,17
%, dan asam stearat 5,81 %.
3. Peak yang di dapatkan dari kromatogram analisis sampel minyk habis pakai
mengunakan GC-MS (Kromatografi Gas – Spektrofotometri Massa).
4. Spectrogram masa pada library menunjukan kemiripan kemiripan, pada senyawa 1
menunjukan kemiripan dengan oleat, pada senyawa 2 memiliki kemiripan dengan
asam palmitat, pada senyawa 3 menunjukan kemiripan dengan asam linoleat, pada
senyawa 4 menunjukan kemiripan dengan senywa palmitolenat dan pada senywa 5
menunjukan hasil kemiripan dengan asam stearete

IX. DAFTAR PUSTAKA


• Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty.
• Sumarno. 2001. Teori Dasar Metode Kromatografi Untuk Analisis
Makanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
• Khopkar. 1985. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia.
• Adesalu, T.A., Temenu, T.O. dan Julius M.L. 2016. Molecular
Characterization, Lipid Analysis and GC-MS Determination of
Bioactive Compound Indentified in a West Affricant Strain of the
Green Alga Oedogonium (Chlorophyta). Journal of Pharmacognosy
and Phytochemistry, 5 (6): 01-06.

Anda mungkin juga menyukai