Rencana Strategis SMK Bina
Rencana Strategis SMK Bina
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK (PSMK) tahun 2015 - 2019 disusun berdasarkan UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nawacita, Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015—2019, serta Permendikbud No. 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis 2015-2019.
Renstra Direktorat PSMK 2015 – 2019 memiliki peran yang sangat penting dan strategis mengingat
bahwa Direktorat PSMK ini merupakan salah satu pelaksana kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.
Renstra Direktorat PSMK disusun untuk dapat menampung perubahan susunan organisasi yang terjadi
serta dinamika pendidikan menengah kejuruan pada saat ini dan yang akan datang.
Dalam menyusun Renstra, Direktorat PSMK secara objektif berusaha menggali dan memaparkan
berbagai potensi serta permasalahan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik
secara nasional maupun global. Penyusunan Renstra ini telah melalui berbagai proses dan tahapan.
Proses yang utama antara lain adalah interaksi dengan para pemangku kepentingan, partisipasi
seluruh jajaran Direktorat, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja pembangunan
pendidikan khususnya SMK hingga saat ini. Selain itu Renstra telah mencoba mengakomodasi
semua tugas dan fungsi Direktorat PSMK, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program,
memenuhi aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.
Renstra Direktorat PSMK 2015 - 2019 akan digunakan sebagai pedoman dan arah pembangunan
pendidikan khususnya SMK yang hendak dicapai pada periode 2015—2019. Renstra merupakan dasar
dan acuan bagi unit pelaksana teknis di lingkungan direktorat untuk menyusun (1) Rencana Kerja
(Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); (2) Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian
Kegiatan Pembangunan Lingkup pembinaan SMK; (3) Laporan tahunan, dan
(4) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) serta Dinas Pendidikan Provinsi, SUK dan
pihak-pihak terkait lainnya.
Rencana Strategis juga diharapkan bisa dipahami serta dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat,
khusus para pemangku kepentingan. Dengan demikian, banyak pihak dapat terlibat aktif secara
efektif dan konstruktif, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Pelibatan publik secara
lebih aktif dan terintegrasi diharapkan mampu meningkatkan hasil pembangunan pendidikan
khususnya SMK selama lima tahun mendatang.
September
September 2015,
2015,
Direktur Sekol ah Menengah Kejuruan,
Direktur Pembinaan Sekolah
Pembinaan
Drs.
Drs.M.
M. Mustaghfirin
Mustaghfirin Amin, MBA
Amin, MBA
NIP
NIP 195806251985031003
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
Daftar Istilah Dan Singkatan v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Landasan Hukum 3
C. Paradigma Pembangunan Pendidikan 4
D. Kondisi Umum 5
E. Potensi dan Permasalahan 12
1. Analisis Lingkungan Strategis 12
2. Permasalahan dan tantangan Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Periode 2015 - 2019 16
BAB V PENUTUP 86
LAMPIRAN 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan SAKIP 3
Gambar 1.2 Tema Pembangunan Pendidikan 2005-2024 5
Gambar 1.3 Tonggak Pencapaian Pembangunan Pendidikan 2005 - 2014 6
Gambar 1.4 Distribusi SMK Berdasarkan Status Per Provinsi Pada tahun 2014/ 2015 8
Gambar 1.5 Distribusi Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Status 9
Gambar 1.6 Perbandingan Jumlah SMK dan Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Status 10
Sekolah per Provinsi
Gambar 1.7 Pertumbuhan Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Bidang Keahlian 11
Gambar 1.8 Perkembangan Animo Pendaftar ke SMK 12
Gambar 1.9 Bonus Demografi 13
Gambar 1.10 Profil SDM Indonesia 2014 14
Gambar 1.11 Hasil Survei Perusahaan Membutuhkan Tenaga Terampil 15
Gambar 1.12 Perkembangan APK SM (%) Per Penghasilan Orang tua 17
Gambar 1.13 Proporsi Kecamatan yang Tidak Mempunyai Sekolah Menengah tahun 2013 18
Gambar 1.14 Tingkat pengangguran terbuka dan rata-rata pendapatan per bulan menurut 21
pendidikan yang ditamatkan, Agustus 2013
Gambar 1.15 Rata-Rata Nilai Ujian Kompetensi Guru 22
Gambar 1.16 Peta Sebaran Guru dan Peserta Didik 23
Gambar 1.17 Peta Kebutuhan Guru Produktif SMK 23
Gambar 1.18 Pembagian Kewenangan Pendidikan 25
Gambar 1.19 Anggaran Pendidikan di Indonesia 26
Gambar 1.20 Perkiraan Anggaran Pendidikan Indonesia 2013-2020 26
Gambar 3.1 Pengembangan SMK Pariwisata Bebasis Potensi Wilayah dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelauatan 50
Gambar 3.2 Pengembangan SMK Rujukan dan Sistem Kluster SMK 52
Gambar 3.3 Terobosan Pengelolaan melalui E-Bantuan SMK 55
Gambar 3.4 Bagan Organisasi Direktorat PSMK 58
Gambar 4.1 Arsitektur Struktur Program dan Kegiatan 67
Gambar 4.2 Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud 80
Gambar 4.3 Mekanisme Pemantauan dan Pelaporan Triwulanan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Pendidikan 83
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kondisi SMK 7
Tabel 1.2 Rasio Jumlah Lulusan SMP terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar (rombel) Kelas 1 SM 19
Tabel 1.3 Kualifikasi Guru SMA dan SMK Tahun 2013 22
Tabel 2.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 32
Tabel 3.1 Kerangka Regulasi 56
Tabel 4.1 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T1 68
Tabel 4.2 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T3 68
Tabel 4.3 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T4 69
Tabel 4.4 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T6 69
Tabel 4.5 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah 70
Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK 72
Tabel 4.7 Pembagian Wewenang Pengelolaan Pendidikan 74
Tabel 4.8 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah 76
Tabel 4.9 Pembagian Tangggung jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara 77
Atau Satuan Pendidikan Yang Didirikan Masyarakat
Tabel 4.10 Perkiraan Kebutuhan Anggaran di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2015 - 2019 79
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
A
AEC = ASEAN Economic Community
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
APK = Angka Pertisipasi Kasar
APM = Angka Partisipasi Murni
ASC = Asean Skill Competition
ASEAN = Association South East Asia Nation
B
BAN-PNF = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal
BAN-PT = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi
BAN-SM = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah
Bimtek = Bimbingan Teknis
BNSP = Badan Nasional Sertifikasi Profesi
BOS = Bantuan Operasional Sekolah
BPS = Badan Pusat Statistik
C
CPI = Corruption Perception Index
D
D3 = Diploma 3
D4 = Diploma 4
DAK = Dana Alokasi Khusus
DAPODIK = Data Pokok Pendidikan
DAU = Dana Alokasi Umum
Dikdas = Pendidikan Dasar
Dikdasmen = Pendidikan Dasar dan Menengah
Dikmen = Pendidikan Menengah
Ditjen = Direktorat Jenderal
E
EFA = Education For All
ESD = Education For Sustainable Development
F
FLS2N = Festifal Lomba Seni Siswa SMK Tingkat
Nasional
G
GTT = Guru Tidak Tetap
GTY = Guru Tetap Yayasan
H
HAKI = Hak Kekayaan Intelektual
HDI = Human Development Index
5
I
IKK = Indikator Kinerja Kegiatan
IKP = Indikator Kinerja Program
IKSS = Indikator Kinerja Sasaran Strategis
IPA = Ilmu Pengetahuan Alam
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial
K
K/L = Kementerian/Lembaga
K-13 = Kurikulum 2013
KEMENDIKBUD = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KIP = Kartu Indonesia Pintar
KKNI = Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
L
LAKIP = Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah LKS = Lomba Kompetensi Siswa
LPTK = Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan
LSP = Lembaga Sertifikasi Profesi
M
MA = Madrasah Aloyah
Mapel = Mata Pelajaran
MDG’s = Millenium Development Goals
MKPI = Majelis Kemitraan Pendidikan Kejuruan
Indonesia MTs = Madrasah Tsanawiyah
O
O2SN = Olimpiade Olah Raga Siswa SMK Tingkat
Nasional OSTN = Olimpiade Sains Terapan
P
PDB = Pendapatan Domestik Bruto
Pemda = Pemerintah Daerah
PERMENDIKBUD = Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Perpres = Peraturan Presiden
PK = Penilaian Kinerja
PKLK = Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
PKN = Pendidikan Kewarganegaraan
PSMK = Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
PTK = Pendidik dan Tenaga Kependidikan
R
RENSTRA = Rencana Strategis
RKB = Ruang Kelas Baru
RKT = Rencana Kerja Tahunan
Rombel = Rombongan Belajar
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP = Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPPNJP = Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang
RPS = Ruang Praktik Siswa
S
S1 = Strata 1
S2 = Strata 2
S3 = Strata 3
SAKIP = Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sarpras = Sarana dan Prasarana
SDM = Sumber Daya Manusia
SDP = School Development Plan
SGD = Sekolah Garis Depan
SKL = Standar Kompetensi Lulusan
SKP = Sasaran Kinerja Pegawai
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SNP = Standar Nasional Pendidikan
SOP = Standar Operasi dan Prosedur
SP = Sasaran Program
SPM = Standar Pelayanan Minimal
SS = Sasaran Strategis
SUSENAS = Survei Sosial Ekonomi Nasional
T
TEFA = Teaching Factory
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TU = Tata Usaha
TVET = Technical Vocational Education and Training
U
UAS = Ujian Akhir Sekolah
UKK = Uji Kompetensi Keahlian
UN = Ujian Nasional
UPT = Unit Pelaksana Teknis
USB = Unit Sekolah Baru
UUD = Undang-undang Dasar
W
WAJAR = Wajib Belajar
WSC = World Skill Competition
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
3T = Terpencil, Tertinggal, Terluar
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
BAB I
PENDAHULUAN
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang 2
B. Landasan Hukum 3
D. Kondisi Umum 5
1
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional. Di Indonesia, Pasal 31
ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen menyatakan
bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Ketetapan dalam UUD 1945
tersebut menegaskan kewajiban pemerintah untuk menyediakan akses seluas-luasnya bagi seluruh
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Pemerintah mendapat amanat untuk membangun
sistem pendidikan nasional yang menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
serta peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Dalam rangka melaksanakan amanat
tersebut, pemerintah menetapkan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Salah satu peran utama pendidikan di Indonesia adalah untuk membangun dan mengembangkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam rangka
mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan salah satunya
oleh tersedianya tenaga kerja yang terampil dan produktif. Pendidikan mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Pendidikan di tingkat
menengah mempunyai andil besar dalam peningkatan produktivitas ini dengan memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh para calon tenaga kerja baik untuk
memulai bekerja maupun untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan bertanggung jawab langsung terhadap penyediaan SDM
berkualitas di Indonesia disamping pendidikan tinggi melalui pengembangan layanan pendidikan
menengah kejuruan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman .
Dalam rangka meningkatkan kinerja dan memandu program kerja di lingkungan pengelola SMK
yang meliputi Dit PSMK, Dinas Pendidikan Provinsi, SMK dan pihak-pihak yang terkait lainnya,
maka disusunlah Rencana Strategis (Renstra) Direktorat PSMK untuk periode 2015-2019. Selain itu,
Renstra Direktorat PSMK merupakan bagian penting dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) termasuk
Direktorat PSMK. Renstra yang disusun akan menjadi dasar untuk penyusunan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Renstra ini juga nantinya menjadi sumber data
penting dalam pelaksanaan evaluasi kinerja dan pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) di tingkat Direktorat PSMK . Gambar 1.1 menunjukkan hubungan keterkaitan
antara Renstra dengan instrumen lainnya dalam SAKIP.
Gambar 1.1 Bagan SAKIP
B. Landasan Hukum
Rencana strategis ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan perundangan yang
meliputi:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005—2025;
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaaan;
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-
undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019;
14. Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
15. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 11 tahun 2015
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015—2019.
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 disusun berdasar
beberapa paradigma sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2015-2019. Sebagian paradigma bersifat universal, dikenal dan dipakai berbagai bangsa.
Sebagian lagi lebih bersifat nasional, sesuai nilai-nilai dan kondisi bangsa Indonesia. Rincian paradigma
itu adalah sebagai berikut.
Pendidikan harus dapat diakses oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia, tempat dan waktu.
Pemerintah harus menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik
ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial, ataupun kendala geografis.
D. Kondisi Umum
Baseline
Siswa SMA : SMK = 60% : 40% SMK
APK SMK = 25% 12.177
SMK Unggul = 90 Sekolah
Spektrum Keahlian = 121 Kom. SMK SISWA
11.708 4.315.179
SMK SISWA 4.272.406 GURU* 219.000
10.685 GURU* 197.000
SMK SISWA 4.189.519
9.918 GURU* 179.000
SMK
SMK SISWA 4.019.157
9.164
8.593 GURU* 156.268
SISWA 3.737.158
SISWA 3.276.921 2014
GURU* 122.622
GURU* 135.930
SMK BISA
2013
2012
2011
2010
2009
INTERVENSI
1. Pencitraan, 2. Beasiswa, 3. Revitalisasi Sarpras, 4. Pembelajaran Berbasis TIK, 5.
Pengembangan Teaching Industry, 6. Penambahan Guru Produktif, 7. Kemitraan dengan PT, 8. Kemitraan denga industri, 9. Penambahan
No Aspek Jumlah
1 Jumlah SMK 12.696
2 Jumlah Total Paket Keahlian di SMK 33.148
3 Jumlah Rombel di SMK 143.034
4 Jumlah Workshop/RPS di SMK 27.626
5 Total Kebutuhan Workshop/RPS SMK 99.444
6 Rata-rata Paket Keahlian di setiap SMK 2,61
7 Rata-rata Rombel di SMK 11,27
8 Rata-rata Workshop/RPS di setiap SMK 2,18
9 Jumlah Siswa SMK TP 2014/2015 4,33 juta
Sumber: Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015
Bila ditinjau dari jumlah siswa per rombel, saat ini SMK mencapai 1 rombel banding 30.27 siswa
atau sudah lebih tinggi dari batas ideal dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu 1 rombel
banding 32 siswa. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan SMK sangatlah tinggi. Dari total
populasi SMK yang ada saat ini 73,9% adalah SMK yang didirikan oleh masyarakat dan hanya 26,1%
yang didirikan oleh pemerintah. Pada Gambar 1.4 di bawah ini ditunjukan distribusi SMK negeri dan
SMK swasta pada setiap provinsi di Indonesia.
Prop. D.K.I.
Jakarta Prop.
Jawa Barat
Prop. Banten
Prop. Jawa Tengah
Prop. Jawa Timur
Prop. Lampung
Prop. D.I.
Yogyakarta
Prop. Sumatera Utara
Prop.
Bali Prop. Kepulauaan
Riau Prop. Nusa Tenggara
Barat Prop. Sulawesi
Selatan Prop. Kalimantan
Timur Prop. Sumatera
Selatan
Prop.
Riau Prop. Sulawesi
Barat Prop. Kalimantan
Selatan Prop Sulawesi
Utara Prop. Kalimanatan
Barat Prop. Maluku
Utara
Prop. Nusa Tenggara Timur
Prop. Sumatera Barat
Prop. Sulawesi Tengah
Prop. Papua
Prop. Jambi
Prop. Papua
Barat Prop. Bangka
Belitung Prop. Sulawesi
Tenggara Prop.
Kalimantan Utara Prop.
Klimantan Tengah
Prop. Bengkulu
Prop. Maluku
Prop. Aceh
Prop.
Gorontalo
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 1.4 Distribusi SMK berdasarkan Status per Provinsi Pada Tahun 2014/2015
Sumber: Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015
Tingginya minat masyarakat dalam mendirikan SMK seperti dijelaskan sebelumnya ternyata
belum secara signifikan mendorong minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta atau yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Hal ini dijelaskan pada gambar 1.5 distribusi jumlah siswa
berdasarkan jenis status penyelenggaraan SMK.
Fakta yang menarik adalah dengan populasi SMK negeri yang hanya 25,8% dari total SMK pada
tahun 2013, jumlah siswa SMK mencapai 40,3%. Dengan populasi siswa yang jauh lebih besar dari
pada distribusi sekolah membuat rata-rata SMK negeri memiliki rata-rata siswa mencapai lebih dari
530 siswa per sekolah atau 14,9 rombel per sekolah (5 rombel per tingkat). Sementara SMK
swasta hanya memiliki rata-rata siswa 278 siswa per sekolah atau 7,7 rombel per sekolah.
39,2%
39,5% 39,6% 40,3%
27,0% 26,6% 25,8%
26,9%
Secara umum di seluruh provinsi menunjukan fenomena yang sama dengan kondisi nasional.
Dengan demikian pemerintah menyadari bahwa penyediaan SMK baru perlu dikaji lebih jauh
implikasinya terhadap serapan lulusan SMP/MTs di setiap wilayah untuk mencegah minimnya
peningkatan akses masyarakat ke pendidikan SMK dikarenakan kalah bersaingnya SMK swasta
dibanding dengan SMK negeri.
Distribusi Jumlah Siswa SMK Negeri & Swasta per Provinsi Distribusi Jumlah SMK Negeri & Swasta per Provinsi
Aceh Aceh
Bengkulu Bengkulu
Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Maluku Maluku
Papua Papua
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung Bangka Belitung
Papua Barat Papua Barat
Maluku Utara Maluku Utara
NTT NTT
Jambi Jambi
Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Sumatera Barat Sumatera Barat
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Sulawesi Barat Sulawesi Barat
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Riau Riau
NTB NTB
Sumatera Selatan Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Kep. Riau Kep. Riau
Bali Bali
Sumatera Utara Sumatera Utara
D.I Yogyakarta D.I Yogyakarta
Lampung Lampung
Jawa Timur Jawa Timur
Jawa Tengah Jawa Tengah
Banten Banten
Jawa Barat Jawa Barat
D.K.I Jakarta D.K.I Jakarta
propinsi propinsi
0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Negeri Swasta
Gambar 1.6 Perbandingan jumlah SMK dan Jumlah Siswa SMK berdasarkan Status Sekolah per Provinsi
Sumber: Dit. PSMK Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015
11
Fakta menarik lainnya ditunjukkan pula pada sebaran siswa berdasarkan bidang keahlian yang
diambil seperti ditunjukan pada Gambar 1.7. Jika kita perhatikan tren dari 2010-2013 dapat diketahui
bahwa terdapat tren menurun hamper pada setiap bidang keahlian kecuali bidang keahlian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Bidang Keahlian Kesehatan dengan peningkatan ± 1-2%
per tahun. Kenaikan animo lulusan SMP/MTs terhadap bidang TIK dan kesehatan ini sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan pasar terhadap lulusan SMK bidang TIK dan kesehatan yang semakin
meningkat.
1500
1200
900
600
300
Tren siswa SMK bidang keahlian Agribisnis dan Agroindustri mengalami tren yang konstan dari tahun
2010-2013. Pertumbuhan yang konstan ini menandakan bahwa potensi pertanian Indonesia belum
menarik bagi lulusan SMP/MTs. Oleh karena itu, perlu adanya perlakuan khusus untuk meningkatkan
animo tersebut mengingat bahwa Indonesia masih sangat kekurangan tenaga terampil bidang
keahlian Agribisnis dan Agroindustri.
Sedangkan tren pertumbuhan menurun tampak pada bidang keahlian seni, Kerajinan dan Pariwisata;
Bisnis dan Manajemen; dan Teknologi dan Rekayasa. Tren turun yang sangat signifikan terjadi pada
bidang keahlian Bisnis dan Manajemen sejak tahun 2010 – 2013 turun sebesar hampir 5%.
Penyebab penurunan tersebut diantaranya pasar sudah mulai jenuh dengan lulusan bisnis dan
manajemen dan juga adanya dampak dari proses reengineering yang dilakukan di SMK yang
bertujuan untuk menyesuaikan kembali distribusi bidang-bidang keahlian di SMK sesuai dengan
kebutuhan pasar.
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,721,531
1,244,538
1,861,173
1,413,241
1,892,555
1,445,199
1,810,899
1,360,081
1,921,919
1,527,778
2,102,160
1,659,470
1,000,000
500,000
Pada gambar 1.8 di atas dapat diketahui bahwa pada setiap tahunnya sejak tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014 terdapat hampir 500 ribu lulusan SMP/MTs yang tidak dapat tertampung masuk
ke SMK. Hal ini disebabkan masih terbatasnya daya tamping SMK dibandingkan dengan animo
masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya ke SMK. Oleh karena itu penambahan daya tampung
masih dianggap perlu ditingkatkan tanpa harus mengalahkan peningkatan mutu SMK itu sendiri.
Dengan berbagai karakteristik di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan harus
menciptakan formulasi strategi kebijakan yang sesuai agar seluruh SMK dapat dikembangkan dengan baik
sehingga dapat berkontribusi maksimal dalam memajukan pendidikan menengah di Indonesia.
ratio age)
80.0 0.90
to working
70.0 0.80
% of population
Dependency
0.70
60.0
10.0 0.10
0.0 0.0
2045 2040
1955 1950
Dengan asumsi bahwa seluruh penduduk produktif memiliki keterampilan yang memadai maka
Indonesia akan mendapat masa keemasan dengan rendahnya tingkat ketergantungan
masyarakat pada pemerintah. Namun demikian apabila Indonesia gagal dalam mempersiapkan
penduduk produktif tersebut maka akan berdampak pada sangat tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat akibat dari pengangguran.
c) Spektrum Tenaga Kerja di Indonesia
Kondisi tenaga kerja di Indonesia saat ini masih didominasi oleh lulusan pendidikan dasar
dengan populasi mencapai 61% dari penduduk bekerja saat ini.
SD : 53.96 44.28
SMP : 20.35 % Setengah Penganggur
Angkatan Kerja (AK) SMA : 18.58 16.70
% 9,68 Juta Orang
114,63 Juta Orang SMK : 10.52
15.25
D I/II/III 2.96 %
SD : 53.96 44.28
Bekerja Tidak Penuh (<35 Jam/mg)
% : 8.26 8.63
SMP : 20.35
16.70 UNIVERSITAS : 38.97 % 35,77 Juta Orang (31,20%)
SMA : 18.58
% Pertanian 15.26 2.43
SMK : 10.52 %
15.25 : 7.28
D I/II/III 2.96 % 6.78
Industri
: 8.63 : %
% Konstruksi 34.00
%
2.43 :
% 13.31
%
6.35
%
Sementara lulusan SMK baru dapat berkontribusi sebesar 8,63% masih di bawah lulusan SMA
(15,25%) pada bulan Agustus. Hal ini disebabkan lulusan SMK masih dalam proses tunggu
pencarian pekerjaan. Kondisi yang berbeda jika survei dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan April maka lulusan SMK mencapai maksimal masuk ke lapangan pekerjaan
mengungguli lulusan SMA. Kondisi ini merupakan celah yang harus dioptimalkan dalam
pembangunan SMK. Kecepatan dalam membangun SMK ke depan harus dapat mengubah
struktur ketenagakerjaan di Indonesia menjadi tenaga kerja terampil yang didominasi
oleh SMK.
100
96
100
80 82 82
80 74
60 62
60 55 57
Share of firms identifying skill requirements as increasing
45
40
40 36
32
26 25
20
20
15
7
0
0 Manufacturing Service (non-education) Non-Exporters
Exporters
1 00
Quantile 1 Quantile 2 Quantile 3 Quantile 4 Quantile 5Rata-rata
90
Miskin Agak Miskin Cukup Agak KayaKaya
80
70
60
50
40
30
102000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Selain itu menurut SUSENAS 2013, hampir 90% anak-anak dari keluarga kuintil terkaya
mencapai Kelas 9, dibandingkan dengan kurang dari 56% dari kuintil termiskin.
Selanjutnya, pertisipasi pendidikan di SMK masih terkonsentrasi pada anak-anak dari
rumah tangga dengan latar belakang sosial-ekonomi yang lebih baik dan dari daerah
perkotaan (WorldBank, 2012). Berdasarkan karakteristik anak-anak yang tidak
bersekolah, jelas bahwa tantangan utama peningkatan partisipasi pendidikan SMK
adalah dengan mencegah putus sekolah anak-anak dari kuintil termiskin, terutama di
daerah pedesaan.
b) Keterbatasan jumlah SMK. Sampai saat ini belum seluruh kecamatan di Indonesia
memiliki sekolah menengah (lihat Gambar 1.13). Kondisi ini berdampak pada
munculnya kantung-kantung putus sekolah di berbagai wilayah Indonesia khususnya
di daerah 3 T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
0% 20% 40% 60% 80% 100%
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi
Selatan Sulawesi
Tenggara
Maluku
Bali
Nusa Tenggara
Barat Nusa
Tenggara Timur
Papua
Bengkulu
Maluku Utara
Banten
Gorontalo
Kep. Riau
Papua Barat
Sulawesi Barat
Gambar 1.13 Proporsi Kecamatan yang Tidak Mempunyai Sekolah Menengah tahun 2013 Sumber:
Dapodikmen 2013, diolah
c) Keterbatasan kapasitas SMK. Kapasitas pendidikan menengah saat ini belum memadai
untuk dapat menampung seluruh lulusan SMP. Rasio lulusan SMP terhadap rombel
Kelas 1 SM dapat dilihat pada Tabel 1.3. Berdasarkan analisis rasio jumlah lulusan SMP
terhadap ketersediaan rombel di Kelas 1 SM saat ini sebagaimana digambarkan pada
tabel, kapasitas yang tersedia di pendidikan menengah hanya mampu menampung
rata-rata 76 % dari lulusan SMP/MTs. Kondisi ini semakin mengkonfirmasi belum
siapnya satuan
pendidikan menengah dalam menampung lulusan SMP/MTs. Di tingkat provinsi,
sembilan (9) provinsi berada pada kondisi yang cukup mengkhawatirkan karena hanya
dapat menampung kurang dari 75 % lulusan SMP/MTs.
Tabel 1.2 Rasio Jumlah Lulusan SMP terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar (rombel) Kelas 1 SM
Pengangguran dari lulusan SMK pada sekitar bulan agustus dibebabkan masih adanya
waktu tunggu bagi lulusan SMK yang cukup lama kurang lebih hampir 6 bulan untuk
masuk ke lapangan pekerjaan.
10 3
2,3
8 2.5
1,6
6 1.5
1,1
4 1
0,9
0,8
2 0.5
11,24
3,04
7,15
9,55
6,14
5,65
0 0
SD ke
bawah S Sekolah Sekolah Sekolah Diploma Universitas
Menengah Menengah Menengah I/II/III
Pertama Atas Kejuruan
Gambar 1.14 Tingkat pengangguran terbuka dan rata-rata pendapatan per bulan menurut
pendidikan yang ditamatkan, Agustus 2013
Sumber: Susenas 2013
Oleh karena itu, untuk mempersingkat waktu tunggu bagi lulusan SMK untuk memasuki
lapangan pekerjaan maka peningkatan kualitas lulusan harus segera ditingkatkan baik
dengan pembekalan khusus maupun dengan sertifikasi lulusan berstandar internasional.
Sehingga memudahkan Dunia Usaha/Dunia Industri cepat menyerap lulusan SMK
pada tahun kelulusan.
Negeri Swasta
Guru Total
< S1 > S1 Jumlah < S1 > S1 Jumlah
SMA 8,340 158,253 166,593 12,320 112,207 124,527 291,120
SMK 8,483 107,183 115,666 25,969 164,012 189,981 305,647
TOTAL 16,823 265,436 282,259 38,289 276,219 314,508 596,767
Sumber: Diolah dari Dapodikmen 2013
Akan tetapi, dari segi kompetensi, guru yang berpendidikan S1 dan S2/S3 ternyata
mempunyai kompetensi yang tidak terlalu jauh berbeda dengan guru yang berpendidikan
D3 dan di bawah D3. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.15 bahwa tidak ada perbedaan
signifikan atas rata-rata nilai Ujian Kompetensi Guru dari guru yang berpendidikan S1 dan
S2/ S3 dan guru yang berpendidikan D3 dan dibawah D3.
50
Rata-rata perkiraan nilai
40
30
20
10
0
<D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3
SD SLB SMA SMK SMP TK
Gambar 1.15 Rata-Rata Nilai Ujian Kompetensi Guru
Sumber: Bappenas
Selanjutnya jika lihat kebutuhan guru produktif SMK berdasarkan bidang keahlian yang
ada dibandingkan dengan kebutuhan ideal, Indonesia masih mengalami kekurangan
guru produktif sebagaimana dijelaskan pada gambar 1.17.
Teknologi dan Teknologi Informasi Perikanan dan Kesehatan Agribisnis dan Bisnis dan Pariwisata Seni Rupa Seni Pertunjukan
Rekayasa Dan Komunikasi Manajemen Argoindustri Manajemen dan Kerajinan
Bisnis dan Manajemen 7.768 2.801 4.085 12.488 27.142 14.654 51.571 -24.429 -36.917
Pariwisata 3.016 299 501 2.226 6.042 3.816 8.810 -2.768 -4.994
Seni Rupa dan
471 40 56 235 802 567 882 -80 -315
Kerajinan
Seni Pertunjukan 13 2 2 10 27 17 28 -1 -11
Jumlah Guru Bidang
24.284 5.724 7.939 27.022 64.969 37.947 106.815 -41.846 -68.868
Keahlian (Produktif)
Pemerintah selama ini telah melakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya karaktersiswa dan jati diri bangsa yang berbasis pada keragaman
dan kearifan lokal serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun berbagai
permasalahan masih dihadapi antara lain: (i) adanya kecenderungan menurunnya
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
(ii) menurunnya kualitas penggunaan bahasa Indonesia dan rasa cinta terhadap produk
dalam negeri;(iii) rendahnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai sejarah
dan kearifan lokal serta penghormatan terhadap adat, tradisi, dan kepercayaan;
(iv) menurunnya daya juang dan budaya kerja (etos kerja), sikap tenggang rasa dan
toleransi terhadap perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik sosial; dan
(v) menguatnya nilai-nilai priomordialisme dan fundamentalisme yang dapat mengancam
disintegrasi bangsa.
Pusat
Provinsi Kabupaten/Kota
Pendidikan Menengah
b. Relevansi pendidikan kejuruan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dengan
cara: menyelaraskan ketersediaan paket keahlian SMK dengan kebutuhan dunia kerja;
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja/sesuai
dengan KKNI.
b. Kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus ditingkatkan, dengan cara:
meningkatkan kualifikasi guru; memperkuat sistem uji kompetensi guru dan
mengitegrasikan dengan sistem sertifikasi guru; menerapkan sistem penilaian kinerja
guru yang sahih, andal, transparan dan berkesinambungan; meningkatkan kompetensi
guru secaran berkelanjutan.
C. Tata Nilai 40
A. Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dengan terintegrasinya pendidikan dan kebudayaan, keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya
manusia yang dikembangkan melalui proses pembelajaran dalam pendidikan dan adaptasi terhadap
lingkungannya dapat berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Keseluruhan proses dan hasil interaksi sistemik dari proses pendidikan, budaya keagamaan,
budaya kebangsaan, budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait satu
sama lain dan dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban bangsa. Selain itu, cita-cita dalam
Dengan mengacu kepada Nawa Cita, memperhatikan Visi 2025, serta integrasi pembangunan
pendidikan dan kebudayaan, maka ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019
adalah:
Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai terwujudnya
dengan baik apa yang disebut sebagai tujuh elemen ekosistem. Penyebutan insan secara terpisah adalah
untuk menekankan arti sangat penting dari peran pelaku dalam suatu ekosistem.
Pemerintah memegang peranan penting dalam peningkatan akses, kualitas, dan relevansi
pendidikan serta daya saing anak-anak Indonesia, terutama dalam penyediaan sarana dan
prasarana sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan
(SNP), pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada semua jenjang pendidikan serta
pemberian beasiswa miskin melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) sehingga keterjangkauan dan
jaminan untuk memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah dapat terpenuhi. Selain
itu pemerintah juga harus menjamin ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang
profesional di seluruh jenjang pendidikan dan seluruh satuan pendidikan, serta mengurangi
kesenjangan akses dan kualitas antar propinsi, kabupaten dan kota serta daerah terdepan,
terluar, dan tertinggal (3T).
Pemerintah daerah pun dituntut untuk berperan lebih daripada waktu sebelumnya. Sebagian
cukup besar penggunaan dana pendidikan dari APBN berada dibawah kontrol Pemerintah
Daerah. Pemanfaatan dana pendidikan yang berasal dari APBN dan APBD dapat diupayakan
semakin terkoordinasi, antara lain dengan mengkaitkan alokasi dana Pemerintah
dihubungkan dengan seberapa besar alokasi APBD daerah bersangkutan.
Terbentuknya insan serta ekosistem kebudayaan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai:
1. Terwujudnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman budaya dalam masyarakat,
yang diindikasikanoleh kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
2. Terbentuknya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah yang diindikasikan
oleh menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air;
3. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya produksi serta pengembangan
ilmu dasar dan ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
4. Terwujudnya pelestarian warisan budaya baik bersifat benda (tangible) maupun tak benda
(intangible)
5. Terbentuknya karakter yang tangguh dengan melestarikan, memperkukuh dan menerapkan
nilai-nilai kebudayaan Indonesia;
6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas karya budaya, yang mendorong
lahirnya insan kebudayaan yang profesional yang lebih banyak;
7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.
Berlandaskan gotong royong dapat dimaknai sebagai berikut:
Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Gotong royong diakui
sebagai kepribadian dan budaya bangsa yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat.
Gotong royong dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan berarti banyak hal yang dilakukan
secara bersama oleh banyak pihak secara sadar, sukarela, dan keinginan saling tolong menolong.
Berlandaskan gotong royong akan memposisikan pembangunan pendidikan dan kebudayaan
sebagai sebuah gerakan. Gerakan yang dicirikan antara lain oleh keterlibatan aktif masyarakat dan
kepercayaan yang tinggi terhadap lingkungan lembaga satuan pendidikan seperti sekolah.
KODE MISI
M1 Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
M2 Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
M3 Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
M4 Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa
M5 Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan
Publik
Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental. Misi renstra tersebut dilihat
sebagai tujuh jalan revolusi mental yang mengintegrasikan pengelolaan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan, yaitu:
1. Menerapkan paradigma pendidikan untuk membentuk manusia mandiri dan berkepribadian;
2. Mengembangkan kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi kearifan lokal serta vokasi
yang beragam berdasarkan kebutuhan geografis daerah serta bakat dan potensi anak;
3. Menciptakan proses belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk menumbuhkan kemauan
belajar dari dalam diri anak;
4. Memberi kepercayaan besar kepada kepala sekolah dan guru untuk mengelola suasana dan
proses belajar yang kondusif agar anak nyaman belajar;
5. Memberdayakan orangtua untuk terlibat lebih aktif pada proses pembelajaran dan tumbuh
kembang anak;
6. Membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani warga sekolah;
7. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi pendampingan dan pengawasan
yang efektif.
Sejalan dengan semangat integrasi antara unit kerja di dalam Kementerian, Visi dan Misi Kementerian
merupakan visi dan misi Direktorat Pembinaan SMK. Selanjutnya Direktorat Pembinaan SMK hanya
menjabarkan tujuan strategis sebagai tindak lanjut penetapan tujuan strategis Kementerian.
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat
Pembinaan SMK
Sejalan dengan visi dan misi kemdikbud 2015-2019, berikut rumusan visi dan misi Direktorat
Pembinaan SMK ke depan.
Sebagai jabaran dari visi dan misi tersebut, berikut tujuan strategis serta sasaran strategis Direktorat
Pembinaan SMK :
1. Tujuan Strategis 1: Penguatan peran siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan aparatur
institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan SMK dengan sasaran strategis:
4. Tujuan Strategis 4: Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel dengan
melibatkan publik dengan sasaran strategis:
3. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan. Melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, menciptakan peluang baru atau untuk
menghindari timbulnya masalah.
4. Pembelajar
Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan
dan pengalaman serta mampu mengambil hikmah dan mejadikan pelajaran atas setiap kejadian.
5. Menjunjung Meritokrasi
Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju berdasarkan kelayakan dan
kecakapannya.
6. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan agar pihak lain tergerak
untuk menghasilkan karya terbaiknya.
7. Tanpa Pamrih
Tidak memilki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan untuk memperoleh
keuntungan pribadi Memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain untuk suka berusaha
mencapai tujuan bersama serta memberikan inspirasi dan memberikan dorongan agar pihak lain
tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
C. Kerangka Regulasi
D Kerangka Kelembagaan 57
A. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Pendidikan Nasional
Uraian mengenai arah dan kebijakan nasional selanjutnya merujuk kepada sembilan agenda
prioritas (Nawa Cita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud. Sebelum menguraikan
mengenai hal itu, ada baiknya dikemukakan kembali Nawa Cita yang menjadi acuannya, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruh warga negara;
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Agenda prioritas yang terkait langsung dengan pembangunan pendidikan dan kebudayaan, khususnya
yang sesuai dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, tertuang dalam Nawa Cita nomor 2, 3, 4, 5, 6,
dan 8. Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan sesuai dengan agenda Nawa Cita
(sesuai dengan isi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019) yang terkait
langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat PSMK.
NAWACITA.2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif
NAWACITA.4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang be
NAWACITA.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa In
1. Dalam rangka Taman Tekno dan Taman Sains arah kebijakan dan strategi adalah sebagai
berikut:
a. Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota diarahkan berfungsi sebagai:
1) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan
hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah
dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala
ekonomi;
2) tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis
ke masyarakat luas;
Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pencapaian sasaran strategis Direktorat Pembinaan SMK
2015-2019.
1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan Kejuruan
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui Penerapan
pendidikan karakter di sekolah. Strategi ini bertujuan untuk:
a. Memotivasi pihak sekolah dan Pemda setempat dalam pengembangan mental dan akhlak
mulia para siswa melalui kegiatan dan pelatihan yang nantinya diharapkan dapat menyebar
luaskan ke siswa SMK dilingkungan daerahnya masing-masing.
b. Menumbuhkan disiplin dan tanggungjawab terhadap kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah.
c. Terciptanya generasi muda yang tangguh dan siap menuju ke kehidupan yang lebih baik
di masyarakat.
d. Memiliki budi pekerti yang baik dan berahklak mulia.
e. Berkembangnya rasa kerjasama dan kebersamaan sebagai upaya untuk menggalang persatuan
dan kesatuan generasi muda mendatang.
Aksesebilitas
Sinergitas SMK Pariwisata dengan SMK Kelautan
Interaksi ke pusat pertumbuhan melalui revitalisasi program keahlian dan kegiatan
pembelajaran. Pada tahun 2019 diproyeksikan
Gugus Pulau Kecil terdapat 25 SMK Kelautan yang bersinergi dengan
Bidang Pariwisata
3. Peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter
dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui:
a. Penerapan Kurikulum Nasional. Untuk mewujudkan ketercapaian pelaksanaan implementasi
Kurikulum Nasional Peminatan SMK diperlukan adanya dukungan dari semua pihak baik yang
bersifat teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis berupa pemberian pelatihan, pembinaan
dan asistensi ke sekolah oleh petugas pusat, propinsi, dan kab/kota serta kegiatan non teknis
berupa penyediaan buku panduan untuk guru, panduan penyusunan silabus dan buku panduan
untuk siswa.
c. Pemenuhan sarana dan prasarana SMK yang menunjang peningkatan kualitas pembelajaran.
Penyediaan sarana dan prasarana mencakup:
i. Ruang Praktik Siswa/Laboratorium
ii. Bantuan Peralatan Praktik SMK
iii. Rehabilitasi Ruang Belajar
iv. Pembangunan Perpustakaan Pendukung Pembelajaran
v. Bantuan Peralatan E-Pembelajaran (E-Sabak)
d. SMK Perikanan dan Kelautan, SMK Pertanian, dan SMK Pariwisata. Secara umum usaha
yang dilakukan untuk mengembangkan SMK bidang ini adalah dengan memberikan
bantuan dalam rangka mendukung Kebijakan Pemerintah dalam mengembangkan Poros
Maritim Indonesia dan membangun ketahanan pangan. Adapun jenis bantuan yang
akan diberikan diantaranya :
a. Bantuan Pengembangan SMK Perikanan dan Kelautan diberikan kepada SMK lingkup
Bidang Studi Keahlian Perikanan dan Kelautan, dapat digunakan untuk pembangunan
fisik/bangunan baik struktur maupun infrastruktur serta peralatan pendidikan termasuk
Pembangunan Unit Sekolah Baru. Direktorat PSMK mentargetkan dapat membangun
minimal 400 SMK perikanan dan kelautan unggulan pada tahun 2019.
b. Bantuan Pengembangan SMK Pertanian ditujukan untuk mendukung kebijakan
pemerintah menuju ketahanan pangan nasional. Bantuan diberikan kepada SMK yang
membuka Bidang Keahlian Agrobisnis dan Agroteknologi dan digunakan untuk
pembangunan fisik/bangunan baik struktur maupun infrastruktur serta peralatan
pendidikan termasuk untuk pembangunan unit sekolah baru. Direktorat PSMK
mentargetkan dapat membangun minimal 600 SMK pertanian unggulan pada tahun
2019.
c. Bantuan Pengembangan SMK Pariwisata dilakukan dengan cara memberikan bantuan
dalam bentuk dana untuk pembangunan ruang dan/atau infrastruktur serta peralatan
bagi SMK Bidang Studi Keahlian lingkup Pariwisata yang ditunjuk.
e. Pengembangan Mutu melalui Cluster SMK Rujukan. SMK Rujukan adalah SMK yang unggul
dalam berbagai aspek sehingga bisa dijadikan acuan/rujukan/referensi bagi SMK-SMK lain.
SMK rujukan yang akan dikembangkan merupakan bagian dari program peningkatan mutu
pendidikan berbasis wilayah (propinsi, kab/kota). SMK Rujukan juga akan menjadi leader
dalam mengembangkan mutu SMK dan setidaknya memiliki 3 SMK aliansi yang akan dibina.
Setiap SMK Rujukan Menyusun SDP (School Development Plan) dan dibina secara bertahap
pencapaian SNP serta memiliki fasilitas bersama yang meliputi bengkel unggul, sumber
belajar/ materi ajar online, website dan informasi kebekerjaan, perpustakaan termasuk e-
library, jaringan internet yang cukup, tempat pendampingan/ pelatihan guru, teaching
factory, testing center untuk kompetensi, produk dan jasa , serta ruang pamer produk/jasa
SMK, dan hubungan industri.
SM
MK Rujukan
SM
MK Reguler
Re Grouping
menjadi
2.000 SMK
SMK Aliansi
Siswa< 200
5.000 SMK
f. Pengembangan teaching factory di SMK. Teaching Factory (TEFA) adalah pembelajaran yang
berorientasi bisnis dan produksi. Atau suatu proses keahlian atau keterampilan (life
skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya
untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Tujuan
TEFA adalah sebagai wadah pelatihan dan praktik berbasis produksi secara langsung bagi
siswa SMK yang berorientasi pada pasar. Sampai dengan tahun 2019, Direktorat Pembinaan
SMK akan mendukung pengembangan minimal 200 teaching factory di SMK.
Ekosistem
Masyarakat Kerjasama
Kerjasama
Ekosistem
Sekolah
Kerangka regulasi dibutuhkan Direktorat Pembinaan SMK untuk mendukung tercapainya sasaran
pembangunan sebagaimana tercantum pada RPJMN. Berikut dijabarkan kerangka regulasi yang
dibutuhkan untuk mengawal tercapainya arah kebijakan, strategi dan sasaran Direktorat Pembinaan
SMK 2015-2019 serta urgensi perlunya kerangka regulasi. Perincian mengenai jenis kebutuhan regulasi
dan pentingnya regulasi dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Pembinaan
SMK, dijelaskan pada tabel 3.1.
Kerangka kelembagaan adalah perangkat institusi yang meliputi struktur organisasi, ketatalaksanaan,
dan pengelolaan aparatur sipil negara. Kerangka kelembagaan disusun dengan tujuan antara lain:
1) meningkatkan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan sebagaimana terdapat dalam
RPJMN sesuai dengan fungsi dan visi/misi Kemendikbud; 2) membangun struktur organisasi yang
tepat fungsi dan ukuran untuk menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi Kemendikbud dalam melaksanakan program-programnya; dan 3) memperjelas
ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 11 Tahun 2015 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan SMK mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan
sekolah menengah kejuruan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pembinaan SMK
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
b) koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
c) peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik sekolah menengah kejuruan;
d) fasilitasi sarana dan prasarana dan pendanaan sekolah menengah kejuruan;
e) fasilitasi pembangunan teaching factory dan technopark di lingkungan sekolah menengah
kejuruan;
f) ) pemberian pertimbangan izin dan kerja sama penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan
yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing;
g) pelaksanaan penyelarasan kejuruan dan fasilitasi kerja sama industri;
h) fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu sekolah menengah kejuruan;
i) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta didik, sarana
dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
j) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan
prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
k) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan; dan
l) pelaksanaan administrasi Direktorat.
Bagan Organisasi Direktorat Pembinaan SMK dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Ditjen
Dikdasmen
Sekertariat
Ditjen
Subang TU
Subdit
Subdit Subdit
Subdit Program Subdit Penyelarasan Kejuruan PDirektorat
es e r t a KelemDibreakgta
Pe
D mid i b ki n a oarnatdan
dan Evaluasi Kurikulum; dan Kerjasama a n SM A
Industri SPaermanbainPar
aansaPraKnLKa
Dalam mendukung penyelarasan proses pembelajaran di SMK dengan dunia usaha dan dunia
industri, Direktorat Pembinaan SMK membentuk sub direktorat baru yaitu Sub Direktorat Penyelarasan
Kejuruan Dan Kerjasama Industri sebagai langkah strategik pelibatan publik dalam pengembangan
SMK. Sub Direktorat ini bertugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan, koordinasi,
dan pelaksanaan kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi
di bidang penyelarasan kejuruan dan fasilitasi kerja sama industri pada SMK dan berfungsi untuk:
a. Penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelarasan
kejuruan dan kerja sama industri SMK;
b. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelarasan kejuruan dan
kerja sama industri sekolah menengah kejuruan;
c. Penyusunan bahan fasilitasi kerja sama industri SMK;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelarasan kejuruan dan kerja sama
industri sekolah menengah kejuruan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan laporan penyelarasan kejuruan dan kerjasana industri sekolah
menengah kejuruan.
Berikut dijabarkan kegiatan yang menjadi tugas tambahan dari fungsi setiap sub direktorat di dalam
Direktorat Pembinaan SMK.
1. Subdit Kelembagaan Dan Sarana Prasarana bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :
a. Pengembangan SMK Rujukan
b. Penguatan Tata Kelola SMK Rujukan
c. Pengembangan Technopark
d. SMK Kelautan Pendukung Kemaritiman
e. SMK Pertanian Pendukung Ketahanan Pangan
f. Pengembangan SMK Pariwisata
g. Naskah Standar Sarana dan Prasarana
h. Unit Sekolah Baru (USB) SMK
i. Ruang Kelas Baru (RKB) SMK
j. Ruang Praktik Siswa (RPS) SMK
k. Bantuan Peralatan Praktik SMK
l. Rehabilitasi Ruang Belajar
m. SMK Berbasis Pesantren/Komunitas
n. SMK di Papua/Papua Barat/Daerah Khusus/3T.
61
Bimtek Cara Penilaian (Metode Penilaian), Bimtek Penyusunan Soal Teori UN Kejuruan,
Bimtek Penyusunan Soal UKK, Bimtek UNBK, dan Bimtek Penjaminan mutu dalam penilaian.
Sampai akhir tahun 2019 sebesar 75% sekolah melaksanakan UNBK.
• Pengembangan perpustakaan sebagai resource center dalam pembelajaran yang meliputi
penyusunan pedoman perpustakaan sekolah, pengembangan perpustakaan sekolah sebagai
resource center, pemberian bantuan sosial, dan pendampingan pengelolaan perpustakaan.
Sampai akhir tahun 2019 sebesar 75% terfaslitasi perpustakaannya.
• Pelaksanaan pameran kreatif menunjang peningkatan kompetensi siswa yang meliputi
pedoman pameran kreatif, bantuan sosial untuk pameran, pendampingan dan supervisi. 30 SMK
setiap tahun
• Penyelesaian Proyek kerjasama dengan Jerman SEDTVET pada tahun 2016.
4. Subdit Program dan Evaluasi bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :
a. Dokumen Perencanaan
b. Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program
c. Laporan Kinerja
d. Dokumen Layanan Informasi Kebijakan
e. Kemitraan Direktorat Dengan Institusi/Lembaga
f. Data Pokok Pendidikan Khusus SMK
B. Kerangka Pendanaan 74
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015—2019 merupakan bagian dari
sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah, seperti yang diperintahkan oleh Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Renstra merupakan persyaratan
utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan mutu keluaran
(output) dan hasil (outcome) dalam pemanfaatan APBN. Renstra akan menjadi acuan (guidance)
pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap pimpinan unit kerja agar dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya semakin akuntabel (accountable). Renstra saat ini adalah bagian dari konsistensi
penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja.
Renstra menggambarkan keterkaitan antara sasaran kementerian, sasaran program, dan sasaran
kegiatan dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Penetapan target kinerja ditentukan setelah IKSS, IKP, dan IKK disusun
dan disepakati baik di tingkat kementerian maupun di tingkat Eselon I. Target kinerja menunjukkan
tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Kementerian, program, dan kegiatan dalam
periode 2015—2019. Oleh karena itu Kemendikbud di dalam menyusun dan menetapkan target kinerja
mengacu dan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
1. Target kinerja harus dapat menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai
dari setiap indikator kinerja sasaran (IKSS, IKP, dan IKK);
2. Penetapan target dipilih karena relevan karena relevan dengan indikator kinerjanya, logis
dan berdasarkan pada baseline data yang jelas.
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran saat ini, setiap Eselon I diharapkan menetapkan satu
program dengan satu atau lebih sasaran program dan dilengkapi dengan IKP dari masing-masing
sasaran program, sedangkan Eselon II dimungkinkan memiliki satu atau lebih kegiatan dengan masing-
masing kegiatan memiliki satu atau lebih sasaran kegiatan sesuai dengan karakteristik tugas dan
fungsinya yang dilengkapi dengan IKK untuk masing-masing sasaran kegiatan. Target kinerja program
di setiap Eselon I dan target kinerja kegiatan di seluruh Eselon II harus mencerminkan target kinerja
kementerian dan program prioritas nasional. Hubungan antara struktur organisasi, struktur program
dan kegiatan, dan kinerja disajikan pada gambar 4.1.
STRUKTUR STRUKTUR STRUKTUR STRUKTUR
ORGANISASI ANGGARAN PERENCANAAN KINERJA
NASIONAL
FUNGSI PRIORITAS
SASARAN IK SASARAN
KABINET PEMBANGUNAN NASIONAL
TARGET
PROGRAM LINTAS PEMBANGUNAN NASIONAL
SUB-FUNGSI
KEMENTRIAN/LEMBAGA
Sasaran
Kebijakan K/ L IK SASARAN TARGET
Kementerian/ Strategis K/L Impact/ Outcome
Bagian Anggaran/ Organisasi Strategis
Lembaga
Program Sasaran
Unit Organisasi Program (Outcome)
Program Indikator Kinerja Kegiatan TARGET
ES 1*)
Sasaran
Unit Kerja ES 2*) Kegiatan Program (Output)
Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan TARGET
Target kinerja sasaran strategis dan target kinerja sasaran program ditetapkan berdasarkan unit Eselon
II yang dikelola Direktorat Pembinaan SMK sebagaimana dibahas dalam Bab III sub bab Kerangka
Kelembagaan. Target kinerja dimaksud ditetapkan untuk setiap tahun selama kurun waktu lima tahun.
Penjelasan dari setiap target kinerja Direktorat Pembinaan SMK sebagai berikut:
Tabel 4.1 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T1
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS1 Meningkatnya perilaku
positif siswa
IKSS Indeks integritas siswa SMK indeks 67/67 68/69 70/72 72/74 74/76 77/78
1.2
IKSS Rata-rata nilai sikap siswa Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
1.3 SM minimal baik
T.3: Peningkatan Akses PAUD, Dikdas, Dikmen, Dikmas, dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Tabel 4.2 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T3
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS6 Meningkatnya angka
partisipasi penduduk
usia pendidikan dasar
dan menengah
IKSS APK SMA/SMK/SMLB/Paket % 68,92 75,70 79,31 82,15 84,09 85,71
6.5 C sekurang-kurangnya
85,71 %
IKSS APM SMA/SMK/SMLB % 60,56 63,76 66,87 69,49 71,12 73,05
6.6 sekurang-kurangnya
67,50%
IKSS Rasio APK SMA/SMK/SMLB Rasio 0.53 0.54 0.55 0.57 0.58 0.60
6.8 antara 20% penduduk
termiskin dan 20%
penduduk terkaya sebesar
0.6
IKSS Rata-rata lama sekolah Thn 8.1 8.2 8.3 8.5 8.7 8.8
6.9 penduduk usia di atas 15
tahun sebesar 8,8 tahun
T.4: Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter
Tabel 4.3 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS 8 Meningkatnya mutu
layanan dan lulusan
pendidikan dasar dan
menengah
IKSS Persentase paket keahlian % 48,17 51,54 54,90 58,27 61,63 65,00
8.4 SMK berakreditasi minimal
B sekurang-kurangnya 65%
IKSS Persentase SM/SMLB yang % 0 0 40,00 50,00 60,00 75,00
8.7 memenuhi SPM sebanyak
75%
IKSS Sejumlah minimal % 0 60,00 65,00 75,00 80,00 90,00
8.9 90% kab/kota
memiliki
Indeks pencapaian
SPM pendidikan
IKSS menengah
Rata-rata sebesar
nilai ujian 1 Nilai 6.0 6.2 6.5 6.7 7.0 7.5
8.12 nasional SMA minimal 7.0
dan UN SMK minimal 7.0
T.6: Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan Melibatkan Publik
Tabel 4.4 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS 14 Meningkatkan
akuntabilitas kinerja
Kemendikbud
IKSS Skor LAKIP minimal Skor 72 80 80 80 80 80
14.1 sebesar 80
SS15 Dipertahankannya opini
Laporan Keuangan
Kemendikbud Wajar
Tanpa Pengecualian
(WTP)
IKSS Laporan Keuangan opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
15.1 Kemendikbud mendapat
opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
SS16 Meningkatnya pelibatan
publik dalam tata
kelola pendidikan dan
kebudayaan
IKSS Indeks kepuasan Indeks 72 73 74 75 76 77
16.1 pemangku kepentingan
kemendikbud sebesar
77
2. Target Kinerja Sasaran Program (SP)
Keberhasilan pencapaian kinerja Sasaran Program (SP) di tiap Eselon I di lingkungan Kemendikbud
dapat diukur dari ketercapaian target Indikator Kinerja Program (IKP). Berikut dijabarkan dalam
tabel 4.9 Indikator Kinerja Program Pendidikan Dasar dan Menengah yang terkait dengan tugas
dan fungsi Direktorat Pembinaan SMK.
Tabel 4.5 Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SP 3.2 Siswa yang
berpartisipasi mengikuti
pendidikan
SMA/SMK/SMLB/Paket C
IKP APK SMA/SMK/SMLB/ % 68.92 75.70 79.31 82.15 84.09 85.71
3.2.1 Paket C
IKP Angka melanjutkan SMP/ % 81.00 81.50 82.00 84.00 86.00 88.00
3.2.2 MTs ke SMA/SMK
IKP Rasio APK % 100 100 100 100 100 100
3.2.3 perempuan:laki-laki di
SMA/SMK
SP 3.3 Persentase Angka Putus
Sekolah SMA/SMK/
SMLB/ Paket C
IKP Jumlah siswa jenjang siswa 3.700 3.856.476 3.856.676 3.856.899 3.856.979 3.858.211
3.3.1 pendidikan menengah
penerima bantuan
melalui Kartu Indonesia
Pintar
IKP Angka putus % 1,66 1,20 1,10 1,00 0,90 0,80
3.3.2 sekolah SMA/SMK
SP 3.4 Sekolah Menengah di
setiap kecamatan pada
tahun 2019
IKP Persentase kecamatan % 71.00 76.60 82.50 88.30 94.20 100.00
3.4.1 yang memiliki minimal
1 sekolah menengah
SP 3.5 Peningkatan kualitas
pembelajaran
IKP Jumlah SD/SDLB sek 15,300 15,300 15,300 15,300 15,300 15,300
3.5.1 dan SMP/SMPLB
yang dipersiapkan
berakreditasi minimal B
IKP Rata-rata nilai sikap Nilai Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3.5.2 siswa SD/SDLB, Sikap
SMP/SMPLB, SMA/SMLB,
dan SMK
minimal baik
IKP (pendidikan karakter)
Jumlah perolehan medali 140 141 148 152 160 168
3.5.3 medali tertimbang dari
kompetisi internasional
tingkat pendidikan
dasar dan menengah
Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK
TARGET
SASARAN/ INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Tercapainya perluasan dan pemerataan akses pendidikan SMK bermutu, berkesetaraan jender, dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, di semua kabupaten dan kota
IKK 3.1 Jumlah siswa SMK penerima 4,475,329 4,918,551 5,106,953 5,209,146 5,327,316
BOS SM
IKK 3.2 Jumlah RKB SMK 3,100 6,450 5,373 3,749 3,065
yang dibangun
IKK 3.3 Jumlah unit SMK baru 35 126 126 126 126
yang dibangun
IKK 3.4 Pembangunan Prasarana 300 5,799 5,799 5,799 5,799
Pembelajaran SMK
IKK 3.5 Rehabilitasi ruang 130 3,309 3,309 3,309 3,309
pembelajaran SMK
IKK 3.6 Pengadaan Sarana 11,200 2,277 2,277 2,277 2,277
Pembelajaran
IKK 3.7 Jumlah SMK yang 870 11,384 11,384 11,384 11,384
menerapkan kurikulum
yang berlaku
IKK 3.8 Jumlah bahan ajar SMK 350 355 360 365 370
yang disusun
IKK 3.9 Jumlah SMK yang 182 187 192 197 202
menerapkan standar
penilaian
pendidikan
IKK 3.10 Jumlah SMK Rujukan 117 375 350 300 300
IKK 3.11 Jumlah SMK yang 200 200 200 200 200
melaksanakan teaching
factory/technopark
IKK 3.12 Jumlah SMK Berbasis 340 300 400 500 600
Pesantren/Komunitas/
Insdustri
IKK 3.13 Jumlah SMK yang 96 96 96 96 96
mendapat intervensi
perluasan akses dan
peningkatan mutu di
Papua/Papua
IKK 3.14 Jumlah siswa Barat
yang 0 1,527,200 1,624,448 1,656,961 1,720,481
melaksanakan praktik kerja
industri
IKK 3.15 Persentase SMK yang 8 10 20 30 40
menyediakan layanan BKK
yang menjembatani dengan
DU/DI
Pembagian kewenangan pendidikan menurut UU Nomor 23 tahun 2014 tersebut dibagi kedalam
tiga tingkatan yaitu kewenangan tingkat pemerintah/kementerian, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota. Adapun substansi kewenangannya mencakup bidang manajemen
pendidikan, kurikulum, pendidik/guru dan tenaga kependidikan, perizinan pendidikan, serta bahasa
dan sastra. Penjelasan mengenai kewenangan tingkatan pemerintahan dan bidang yang dikelola
dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan mengatur pembagian
tanggung jawab pendanaan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk satuan pendidikan. Tabel 4.8 menunjukkan
pembagian peran Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pendanaan pendidikan,
khususnya yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah.
Tabel 4. 8 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan
Oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Pemerintah/Pemda
Nasional
b. Sekolah Berbasis Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Keunggulan Lokal
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pemerintah/Pemda
2. Biaya Investasi Pemerintah/Pemda
Selain Lahan
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Pemerintah/Pemda
Nasional
b. Sekolah Berbasis Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Keunggulan Lokal
1. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Pemerintah/Pemda Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Nasional
b. Sekolah Berbasis Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Keunggulan Lokal
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia Pemerintah/Pemda
V Bantuan Biaya Pemerintah/Pemda
Pendidikan dan
Beasiswa
VI Pendanaan Pemerintah
Pendidikan di Luar
Negeri
Bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, ada komponen pendanaan yang
ditanggung oleh penyelenggara/masyarakat yang bersangkutan dan ada pula yang perlu mendapat
dukungan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah seperti disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan oleh Penyelenggara atau Satuan
Pendidikan yang Didirikan Masyarakat
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Nasional
b. Tambahan sampai Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
menjadi Sekolah Pemerintah/Pemda
Berbasis Keunggulan
Lokal
2. Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Penyelenggara/ Penyelenggara/Satuan Pendidikan/
Nasional Satuan Pendidikan Masyarakat
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Investasi Selain Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Lahan
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Nasional
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Pemda Penyelenggara/Satuan Pendidikan/
Nasional Masyarakat
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Nonpersonalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
V Bantuan Biaya Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
Pendidikan dan Pemerintah/Pemda
Beasiswa
Selain menjadi tanggung jawab penyelenggara dan satuan pendidikan, pendanaan pendidikan
juga menjadi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau wali peserta didik. Tanggung jawab
tersebut adalah: (i) biaya pribadi peserta didik; (ii) pendanaan biaya investasi selain lahan untuk
satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang
diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/
atau satuan pendidikan; (iii) pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana
program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; (iv) pendanaan biaya
nonpersonalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; dan (v) pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan
dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang diperlukan untuk mengembangkan
satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
Pendanaan Pendidikan dapat diperoleh juga dari masyarakat di luar penyelenggara dan satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dengan syarat
diberikan secara sukarela, dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada
pemangku kepentingan satuan pendidikan. Pendanaan masyarakat tersebut diaudit oleh akuntan
publik serta diumumkan secara transparan di media cetak berskala nasional dan kemudian dilaporan
kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan apabila jumlahnya melebihi jumlah tertentu yang
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak tahun anggaran 2009 amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas (sesuai dengan keputusan
Mahkamah Konstitusi No. 13 Tahun 2008) telah dipenuhi oleh pemerintah dengan menyediakan
anggaran pendidikan 20% dari APBN. Total anggaran tahun 2009 mencapai Rp207 triliun atau 20%
dari APBN sebesar Rp1.037 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4% dan tingkat
inflasi 3,5%. Pada tahun 2010, 20% anggaran pendidikan dari APBN Rp225,2 triliun, yang mencakup
128,7 triliun disalurkan melalui belanja transfer ke daerah dan sebesar Rp96,5 triliun disalurkan melalui
belanja kementerian/lembaga. Pada tahun 2014 diperkirakan APBN akan mencapai Rp1.678 triliun
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 8% dan tingkat inflasi 4,8%, sehingga 20% anggaran
pendidikan dari APBN tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp349,2 triliun.
Namun demikian sesuai dengan hasil perhitungan dalam Kerangka pengeluaran Jangka Menengah yang
disusun oleh setiap unit utama/eselon I terhadap program dan kegiatan yang diampunya didapatkan
perkiraan kebutuhuan anggaran seprti ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Perkiraan Kebutuhan Anggaran di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015 - 2019
Perkiraan kebutuhan anggaran Direktorat PSMK selama periode 2015-2019 adalah sebesar Rp 57,975
triliun. Untuk mencapai sasaran Renstra Direktorat Pembinaan SMK diperlukan peran serta Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota, masyarakat, orang tua, dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam
pemenuhan pendanaan pendidikan.
Integrasi Proses
Integrasi Data
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup berbagai aspek sebagai berikut: 1) penjaminan
mutu, relevansi, dan daya saing; 2) pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah dan tinggi;
3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan dan kebudayaan. Pemantauan dan
evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah, BSNP, LPMP, dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi,
dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten dan kota, dinas pendidikan dan kebudayaan kecamatan,
dan satuan pendidikan.
Presiden RI
Men. DN
Bupati/ Walikota Form C Gubernur Form C
10 hari setelah triwulan berakhir 14 hari setelah triwulan berakhir
Men. PPN
u.p Bappeda u.p Bappeda
Men. Keu
Men. PAN
Form C5 hari setelah triwulan berakhir Form C For m C
Form A
5 hari setelah
Form A Form A Form A
triwulan berakhir
Form AForm A
PPTKPPTKKa. Unit Kerja K/ L
Keterangan : 1. Gubernur melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi
pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 2. Bupati/Walikota melakukan
pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai
dengan tugas dan kewenangannya, 3. Kepala SKPD Provinsi melakuksn pemantauan pelaksanaan
dekonsentrasi dan tugas pembanatuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
tugas dan kewenangannya, 4. Kepala SKPD Kabupaten/Kota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas
pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya
Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai masukan bagi BSNP, BAN-
SM, BAN-PT, BAN-PNF, dan lembaga sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kinerja badan-badan
tersebut dalam melaksanakan standardisasi, akreditasi, penjaminan dan pengawasan mutu,
pemantauan dan evaluasi program, kegiatan serta hasil belajar tingkat nasional.
5. Pemantauan dan Evaluasi Renstra oleh SKPD Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Satuan
Pendidikan
Pemantauan dan evaluasi Renstra dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:
a) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Provinsi Pemantauan
dan evaluasi oleh pemerintah provinsi digunakan untuk: (i) mengukur tingkat pencapaian
target pembangunan pendidikan dan kebudayaan provinsi; (ii) memperbaiki kinerja
aparatur Pemda Kabupaten dan Kota, Kecamatan, dan satuan pendidikan; dan
(iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda provinsi dalam
melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi.
b) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten dan Kota Pemantauan
dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota bertujuan
untuk: (i) mengukur tingkat pencapaian target pembangunan pendidikan pada kabupaten
dan kota tersebut sesuai dengan Renstra SKPD kabupaten dan kota kurun waktu 2015—
2019; (ii) memperbaiki kinerja aparatur pemda kecamatan dan satuan pendidikan agar
kapabilitas dan kapasitas dalam penyelenggaraan pendidikan makin meningkat; dan
(iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda kabupaten dan kota
dalam melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi.
87
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2015—2019 merupakan kesinambungan dari
Renstra Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2010—2014. Penyusunan Renstra Direktorat Pembinaan
SMK Tahun 2015—2019 dilakukan melalui berbagai tahapan, antara lain mengidentifikasi, verifikasi,
menganalisis data, termasuk koordinasi dengan unit kerja di lingkup Direktorat, dan partisipasi
seluruh pejabat di lingkungan Direktorat Pembinaan SMK. Renstra ini juga telah mengakomodasi
semua tugas dan fungsi Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan Permendikbud Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Renstra Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2015—2019 digunakan sebagai pedoman dan arah
pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang hendak dicapai pada periode 2015—2019, serta
merupakan dasar dan acuan bagi Eselon III dan Eselon IV untuk menyusun (1) Rencana Kerja (Renja)
dan RKA-KL; (2) Koordinasi perencanaan dan pengendalian kegiatan; (3) Laporan Tahunan; dan
(4) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai tolak ukur pencapaian dan keberhasilan jajaran eselon III
dan IV di lingkungan Direktorat Pembinaan SMK juga telah disesuaikan dengan tugas dan fungsinya
sesuai dengan perubahan struktur Kemendikbud. Selanjutnya IKK ini harus disusun rencana
pencapaianya ke dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT)/RKA-KL dan diperjanjikan ke dalam format
Kontrak Kinerja yang memuat, antara lain: program utama yang dilaksanakan, sasaran yang akan
dicapai, output (keluaran) yang akan diwujudkan, dan janji outcome (hasil), yang pada setiap
akhir tahun diminta pertanggungjawabannya dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat
Pembinaan SMK.
Semoga dengan disusunnya rencana strategis ini perencanaan program Pendidikan Menengah
khususnya pendidikan di SMK akan lebih terarah, akurat dan akuntabel.
DAFTAR ISI
Lampiran 1 : Roadmap Pengembangan SMK 2015-2019 90
Lampiran 2 : Milestone Akses, Mutu dan Relevansi SMK s.d 2020 92
Pembangunan, Pendampingan Penguatan dan Produktivitas
Lampiran 3 : Data Pokok SMK 2014/2015 94
Lampiran I
Roadmap Pengembangan SMK 2015-2019
2015 2017
2016
• R = 5.626 Ruang
KB = 316 Unit
2015 •
SB
U = 3.036 Ruang
• R
= 1.068 Set
= 4.918.551 2017
PS
= 2.154.167 Siswa
• P
= 19.655 siswa
eralatan
Baseline:
• Siswa SMA: SMK= 49%:
51%
• APK SMK= 33%
• SMK Rujukan= 109
2018
• R = 4.100 Ruang
KB = 250 Unit
• U = 3.238 Ruang
SB
= 4.500 Set
• R
= 5.209.146
PS
= 2.154.167 Siswa
• P
= 19.655 siswa
eralatan
2014 2016
• BOS • 500 SMK 4 Tahun HOTS*
•
Dikmen
PMU
2015 • Reorganisasi 6000 SMK Kecil
• 3000 UN CBT
• 109 SMK
• Tabletisasi SMK
Rujukan
• 7500 K13
• 340 SMK
Maritim
• 650 Buku
Rujukan
• Verifikasi
Wilayah
2015
Baseline:
84, 0 % APK SMK/ SMA/ MA
38,6 % APK SMK
88,0 % Kebekerjaan Lulusa SMK
300 SMK Rujukan
2017 2019
95
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Negeri+Swasta
Tahun : 2014/2015
Milik/Owned Bukan
No. Provinsi Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Rusak Total Subjml. Milik Jumlah
Province Good Minor Damage Moderate Damage Major Damage Total Disrepair Sub Tot. Not-owned Total
Milik/Owned Bukan
No.P r o v i n s i Baik Rusak RinganRusak SedangRusak Berat Rusak TotalSubjml.Milik Jumlah
Province Good Minor Damage Moderate Damage Major Damage Total Disrepair Sub Tot. Not-owned Total
Milik/Owned Bukan
No. Provinsi Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Rusak Total Subjml. Milik Jumlah
Province Good Minor Damage Moderate Damage Major Damage Total Disrepair Sub Tot. Not-owned Total
1 DKI Jakarta 980 4.664 5.644 1.303 4.749 6.052 1.366 4.328 5.694
2 Jawa Barat 3.356 12.435 15.791 4.434 12.636 17.070 5.748 17.803 23.551
3 Banten 803 3.509 4.312 1.081 3.573 4.654 1.419 4.452 5.871
4 Jawa Tengah 3.524 10.294 13.818 4.727 10.453 15.180 5.316 13.973 19.289
5 DI Yogyakarta 847 1.431 2.278 1.154 1.456 2.610 1.238 1.567 2.805
6 Jawa Timur 4.069 7.907 11.976 5.426 8.024 13.450 6.458 10.845 17.303
7 Aceh 1.136 214 1.350 1.485 217 1.702 1.708 228 1.936
8 Sumatera Utara 1.972 5.172 7.144 2.583 5.260 7.843 3.210 5.682 8.892
9 Sumatera Barat 1.267 673 1.940 1.656 682 2.338 1.788 631 2.419
10 Riau 962 966 1.928 1.260 986 2.246 1.657 1.274 2.931
11 Kepulauan Riau 261 470 731 344 479 823 382 482 864
12 Jambi 661 406 1.067 866 410 1.276 1.145 414 1.559
13 Sumatera Selatan 735 1.056 1.791 990 1.073 2.063 1.460 1.233 2.693
14 Bangka Belitung 289 153 442 385 155 540 560 214 774
15 Bengkulu 485 115 600 645 116 761 879 156 1.035
16 Lampung 798 1.905 2.703 1.063 1.932 2.995 1.403 2.218 3.621
17 Kalimantan Barat 572 402 974 754 407 1.161 1.105 581 1.686
18 Kalimantan Tengah 540 154 694 721 156 877 918 228 1.146
19 Kalimantan Selatan 657 287 944 875 292 1.167 989 452 1.441
20 Kalimantan Timur 876 733 1.609 1.164 745 1.909 1.141 1.075 2.216
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 231 25 256
22 Sulawesi Utara 809 574 1.383 1.072 583 1.655 1.142 676 1.818
23 Gorontalo 382 68 450 515 68 583 695 87 782
24 Sulawesi Tengah 515 293 808 664 297 961 1.055 479 1.534
25 Sulawesi Selatan 1.649 1.414 3.063 2.179 1.435 3.614 2.729 1.768 4.497
26 Sulawesi Barat 374 232 606 498 235 733 610 305 915
27 Sulawesi Tenggara 650 155 805 841 157 998 1.072 210 1.282
28 Maluku 343 155 498 433 156 589 581 180 761
29 Maluku Utara 205 107 312 264 109 373 427 242 669
30 Bali 537 825 1.362 724 840 1.564 951 1.055 2.006
31 Nusa Tenggara Barat 830 481 1.311 1.105 485 1.590 1.377 624 2.001
32 Nusa Tenggara Timur 803 689 1.492 1.025 696 1.721 1.322 785 2.107
33 Papua 575 278 853 742 282 1.024 717 337 1.054
34 Papua Barat 211 87 298 275 89 364 340 112 452
Indonesia 32.673 58.304 90.977 43.253 59.233 102.486 53.139 74.721 127.860
Catatan / Note :
*) Masih tergabung dengan provinsi Kalimantan Timur / Including in East Kalimantan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
1 DKI Jakarta 980 4.795 5.775 1.303 4.875 6.178 1.397 4.676 6.073
2 Jawa Barat 3.436 12.582 16.018 4.513 12.779 17.292 6.030 19.177 25.207
3 Banten 809 3.563 4.372 1.087 3.625 4.712 1.486 4.911 6.397
4 Jawa Tengah 3.568 10.294 13.862 4.770 10.453 15.223 5.405 14.592 19.997
5 DI Yogyakarta 863 1.431 2.294 1.170 1.456 2.626 1.289 1.659 2.948
6 Jawa Timur 4.224 8.199 12.423 5.572 8.307 13.879 6.726 11.662 18.388
7 Aceh 1.152 214 1.366 1.501 217 1.718 1.727 266 1.993
8 Sumatera Utara 2.032 5.172 7.204 2.641 5.260 7.901 3.319 5.858 9.177
9 Sumatera Barat 1.283 693 1.976 1.672 701 2.373 1.795 715 2.510
10 Riau 974 966 1.940 1.272 986 2.258 1.699 1.400 3.099
11 Kepulauan Riau 264 476 740 347 485 832 383 549 932
12 Jambi 661 426 1.087 866 429 1.295 1.165 441 1.606
13 Sumatera Selatan 745 1.056 1.801 1.000 1.073 2.073 1.502 1.315 2.817
14 Bangka Belitung 289 163 452 385 165 550 565 221 786
15 Bengkulu 507 117 624 666 118 784 884 159 1.043
16 Lampung 798 1.937 2.735 1.063 1.963 3.026 1.419 2.315 3.734
17 Kalimantan Barat 572 428 1.000 754 432 1.186 1.126 616 1.742
18 Kalimantan Tengah 540 159 699 721 161 882 928 236 1.164
19 Kalimantan Selatan 666 293 959 884 298 1.182 996 486 1.482
20 Kalimantan Timur 981 779 1.760 1.266 790 2.056 1.197 1.141 2.338
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 235 37 272
22 Sulawesi Utara 809 583 1.392 1.072 592 1.664 1.177 770 1.947
23 Gorontalo 382 68 450 515 68 583 698 87 785
24 Sulawesi Tengah 516 306 822 665 310 975 1.056 508 1.564
25 Sulawesi Selatan 1.682 1.477 3.159 2.211 1.496 3.707 2.753 1.883 4.636
26 Sulawesi Barat 379 243 622 503 246 749 641 325 966
27 Sulawesi Tenggara 650 169 819 841 171 1.012 1.086 258 1.344
28 Maluku 343 161 504 433 162 595 592 209 801
29 Maluku Utara 205 111 316 264 113 377 437 260 697
30 Bali 587 845 1.432 773 859 1.632 967 1.130 2.097
31 Nusa Tenggara Barat 868 481 1.349 1.142 485 1.627 1.420 698 2.118
32 Nusa Tenggara Timur 814 706 1.520 1.036 712 1.748 1.388 849 2.237
33 Papua 575 289 864 742 293 1.035 729 371 1.100
34 Papua Barat 211 98 309 275 100 375 354 125 479
Indonesia 33.365 59.280 92.645 43.925 60.180 104.105 54.571 79.905 134.476
Catatan / Note :
*) Masih tergabung dengan provinsi Kalimantan Timur / Including in East Kalimantan
No. Provinsi IPA Biologi Kimia Fisika Bahasa Multimedia Komputer Jumlah
Province Science Biology Chemistry Physics Language Multimedia Computer Total
28 Maluku 20 10 13 8 8 5 40 104
29 Maluku Utara 26 6 7 7 6 4 50 106
30 Bali 17 3 11 6 22 32 134 225
31 Nusa Tenggara Barat 64 12 10 6 11 19 111 233
32 Nusa Tenggara Timur 41 30 24 25 14 18 112 264
33 Papua 23 13 19 13 18 5 83 174
34 Papua Barat 3 5 3 3 4 9 41 68
No. Provinsi IPA Biologi Kimia Fisika Bahasa Multimedia Komputer Jumlah
Province Science Biology Chemistry Physics Language Multimedia Computer Total
28 Maluku 16 7 9 7 6 3 25 73
29 Maluku Utara 19 4 6 7 3 1 34 74
30 Bali 8 2 4 3 8 17 47 89
31 Nusa Tenggara Barat 43 8 5 5 9 13 58 141
32 Nusa Tenggara Timur 31 23 19 19 11 11 52 166
33 Papua 20 12 17 12 12 3 44 120
34 Papua Barat 2 4 3 3 3 5 34 54
No. Provinsi IPA Biologi Kimia Fisika Bahasa Multimedia Komputer Jumlah
Province Science Biology Chemistry Physics Language Multimedia Computer Total
7 Aceh 6 2 5 2 4 2 34 55
8 Sumatera Utara 74 16 42 33 111 61 607 944
9 Sumatera Barat 5 1 2 4 4 4 68 88
10 Riau 7 3 10 1 9 16 120 166
11 Kepulauan Riau 1 3 5 3 7 8 58 85
12 Jambi 6 - - - 4 9 40 59
13 Sumatera Selatan 13 1 8 3 13 15 102 155
14 Bangka Belitung 2 - - 1 3 5 23 34
15 Bengkulu - - 2 1 1 3 21 28
16 Lampung 45 3 10 6 14 18 259 355
17 Kalimantan Barat 7 1 - 1 1 3 65 78
18 Kalimantan Tengah 7 - 3 - - 2 17 29
19 Kalimantan Selatan 7 - 4 1 6 4 29 51
20 Kalimantan Timur 8 1 3 - 9 13 86 120
21 Kalimantan Utara 1 - 1 - 1 1 4 8
22 Sulawesi Utara 13 3 3 5 1 3 35 63
23 Gorontalo - 2 1 2 1 - 8 14
24 Sulawesi Tengah 9 1 - - - 2 36 48
25 Sulawesi Selatan 50 16 22 13 14 17 167 299
26 Sulawesi Barat 1 - - - - 2 17 20
27 Sulawesi Tenggara 16 3 4 2 - - 14 39
28 Maluku 4 3 4 1 2 2 15 31
29 Maluku Utara 7 2 1 - 3 3 16 32
30 Bali 9 1 7 3 14 15 87 136
31 Nusa Tenggara Barat 21 4 5 1 2 6 53 92
32 Nusa Tenggara Timur 10 7 5 6 3 7 60 98
33 Papua 3 1 2 1 6 2 39 54
34 Papua Barat 1 1 - - 1 4 7 14
No. Provinsi Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah
Province Public Private Total Public Private Total Public Private Total
1 DKI Jakarta 198 428 626 226 494 720 164 696 860
2 Jawa Barat 434 999 1.433 494 1.190 1.684 603 2.413 3.016
3 Banten 80 338 418 95 375 470 192 698 890
4 Jawa Tengah 525 747 1.272 598 820 1.418 776 1.969 2.745
5 DI Yogyakarta 124 106 230 144 116 260 173 232 405
6 Jawa Timur 459 868 1.327 521 947 1.468 848 1.934 2.782
28 Maluku 52 6 58 61 6 67 73 31 104
29 Maluku Utara 27 10 37 31 10 41 74 32 106
30 Bali 58 76 134 67 83 150 89 136 225
31 Nusa Tenggara Barat 81 28 109 92 31 123 141 92 233
32 Nusa Tenggara Timur 99 17 116 113 19 132 166 98 264
33 Papua 66 14 80 75 14 89 120 54 174
34 Papua Barat 33 1 34 38 1 39 54 14 68
Indonesia 3.949 4.751 8.700 4.507 5.411 9.918 6.722 11.137 17.859
Catatan / Note :
*) Masih tergabung dengan provinsi Kalimantan Timur / Including in East Kalimantan
Perkembangan Jumlah Perpustakaan Negeri Dan Swasta Tiap Provinsi
Tahun : 2012/2013--2014/2015
No. P r o v i n s i Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah
Province Public Private Total Public Private Total Public Private Total
7 Aceh 56 21 77 66 28 94 90 33 123
8 Sumatera Utara 84 297 381 99 390 489 159 369 528
9 Sumatera Barat 61 60 121 72 79 151 71 60 131
10 Riau 42 62 104 49 81 130 47 69 116
11 Kepulauan Riau 9 23 32 11 30 41 13 36 49
12 Jambi 37 35 72 44 46 90 57 41 98
13 Sumatera Selatan 42 60 102 49 79 128 72 104 176
14 Bangka Belitung 30 30 60 35 39 74 29 19 48
15 Bengkulu 25 15 40 29 20 49 32 16 48
16 Lampung 51 105 156 60 138 198 72 174 246
22 Sulawesi Utara 27 17 44 32 22 54 53 46 99
23 Gorontalo 11 4 15 13 5 18 32 5 37
24 Sulawesi Tengah 29 10 39 34 13 47 64 32 96
25 Sulawesi Selatan 61 141 202 72 185 257 103 155 258
26 Sulawesi Barat 14 4 18 16 5 21 29 15 44
27 Sulawesi Tenggara 30 20 50 35 26 61 74 29 103
28 Maluku 26 6 32 31 8 39 43 19 62
29 Maluku Utara 12 5 17 14 7 21 39 8 47
30 Bali 35 54 89 41 71 112 35 63 98
31 Nusa Tenggara Barat 29 34 63 34 45 79 63 50 113
32 Nusa Tenggara Timur 48 40 88 56 52 108 81 60 141
33 Papua 31 11 42 36 14 50 44 18 62
34 Papua Barat 10 2 12 12 3 15 12 10 22
Indonesia 1.521 4.217 5.738 1.788 5.532 7.320 2.267 5.142 7.409
Catatan / Note :
*) Masih tergabung dengan provinsi Kalimantan Timur / Including in East Kalimantan
Arus Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Tahun : 2009/2010 - 2014/2015
Catatan / Notes :
Siswa Tingkat XII termasuk Tingkat XIII/Pupils in Grade XII include pupils in Grade XIII
1.r = Mengulang / Repeaters , d = Putus Sekolah / Drop-outs , p = Naik Tingkat /
Promoters , g = Lulusan / Graduates
2. Siswa Baru / New Entrants = Siswa Tingkat X / Pupils in Grade X - Mengulang Tingkat X
Repeaters in Grade
X
3. Siswa Naik Tingkat XI / Promotion to Grade XI = Siswa Tingkat XI / Pupils in Grade XI - Mengulang Tingkat XI
Repeaters in Grade XI
4. r % + p % + d % = 100 %
Perkembangan Jumlah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Tahun : 2002/2003--2014/2015
\ \ 97,31% 2.141.574
2003/04 755.962 758.442 713.939 669.193 116.199
\ \ \ 5,43%
93,73% 93,78% 640.897
2.164.068
109.833
\ \ 95,77% 5,08%
2004/05 779.590 783.651 710.919 669.498
\ \ \ 2.231.927
94,24% 95,20% 634.523 88.959
3,99%
\ \ 94,78%
2005/06 812.215 816.676 738.475 676.776 2.401.732
\ \ \ 32.898
95,95% 96,18% 641.666 1,37%
\ \ 94,81% 2.738.962
2006/07 900.430 907.870 783.625 710.237 94.032
\ \ \ 3,43%
99,26% 99,24% 685.982
3.095.704
170.832
\ \ 96,58% 5,52%
2007/08 1.056.110 1.060.117 901.154 777.691
\ \ \ 3.319.068
96,99% 95,36% 752.912 98.640
2,97%
\ \ 96,81%
2008/09 1.203.686 1.208.160 1.028.221 859.323 3.737.158
\ \ \ 124.792
93,86% 93,43% 825.222 3,34%
\ \ 96,03% 4.019.157
2009/10 1.219.418 1.224.423 1.133.951 960.694 124.791
\ \ \ 3,10%
97,95% 96,09% 926.787
4.189.519
\ \ 96,47% 129.037
2010/11 1.443.517 1.448.290 1.199.275 1.089.593 3,08%
\ \ \
93,18% 97,77% 1.086.387 4.199.657
86.282
2,05%
\ \ 99,71%
2011/12 1.493.178 1.497.201 1.349.472 1.172.484 4.211.245
\ \ \
96,07% 95,07% 1.169.218
\ \ 99,72%
2012/13 1.464.371 1.468.325 1.438.311 1.282.883
\ \ \
96,47% 95,24% 1.270.054
\ \ 99,00%
2013/14 1.409.229 1.413.277 1.416.527 1.369.853
\ \ \
98,72% 96,64% 1.343.102
\ \ 98,05%
2014/15 1.440.972 1.447.201 1.395.180 1.368.864
Kohort Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Tahun : 2002/2003--2014/2015
2002/03 100
760.030
2003/04 100 94
758.442 713.939
2004/05 100 94 88
783.651 710.919 669.498
83
634.523
2005/06 100 94 89
816.676 738.475 676.776
85
641.666
2006/07 100 96 91
907.870 783.625 710.237
88
685.982
2007/08 100 99 95
1.060.117 901.154 777.691
92
752.912
2008/09 100 97 95
1.208.160 1.028.221 859.323
91
825.222
2009/10 100 94 91
1.224.423 1.133.951 960.694
87
926.787
2010/11 100 98 90
1.448.290 1.199.275 1.089.893
90
1.086.387
2011/12 100 93 96
1.497.201 1.349.472 1.172.484
95
1.169.218
2012/13 100 96 89
1.468.325 1.438.311 1.282.883
88
1.270.054
2013/14 100 96 91
1.413.277 1.416.527 1.369.853
90
1.343.102
2014/15 100 99 93
1.447.201 1.395.180 1.368.864
Gambaran Umum Indikator Pendidikan
Angka/Persentase / Rates/Percentage
1. Angka Mengulang/ Repetition Rate Siswa / Pupils Mengulang Angka Mengulang
2013/2014 Repeaters Repetition Rate
4.199.657 35.767 0,85
2. Angka Putus Sekolah / Drop-out Rate Siswa / Pupils Putus Sekolah Angka Putus
Sekolah 2013/2014 Drop-outs Drop-outs Rate
4.199.657 86.282 2,05
3. Angka Lulusan / Completion Rate Siswa Tk.XII 13/14 Lulusan Angka Lulusan
Pupils Gr.XII 13/14 Graduates Completion Rate
1.369.853 1.343.102 98,05
4. Persentase Guru Tidak Tetap terhadap KS & Guru seluruh Guru Tidak Tetap % Guru
TT Kepala Sekolah dan Guru / Percentage of Part- Total HM & Teachers Part-time Teachers % of PT
Teachers time Teachers to Headmasters and Teachers 359.099 128.049 35,66
5. Persentase Guru Layak Mengajar terhadap KS & Guru seluruh KS & Guru Layak % KS & Guru
Layak Kepala Sekolah dan Guru / Percentage of Total HM & Teachers Qualified HM & Teachers % of Qualified
Teachers Qualified Teachers to Headmasters and Teachers 359.099 304.686 84,85
6. Persentase Kepala Sekolah Perempuan Kepala Sekolah Kepsek Perempuan % Kepsek Peremp
terhadap Kepala Sekolah / Percentage of Headmasters Female Headmasters % of Female Headm
Female Headmasters to Headmasters 12.421 1.477 11,89
7. Persentase Ruang Kelas Milik Baik R. Kelas RK Milik Baik % RKM Baik
terhadap Milik
Ruang Kelas Milik / Percentage of Good Owned Classrooms Good Owned Cls % of Good O.Cls
Owned Classrooms to Owned Classrooms 127.860 54.585 42,69
6. Kelas per KS & Guru / Classes to HM & Teachers 0,42 0,39 0,40
1 DKI Jakarta 223 0,09 219 0,09 224 0,10 1.055 0,45
2 Jawa Barat 843 0,14 825 0,12 840 0,11 6.876 0,92
3 Banten 250 0,16 246 0,14 251 0,13 1.857 0,99
4 Jawa Tengah 1.074 0,19 1.054 0,17 1.074 0,17 5.300 0,86
5 DI Yogyakarta 234 0,27 230 0,27 234 0,28 330 0,39
6 Jawa Timur 1.212 0,20 1.190 0,18 1.212 0,17 5.127 0,73
17 Kalimantan Barat 112 0,23 110 0,22 112 0,22 516 1,00
18 Kalimantan Tengah 118 0,53 116 0,51 118 0,50 247 1,04
19 Kalimantan Selatan 171 0,46 168 0,45 171 0,42 518 1,27
20 Kalimantan Timur 288 0,43 283 0,40 288 0,41 692 1,12
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 16 0,21
22 Sulawesi Utara 104 0,23 102 0,21 104 0,19 431 0,79
23 Gorontalo 93 0,60 91 0,51 93 0,49 158 0,84
24 Sulawesi Tengah 231 0,76 227 0,74 231 0,64 473 1,31
25 Sulawesi Selatan 363 0,32 356 0,28 363 0,27 1.083 0,80
26 Sulawesi Barat 113 0,62 111 0,52 113 0,45 331 1,33
27 Sulawesi Tenggara 170 0,68 167 0,66 170 0,62 495 1,81
1 DKI Jakarta 21.041 8,19 2.683 1,14 2.693 1,14 2.651 1,12
2 Jawa Barat 1.902 0,31 40.402 5,63 42.121 5,64 15.731 2,10
3 Banten 760 0,48 10.041 5,56 10.385 5,56 4.272 2,28
4 Jawa Tengah 6.911 1,20 36.806 5,97 36.881 5,98 12.082 1,95
5 DI Yogyakarta 3.945 4,62 755 0,89 1.258 1,48 936 1,10
6 Jawa Timur 6.659 1,08 783 0,12 1.341 0,19 12.070 1,73
17 Kalimantan Barat 3.950 8,06 1.901 3,87 1.992 3,87 1.419 2,75
18 Kalimantan Tengah 2.170 9,71 451 1,98 464 1,97 693 2,93
19 Kalimantan Selatan 3.909 10,43 377 1,00 400 0,98 1.243 3,04
20 Kalimantan Timur 4.420 6,54 882 1,24 862 1,24 1.628 2,63
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 32 0,42
22 Sulawesi Utara 3.951 8,71 1.073 2,21 1.205 2,22 1.035 1,90
23 Gorontalo 605 3,87 200 1,11 208 1,10 573 3,03
24 Sulawesi Tengah 4.217 13,86 395 1,28 473 1,31 1.071 2,96
25 Sulawesi Selatan 4.371 3,80 1.974 1,55 1.638 1,22 2.912 2,16
26 Sulawesi Barat 986 5,37 498 2,35 578 2,32 660 2,64
27 Sulawesi Tenggara 3.125 12,51 621 2,46 715 2,62 1.365 4,99
1 DKI Jakarta 14.385 14.348 99,74 62.010 61.257 98,79 76.395 75.605 98,97
2 Jawa Barat 53.964 53.847 99,78 188.470 184.337 97,81 242.434 238.184 98,25
3 Banten 13.524 13.383 98,96 45.574 44.854 98,42 59.098 58.237 98,54
4 Jawa Tengah 56.886 56.409 99,16 136.741 134.336 98,24 193.627 190.745 98,51
5 DI Yogyakarta 12.027 11.911 99,04 13.717 13.545 98,75 25.744 25.456 98,88
6 Jawa Timur 83.358 83.275 99,90 151.782 147.484 97,17 235.140 230.759 98,14
7 Aceh 13.464 13.266 98,53 2.614 2.498 95,56 16.078 15.764 98,05
8 Sumatera Utara 35.874 35.586 99,20 79.733 77.123 96,73 115.607 112.709 97,49
9 Sumatera Barat 17.388 17.159 98,68 10.996 10.481 95,32 28.384 27.640 97,38
10 Riau 13.805 13.578 98,36 12.327 11.983 97,21 26.132 25.561 97,81
11 Kepulauan Riau 3.451 3.373 97,74 3.869 3.727 96,33 7.320 7.100 96,99
12 Jambi 8.627 8.401 97,38 5.108 5.026 98,39 13.735 13.427 97,76
13 Sumatera Selatan 13.820 13.508 97,74 16.514 16.032 97,08 30.334 29.540 97,38
14 Bangka Belitung 4.471 4.364 97,61 2.299 2.264 98,48 6.770 6.628 97,90
15 Bengkulu 6.252 6.163 98,58 1.066 1.039 97,47 7.318 7.202 98,41
16 Lampung 10.787 10.562 97,91 21.447 20.988 97,86 32.234 31.550 97,88
17 Kalimantan Barat 7.931 7.795 98,29 9.674 9.350 96,65 17.605 17.145 97,39
18 Kalimantan Tengah 6.740 6.595 97,85 1.260 1.212 96,19 8.000 7.807 97,59
19 Kalimantan Selatan 9.119 8.970 98,37 3.945 3.809 96,55 13.064 12.779 97,82
20 Kalimantan Timur 10.092 9.882 97,92 10.021 9.781 97,61 20.113 19.663 97,76
21 Kalimantan Utara 2.086 2.036 97,60 353 325 92,07 2.439 2.361 96,80
22 Sulawesi Utara 11.892 11.819 99,39 6.906 6.656 96,38 18.798 18.475 98,28
23 Gorontalo 5.814 5.703 98,09 866 833 96,19 6.680 6.536 97,84
24 Sulawesi Tengah 7.144 7.070 98,96 5.617 5.434 96,74 12.761 12.504 97,99
25 Sulawesi Selatan 25.734 25.494 99,07 19.885 19.395 97,54 45.619 44.889 98,40
26 Sulawesi Barat 5.506 5.392 97,93 2.563 2.447 95,47 8.069 7.839 97,15
27 Sulawesi Tenggara 8.045 8.013 99,60 1.009 966 95,74 9.054 8.979 99,17
28 Maluku 4.217 4.114 97,56 1.819 1.707 93,84 6.036 5.821 96,44
29 Maluku Utara 3.388 3.295 97,26 1.595 1.525 95,61 4.983 4.820 96,73
30 Bali 11.471 11.326 98,74 14.942 14.109 94,43 26.413 25.435 96,30
31 Nusa Tenggara Barat 10.640 10.488 98,57 3.274 3.163 96,61 13.914 13.651 98,11
32 Nusa Tenggara Timur 13.006 12.591 96,81 12.669 12.133 95,77 25.675 24.724 96,30
33 Papua 6.036 5.778 95,73 3.748 3.480 92,85 9.784 9.258 94,62
34 Papua Barat 3.266 3.142 96,20 1.230 1.167 94,88 4.496 4.309 95,84
Indonesia 514.210 508.636 98,92 855.643 834.466 97,53 1.369.853 1.343.102 98,05
Catatan / Notes :
Angka lulusan dihitung dari jumlah lulusan tahun tertentu dibagi dengan
jumlah siswa tingkat XII tahun sebelumnya dikalikan dengan 100%
Completion rates are calculated by number of graduates divided by
number of pupils in grade XII previous academic year and multiplied by 100%
1
2
115
Perkembangan Angka Lulusan Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
1 DKI Jakarta 81.713 99,92 75.860 99,92 77.597 99,97 75.605 98,97
2 Jawa Barat 168.491 99,97 198.375 99,97 215.105 98,72 238.184 98,25
3 Banten 45.113 99,75 49.676 99,75 54.550 99,15 58.237 98,54
4 Jawa Tengah 173.841 99,92 187.395 99,92 186.677 98,13 190.745 98,51
5 DI Yogyakarta 25.781 99,85 26.351 99,87 27.699 99,96 25.456 98,88
6 Jawa Timur 186.732 99,93 202.729 99,93 223.684 99,91 230.759 98,14
17 Kalimantan Barat 13.953 98,44 13.895 98,46 14.804 98,12 17.145 97,39
18 Kalimantan Tengah 5.856 98,72 6.478 98,73 7.126 98,03 7.807 97,59
19 Kalimantan Selatan 10.481 99,36 10.390 99,36 12.129 98,33 12.779 97,82
20 Kalimantan Timur 19.358 99,43 19.852 99,46 22.961 98,76 19.663 97,76
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 2.361 96,80
22 Sulawesi Utara 12.263 99,85 13.115 99,87 15.306 98,02 18.475 98,28
23 Gorontalo 4.089 99,34 5.087 99,39 5.864 98,04 6.536 97,84
24 Sulawesi Tengah 8.284 97,26 7.275 97,25 9.941 98,30 12.504 97,99
25 Sulawesi Selatan 31.849 99,73 35.314 99,74 41.254 99,54 44.889 98,40
26 Sulawesi Barat 4.828 99,53 5.533 99,66 6.626 98,03 7.839 97,15
27 Sulawesi Tenggara 6.214 97,95 6.774 97,99 7.808 98,07 8.979 99,17
1 DKI Jakarta 3.146 947 30,10 12.805 6.125 47,83 15.951 7.072 44,34
2 Jawa Barat 14.019 6.442 45,95 50.591 21.439 42,38 64.610 27.881 43,15
3 Banten 3.366 1.684 50,03 12.435 4.885 39,28 15.801 6.569 41,57
4 Jawa Tengah 14.533 4.034 27,76 35.325 11.400 32,27 49.858 15.434 30,96
5 DI Yogyakarta 3.434 632 18,40 4.702 1.791 38,09 8.136 2.423 29,78
6 Jawa Timur 18.717 6.092 32,55 34.746 8.826 25,40 53.463 14.918 27,90
7 Aceh 5.093 1.801 35,36 1.106 424 38,34 6.199 2.225 35,89
8 Sumatera Utara 9.402 3.410 36,27 15.715 4.211 26,80 25.117 7.621 30,34
9 Sumatera Barat 5.929 1.550 26,14 2.358 850 36,05 8.287 2.400 28,96
10 Riau 4.053 2.083 51,39 3.167 1.166 36,82 7.220 3.249 45,00
11 Kepulauan Riau 1.064 427 40,13 1.041 202 19,40 2.105 629 29,88
12 Jambi 2.976 1.253 42,10 1.237 373 30,15 4.213 1.626 38,59
13 Sumatera Selatan 4.214 1.926 45,70 4.181 2.599 62,16 8.395 4.525 53,90
14 Bangka Belitung 1.181 303 25,66 544 415 76,29 1.725 718 41,62
15 Bengkulu 2.145 645 30,07 622 242 38,91 2.767 887 32,06
16 Lampung 3.842 1.496 38,94 7.665 2.406 31,39 11.507 3.902 33,91
17 Kalimantan Barat 2.582 909 35,21 1.615 802 49,66 4.197 1.711 40,77
18 Kalimantan Tengah 2.159 484 22,42 675 265 39,26 2.834 749 26,43
19 Kalimantan Selatan 2.509 710 28,30 1.334 697 52,25 3.843 1.407 36,61
20 Kalimantan Timur 2.908 1.153 39,65 2.836 1.139 40,16 5.744 2.292 39,90
21 Kalimantan Utara 619 147 23,75 140 71 50,71 759 218 28,72
22 Sulawesi Utara 2.236 405 18,11 1.683 604 35,89 3.919 1.009 25,75
23 Gorontalo 1.351 315 23,32 227 66 29,07 1.578 381 24,14
24 Sulawesi Tengah 2.407 753 31,28 1.331 468 35,16 3.738 1.221 32,66
25 Sulawesi Selatan 6.867 2.185 31,82 5.744 1.940 33,77 12.611 4.125 32,71
26 Sulawesi Barat 1.338 546 40,81 871 368 42,25 2.209 914 41,38
27 Sulawesi Tenggara 2.533 811 32,02 887 228 25,70 3.420 1.039 30,38
28 Maluku 1.728 523 30,27 629 261 41,49 2.357 784 33,26
29 Maluku Utara 1.152 380 32,99 703 343 48,79 1.855 723 38,98
30 Bali 3.162 1.129 35,71 3.618 1.904 52,63 6.780 3.033 44,73
31 Nusa Tenggara Barat 4.364 2.115 48,46 3.533 706 19,98 7.897 2.821 35,72
32 Nusa Tenggara Timur 3.998 1.658 41,47 2.180 666 30,55 6.178 2.324 37,62
33 Papua 1.772 455 25,68 927 374 40,35 2.699 829 30,72
34 Papua Barat 782 249 31,84 345 141 40,87 1.127 390 34,61
Indonesia 141.581 49.652 35,07 217.518 78.397 36,04 359.099 128.049 35,66
1
2
117
Perkembangan Persentase Guru Tidak Tetap Terhadap Kepala Sekolah
Dan Guru Seluruhnya Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
1 DKI Jakarta 4.344 39,39 4.623 39,68 4.821 40,27 7.072 44,34
2 Jawa Barat 7.684 32,51 8.543 33,00 9.578 36,00 27.881 43,15
3 Banten 1.669 30,91 1.865 31,24 2.120 33,06 6.569 41,57
4 Jawa Tengah 5.670 22,06 6.055 22,30 6.538 23,47 15.434 30,96
5 DI Yogyakarta 1.984 31,21 2.068 31,45 2.093 29,61 2.423 29,78
6 Jawa Timur 5.554 22,51 5.990 22,73 6.847 25,21 14.918 27,90
17 Kalimantan Barat 626 24,87 668 24,93 666 21,72 1.711 40,77
18 Kalimantan Tengah 391 21,94 416 21,93 397 19,09 749 26,43
19 Kalimantan Selatan 579 27,48 601 27,11 648 24,55 1.407 36,61
20 Kalimantan Timur 1.189 32,25 1.265 32,29 1.648 38,19 2.292 39,90
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 218 28,72
22 Sulawesi Utara 370 17,69 411 18,24 427 16,61 1.009 25,75
23 Gorontalo 183 20,18 194 20,36 123 11,31 381 24,14
24 Sulawesi Tengah 371 21,04 415 21,80 413 18,46 1.221 32,66
25 Sulawesi Selatan 1.411 23,60 1.560 24,42 1.689 24,81 4.125 32,71
26 Sulawesi Barat 417 47,55 454 46,47 369 31,59 914 41,38
27 Sulawesi Tenggara 560 33,37 604 33,39 421 20,73 1.039 30,38
1 DKI Jakarta 3.146 3.024 96,12 12.805 11.245 87,82 15.951 14.269 89,46
2 Jawa Barat 14.019 12.463 88,90 50.591 36.394 71,94 64.610 48.857 75,62
3 Banten 3.366 3.058 90,85 12.435 9.592 77,14 15.801 12.650 80,06
4 Jawa Tengah 14.533 13.808 95,01 35.325 30.410 86,09 49.858 44.218 88,69
5 DI Yogyakarta 3.434 3.259 94,90 4.702 4.128 87,79 8.136 7.387 90,79
6 Jawa Timur 18.717 18.206 97,27 34.746 31.588 90,91 53.463 49.794 93,14
7 Aceh 5.093 4.384 86,08 1.106 844 76,31 6.199 5.228 84,34
8 Sumatera Utara 9.402 8.561 91,06 15.715 13.138 83,60 25.117 21.699 86,39
9 Sumatera Barat 5.929 5.559 93,76 2.358 2.139 90,71 8.287 7.698 92,89
10 Riau 4.053 3.581 88,35 3.167 2.611 82,44 7.220 6.192 85,76
11 Kepulauan Riau 1.064 951 89,38 1.041 842 80,88 2.105 1.793 85,18
12 Jambi 2.976 2.710 91,06 1.237 1.062 85,85 4.213 3.772 89,53
13 Sumatera Selatan 4.214 3.791 89,96 4.181 3.006 71,90 8.395 6.797 80,96
14 Bangka Belitung 1.181 1.052 89,08 544 363 66,73 1.725 1.415 82,03
15 Bengkulu 2.145 1.941 90,49 622 471 75,72 2.767 2.412 87,17
16 Lampung 3.842 3.420 89,02 7.665 5.173 67,49 11.507 8.593 74,68
17 Kalimantan Barat 2.582 2.174 84,20 1.615 1.178 72,94 4.197 3.352 79,87
18 Kalimantan Tengah 2.159 1.988 92,08 675 506 74,96 2.834 2.494 88,00
19 Kalimantan Selatan 2.509 2.279 90,83 1.334 1.083 81,18 3.843 3.362 87,48
20 Kalimantan Timur 2.908 2.650 91,13 2.836 2.043 72,04 5.744 4.693 81,70
21 Kalimantan Utara 619 584 94,35 140 126 90,00 759 710 93,54
22 Sulawesi Utara 2.236 2.090 93,47 1.683 1.417 84,19 3.919 3.507 89,49
23 Gorontalo 1.351 1.196 88,53 227 187 82,38 1.578 1.383 87,64
24 Sulawesi Tengah 2.407 2.152 89,41 1.331 1.156 86,85 3.738 3.308 88,50
25 Sulawesi Selatan 6.867 6.415 93,42 5.744 4.705 81,91 12.611 11.120 88,18
26 Sulawesi Barat 1.338 1.254 93,72 871 581 66,70 2.209 1.835 83,07
27 Sulawesi Tenggara 2.533 2.316 91,43 887 676 76,21 3.420 2.992 87,49
28 Maluku 1.728 1.499 86,75 629 505 80,29 2.357 2.004 85,02
29 Maluku Utara 1.152 988 85,76 703 472 67,14 1.855 1.460 78,71
30 Bali 3.162 2.928 92,60 3.618 2.546 70,37 6.780 5.474 80,74
31 Nusa Tenggara Barat 4.364 4.023 92,19 3.533 1.788 50,61 7.897 5.811 73,58
32 Nusa Tenggara Timur 3.998 3.465 86,67 2.180 1.577 72,34 6.178 5.042 81,61
33 Papua 1.772 1.596 90,07 927 758 81,77 2.699 2.354 87,22
34 Papua Barat 782 721 92,20 345 290 84,06 1.127 1.011 89,71
Indonesia 141.581 130.086 91,88 217.518 174.600 80,27 359.099 304.686 84,85
Catatan/Note :
Kepala Sekolah dan guru layak mengajar adalah kepala sekolah dan guru yang berijazah Sarjana / Diploma 4 dan ijazah lebih tinggi
Qualified headmasters and teachers are headmasters and teachers with qualification Bachelor / Diploma 4 and above
128
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
120 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Perkembangan Persentase KS Dan Guru Layak Terhadap Ks Dan Guru Seluruhnya Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
No. P r o v i n s i 2011/20122012/20132013/20142014/2015
Province Jml./No.%Jml./No.%Jml./No.%Jml./No.%
1 DKI Jakarta 10.023 90,90 10.585 90,84 10.415 87,00 14.269 89,46
2 Jawa Barat 20.813 88,06 22.751 87,90 18.245 68,58 48.857 75,62
3 Banten 4.718 87,37 5.208 87,25 4.555 71,04 12.650 80,06
4 Jawa Tengah 23.590 91,76 24.890 91,69 23.951 85,97 44.218 88,69
5 DI Yogyakarta 5.857 92,13 6.054 92,08 6.323 89,45 7.387 90,79
6 Jawa Timur 23.971 97,15 25.587 97,08 25.604 94,25 49.794 93,14
17 Kalimantan Barat 2.002 79,54 2.128 79,43 2.173 70,87 3.352 79,87
18 Kalimantan Tengah 1.563 87,71 1.661 87,56 1.730 83,17 2.494 88,00
19 Kalimantan Selatan 1.875 88,99 1.971 88,90 2.186 82,80 3.362 87,48
20 Kalimantan Timur 3.170 85,98 3.360 85,76 3.246 75,23 4.693 81,70
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 710 93,54
22 Sulawesi Utara 1.860 88,91 2.002 88,86 2.246 87,39 3.507 89,49
23 Gorontalo 803 88,53 843 88,46 936 86,03 1.383 87,64
24 Sulawesi Tengah 1.631 92,51 1.761 92,49 2.019 90,25 3.308 88,50
25 Sulawesi Selatan 5.562 93,04 5.936 92,91 5.905 86,72 11.120 88,18
26 Sulawesi Barat 748 85,29 829 84,85 908 77,74 1.835 83,07
27 Sulawesi Tenggara 1.531 91,24 1.648 91,10 1.744 85,87 2.992 87,49
Indonesia 3.250 392 12,06 9.171 1.085 11,83 12.421 1.477 11,89
130
1 DKI Jakarta 1.366 764 55,93 4.328 1.747 40,37 5.694 2.511 44,10
2 Jawa Barat 5.748 2.857 49,70 17.803 6.815 38,28 23.551 9.672 41,07
3 Banten 1.419 640 45,10 4.452 1.511 33,94 5.871 2.151 36,64
4 Jawa Tengah 5.316 2.856 53,72 13.973 5.433 38,88 19.289 8.289 42,97
5 DI Yogyakarta 1.238 767 61,95 1.567 864 55,14 2.805 1.631 58,15
6 Jawa Timur 6.458 2.836 43,91 10.845 3.942 36,35 17.303 6.778 39,17
17 Kalimantan Barat 1.105 586 53,03 581 211 36,32 1.686 797 47,27
18 Kalimantan Tengah 918 350 38,13 228 80 35,09 1.146 430 37,52
19 Kalimantan Selatan 989 416 42,06 452 221 48,89 1.441 637 44,21
20 Kalimantan Timur 1.141 621 54,43 1.075 483 44,93 2.216 1.104 49,82
21 Kalimantan Utara 231 69 29,87 25 13 52,00 256 82 32,03
22 Sulawesi Utara 1.142 495 43,35 676 313 46,30 1.818 808 44,44
23 Gorontalo 695 365 52,52 87 49 56,32 782 414 52,94
24 Sulawesi Tengah 1.055 423 40,09 479 193 40,29 1.534 616 40,16
25 Sulawesi Selatan 2.729 1.505 55,15 1.768 682 38,57 4.497 2.187 48,63
26 Sulawesi Barat 610 259 42,46 305 131 42,95 915 390 42,62
27 Sulawesi Tenggara 1.072 409 38,15 210 91 43,33 1.282 500 39,00
Indonesia 53.139 24.985 47,02 74.721 29.600 39,61 127.860 54.585 42,69
132
12
3
Perkembangan Persentase Ruang Kelas Milik Baik Terhadap Ruang Kelas Milik Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
1 DKI Jakarta 5.081 91,24 5.158 91,39 5.581 92,22 2.511 44,10
2 Jawa Barat 11.309 87,97 13.809 87,45 15.143 88,71 9.672 41,07
3 Banten 2.771 90,61 3.951 91,63 4.302 92,44 2.151 36,64
4 Jawa Tengah 11.302 89,86 12.122 87,73 13.532 89,14 8.289 42,97
5 DI Yogyakarta 1.852 94,49 2.127 93,37 2.463 94,37 1.631 58,15
6 Jawa Timur 10.800 88,72 10.414 86,96 11.932 88,71 6.778 39,17
17 Kalimantan Barat 884 80,51 828 85,01 1.019 87,77 797 47,27
18 Kalimantan Tengah 444 78,58 614 88,47 799 91,11 430 37,52
19 Kalimantan Selatan 730 83,81 864 91,53 1.090 93,40 637 44,21
20 Kalimantan Timur 1.337 90,77 1.429 88,81 1.733 90,78 1.104 49,82
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 82 32,03
22 Sulawesi Utara 858 85,46 1.201 86,84 1.477 89,24 808 44,44
23 Gorontalo 311 87,11 408 90,67 542 92,97 414 52,94
24 Sulawesi Tengah 564 78,77 636 78,71 793 82,52 616 40,16
25 Sulawesi Selatan 2.053 77,71 2.665 87,01 3.227 89,29 2.187 48,63
26 Sulawesi Barat 338 86,01 519 85,64 648 88,40 390 42,62
27 Sulawesi Tenggara 428 76,98 654 81,24 851 85,27 500 39,00
1 DKI Jakarta 63 164 260,32 537 696 129,61 600 860 143,33
2 Jawa Barat 267 603 225,84 2.175 2.413 110,94 2.442 3.016 123,51
3 Banten 71 192 270,42 536 698 130,22 607 890 146,62
4 Jawa Tengah 226 776 343,36 1.264 1.969 155,78 1.490 2.745 184,23
5 DI Yogyakarta 51 173 339,22 171 232 135,67 222 405 182,43
6 Jawa Timur 288 848 294,44 1.471 1.934 131,48 1.759 2.782 158,16
Indonesia 3.250 6.722 206,83 9.171 11.137 121,44 12.421 17.859 143,78
Catatan / Note :
Nilai lebih dari 100% karena terdapat sekolah memiliki laboratorium dari satu jenis. Jenis lab ada 7, yaitu IPA, Biologi, Fisika, Kimia,
Komputer, Bahasa, dan Multimedia.
Value more than 100 % due to some schools have more than one type of laboratories. There are seven types of laboratories, Science, Biology,
Physics, Chemistry, Computer, Language, and Multi-Media.
Perkembangan Persentase Ruang Laboratorium Terhadap Jumlah Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
No. P r o v i n s i 2011/20122012/20132013/20142014/2015
Province Jml./No.%Jml./No.%Jml./No.%Jml./No.%
1 DKI Jakarta 604 101,00 626 101,79 720 121,62 860 143,33
2 Jawa Barat 1.150 65,16 1.433 75,50 1.684 73,60 3.016 123,51
3 Banten 358 73,97 418 81,17 470 85,30 890 146,62
4 Jawa Tengah 1.146 90,24 1.272 97,85 1.418 98,20 2.745 184,23
5 DI Yogyakarta 217 104,33 230 102,22 260 118,18 405 182,43
6 Jawa Timur 1.161 80,68 1.327 87,71 1.468 89,08 2.782 158,16
17 Kalimantan Barat 124 78,48 131 80,86 150 78,13 250 142,86
18 Kalimantan Tengah 83 81,37 94 90,38 105 88,24 168 134,40
19 Kalimantan Selatan 115 118,56 122 117,31 137 131,73 178 154,78
20 Kalimantan Timur 171 81,04 186 86,11 210 92,92 257 123,56
21 Kalimantan Utara *) *) *) *) *) *) 35 145,83
Indonesia 3.250 2.267 69,75 9.171 5.142 56,07 12.421 7.409 59,65
Perkembangan Persentase Perpustakaan Terhadap Jumlah Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
No. P r o v i n s i 2011/20122012/20132013/20142014/2015
Province Jml./No.% Jml./No.% Jml./No.% Jml./No.%
1 DKI Jakarta 429 72,71 470 78,60 490 79,67 430 71,67
2 Jawa Barat 749 48,73 809 45,84 1.028 54,16 1.319 54,01
3 Banten 182 44,83 189 39,05 223 43,30 343 56,51
4 Jawa Tengah 685 57,85 728 57,32 818 62,92 1.001 67,18
5 DI Yogyakarta 164 85,86 169 81,25 180 80,00 172 77,48
6 Jawa Timur 660 53,05 748 51,98 868 57,37 983 55,88