Anda di halaman 1dari 38

TUGAS PROFESI NERS STASE KMB

LAPORAN PENDAHULUAN
“ REUMATOID ARTRITIS”

Dosen Pembimbing: Ns.Mujahidin, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Nurhayati nanda sari


Npm : 21149011204
Kelas : A3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya, makalah laporan pendahuluan tentang “Artritis Rematoid”ini bisa diselesaikan dalam

waktu yang tepat. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas Profesi Ners stase

Keperawatan Medikal Bedah Semester 1.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing

saya dalam tugas penulisan makalah ini, serta kepada siapa pun yang terlibat dalam proses

penulisannya, yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah Laporan pendahuluan tentang “Artritis

Reumatoid” ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Lahat, 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANATAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................4
1.1. DEFINISI.........................................................................................................4
1.2. ETIOLOGI.......................................................................................................5
1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL.........................6
1.4 PATOFISIOLOGI..........................................................................................13
1.5 PATOFLOW..................................................................................................15
1.6 MANIFESTASI KLINIK...............................................................................17
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..................................................................18
1.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI......................................19
1.9 KOMPLIKASI...............................................................................................19
1.10 PROGNOSIS..................................................................................................20
1.11 PENCEGAHAN.............................................................................................20
BAB II ASKEP TEORI.........................................................................................22
2.1 DATA DASAR PENGKAJIAN.....................................................................22
2.2 DIAGNOSA DAN PERENCANAAN...........................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71

ii
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

1.1. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara
terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur
sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan
tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.
Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada
sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi
berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi
jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan
dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.
Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah
jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium

1.2. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma
atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri,
mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme
diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi
lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng
ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR
menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi
jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap
penyakit autoimun.
1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya
otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206
tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
 Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-
organ panca indera.
 Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi
gigi.
 Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
 Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak, adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam
tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri
dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.

Gambar : tulang pada tubuh manusia


(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk
tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon
misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)
mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis
sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang


Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
 Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%
fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.
Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan
berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
 Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor
oleh ginjal bila di perlukan.
 Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,
juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,
termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah
D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit
ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan
diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal
untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25
dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di
produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di
dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi
kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan
kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,
dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,
baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
 Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun
sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
 Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang
tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
 Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan
hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.
 Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan
menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun
seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa
tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan
ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)
dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang
mungkin dilakukan pada persendian).

Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
 Klasifikasi struktural persendian :
 Persendian fibrosa
 Persendian kartilago
 Persendian sinovial.
 Klasifikasi fungsional persendian :
 Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
 Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .
 Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
 Klasifikasi persendian sinovial :
 Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
 Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
 Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
 Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah
di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
 Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
 Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.

2. Anatomi Fisiologi Otot.


Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%
berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut
otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.

Gambar. Otot pada tubuh manusia

 Fungsi sistem Muskular


 Pergerakan
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur
 Produksi panas.
 Ciri-ciri otot
 Kontraktilitas
 Eksitabilitas
 Ekstensibilitas
 Elastisitas
 Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
 Jenis-jenis Otot
 Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
 Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah.
 Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung.

1.4 PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif
gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot.
Patoflow
Reaksi faktor R dengan Hambatan mobilitas
Kekakuan sendi
antibody ,faktor fisik
metabolic,infeksi
dengan kecendrungan
virus Reaksi peradangan Nyeri

Synovial menebal pannus Kurang informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infiltrasi dalam Anxietas


os.subcondris

Deformitas sendi Hambatan nutrisi Kartilago nekrosis


pada kartilago
artikularis
Gangguan body
image
Kerusakan kartilago Erosi kartilago
dan tulang

Adhesi pada
Tendon dan
permukaan sendi
ligament melemah

Resiko cedera Hilangnya Ankilosis fibrosa


kekuatan otot

Kekuatan sendi
menurun Ankilosis tulang

Hambatan
mobilitas sendi
1.5 MANIFESTASI KLINIK
1. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya
tidak berlangsung lama.
 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
 Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
 Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi
yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat
dilihat pada penyinaran sinar X.
 Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
 Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
 Kronik → Ciri khas rematoid artritis.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.
Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

1.7 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI


Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini.
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f) Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
 Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

1.8 KOMPLIKASI
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d) Terjadi splenomegali

1.9 PROGNOSIS
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung
pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 –
70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk.
Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang
tanpa artritis reumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna.
Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah
sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara
agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2
tahun pertama.

1.10 PENCEGAHAN
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri
juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es.
Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi
gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,
misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper
yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat
membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh
berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga
ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena Jalan
kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang
yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu
melindungi terhadap serangan penyakit rematik masa depan:
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas
(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.
b. Batasi atau menghindari alkohol.
c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu
produk-lemak.
d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.
e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.
f. Menjaga berat badan yang diinginkan.
ASKEP TEORI

 Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk


mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien , keluarga
juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi/mengatasi
masalah- masalah kesehatan

 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan


data secara sistematis, memilih dan mengatur data yang dikumpulkan
dan mendokumentasikan data dalam format yang didapat. Untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah- masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan
(Tarwoto,2006).

 Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu


dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamneses, pemeriksaan fisik , pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

 Anamneses
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin , agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang
dialaminya. Berisi tentang kapan terjadinya nyeri, kekakuan
sendi, penyebab terjadinya serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita dan keluarga untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit RA atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan inflamasi sendi Adanya riwayat penyakit
jantung, riwayat penyakit lain, tindakan medis yang pernah
didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga,penyakit yang diderita keluarga
f Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
g.Genogram
Genogram dapat menunjukkan riwayat kesehatan keluarga,
apakah adanya factor keturunan atau genetic sebagai factor
predisposisi penyakit yang diderita klien.
h.Pola kegiatan sehari-hari (13 domain – NANDA )
1. Promosi kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap
sakit yang dideritanya, tindakan atau usaha apa yang
dilakukan klien sebelum datang ke rumah sakit, obat apa
yang telah dikonsumsi pada saat akan datang ke rumah sakit.
Pada pasien dengan RA kurangnya pengetahuan pasien
terhadap penyakitnya sehingga menimbulkan persepsi yang
negative terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama.
2. Nutrisi
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, , kebiasaan makan , frekuensi makan, nafsu makan.
Makanan pantangan, makanan yang disukai dan banyaknya
minum yang dikaji sebelum dan sesudah masuk RS.
3.Eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari
frekuensi, volume, adakah disertai kelainan,nyeri, warna dan
bau.
4.Aktivitas/istirahat
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari dan
penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan
dan hambatan dalam tidur, fungsi pernapasan, fungsi
sirkulasi. Pada kasus RA terbatas aktivitas akibat dari
kekakuan sendi terutama pagi hari,nyeri sendi karena gerakan
. situasi rumah sakit yang ramai apakah mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat pasien, adanya kekakuan, nyeri sendi
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mengalami
keterbatasan aktivitas
5.Pola kognitif perceptual
Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses
berpikir , pola penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman dan persepsi sensasi nyeri serta kemampuan
berkomunikasi dan mengerti akan penyakitnya.
6.Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal
diri seseorang dimana perubahan yang terjadi pada kasus RA
adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri., lamanya perawatan , banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
7.Hubungan peran
Menggambarkan tentang hubungan klien dengan lingkungan
disekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang lain.
8.Pola seksualitas dan reproduksi
Menggambarkan tentang seksual klien.
9..Koping/ toleransi terhadap stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap
masalah yang dialami dan dapat menimbulkan ansietas.
Lamanya waktu perawatan , perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negative berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain-lain dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif/adaptif.
10..Prinsip-prinsip hidup
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap
kepercayaan yang dianut dan bagaimana dia
menjalankannya . Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
11.Keamanan dan perlindungan
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya : bebas dari
segala bentuk kecelakaan, bebas dari risiko infeksi dll. Pada
penderita RA Bersiko cidera akibat hilangnya kekuatan otot
dan nyeri
12..Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang
merasa nyaman berdasarkan persepsi masing-masing
individu, sedangkan nyaman merupakan suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat
individual akibat beberapa factor kondisi lingkungan. Contoh
: tidak ada rasa nyeri yang membuat tidak nyaman.
13.pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menggambarkan bertambahnya ukuran meliputi
perubahan tinggi, berat maupun volume sehingga
pertumbuhan bersifat dapat diukur (kuantitatif). Sedangakan
Perkembangan adalah proses perubahan sifat makhluk hidup
menuju kedewasaan

pemeriksaan fisik :

a. status kesehatan umum


meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital
b. kepala dan leher
kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
adakah kelainan
c. System integument
Turgor kulit menurun, kulit tegang,nodul subcutaneus .lesi kulit
apakah adanya luka ,kelembaban, kemerahan pada kulit , tekstur rambut
dan kuku.
d. System pernapasan
Keadaan Pola nafas,adakah kelainan, sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.
e. System kardiovaskuler
Fenomena raynaud jari tangan/kaki misal pucat intermiten,sianosis,
kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal,nadi perifer lemah atau berkurang,takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. System gastrointestinal
Adakah anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen
g. System urinary
Adakah retensio urine, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. System musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah,kekauan dan nyeri,.
i. System neurologis
Terjadi penurunan sensoris,kebas atau kesemutan pada tangan atau kaki
,hilangnya sensasi pada jaringan,pembengkakan sendi simetris
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan
atau resiko perubahan pola)dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan ,menurunkan,membatasi mencegah,dan
merubah (Carpenito,2000)
Adapun diagosa Keperawatan pada Rematoid Arthritis yaitu
1. Nyeri kronik berhubungan dengan perubahan patalogis oleh arthritis
rhematoid
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas sendi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh,sendi,deformitas
4. Anxiety berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit
5.Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot,nyeri
NTTERVENSI KPERAWATAN
N DIAGNOSA / NANDA NOC NIC
O
1 Domain 12 . Kenyamanan kelas 1
Pain Level Pain Management
Nyeri kronik berhubungan dengan
 Pain Control  Lakukan pengkajian nyeri secara ko
perubahan patalogis oleh arthritis
 Control Level mprehensif termasuk lokasi, karakt
rhematoid
Kriteria Hasil : eristik, durasi, frekuensi, kualitas d
Definisi : Pengalaman sensori dan emosio  Mampu mengontrol nyeri (tahu p an faktor presipitasi.
nal yang tidak menyenangkan yang muncu enyebab nyeri, mampu mengguna  Observasi reaksi nonverbal dari keti
l akibat kerusakan jaringan yang aktual ata kan teknik non farmakologi untuk daknyamanan
u potensial atau digambarkan dalam hal ke mengurangi nyeri, mencari bantua  Gunakan teknik komunikasi terape
rusakan sedemikian rupa (International Ass n) utik untuk mengetahui pengalaman
ociation for the study of pain) : awitan yan  Mampu mengenali nyeri (skala, in nyeri pasien.
g tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringa tensitas, frekuensi dan tanda nyer  Kurangi faktor presipitasi nyeri
n hingga berat dengan akhir yang dapat dia i)  Berikan analgetik untuk mengurang
ntisipasi atau diprediksi dan berlangsung <  Menyatakan rasa nyaman setelah i nyeri
6 bulan. nyeri berkurang  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Batasan Karakteristik :  Tingkatkan istirahat
 Hambatan kemampuan meneruskan  Kolaborasi dengan dokter jika ada
aktivitas sebelumnya keluhan dan tindakan nyeri tidak be
 Perubahan pola tidur rhasil
 Anoreksia Analgesic Administration
 Bukti nyeri dengan menggunakan  Cek instruksi dokter tentang jenis o
standar daftar nyeri untuk pasien yang bat, dosis dan frekuensi
tidak dapat mengungkapkannya  Cek riwayat alergi
 Ekspresi wajah nyeri  Pilih anasgesik yang diperlukan ata
 Laporan tentang perilaku nyeri / u kombinasi dari analgesik ketika p
perubahan aktivitas emberian lebih dari satu.
 Fokus pada diri sendiri Evaluasi efektivitas analgesik, tanda da
 Keluhan tentang intensitas n gejala
Faktor yang berhubungan :
 Perubahan pola tidur
 Distress emosi
 Keletihan
 Agen pencedera (mis., biologis, zat ki
mia, fisik, psikologi)

2 Domain 4 .Aktivitas /Istirahat kelas 2  Joint movement : Active Exercise therapy : ambulation
Hambatan mobilitas fisik berhubungan  Mobilty level  Monitoring
dengan deformitas sendi  Self care :ADLs vital sign
Definisi :  Transfer performance sebelum/ sesudah latihan dan lihat
Keterbatasan pada pergerakkan fisik tubuh respon pasien saat latihan
atau satu atau lebih ekstremitas secara  Konsultasikan
mandiri dan terarah Kriteria hasil dengan terapi
Batasan karakteristik :  Klien meningkat dalam Fisik tentang rencana ambulasi sesuai
 Gangguan sikap berjalan aktivitas fisik dengan kebutuhan
 Penurunan rentang gerak  Mengerti tujuan dari  Ajarkan atau
 Penurunan keterampilan motorik peningkatan mobilitas tenaga
kasar  Memverbalisasikan perasaan Kesehatan lain tentang teknik
 Penurunan keterampilan motorik dalam meningkatkan kekuatan ambulasi
halus dan kemmapuan berpindah  Kaji kemampuan pasien
 Kesulitan membolak balik posisi  Bantu umtuk mobilisasi dalam moilisasi
( walker)
 Ketidaknyamanan  Latih pasien dalam
 Melakukan aktivitas lain sebagai pemenuhan kebutuhan ADLs secara
penganti pergerakkan mandiri sesuai kemampuan
 Dispnea setelah beraktivitas  Dampingi dan bantu
 Tremor akibat bergerak Pasien saat mobilisasi
 Instabilitas postur  Berikan alat bantu jika pasien

 Gerakan lambat memerlukan

 Gerakan spastik
 Gerakan tidak terkoordinasi
Faktor yang berhubugan
 Intoleransi aktivitas
 Ansietas
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Fisik tidak bugar
 Penurunan kekuatan otot
 Penurunan massa otot
 Penurunan ketahanan tubuh
 Depresi
Kondisi yang terkait :
 Kerusakan integritas struktur tulang
 Gangguan fungsi kognitif
 Gangguan metabolisme
3 Domain 6 Persepsi Diri NOC NIC
Kelas 3 citra tubuh  Body image Body image enchancement
Gangguan citra tubuh Berhubungan  Self asteem  Kaji secara verbal dan nonverbal
Dengan perubahan penampilan Kriteria hasil Respon klien terhadap tubuhya
tubuh,sendi,deformitas  Body image positif  Monitor frekuensi mengkritik
Definisi :  Mampu mengidentifikasi terhadap dirinya
Konfusi dalam gambaran mental tentang kekuatan personal  Jelaskan tentang pengobatan
 Mendiskripsikan secara faktual
diri – fisik individu perawatan,kemajuan,prognosis
perubahan fungsi tubuh
Batasan karakteristik :  Mempertahankan interaksi penyakit
 Tidak ada bagian tubuh sosial  Dorong klien mengungkapkan
 Perubahan fungsi tubuh perasaannya

 Perubahan struktur tubuh  Identifikasi arti pengurangan

Perubahan pandangan tentang penampilan melalui pemakaian alat bantu

tubuh sesorang
 Perilaku mengenali tubuh individu
 Menghindari melihat tubuh orang
lain
 Menghindari menyentuh tubuh orang
lain
 Perilaku mengenali tubuh seseorang
Faktor yang berhubunngan
 Perubahan persepsi diri
 Ketidaksesuaian budaya
 Ketidaksesuaian spritual
4 Domain 9 Koping / Toleransi aktivitas Noc Nic
Kelas 2  Anxiety self control Anxiety reduction (penurunan
Anxiety berhubungan dengan kurang  Anxiety level kecemasan)
informasi tentang penyakit  Coping Gunakan pendekatan yang
Deinisi : Kriteria hasil menenangkan
Perasaan tidak nyaman atau kekwatiran  Klien mampu mengidentifikasi Nyatakan dengan jelas harapan
yang samar disertai respon otonom dan mengungkapkan gejala terhadap pelaku pasien
(sumber sering kali tidak spesifik atau cemas Jelaskan semua prosedur dan apa
tidak diketahui oleh individu) ; perasaan  Mengidentifikasi,mengungkapk yan dirasakan selama prosedur
takut yang disebabkan oleh antisipasi an dan menunjukkan tehnik Pahami prespektif terhadap situasi
terhadap bahaya untuk mengontrol cemas stress
Batasan karakteristik  Vital sigin dalam batas normal Temani pasien untuk memberikan
Perilaku  Postur tubuh ,ekspresi wajah, keamanan dan mengurangi takut
 Penurunan produktivitas bahasa tubuh dan tingkat Dorong keluarga untuk menemani
 Gerakan ekstra aktivitas menunjukkan pasien

 Melihat sepintas berkurangnya kecemasan Identifikasi tingkat kecemasan

 Tampak waspada Bantu pasien mengenal situasi


yang menimbulkan kecemasan
 Agitasi
 Insomnia
Afektif
 Kesedihan yang mendalam
 Gelisah
 Distress
 Ketakutan
Fisiologis
 Wajah tegang
 Tremor tangan
 Peningkatan keringat
5 Domain 11.keamanan / perlindungan Noc Nic

Kelas 2  Risk control Environment management

Resiko cidera berhubungan dengan Kriteria hasil (management lingkungan)

hilangnya kekuatn otot  Klien terbebas dari cedera Sediakan lingkungan yang aman

Definisi  Klien mampu menjelaskan untuk pasien

Rentan mengalami cedera fisik akibat cara/ metode untuk mencegah Identifikasi kebutuhan kemanan

kondisi lingkungan yang berinterkasi injury atau cedera pasien sesuai dengan kondisi

dengan sumber adatif dan sumber defensif  Klien mampu menjelaskan fisik dan fungsi kognitif pasien

individu yang dapat menganggu kesehatan faktor resiko dari dan riwayat penyakit terdahulu

Faktor resiko lingkungan/perilaku personal pasien

 Kurang sumber nutrisi  Mampu memodifikasi gaya Menghindarkan lingkungan yang

 Pajanan pada patogen hidup untuk mencegah injury berbahaya

 Pemajanan zat kimia toksik  Menggunakan fasilitas Memasang side rail tempat tidur

kesehatan yang ada Menyediakan tempat tidur yang


 Tingkat imunisasi dikomunitas
 Kurang pengetahuan tentang faktor  Mampu mengenali perubahan nyaman dan bersih

yang diubah status kesehatan Membatasi pengunjung

 Hambatan fisik Memindahkan barang – barang

yang dapat membahayakan


DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.Heather,Shigemi Kamitsuru, 2017, NANDA-I diagnosis
keperawatan:defenisi dan klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Bulechek,Gloria M, Howard K.Butcher, Joanne M,Dochterman


dan Cheryl M.Wagner, 2016, Nursing Interventions Classification
(NIC) Ed Keenam. Singapore : Elsevier Singapore Pte Ltd.

Moorhead,Sue, Marion Johnson, Meridean L.Maas dan


Elizabeth Swanson, 2016, Nursing Outcomes Classification (NOC),
5th edition, Singapore : Elsevier Singapore Pte Ltd

Amin, H.N, 2015. Buku Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC edisi 2. Medika Action

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.

Anda mungkin juga menyukai