Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PENDAPATAN

USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta crantz )

( Studi Kasus Desa Tunggurono Kecamatan Binjai Timur Kota


Binjai)

Sisca Rahmadani

180302026

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris, dimana 40% (empat puluh
persen)mata pencaharian mayoritas penduduknya bertani atau bercocok
tanam.Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar dilewati gugusan
pegunungan serta masih banyak gunung-gunung yang aktif sehingga banyak
tanah subur yang dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan. Letak negara
Indonesia berada di daerah yang beriklim tropis sehingga membuat proses
pelapukan batuan yang terjadi di Indonesia terjadi secara sempurna yang
membuat tanah menjadi subur. Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dan dengan luas daratan
1.922.570 km². Indonesia juga merupakan negara agraris dengan luas lahan
yang sangat luas dengan keaneka ragaman hayati yang sangat beragam. Hal
ini membuat negara Indonesia menjadi salah satu negara agraris terbesar di
dunia (Handoko,2016).

Ubi kayu merupakan komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia


setelah padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, yaitu sebagai
bahan pangan, pakan dan bahan baku industri baik hulu maupun hilir.
Komoditi ubi kayu selain berperan untuk memenuhi kebutuhan sumber
karbohidrat untuk substitusi beras, juga sebagai bahan untuk diversifikasi
pangan. Ubi kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan, bahan
baku industri dan bahan baku bioetanol. Selain itu, komoditi tersebut
merupakan tanaman dengan daya adaptasi yang luas, mudah disimpan,
mempunyai rasa enak sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan kebijakan kementerian melalui
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan fokus kegiatan utama adalah komoditas
pdi, jagung, kedelai, oleh karena itu pada tahun 2012 fokus peningkatan
produktivitas dan produksi ubikayu 2.106.886 ton. Dengan demikian perlu
dilakukan budidaya sekaligus perencanaan agribisnis untuk peningkatan dan
pengembangan tanaman ubi kayu di Indonesia (Harun,2017).

Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) salah satu tanaman pangan yang
dimanfaatkan umbinya karena bernilai gizi tinggi dan dapat mendukung
diversifikasi pangan. Penyebaran ubi kayu banyak tumbuh di wilayah negara
tropis,terutama di Afrika, Asia, dan Amerika (Odoemenem dan
Otanwa,2011). Sebagai tanaman pangan, ubi kayu mengandung karbohidrat
yang tinggi sebesar 153 kkal dan 342 kkal pada tepungnya (Agricultural
Research Council,2013).

Luas panen ubi kayu di inonesia pada tahun 2015 seluas 0,95 juta hektar
dan produksi yang dicapai sebesar 21,80 juta ton dengan produktivitas
sebesar 22,95 ton/ha. Pada tahun 2016 luas panen ubikayu diproyeksikan
seluas 1,11 juta hektar dengan produktivitas 20,23 ton/ha maka produksi
ubikayu nasional diharapkan mecapai 25 juta ton. Peluang pengembangan
ubikayu sangat luas, mengingat ketersediaan lahan yang cukup luas,
berdasarkan data BPS tahun 2005 menunjukkan bahwa terdapat potensi lahan
kering seluas 25.955.901 Ha yang terdiri dari lahan tegal seluas 10.775.051
ha , ladang seluas 3.839.093 ha dan lahan sementara tidak diusahakan seluas
11.341.757 Ha. (Kementrian Pertanian 2016).
Menurut data luas panen, produksi, dan produktivitas per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Perkembangan Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubikayu


per Kabupaten/Kota Tahun 2019 di provinsi Sumatera Utara.

Luas Panen Produksi produktivitas


No. Kabupaten/Kota
(Ha) (Ton) (Kw/Ha)
1 Nias 33 1 125,4 346,28
2 Mandailing Natal 162 3 403,7 210,1
3 Tapanuli Selatan 115 3 992,8 347,2
4 Tapanuli Tengah 25 445,5 178,2
5 Tapanuli Utara 436 15 757,0 361,81
6 Toba 276 13 800,3 500,01
7 Labuhan Batu 52 1 607,8 312,19
8 Asahan 459 15 186,8 330,87
9 Simalungun 6 417 213 319,3 332,43
10 Dairi 456 13 834,2 303,38
11 Karo 1 34,1 340,68
12 Deli Serdang 2 548 81 026,8 318
13 Langkat 432 11 227,4 259,89
14 Nias Selatan 668 22 943,3 343,46
15 Humbang Hasundutan 229 6 629,9 289,26
16 Pakpak Bharat 25 853 348,17
17 Samosir 105 2 670,7 254,36
18 Serdang Bedagai 16 904 802 208, 4 474,56
19 Batu Bara 646 23 247,0 360,14
20 Padang Lawas Utara 24 827,6 344,82
21 Padang Lawas Utara 152 4 155,9 273,41
22 Labuhanbatu Selatan 154 4 932,5 320,3
23 Labuhanbatu Utara 62 1 401,4 226,03
24 Nias Utara 329 8 075,0 245,81
25 Nias Barat 28 978,3 349,38
26 Tanjung Balai 10 345,3 345,32
27 Pematang Siantar 215 6 490,8 302,04
28 Tebing Tinggi 200 7 163,6 357,82
29 Medan 30 915,6 305,21
30 Binjai 100 2 841,8 284,18
31 Padang Sidimpuan 182 6 475,8 355,81
32 Gunung Sitoli 42 1 456,7 346,84
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Utara
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial dalam memproduksi
ubikayu. Dari Tabel 1 terlihat bahwa daerah penghasil produksi ubikayu tertinggi
terdapat pada daerah kabupaten Serdang bedagai dengan hasil produksi ubikayu
sebesar 802 208,4. Lalu adapula daerah-daerah lain yang juga merupakan
penghasil ubi kayu, salah satu nya adalah daerah Binjai yang penghasil produksi
ubikayu sebesar 2 841,8/Ton. Hasil produksi dari daerah Binjai ini terbilang
rendah di bandingkan dengan daerah yang lainnya

Tabel 2 Perkembangan Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubikayu di Kota


Binjai tahun 2013-2017

Luas Panen Produksi produktivitas


No. Tahun
(Ha) (Ton) (Kw/Ha)
1 2013 111 1 577 142,07
2 2014 98 2 853 263,6
3 2015 100 2 600 260
4 2016 126 3 276 260
5 2017 131 3 406 260
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Kota Binjai

Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah tertinggi produksi ubikayu terdapat pada
tahun 2017 yaitu sebesar 3 406/Ton dan jumlah produksi terendah terdapat
pada tahun 2013 sebesar 1 577/Ton. Kemudian produktivitas ubikayu hanya
mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 263,6 kw/Ha
dan untuk selanjutnya tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan.
Sentral produksi ubikayu yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo,
Langkat, Kota Binjai , Kabupaten Deli serdang , dan Kabupaten Serdang
Bedagai. Disebutkan enam kabupaten/kota di Sumatera Utara itu dikenal
sebagai produsen ubikayu yang memiliki kualitas yang cukup baik.
Permintaan ubikayu juga dilakukan oleh beberapa pengusaha kripik dari
berbagai kota. Ubi kayu yang cukup besar juga dipesan oleh pabrik tapioka.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis tertarik


untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pendapatan Usahatani
Ubi Kayu (manihot esculenta crantz ) di Desa Tunggurono Kecamatan Binjai
Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah nya
adalah berapa bedar pendapatan usahatani di Desa Tunggurono Kecamatan
Binjai Timur Kota Binjai ?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar
pendapatan dari usahatani ubi kayu di Desa Tunggurono Kecamatan Binjai
Selatan Kota Binjai.

Anda mungkin juga menyukai