LAPORAN PENDAHULUAN
“ REUMATOID ARTRITIS”
Disusun oleh :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, makalah laporan pendahuluan tentang “Artritis Rematoid”ini bisa diselesaikan dalam
waktu yang tepat. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas Profesi Ners stase
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing
saya dalam tugas penulisan makalah ini, serta kepada siapa pun yang terlibat dalam proses
Reumatoid” ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Lahat, 2021
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANATAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................4
1.1. DEFINISI.........................................................................................................4
1.2. ETIOLOGI.......................................................................................................5
1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL.........................6
1.4 PATOFISIOLOGI..........................................................................................13
1.5 PATOFLOW..................................................................................................15
1.6 MANIFESTASI KLINIK...............................................................................17
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..................................................................18
1.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI......................................19
1.9 KOMPLIKASI...............................................................................................19
1.10 PROGNOSIS..................................................................................................20
1.11 PENCEGAHAN.............................................................................................20
BAB II ASKEP TEORI.........................................................................................22
2.1 DATA DASAR PENGKAJIAN.....................................................................22
2.2 DIAGNOSA DAN PERENCANAAN...........................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71
ii
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
1.1. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara
terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur
sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan
tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.
Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada
sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi
berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi
jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan
dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.
Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah
jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium
1.2. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma
atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri,
mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme
diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi
lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng
ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR
menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi
jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap
penyakit autoimun.
1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya
otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206
tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-
organ panca indera.
Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi
gigi.
Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak, adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam
tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri
dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.
Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
Klasifikasi struktural persendian :
Persendian fibrosa
Persendian kartilago
Persendian sinovial.
Klasifikasi fungsional persendian :
Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .
Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah
di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.
1.4 PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif
gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot.
Patoflow
Reaksi faktor R dengan Hambatan mobilitas
Kekakuan sendi
antibody ,faktor fisik
metabolic,infeksi
dengan kecendrungan
virus Reaksi peradangan Nyeri
Adhesi pada
Tendon dan
permukaan sendi
ligament melemah
Kekuatan sendi
menurun Ankilosis tulang
Hambatan
mobilitas sendi
1.5 MANIFESTASI KLINIK
1. Tanda dan gejala setempat
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya
tidak berlangsung lama.
Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi
yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat
dilihat pada penyinaran sinar X.
Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
Kronik → Ciri khas rematoid artritis.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.
1.8 KOMPLIKASI
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d) Terjadi splenomegali
1.9 PROGNOSIS
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung
pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 –
70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk.
Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang
tanpa artritis reumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna.
Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah
sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara
agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2
tahun pertama.
1.10 PENCEGAHAN
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri
juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es.
Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi
gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,
misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper
yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat
membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh
berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga
ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena Jalan
kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang
yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu
melindungi terhadap serangan penyakit rematik masa depan:
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas
(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.
b. Batasi atau menghindari alkohol.
c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu
produk-lemak.
d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.
e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.
f. Menjaga berat badan yang diinginkan.
ASKEP TEORI
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengumpulan data
Anamneses
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin , agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang
dialaminya. Berisi tentang kapan terjadinya nyeri, kekakuan
sendi, penyebab terjadinya serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita dan keluarga untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit RA atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan inflamasi sendi Adanya riwayat penyakit
jantung, riwayat penyakit lain, tindakan medis yang pernah
didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga,penyakit yang diderita keluarga
f Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
g.Genogram
Genogram dapat menunjukkan riwayat kesehatan keluarga,
apakah adanya factor keturunan atau genetic sebagai factor
predisposisi penyakit yang diderita klien.
h.Pola kegiatan sehari-hari (13 domain – NANDA )
1. Promosi kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap
sakit yang dideritanya, tindakan atau usaha apa yang
dilakukan klien sebelum datang ke rumah sakit, obat apa
yang telah dikonsumsi pada saat akan datang ke rumah sakit.
Pada pasien dengan RA kurangnya pengetahuan pasien
terhadap penyakitnya sehingga menimbulkan persepsi yang
negative terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama.
2. Nutrisi
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, , kebiasaan makan , frekuensi makan, nafsu makan.
Makanan pantangan, makanan yang disukai dan banyaknya
minum yang dikaji sebelum dan sesudah masuk RS.
3.Eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari
frekuensi, volume, adakah disertai kelainan,nyeri, warna dan
bau.
4.Aktivitas/istirahat
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari dan
penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan
dan hambatan dalam tidur, fungsi pernapasan, fungsi
sirkulasi. Pada kasus RA terbatas aktivitas akibat dari
kekakuan sendi terutama pagi hari,nyeri sendi karena gerakan
. situasi rumah sakit yang ramai apakah mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat pasien, adanya kekakuan, nyeri sendi
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mengalami
keterbatasan aktivitas
5.Pola kognitif perceptual
Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses
berpikir , pola penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman dan persepsi sensasi nyeri serta kemampuan
berkomunikasi dan mengerti akan penyakitnya.
6.Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal
diri seseorang dimana perubahan yang terjadi pada kasus RA
adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri., lamanya perawatan , banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
7.Hubungan peran
Menggambarkan tentang hubungan klien dengan lingkungan
disekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang lain.
8.Pola seksualitas dan reproduksi
Menggambarkan tentang seksual klien.
9..Koping/ toleransi terhadap stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap
masalah yang dialami dan dapat menimbulkan ansietas.
Lamanya waktu perawatan , perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negative berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain-lain dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif/adaptif.
10..Prinsip-prinsip hidup
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap
kepercayaan yang dianut dan bagaimana dia
menjalankannya . Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
11.Keamanan dan perlindungan
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya : bebas dari
segala bentuk kecelakaan, bebas dari risiko infeksi dll. Pada
penderita RA Bersiko cidera akibat hilangnya kekuatan otot
dan nyeri
12..Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang
merasa nyaman berdasarkan persepsi masing-masing
individu, sedangkan nyaman merupakan suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat
individual akibat beberapa factor kondisi lingkungan. Contoh
: tidak ada rasa nyeri yang membuat tidak nyaman.
13.pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menggambarkan bertambahnya ukuran meliputi
perubahan tinggi, berat maupun volume sehingga
pertumbuhan bersifat dapat diukur (kuantitatif). Sedangakan
Perkembangan adalah proses perubahan sifat makhluk hidup
menuju kedewasaan
pemeriksaan fisik :
2 Domain 4 .Aktivitas /Istirahat kelas 2 Joint movement : Active Exercise therapy : ambulation
Hambatan mobilitas fisik berhubungan Mobilty level Monitoring
dengan deformitas sendi Self care :ADLs vital sign
Definisi : Transfer performance sebelum/ sesudah latihan dan lihat
Keterbatasan pada pergerakkan fisik tubuh respon pasien saat latihan
atau satu atau lebih ekstremitas secara Konsultasikan
mandiri dan terarah Kriteria hasil dengan terapi
Batasan karakteristik : Klien meningkat dalam Fisik tentang rencana ambulasi sesuai
Gangguan sikap berjalan aktivitas fisik dengan kebutuhan
Penurunan rentang gerak Mengerti tujuan dari Ajarkan atau
Penurunan keterampilan motorik peningkatan mobilitas tenaga
kasar Memverbalisasikan perasaan Kesehatan lain tentang teknik
Penurunan keterampilan motorik dalam meningkatkan kekuatan ambulasi
halus dan kemmapuan berpindah Kaji kemampuan pasien
Kesulitan membolak balik posisi Bantu umtuk mobilisasi dalam moilisasi
( walker)
Ketidaknyamanan Latih pasien dalam
Melakukan aktivitas lain sebagai pemenuhan kebutuhan ADLs secara
penganti pergerakkan mandiri sesuai kemampuan
Dispnea setelah beraktivitas Dampingi dan bantu
Tremor akibat bergerak Pasien saat mobilisasi
Instabilitas postur Berikan alat bantu jika pasien
Gerakan spastik
Gerakan tidak terkoordinasi
Faktor yang berhubugan
Intoleransi aktivitas
Ansietas
Gangguan kognitif
Konstraktur
Fisik tidak bugar
Penurunan kekuatan otot
Penurunan massa otot
Penurunan ketahanan tubuh
Depresi
Kondisi yang terkait :
Kerusakan integritas struktur tulang
Gangguan fungsi kognitif
Gangguan metabolisme
3 Domain 6 Persepsi Diri NOC NIC
Kelas 3 citra tubuh Body image Body image enchancement
Gangguan citra tubuh Berhubungan Self asteem Kaji secara verbal dan nonverbal
Dengan perubahan penampilan Kriteria hasil Respon klien terhadap tubuhya
tubuh,sendi,deformitas Body image positif Monitor frekuensi mengkritik
Definisi : Mampu mengidentifikasi terhadap dirinya
Konfusi dalam gambaran mental tentang kekuatan personal Jelaskan tentang pengobatan
Mendiskripsikan secara faktual
diri – fisik individu perawatan,kemajuan,prognosis
perubahan fungsi tubuh
Batasan karakteristik : Mempertahankan interaksi penyakit
Tidak ada bagian tubuh sosial Dorong klien mengungkapkan
Perubahan fungsi tubuh perasaannya
tubuh sesorang
Perilaku mengenali tubuh individu
Menghindari melihat tubuh orang
lain
Menghindari menyentuh tubuh orang
lain
Perilaku mengenali tubuh seseorang
Faktor yang berhubunngan
Perubahan persepsi diri
Ketidaksesuaian budaya
Ketidaksesuaian spritual
4 Domain 9 Koping / Toleransi aktivitas Noc Nic
Kelas 2 Anxiety self control Anxiety reduction (penurunan
Anxiety berhubungan dengan kurang Anxiety level kecemasan)
informasi tentang penyakit Coping Gunakan pendekatan yang
Deinisi : Kriteria hasil menenangkan
Perasaan tidak nyaman atau kekwatiran Klien mampu mengidentifikasi Nyatakan dengan jelas harapan
yang samar disertai respon otonom dan mengungkapkan gejala terhadap pelaku pasien
(sumber sering kali tidak spesifik atau cemas Jelaskan semua prosedur dan apa
tidak diketahui oleh individu) ; perasaan Mengidentifikasi,mengungkapk yan dirasakan selama prosedur
takut yang disebabkan oleh antisipasi an dan menunjukkan tehnik Pahami prespektif terhadap situasi
terhadap bahaya untuk mengontrol cemas stress
Batasan karakteristik Vital sigin dalam batas normal Temani pasien untuk memberikan
Perilaku Postur tubuh ,ekspresi wajah, keamanan dan mengurangi takut
Penurunan produktivitas bahasa tubuh dan tingkat Dorong keluarga untuk menemani
Gerakan ekstra aktivitas menunjukkan pasien
hilangnya kekuatn otot Klien terbebas dari cedera Sediakan lingkungan yang aman
Rentan mengalami cedera fisik akibat cara/ metode untuk mencegah Identifikasi kebutuhan kemanan
kondisi lingkungan yang berinterkasi injury atau cedera pasien sesuai dengan kondisi
dengan sumber adatif dan sumber defensif Klien mampu menjelaskan fisik dan fungsi kognitif pasien
individu yang dapat menganggu kesehatan faktor resiko dari dan riwayat penyakit terdahulu
Pemajanan zat kimia toksik Menggunakan fasilitas Memasang side rail tempat tidur