Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN GNA (GLOMERULONEFRITIS AKUT)

OLEH: KELOMPOK III (KELAS B14-B)

1. I Wayan Adi Santiawan 213221251


2. Ni Putu Eny Suryantini 213221252
3. Dewa Ayu Yustin Arvanita 213221253
4. Ni Nyoman Sekarini 213221254
5. NI Ketut Wiratsari 213221255
6. Ni Ketut Darmawati 213221256

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN

STIKES
WIRAMEDIKA
DENPAS
AR 2021
Latar Belakang

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal


tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa
kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada
struktur ginjal yang lain.

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.


Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria atau hematuria. Meskipun lesi utama pada glomerulus, tetapi
seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan sehingga terjadi
gagal ginjal mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit
yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang
diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi,
meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk
glomerulonefritis.

Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit


glomerulonefritis telah menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap
tahunnya. Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang
dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat
di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%),
Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut)


atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak
menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata,
kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuhspontan,10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.
A. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di daerah abdomen,
retroperitoneal antara vertebra lumbal 1 dan 4. Pada neonatus kadang-
kadang dapat diraba. Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal
terdiri dari 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di
korteks dan puncaknya yang disebut papilla bermuara di kaliks minor. Pada
daerah korteks terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan
distal.

Panjang dan beratnya bervariasi yaitu ±6 cm dan 24 gram pada bayi


lahir cukup bulan, sampai 12 cm atau lebih dari 150 gram. Pada janin
permukaan ginjal tidak rata, berlobus-lobus yang kemudian akan
menghilang dengan bertambahnya umur.

GambarError!
Notextofspecifiedstyleindocument.-1Anatomi
Ginjal
Tiap ginjal mengandung ± 1 juta nefron (glomerulus dan tubulus yang
berhubungan dengannya ). Pada manusia, pembentukan nefron selesai
pada janin 35 minggu. Nefron baru tidak dibentuk lagi setelah lahir.
Perkembangan selanjutnya adalah hipertrofi dan hiperplasia struktur yang
sudah ada disertai maturasi fungsional.
Tiap nefron terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman, tubulus
proksimal, anse henle dan tubulus distal. Glomerulus bersama denga
kapsula bowman juga disebut badan malphigi. Meskipun ultrafiltrasi
plasma terjadi di glumelorus tetapi peranan tubulus dalam pembentukan
urine tidak kalah pentingnya

Gambar – 2 Perdarahan pada ginjal


B. Fungsi Ginjal
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi
cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan
ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi
tubulus. Fungsi utama ginjal terbagi menjadi :
1. Fungsi ekskresi
• Mempertahankan osmolalitas plasma
sekitar 285 mOsmol dengan mengubah
ekskresi air.
• Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk
kembali HCO3ˉ.
• Mempertahankan kadar masing-masing
elektrolit plasma dalam rentang normal.
• Mengekskresikan produk akhir nitrogen dan
metabolisme protein terutama urea, asam urat dan
kreatinin.
2. Fungsi non ekskresi
• Menghasilkan renin yang penting untuk mengatur tekanan
darah.
• Menghasilkan eritropoietin yaitu suatu faktor yang
penting dalam stimulasi produk sel darah merah
oleh sumsum tulang.
• Memetabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
• Degradasi insulin.
• Menghasilkan prostaglandin

Fungsi dasar nefron adalah membersihkan atau menjernihkan


plasma darah dan substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah
melalui ginjal. Substansi yang paling penting untuk dibersihkan adalah
hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain.
Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung
untuk berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan.
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang
tidak diperlukan dalam tubuh adalah :
a. Nefron menyaring sebagian besar plasma di dalam
glomerulus yang akan menghasilkan cairan filtrasi.
b. Jika cairan filtrasi ini mengalir melalui tubulus,
substansi yang tidak diperlukan tidak akan
direabsorpsi sedangkan substansi yang diperlukan
direabsorpsi kembali ke dalam plasma dan kapiler
peritubulus.

Mekanisme kerja nefron yang lain dalam membersihkan plasma dan


substansi yang tidak diperlukan tubuh adalah sekresi. Substansi-
substansi yang tidak diperlukan tubuh akan disekresi dan plasma
langsung melewati sel- sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan
tubulus. Jadi urine yang akhirnya terbentuk terdiri dari bagian utama
berupa substansi-substansi yang difiltrasi dan juga sebagian kecil
substansi-substansi yang disekresi.

C. Definisi
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi
dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme
imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan
adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.

Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut


post sterptokokus (GNAPS) adalah penyakit ginjal non-infeksius yang
paling umum pada masa kanak-kanak. Glomerulonefritis akut ini
mempengaruhi glomkerulus dan filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi
natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi
terhadap infeksi streptococcus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka
panjang pada sistem ginjal (Kathleen 2008).
D. Epidemiologi
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering
pada golongan umur 6-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi
lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun.
Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki
dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki
dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan
dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan
prevelansi penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada
orang yang sosial ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat
tinggalnya tidak sehat.
E. Etiologi
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus
timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan
oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25,
49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit 8-14
hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala klinis. Infeksi kuman
streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%. Streptococcus
ini dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan
bahwa :
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
Streptococcuss. Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi
yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus,
penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus,
Sterptoccocus Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma
Pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhi dll
2. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus,
parvovirus, influenza, parotitis epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma

F. Manifestasi Klinis
Lebih dari 50 % kasus GNA adalah asimtomatik. Kasus klasik atau
tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok
dua minggu mendahului timbulnya sembab. Periode laten rata-rata 10
atau 21 hari setelah infeksi tenggorok atau kulit (Nelson, 2000).
1. Riwayat infeksi pada tenggorokan atau kulit sebelumnya. Pada
beberapa kasus, penderita sering tidak menyadari atau
adanya infeksi pada tenggorokan atau kulit sebelumnya
2. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
Darah pada urin dapat bersifat makroskopik dan mikroskopik.
Pada makroskopik dapat langsung terlihat dengan mata
telanjang, di mana urin berwarna merah hingga kecoklatan
sedangkan pada mikroskopik tidak dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang dan urin tampak normal sehingga
membutuhkan bantuan mikroskop. Pada beberapa kasus dapat
hingga menyebabkan anemia atau kekurangan sel darah
merah.
3. Proteinuria (protein dalam urine)
Terdapat protein pada urin sehingga urin dapat tampak keruh
dan berbusa. Karena protein keluar melalui urin maka kadar
protein di dalam darah menjadi rendah.
4. Bengkak pada tubuh. Umumnya paling sering terlihat pada
daerah kelopak mata lalu ke wajah dan seluruh tubuh. Bengkak
pada tubuh dapat hilang timbul sehingga sering kali tidak
disadari oleh penderita . Misalnya pada pagi hari terjadi
bengkak di kelopak mata, siangnya bengkak hilang dan sorenya
ditemukan pada kaki karena penderita sering berdiri. Karena
bengkak sering ditemukan pada kelopak mata, seringkali
penderita mengira matanya mengalami kelainan.
5. Oliguria (keluaran urine berkurang)
6. Nyeri panggul
7. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari,
kemudian menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari
(edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak
mengenal anak dengan baik).
8. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat
terjadi tinggi sekali pada hari pertama.
9. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari
pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama
juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan
darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi
permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik
(Sekarwana, 2001).

10. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak


nafsu makan, dan diare.
11. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala,
kejang dan kesadaran menurun.
12. Fatigue (keletihan atau kelelahan)

G. Patofisiologi
Pada GNAPS terjadi reaksi inflamasi pada glomerulus yang
menyebabkan filtrasi glomeruli berkurang, sedangkan aliran darah ke
ginjal biasanya normal. Hal tersebut akan menyebabkan filtrasi fraksi
berkurang sampai 1%. Keadaan ini akan menyebabkan reabsorbsi di
tubulus proksimalis berkurang yang akan mengakibatkan tubulus distalis

meningkatkan proses reabsorbsinya termasuk Na, sehingga menyebabkan


retensi Na dan H2O.

Penelitian- penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa retensi Na


dan H2O didukung oleh keadaan berikut ini :

1. Faktor-faktor endhothelial dan mesangial yang dilepaskan oleh


proses radang di glomerulus
2. Overexpressiondari epithelialsodiumchannel
3. Sel-sel radang interstial yang meningkatkan aktivitas
angiotensin intrarenal
Faktor-faktor inilah secara keseluruhan menyebabkan retensi Na dan
H2O, sehingga dapat menyebabkan edema dan hipertensi. Efek proteinuria

yang terjadi pada GNAPS tidak sampai menyebabkan edema lebih berat,
karena hormone- hormon yang mengarue ekspansi cairan ekstraseluler
seperti renin angiotensin, aldosterone dan anti diuretik hormone (ADH)
tidak meningkat. Edema yang berat dapat terjadi pada GNAPS bila ketiga
hormone meningkat.
Paska infeksi streptococcus
Pelepasan material
beta- hemolitiks
dari organism
groupeke
A minggu
dalam sirkulasi
Pembentuk Reaksi
an antibody antigen dan
antibody
Pathw

Respon peradangan (kerusakan jaringan glomerulus)

Kompleks imun ditumpuk dalam endothelium dan epitel

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yang khusus yang memengaruhi
penyembuhan kelainan di glomerulus.

a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8


minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4
minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.

b. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak


memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman
penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.
Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.

c. Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg


BB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan
pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu
normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD
dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila
ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema, hipertensi dan
oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus
dibatasi.

d. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,


pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi dieresis
5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat parenteral tidak
dianjurkan lagikarena member efek toksis.

e. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus


dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan sebagainya.

f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi


akhir- akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena
(1mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

g. Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen

2. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk
mencegah penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang
tidak terdapat tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling
sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat
diruah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi,
diet, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai penyakit.

Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu
dari fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama
protein sebagai ureum, juga kalium, fosfat, asam urat, dan
sebagainya. Karena terjadi kerusakan pada glumerolus (yang
merupakan reaksi autoimun terhadap adanya infeksi streptococcus
ekstrarenal) menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus dan
mengakibatkan sisa-sia metabolism tidak dapat diekskresikan maka
di dalam darah terdapat ureum, dan lainnya lagi yang disebutkan di
atass meninggi. Tetapi tubulus karena tidak terganggu maka terjadi
penyerapan kembali air dan ion natrium yang mengakibatkan
banyaknya urine berkurang, dan terjadilah oliguria sampai anuria.

Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan


pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine,
dan foto radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur
banyaknya dan berat jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus
(catatan pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam 24 jam jumlah
urine kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat
penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena
selain tidak sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam
ruangan. Penampung urine harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket
selain “nama” juga jam dan tanggal mulai urine ditampung. Hati-hati
jika ada nama yang sama jangan tertukar; tuliskan juga nomor tempat
tidur atau nomor register pasien.

Tempat penampung urine harus dicuci bersih setiap hari; bila


terdapat endapan yang sukar digosok pergunakan asam cuka,
caranya merendamkan dahulu beberapa saat baru kemudian digosok
pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis di samping obat-
obatan pasin diberikan minum air putih dan dianjurkan agar anak
banyak minum (ad libitum) kecuali jika banyaknya urine kurang dari
200 ml. berapa banyak pasien dapat menghabiskanminum air supaya
dicatat pada catatan khusus dan dijimlahkan selama 24 jam. Kepada
pasien yang sudah mengerti sbelum mulai pencatatan
pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus diterangkaan dahulu
mengapa ia harus banyak minum air putih dan mengapa air kemih
harus ditampung. Jika anak akan buang air besar supaya sebelumnya
berkemih dahulu ditempat penampungan urine baru ke WC atau
sebelumnya gunakan pot lainnya. Dengan demikian bahwa
banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan urine pada hari
itu.

Resiko terjadi komplikasi. Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis


menyebabkan produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia,
hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagal
ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya mendapatkan
pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium dapat
menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan
terjadinya efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran
jantung. Jika keadaan tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung.
Keadaan uremia yang makin menngkat akan menimbulkan keracunan
pada otak yang biasanya ditandai dengan adanya gejala hipertensif
ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah, kesadaran
menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala
komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan:
a. Istirahat
b. Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing
c. Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu
apakah pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
d. Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan
tunggu sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering
terjadi obat tidak diminum dan disimpan di bawah bantal pasien).
Jika hal itu terjadi penyembuhan tidak seperti yang diharapkan.
e. Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg
BB/hari dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-
60 mg% protein diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah garam.
Jika pasien tidak mau makan karena merasa mual atau ingin
muntah atau muntah-muntah segera hubungi dokter, siapkan
keperluan infuse dengan cairan yang biasa dipergunakan ialah
glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika infuse
diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau
tekanan darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi
yang telah dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja
jantung.
f. Gangguan rasa aman dan nyaman.
g. Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar
sering kontak dan berkomunikasi dengan pasien akan
menyenangkan pasien.. agar pasien tidak bosan pasien dibolehkan
duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya membaca buku
(anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain
dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai
h. perawat kita juga harus mendampingi/mengajak bermain dengan
pasien yang memerlukan hiburan agar tidak bosan.
i. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
j. Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien
adalah:
k. Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan
atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke
dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan
pengobatan yang tepat dan cepat.
l. Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat dirumah
sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya
misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan
biaya yangcukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia
keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan
mengenai perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum anak
selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan
penyakit anaknya)
m. Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat
cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum
boleh mengikuti kegiatan olahraga.

I. Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.
Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria
atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila
hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di
perlukan.

2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum


karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan
penglihatan, pusing, muntah dan kejang- kejang. Ini disebabkan
spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema
otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki
basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah
yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping
sintesis eritropoetik yang menurun.
5. Gagal ginjal akut
6. Gagal jantung
7. Edema paru

Jangka Panjang:
1. Abnormalitas urinalisis (microhematuria)
2. Gagal ginjal kronik
3. Sindrom nefrotik

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Genitourinaria
• Urine berwarna coklat
• Proteinurea
• Peningkatan berat jenis urine
• Penurunan haluaran urin
b. Kardio vascular
• Hipertensi ringan
c. Gastro intestinal
• Anoreksia
• Muntah
• Diare
d. Neurologis
• Letargi
• Iritabilitas
• Kejang
e. Mata, telinga , hidung, dan tenggorokan
• Edema periorbital sedang
f. Hematologis
• Anemia sementara
• Azotemia
• Hiperkalemia
g. Integument
• Pucat
• Edema menyeluruh
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan
dengan retensi air dan hipernatremia
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan
e. resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilitas dan edema
f. ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat
inapanak dirumah sakit
g. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan
pemahaman intruksi perawatan dirumah
3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan serebral yang
berhubungandengan retensi air dan hypernatremia.
Hasil yang diharapkan : anak memiliki perfusi jaringan
normal yang ditandai oleh TD normal, penurunan retensi
cairan, dan tidak ada tanda hipernatremia.
Intervensi:
1) Pantau dan catat TD anak setiap 1-2 jam selama fase
akut Rasional : pemantauan sering memungkinkan
deteksi dini, dan penanganan segera terhadap TD anak
2) Lakukan tindakan kewaspadaan berikut ini:
• pertahankan jalan napas melalui mulut dan
letakkan peralatan penghisap disisi tempat tidur anak
• Sematkan tanda diatas tempat tidur anak dan pada
pintu, berisi peringatan tentang status kejang anak
yang ditujukanuntuk petugas kesehatan
Rasional :
Melakukan tindak kewaspadaan bila terjadi kejang dapat
mencegah cedera selama episode serangan kejang.
Kendati tidak umum pada glomerulusnefritis akut, kejang
dapat terjadi akibat kurang perfusi oksigen ke otak

3) Beri obat anti-hipetensi, misalnya hidralazin hidroksida


(Aprisonilene) sesuai program. Pantau anak untuk adanya
efek samping.
Rasional:
Pemberian obat anti hipertensi dapat diprogramkan,
karena hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan
kerusakan ginjal. Kendati penyebab persis hipertensi
tidakdiketahui, hipertensi mungkin berhubungan dengan
kelebihan beban cairan didalam sistem sirkulasi.
4) Pantau status volume cairan anak setiap 1 -2 jam. Pantau
haluaran urineF ; haluaran harus 1-2ml/kg/jam.
Rasional :
Pemantauan sangat penting dilakukan, karena
penambahan volume lebih lanjut akan meningkatkan TD.
5) Kaji status neurologis anak (tingkat kesadaran,
reflek dan respon pupil) setiap 8 jam. Beritahu dokter
segera setiapada perubahan signifikan pada status anak
Rasional :
pengkajian yang sering memungkinkan deteksi dini dan
terapi yang memadai untuk setiap perubahan status
neurologi anak.
6) Beri obat diuretic misalnya hidroklorotiazi
(esidrix) atau puromesid (lasix) sesuai program. Rasional
: diuretik meningkatkan ekskresi cairan.

b. Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan yang berhubungan


dengan oliguria Hasilyangdiharapkan: anak dapat
mempertahankan volume cairannormal yang ditandai oleh
haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam Intervensi
1) timbang berat badan anak setiap hari, dan pantau
haluaran urine setiap 4 jam.

Rasional:
menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan
haluaran urine yang sering, memungkinkan deteksi dini
dan terapi yang tepat terhadap perubahan yang terjadi
pada status cairan anak. Kenaikan berat badan yang
cepat mengindikasikanretensi cairan. Penurunan haluaran
urin dapat mengindikasikan ancaman gagal ginjal.
2) kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen
setiap 8 jam, dan (untuk anak laki-laki periksa
pembengkakan pada skrotum) rasional :
pengkajian dan pengukuran yang sering memungkinkan
deteksi dini dan pemberian terapi yang tepat terhadap
setiap perubahan kondisi anak.
=ingkar abdomen yang bertambah dan pembengkakan
pada skrotum biasanya mengindikasikan asites.
3) pantau anak dengan cermat untuk melihat efek
samping pemberian terapi diuretik, khususnya ketika
menggunakan hidroklorotizid atau furosemid.
Rasional :
obat-obatan diuretik dapat menyebabkan
hipokalemiasehingga membutuhkan pemberian suplemen
kalium per intravena.
4) p a nt a u da n c a t at asu pan c a i r an a nak .
Rasional : anak membutuhkan pembatasan asupan cairan
akibat retensi cairan dan penurunan laju filtrasi
glomerulus, ia juga membutuhkan retriksi asupan natrium.
5) Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak.
Rasional : urine yang berbusa mengindikasikan
peningkatan deplesi protein, suatu tanda kerusakan
fungsi ginjal.
6) Pantau semua hasil uji laboratorium yang di
programkan. Rasional : peningkatan kadar nitrogen urea
darah dan kreatinin dapat mengindikasikan kerusakan
fungsi ginjal.

c. Diagnosa 3 :Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


yang berhubungan dengan anoreksia
Hasilyangdiharapkan : anak akan mengalami peningkatan
asupan nutrisi yang ditandai oleh makan sekuran-kurangnya 80
% porsi setiap kali makan.
Intervensi:
1) Beri diit tinggi karbohidrat :
Rasional:
diet tinggi karbohidrat biasanya terasa lebih lesat dan
member kalori esensial bagi anak.
2) Beri makanan porsi kecil dalam frekuensi sering,
yang mencakup beberapa makanan favorit anak. Rasional
: menyediakan makanan dalam porsi yang lebih kecil,
untuk satu kali makan tidak akan membebani anak
sehingga mendorongnya makan lebih banyak setiap kali
anak duduk. Dengan memberI anak makanan favoritnya,
akan memastikan iamengkonsumsi setiap
porsi makanan lebih banyak.
3) Batasi asupan natrium dan protein anak sesuai
program. Rasional :
karena natrium dapat menyebabkan retensi cairan,
biasanya natrium dibatasi dengan gangguan ini. pada
kasus-kasus berat, ginjal tidak mampu memetabolisasi
protein sehingga membutuhkan retriksi protein.

d. Diagnosa 4 : intoleran aktivitas yang berhubungan dengan


kelelahan
Hasil yang diharapkan :anak akan mengalami peningkatan
toleransi beraktivitas yang ditandai oleh kemampuan
bermain dalam waktu yang lama.
Intervensi:
1) Jadwalkankan periode istirahat untuk setiap
kali beraktivitas.

Rasional:

periode istirahat yang sering dapat menyimpan energy


dan mengurangi produksi sisa metabolic yang dapat
membebani kerja ginjal lebih lanjut.
2) sediakan permainan yang tenang, menantang dan sesuai
usia. Rasional : permainan yang demikian dapat
menyimpan energy tetapi mencegah kebosanan.
3) Kelompokan asuhan keperawatan anak untuk
memungkinkan anak tidur tanpa gangguan dimalam hari.
Rasional :mengelompokkan pemberian asuhan
kepera*atan, membantu anak tidur sesuai dengan
kebutuhan.
e. Diagnosa 5:Resiko kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan imobilitas dan edema.
Hasil yang diharapkan : anak akan mempertahankan
integritas kulit normal, yang ditandai oleh warna kulit
kemerah mudaan, dan tidak ada kemerahan, edema, serta
kerusakan kulit
Intervensi:
1) Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak.

Rasional :
matras busa berlekuk mengatasi bagian-bagian tulang
yang menonjol sehingga mengurangi resiko kerusakan
kulit.
2) Ba nt u an ak me nguba h p os is i s e t iap 2 jam.
Rasional : mengganti posisi dengan sering
dapat mengurangi tekanan pada area kapiler dan
meningkatkan sirkulasi sehinggamengurangi resiko
kerusakan kulit.
3) mandikan anak setiap hari, menggunakan sabun yang
mengandung lemak tinggi
rasional : deodorant dan sabun yang mengandung parfum
dapat mengeringkan kulit sehingga mengakibatkan
kerusakan kulit.
4) topang dan tinggikan ekstremitas yang mengalami
edema.
mengurangi pembengkakan.
5) pada anak laki- laki, letakkan bantalan sekitar skrotumnya
rasional :
pemberian bantalan dapat mencegah kerusakan kulit.

f. Diagnosa 6 : ansietas (orang tua) yang


berhubungan dengan rawat inap anak dirumah
sakit
Hasil yang diharapkan : orang tua akan mengalami
penurunan rasa cemasyang ditandai
oleh pengungkapan
ketakutan mereka, dan pemahaman tentang kondisi anak.
Intervensi:
1) d e nga r ka n s et ia p ke k ha wa t i r an o r an g t u a .
Rasional :
mendengar dapat member dukungan selama stress.
2) jelaskan semua prosedur kepada orang tua, dan
libatkan mereka dalam diskusi tentang perawatan anak.
Rasional :
dengan terus mempertahankan orang tua agar tetap
memperoleh informasi, dan melibatkan mereka dalam
diskusi tentang perawatan anak, dapat mengembangkan
kemampuan kontrol sehingga mengurangi
kecemasan.
3) rujuk orang tua ke kelompok pendukung yang tepat, jika
dibutuhkan.
Rasional :
kelompok pendukung memberi wacana bagi orang tua
untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran.

g. Diagnosa 7 : defisit pengetahuan yang berhubungan


denganpemahaman intruksi perawatan dirumah.

Hasil yang diharapkan : orang tua akan mengekspresikan


pemahaman tentang instruksi perawatan dirumah.
Intervensi:
1) jelaskan kepada orang tua tentang patofisiologi
penyakit. Rasional :
penjelasan yang demikian membantu orang tua
memahami penyakit dan pentingnya melanjutkan terapi
dirumah.
2) yakinkan kembali orang tua bahwa penyakit tersebut
jarang menyebabkan efek jangka panjang.
Rasional : orang tua biasanya kuatir tentang efek penyakit,
khususnya jika menjalani dialisis. selama fase akut
penyakit.
3) jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya
mempertahankan anak pada restriksi diet natrium,
sampai edema mereda dan fungsi ginjal kembali normal.
Rasional : diet restriksi natrium diperlukan karena asupan
natrium yang berlebihan dapat menghalangi eksresi air.
4) instruksikan orang tua untuk membatasi aktivitas anak
sampai dokter menyetujui bahwa anak dapat melakukan
aktivitas seperti sedia kala.
Rasional :
restriksi aktivitas diperlukan untuk mencegah stress pada
ginjal yang dapat menyebabkan kekambuhan penyakit.
5) jarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi
pernapasan atas, seperti meningkatnya suhu tubuh,
nyeri tenggorokan dan batuk, juga ajarkan mereka tentang
tanda dan gejala gagal ginjal misalnya penurunan haluaran
urine, kenaikan berat badan dan edema. Rasional :
dengan mengetahui tanda dan gejala infeksi
berulangserta gagal ginjal mendorong orang tua mencari
bantuan medis saat diperlukan.

6) anjurkan orang tua untuk menepati semua perjanjian


tindak lanjut itu
rasional :
suatu kujungan tindak lanjut sangat
diperlukan untukmenentukan resolusi penyakit
dan mendeteksi komplikasi.
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan
keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
rencana tindakan yang telah disusun. setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan
keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien
berlanjut. prisip dalam melaksanakan tindakan keperawatan
yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi
teraupetik serta penjelasan untuk setiap
tindakan yang di berikan kepada klien. pelaksanaan
disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
Dalam melakukan tindakan keperavatan mengunakan tiga
tahap yaitu independent, dependent, dan interdependent,
tindakan keperawatan secara independent adalah suatu
tindakan yang di lakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan
perintah dokter atau tenaga kesehatan lain nya. dependent
adalah tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan
rencana. tindakan medis. interdependent adalah tindakan
keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lain
nya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter, keterampilan
yang harus di punya perawat dalam melaksana kan tindakan
keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan ,rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi


pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah
teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah
yang baru. ealuasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil.

Kesimpulan

Glomerulonefritis akut pasca streptococcus didahului oleh infeksi saluran


pernafasan bagian atas (faringitis atau tonsilitis) atau infeksi kulit (impetiRo)
yang disebabkan streptococcus ~ hemolitik group A. yang bersifat
ne./i"itogenik dan juga group C. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus
merupakan salah satu contoh kelainan yang disebabkan reaksi hiper-
sensitivitas tipe III (immune complex disease). Patogenesis kelainan ini herupa
pengenalan antig~n oleh respon imun innate dan adaptive, pembentukan
kompleks antigen antibodi di dalam sirkulasi. kegagalan mekanisme untuk
menghilangkan kompleks imun. pengendapan (deposition) kompleks imun di
glomerulus ginjal, yang akan memicu terjadinya reaksi inflamas

Anda mungkin juga menyukai