Kel.1 (3D) KONSEP ASESMEN DALAM SETTING KLINIS
Kel.1 (3D) KONSEP ASESMEN DALAM SETTING KLINIS
Disusun oleh:
FAKULTAS DAKWAH
2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamiin
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
beribu-ribu kenikmatan terutama nikmat iman, islam dan ikhsan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan limpahan kepada junjungan kita Nabi
Muhamad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin tabiatnya dan semoga sampai
kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini di susun guna memenuhi mata kuliah Psikologi Klinis. Dengan dosen
pengampu Bu Oktariana Indrastuti, M.Psi., PSIKOLOG. Adapun materi yang ada dalam
makalah ini di ambil dari beberapa jurnal yang telah kami pahami dengan materi yang
bersangkutan dengan Konsep Asesmen dalam Setting Klinis dan apabila di dalam makalah ini
kurangnya pembahasan, mungkin itu karena keterbatasan kemampuan kami dalam
memahami materi yang berkaitan dengan materi ini.
Sebelum kami akhiri kata pengantar ini, bahwasannya makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan bagi kesempurnaan
makalah di masa mendatang. Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi semua,
Aamiin.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar
Belakang………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………..
……………………………………………………..2
C. Tujuan…………………………………………………………………………………..2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
ii
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi Klinis merupakan salah satu bidang psikologi terapan yang menggunakan
konsep-konsep Psikologi Abnormal, Psikologi Perkembangan, Psikopatologi dan Psikologi
Kepribadian. Assesmen dalam Psikologi klinis sangat diperlukan agar psikolog klinis dapat
melakukan diagnosa dan menetapkan intervensi sehingga lebih memahami masalah-masalah
psikologis, gangguan penyesuaian diri dan tingkah laku abnormal pada klien. Asesmen
psikologi memiliki prosedur evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis. Termasuk
didalamnya terdapat prosedur observasi, wawancara, pemberian satu atau seperangkat
instrumen atau alat tes yang bertujuan untuk melakukan penilaian dan pemeriksaan psikologi.
Asesmen klinis merupakan proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan
mengevaluasi masalah sosial dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun
kapabilitasnya. Sebagai prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibatnya.
Defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya
untuk mengelola masalah dan mengembangkan kecenderungan positifnya, serta intervensi
apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien.
Asesmen juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan
menyediakan landasan ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori
pemfungsian dan disfungsi manusia. Asesmen klinis sering pula diartikan sebagai
psikodiagnostik, yaitu upaya untuk memahami sumber sumber penyakit melalui gejala-gejala
sakit atau maladaptif dan kemudian memasukkannya ke dalam kelompok jenis gangguan
yang baku atau telah dibakukan. Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan
disesuaikan dengan pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen
berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola
interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat secara genetis dan
fisiologi. Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun tertarik untuk membahas lebih dalam hal-
hal yang berkaitan dengan assesmen dalam psikologi klinis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menurut (AS Hornby, 1986), Assessment adalah Suatu upaya untuk menentukan nilai
atau jumlah.
2. Menurut (Suchman, 1961), Assessment adalah Sebuah proses menentukan hasil yang
telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
2
Suprapti Slamet dan Sumarmo M, Pengantar Psikologi Klinis, ( Jakarta : UI-Press, 2008) hlm 99
3
mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi,
prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
3. Menurut Nana Sudjana Assessment adalah proses memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
4. Menurut Gronlund (1984) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, menyatakan Assessment
sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi untuk
menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan.
Assessment secara umum adalah upaya untuk mendapatkan data/informasi dari proses
dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja mahasiswa, kelas/mata
kuliah, atau program studi dibandingkan terhadap tujuan/kriteria/capaian pembelajaran
tertentu. Setelah diperoleh hasil asesmen maka dilakukan proses penilaian.3
Tujuan assesmen dalam psikologi dapat diklasifikaikan menjadi tiga, yaitu diagnostik,
deskripsi, dan prediksi.4
1. Klasifikasi diagnostik, untuk menentukan jenis treatment yang tepat, untuk keperluan
penelitian, dan memungkinkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan profesi lain.
3
https://www.gurupendidikan.co.id/assessment-adalah/
4
Lailatul F dan M. Jauhar, Pengantar Psikologi Klinis, ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2014) hlm 84-87
4
Berbagai Jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis
Asesmen kemampuan dan atau kekurangan intelektual merupakan salah satu tugas orisinal
yang dilakkan psikolog, karena ada sebagian psikolog dan ada masa dimana faktor inteligensi
dinilai dan atau dianggap paling berperan dalam perkembangan kepribadian dan pendalaman
disiplin seseorang dalam melakoni kehidupannya, di bidang apa pun.
B. Asesmen Kepribadian
Asesmen kepribadian merupakan istilah yg umum dalam upaya untuk menemukan pola
perilaku dan pola pikiran atau penyesuaian diri seseorang secara khas terhadap
lingkungannya. Dalam asesmen kepribadian, pendapat psikoanalisis tentang adanya subtansi
yg direpresi, merupakan asumsi yang tidak dapat dihindarkan. Setiap gejala yg tampil dalam
perilaku, selain didasari oleh intensi yang sadar, juga sangat penting mengenai peran yang
tidak sadar Dalam banyak kasus bisa dikemukakan, bahwa perilaku yang disadari atau
disengaja, sering dilatarbelakangi kebutuhan atau motivasi yang tidak sadar. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan untuk memahami latar belakang itu, antara lain dengan melihat simbol atau
latar belakang motivasi dibalik tingkah laku sadarnya. Laporan kepribadian bersifat dinamis,
dan berarti menggunakan teori-teori yang menggunakan pendekatan psikodinamik, tetapi
tidak harus selalu psikoanalisis dari Sigmund Freud. Asesmen kepribadian pada dasarnya
terdapat pembagian menjadi projective assesment dan objective assesment.
1. Projective Assesment
5
kecenderungan laten disimpulkan dari data fantasi tak terstruktur yang dihasilkan
dalam konteks dimana tidak ada jawaban yang benar dan salah.
2. Objective Assesment
6
d. Test of Motor Coordination and Steadiness
e. Test of Sensomotor Construction Skill
f. Test of Memory
g. Test of Verbal (Kemampuan Bahasa)
h. Test of Conceptuan Reasoning Skill
D. Asesmen Perilaku
Asesmen perilaku merupakan pendekatan situasi spesifik, dimana variasi spesifik dalam
keadaan lingkungan dengan teliti dan periksa untuk menentukan peranan mereka terhadap
pemfungsian klien. Asesmen perilaku dapat juga dilihat sebagai pandangan konseptual yang
didalamnya, pengaruh resiprokal tindakan orang dan konteks-konteks lingkungan, mendapat
penekanan. Secara tipikal asesor perilaku akan berusaha untuk mengidentifikasikan hubungan
antara interpersonal klien dan lingkungan fisiknya dan perilaku yang mencerminkan
permasalahan klien dalam kehidupannya. Ada pun landasan penggunaan asesmen perilaku
adalah perspektif perilaku dimana pemfungsian manusia dilihat sebagai produk dari interaksi
yang terus menerus antara pribadi dan situasi. Orang membentuk kehidupannya sendiri
melalui perilakunya, pemikiran dan perencanaan, serta emosinya.
Terdapat lima metode asesmen perilaku yang umumnya dikenal orang, yaitu observasi
naturalistik, pemantauan sendiri, laporan diri situasi spesifik oleh klien, observasi
analog, dan observasi dan rating oleh orang lain yang signifikan.
Kalau pusat perhatian dan observasi pada laporan diri adalah perilaku spesifik yang
terjadi dalam perangkat spesifik, maka laporan diri memiliki nilai akurasi yang tinggi.
Pengukuran laporan diri telah berkembang untuk mengakses aspek-aspek situasi seperti
juga untuk mengakses perilaku.
3. Asesmen Analog
Asesmen analog bisa jadi dilaksanakan dengan cara berikut: paper-and-pencil test,
audiotape atau video tape test. enacment tests, role play test, dan stimulasi. Metode-
metode ini berbeda dalam alat yang mana situasi analog ditampilkan dalam partisipan
klien dan dalam tipe respons yang diminta dari klien.
7
4. Observasi Perilaku dan Peringkatan Perilaku Orang Dekat
Teman bermain, orang tua, guru-guru, dan staf bangsal psikiatris diminta untuk
melakukan observasi langsung atau secara restospektif membuat peringkat atas perilaku
klien.
Metode ini menampilkan sumber data yang menyeluruh karena cara di mana orang
dipandang oleh orang yang secara signifikan sangat kuat mempengaruhi perilaku dan
persepsi diri orang.
Asesmen respons fisiologis dan asesmen kognitif spesifik menampilkan dua wilayah
tambahan area dalam asesmen kepribadian.
a. Asesmen Psikofisiologis
Pengukuran atau penilaian psikofisiologis, yang mengukur besarnya keadaan psikologi yang
ditampilkan dalam gejala-gejala fisiologis, fisik, atau organik, secara umum dapat
didefinisikan sebagai "kuantifikasi kejadian-kejadian biologis sebagaimana mereka
berhubungan dengan pengubah-pengubah psikologis".
b. Asesmen Kognitif-Perilaku
Target dasar atau umum asesmen kognitif keperilakuan, adalah respons spesifik, tetapi
respons-respons ini adalah aktivitas kognitif klien atau subyek penelitian dan bukan kejadian
yang dapat diamati. Dalam hal ini, kejadian-kejadian kognitif bukan merupakan bagian
asesmen perilaku. Meskipun demikian, asesmen respons-respons kognitif yang spesifik dalam
situasi spesifik, baik sebagai bantuan untuk penanggulangan atau pengubah terikat dalam
penelitian, merupakan tambahan penting bagi asesmen perilaku.
8
Psikolog klinis dapat memusatkan atensinya terhadap :
2) kekuatan klien dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target
evaluasi.
(3) masih termasuk dalam evaluasi, psikolog klinis dapat diminta melakukan evaluasi dan
melukiskan kepribadian subyek. dalam hal ini bisa jadi ia akan menyelenggarakan tes
observasi dan interview untuk membantu menemukan kebutuhan, motivasi, pertahanan dan
pola perilaku subyek.
Selain itu, psikologi klinis mampu mengases kekuatan dan kelemahan lingkungan sociadan
efek lingkungan social terhadap pikiran, perasaan dan tingkah laku individu klien atau biasa
dikenal dengan asesmen fungsional.
Beberapa metode asesmen yang dapat dilakukan terhadap klien yaitu berupa :
Metode ini dapat dilakukan dengan cara memberi sejumlah pertanyaan ataupun hanya
mendengarkan secara langsung permasalahan atau keluhan yang disampaikan klien dan
setelahnya dapat menentukan beberapa diagnosa terhadap permasalahan yang dialami oleh
klien.
2. Observasi
Metode ini dapat dilakukan dengan cara mengamati atau melakukan pengamatan langsung di
lapangan tentang bagaimana sikap dan tindakan yang dilakukan oleh klien dan bagaimana
kondisi klien dalam kesehariannya sehingga dapat memberi diagnosa berdasarkan
pengamatan tersebut
9
Assesmen merupakan sarana bagi klien untuk menceritakan masalah yang dialamninya,
assesmen juga merupakan sarana bagi pelaku asessmen untuk mengumpulkan data dan
informasi sebanyak-banyaknya guna menentukan diagnosa dari permasalahan klien.
3. Metode wawancara
Wawancara adalah bentuk percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi ataupun data yang diperlukan. Dalam psikologi klinis
wawancara adalah salah satu cara yang dapat dilakukan di dalam Melakukan asesmen.
Wawancara klinis adalah bentuk wawancara yang bertujuan untuk memperoleh informasi
data yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh klien.
Wawancara ini dilakukan pada awal pertemuan dengan klien, yang bertujuan untuk
memperjelas pemahaman sehingga dapat diketahui permasalahan yang dihadapi oleh klien.
2. Theraupetic interview
Wawancara ini dilakukan untuk memfasilitasi klien terhadap permasalahan yang dialaminya
sehingga dapat mempengaruhi klien agar dapat berubah, baik perasaan maupun perilakunya.
Dari dua bentuk wawancara tersebut memiliki perbedaan namun mempunyai satu tujuan yang
sama yaitu berfokus pada masalah dan kebutuhan klien.
Sumber data dan Wawancara adalah pernyataan klien yang mendeskripsikan perasaan dan
masalalunya serta permasalahan yang dialaminya. Sumber data dapat diperoleh melalui
perilaku yang disertainya berupa tindakan yang tidak disengaja atau tidak disadari oleh klien.
1. Diagnostic Interview
Jenis wawancara ini lebih relevan di dunia medis biasanya digunakan pada pasien atau
pelayan psikiatri dan berfokus pada simtom-simtom untuk mendeskripsikan berbagai
10
kemungkinan yang dialami oleh klien. Jenis wawancara ini menggunakan mental status
examination yang meliputi proses pikir dan intelektual, gangguan persepsi, atensi dan
orientasi, ekspresi emosi, insight dan konsep diri, perilaku dan penampilan. Status mental
pada jenis wawancara ini biasanya disertai dengan pemberian tes sederhana yang dilakukan
oleh klinis kepada klien.
2. Intake Interview
Jenis wawancara ini ini dirancang agar klien dapat mengenal kondisi klinis yang dialaminya
dan pada jenis wawancara ini berfokus pada keinginan klien, motivasi untuk treatment,
harapan terhadap klinis dan Kegiatan apa yang akan dilakukan selama proses klinis.
Wawancara ini dilakukan terhadap pekerja sosial yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang perjalanan hidup, baik pribadi maupun sosial dari masa kanak-kanak,
kehidupan keluarga, pendidikan, pekerjaan dan kehidupan sosial. Wawancara ini dilakukan
bertujuan untuk melihat struktur dan fungsi kepribadiannya dalam kenyataan hidupnya.
Wawancara ini dilakukan secara signifikan others seperti dengan orang tua, saudara
kandung ,atau orang terdekat klien.
5. Research Interview
Wawancara ini dirancang untuk mendapatkan data riset yang bentuknya terstruktur dan
terfokus serta pelaksanaan wawancara ini harus sesuai dengan etika riset persetujuan dan
pemahaman klien.5
Menurut Bernstein dan Nietzel (1980) ada empat komponen dalam proses asesmen psikologi
klinis :
5
https://kumparan.com/3790_bka_randi-pratama-a/asesmen-dan-metode-wawancara-dalam-psikologi-klinis-
1vDzV12zoOX/full
11
2. Pengumpulan data untuk asesmen
3. Pengolahan data dan pembentukan hipotesis atau image making’
4. Mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk lisan
Sebelum dilakukan prosedur asesmen. Terlebih dulu pemeriksa harus bertanya pada
diri sendiri apa yang ia ingin ketahui dan bagaimana caranya. Prosedur pemeriksaan dalam
psikologi klinis umumnya terdiri dari observasi, wawancara, dan tes Yang dipilih sesuai
dengan pertanyaan Yang harus dijawab. Untuk efisiensi dalam proses pemeriksaan biasanya
digunakan cara-cara Yang dapat memberi informasi dengan keluasan (breadth, bandwidth)
dan kedalaman (intensity, fidelity) yang cukup.
Penekanan tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan:
1. Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi
ego, perkembangan Pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam
defense mechanism.
2. Kognitif-behavior memfokuskan pada Skill, pola berpikir Yang biasa digunakan,
berbagai stimulus Yang mendahului serta permasalahan perilaku Yang menyertainya.
3. Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian
asesmen merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien
melihat atau mempersepsi dunia.
12
Golongan darah. Pola respon somatis terhadap stres,
1. Somatis
fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit. Dsb
Berat tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk
2. Fisik
tubuh, tipe rambut. Dsb
Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon,
3. Demografis pekerjaan. Pendidikan, penghasilan. Status perkawinan,
jumlah anak, dsb
Kecepatan membaca. Koordinasi mata-tangan,
4. Over/ behavior kemampuan conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan
merokok, dsb
Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon
5. Kognitif/intelektual
terhadap tes persepsi. Dsb
Perasaan. Respon terhadap tes kepribadian, emosi saat
6. Emosi/afeksi
bercerita. Dsb
Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi
kehidupan pernikahan, karakteristik pekerjaan, perilaku
7. Lingkungan
anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan
tradisi, kondisi sosial ekonomi. Lokasi geografis, dsb
Wawancara adalah metode asesmen yang relatif murah dan mudah. Wawancara dapat
dilakukan di mana saja dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Namun wawancara mempunyai
kelemahan yakni dapat terdistorsi oleh sifat pewawancara dan pertanyaan apayang diajukan,
dipengaruhi oleh keadaan klien yang diwawancara, dan oleh situasi tempat wawancara
diadakan.
Hasil observasi juga merupakan sumber informasi yang penting untuk asesmen.
Keuntungan observasi adalah dapat melihat langsung apa yang dilakukan subjek yang
merupakan sasaran asesmen. Ini lebih baik daripada hasil wawancara yang dapat direkayasa
oleh subjek yang diwawancara. Situasi untuk observasi dapat dipilih yang paling tepat serta
dapat diarahkan secara lebih spesifik untuk tujuan kuantifikasi. Kelemahan observasi adalah
adanya pengaruh bias dari observer.
13
Tes, seperti wawancara, juga memberikan sample dari tingkah laku. Keuntungan dari
tes adalah mudah, ekonomis, dapat dilakukan oleh banyak orang (asal professional) dan
terstandardisasi. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias
yang mungkin muncul selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya
dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi
untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang
ada.
Life record merupakan asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki
seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian,
surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life
record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak
seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari
distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Dengan merangkum informasi
yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang,
life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.
Bila data telah terkumpul, pemeriksa dapat member makna atau menginterpretasi
sesuai dengan tujuan dan orientasi teoretiknya. Data mentah dari observasi, wawancara, dan
tes diubah menjadi kesimpulan (hipotesis, image, dan hubungan-hubungan) yang dapat
dibedakan dalam tingkatan abstraksinya, dalam orientasi teoretiknya, dan dalam kaitannya
dengan tujuan asesmen.
Temuan dari observasi dan wawancara dapat digunakan sebagai sampel tingkah laku.
Sebagai korelasi tingkah laku, atau sebagai tanda dari adanya hal yang melandasi tingkah
laku itu.
14
Hasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen. Ada tiga
kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu jelas, relevan dengan tujuan dan
berguna.
Jelas: Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa
kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan
laporan psikologis merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat
menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.
Relevan dengan tujuan: Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah
ditetapkan pada awal asesmen. Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan
perilaku klien maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.
Berguna: Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi
tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai
validitas tambahan yang rendah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inti assesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali dan
menyelasaikan masalah menjadi lebih efektif.
Assesmen merupakan sarana bagi klien untuk menceritakan masalah yang dialamninya,
assesmen juga merupakan sarana bagi pelaku asessmen untuk mengumpulkan data dan
informasi sebanyak-banyaknya guna menentukan diagnosa dari permasalahan klien.
16
DAFTAR PUSTAKA
A.W,Sutardjo.2007.pengantar psikologi klinis edisi revisi.Bandung:Refika Aditama.
https://www.gurupendidikan.co.id/assessment-adalah/
https://dpa.uii.ac.id/pengantar-asesmen-penilaian-evaluasi/#:~:text=Asesmen
%20(assessment)%20adalah%20upaya%20untuk,%2Fkriteria%2Fcapaian%20pembelajaran
%20tertentu.
http://ocw.upj.ac.id/files/Handout-PSG206-4.pdf
https://kumparan.com/3790_bka_randi-pratama-a/asesmen-dan-metode-wawancara-dalam-
psikologi-klinis-1vDzV12zoOX/full
17
1. Meita Raniah N. 43040200026 (Definisi dan Tujuan Asesmen dalam Psikologi
Klinis )
2. Junda Alifna H. 43040200032 ( Sasaran Asesmen dalam Psikologi Klinis )
3. Shelly rizky anjani 43040200009 ( Definisi dan Tujuan Asesmen )
4. Alifia Luthfi Kurnia 43040200043 (Proses Asesmen dalam Psikologi Klinis )
5. M. Nailul Author 43040200166 ( Jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis )
6. Alicia M. Dewi 43040200038 ( Metode Asesmen dalam Psikologi Klinis dan
menyusun makalah )
18