Toilet training adalah bentuk pelatihan kepada anak agar dapat buang air besar (BAB) dan
buang air kecil (BAK) pada tempatnya. Meski terkesan mudah, sebenarnya tidaklah demikian.
Dalam menerapkan cara melatih anak toilet training, diperlukan proses dan kesabaran dari
orang tua atau pengasuh. Sebab proses pembelajaran toilet training berbeda antara satu anak
dengan yang lainnya. Ada anak yang siap lebih cepat, ada pula anak yang siap lebih lambat.
Apa pun alasannya, orang tua tidak perlu membandingkan anak dengan anak lainnya atau
saudaranya. Berikut cara mengajarkan anak toilet training yang bisa Anda coba:
1. Ketahui Tahapan yang Harus Dilalui Anak Ketika Ingin BAB atau BAK
Cara melatih anak toilet training yang paling penting adalah mengetahui terlebih dahulu
tahapan anak ketika ia ingin BAB atau BAK, seperti berikut ini:
Anak harus merasakan adanya tekanan di kandung kemih atau rasa mulas.
Anak harus menghubungkan perasaan itu dengan apa yang terjadi di dalam tubuhnya.
Anak belajar menanggapi tanda-tanda itu dengan ‘berlari’ menuju kloset atau pispot.
Sesampainya di sana, ia harus tahu bagaimana cara melepas pakaiannya, cara
memposisikan dirinya secara nyaman di pispot atau kloset, dan cara menahan
keinginan ini.
Itulah sebabnya toilet training biasanya dimulai pada anak lebih dari 2 tahun. Pada anak-
anak dengan kondisi khusus, misalnya ada keterlambatan perkembangan, maka toilet
training dapat dimulai lebih lambat.
Cara mengajarkan anak toilet training dapat dilakukan setelah anak menunjukkan tanda siap
memulainya. Tanda-tanda anak siap untuk toilet training, antara lain:
Meniru cara Anda menggunakan toilet.
Mengutarakan keinginan untuk BAB dan BAK secara lisan.
Mengerti perintah sederhana.
Mulai mendorong celana/popok sampai lepas ketika basah atau kotor.
Duduk di atas pispot atau kloset.
Tidak BAB atau BAK di celana/popok setidaknya selama dua hingga tiga jam.
Mengamati alat kelaminnya.
Amati pula tanda bahwa ia merasakan tekanan di dalam kandung kemih atau usus, seperti
berjongkok, memegang celana/popok, menyilangkan kaki, wajah tampak sedang mengejan
atau menyeringai, dan berlari ke sudut ruangan atau bersembunyi di belakang kursi.
Tidak hanya anak, Anda juga harus siap melatih anak toilet training. Jadi, cara melatih
anak toilet training bisa dilakukan dengan memilih waktu yang tepat untuk memulainya.
Anda dapat mulai mengajari ketika tidak disibukkan dengan urusan lain atau hal-hal yang
menghambat, seperti:
Langkah berikutnya adalah mengajarkan anak untuk mengutarakan keinginan BAB dan BAK
dengan bahasa yang mudah diucapkan. Misalnya, dengan bilang ‘pipis’ dan ‘pup’.
Sebelumnya, tentunya Anda harus menjelaskan kepada anak apa itu BAK dan BAB saat ia
melakukannya. Proses ini akan dimengerti oleh anak secara bertahap. Jadi, kesabaran
orang tua adalah kunci utama keberhasilan.
Pada proses pembelajaran, gunakan pispot atau potty seat (dudukan kloset) khusus anak
sebagai langkah awal cara mengajarkan toilet training pada anak.
Jadi, ketika anak ingin BAB atau BAK, beri tahu bahwa ia dapat BAK dan BAB di pispot
atau potty seat tersebut. Beritahukan juga dimana Anda meletakkannya sehingga anak
mengetahui kemana arah yang harus dituju jika ia ingin BAB dan BAK.
7. Ajari Anak Hubungan Antara Rasa Ingin BAB atau BAK dan Pergi ke Toilet
Pada awal proses, hal ini tidak akan langsung berhasil. Ada kalanya anak baru mengatakan
‘pipis’ setelah ia basah di luar toilet.
Nah, jika terjadi hal seperti ini, orang tua tidak boleh marah. Jelaskan kembali kepada anak
bahwa tempat BAB dan BAK adalah di toilet.
Normalnya, anak akan BAK tiap 2-3 jam sekali. Nah, agar tidak lupa, Anda dapat
menyetelnya alarm tiap 2 jam. Ketika alarm berbunyi, bawa anak ke toilet untuk buang air.
Lama kelamaan, hal tersebut akan membuatnya terbiasa untuk BAB dan BAK di toilet.
Biasakan pula agar anak BAK setiap sebelum dan setelah bangun tidur siang maupun
malam. Jadi, cara mengajarkan anak toilet training yang satu ini bisa Anda coba.
Walaupun terkesan sepele, menggunakan celana yang tepat sangat penting sebagai salah
satu cara melatih anak toilet training. Berikan anak celana berkaret longgar atau training
pants yang dirancang khusus untuk toilet training.
Pemberian celana yang mudah dilepas ditujukan agar anak tidak kesulitan untuk melepas
celana tersebut jika ia kebelet ingin BAK atau BAB.
10. Ajari Anak untuk Membasuh, Menyiram, Mengenakan Celana, dan Mencuci Tangan
Ajari anak cara membasuh alat kelamin yang benar sejak dini, yaitu dari arah depan ke
belakang. Ajari pula anak untuk selalu menyiram kloset/pispot dan mencuci tangannya
setiap selesai BAB atau BAk.
Cara melatih anak toilet training ini bertujuan untuk mencegah kuman yang menyebabkan
penyakit infeksi. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa anak baru dapat melakukan ini di sekitar
usia 4-5 tahun.
Berikan pujian ketika anak berhasil tidak BAB atau BAK di celana. Jangan pula menghukum
jika ia belum bisa melakukannya. Berikan aura positif dan menyenangkan saat menerapkan
cara mengajarkan toilet training pada anak.
Anak dapat mengalami gangguan emosional yang serius jika Anda marah atau menghukum
saat ia gagal atau belum mampu BAB/ BAK pada tempatnya.
Nah, kini Anda telah mengetahui cara mengajarkan anak toilet training. Jika anak belum mau
dilatih, jangan dipaksakan karena hal tersebut akan berujung stres bagi Anda dan anak.
Tujuan toilet training pun malah tidak tercapai. Selamat mencoba!