Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LINGKUNGAN

LATIHAN III
PENCEMARAN UDARA - LIKEN (LUMUT KERAK)
SEBAGAI SALAH SATU BIOINDIKATOR KUALITAS
UDARA

Disusun oleh:
Nama : Restu Helmiyana
NIM : A420210112
Kelompok : 20
Korektor : Shalsa Shabilla Isna Putri
Nilai :

LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas
dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya
adalah udara yang sudah tercemarsehingga tidak dapat menyangga
kehidupan.Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk
keberlangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan
dan hewan. Tanpa makan dan minum kita masih bisa hidup untuk beberapa hari
tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Dengan demikian akan
terjadi gangguan pada kesehatan manusia. Terdapat dua jenis sumber pencemaran
udara, yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources)
seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari kegiatan manusia
(anthropogenic sources) seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan
lain-lain. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, seperti di dalam rumah,
sekolah, dan kantor. Pencemaran seperti ini sering disebut dengan pencemaran
dalam ruangan (indoor pollution). Sedangkan pencemaran di luar ruangan (outdoor
pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses
alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi
sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik,
industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas
kendaraan bermotor di darat dan tranportasi laut.
Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling
berhubungan, dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan
kondisi lingkungan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai suatu petunjuk atau
uji kuantitatif.
Pada bab kali ini membahas tentang pencemaran udara dimana dengan
lichen sebagai bioindikatornya.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran
udara di suatu wilayah dengan menggunakan bioindikator yaitu lichen (lumut
kerak).
C. Landasan Teori
Lumut kerak atau liken (lichen) merupakan bentuk simbiosis mutualisme
(saling menguntungkan) antara jamur (fungi) dan ganggang (alga). Fungi yang
bersimbiosis disebut mikobion, biasanya dari kelompok jenis anggota Ascomycota,
Basidiomycota, dan kelompok fungi lainnya. Sedangkan, ganggang yang
bersimbiosis disebut Fikobion biasanya dari jenis Cynobakteria (alga hijau biru)
yang uniseluler dan Chlorophyta (alga hijau) yang multiseluler.(Suharno,2021:3).
Menurut Panggabean (2020:8), lichen dapat dijumpai secara luas di dataran
rendah hingga ke dataran tinggi dari kutub utara hingga ke daerah tropis. Tumbuhan
ini dapat tumbuh di berbagai permukaan tanah, benda, daun, batu, material bekas,
besi tua, kulit kayu, pohon, di pinggir sungai maupun di tepi pantai. Di dunia ini
ada sekitar 20.000 spesies alga. Sebagian besar berada di daerah tropis sebagai
wilayah dengan tingkat keragaman organisme yang tinggi. Lichen merupakan
tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi. Mereka dapat
tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan, bahkan permukaan benda
buatan manusia. Mereka ada di tempat yang jarang ada organisme yang mampu
hidup di sana seperti puncak gunung, padang pasir dan daerah kutub. Di samping
itu, lichen seringkali tumbuh di pohon dan semak-semak sebagai epifit, mereka
tidak mengambil makanan dari organisme yang ditempelinya akan tetapi
mengambil makanan dari atmosfer. Lichen sangat beragam ukuran, warna, dan
bentuk. Mereka juga mampu berubah warna selama musim hujan ketika terbilas
oleh air dan menghasilkan makanan.
Menurut Rasyidah (2018:89), menyatakan lumut kerak dapat menunjukkan
adanya perubahan keadaan, ketahanan tubuh, dan akan memberikan reaksi sebagai
dampak perubahan kondisi lingkungan yang akan memberikan informasi tentang
perubahan dan tingkat pencemaran lingkungan. Terkait dengan fungsinya sebagai
bioindikator, maka keberadaan lumut kerak dapat digunakan sebagi bagian dari
observasi penelitian dengan mengambil kawasan yang berbeda kondisi.
Menurut Anggraini (2021:6), menyatakan lumut kerak atau lichen adalah
salah satu organisme yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara.
Penggunaan lichen sebagai bioindikator dinilai lebih efisien dibandingkan
menggunakan alat atau mesin ambien yang dalam pengoperasiannya
membutunhkan biaya yang besar dan penanganan khusus. Lichen memberi respon
secara ekofisiologis yang berbeda terhadap kandungan logam dapat dijadikan
sebagai alat untuk memonitor kandungan logam di udara.
Menurut Sofiyana (2019:1) menyatakan produksi sulfur dioksida (SO2) dan
nitrogen dioksida (NO2) oleh aktivitas transportasi dikhawatirkan dapat merusak
kesehatan manusia dan ekosistem. Lichen sebagai bagian dari ekosistem juga
terkena dampak pencemaran udara. Kualitas udara dapat dianalisis menggunakan
bioindikator lichen. Pengamatan populasi lichen dalam suatu wilayah dapat
memberikan gambaran informasi jenis lichen yang toleran dan rentan terhadap
tingkat pencemaran udara tertentu. Semakin tinggi pencemaran udara, maka
semakin sulit mendapatkan keanekaragaman lichen.
D. Alat dan Bahan
1. Alat:
a. ATK (1 set)
b. Thermohigrometer (1 buah)
c. Alat Dokumentasi (1 buah)

2. Bahan:
Lingkungan di sekitar tempat tinggal (2020m)
a. Pohon Kamboja (Plumeria) (1 pohon)
b. Pohon Mangga (Mangifera Indica) (1 pohon)
c. Pohon Pule (Alstonia Scholaris) (1pohon)

E. Prosedur Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Senin, 29 November 2021
b. Pukul : 14.00-15.00 WIB
c. Tempat : Lingkungan sekitar tempat tinggal.

2. Cara Kerja

Menyiapkan alat Menentukan titik Mengamati


dan bahan yang lokasi yang akan pohon yang
akan digunakan diukur tingkat terdapat lichen
pencemarannya dengan melihat
ciri-cirinya

Menentukan koloni
dari yang terbesar Menentukan Menentukan
kemudian yang persentase lichen jenis lichen
terkecil pada pohon yang sesuai dengan
diamati pengamatan

Mengukur suhu dan kelembapan udara Lalu tuliskan Pada LKM


F. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1. Keragaman lichen dan tumbuhan inangnya
NO Jenis Tumbuhan Inang Jenis Lichen
1. Pohon Kamboja (Plumeria) Graphis Sp
2. Pohon Mangga (Mangifera Indica) Cryptothecia Striata
3. Pohon Mangga (Mangifera Indica) Dirinaria Sp
4. Pohon Pule (Alstonia Scholaris) Calopca Sp

Tabel 2. Bentuk thalus lichen


NO Ukuran Jenis Lichen Bentuk Lichen
Lichen Cenderung Memanjang Memanjang Tidak
membulat vertikal horizontal beraturan
1. 47cm Graphis Sp ✓ - - -
2. 289cm Cryptothecia Striata - ✓ - -
3. 169cm Dirinaria Sp - - - ✓
4. 1715cm Calopca Sp - - - ✓

Tabel 3. Warna thalus lichen


NO Jenis Lichen Warna Thalus Lichen
Hijau Hijau Hijau Putih Putih Warna
tua muda keabuan/ keabuan/ lain
kusam kusam
1. Graphis Sp - - - - ✓ -
2. Cryptothecia Striata - - - ✓ - -
3. Dirinaria Sp - - ✓ - - -
4. Caalopca Sp - - - - - ✓
Tabel 4. Pengelompokkan lichen berdasarkan life form
NO Jenis Lichen Tipe life from
Crustose (kerak) Foliose (menyerupai daun) Fruticose (serabut)
1. Graphis Sp ✓ - -
2. Crypthothecia Striata ✓ - -
3. Dirinaria Sp ✓ - -
4. Calopca Sp ✓ - -

Lampiran foto-foto (dokumentasi hasil)


NO Jenis tumbuhan inang Foto Lichen
Gambar Lichen
1.

Pohon Kamboja (Plumeria) Graphis Sp


2.

Pohon Mangga (Mangifera Indica) Cryptothecia Striata


3.

Pohon Mangga (Mangifera Indica) Dirinaria Sp


4.

Pohon Pule (Alstonia Scholaris) Calopca Sp


2. Pembahasan
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Dengan demikian akan
terjadi gangguan pada kesehatan manusia. Terdapat dua jenis sumber pencemaran
udara, yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources)
seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari kegiatan manusia
(anthropogenic sources) seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan
lain-lain. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, seperti di dalam rumah,
sekolah, dan kantor. Pencemaran seperti ini sering disebut dengan pencemaran
dalam ruangan (indoor pollution). Sedangkan pencemaran di luar ruangan (outdoor
pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses
alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi
sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik,
industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas
kendaraan bermotor di darat dan tranportasi laut.
Dari pengamatan yang dilakukan di lingkungan sekitar tempat tinggal yang
terdiri dari 2 plot yang berbeda. Pada masing-masing plot terdapat tumbuhan yang
berbeda-beda begitu pula dengan jenis serta spesies lichennya, oleh karena itu
faktor suhu dapat memengaruhi pertumbuhan lichen. Keanekaragaman pada warna
thalus lichen terutama pada lichen yang tumbuh di tempat yang masih bersih dan
baik kualitas udaranya, semakin baik kualitas udaranya maka akan semakin banyak
juga keanekaragaman warna lichen. Semakin pucat dan gelap warna lichen
menandakan buruknya kualitas udara di wilayah tersebut.
Dari tabel 3 terdapat warna thalus lichen yang bermacam-macam dari Hijau
keabuan/kusam hingga warna putih keabuan kusam. Hal ini menunjukkan seberapa
besar pencemaran udara pada wilayah tersebut. Warna thalus kusam dapat terjadi
karena adanya perubahan kadar klorofil pada thalus lichen yang disebabkan oleh
gas-gas yang bersifat toxic atau pencemaran udara. Warna thalus pada lichen tidak
selalu konsisten, hal ini tergantung pada kondisi tempat tumbuh thalus lichen dan
substratnya.
G. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan lichen sebagai bioindikator pencemaran udara
dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap pohon atau inang mempunyai jenis lichen yang berbeda.
2. Warna thalus dan keanekaragaman lichen di pengaruhi oleh tingkat pencemaran
udara.
3. Lichen sangat peka terhadap bahan pencemar udara.
4. Kelembapan dan suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan lichen.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Febri Juita; Oktapiani, Ria Resti; Ilfan, Freddy dan Rodhiyah, Zuli.
2021. “Lichen Sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan Di Gerbang
Kota (Gateway) Kota Jambi”. Jurnal Daur Lingkungan. No 1. Vol 4. Hal:
6-11.
Panggabean, Damayani; Hasairin, Ashar dan Hasruddin. 2020. Mengenal Lichen
Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kawasan Kota Medan. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Rasyidah. 2018. “Kelimpahan Lumut Kerak (Lichen) Sebagai Bioindikator
Kualitas Udara Di Kawasan Perkotaan Kota Medan”. Klorofil. No 1. Vol 2.
Hal: 88-92.
Sofiyana, Marinda Sari dan Sholihah, Maratus. 2019. “Eksplorasi Lichen di
Sepanjang Jalan Diponegoro Kota Blitar Jawa Timur”. Hal: 1-6
Suharno; Sufaati, Supeni; Sujarta, Puguh dan Agustini, Verena. 2021. Liken
(Lumut Kerak) Struktur morfologi, Anatomi, Fungsi Ekologi, Manfaat Bagi
Manusia. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
LAMPIRAN

LKM
Jurnal
Buku

Anda mungkin juga menyukai