Anda di halaman 1dari 345

MENYONGSONG SDGs

Kesiapan Daerah-daerah di Indonesia


“At its essence, sustainability means ensuring prosperity
and environmental protection without compromising
the ability of future generations to meet their needs. A
sustainable world is one where people can escape poverty
and enjoy decent work without harming the earth’s
essential ecosystems and resources; where people can
stay healthy and get the food and water they need;
Center for Sustainable Development Goals Studies
Gedung CISRAL UNPAD
Jl. Dipatiukur No. 46, Bandung, 40132 Ban Ki-moon
Jawa Barat, Indonesia
Secretary-General of the United Nations 2007-2016

sdgcenter@unpad.ac.id

“We have a blueprint for peace, prosperity and dignity


SDGsCenterUnpad
for a healthy planet in the 2030 Agenda; and the 17
Sustainable Development Goals are our roadmap for
@SDGsCenterUnpad
António Guterres
SDGs Center Unpad
Secretary-General of the United Nations, 2017 - present

http://sdgcenter.unpad.ac.id

MENYONGSONG SDGs
Kesiapan Daerah-daerah di Indonesia
MENYONGSONG SDGS
Kesiapan Daerah-daerah di Indonesia
TIM PENULIS:

Armida Salsiah Alisjahbana


Arief Anshory Yusuf
Zuzy Anna
Panji Fortuna Hadisoemarto
Ade Kadarisman
Nirwan Maulana
Wandira Larasati
Aisyah Amatul Ghina
Rahma
Megananda
Copyright@2018
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 2, 2018
Diterbitkan oleh Unpad Press
Grha Kandaga, Gedung Perpustakaan Unpad Jatinangor, Lantai I
Jl. Ir. Soekarno km 21 Bandung 45363
Telp. (022) 84288888 ext 3806
e-mail : press@unpad.ac.id /pressunpad@gmail.com
http://press.unpad.ac.id
Anggota IKAPI dan APPTI

Tata Letak : Ade Maulana


Desainer Sampul : Arief Anshory Yusuf

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Armida Alisjahbana, et all

Menyongsong SDGs Kesiapan Daerah-daerah di Indonesia /


Penulis, Armida Alisjahbana, et all ; , --Cet. 2 – Bandung; Unpad
Press; 2018

xviii, 324 h.; 16 x 24 cm

ISBN 978-602-439-232-1

I. Judul II. Armida Alisjahbana

ii
Sambutan
Rektor Universitas Padjadjaran

Atas nama Universitas Padjadjaran saya mengucapkan selamat atas


terbitnya buku “Menyongsong SDGs Kesiapan Daerah-daerah di
Indonesia”, sebagai output dari Center for Sustainable Development
Goals Studies (SDGs) UNPAD pada tahun 2017.

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan pengembangan


Millenium Development Goals (MDGs) dalam versi yang lebih
komprehensif dan mengutamakan aspek kebersamaan bagi seluruh negara
di dunia. SDGs menjadi prinsip runutan yang sangat strategis dalam
pembangunan setiap negara-negara di dunia, termasuk Indonesia yang
merupakan negara dengan penduduk terbesar ke 4 dan ke 10 ekonomi
terbesar di dunia.

Tugas berat ini tentunya tidak dapat dicapai tanpa adanya partnership
global, nasional, lokal dan juga akademisi. Akademisi, termasuk
universitas dan think tanks, dapat mendukung pencapaian target SDGs
melalui kapasitas keilmuan dan juga analitikal, dengan memberikan
rekomendasi kebijakan yang independen dan berbasiskan bukti, kepada
para pemangku kepentingan yang relevan. Universitas Padjadjaran
berusaha memenuhi kewajiban tersebut, dengan mendirikan pusat
penelitian SDGs, yang diharapkan mampu menghasilkan pemikiran-
pemikiran yang bernas dan aplikatif bagi pelaksanaan berbagai progam
yang mendukung tercapainya target-target SDGs.

Sebagai salah satu bentuk implementasi kewajiban tersebut, buku ini


memiliki nilai strategis bagi UNPAD, sebagai suatu bentuk dukungan
UNPAD bagi pembangunan nasional dan global dari hasil penelitian,
yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi seluruh pemangku kepentingan
yang kompeten dalam pencapaian visi global SDGs, baik bagi pemerintah
daerah, pemerintah pusat maupun organisasi non pemerintah yang

i
terlibat. Buku ini adalah kontribusi UNPAD tepat pada saat dirayakannya
Dies Natalis yang ke 60 bagi pencapaian program SDGs Indonesia di
tahun 2030, dengan memberikan gambaran secara utuh mengenai
bagaimana kondisi baseline dari 16 goals yang ingin dicapai secara urut
waktu dan mencoba memetakan bagaimana perkembangan dan kesiapan
masing-masing Provinsi di Indonesia dalam mencapai target SDGs.
Dengan demikian buku ini dapat menjadi landasan bagi pengambilan
kebijakan untuk perencanaan dan akselerasi pencapaian target SDGs di
tahun 2030.

Akhir kata kepada seluruh staff dan penulis buku ini yang telah bekerja
dan berkarya untuk UNPAD dan juga kepada seluruh pihak lain yang
terlibat, dengan tulus saya sampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih. Semoga karya dari SDGs Center UNPAD ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pemangku kepentingan, dan memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat diaplikasikan dalam pencapaian target SDGs di
Indonesia.

Bandung, 4 September 2017

Rektor Universitas Padjadjaran


Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.,

ii
Kata Pengantar

SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan Agenda


Pembangunan Global Tahun 2030 yang telah menjadi komitmen dari
semua Negara di dunia termasuk Indonesia. Berbeda dengan MDGs,
tujuan dari SDGs jauh lebih ambisius dan komprehensif. SDGs
menyatukan prinsip kesejahteraan untuk umat manusia melalui prinsip no
one left behind dengan didukung oleh semua pemangku kepentingan
pembangunan. SDGs memadukan keterkaitan antara aspek ekonomi,
sosial, lingkungan yang diperkuat oleh tata kelola yang baik. Belajar dari
pengalaman MDGs, keberhasilan pencapaian SDGs di tahun 2030
memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Bagian dari
perencanaan ini sesuai dengan Perpres No. 59 Tahun 2017 dilakukan
melalui serangkaian dokumen perencanaan: Peta Jalan SDGs sampai
dengan tahun 2030, Rencana Aksi Nasional dan Daerah untuk periode
2017-2019 dan periode selanjutnya. Semua dokumen perencanaan ini
harus dilakukan secara berjenjang dan sistematis.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian SDGs


termasuk aspek perencanaannya, diperlukan suatu analisis kesenjangan
antara kondisi Baseline dengan target dari indikator-indikator SDGs di
tingkat Nasional sampai dengan Daerah. Buku ini merupakan kontribusi
terhadap analisis kesenjangan tersebut dengan menggunakan metode
proyeksi tren berdasarkan skenario business as usual dan metode
scorecard di tingkat Provinsi. Buku ini terdiri dari 5 Bab yang didahului
oleh sekilas overview tentang SDGs di Bab 1. Selanjutnya Bab 2
menjelaskan Data, Sumber Data dan Metodologi Proyeksi dari Indikator
terpilih dari baseline (tahun 2015) sampai dengan tahun 2030 mengikuti
skenario Business as Usual. Metode scorecard, yaitu metode yang
memberi nilai kepada pencapaian dari target SDGs hasil proyeksi tren
baseline indikator-indikator terpilih, kami jelaskan sebagai bagian dari
Bab 2.

iii
Hasil proyeksi dan pemetaan dari Indikator terpilih untuk seluruh
Provinsi di Indonesia di tahun 2030, tahun berakhirnya SDGs disajikan di
Bab 3. Analisis di Bab 4 memberikan gambaran kesiapan masing-masing
Provinsi untuk pencapaian SDGs. Bab 4 memberikan deskripsi dan
gambaran pencapaian SDGs secara menyeluruh untuk Provinsi-provinsi
di Indonesia. Akan nampak kesiapan Provinsi-provinsi secara
keseluruhan dalam pencapaian target SDGs di tahun 2030. Provinsi mana
yang relatif siap ataupun Provinsi yang relatif paling tidak siap
tergambarkan dengan baik. Bab 5 yang merupakan bab terakhir
memberikan kesimpulan dan implikasi kebijakan berupa apa yang harus
dilakukan daerah untuk mempercepat pencapaian SDGs secara simultan
keluar dari tren business as usual.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran penulisan
Buku ini. Semoga Buku ini memberikan kontribusi bagi pencapaian
komitmen SDGs Indonesia melalui pemetaan tantangan, hambatan serta
prioritas kebijakan percepatan pencapaiannya secara terintegrasi.

Bandung, 4 September, 2017

Direktur SDGs Center


Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana

iv
Daftar Isi

Sambutan Rektor Universitas Padjadjaran ........................................... i


Kata Pengantar ....................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................. v
Daftar Tabel ............................................................................................ ix
Daftar Gambar ..................................................................................... xiv
Daftar Singkatan ................................................................................. xvii
Bab 1 Sekilas SDGs ................................................................................. 1
1.1. Mengenal SDGs: Visi Baru untuk Pembangunan Berkelanjutan3
1.2. Pilar-Pilar SDGs......................................................................... 5
Bab 2 Metodologi dan Data .................................................................... 9
2.1. Pemilihan Indikator SDGs ...................................................... 11
Tujuan 1 Tanpa Kemiskinan ......................................................... 15
Tujuan 2 Tanpa Kelaparan ............................................................ 16
Tujuan 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera ..................................... 18
Tujuan 4 Pendidikan Berkualitas .................................................. 20
Tujuan 5 Kesetaraan Gender ......................................................... 22
Tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak ....................................... 23
Tujuan 7 Energi Bersih dan Terjangkau ....................................... 25
Tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi ................ 25
Tujuan 9 Industri, Inovasi dan Infrastruktur ................................. 27
Tujuan 10 Berkurangnya Kesenjangan ......................................... 28
Tujuan 11 Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan ................. 30
Tujuan 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab ..... 31
Tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim ....................................... 31
Tujuan 14 Ekosistem Laut ............................................................ 32
Tujuan 15 Ekosistem Daratan ....................................................... 32
Tujuan 16 Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh33

v
2.2. Pengolahan Data ...................................................................... 35
2.3. Proyeksi Baseline ..................................................................... 35
2.4. Target dan Scorecard ............................................................... 36
2.4.1. Target ......................................................................... 37
2.4.2. Scorecard ................................................................... 39
Bab 3 Proyeksi Pencapaian Indikator SDGs di Tingkat Provinsi ... 41
3.1. Proyeksi Baseline Tujuan 1 Tanpa Kemiskinan ...................... 42
3.2. Proyeksi Baseline Tujuan 2 Tanpa Kelaparan ......................... 46
3.3. Proyeksi Baseline Tujuan 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera ... 52
3.4. Proyeksi Baseline Tujuan 4 Pendidikan Berkualitas ................ 62
3.5. Proyeksi Baseline Tujuan 5 Kesetaraan Gender ...................... 68
3.6. Proyeksi Baseline Tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak ..... 74
3.7. Proyeksi Baseline Tujuan 7 Energi Bersih dan Terjangkau ..... 78
3.8. Proyeksi Baseline Tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi ................................................................................... 80
3.9. Proyeksi Baseline Tujuan 9 Industri, Inovasi dan Infrastruktur88
3.10. Proyeksi Baseline Tujuan 10 Berkurangnya Kesenjangan ...... 92
3.11. Proyeksi Baseline Tujuan 11 Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan ........................................................................... 98
3.12. Proyeksi Baseline Tujuan 12 Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung Jawab ................................................................ 104
3.13. Proyeksi Baseline Tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim .. 106
3.14. Proyeksi Baseline Tujuan 14 Ekosistem Laut ........................ 108
3.15. Proyeksi Baseline Tujuan 15 Ekosistem Daratan .................. 110
3.16. Proyeksi Baseline Tujuan 16 Perdamaian, Keadilan dan
Kelembagaan yang Tangguh .................................................. 116
Bab 4 Analisis Kesiapan Provinsi-Provinsi di Indonesia dalam
Menghadapi SDGs .................................................................. 125
4.1. Analisis per Provinsi .............................................................. 127
4.1.1. Provinsi Aceh ........................................................... 128
4.1.2. Provinsi Sumatera Utara .......................................... 131
4.1.3. Provinsi Sumatera Barat ........................................... 134

vi
4.1.4. Provinsi Riau ............................................................ 137
4.1.5. Provinsi Jambi .......................................................... 139
4.1.6. Provinsi Sumatera Selatan ....................................... 143
4.1.7. Provinsi Bengkulu .................................................... 146
4.1.8. Provinsi Lampung .................................................... 149
4.1.9. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ...................... 152
4.1.10. Provinsi Kepulauan Riau ......................................... 155
4.1.11. Provinsi DKI Jakarta ................................................ 158
4.1.12. Provinsi Jawa Barat .................................................. 161
4.1.13. Provinsi Jawa Tengah .............................................. 164
4.1.14. Provinsi DI Yogyakarta ........................................... 168
4.1.15. Provinsi Jawa Timur ................................................ 171
4.1.16. Provinsi Banten ........................................................ 174
4.1.17. Provinsi Bali............................................................. 178
4.1.18. Provinsi Nusa Tenggara Barat ................................. 181
4.1.19. Provinsi Nusa Tenggara Timur ................................ 184
4.1.20. Provinsi Kalimantan Barat ....................................... 188
4.1.21. Provinsi Kalimantan Tengah .................................... 191
4.1.22. Provinsi Kalimantan Selatan .................................... 195
4.1.23. Provinsi Kalimantan Timur ...................................... 198
4.1.24. Provinsi Kalimantan Utara ....................................... 202
4.1.25. Provinsi Sulawesi Utara ........................................... 206
4.1.26. Provinsi Sulawesi Tengah ........................................ 209
4.1.27. Provinsi Sulawesi Selatan ........................................ 213
4.1.28. Provinsi Sulawesi Tenggara ..................................... 216
4.1.29. Provinsi Gorontalo ................................................... 220
4.1.30. Provinsi Sulawesi Barat ........................................... 223
4.2.31. Provinsi Maluku ....................................................... 227
4.1.32. Provinsi Maluku Utara ............................................. 230
4.1.33. Provinsi Papua Barat ................................................ 234

vii
4.1.34. Provinsi Papua.......................................................... 237
4.2. Analisis antar Provinsi ........................................................... 241
Bab 5 Penutup ...................................................................................... 253
Referensi ............................................................................................... 263
Indeks .................................................................................................. 264
Apendiks ............................................................................................... 272
Tentang SDGs Center Universitas Padjadjaran............................... 324

viii
Daftar Tabel

Tabel 2.1. Daftar Indikator Terpilih untuk tiap Tujuan SDGs .............. 12
Tabel 2.2. Jenis Trend dan Spesifikasi Model Regresi ......................... 36
Tabel 2.3. Target Kuantitatif Indikator SDGs Pada Tahun 2030 .......... 37
Tabel 2.4. Sistem Penilaian Scorecard SDGs Tahun 2030................... 40
Tabel 3.1. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Miskin dengan
Garis Kemiskinan $1.90 per hari (%) .................................. 42
Tabel 3.2. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Miskin dengan
Garis Kemiskinan Nasional (%) .......................................... 44
Tabel 3.3. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Balita dengan Tinggi
Badan Pendek dan Sangat Pendek (%) ................................ 46
Tabel 3.4. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Balita dengan Berat Badan
Kurus dan Sangat Kurus (%) ............................................... 48
Tabel 3.5. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Produktivitas Tanaman
Pangan (t/ha) ........................................................................ 50
Tabel 3.6. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Kematian di bawah
5 Tahun (per 1.000 Kelahiran Hidup) .................................. 52
Tabel 3.7. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Kematian Neonatal
(per 1.000 Kelahiran Hidup) ................................................ 54
Tabel 3.8. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Harapan Hidup
Saat Lahir (Tahun) ............................................................... 56
Tabel 3.9. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Jumlah Kematian Akibat
Kecelakaan Lalu Lintas (per 100.000 Penduduk) ................ 58
Tabel 3.10. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk dengan
Kebiasaan Merokok Tiap Hari di atas usia 15 Tahun (%) ... 60
Tabel 3.11. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rata-rata Lama Sekolah
(Tahun) ................................................................................ 62
Tabel 3.12. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Partisipasi Kasar
(APK) Perguruan Tinggi (%) ............................................... 64
Tabel 3.13. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Melek Huruf Usia
15-24 (%) ............................................................................. 66

ix
Tabel 3.14. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Tingkat Kesuburan Wanita
(Kelahiran per 1.000 Wanita Usia 15-19 tahun) .................. 68
Tabel 3.15. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Wanita (%) ................................................. 70
Tabel 3.16. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Proporsi Perempuan
dalam Parlemen (%) ............................................................. 72
Tabel 3.17. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah tangga dengan Air
Minum Layak (%) ................................................................ 74
Tabel 3.18. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga dengan
Sanitasi Layak (%) ............................................................... 76
Tabel 3.19. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rasio Elektrifikasi (%) .. 78
Tabel 3.20. PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah)........... 80
Tabel 3.21. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Tingkat Pengangguran
dengan Kriteria Jam Kerja <35 (%) ..................................... 82
Tabel 3.22. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Usia Muda
yang Tidak Bekerja, Tidak Sekolah dan Tidak Pelatihan (%)84
Tabel 3.23. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Usia 5-14 Tahun
yang Termasuk ke dalam Kategori Pekerja Anak (%) ......... 86
Tabel 3.24. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Kondisi Jalan dengan
Kualitas Baik dan Sedang (% dari Total Panjang Jalan)...... 88
Tabel 3.25. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga yang
Pernah Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir (%) .... 90
Tabel 3.26. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rasio Gini...................... 92
Tabel 3.27. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rasio Palma ................... 94
Tabel 3.28. Hasil Proyeksi Baseline Rasio Persentase pengeluaran
kelompok penduduk 40 (%) ................................................. 96
Tabel 3.29. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga yang
Memenuhi Spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%) ........... 98
Tabel 3.30. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga Kota
dengan Jaringan Air Ledeng (%) ....................................... 100
Tabel 3.31 Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rata-Rata Partikulat PM10
(µgram/m3) ......................................................................... 102
Tabel 3.32. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga dengan
Perilaku Memilah Sampah (%) .......................................... 104

x
Tabel 3.33. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Emisi CO2 per kapita
(tCO2/kapita) ...................................................................... 106
Tabel 3.34 Hasil Proyeksi Baseline Indikator Area Keanekaragaman
Hayati Laut yang Dilindungi (% Luas Perairan) ............... 108
Tabel 3.35 Hasil Proyeksi Baseline Indikator Proporsi Luas Area Hutan
Terhadap Luas Daratan (%) ............................................... 110
Tabel 3.36. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Area konservasi yang
dilindungi (% luas wilayah) ............................................... 112
Tabel 3.37. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Persentase lahan kritis
terhadap luas wilayah (%).................................................. 114
Tabel 3.38. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Kejadian Pembunuhan
(per 100.000 Penduduk) ..................................................... 116
Tabel 3.39. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Risiko Penduduk Terkena
Tindak Pidana (per 100.000 Penduduk) ............................ 118
Tabel 3.40. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Jumlah Tahanan (per
100.000 Penduduk) ............................................................ 120
Tabel 3.41. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Anak di bawah 5 Tahun
yang Sudah Memiliki Akte Kelahiran (%) ........................ 122
Tabel 4.1. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Aceh ...... 128
Tabel 4.2. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sumatera
Utara .................................................................................. 131
Tabel 4.3. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sumatera
Barat ................................................................................... 134
Tabel 4.4. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Riau ....... 137
Tabel 4.5. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jambi ..... 139
Tabel 4.6. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sumatera
Selatan................................................................................ 143
Tabel 4.7. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Bengkulu 146
Tabel 4.8. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Lampung 149
Tabel 4.9. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung ................................................................ 152
Tabel 4.10. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kepulauan
Riau .................................................................................... 155
Tabel 4.11. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi DKI Jakarta158
Tabel 4.12. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Barat161
xi
Tabel 4.13. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Tengah164
Tabel 4.14. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs .............................. 168
Tabel 4.15. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Timur171
Tabel 4.16. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Banten ... 174
Tabel 4.17. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Bali ........ 178
Tabel 4.18. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Nusa
Tenggara Barat ................................................................... 181
Tabel 4.19. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Nusa
Tenggara Timur ................................................................. 184
Tabel 4.20. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan
Barat ................................................................................... 188
Tabel 4.21. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan
Tengah ............................................................................... 191
Tabel 4.22. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan
Selatan ................................................................................ 195
Tabel 4.23. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan
Timur ................................................................................. 198
Tabel 4.24. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan
Utara................................................................................... 202
Tabel 4.25. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi
Utara................................................................................... 206
Tabel 4.26. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi
Tengah ............................................................................... 209
Tabel 4.27. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi
Selatan ................................................................................ 213
Tabel 4.28. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi
Tenggara ............................................................................ 216
Tabel 4.29. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Gorontalo220
Tabel 4.30. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi
Barat ................................................................................... 223
Tabel 4.31. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Maluku... 227
Tabel 4.32. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Maluku
Utara................................................................................... 230
Tabel 4.33. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Papua Barat234

xii
Tabel 4.34. Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Papua ..... 237
Tabel 4.35 Analisis Kesiapan Provinsi Menghadapi SDGs (Indikator
Terpilih) ............................................................................. 242
Tabel Apendix 1 Target Kuantitatif Indikator SDGs Pada Tahun
2030 ................................................................................... 272

xiii
Daftar Gambar

Gambar 1.1. Sasaran SDGs ..................................................................... 5


Gambar 1.2. Tujuan-tujuan SDGs yang Terintegrasi Secara Holistik ..... 8
Gambar 2.1. Ilustrasi Proyeksi Terhadap Target SDGs 2030 ............... 37
Gambar 3.1. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Miskin
dengan Garis Kemiskinan $1.90 per hari (%) ................... 43
Gambar 3.2. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Miskin
dengan Garis Kemiskinan Nasional (%) ........................... 45
Gambar 3.3. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Balita dengan Tinggi
Badan Pendek dan Sangat Pendek (%) ............................ 47
Gambar 3.4. Indikator Balita dengan Berat Badan Kurus dan Sangat
Kurus (%) ......................................................................... 49
Gambar 3.5. Indikator Produktivitas Tanaman Pangan (t/ha) ............... 51
Gambar 3.6. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Kematian
di bawah 5 Tahun (per 1.000 Kelahiran Hidup) .............. 53
Gambar 3.7. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Kematian
Neonatal (per 1.000 Kelahiran Hidup) ............................. 55
Gambar 3.8. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Harapan Hidup
Saat Lahir (Tahun) ............................................................ 57
Gambar 3.9. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Jumlah Kematian
Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (per 100.000 Penduduk) . 59
Gambar 3.10. Indikator Penduduk dengan Kebiasaan Merokok Tiap Hari
di atas usia 15 Tahun (%) ................................................. 61
Gambar 3.11. Sebaran Nilai Scorecard Baseline Indikator Rata-rata Lama
Sekolah (Tahun) ............................................................... 63
Gambar 3.12. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Partisipasi Kasar
(APK) Perguruan Tinggi (%) ............................................ 65
Gambar 3.13. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Melek Huruf
Usia 15-24 (%).................................................................. 67
Gambar 3.14. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Tingkat Kesuburan
Wanita (Kelahiran per 1.000 Wanita Usia 15-19 tahun) .. 69

xiv
Gambar 3.15. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Wanita (%) ............................................. 71
Gambar 3.16. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Proporsi Perempuan
dalam Parlemen (%) ......................................................... 73
Gambar 3.17. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah tangga dengan
Air Minum Layak ............................................................. 75
Gambar 3.18. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah tangga dengan
Sanitasi Layak (%) ........................................................... 77
Gambar 3.19. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rasio Elektrifikasi (%)79
Gambar 3.20. Sebaran Nilai Scorecard Indikator PDRB per kapita (harga
konstan 2016) (juta rupiah)............................................... 81
Gambar 3.21. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Tingkat Pengangguran
dengan Kriteria Jam Kerja <35 (%) .................................. 83
Gambar 3.22. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Usia Muda
yang Tidak Bekerja, Tidak Sekolah dan Tidak Pelatihan
(%) .................................................................................... 85
Gambar 3.23. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Usia 5-14
Tahun yang Termasuk ke dalam Kategori Pekerja Anak
(%) .................................................................................... 87
Gambar 3.24. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Kondisi Jalan dengan
Kualitas Baik dan Sedang (% dari Total Panjang Jalan) .. 89
Gambar 3.25. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga yang
Pernah Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir (%) . 91
Gambar 3.26. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rasio Gini ................. 93
Gambar 3.27 Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rasio Palma .............. 95
Gambar 3.28. Sebaran Nilai Scorecard Rasio Persentase pengeluaran
kelompok penduduk 40 (%) ............................................. 97
Gambar 3.29. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga yang
Memenuhi Spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%) ....... 99
Gambar 3.30. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga Kota
dengan Jaringan Air Ledeng (%) .................................... 101
Gambar 3.31. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rata-Rata Partikulat
PM10 (µgram/m3) .......................................................... 103

xv
Gambar 3.32. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga dengan
Perilaku Memilah Sampah (%) ....................................... 105
Gambar 3.33. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Emisi CO2 per kapita
(tCO2/kapita) ................................................................... 107
Gambar 3.34. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Area Keanekaragaman
Hayati Laut yang Dilindungi (% Luas Perairan) ........... 109
Gambar 3.35. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Proporsi Luas Area
Hutan Terhadap Luas Daratan (%) ................................. 111
Gambar 3.36. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Area konservasi yang
dilindungi (% luas wilayah) ............................................ 113
Gambar 3.37. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Persentase lahan kritis
terhadap luas wilayah (%) .............................................. 115
Gambar 3.38. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Kejadian Pembunuhan
(per 100.000 Penduduk).................................................. 117
Gambar 3.39. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Risiko Penduduk
Terkena Tindak Pidana (per 100.000 Penduduk) ........... 119
Gambar 3.40. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Jumlah Tahanan (per
100.000 Penduduk) ......................................................... 121
Gambar 3.41. Sebaran Nilai Scorecard Indikator Anak di bawah 5 Tahun
yang Sudah Memiliki Akte Kelahiran (%) ..................... 123

xvi
Daftar Singkatan

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BPS Badan Pusat Statistik

DHS Demographic and Health Survey

SUSENAS Survei Sosio Ekonomi Nasional

SAKERNAS Survei Angkatan Kerja Nasional

IAEG-SDGs Inter-agency and Expert Group on Sustainable


Development Goal Indicators

MDGs Milenium Development Goals

ODI Overseas Development Institute

RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

SDGs Sustainable Development Goals

TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

UN United Nations

WHO World Health Organization

PANSIMAS Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis


Masyarakat

SANIMAS Sanitasi Berbasis Masyarakat

xvii
Halaman ini sengaja dikosongkan

xviii
Bab 1
Sekilas SDGs

1
Halaman ini sengaja dikosongkan

2
1.1 Mengenal SDGs: Visi Baru untuk Pembangunan
Berkelanjutan

Menjelang berakhirnya era Milenium Development Goals (MDGs) pada


tahun 2015, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menyelenggarakan
konferensi bertajuk pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), di Rio de janeiro, Brazil, Juni 2012, atau yang lebih sering
disebut dengan konferensi Rio+20. Pertemuan tersebut menghasilkan
dokumen the future we want1 yang sangat berperan penting dalam
kemunculan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Poin paling penting dari dokumen
tersebut adalah diperlukannya agenda pembangunan berkelanjutan baru
yang melanjutkan MDGs, namun dengan visi yang lebih luas, holistik
dan bersifat universal.

Sebagai tindak lanjut pertemuan Rio+20, PBB membentuk kelompok


kerja khusus yang bertugas untuk menyiapkan proposal mengenai konsep
pembangunan berkelanjutan pasca MDGs pada 22 Januari 20132. Tim
tersebut berisikan 30 anggota, termasuk Indonesia sebagai perwakilan
dari grup Asia Pasifik. Setelah melewati negosiasi antar negara,
dokumen akhir yang dihasilkan oleh tim tersebut diadopsi oleh lebih dari
150 pemimpin dunia dalam kesempatan the UN Sustainable Development
Summit, pada 25-27 September di New York, Amerika Serikat. Dalam
pertemuan tersebut, seluruh negara yang hadir mendeklarasikan secara
bersama-sama untuk mengadopsi agenda pembangunan berkelanjutan
yang baru, yakni Transforming our world: the 2030 Agenda for
Sustainable Development3 atau yang lebih dikenal dengan Sustainable
Development Goals (SDGs). Sebagai tambahan, Indonesia hadir dalam
pertemuan tersebut, dimana Wakil Presiden Jusuf Kalla yang

1
https://sustainabledevelopment.un.org/futurewewant.html
2
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/67/L.48/Rev.1&Lang=E
3
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/21252030%20Agenda%20for%20Sustain
able%20Development%20web.pdf

3
menyampaikan pidato terkait keikut-sertaan Indonesia di dalam agenda
SDGs.4

SDGs merupakan visi terhadap keadaan menyeluruh dunia pada tahun


2030 (ODI, 2015; Sachs, 2015; UN, 2015). Seperti yang dapat dilihat
pada gambar 1, SDGs berisikan 17 tujuan dengan total 169 indikator
capaian. Kelahiran SDGs tidak lepas dari kritik tajam, mengingat target-
target capaiannya yang lebih kompleks dan banyak dari MDGs. Dengan
hanya memiliki 8 sasaran saja, tidak sedikit hal yang masih tersisa dari
MDGs. Sehingga, tidak heran jika SDGs dinilai sebagai visi global yang
terlalu ambisius. Namun, perspektif lain beranggapan bahwa justru, sisi
ambisius ini lah yang dibutuhkan untuk dapat “memaksa” semua pihak
untuk turut menyelesaikan tantangan pembangunan dunia yang besar,
seperti ketimpangan dan kerusakan lingkungan (ODI, 2015).

Selain itu, perbedaan prinsip penyusunan antara SDGs dan MDGs


memberikan harapan bahwa dunia akan bertransformasi menjadi tempat
yang lebih baik untuk ditinggali. Secara prinsip, MDGs fokus terhadap
permasalahan pembangunan di negara-negara berkembang dan tertinggal,
dimana negara-negara maju lebih banyak berperan sebagai pendonor
(ODI, 2015; Sachs, 2015). Di sisi lain, prinsip utama SDGs adalah
berlaku universal, dengan sasaran-sasaran pembangunan yang berlaku
untuk semua negara tertinggal, berkembang dan maju, beserta setiap
warga negaranya.

4
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/20558indonesia.pdf.

4
Gambar 1.1. Sasaran SDGs

Sumber: http://www.sdgsindonesia.or.id

Sasaran ke-12 dapat memberikan contoh bagaimana kepentingan dari


seluruh negara terwakili di dalam SDGs. Tujuan ini mengisyaratkan
bahwa semua pihak harus mengupayakan untuk, misalnya, tidak
menggunakan material berbahaya dalam kegiatan konsumsi dan produksi.
Adanya peraturan-peraturan internasional dan perjanjian bilateral yang
melarang penggunaan material tertentu dalam aktivitas ekspor dan impor,
adalah salah satu contoh konkretnya. Oleh karena itu, banyaknya tujuan
pembangunan dalam SDGs, selayaknya diartikan sebagai sebuah visi
global bersama yang mewakili kepentingan semua pihak, bukan visi
global yang terlalu ambisius atau tidak realistis.

1.2 Pilar-Pilar SDGs

Sachs (2015) menjelaskan bahwa konsep dasar pembangunan


berkelanjutan adalah pembangunan yang menyelaraskan antara tujuan-
tujuan ekonomi, sosial, lingkungan dan pemerintahan atau institusi yang
baik. Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dibarengi
oleh distribusi pendapatan yang merata, melalui penciptaan lapangan
kerja dengan upah layak. Hal ini dikarenakan disparitas pendapatan yang
tinggi dapat menciptakan konflik sosial, baik secara vertikal maupun

5
horizontal. Selain itu, pertumbuhan ekonomi tersebut harus ramah
lingkungan dengan, misalnya, tidak mencemari udara atau menghabiskan
sumber daya alam. Terakhir, keberadaan pemerintahan yang baik
diperlukan agar sasaran-sasaran tersebut dapat tercapai, karena fungsi-
fungsi inti dalam kehidupan hanya dapat dipenuhi oleh pemerintah,
seperti regulasi, jaminan kesehatan nasional dan infrastruktur.

Sebagai turunan dari konsep utama tersebut, pilar pertama dari SDGs
dikenal sebagai 5P, yakni People, Planet, Prosperity, Peace dan
Partnership (UN, 2015). Pilar 5P ini dapat diartikan sebagai berikut,
People: SDGs hadir untuk memastikan bahwa semua manusia terbebas
dari kemiskinan, kelaparan, memiliki kedudukan yang setara dan
mendapatkan hak untuk hidup secara bermartabat; Planet: SDGs
berupaya untuk melindungi bumi dari dampak buruk akibat kegiatan
manusia, seperti perubahan lingkungan dan penggunaan sumber daya
alam yang tak bertanggung jawab, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
masa depan; Prosperity: SDGs hadir untuk memastikan semua umat
manusia memiliki kehidupan yang sejahtera, berkecukupan dan dapat
hidup secara harmonis berdampingan dengan alam; Peace: tidak ada
pembangunan berkelanjutan tanpa perdamaian dan keamanan sosial, dan
sebaliknya, tidak ada perdamaian dan keamanan sosial tanpa
pembangunan berkelanjutan; Partnership: keberhasilan pembangunan
berkelanjutan hanya dapat dicapai melalaui kerja sama global yang erat
dengan asas solidaritas yang tinggi.

Seperti yang sudah dibahas di atas, SDGs merupakan visi global bersama
yang mewakili kepentingan semua pihak. Sebagai tambahan, negara-
negara yang hadir di dalam the UN Sustainable Development Summit
sepakat bahwa SDGs merupakan perjalanan bersama hingga 2030 dan
berikrar bahwa tidak akan ada satu negara pun yang tertinggal. Hal ini
merupakan pilar kedua SDGs yang dikenal dengan no one is left behind.
Pilar kedua ini semakin menunjukkan bahwa SDGs harus dipandang
sebagai visi bersama, bukan visi ambisius yang hanya menguntungkan
segelintir pihak saja.

6
Pilar SDGs terakhir adalah sasaran pembangunan berkelanjutan yang
terintegrasi secara holistik. Berbeda dengan MDGs yang keterkaitan antar
tujuan kurang terperhatikan, 17 tujuan SDGs disusun dengan telah
mengindahkan aspek keterkaitan antar tujuan. Dengan kata lain, upaya
untuk mencapai sebuah tujuan, tidak akan terlepas dari upaya untuk
mencapai tujuan yang lainnya. Le Blanc (2015) menjelaskan bahwa
banyaknya tujuan SDGs sebaiknya dinilai sebagai sebuah jaringan yang
terintegrasi secara holistik, bukan suatu hal yang kompleks dan berdiri
sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan Gambar 2. Sebagai contohnya, tujuan
ke-12 dan ke-10 merupakan tujuan yang paling banyak memiliki
keterkaitan dengan tujuan lainnya. Sementara itu, tujuan yang paling
sedikit keterkaitannya adalah tujuan 14, yakni ekosistem laut.

7
Gambar 1.2. Tujuan-tujuan SDGs yang Terintegrasi Secara Holistik
3
Health
5 11
3 Cities
7 4
Energy 4 5
1 1
Poverty 1 4 Gender
1 2
2
4 3
1 1 1 1
2
1 9 5 3
1 1 6 1
2 1 4 Water
Hunger 1 11 1
2 Inequality 3
2 3
1 12
SCP 6
2 1 16
21 1 Peaceful and inclusive
3
3 2 2 1
13 1 1
Climate change 1 1
1 1 1
1 1 4
8 Education
2 Growth and employment
1 1 3
15 9
14 Infrastructure and industrialization
Oceans Terrestrial ecosystems

Jumlah tujuan
Ranking Tujuan SDGs lainnya yang
terkait
1 12-konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab 14
2 10-berkurangnya kesenjangan 12
3 1-tanpa kemiskinan 10
4 8-pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi 10
5 2-tanpa kelaparan 8
6 3-kehidupan sehat dan sejahtera 8
7 5-kesetaraan gender 8
8 4-pendiikan berkualitas 7
9 6-air bersih dan sanitasi layak 7
10 11-kota dan permukiman yang berkelanjutan 6
11 13-penanganan perubahan iklim 6
12 15-ekosistem daratan 6
13 16-perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh 6
14 7-energi bersih dan terjangkau 3
15 9-industri, inovasi dan infrastruktur 3
16 14-ekosistem laut 2

Sumber: Le Blanc (2015)

8
Bab 2
Metodologi dan Data

9
Halaman ini sengaja dikosongkan

10
2.1 Pemilihan Indikator SDGs

Tim penyusun indikator global SDGs, IAEG-SDGs, secara resmi


menyepakati adanya 241 indikator global di mana 11 di antaranya adalah
indikator yang sama untuk target yang berbeda sehingga sejumlah 230
indikator terpilih sebagai indikator global dari target di dalam tujuan
SDGs. Adapun dari 17 tujuan tersebut, di tingkat nasional dan provinsi,
ada 16 tujuan yang relevan dengan pembangunan nasional dan daerah,
sedangkan tujuan ke-17 yaitu Kemitraan Global untuk Mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan tidak relevan dalam analisis di tingkat
provinsi. Hal ini dikarenakan, tujuan ke-17 tersebut berlaku bagi
hubungan antar-negara, atau daerah yang secara langsung melakukan
hubungan bilateral dengan sebuah negara. Dalam penelitian ini dilakukan
analisis di tingkat provinsi dan tidak ada provinsi yang secara langsung
melakukan hubungan bilateral dengan sebuah negara, sehingga tujuan ke-
17 tidak relevan untuk dilakukan di tingkat provinsi.

230 indikator global tersebut diklasifikasikan ke dalam 3 tingkat (tier).


Tier 1 merupakan indikator yang secara konsep sudah jelas, metodologi
dan standar yang mapan sudah tersedia, dan diproduksi secara berkala
oleh negara. Tier 2 merupakan indikator yang secara konsep sudah jelas,
metodologi dan standar yang mapan sudah tersedia, namun data tidak
diproduksi secara berkala oleh negara. Sedangkan Tier 3 merupakan jenis
indikator yang belum ada metodologi dan standar yang mapan, atau
indikator yang metodologi dan standarnya sedang dalam tahap
pengembangan.

Dalam penelitian baseline ini, dilakukan analisis baseline atas 41


indikator dari 16 tujuan SDGs (kecuali untuk tujuan ke-17) untuk 34
provinsi di Indonesia. Pemilihan indikator ini didasari oleh ketersediaan
data untuk masing-masing provinsi di Indonesia, begitu juga dengan
relevansi data tersebut dalam merepresentasikan performa tujuan
pembangunan berkelanjutan. Dari 41 indikator terpilih, hampir semua
indikator termasuk ke dalam kategori tier 1 yang berarti data yang
dikumpulkan sudah jelas dan mapan dalam standar dan metodologi, dan

11
juga diproduksi secara berkala. Data yang dikumpulkan meliputi 15 tahun
pengamatan, dari tahun 2001 – 2015. Dari data yang tersedia, ternyata
ada beberapa indikator yang datanya hanya 2 atau 3 tahun saja, seperti
indikator “Rumah Tangga dengan perilaku Memilah Sampah” dan
indikator “Proporsi Perempuan dalam parlemen”. Adapun daftar
indikator tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Daftar Indikator Terpilih untuk tiap Tujuan SDGs


No Tujuan Indikator Tahun Sumber
1 Tanpa Penduduk miskin dengan 2002-2015 SUSENAS
Kemiskinan garis kemiskinan $1.90
per hari (%)
Penduduk miskin dengan 2002-2015 BPS
garis kemiskinan nasional
(%)
2 Tanpa Balita dengan tinggi 2007, 2010, RISKESDAS
Kelaparan badan pendek dan sangat 2013
pendek (%)
Balita dengan berat 2007, 2010, RISKESDAS
badan kurus dan sangat 2013
kurus (%)
Produktivitas tanaman 2001-2014 BPS
pangan (t/ha)

3 Kehidupan Angka kematian dibawah 2002, 2007, BPS


Sehat dan 5 tahun (per 1.000 2012
Sejahtera kelahiran hidup)

Angka kematian neonatal 2011-2014 BPS


(per 1.000 kelahiran
hidup)

Angka harapan hidup 2010-2015 BPS


saat lahir (tahun)

Jumlah kematian akibat 2002, 2007, BPS


kecelakaan lalu lintas 2012
(per 100.000 penduduk)

Penduduk dengan 2004, 2010, RISKESDAS &


kebiasaan merokok tiap 2015 SUSENAS
hari di atas usia 15 tahun
(%)

12
No Tujuan Indikator Tahun Sumber
4 Pendidikan Rata-rata lama sekolah 2003-2015 SUSENAS
Berkualitas (tahun)
Angka Partisipasi Kasar 2006, 2012, BPS
(APK) Perguruan Tinggi 2014
Angka melek huruf usia 2003-2015 SUSENAS
15-24 (%)
5 Kesetaraan Tingkat kesuburan wanita 2007-2014 RISKESDAS
Gender (kelahiran per 1.000
wanita usia 15-19 tahun)
Proporsi perempuan 2009, 2014 Statistik Politik
dalam parlemen (%) BPS
Tingkat partisipasi 2003- SUSENAS
angkatan kerja wanita 2005,
(%) 2007-2015
6 Air Bersih dan Rumah tangga dengan air 2002-2015 SUSENAS
Sanitasi Layak minum layak (%)
Rumah tangga dengan 2001- SUSENAS
sanitasi layak (%) 2004,
2006-2015
7 Energi Bersih Rasio Elektrifikasi (%) 2008-2015 Statistik
dan Terjangkau Ketenagalistrikan
, Kementerian
ESDM

8 Pekerjaan yang PDRB Per Kapita (Harga 2010-2015 SUSENAS


Layak dan Konstan 2016) (juta
Pertumbuhan rupiah)
Ekonomi Tingkat pengangguran 2001-2015 SUSENAS
dengan kriteria jam kerja
<35 (%)
Penduduk usia muda 2003-2015 SUSENAS
yang tidak bekerja, tidak
sekolah dan tidak
pelatihan (%)
Penduduk usia 5-14 2001-2012, SAKERNAS
tahun yang termasuk ke 2015
dalam kategori pekerja
anak (%)
9 Industri, Kondisi Jalan dengan 2011-2014 Kementerian
Inovasi dan Kualitas Baik dan Sedang PUPR
Infrastruktur (% dari Total Panjang
Jalan)
Rumah tangga yang 2010-2013 BPS
pernah mengakses
internet dalam 3 bulan
terakhir (%)

13
No Tujuan Indikator Tahun Sumber
10 Berkurangnya Rasio gini 2001-2015 SUSENAS
Kesenjangan Rasio palma 2001-2015 SUSENAS
Persentase Pengeluaran 2002-2015 SUSENAS
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
11 Kota dan Rumah tangga yang 2006-2015 SUSENAS
Permukiman memenuhi spesifikasi
yang rumah sederhana sehat
Berkelanjutan (%)
Rumah tangga kota 2011-2015 SUSENAS
dengan jaringan air
ledeng (%)
Rata-rata partikulat 2011, Statistik
(PM10) 2013-2015 Kementerian
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan

12 Konsumsi dan Rumah tangga dengan 2013-2014 BPS


Produksi yang perilaku memilah sampah
Bertanggung (%)
Jawab
13 Penanganan Emisi CO2 per kapita 2011-2013 BPS
Perubahan (tCO2/kapita)
Iklim
14 Ekosistem Laut Area keanekaragaman 2001-2015 Kementerian
hayati laut yang Kelautan dan
dilindungi (% luas Perikanan
perairan)
15 Ekosistem Proporsi luas area hutan 2006-2015 Kementerian
Daratan terhadap luas daratan (%) Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan
Area konservasi yang 2006-2011 Kementerian
dilindungi (% luas Lingkungan
wilayah) Hidup dan
Kehutanan
Persentase lahan kritis 2005-2013 BPS
terhadap luas wilayah
(%)
16 Perdamaian, Kejadian Pembunuhan 2007-2014 BPS
Keadilan dan (per 100.000 penduduk)
Kelembagaan
yang Tangguh Jumlah tahanan (per 2011-2014 BPS
100.000 penduduk)
Risiko penduduk terkena 2001-2015 BPS
tindak pidana (per

14
No Tujuan Indikator Tahun Sumber
100.000 Penduduk)
Anak di bawah 5 tahun 2001, SUSENAS
yang sudah memiliki akte 2013-2015
kelahiran (%)

Seperti yang tercantum pada tabel di atas, data yang digunakan dalam
studi baseline ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Survei
Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS), Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Demographic and
Health Surveys (DHS), Informasi Statistik Infrastruktur Kementerian
PUPR, Statistik Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya dan
Mineral (ESDM), juga Data Statistik Kepolisian RI. Secara umum, data
dimulai dari tahun 2000 hingga 2015, namun beberapa indikator hanya
memiliki data di tahun-tahun tertentu.

Berikut adalah metadata dari setiap indikator terpilih menurut ke-16


tujuan SDGs5:

Tujuan 1 Tanpa Kemiskinan

Indikator 1.1 Penduduk Miskin dengan Garis Kemiskinan $1.90 per


hari (%)

Persentase populasi yang hidup dengan kurang dari US$1,90 per hari
yang dihitung dengan penyesuaian US $ dollar terhadap rupiah.

Indikator 1.2 Penduduk Miskin dengan Garis Kemiskinan Nasional (%)

Persentase penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (yang


merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok yang setara dengan 2100

5
Mengacu kepada Metadata Indikator TPB/SDGs Indonesia (Kementerian PPN/Bappenas)
http://www.sdgsindonesia.or.id/index.php/dokumen/item/274-metadata-indikator-tpb-sdgs-indonesia

15
kkal/kapita/hari) dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya pada
periode waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen.

Jumlah Penduduk Miskin


Presentase Penduduk Miskin = di bawah Garis Kemiskinan Nasional x 100%
Jumlah Penduduk

Tujuan 2 Tanpa Kelaparan

Indikator 2.1 Balita dengan Tinggi Badan Pendek dan Sangat Pendek
(%)

Stunting (pendek/sangat pendek) didefinisikan sebagai kondisi kurang


gizi kronis yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur
dibandingkan dengan menggunakan standar WHO tahun 2005.

Data tinggi badan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dijadikan


landasan untuk menganalisis status gizi dan tinggi badan setiap balita
(usia 0-4 tahun) dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Z-score)
menggunakan baku anthropometri anak balita WHO 2005. Adapun
klasifikasinya adalah:

Sangat pendek : Z-score < -3.0

Pendek : -3.0 ≤ Z-score < -2.0

Persentase balita stunting dihitung dengan rumus:

Jumlah balita dengan tinggi badan pendek


dan sangat pendek
Prevalensi balita stunting = x100%
Jumlah anak balita pada waktu yang sama

Indikator 2.2 Balita dengan Berat Badan Kurus dan Sangat Kurus (%)

Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (wasting) diukur
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan dibandingkan

16
dengan menggunakan standar WHO tahun 2005. Adapun klasifikasinya
adalah:

Sangat kurus : Z-score < -3.0

Kurus : -3.0 ≤ Z-score < -2.0

Persentase balita wasting dihitung dengan rumus:

Jumlah balita dengan berat badan kurus


dan sangat kurus
Prevalensi balita wasting = x100%
Jumlah anak balita pada waktu yang sama

Indikator 2.3 Produktivitas Tanaman Pangan (Ton/ha)

Suatu nilai yang menunjukkan rata-rata hasil produksi per satuan luas per
komoditi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, ibu jalar) pada periode satu tahun laporan.

Qit
Yit = x100
Ait

Di mana

Yit : Produktivitas tanaman pangan komoditi ke-i tahun ke-t

Qit : Produksi tanaman pangan komoditi ke-i tahun ke-t (Ton)

Ait : Luas panen tanaman pangan komoditi ke-i tahun ke-t (Ha)

17
Tujuan 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Indikator 3.1 Angka Kematian di bawah 5 tahun (per 1.000 Kelahiran


Hidup)

Angka kematian di bawah 5 tahun juga disebut angka kematian balita


didefinisikan sebagai jumlah kematian anak yang belum mencapai usia 5
tahun (kurang dari 5 tahun) dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada
periode yang sama dikalikan 1000 karena menghitung angka kematian
balita per 1.000 kelahiran hidup.

JK<5th
AKBa= x 1.000
JLH

Di mana:

AKBa : Angka Kematian Balita

JK<5th : Jumlah kematian anak berusia kurang dari 5 tahun.

JLH : Jumlah kelahiran hidup pada periode yang sama.

Indikator 3.2 Angka Kematian Neonatal (per 1.000 Kelahiran Hidup)

Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah bayi yang dilahirkan


pada tahun tertentu dan meninggal dalam periode 28 hari pertama
kehidupan. Angka ini dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran
hidup.

JK<28hr
AKN= x1000
JLH
Di mana:

AKN : Angka Kematian Neonatal.

JKI : Jumlah kematian bayi dalam periode 28 hari pertama setelah


dilahirkan.

18
JLH : Jumlah kelahiran hidup pada periode yang sama.

Indikator 3.3 Angka Harapan Hidup Saat Lahir (Tahun)

Angka harapan hidup saat lahir adalah suatu angka perkiraan rata-rata
lamanya hidup yang akan dicapai seseorang ketika mereka lahir, dengan
asumsi tingkat mortalitas terus berlaku. Angka harapan hidup saat lahir
juga merefleksikan tingkat mortalitas sebuah populasi.

Indikator 3.4 Jumlah Kematian Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (per


100.000 Penduduk)

Data kecelakaan lalu lintas didapatkan dari publikasi Statistik


Transportasi tahunan yang dipublikasikan oleh BPS. Definisi dari
Kecelakaan Lalu Lintas berdasarkan publikasi BPS tersebut adalah suatu
peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan
korban. BPS mendapatkan data kecelakaan lalu lintas dari Korps Lalu
Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas POLRI).

Kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk dihitung dengan


mempergunakan formula di bawah ini:

Jumlah Orang yang Meninggal pada Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan per 100.000 penduduk= *100,000
Jumlah Penduduk

Indikator 3.5 Penduduk dengan Kebiasaan Merokok Tiap Hari di atas


Usia 15 Tahun (%)

Persentase penduduk berusia di atas 15 tahun dengan kebiasaan merokok


didefinisikan dengan jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun yang
merokok (baik tembakau atau cerutu) setiap hari selama sebulan terakhir
dibandingkan dengan jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun
keseluruhan yang dinyatakan dalam satuan (%).

19
JP ≥ 15 M
%M≥15 = x100%
JP ≥ 15

Di mana:

%M≥15 : Persentase penduduk (usia 15-19 tahun) dengan kebiasaan


merokok.

JP≥15M : Jumlah penduduk usia di atas 15 tahun yang merokok setiap


hari selama 1 bulan terakhir.

JP≥15 : Jumlah penduduk usia di atas 15 tahun keseluruhan pada


periode waktu yang sama.

Tujuan 4 Pendidikan Berkualitas

Indikator 4.1 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Umur ≥ 15 Tahun


(Tahun)

Rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥ 15 tahun adalah rata-rata


jumlah tahun belajar yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal
(tidak termasuk tahun yang mengulang).

P15+
1
MYS = (Lama sekolah penduduk ke-i)
P15+
i=1

Di mana:

MYS : Mean years of schooling / Rata-rata lama sekolah

P15+ : Jumlah penduduk umur ≥ 15 tahun

Indikator 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%)

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT) adalah


perbandingan antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang
pendidikan Perguruan Tinggi (PT) (tanpa memandang usia penduduk

20
tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi
penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (PT)
(umur 19-23 tahun).

JMPT
APK PT = x100%
JP 19-23

Di mana:

APK PT : Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT)

JM PT : Jumlah murid pada Perguruan Tinggi (PT) pada periode


tertentu

JP 19-23 : Jumlah penduduk umur 19-23 tahun pada periode yang sama

Indikator 4.3 Angka Melek Huruf Usia 15-24 (%)

Persentase Angka melek aksara penduduk usia 15-24 tahun adalah


perbandingan jumlah penduduk berusia 15-24 yang dapat membaca dan
menulis kalimat sederhana dengan huruf latin dan atau huruf lainnya,
terhadap jumlah penduduk usia 15-24 tahun.

JAMH 15-24
PAMH 15-24 = x100%
JP 15-24

Di mana:

PAMH 15 – 24 : Persentase angka melek aksara penduduk usia 15 - 24

JAMH 15 – 24 : Banyakannya penduduk usia 15 – 24 yang melek


huruf pada waktu tertentu

JP 15 – 24 : Jumlah penduduk usia 15 – 24 pada periode yang


sama

21
Tujuan 5 Kesetaraan Gender

Indikator 5.1 Tingkat Kesuburan Wanita (Kelahiran per 1.000 Wanita


Usia 15-19 Tahun)

Tingkat kesuburan wanita remaja adalah banyaknya kelahiran pada


perempuan berusia 15-19 tahun pada periode tertentu di antara jumlah
penduduk dengan usia sama, dan dinyatakan dalam setiap 1000
perempuan usia 15-19 tahun.

JK15-19
ASFR 15-19 = x1.000
JP15-19
Di mana:

ASFR15-19 : Angka tingkat kesuburan wanita remaja usia 15-19 tahun.

JK15-19 : Jumlah kelahiran pada perempuan usia 15-19 tahun.

JP15-19 : Jumlah penduduk perempuan usia 15-19 tahun pada


periode yang sama.

Indikator 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (%)

Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita adalah persentase jumlah


angkatan kerja wanita terhadap penduduk usia kerja wanita.

= 100%
15 +

Di mana:

TPAKW : Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita

JAKW : Jumlah angkatan kerja wanita

JPW15+ : Jumlah penduduk wanita 15 tahun keatas

22
Indikator 5.3 Proporsi Perempuan dalam Parlemen (%)

Proporsi kursi yang diduduki perempuan di parlemen tingkat pusat,


parlemen daerah dan pemerintah daerah adalah keterwakilan perempuan
di lembaga legislatif tingkat pusat (anggota DPR RI, DPD RI),
keterwakilan perempuan di lembaga legislatif tingkat daerah (anggota
DPRD provinsi dan kabupaten/kota), dan perempuan di pemerintah
daerah yang menduduki posisi Gubernur, Bupati, Walikota, eselon I dan
II.

Tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak

Indikator 6.1 Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%)

Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum layak
adalah perbandingan antara rumah tangga yang memiliki akses terhadap
sumber air minum layak dengan rumah tangga seluruhnya, dinyatakan
dalam satuan persen (%).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum).

Air minum yang layak adalah air minum yang terlindung meliputi air
ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan
air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau
sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 m dari pembuangan kotoran,
penampungan limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air
kemasan, air isi ulang, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tangki, air sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, dan air
permukaan (seperti sungai / danau / waduk / kolam / irigasi).

JRTAML
P AML = x100%
JRT

23
Di mana:

P AML : Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap


layanan sumber air minum layak.

JRTAML : Jumlah rumah tangga dengan akses terhadap sumber air


minum berkualitas (layak).

JRT : Jumlah rumah tangga seluruhnya

Indikator 6.2 Rumah tangga dengan Sanitasi Layak (%)

Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi


layak adalah jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi yang layak dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya,
dinyatakan dalam satuan persen (%).

Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat


kesehatan, antara lain klosetnya menggunakan leher angsa atau
plengsengan dengan tutup, tempat pembuangan akhir tinjanya
menggunakan tangki septik (septic tank) atau Sistem Pengolahan Air
Limbah (SPAL), dan fasilitas sanitasi tersebut digunakan oleh rumah
tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu.

Sanitasi layak memenuhi lima (5) kriteria STBM yaitu (i) stop buang air
besar sembarangan; (ii) cuci tangan pakai sabun; (iii) pengelolaan air
minum dan makanan rumah tangga; (iv) pengelolaan sampah rumah
tangga dengan aman; dan (v) pengelolaan limbah cair rumah tangga
dengan aman.

JRTSL
P LSL = x100%
JRTS

24
Di mana:

P LSL : Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap


layanan sanitasi layak dan berkelanjutan.

JRTSL : Jumlah rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi


layak.

JRTS : Jumlah rumah tangga seluruhnya.

Tujuan 7 Energi Bersih dan Terjangkau

Indikator 7.1 Rasio Elektrifikasi (%)

Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah rumah tangga berlistrik


dengan jumlah rumah tangga total.

RTE
RE = x100%
RT

Di mana:

RE : Rasio elektrifikasi

RTE : Jumlah rumah tangga yang berlistrik

RT : Total rumah tangga

Tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

Indikator 8.1 PDRB per Kapita (Harga Konstan 2016) (juta rupiah)

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang
penduduk.

25
PDRB
PDRB per Kapita = x 100%
∑ penduduk

Indikator 8.2 Tingkat Pengangguran dengan Kriteria Jam Kerja <35


(%)

Tingkat setengah pengangguran adalah tingkat pengangguran di mana


mereka yang bekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam dalam satu
minggu. Mereka yang tergolong setengah pengangguran ini adalah
mereka yang masih mencari pekerjaan lain atau bersedia menerima
pekerjaan yang tersedia meski jam kerja tidak penuh. Penghitungan
tingkat setengah pengangguran dinyatakan dalam persen (%) dan
dihitung dengan cara sebagai berikut:

A
Tingkat Setengah Pengangguran= x 100%
AK

Di mana:

A : Jumlah orang yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.

AK : Jumlah angkatan kerja.

Indikator 8.3 Penduduk Usia Muda yang Tidak Bekerja, Tidak Sekolah
dan Tidak Pelatihan (%)

Persentase usia muda (15-24) yang sedang tidak sekolah, bekerja, atau
mengikuti pelatihan (NEET) diperoleh dengan cara membagi jumlah
akumulasi usia muda yang berstatus tidak sekolah, tidak bekerja, tidak
mengikuti pelatihan dengan jumlah penduduk usia muda (15-24 tahun)
dikalikan dengan 100 persen.

T (S,B,T)
NEET = x 100%
Jumlah penduduk usia 15-24 tahun

26
Dimana:

NEET : Persentase usia muda yang tidak sekolah, tidak bekerja,


tidak mengikuti pelatihan.

TS : Tidak Sekolah

TB : Tidak Bekerja

TT : Tidak mengikuti Training/Pelatihan

Indikator 8.4 Penduduk Usia 5-14 Tahun yang Termasuk ke dalam


Kategori Pekerja Anak (%)

Persentase dari penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk ke dalam


kategori pekerja anak diperoleh dengan membagi jumlah anak usia 5-14
tahun yang tercatat merupakan pekerja anak pada seminggu terakhir
terhadap jumlah populasi anak umur 5-17 tahun

Tujuan 9 Industri, Inovasi dan Infrastruktur

Indikator 9.1 Kondisi Mantap Jalan Nasional

Kondisi jalan dengan kualitas baik dan sedang merupakan persentase


panjang jalan nasional yang memenuhi kategori baik dan sedang terhadap
total panjang jalan nasional. Kategori kondisi baik dan sedang yaitu
kondisi jalan yang memiliki kerataan permukaan yang memadai bagi
kendaraan untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan
nyaman.

PJNbs
KMJN = x100%
TPJN

27
Di mana:

KMJN : Kondisi mantap jalan nasional

PJNbs : Panjang jalan nasional yang memenuhi kategori kondisi baik


dan sedang

TPJN : Total panjang jalan nasional

Indikator 9.2 Rumah Tangga yang Pernah Mengakses Internet dalam 3


Bulan Terakhir (%)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di dalam laporan statistik


telekomunikasi Indonesia 2015, internet atau interconnected network
adalah sebuah sistem jaringan komunikasi global yang menghubungkan
komputer atau perangkat elektronik lainnya, seperti telepon seluler, PDA,
perangkat game elektronik, televisi digital, dan jaringan komputer di
seluruh dunia secara global. Perhitungan indikator ini berdasarkan pada
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dengan cara
perhitungan, sebagai berikut:

Jumlah Rumah Tangga yang Pernah Mengakses Internet


dalam 3 Bulan Terakhir di Daerah Tertentu x 100%
Total Rumah Tangga pada di Daerah Tertentu

Tujuan 10 Berkurangnya Kesenjangan

Indikator 10.1 Rasio Gini

Indeks Gini atau Koefisien Gini merupakan indikator yang menunjukkan


tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien Gini
berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya
pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki
pendapatan yang sama. Sedangkan, Koefisien Gini bernilai 1
menunjukkan ketimpangan yang sempurna, atau satu orang memiliki

28
segalanya sementara orang-orang lainnya tidak memiliki apa-apa.
Dengan kata lain, Koefisien Gini diupayakan agar mendekati 0 untuk
menunjukkan adanya pemerataan distribusi pendapatan antar penduduk.

n
Koefisien Gini =1- fpi ×(Fci + Fci-1 )
i=1

Di mana:

: Frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i

: Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas


pengeluaran ke-i

: Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas


pengeluaran ke (i-1)

Indikator 10.2 Rasio Palma

Rasio Palma merupakan sebuah rasio untuk mengukur angka


ketimpangan pendapatan di sebuah perekonomian. Rasio ini secara
sederhana mengukur rasio pendapatan 10% masyarakat tertinggi dengan
pendapatan 40% masyarakat terendah. Rasio ini berguna untuk mengukur
ketimpangan dengan lebih akurat karena saat bahkan tidak ada
pertumbuhan ekonomi namun bagian pendapatan 10% masyarakat
tertinggi meningkat lebih besar dibandingkan pendapatan 40%
masyarakat terbawah, maka rasio ketimpangan akan naik sementara kelas
menengah tidak mengalami perubahan. Rasio Palma ditemukan oleh
Gabriel Palma (2011).

29
Indikator 10.3 Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen
Terbawah

Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah


proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40
persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk.

Tujuan 11 Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan

Indikator 11.1 Rumah Tangga yang Memenuhi Spesifikasi Rumah


Sederhana Sehat (%)

Persentase rumah tangga yang memenuhi spesifikasi Rumah Sederhana


Sehat adalah proporsi rumah tangga yang memiliki rumah dengan
klasifikasi minimum Rumah Sederhana Sehat (RSS) terhadap jumlah
seluruh rumah tangga.

Klasifikasi Rumah Sederhana Sehat yaitu:

● Luas ruang per orang 9m2


● Dinding terbuat dari conblock/batu bata
● Atap terbuat dari seng/asbes
● Memiliki toilet dengan jenis toilet leher angsa
● Lantai terbuat dari beton.

Indikator 11.2 Rumah Tangga Kota dengan Jaringan Air Ledeng (%)

Persentase rumah tangga kota yang memiliki akses dengan jaringan air
ledeng, terhadap total rumah tangga kota.

Indikator 11.3 Rata-rata Partikulat PM10 (µgram/m3)

Rata-rata partikulat PM10 adalah rata-rata partikel udara yang berukuran


lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer).

30
Tujuan 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

Indikator 12.1 Rumah Tangga dengan Perilaku Memilah Sampah (%)

Persentase rumah tangga yang memilah sampah didefinisikan dengan


perbandingan jumlah rumah tangga yang memilah sampah dengan jumlah
rumah tangga di suatu wilayah.

∑ Rgbg
% gbg = x100%
∑ RT

Di mana:

% gbg : Persentase rumah tangga yang memilah sampah

∑ Rgbg : Jumlah rumah tangga yang memilah sampah

∑ RT : Jumlah rumah tangga

Tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim

Indikator 13.1 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita)

Perkiraan emisi CO2 yang dihitung adalah emisi CO2 dari bahan bakar
memasak, emisi CO2 dari kendaraan bermotor emisi CO2 yang berasal
dari kegiatan pembangkitan Listrik oleh PLN. Emisi CO2 dari bahan
bakar memasak dan dari kendaraan bermotor bersumber dari publikasi
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, sedangkan emisi CO 2 dari
kegiatan pembangkitan listrik dihitung dari penggunaan bahan bakar di
pembangkit listrik PLN masing-masing provinsi di Indonesia yang
didapatkan dari Statistik PLN.

Emisi CO2
Emisi CO2 perkapita=
Jumlah penduduk

31
Tujuan 14 Ekosistem Laut

Indikator 14.1 Area Keanekaragaman Hayati Laut yang Dilindungi (%


Luas Perairan)

Indikator ini mengukur persentase wilayah ekosistem laut dan pesisir


yang dilindungi dari luas wilayah perairan tiap provinsi di Indonesia.
Wilayah ekosistem laut dan pesisir bersumber dari database KKP 2015
yang memiliki informasi luas wilayah untuk daerah konservasi: Taman
Nasional Laut, Taman Wisata Alam Laut, Suaka Alam Perairan, Cagar
Alam Laut, Suaka Margasatwa Laut, Taman Wisata Perairan, Kawasan
Konservasi Perairan Daerah dan Taman Nasional Perairan. Luas perairan
laut tiap provinsi diukur atas dasar UU No. 23 Tahun 2014 yang
mengatur wilayah pengelolaan yang menjadi kewenangan Daerah
Provinsi, dimana kewenangan pengelolaan laut Daerah Provinsi diatur
paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau
ke arah perairan kepulauan.

% Area keanekaragaman hayati laut yg dilindungi=


Luas Kawasan Konservasi
x 100
Luas Perairan Provinsi

Tujuan 15 Ekosistem Daratan

Indikator 15.1 Proporsi luas area hutan terhadap luas daratan (%)

Luas Area Hutan yang digunakan bersumber dari statistik lingkungan


hidup: Luas Penutupan Lahan Kawasan Hutan Berdasarkan Penafsiran
Citra Satelit Landsat 7 ETM+ (ribu Ha), 2009-2010 dan 2011-2012. Dan
luas wilayah darat provinsi didapatkan dari BPS.

Luas Hutan
% Luas Hutan= x 100
Luas Wilayah Darat Provinsi

32
Indikator 15.2 Area Konservasi yang Dilindungi (% Luas Wilayah)

Luas area konservasi yang dilindungi bersumber dari statistik lingkungan


hidup, area konservasi yang dihitung merupakan penjumlahan dari luas
konservasi daratan yang meliputi: Cagar Alam, Suaka Margasatwa,
Taman Wisata Alam dan Taman Nasional. Area konservasi yang
dilindungi merupakan persentase dari luas wilayah provinsi,

Luas Konservasi Daratan


% Area Konservasi= x 100
Luas Wilayah Darat Provinsi

Indikator 15.3 Persentase Lahan Kritis terhadap Luas Wilayah (%)

Persentase lahan kritis adalah proporsi lahan yang termasuk ke dalam


kategori kritis dan sangat kritis terhadap luas wilayah.

Penetapan lahan kritis mengacu pada lahan yang telah sangat rusak
karena kehilangan penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau
berkurang fungsinya sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara,
pengatur iklim mikro, dan retensi karbon.

Tujuan 16 Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh

Indikator 16.1 Kejadian Pembunuhan (per 100.000 Penduduk)

Definisi kasus kejahatan pembunuhan mengacu pada Kitab Undang-


undang Hukum Pidana (KUHP), Buku Kedua – Kejahatan dan Bab XIX
tentang Kejahatan terhadap nyawa yang mengakibatkan kematian.
Indikator ini dihitung dengan cara:

Kasus Pembunuhan (per 100.000 Penduduk) =


Total Kasus Pembunuhan dalam Satu Tahun Terakhir
x 100.000
Jumlah Penduduk

33
Indikator 16.2 Risiko Penduduk Terkena Tindak Pidana (per 100.000
Penduduk)

Definisi tindak pidana atau kejahatan merupakan segala perbuatan yang


dapat diancam hukuman berdasarkan KUHP atau Undang-undang serta
peraturan lainnya. Indikator ini disebut juga dengan crime rate, dihitung
dengan cara:

Crime Rate (per 100.000 Penduduk) =


Total Tindak Kejahatan dalam Satu Tahun Terakhir
x 100.000
Jumlah Penduduk

Indikator 16.3 Jumlah Tahanan (per 100.000 Penduduk)

Definisi tahanan adalah seorang tersangka atau terdakwa yang


ditempatkan di Rumah Tahanan (RUTAN) atau penjara, sebagaimana
telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (MENKUNHAM-RI) Nomor 6 Tahun 2013 tentang
tata tertib

Jumlah Tahanan dalam Satu Tahun Terakhir


Jumlah Tahanan (per 100.000 Penduduk)= x 100.000
Jumlah Penduduk

Indikator 16.4 Anak di bawah 5 Tahun yang Sudah Memiliki Akte


Kelahiran (%)

Akta kelahiran adalah surat yang menandakan bukti kelahiran seseorang


dan dikeluarkan oleh kantor catatan sipil daerah. Indikator ini dihitung
dengan cara:

Persentase Anak di bawah 5 tahun dengan akte kelahiran


Jumlah Anak di bawah 5 tahun dengan Akte Kelahiran
= x 100%
Jumlah Anak Umur di bawah 5 Tahun

34
2.2 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian disinkronisasikan dengan daftar


indikator global. Beberapa indikator dihasilkan dari metode penghitungan
manual yang mengacu pada pedoman penyusunan indikator global SDGs
dari dokumen IAEG-SDGs. Sedangkan indikator lainnya beberapa sudah
tersedia dari BPS atau kementerian terkait. Data yang sudah diolah
kemudian dipilah berdasarkan 34 provinsi di Indonesia.

2.3 Proyeksi Baseline

Seperti yang sudah dipaparkan pada bagian 2.1, secara keseluruhan,


terdapat 41 indikator untuk mengukur 16 capaian SDGs. Selanjutnya,
dilakukan proyeksi baseline untuk indikator-indikator tersebut, dengan
asumsi business as usual atau mengikuti sifat alami data tanpa adanya
intervensi apa pun, hingga tahun 2030 sesuai dengan agenda SDGs. Hal
ini bertujuan untuk memperkirakan posisi nasional dan masing-masing
provinsi dalam mencapai target-target SDGs. Dengan demikian, hasil
proyeksi baseline ini dapat menjadi masukkan bagi pemerintah pada
tingkat nasional serta daerah, juga institusi lainnya yang terkait, sebagai
salah satu alat untuk mengevaluasi arah kebijakan pembangunan.

Metodologi yang digunakan untuk melakukan proyeksi baseline diatas


adalah trend projection atau trend forecasting (Anderson et al., 2012;
Diebold, 2007; Wooldridge, 2013). Secara sederhana, hal ini dilakukan
dengan cara melakukan regresi antara sebuah variabel, yang nilainya
pada masa depan ingin diprediksi, terhadap variabel waktu – sebagai
variabel bebas – dengan menggunakan estimator ordinary least square
(OLS) berdasarkan basis data time series. Namun, hal yang perlu
ditekankan adalah peramalan hingga 2030 dengan metode ini tidak dapat
dilakukan untuk semua indikator. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan
data historis yang tidak cukup panjang pada beberapa indikator.

Seperti yang dapat dilihat pada tabel, terdapat tiga spesifikasi model
regresi untuk melakukan proyeksi baseline. Ketiga model tersebut

35
menunjukkan pemilihan jenis tren untuk melakukan peramalan. Tahap
pemilihan ini menjadi sangat krusial karena jenis tren yang ditentukan
harus sesuai dengan bentuk dan pergerakan data time series yang tersedia,
sehingga angka-angka prediksi untuk tahun-tahun mendatang akan lebih
akurat. Hal ini lebih lanjut akan dibahas pada bab pembahasan.

Ketiga jenis tren yang digunakan merupakan jenis-jenis tren yang paling
jamak digunakan untuk trend projection atau trend forecasting. Tren
linear menggambarkan pergerakan data yang meningkat atau menurun
dengan membentuk garis lurus. Sementara itu, trend Exponential
digunakan untuk menunjukkan pergerakan data dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata yang konstan dari waktu ke waktu. Terakhir adalah
trend Logarithmic, di mana digunakan untuk menggambarkan pergerakan
data yang pada awalnya mengalami peningkatan atau penurunan secara
cepat, setelah itu perubahannya mendatar.

Tabel 2.2. Jenis Trend dan Spesifikasi Model Regresi


Jenis Trend Spesifikasi Model Regresi
Linear yt = β0 +β1 waktut + εt
Exponensial Ln(yt ) = Ln(β0 ) + β1 waktut + εt
Logarithmic yt = β0 + β1 Ln(waktut ) + εt
Sumber: Anderson et al.(2012); Diebold (2007); Wooldridge (2013)

Selain dengan trend forecasting yang dilakukan pada 33 indikator


terpilih, proyeksi indikator SDGs pada tahun 2030 dilakukan juga dengan
cara menghitung rata-rata dari data historis, mengasumsikan proyeksi
tahun 2030 sama dengan data terakhir, dan penilaian para ahli.

2.4 Target dan Scorecard

Untuk menilai suatu indikator pada suatu wilayah dikatakan baik atau
tidak perlu adanya kuantifikasi target yang jelas pada tahun 2030 (lihat
gambar 2.1). Tim penyusun lalu menggunakan scorecard yang menjadi
dasar penilaian dalam membandingkan hasil proyeksi baseline dengan
target SDGs pada tahun 2030.

36
Gambar 2.1. Ilustrasi Proyeksi Terhadap Target SDGs 2030

2.4.1. Target

Hanya 17 dari 41 indikator terpilih (atau sekitar 40%) yang memiliki


target SDGs yang bersifat kuantitatif secara eksplisit. Oleh karena itu,
untuk melakukan penilaian secara keseluruhan, tim penyusun melakukan
kuantifikasi target-target SDGs yang bersifat kualitatif agar dapat
dijadikan basis penilaian indikator tersebut (lihat Tabel 2.3. Target
Kuantitatif Indikator SDGs Pada Tahun 2030).

Tabel 2.3. Target Kuantitatif Indikator SDGs Pada Tahun 2030


Target
Tujuan Indikator Sumber
Kuantitatif
Penduduk miskin dengan garis
0 UN
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1
Penduduk miskin dengan
Menurun 75% UN
garis kemiskinan nasional (%)
Balita dengan tinggi badan pendek
Menurun 40% UN, WHO
dan sangat pendek (%)
2 Balita dengan berat badan kurus
Di bawah 5% UN, WHO
dan sangat kurus (%)
Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 7.2 *
Angka kematian dibawah 5 tahun
25 UN
(per 1.000 kelahiran hidup)
3
Angka kematian neonatal
12 UN
(per 1.000 kelahiran hidup)

37
Target
Tujuan Indikator Sumber
Kuantitatif
Angka harapan hidup saat lahir (tahun) 78.06 *
Jumlah kematian akibat kecelakaan
Menurun 50% *
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
Penduduk dengan kebiasaan merokok
Menurun 25% *
tiap hari di atas usia 15 tahun (%)
Rata-rata lama sekolah (tahun) 12 *
Meningkat
4 APK Perguruan Tinggi *
dua kali lipat
Angka melek huruf usia 15-24 (%) 100% UN
Tingkat kesuburan wanita
30 *
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun)
5 Meningkat
Proporsi perempuan dalam parlemen (%) *
dua kali lipat
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%) 82.71 *
Rumah tangga dengan air minum layak (%) 100 UN
6
Rumah tangga dengan sanitasi layak (%) 100 UN
7 Rasio Elektrifikasi (%) 100 UN
PDRB Per Kapita (Harga Konstan 2016)
≈ US$3,956 *
(juta rupiah)
Tingkat pengangguran dengan kriteria
Menurun 50% *
jam kerja <35 (%)
8
Penduduk usia muda yang tidak bekerja,
Menurun 50% *
tidak sekolah dan tidak pelatihan (%)
Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk
0 UN
ke dalam kategori pekerja anak (%)
Kondisi Jalan dengan Kualitas Baik dan
100 UN
Sedang (% dari Total Panjang Jalan)
9
Rumah tangga yang pernah mengakses
100 UN
internet dalam 3 bulan terakhir (%)
Rasio gini 0.31 *

10 Rasio palma 1.19 *


Persentase Pengeluaran Kelompok
26.61% *
Penduduk 40 persen terbawah
Rumah tangga yang memenuhi
100 UN
spesifikasi rumah sederhana sehat (%)
11 Rata-rata Partikulat 10 (PM10) 50 *
Rumah tangga kota dengan jaringan
100 UN
air ledeng (%)
Rumah tangga dengan perilaku
12 37.68 *
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) Menurun 29% *

14 Area keanekaragaman hayati laut yang 10 UN

38
Target
Tujuan Indikator Sumber
Kuantitatif
dilindungi (% luas perairan)
Proporsi luas area hutan terhadap
meningkat *
luas daratan (%)
Area konservasi yang dilindungi
15 meningkat *
(% luas wilayah)
Persentase Lahan Kritis (kritis +
Menurun 50% *
sangat kritis) terhadap Luas wilayah (%)
Kejadian Pembunuhan
Menurun 50% *
(per 100.000 penduduk)
Jumlah tahanan (per 100.000 penduduk) Menurun 50% *
16 Risiko penduduk terkena tindak pidana
Menurun 50% *
(per 100.000 Penduduk)
Anak di bawah 5 tahun yang sudah
100 UN
memiliki akte kelahiran (%)
*Hasil kuantifikasi target oleh tim penyusun. Penjelasan lebih detail terdapat pada
Apendiks 1.

2.4.2. Scorecard

Penilaian terhadap masing-masing indikator SDGs dilakukan dengan cara


membandingkan hasil proyeksi pada tahun 2030 dengan menghitung
persentase perbandingan antara proyeksi baseline indikator SDGs dengan
target SDGs 2030. Penilaian tersebut terbagi menjadi lima klasifikasi
scorecard. Penetapan nilai tersebut ditentukan dengan kriteria
sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut:

39
Tabel 2.4. Sistem Penilaian Scorecard SDGs Tahun 2030
Mencapai atau hampir mencapai target SDGs
Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa
A
pada tahun 2030 indikator mencapai atau hampir mencapai 97.5%
target SDGs.
Mendekati target SDGs
Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa
B
pada tahun 2030 indikator mendekati target SDGs dan mencapai
setidaknya 90% target SDGs.
Masih seperempat jalan lagi menuju target SDGs
Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa
C
pada tahun 2030 indikator mengarah kepada target SDGs dan
mencapai setidaknya 75% target SDGs.
Baru setengah jalan menuju target SDGs
Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa
D
pada tahun 2030 indikator tersebut mengarah kepada target SDGs
dan mencapai setidaknya 50% target SDGs.
Masih cukup jauh mencapai target SDGs
Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa
E
pada tahun 2030 indikator tersebut masih kurang dari 50% target
SDGs.

40
Bab 3
Proyeksi Pencapaian
Indikator SDGs
di Tingkat Provinsi

41
3.1 Proyeksi Baseline Tujuan 1 Tanpa Kemiskinan

Tabel 3.1. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Miskin


dengan Garis Kemiskinan $1.90 per hari (%)6
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 17.01 13.39 12.71 9.80 7.56
Sumatera Utara 10.44 8.07 7.74 6.31 5.15
Sumatera Barat 7.12 6.27 6.02 4.92 4.03
Riau 8.40 5.96 5.66 4.34 3.33
Jambi 8.82 6.37 6.12 5.01 4.09
Sumatera Selatan 14.14 10.80 10.34 8.32 6.69
Bengkulu 17.81 14.89 14.52 12.80 11.29
Lampung 14.26 11.98 11.46 9.22 7.41
Kep. Bangka Belitung 5.36 3.66 3.42 2.43 1.73
Kep. Riau 6.09 5.01 4.76 3.70 2.88
DKI Jakarta 3.87 3.99 4.02 4.17 4.32
Jawa Barat 9.53 8.32 8.06 6.88 5.87
Jawa Tengah 13.47 11.39 10.91 8.79 7.09
DI Yogyakarta 14.89 13.12 12.76 11.12 9.68
Jawa Timur 12.31 9.74 9.25 7.15 5.53
Banten 5.86 4.46 4.25 3.34 2.63
Bali 4.67 3.36 3.20 2.53 2.00
Nusa Tenggara Barat 17.01 14.22 13.65 11.12 9.06
Nusa Tenggara Timur 22.41 17.14 16.57 13.98 11.80
Kalimantan Barat 7.95 5.82 5.49 4.09 3.04
Kalimantan Tengah 5.82 4.20 3.94 2.88 2.11
Kalimantan Selatan 4.90 3.58 3.41 2.65 2.06
Kalimantan Timur 6.17 4.39 4.11 2.98 2.15
Kalimantan Utara 6.08 4.76 4.48 3.30 2.43
Sulawesi Utara 8.47 7.71 7.57 6.92 6.33
Sulawesi Tengah 14.49 11.28 10.75 8.46 6.66
Sulawesi Selatan 9.36 7.34 7.01 5.56 4.42
Sulawesi Tenggara 12.68 9.69 9.17 6.96 5.28
Gorontalo 18.23 12.15 11.48 8.68 6.56
Sulawesi Barat 12.22 10.59 10.23 8.63 7.27
Maluku 19.41 15.24 14.46 11.12 8.54
Maluku Utara 6.84 5.43 5.11 3.77 2.78
Papua Barat 25.74 20.48 19.64 15.90 12.87
Papua 28.03 25.51 24.70 21.01 17.87
Indonesia 11.15 9.08 8.70 7.02 5.67

6
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.1

42
Gambar 3.1.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Miskin dengan Garis Kemiskinan $1.90 per hari (%)

43
Tabel 3.2. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Miskin
dengan Garis Kemiskinan Nasional (%)7
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 17.08 13.75 13.09 10.23 8.00
Sumatera Utara 10.53 8.06 7.73 6.27 5.09
Sumatera Barat 7.31 6.55 6.31 5.22 4.32
Riau 8.42 6.11 5.82 4.56 3.58
Jambi 8.86 6.39 6.13 4.99 4.06
Sumatera Selatan 14.25 10.96 10.49 8.45 6.80
Bengkulu 17.88 15.37 14.99 13.22 11.67
Lampung 14.35 12.24 11.73 9.48 7.66
Kep. Bangka Belitung 5.40 3.77 3.53 2.53 1.81
Kep. Riau 6.24 4.52 4.22 3.02 2.15
DKI Jakarta 3.93 3.99 4.01 4.12 4.23
Jawa Barat 9.53 8.45 8.19 7.02 6.02
Jawa Tengah 13.58 11.58 11.10 8.99 7.28
DI Yogyakarta 14.91 13.44 13.11 11.57 10.21
Jawa Timur 12.34 9.81 9.33 7.24 5.61
Banten 5.90 4.55 4.34 3.42 2.69
Bali 4.74 3.32 3.16 2.48 1.94
Nusa Tenggara Barat 17.10 14.55 13.97 11.41 9.31
Nusa Tenggara Timur 22.61 17.29 16.72 14.12 11.93
Kalimantan Barat 8.03 5.80 5.46 4.05 3.00
Kalimantan Tengah 5.94 4.24 3.99 2.92 2.14
Kalimantan Selatan 4.99 3.64 3.47 2.70 2.11
Kalimantan Timur 6.23 4.48 4.21 3.07 2.24
Kalimantan Utara 6.24 4.49 4.21 3.07 2.24
Sulawesi Utara 8.65 7.81 7.67 7.03 6.43
Sulawesi Tengah 14.66 11.62 11.09 8.79 6.97
Sulawesi Selatan 9.39 7.70 7.36 5.85 4.66
Sulawesi Tenggara 12.90 10.22 9.69 7.40 5.65
Gorontalo 18.32 13.61 12.91 9.94 7.65
Sulawesi Barat 12.40 11.36 11.08 9.74 8.56
Maluku 19.51 15.84 15.06 11.71 9.10
Maluku Utara 6.84 5.60 5.28 3.94 2.95
Papua Barat 25.82 22.71 21.83 17.95 14.75
Papua 28.17 26.29 25.53 22.02 18.99
Indonesia 11.22 9.20 8.81 7.12 5.76

7
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.2

44
Gambar 3.2.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Miskin dengan Garis Kemiskinan Nasional (%)

45
3.2 Proyeksi Baseline Tujuan 2 Tanpa Kelaparan

Tabel 3.3. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Balita dengan


Tinggi Badan Pendek dan Sangat Pendek (%)
Provinsi 2013 2019 2020 2025 2030
Aceh 41.50 37.91 37.62 36.37 35.34
Sumatera Utara 42.50 41.93 41.88 41.64 41.45
Sumatera Barat 39.20 38.48 38.66 39.44 40.08
Riau 36.80 37.76 38.05 39.31 40.34
Jambi 37.90 35.69 35.76 36.04 36.27
Sumatera Selatan 36.70 31.93 31.27 28.40 26.05
Bengkulu 39.70 39.07 39.33 40.42 41.32
Lampung 42.60 42.89 43.17 44.40 45.41
Kep. Bangka Belitung 28.70 23.35 22.76 20.18 18.07
Kep. Riau 26.30 26.73 26.75 26.85 26.92
DKI Jakarta 27.50 27.74 27.80 28.07 28.29
Jawa Barat 35.30 34.51 34.49 34.39 34.32
Jawa Tengah 36.70 35.70 35.70 35.71 35.72
DI Yogyakarta 27.30 24.93 24.87 24.58 24.35
Jawa Timur 35.80 36.60 36.69 37.06 37.37
Banten 33.00 28.50 27.99 25.79 23.99
Bali 32.60 32.42 32.53 33.01 33.41
Nusa Tenggara Barat 45.20 47.77 47.93 48.61 49.16
Nusa Tenggara Timur 51.70 58.67 59.16 61.28 63.02
Kalimantan Barat 38.60 38.61 38.56 38.38 38.23
Kalimantan Tengah 41.30 39.35 39.20 38.58 38.07
Kalimantan Selatan 44.20 42.18 42.31 42.89 43.36
Kalimantan Timur 27.60 22.18 21.53 18.73 16.44
Kalimantan Utara 27.60 22.18 21.53 18.73 16.44
Sulawesi Utara 34.80 34.58 34.83 35.93 36.83
Sulawesi Tengah 41.00 39.39 39.41 39.49 39.56
Sulawesi Selatan 40.90 49.46 50.47 54.83 58.39
Sulawesi Tenggara 42.60 42.16 42.30 42.91 43.41
Gorontalo 38.90 38.72 38.64 38.32 38.05
Sulawesi Barat 48.00 47.97 48.22 49.30 50.18
Maluku 40.60 35.06 34.59 32.52 30.83
Maluku Utara 41.10 36.64 36.62 36.53 36.46
Papua Barat 44.70 50.94 51.43 53.59 55.35
Papua 40.10 36.88 36.99 37.50 37.92
Indonesia 37.20 36.81 36.83 36.92 37.00

46
Gambar 3.3.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Balita dengan Tinggi Badan Pendek dan Sangat Pendek (%)

47
Tabel 3.4. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Balita dengan
Berat Badan Kurus dan Sangat Kurus (%)
Provinsi 2013 2019 2020 2025 2030
Aceh 15.70 12.95 12.72 11.68 10.84
Sumatera Utara 14.90 12.82 12.63 11.81 11.14
Sumatera Barat 12.60 8.49 8.22 7.04 6.08
Riau 15.60 11.10 10.56 8.17 6.22
Jambi 13.50 11.81 11.38 9.47 7.91
Sumatera Selatan 12.30 10.52 10.23 9.00 7.99
Bengkulu 14.80 16.61 16.69 17.02 17.29
Lampung 11.80 11.21 11.06 10.42 9.90
Kep. Bangka Belitung 10.20 8.52 8.45 8.13 7.86
Kep. Riau 12.30 9.43 9.29 8.69 8.19
DKI Jakarta 10.20 5.24 4.66 2.15 0.09
Jawa Barat 10.90 12.47 12.63 13.35 13.93
Jawa Tengah 11.10 11.91 11.88 11.73 11.60
DI Yogyakarta 9.40 9.59 9.62 9.76 9.87
Jawa Timur 11.40 10.75 10.58 9.81 9.19
Banten 13.80 13.69 13.67 13.57 13.48
Bali 8.80 9.74 9.68 9.38 9.14
Nusa Tenggara Barat 11.90 9.90 9.61 8.33 7.28
Nusa Tenggara Timur 15.50 10.88 10.47 8.69 7.24
Kalimantan Barat 18.70 18.86 18.95 19.37 19.71
Kalimantan Tengah 12.40 10.21 9.85 8.28 6.99
Kalimantan Selatan 12.80 11.24 10.96 9.74 8.75
Kalimantan Timur 11.60 8.73 8.37 6.80 5.52
Kalimantan Utara 11.60 8.73 8.37 6.80 5.52
Sulawesi Utara 9.90 9.39 9.36 9.23 9.12
Sulawesi Tengah 9.40 6.91 6.43 4.33 2.62
Sulawesi Selatan 11.00 9.28 9.06 8.08 7.28
Sulawesi Tenggara 11.40 10.79 10.55 9.50 8.65
Gorontalo 11.70 7.74 7.31 5.43 3.90
Sulawesi Barat 10.80 8.61 8.14 6.10 4.43
Maluku 16.20 14.07 13.96 13.47 13.08
Maluku Utara 12.20 12.47 12.29 11.47 10.81
Papua Barat 15.40 12.87 12.75 12.24 11.81
Papua 14.80 16.32 16.52 17.39 18.10
Indonesia 12.10 11.43 11.31 10.79 10.37

48
Gambar 3.4.
Indikator Balita dengan Berat Badan Kurus dan Sangat Kurus (%)

49
Tabel 3.5. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Produktivitas Tanaman
Pangan (t/ha)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 4.72 4.77 4.82 5.09 5.37
Sumatera Utara 5.81 6.21 6.38 7.28 8.31
Sumatera Barat 5.80 6.23 6.35 7.02 7.77
Riau 3.97 4.14 4.20 4.55 4.92
Jambi 4.97 5.33 5.46 6.16 6.93
Sumatera Selatan 4.70 5.19 5.30 5.94 6.64
Bengkulu 4.39 4.27 4.31 4.49 4.68
Lampung 5.64 5.35 5.41 5.69 6.00
Kep. Bangka Belitung 3.32 2.93 2.91 2.77 2.64
Kep. Riau 4.17 3.36 3.41 3.65 3.92
DKI Jakarta 5.39 6.54 6.68 7.47 8.35
Jawa Barat 6.62 6.93 7.04 7.60 8.21
Jawa Tengah 6.72 6.81 6.93 7.52 8.17
DI Yogyakarta 6.24 6.07 6.14 6.55 6.97
Jawa Timur 6.82 7.17 7.35 8.36 9.51
Banten 5.38 5.47 5.51 5.72 5.92
Bali 6.16 6.08 6.12 6.34 6.56
Nusa Tenggara Barat 4.90 5.08 5.15 5.48 5.83
Nusa Tenggara Timur 3.53 3.17 3.17 3.19 3.20
Kalimantan Barat 3.31 3.32 3.33 3.38 3.44
Kalimantan Tengah 3.52 3.25 3.29 3.50 3.71
Kalimantan Selatan 4.34 4.93 5.04 5.63 6.27
Kalimantan Timur 4.54 4.78 4.87 5.34 5.86
Kalimantan Utara 4.15 4.38 4.44 4.72 5.02
Sulawesi Utara 4.46 4.68 4.75 5.10 5.48
Sulawesi Tengah 4.71 5.23 5.33 5.85 6.41
Sulawesi Selatan 5.38 5.42 5.49 5.80 6.13
Sulawesi Tenggara 4.89 4.61 4.67 4.97 5.30
Gorontalo 4.10 4.34 4.42 4.85 5.33
Sulawesi Barat 4.81 5.07 5.10 5.25 5.41
Maluku 6.21 5.49 5.63 6.33 7.11
Maluku Utara 5.40 4.00 4.01 4.08 4.15
Papua Barat 4.51 4.28 4.33 4.57 4.83
Papua 4.77 4.35 4.40 4.67 4.96
Indonesia 5.87 5.97 6.07 6.61 7.19

50
Gambar 3.5.
Indikator Produktivitas Tanaman Pangan (t/ha)

51
3.3 Proyeksi Baseline Tujuan 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Tabel 3.6. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Kematian


di bawah 5 Tahun (per 1.000 Kelahiran Hidup)
Provinsi 2012 2019 2020 2025 2030
Aceh 52 58 59 62 64
Sumatera Utara 54 55 55 54 52
Sumatera Barat 34 26 24 19 14
Riau 28 17 16 11 7
Jambi 36 29 28 24 20
Sumatera Selatan 37 32 32 27 24
Bengkulu 35 24 23 16 12
Lampung 38 27 26 20 15
Kep. Bangka Belitung 32 26 25 21 17
Kep. Riau 42 34 33 28 23
DKI Jakarta 31 26 25 22 19
Jawa Barat 38 33 32 28 24
Jawa Tengah 38 32 31 29 27
DI Yogyakarta 30 29 29 30 30
Jawa Timur 34 26 25 20 16
Banten 38 31 30 25 20
Bali 33 41 42 44 45
Nusa Tenggara Barat 75 61 59 50 43
Nusa Tenggara Timur 58 53 52 46 41
Kalimantan Barat 37 27 26 20 15
Kalimantan Tengah 56 49 49 49 50
Kalimantan Selatan 57 62 62 62 62
Kalimantan Timur 31 22 21 16 13
Kalimantan Utara 31 22 21 16 13
Sulawesi Utara 37 43 43 46 49
Sulawesi Tengah 85 83 83 84 85
Sulawesi Selatan 37 23 22 16 11
Sulawesi Tenggara 55 37 35 27 21
Gorontalo 78 62 61 54 49
Sulawesi Barat 70 76 76 75 74
Maluku 60 32 30 19 12
Maluku Utara 85 94 95 100 104
Papua Barat 109 147 152 170 185
Papua 115 160 165 187 205
Indonesia 40 37 36 34 31

52
Gambar 3.6.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Kematian di bawah 5 Tahun (per 1.000 Kelahiran Hidup)

53
Tabel 3.7. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Kematian
Neonatal (per 1.000 Kelahiran Hidup)
Provinsi 2012 2019 2020 2025 2030
Aceh 28 40 41 47 52
Sumatera Utara 26 26 26 26 26
Sumatera Barat 17 14 13 10 8
Riau 15 11 11 8 6
Jambi 16 20 20 21 21
Sumatera Selatan 20 23 23 23 24
Bengkulu 21 16 15 14 12
Lampung 20 19 19 17 15
Kep. Bangka Belitung 20 15 14 12 10
Kep. Riau 21 17 16 15 13
DKI Jakarta 15 13 13 11 10
Jawa Barat 17 13 12 10 8
Jawa Tengah 22 19 19 19 19
DI Yogyakarta 18 18 18 18 19
Jawa Timur 14 9 8 6 4
Banten 23 27 27 28 29
Bali 18 20 20 21 22
Nusa Tenggara Barat 33 37 37 39 40
Nusa Tenggara Timur 26 24 23 21 20
Kalimantan Barat 18 15 15 13 11
Kalimantan Tengah 25 20 20 20 20
Kalimantan Selatan 30 37 38 39 40
Kalimantan Timur 12 8 8 6 5
Kalimantan Utara 12 8 8 6 5
Sulawesi Utara 23 26 27 28 28
Sulawesi Tengah 26 29 29 30 31
Sulawesi Selatan 13 17 17 17 18
Sulawesi Tenggara 25 16 15 13 11
Gorontalo 26 26 27 28 29
Sulawesi Barat 26 42 42 45 47
Maluku 24 23 22 22 21
Maluku Utara 37 41 42 44 45
Papua Barat 35 44 45 50 54
Papua 27 32 33 35 37
Indonesia 20 17 16 14 13

54
Gambar 3.7.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Kematian Neonatal (per 1.000 Kelahiran Hidup)

55
Tabel 3.8. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Harapan Hidup
Saat Lahir (Tahun)8
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 69.50 69.79 69.87 70.27 70.67
Sumatera Utara 68.29 68.89 69.05 69.85 70.66
Sumatera Barat 68.66 69.43 69.64 70.69 71.76
Riau 70.93 71.56 71.72 72.50 73.30
Jambi 70.56 71.12 71.25 71.93 72.62
Sumatera Selatan 69.14 69.75 69.90 70.69 71.49
Bengkulu 68.50 69.08 69.21 69.90 70.60
Lampung 69.90 70.68 70.88 71.88 72.89
Kep. Bangka Belitung 69.88 70.47 70.61 71.35 72.09
Kep. Riau 69.41 70.17 70.37 71.35 72.35
DKI Jakarta 72.43 73.01 73.15 73.87 74.60
Jawa Barat 72.41 73.37 73.60 74.76 75.93
Jawa Tengah 73.96 75.04 75.31 76.67 78.06
DI Yogyakarta 74.68 75.02 75.12 75.60 76.08
Jawa Timur 70.68 71.27 71.43 72.22 73.02
Banten 69.43 70.10 70.28 71.18 72.10
Bali 71.35 71.96 72.10 72.85 73.61
Nusa Tenggara Barat 65.38 66.52 66.83 68.39 69.98
Nusa Tenggara Timur 65.96 66.60 66.75 67.47 68.21
Kalimantan Barat 69.87 70.59 70.76 71.60 72.46
Kalimantan Tengah 69.54 69.96 70.07 70.62 71.18
Kalimantan Selatan 67.80 68.67 68.89 70.04 71.20
Kalimantan Timur 73.65 74.39 74.55 75.36 76.18
Kalimantan Utara 72.16 72.90 73.06 73.88 74.71
Sulawesi Utara 70.99 71.54 71.67 72.29 72.92
Sulawesi Tengah 67.26 68.39 68.64 69.92 71.23
Sulawesi Selatan 69.80 70.50 70.67 71.55 72.43
Sulawesi Tenggara 70.44 71.19 71.36 72.21 73.06
Gorontalo 67.12 67.72 67.86 68.58 69.31
Sulawesi Barat 64.22 65.71 66.09 68.00 69.97
Maluku 65.31 65.90 66.06 66.88 67.71
Maluku Utara 67.44 68.09 68.24 69.01 69.79
Papua Barat 65.19 65.74 65.86 66.49 67.13
Papua 65.09 65.65 65.80 66.56 67.32
Indonesia 70.78 71.57 71.77 72.76 73.78

8
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.3

56
Gambar 3.8.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Harapan Hidup Saat Lahir (Tahun)

57
Tabel 3.9. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Jumlah Kematian
Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (per 100.000 Penduduk)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 19 17 17 17 17
Sumatera Utara 15 16 16 16 16
Sumatera Barat 14 14 14 14 14
Riau 12 13 13 13 13
Jambi 16 14 14 14 14
Sumatera Selatan 12 14 14 14 14
Bengkulu 21 17 17 17 17
Lampung 5 4 4 4 4
Kep. Bangka Belitung 61 71 71 71 71
Kep. Riau 17 12 12 12 12
DKI Jakarta 8 9 9 9 9
Jawa Barat 6 7 7 7 7
Jawa Tengah 7 11 11 11 11
DI Yogyakarta 13 12 12 12 12
Jawa Timur 11 14 14 14 14
Banten 6 5 5 5 5
Bali 18 16 16 16 16
Nusa Tenggara Barat 14 12 12 12 12
Nusa Tenggara Timur 11 9 9 9 9
Kalimantan Barat 15 13 13 13 13
Kalimantan Tengah 20 17 17 17 17
Kalimantan Selatan 18 15 15 15 15
Kalimantan Timur 15 13 13 13 13
Kalimantan Utara 15 13 13 13 13
Sulawesi Utara 21 15 15 15 15
Sulawesi Tengah 19 15 15 15 15
Sulawesi Selatan 17 17 17 17 17
Sulawesi Tenggara 18 15 15 15 15
Gorontalo 26 15 15 15 15
Sulawesi Barat 17 17 17 17 17
Maluku 21 14 14 14 14
Maluku Utara 23 12 12 12 12
Papua Barat 14 11 11 11 11
Papua 14 11 11 11 11
Indonesia 11 12 12 12 12

58
Gambar 3.9.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Jumlah Kematian Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (per 100.000 Penduduk)

59
Tabel 3.10. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk dengan
Kebiasaan Merokok Tiap Hari di atas usia 15 Tahun (%)9
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 45.41 44.11 44.65 46.99 48.91
Sumatera Utara 45.86 43.95 44.55 47.17 49.30
Sumatera Barat 44.65 43.61 44.07 46.12 47.78
Riau 49.05 44.82 45.26 47.17 48.73
Jambi 38.89 38.76 39.07 40.41 41.50
Sumatera Selatan 35.59 34.30 34.44 35.01 35.49
Bengkulu 38.08 37.01 37.14 37.70 38.16
Lampung 44.59 42.09 42.46 44.07 45.39
Kep. Bangka Belitung 47.49 45.78 46.41 49.16 51.40
Kep. Riau 36.42 35.67 35.73 36.00 36.22
DKI Jakarta 42.88 39.21 39.73 42.00 43.86
Jawa Barat 43.98 41.51 41.87 43.47 44.78
Jawa Tengah 38.80 33.08 33.05 32.94 32.85
DI Yogyakarta 29.41 29.47 29.69 30.66 31.45
Jawa Timur 41.76 38.44 38.89 40.83 42.42
Banten 43.49 41.10 41.52 43.34 44.83
Bali 39.11 38.47 39.12 41.95 44.26
Nusa Tenggara Barat 47.01 44.84 45.43 47.97 50.05
Nusa Tenggara Timur 31.00 35.72 36.22 38.39 40.16
Kalimantan Barat 48.05 45.01 45.60 48.18 50.28
Kalimantan Tengah 41.20 42.44 42.87 44.74 46.27
Kalimantan Selatan 34.94 34.24 34.65 36.45 37.93
Kalimantan Timur 36.70 36.84 37.29 39.26 40.86
Kalimantan Utara 37.74 37.72 38.20 40.31 42.03
Sulawesi Utara 42.59 39.80 40.15 41.66 42.89
Sulawesi Tengah 39.48 39.02 39.42 41.16 42.57
Sulawesi Selatan 42.83 41.00 41.63 44.41 46.69
Sulawesi Tenggara 35.13 31.32 31.52 32.39 33.10
Gorontalo 37.83 38.11 38.42 39.74 40.82
Sulawesi Barat 51.73 49.23 50.17 54.26 57.60
Maluku 31.65 32.28 32.64 34.23 35.53
Maluku Utara 40.76 40.53 40.96 42.87 44.42
Papua Barat 28.05 27.48 27.37 26.86 26.44
Papua 26.39 25.84 25.66 24.90 24.28
Indonesia 40.63 38.63 39.03 40.74 42.14

9
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.4

60
Gambar 3.10.
Indikator Penduduk dengan Kebiasaan Merokok Tiap Hari di atas usia 15 Tahun (%)

61
3.4 Proyeksi Baseline Tujuan 4 Pendidikan Berkualitas

Tabel 3.11. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rata-rata Lama


Sekolah (Tahun)10
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 9.42 9.76 9.86 10.36 10.89
Sumatera Utara 9.48 9.85 9.94 10.41 10.90
Sumatera Barat 9.06 9.38 9.46 9.87 10.29
Riau 9.03 9.48 9.57 10.03 10.51
Jambi 8.59 9.05 9.16 9.72 10.31
Sumatera Selatan 8.43 8.85 8.94 9.44 9.96
Bengkulu 8.87 9.46 9.58 10.20 10.87
Lampung 8.21 8.96 9.09 9.77 10.50
Kep. Bangka Belitung 8.07 8.76 8.89 9.55 10.27
Kep. Riau 9.95 10.46 10.59 11.23 11.91
DKI Jakarta 10.80 11.05 11.12 11.47 11.84
Jawa Barat 8.42 8.93 9.04 9.61 10.22
Jawa Tengah 7.73 8.26 8.37 8.95 9.56
DI Yogyakarta 9.55 10.22 10.37 11.11 11.92
Jawa Timur 7.83 8.40 8.52 9.15 9.83
Banten 8.76 9.31 9.42 9.98 10.57
Bali 8.82 9.56 9.72 10.58 11.52
Nusa Tenggara Barat 7.71 8.64 8.85 9.94 11.17
Nusa Tenggara Timur 7.65 8.31 8.45 9.22 10.06
Kalimantan Barat 7.61 8.05 8.15 8.72 9.32
Kalimantan Tengah 8.53 8.71 8.77 9.08 9.40
Kalimantan Selatan 8.32 8.75 8.85 9.37 9.93
Kalimantan Timur 9.59 10.06 10.17 10.70 11.26
Kalimantan Utara 8.82 9.44 9.55 10.13 10.75
Sulawesi Utara 9.43 9.72 9.79 10.12 10.47
Sulawesi Tengah 8.51 8.95 9.05 9.53 10.03
Sulawesi Selatan 8.27 8.89 9.02 9.70 10.43
Sulawesi Tenggara 8.87 9.36 9.48 10.14 10.85
Gorontalo 7.89 8.46 8.56 9.12 9.72
Sulawesi Barat 7.71 8.76 8.96 10.02 11.20
Maluku 9.68 10.20 10.33 11.03 11.77
Maluku Utara 8.99 9.57 9.70 10.35 11.04
Papua Barat 9.59 10.57 10.79 11.94 13.21
Papua 6.36 6.59 6.63 6.83 7.04
Indonesia 8.44 8.98 9.09 9.68 10.31

10
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.6

62
Gambar 3.11.
Sebaran Nilai Scorecard Baseline Indikator Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

63
Tabel 3.12. Hasil Proyeksi Baseline
Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 38.32 48.92 51.06 61.77 72.49
Sumatera Utara 26.75 32.09 33.61 41.22 48.84
Sumatera Barat 35.27 44.37 46.29 55.85 65.42
Riau 26.46 33.47 35.23 44.00 52.78
Jambi 26.28 33.95 35.70 44.46 53.21
Sumatera Selatan 19.53 24.08 25.17 30.64 36.11
Bengkulu 32.47 39.67 41.61 51.32 61.04
Lampung 21.68 26.79 28.29 35.80 43.31
Kep. Bangka Belitung 13.46 18.05 18.99 23.66 28.34
Kep. Riau 23.34 32.88 34.96 45.38 55.80
DKI Jakarta 27.60 31.39 32.48 37.97 43.45
Jawa Barat 21.70 25.90 27.20 33.72 40.24
Jawa Tengah 22.85 27.62 29.04 36.11 43.19
DI Yogyakarta 56.13 59.31 60.02 63.54 67.06
Jawa Timur 23.96 28.79 30.20 37.26 44.31
Banten 21.88 27.72 29.09 35.97 42.84
Bali 27.41 34.57 36.06 43.51 50.96
Nusa Tenggara Barat 29.20 34.61 36.27 44.52 52.78
Nusa Tenggara Timur 27.75 37.95 40.26 51.85 63.43
Kalimantan Barat 23.76 30.64 32.40 41.17 49.94
Kalimantan Tengah 24.41 31.06 32.78 41.41 50.03
Kalimantan Selatan 23.02 32.33 34.09 42.93 51.76
Kalimantan Timur 29.74 36.32 38.05 46.66 55.28
Kalimantan Utara 29.74 36.32 38.05 46.66 55.28
Sulawesi Utara 28.34 36.49 38.18 46.64 55.10
Sulawesi Tengah 31.96 41.41 43.53 54.12 64.72
Sulawesi Selatan 34.96 45.80 48.13 59.76 71.39
Sulawesi Tenggara 37.86 49.92 52.44 65.05 77.65
Gorontalo 32.33 47.34 50.24 64.75 79.26
Sulawesi Barat 26.49 38.15 40.53 52.44 64.34
Maluku 45.56 63.12 66.76 84.98 100.00
Maluku Utara 34.19 42.94 45.32 57.19 69.06
Papua Barat 34.98 51.68 55.19 72.74 90.29
Papua 22.45 28.25 29.88 38.06 46.23
Indonesia 25.76 31.76 33.31 41.07 48.84

64
Gambar 3.12.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%)

65
Tabel 3.13. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Angka Melek Huruf
Usia 15-24 (%)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 99.76 99.61 99.62 99.67 99.72
Sumatera Utara 99.34 99.37 99.37 99.40 99.42
Sumatera Barat 99.63 99.50 99.51 99.57 99.61
Riau 99.60 99.60 99.61 99.65 99.69
Jambi 99.71 99.61 99.63 99.69 99.74
Sumatera Selatan 99.40 99.54 99.55 99.60 99.65
Bengkulu 99.72 99.63 99.65 99.75 99.83
Lampung 99.40 99.56 99.57 99.61 99.64
Kep. Bangka Belitung 99.52 99.54 99.58 99.75 99.88
Kep. Riau 99.66 99.48 99.49 99.52 99.55
DKI Jakarta 99.84 99.81 99.81 99.82 99.83
Jawa Barat 99.72 99.73 99.74 99.78 99.81
Jawa Tengah 99.61 99.65 99.67 99.73 99.79
DI Yogyakarta 99.88 99.92 99.93 99.98 100.00
Jawa Timur 99.46 99.56 99.59 99.72 99.83
Banten 99.58 99.73 99.74 99.80 99.84
Bali 99.56 99.43 99.46 99.61 99.73
Nusa Tenggara Barat 99.46 100.00 100.00 100.00 100.00
Nusa Tenggara Timur 97.99 98.00 98.09 98.45 98.74
Kalimantan Barat 99.03 99.11 99.16 99.36 99.52
Kalimantan Tengah 99.75 99.49 99.48 99.48 99.47
Kalimantan Selatan 99.64 99.67 99.69 99.79 99.88
Kalimantan Timur 99.67 99.73 99.75 99.82 99.87
Kalimantan Utara 99.32 99.39 99.41 99.49 99.56
Sulawesi Utara 99.84 99.50 99.49 99.48 99.46
Sulawesi Tengah 98.92 98.79 98.81 98.87 98.92
Sulawesi Selatan 98.95 98.98 99.06 99.43 99.74
Sulawesi Tenggara 99.40 99.25 99.30 99.51 99.68
Gorontalo 98.95 98.84 98.90 99.16 99.38
Sulawesi Barat 98.62 98.83 98.99 99.70 100.00
Maluku 99.38 98.98 98.98 98.97 98.97
Maluku Utara 99.74 99.27 99.29 99.38 99.46
Papua Barat 97.51 98.71 98.85 99.45 99.94
Papua 79.85 79.76 79.73 79.59 79.48
Indonesia 99.25 99.27 99.29 99.37 99.43

66
Gambar 3.13.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Angka Melek Huruf Usia 15-24 (%)

67
3.5 Proyeksi Baseline Tujuan 5 Kesetaraan Gender

Tabel 3.14. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Tingkat Kesuburan


Wanita (Kelahiran per 1.000 Wanita Usia 15-19 tahun)
Provinsi 2012 2019 2020 2025 2030
Aceh 25 54 53 50 46
Sumatera Utara 32 38 37 34 30
Sumatera Barat 26 47 46 44 42
Riau 42 51 51 47 43
Jambi 75 55 54 51 47
Sumatera Selatan 66 53 53 50 47
Bengkulu 51 48 48 46 45
Lampung 59 56 55 51 47
Kep. Bangka Belitung 61 55 54 49 44
Kep. Riau 33 34 33 28 23
DKI Jakarta 20 34 33 30 28
Jawa Barat 52 58 57 53 50
Jawa Tengah 35 55 55 52 49
DI Yogyakarta 32 33 32 26 21
Jawa Timur 53 54 53 49 46
Banten 32 52 51 47 43
Bali 48 29 28 23 18
Nusa Tenggara Barat 75 58 57 54 51
Nusa Tenggara Timur 39 52 52 49 45
Kalimantan Barat 104 54 53 50 48
Kalimantan Tengah 89 56 55 52 49
Kalimantan Selatan 73 56 55 53 51
Kalimantan Timur 50 47 47 43 39
Kalimantan Utara 0 51 50 48 46
Sulawesi Utara 68 49 48 45 42
Sulawesi Tengah 91 55 54 51 49
Sulawesi Selatan 53 59 59 56 54
Sulawesi Tenggara 57 50 49 46 44
Gorontalo 62 63 63 61 60
Sulawesi Barat 101 57 57 54 52
Maluku 51 40 39 32 25
Maluku Utara 60 50 49 45 41
Papua Barat 82 40 39 30 20
Papua 53 45 45 44 43
Indonesia 48 46 46 44 43

68
Gambar 3.14.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Tingkat Kesuburan Wanita (Kelahiran per 1.000 Wanita Usia 15-19 tahun)

69
Tabel 3.15. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Wanita (%)11
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 46.05 47.86 48.06 48.96 49.70
Sumatera Utara 52.85 55.83 55.96 56.53 57.00
Sumatera Barat 50.62 55.94 56.36 58.19 59.69
Riau 41.72 46.63 47.13 49.28 51.04
Jambi 46.99 49.96 50.18 51.16 51.96
Sumatera Selatan 52.18 54.77 54.91 55.51 56.00
Bengkulu 56.60 59.43 59.60 60.36 60.98
Lampung 46.77 50.75 50.83 51.16 51.42
Kep. Bangka Belitung 42.56 45.39 45.56 46.30 46.90
Kep. Riau 42.07 47.55 47.79 48.82 49.67
DKI Jakarta 47.72 55.47 55.92 57.88 59.48
Jawa Barat 40.26 44.89 45.12 46.12 46.94
Jawa Tengah 54.58 58.62 58.75 59.34 59.83
DI Yogyakarta 60.08 63.71 63.83 64.38 64.83
Jawa Timur 51.86 55.86 56.06 56.97 57.71
Banten 40.80 48.22 48.56 50.06 51.28
Bali 68.53 74.63 74.99 76.55 77.82
Nusa Tenggara Barat 52.40 54.84 54.76 54.45 54.19
Nusa Tenggara Timur 61.95 63.41 63.51 63.98 64.37
Kalimantan Barat 54.88 60.07 60.30 61.32 62.16
Kalimantan Tengah 50.73 55.53 55.80 57.00 57.98
Kalimantan Selatan 52.38 53.94 54.00 54.28 54.51
Kalimantan Timur 37.15 42.17 42.41 43.47 44.34
Kalimantan Utara 42.24 46.11 46.41 47.74 48.82
Sulawesi Utara 37.63 42.00 42.27 43.45 44.41
Sulawesi Tengah 48.45 55.96 56.46 58.62 60.38
Sulawesi Selatan 42.06 47.78 48.27 50.38 52.11
Sulawesi Tenggara 51.92 57.60 57.87 59.02 59.97
Gorontalo 45.55 51.97 52.56 55.14 57.24
Sulawesi Barat 53.67 59.93 60.43 62.61 64.40
Maluku 46.15 53.98 54.41 56.28 57.80
Maluku Utara 49.00 52.36 52.55 53.37 54.05
Papua Barat 48.35 52.27 52.48 53.42 54.19
Papua 70.79 75.22 75.50 76.70 77.68
Indonesia 48.95 53.38 53.63 54.68 55.55

11
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.6

70
Gambar 3.15.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (%)

71
Tabel 3.16. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Proporsi Perempuan
dalam Parlemen (%)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 9.58 8.38 8.38 8.38 8.38
Sumatera Utara 14.58 12.79 12.79 12.79 12.79
Sumatera Barat 7.54 7.70 7.70 7.70 7.70
Riau 13.76 12.13 12.13 12.13 12.13
Jambi 12.33 11.24 11.24 11.24 11.24
Sumatera Selatan 12.27 12.15 12.15 12.15 12.15
Bengkulu 14.06 13.92 13.92 13.92 13.92
Lampung 15.26 14.77 14.77 14.77 14.77
Kep. Bangka Belitung 10.21 9.42 9.42 9.42 9.42
Kep. Riau 12.50 12.12 12.12 12.12 12.12
DKI Jakarta 15.20 19.30 19.30 19.30 19.30
Jawa Barat 19.17 17.85 17.85 17.85 17.85
Jawa Tengah 16.89 15.05 15.05 15.05 15.05
DI Yogyakarta 15.27 15.64 15.64 15.64 15.64
Jawa Timur 15.44 15.28 15.28 15.28 15.28
Banten 13.55 13.62 13.62 13.62 13.62
Bali 11.36 8.50 8.50 8.50 8.50
Nusa Tenggara Barat 7.78 7.22 7.22 7.22 7.22
Nusa Tenggara Timur 8.57 8.14 8.14 8.14 8.14
Kalimantan Barat 10.00 8.84 8.84 8.84 8.84
Kalimantan Tengah 21.18 18.94 18.94 18.94 18.94
Kalimantan Selatan 18.56 16.91 16.91 16.91 16.91
Kalimantan Timur 10.63 12.70 12.70 12.70 12.70
Kalimantan Utara 10.63 12.70 12.70 12.70 12.70
Sulawesi Utara 21.82 22.52 22.52 22.52 22.52
Sulawesi Tengah 14.10 14.77 14.77 14.77 14.77
Sulawesi Selatan 15.44 14.95 14.95 14.95 14.95
Sulawesi Tenggara 17.00 14.94 14.94 14.94 14.94
Gorontalo 18.54 16.89 16.89 16.89 16.89
Sulawesi Barat 13.02 12.67 12.67 12.67 12.67
Maluku 11.64 10.58 10.58 10.58 10.58
Maluku Utara 7.92 9.26 9.26 9.26 9.26
Papua Barat 14.14 11.75 11.75 11.75 11.75
Papua 9.79 9.87 9.87 9.87 9.87
Indonesia 16.90 14.25 14.25 14.25 14.25

72
Gambar 3.16.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Proporsi Perempuan dalam Parlemen (%)

73
3.6 Proyeksi Baseline Tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak

Tabel 3.17. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah tangga


dengan Air Minum Layak (%)12
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 61.23 56.60 57.64 62.84 68.05
Sumatera Utara 71.41 72.02 73.53 81.08 88.64
Sumatera Barat 66.58 67.80 69.24 76.44 83.64
Riau 74.24 75.61 77.42 86.46 95.49
Jambi 62.75 64.26 65.21 69.96 74.71
Sumatera Selatan 65.16 67.25 68.78 76.42 84.06
Bengkulu 41.08 37.37 37.74 39.62 41.50
Lampung 55.06 55.89 57.00 62.55 68.10
Kep. Bangka Belitung 68.03 73.40 75.92 88.52 100.00
Kep. Riau 84.12 81.39 83.60 94.68 100.00
DKI Jakarta 93.40 92.40 94.86 100.00 100.00
Jawa Barat 67.20 71.28 73.47 84.45 95.43
Jawa Tengah 73.63 77.67 79.32 87.60 95.88
DI Yogyakarta 80.99 86.42 88.42 98.40 100.00
Jawa Timur 76.64 79.95 81.67 90.25 98.83
Banten 67.68 68.61 70.98 82.84 94.71
Bali 91.27 91.83 93.76 100.00 100.00
Nusa Tenggara Barat 71.70 70.16 72.21 82.42 92.63
Nusa Tenggara Timur 62.72 61.62 62.86 69.03 75.21
Kalimantan Barat 68.39 66.08 66.91 71.07 75.22
Kalimantan Tengah 57.01 58.06 59.46 66.45 73.45
Kalimantan Selatan 62.23 66.44 67.55 73.08 78.62
Kalimantan Timur 78.13 79.20 80.42 86.50 92.59
Kalimantan Utara 84.59 81.41 82.79 89.68 96.57
Sulawesi Utara 71.53 67.72 68.68 73.48 78.28
Sulawesi Tengah 61.49 62.06 63.59 71.21 78.84
Sulawesi Selatan 72.07 75.65 77.65 87.70 97.75
Sulawesi Tenggara 77.19 74.72 76.24 83.82 91.40
Gorontalo 66.47 71.36 73.82 86.09 98.36
Sulawesi Barat 53.89 44.85 44.99 45.67 46.35
Maluku 64.96 58.49 58.65 59.44 60.22
Maluku Utara 60.07 57.68 58.31 61.50 64.69
Papua Barat 68.85 68.48 69.92 77.08 84.25
Papua 51.27 38.89 38.51 36.57 34.63
Indonesia 70.97 72.98 74.70 83.29 91.88

12
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.7

74
Gambar 3.17.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah tangga dengan Air Minum Layak

75
Tabel 3.18. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga
dengan Sanitasi Layak (%)13
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 54.68 58.34 60.16 69.23 78.31
Sumatera Utara 67.89 76.51 78.79 90.20 100.00
Sumatera Barat 45.02 53.74 55.25 62.82 70.39
Riau 51.30 67.32 69.31 79.22 89.13
Jambi 58.21 70.88 73.56 87.00 100.00
Sumatera Selatan 61.30 70.96 73.83 88.19 100.00
Bengkulu 39.22 44.94 46.11 51.95 57.80
Lampung 44.83 55.87 57.82 67.57 77.32
Kep. Bangka Belitung 80.80 94.88 98.38 100.00 100.00
Kep. Riau 71.97 78.77 80.76 90.68 100.00
DKI Jakarta 89.28 93.59 94.98 100.00 100.00
Jawa Barat 59.43 70.46 72.56 83.08 93.60
Jawa Tengah 67.20 80.37 83.10 96.76 100.00
DI Yogyakarta 86.31 98.78 100.00 100.00 100.00
Jawa Timur 63.48 75.95 78.68 92.32 100.00
Banten 67.04 77.66 79.56 89.08 98.60
Bali 85.46 96.02 98.10 100.00 100.00
Nusa Tenggara Barat 63.72 71.68 74.62 89.30 100.00
Nusa Tenggara Timur 23.90 30.19 31.39 37.38 43.37
Kalimantan Barat 39.78 57.38 59.35 69.20 79.04
Kalimantan Tengah 35.88 43.42 44.93 52.49 60.04
Kalimantan Selatan 60.13 70.22 73.25 88.37 100.00
Kalimantan Timur 68.83 87.35 89.94 100.00 100.00
Kalimantan Utara 48.40 56.97 57.93 62.76 67.59
Sulawesi Utara 66.79 78.57 80.60 90.77 100.00
Sulawesi Tengah 55.37 66.92 69.41 81.85 94.29
Sulawesi Selatan 72.36 84.08 86.90 100.00 100.00
Sulawesi Tenggara 63.62 74.68 77.62 92.33 100.00
Gorontalo 54.96 64.60 67.03 79.20 91.37
Sulawesi Barat 51.21 64.05 66.67 79.79 92.91
Maluku 60.02 71.63 74.46 88.64 100.00
Maluku Utara 59.17 67.36 69.40 79.63 89.86
Papua Barat 62.81 66.03 68.55 81.17 93.80
Papua 28.04 26.29 26.68 28.60 30.52
Indonesia 62.14 73.00 75.30 86.78 98.26

13
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.8

76
Gambar 3.18.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah tangga dengan Sanitasi Layak (%)

77
3.7 Proyeksi Baseline Tujuan 7 Energi Bersih dan Terjangkau

Tabel 3.19. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rasio Elektrifikasi


(%)14
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 94.77 97.41 98.37 100.00 100.00
Sumatera Utara 93.15 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumatera Barat 83.20 90.07 91.91 100.00 100.00
Riau 89.19 100.00 100.00 100.00 100.00
Jambi 85.32 99.08 100.00 100.00 100.00
Sumatera Selatan 80.44 96.89 100.00 100.00 100.00
Bengkulu 87.30 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampung 84.71 98.54 100.00 100.00 100.00
Kep. Bangka Belitung 99.97 100.00 100.00 100.00 100.00
Kep. Riau 73.53 90.27 92.45 100.00 100.00
DKI Jakarta 99.76 100.00 100.00 100.00 100.00
Jawa Barat 94.27 100.00 100.00 100.00 100.00
Jawa Tengah 91.36 100.00 100.00 100.00 100.00
DI Yogyakarta 86.27 95.65 98.22 100.00 100.00
Jawa Timur 86.69 93.87 96.22 100.00 100.00
Banten 95.64 100.00 100.00 100.00 100.00
Bali 89.19 93.47 95.72 100.00 100.00
Nusa Tenggara Barat 72.77 98.92 100.00 100.00 100.00
Nusa Tenggara Timur 58.64 85.41 90.94 100.00 100.00
Kalimantan Barat 82.38 100.00 100.00 100.00 100.00
Kalimantan Tengah 69.54 84.79 87.96 100.00 100.00
Kalimantan Selatan 86.77 94.45 96.69 100.00 100.00
Kalimantan Timur 95.41 100.00 100.00 100.00 100.00
Kalimantan Utara 73.48 93.05 95.54 100.00 100.00
Sulawesi Utara 89.17 96.32 99.29 100.00 100.00
Sulawesi Tengah 79.56 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Selatan 88.30 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Tenggara 68.84 87.69 91.87 100.00 100.00
Gorontalo 79.18 95.08 99.54 100.00 100.00
Sulawesi Barat 76.91 100.00 100.00 100.00 100.00
Maluku 84.80 97.07 100.00 100.00 100.00
Maluku Utara 94.46 100.00 100.00 100.00 100.00
Papua Barat 45.93 81.27 84.98 100.00 100.00
Papua 82.70 100.00 100.00 100.00 100.00
Indonesia 88.30 93.58 96.32 100.00 100.00

14
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.9

78
Gambar 3.19.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rasio Elektrifikasi (%)

79
3.8 Proyeksi Baseline Tujuan 8 Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 3.20. PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 27 27 27 28 28
Sumatera Utara 43 51 53 66 81
Sumatera Barat 36 42 44 55 69
Riau 105 106 106 107 108
Jambi 48 56 59 73 91
Sumatera Selatan 42 49 51 62 75
Bengkulu 28 33 34 42 52
Lampung 33 39 41 51 63
Kep. Bangka Belitung 46 50 52 60 68
Kep. Riau 105 118 122 144 171
DKI Jakarta 202 245 258 330 422
Jawa Barat 33 40 41 51 62
Jawa Tengah 31 37 38 48 59
DI Yogyakarta 28 33 35 42 51
Jawa Timur 45 55 58 76 98
Banten 41 47 49 59 71
Bali 44 54 57 74 96
Nusa Tenggara Barat 23 26 27 33 39
Nusa Tenggara Timur 16 18 19 22 26
Kalimantan Barat 32 37 38 46 55
Kalimantan Tengah 42 50 52 65 80
Kalimantan Selatan 35 40 41 49 57
Kalimantan Timur 149 150 152 161 170
Kalimantan Utara 100 86 82 64 50
Sulawesi Utara 39 48 50 65 83
Sulawesi Tengah 38 52 56 83 122
Sulawesi Selatan 41 53 57 78 108
Sulawesi Tenggara 36 45 48 64 85
Gorontalo 26 32 34 45 59
Sulawesi Barat 26 33 35 47 63
Maluku 21 24 25 31 39
Maluku Utara 24 28 29 35 43
Papua Barat 73 79 81 90 100
Papua 52 60 61 68 76
Indonesia 46 54 56 68 83

80
Gambar 3.20.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah)

81
Tabel 3.21. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Tingkat Pengangguran
dengan Kriteria Jam Kerja <35 (%)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 18.70 17.73 17.73 17.73 17.73
Sumatera Utara 12.47 12.67 12.67 12.67 12.67
Sumatera Barat 11.72 12.50 12.50 12.50 12.50
Riau 13.69 13.67 13.67 13.67 13.67
Jambi 9.25 10.27 10.27 10.27 10.27
Sumatera Selatan 12.70 11.79 11.79 11.79 11.79
Bengkulu 11.44 8.81 8.81 8.81 8.81
Lampung 8.82 11.03 11.03 11.03 11.03
Kep. Bangka Belitung 10.16 8.42 8.42 8.42 8.42
Kep. Riau 7.87 10.67 10.67 10.67 10.67
DKI Jakarta 8.39 12.32 12.32 12.32 12.32
Jawa Barat 11.19 14.13 14.13 14.13 14.13
Jawa Tengah 7.66 10.37 10.37 10.37 10.37
DI Yogyakarta 6.12 8.88 8.88 8.88 8.88
Jawa Timur 8.01 10.28 10.28 10.28 10.28
Banten 10.70 14.97 14.97 14.97 14.97
Bali 2.97 5.26 5.26 5.26 5.26
Nusa Tenggara Barat 10.81 10.86 10.86 10.86 10.86
Nusa Tenggara Timur 10.33 9.74 9.74 9.74 9.74
Kalimantan Barat 11.22 9.63 9.63 9.63 9.63
Kalimantan Tengah 8.73 7.36 7.36 7.36 7.36
Kalimantan Selatan 8.60 8.53 8.53 8.53 8.53
Kalimantan Timur 11.22 11.89 11.89 11.89 11.89
Kalimantan Utara 9.46 11.99 11.99 11.99 11.99
Sulawesi Utara 12.75 14.76 14.76 14.76 14.76
Sulawesi Tengah 9.17 11.75 11.75 11.75 11.75
Sulawesi Selatan 10.44 12.98 12.98 12.98 12.98
Sulawesi Tenggara 11.34 13.05 13.05 13.05 13.05
Gorontalo 9.12 11.86 11.86 11.86 11.86
Sulawesi Barat 12.30 9.26 9.26 9.26 9.26
Maluku 16.30 16.87 16.87 16.87 16.87
Maluku Utara 14.24 14.78 14.78 14.78 14.78
Papua Barat 14.45 13.68 13.68 13.68 13.68
Papua 9.11 9.43 9.43 9.43 9.43
Indonesia 10.63 11.53 11.53 11.53 11.53

82
Gambar 3.21.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Tingkat Pengangguran dengan Kriteria Jam Kerja <35 (%)

83
Tabel 3.22. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Usia Muda
yang Tidak Bekerja, Tidak Sekolah dan Tidak Pelatihan (%)15
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 21.93 23.67 23.64 23.51 23.38
Sumatera Utara 19.15 17.40 16.94 14.82 12.97
Sumatera Barat 17.90 15.98 15.36 12.60 10.34
Riau 21.72 19.37 18.67 15.51 12.88
Jambi 20.52 19.30 18.63 15.59 13.04
Sumatera Selatan 22.70 20.67 20.12 17.57 15.34
Bengkulu 17.51 16.41 15.84 13.29 11.14
Lampung 23.61 23.17 22.75 20.80 19.02
Kep. Bangka Belitung 24.24 23.70 23.28 21.25 19.40
Kep. Riau 17.09 14.06 13.45 10.80 8.66
DKI Jakarta 17.02 14.50 13.99 11.72 9.82
Jawa Barat 27.16 24.25 23.41 19.63 16.46
Jawa Tengah 21.86 22.58 22.13 20.02 18.12
DI Yogyakarta 9.97 9.35 9.00 7.41 6.10
Jawa Timur 22.57 21.12 20.54 17.89 15.58
Banten 26.39 22.15 21.34 17.71 14.70
Bali 10.83 9.74 9.31 7.41 5.90
Nusa Tenggara Barat 24.45 21.81 21.33 19.09 17.08
Nusa Tenggara Timur 15.80 17.44 17.09 15.44 13.94
Kalimantan Barat 19.20 17.94 17.45 15.22 13.27
Kalimantan Tengah 19.83 19.37 18.91 16.79 14.91
Kalimantan Selatan 24.20 22.35 21.88 19.66 17.67
Kalimantan Timur 21.02 18.08 17.37 14.24 11.68
Kalimantan Utara 21.28 17.51 16.82 13.75 11.24
Sulawesi Utara 29.99 25.98 25.42 22.81 20.47
Sulawesi Tengah 22.77 18.56 17.82 14.51 11.82
Sulawesi Selatan 22.42 19.39 18.62 15.20 12.40
Sulawesi Tenggara 21.12 18.83 18.20 15.34 12.93
Gorontalo 24.27 19.14 18.19 14.12 10.96
Sulawesi Barat 22.98 20.13 19.51 16.69 14.28
Maluku 21.92 18.83 18.17 15.21 12.74
Maluku Utara 20.49 17.14 16.46 13.44 10.97
Papua Barat 22.22 23.12 22.73 20.89 19.20
Papua 13.66 14.63 14.27 12.58 11.09
Indonesia 22.30 20.55 19.95 17.18 14.79

15
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.11

84
Gambar 3.22.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Usia Muda yang Tidak Bekerja, Tidak Sekolah dan Tidak Pelatihan (%)

85
Tabel 3.23. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Penduduk Usia 5-14
Tahun yang Termasuk ke dalam Kategori Pekerja Anak (%)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 2.80 3.55 3.61 3.92 4.25
Sumatera Utara 6.58 7.02 6.97 6.75 6.54
Sumatera Barat 3.44 3.86 3.80 3.48 3.19
Riau 3.04 4.14 4.17 4.33 4.49
Jambi 3.28 3.36 3.28 2.86 2.50
Sumatera Selatan 3.86 4.16 4.04 3.52 3.07
Bengkulu 3.24 3.87 3.76 3.25 2.80
Lampung 4.31 5.33 5.22 4.69 4.21
Kep. Bangka Belitung 3.33 3.58 3.37 2.47 1.81
Kep. Riau 1.44 1.64 1.55 1.18 0.90
DKI Jakarta 2.19 3.06 2.98 2.59 2.26
Jawa Barat 2.54 2.68 2.60 2.26 1.96
Jawa Tengah 3.05 2.98 2.83 2.20 1.71
DI Yogyakarta 2.55 3.16 3.04 2.54 2.13
Jawa Timur 3.05 2.82 2.68 2.07 1.60
Banten 2.07 3.19 3.18 3.09 3.01
Bali 5.83 7.62 7.52 7.01 6.53
Nusa Tenggara Barat 4.76 4.75 4.49 3.40 2.58
Nusa Tenggara Timur 5.73 4.76 4.52 3.52 2.74
Kalimantan Barat 4.39 4.39 4.20 3.38 2.71
Kalimantan Tengah 3.87 4.69 4.56 3.96 3.44
Kalimantan Selatan 4.00 3.54 3.33 2.48 1.84
Kalimantan Timur 1.50 1.41 1.32 0.96 0.69
Kalimantan Utara 2.82 2.59 2.51 2.12 1.79
Sulawesi Utara 2.05 2.67 2.60 2.26 1.96
Sulawesi Tengah 6.07 7.30 7.29 7.22 7.16
Sulawesi Selatan 5.85 6.06 5.94 5.39 4.88
Sulawesi Tenggara 8.41 10.09 10.15 10.45 10.76
Gorontalo 4.37 4.64 4.53 4.01 3.56
Sulawesi Barat 7.52 7.59 7.42 6.62 5.91
Maluku 3.84 5.49 5.72 7.01 8.58
Maluku Utara 4.40 5.87 5.93 6.24 6.57
Papua Barat 4.19 5.35 5.49 6.23 7.06
Papua 13.21 20.96 22.15 29.17 38.43
Indonesia 7.85 9.16 9.08 8.72 8.37

86
Gambar 3.23.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Penduduk Usia 5-14 Tahun yang Termasuk ke dalam Kategori Pekerja Anak (%)

87
3.9 Proyeksi Baseline Tujuan 9 Industri, Inovasi dan Infrastruktur

Tabel 3.24. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Kondisi Jalan


dengan Kualitas Baik dan Sedang (% dari Total Panjang Jalan)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 94.62 94.62 94.62 94.62 94.62
Sumatera Utara 80.30 80.30 80.30 80.30 80.30
Sumatera Barat 96.55 96.55 96.55 96.55 96.55
Riau 92.95 92.95 92.95 92.95 92.95
Jambi 98.32 98.32 98.32 98.32 98.32
Sumatera Selatan 96.15 96.15 96.15 96.15 96.15
Bengkulu 94.57 94.57 94.57 94.57 94.57
Lampung 94.17 94.17 94.17 94.17 94.17
Kep. Bangka Belitung 99.76 99.76 99.76 99.76 99.76
Kep. Riau 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
DKI Jakarta 99.58 99.58 99.58 99.58 99.58
Jawa Barat 98.13 98.13 98.13 98.13 98.13
Jawa Tengah 97.08 97.08 97.08 97.08 97.08
DI Yogyakarta 99.33 99.33 99.33 99.33 99.33
Jawa Timur 98.88 98.88 98.88 98.88 98.88
Banten 91.61 91.61 91.61 91.61 91.61
Bali 99.98 99.98 99.98 99.98 99.98
Nusa Tenggara Barat 99.67 99.67 99.67 99.67 99.67
Nusa Tenggara Timur 97.83 97.83 97.83 97.83 97.83
Kalimantan Barat 93.29 93.29 93.29 93.29 93.29
Kalimantan Tengah 91.62 91.62 91.62 91.62 91.62
Kalimantan Selatan 97.82 97.82 97.82 97.82 97.82
Kalimantan Timur 93.85 93.85 93.85 93.85 93.85
Kalimantan Utara 93.85 93.85 93.85 93.85 93.85
Sulawesi Utara 93.28 93.28 93.28 93.28 93.28
Sulawesi Tengah 93.26 93.26 93.26 93.26 93.26
Sulawesi Selatan 94.58 94.58 94.58 94.58 94.58
Sulawesi Tenggara 91.18 91.18 91.18 91.18 91.18
Gorontalo 94.73 94.73 94.73 94.73 94.73
Sulawesi Barat 99.27 99.27 99.27 99.27 99.27
Maluku 96.21 96.21 96.21 96.21 96.21
Maluku Utara 99.82 99.82 99.82 99.82 99.82
Papua Barat 84.18 84.18 84.18 84.18 84.18
Papua 88.62 88.62 88.62 88.62 88.62
Indonesia 93.95 93.95 93.95 93.95 93.95

88
Gambar 3.24.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Kondisi Jalan dengan Kualitas Baik dan Sedang (% dari Total Panjang Jalan)

89
Tabel 3.25. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga yang
Pernah Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir (%)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 31.07 36.42 38.04 45.12 50.89
Sumatera Utara 35.23 41.22 42.75 49.37 54.79
Sumatera Barat 44.65 52.70 54.98 64.93 73.06
Riau 44.43 72.61 82.48 100.00 100.00
Jambi 39.44 50.78 53.53 65.47 75.23
Sumatera Selatan 35.74 45.93 48.44 59.33 68.24
Bengkulu 38.19 60.36 68.15 100.00 100.00
Lampung 27.66 33.78 35.43 42.59 48.45
Kep. Bangka Belitung 39.75 47.75 50.11 60.37 68.75
Kep. Riau 60.53 72.46 75.42 88.32 98.87
DKI Jakarta 74.32 83.39 85.88 96.71 100.00
Jawa Barat 44.67 53.69 56.16 66.93 75.73
Jawa Tengah 41.42 52.82 55.53 67.35 77.00
DI Yogyakarta 61.18 73.33 76.15 88.41 98.43
Jawa Timur 40.46 51.55 54.24 65.98 75.57
Banten 48.15 58.94 61.48 72.52 81.54
Bali 53.64 66.64 69.84 83.76 95.14
Nusa Tenggara Barat 27.76 36.48 38.73 48.54 56.55
Nusa Tenggara Timur 21.68 43.16 51.41 100.00 100.00
Kalimantan Barat 31.41 46.21 52.10 94.94 100.00
Kalimantan Tengah 38.17 67.20 77.91 100.00 100.00
Kalimantan Selatan 44.99 54.55 57.23 68.90 78.44
Kalimantan Timur 55.03 65.88 68.57 80.29 89.86
Kalimantan Utara 47.63 57.32 59.07 66.70 72.92
Sulawesi Utara 45.32 54.66 57.09 67.64 76.26
Sulawesi Tengah 32.31 51.53 58.95 100.00 100.00
Sulawesi Selatan 41.47 49.90 52.26 62.54 70.94
Sulawesi Tenggara 35.76 46.58 49.38 61.57 71.53
Gorontalo 37.92 50.95 53.71 65.69 75.47
Sulawesi Barat 26.81 34.43 36.46 45.30 52.51
Maluku 34.82 43.81 46.18 56.48 64.90
Maluku Utara 25.34 32.86 34.84 43.45 50.48
Papua Barat 34.61 41.13 43.13 51.84 58.95
Papua 16.28 20.51 22.37 34.55 53.34
Indonesia 41.98 51.53 53.97 64.58 73.26

90
Gambar 3.25.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga yang Pernah Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir (%)

91
3.10 Proyeksi Baseline Tujuan 10 Berkurangnya Kesenjangan

Tabel 3.26. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rasio Gini


Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 0.33 0.33 0.34 0.34 0.35
Sumatera Utara 0.34 0.33 0.33 0.34 0.34
Sumatera Barat 0.34 0.33 0.33 0.34 0.34
Riau 0.36 0.36 0.36 0.37 0.38
Jambi 0.36 0.33 0.33 0.34 0.35
Sumatera Selatan 0.36 0.36 0.37 0.38 0.38
Bengkulu 0.38 0.36 0.36 0.37 0.38
Lampung 0.38 0.35 0.35 0.36 0.37
Kep. Bangka Belitung 0.28 0.29 0.29 0.30 0.30
Kep. Riau 0.36 0.35 0.35 0.35 0.35
DKI Jakarta 0.43 0.42 0.42 0.42 0.43
Jawa Barat 0.41 0.40 0.40 0.41 0.42
Jawa Tengah 0.38 0.37 0.37 0.38 0.39
DI Yogyakarta 0.43 0.41 0.41 0.42 0.42
Jawa Timur 0.42 0.37 0.37 0.38 0.38
Banten 0.40 0.39 0.39 0.40 0.40
Bali 0.38 0.38 0.38 0.39 0.40
Nusa Tenggara Barat 0.37 0.35 0.35 0.36 0.37
Nusa Tenggara Timur 0.34 0.37 0.37 0.38 0.39
Kalimantan Barat 0.33 0.36 0.36 0.37 0.37
Kalimantan Tengah 0.33 0.33 0.33 0.34 0.35
Kalimantan Selatan 0.35 0.35 0.35 0.35 0.36
Kalimantan Timur 0.32 0.34 0.34 0.34 0.34
Kalimantan Utara 0.29 0.35 0.35 0.36 0.36
Sulawesi Utara 0.37 0.39 0.39 0.40 0.41
Sulawesi Tengah 0.37 0.37 0.37 0.38 0.39
Sulawesi Selatan 0.42 0.41 0.41 0.43 0.44
Sulawesi Tenggara 0.40 0.39 0.39 0.40 0.41
Gorontalo 0.42 0.42 0.43 0.44 0.45
Sulawesi Barat 0.36 0.36 0.36 0.37 0.38
Maluku 0.34 0.36 0.36 0.37 0.37
Maluku Utara 0.28 0.34 0.34 0.35 0.35
Papua Barat 0.44 0.42 0.42 0.44 0.45
Papua 0.42 0.43 0.44 0.45 0.46
Indonesia 0.41 0.40 0.40 0.41 0.41

92
Gambar 3.26.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rasio Gini

93
Tabel 3.27. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rasio Palma
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 1.36 1.33 1.35 1.40 1.44
Sumatera Utara 1.37 1.32 1.33 1.36 1.39
Sumatera Barat 1.43 1.31 1.32 1.35 1.38
Riau 1.58 1.50 1.52 1.57 1.61
Jambi 1.57 1.33 1.34 1.38 1.42
Sumatera Selatan 1.53 1.54 1.56 1.62 1.67
Bengkulu 1.65 1.50 1.51 1.57 1.61
Lampung 1.69 1.47 1.48 1.52 1.56
Kep. Bangka Belitung 1.03 1.09 1.10 1.12 1.14
Kep. Riau 1.53 1.43 1.44 1.46 1.48
DKI Jakarta 2.19 2.01 2.02 2.08 2.13
Jawa Barat 2.03 1.85 1.86 1.94 2.00
Jawa Tengah 1.71 1.57 1.59 1.65 1.70
DI Yogyakarta 2.19 1.96 1.97 2.00 2.03
Jawa Timur 2.04 1.62 1.63 1.68 1.72
Banten 1.90 1.78 1.79 1.83 1.87
Bali 1.64 1.69 1.71 1.77 1.82
Nusa Tenggara Barat 1.61 1.46 1.47 1.52 1.56
Nusa Tenggara Timur 1.38 1.58 1.59 1.65 1.69
Kalimantan Barat 1.33 1.50 1.52 1.56 1.60
Kalimantan Tengah 1.29 1.31 1.32 1.36 1.40
Kalimantan Selatan 1.48 1.43 1.44 1.47 1.49
Kalimantan Timur 1.22 1.37 1.37 1.38 1.38
Kalimantan Utara 1.10 1.46 1.46 1.49 1.51
Sulawesi Utara 1.59 1.73 1.75 1.83 1.90
Sulawesi Tengah 1.63 1.60 1.61 1.67 1.71
Sulawesi Selatan 2.12 1.97 1.99 2.09 2.17
Sulawesi Tenggara 1.85 1.75 1.76 1.84 1.90
Gorontalo 2.08 2.05 2.07 2.18 2.27
Sulawesi Barat 1.56 1.52 1.53 1.59 1.64
Maluku 1.37 1.47 1.48 1.53 1.58
Maluku Utara 1.00 1.30 1.31 1.35 1.39
Papua Barat 2.29 2.02 2.05 2.14 2.22
Papua 2.04 2.14 2.16 2.23 2.29
Indonesia 1.95 1.84 1.85 1.90 1.95

94
Gambar 3.27.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rasio Palma

95
Tabel 3.28. Hasil Proyeksi Baseline Rasio Persentase pengeluaran
kelompok penduduk 40 (%)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 21.10 20.96 20.88 20.51 20.21
Sumatera Utara 20.85 20.83 20.77 20.49 20.27
Sumatera Barat 20.50 20.68 20.60 20.28 20.01
Riau 19.42 19.17 19.06 18.59 18.20
Jambi 19.71 20.30 20.18 19.66 19.23
Sumatera Selatan 19.27 18.95 18.82 18.22 17.73
Bengkulu 18.89 19.06 18.93 18.35 17.88
Lampung 19.31 20.12 20.03 19.66 19.35
Kep. Bangka Belitung 23.17 22.41 22.34 22.03 21.78
Kep. Riau 18.29 18.94 18.88 18.62 18.40
DKI Jakarta 16.03 16.52 16.40 15.92 15.52
Jawa Barat 16.77 17.00 16.86 16.25 15.76
Jawa Tengah 18.64 18.87 18.73 18.10 17.59
DI Yogyakarta 15.67 16.92 16.88 16.72 16.58
Jawa Timur 16.61 18.89 18.79 18.36 18.00
Banten 17.34 17.40 17.32 16.96 16.66
Bali 17.84 17.08 16.92 16.20 15.62
Nusa Tenggara Barat 19.26 19.34 19.22 18.66 18.21
Nusa Tenggara Timur 20.61 19.12 19.01 18.53 18.14
Kalimantan Barat 20.40 19.11 19.01 18.57 18.21
Kalimantan Tengah 20.60 20.06 19.94 19.41 18.97
Kalimantan Selatan 19.54 19.62 19.54 19.23 18.97
Kalimantan Timur 21.07 19.80 19.77 19.65 19.54
Kalimantan Utara 22.72 19.36 19.29 19.00 18.76
Sulawesi Utara 18.38 17.46 17.30 16.60 16.03
Sulawesi Tengah 18.98 18.65 18.53 18.04 17.64
Sulawesi Selatan 16.17 15.70 15.48 14.55 13.78
Sulawesi Tenggara 17.24 16.91 16.73 15.94 15.29
Gorontalo 16.19 15.64 15.43 14.54 13.82
Sulawesi Barat 19.36 19.15 19.01 18.39 17.88
Maluku 20.07 18.00 17.83 17.08 16.46
Maluku Utara 22.53 20.43 20.37 20.11 19.90
Papua Barat 15.14 15.17 15.01 14.32 13.75
Papua 15.41 15.05 14.96 14.57 14.25
Indonesia 17.10 17.32 17.23 16.81 16.47

96
Gambar 3.28.
Sebaran Nilai Scorecard Rasio Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 (%)

97
3.11 Proyeksi Baseline Tujuan 11 Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan

Tabel 3.29. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga


yang Memenuhi Spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%)16
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 31.63 36.09 37.12 41.59 45.24
Sumatera Utara 45.73 47.07 48.02 52.14 55.50
Sumatera Barat 45.14 45.37 46.20 49.80 52.75
Riau 43.69 46.80 47.80 52.13 55.68
Jambi 43.99 47.74 48.86 53.73 57.71
Sumatera Selatan 39.16 40.63 41.74 46.58 50.54
Bengkulu 45.75 47.95 49.02 53.66 57.45
Lampung 53.46 57.35 58.81 65.17 70.37
Kep. Bangka Belitung 64.94 71.17 73.11 81.54 88.43
Kep. Riau 60.74 66.79 68.77 77.39 84.44
DKI Jakarta 54.59 56.02 56.62 59.22 61.34
Jawa Barat 57.89 59.81 60.87 65.48 69.25
Jawa Tengah 54.05 56.54 57.66 62.56 66.57
DI Yogyakarta 65.99 69.39 70.70 76.39 81.05
Jawa Timur 53.70 56.36 57.48 62.36 66.34
Banten 59.22 63.00 64.26 69.75 74.23
Bali 61.40 64.66 65.65 69.96 73.49
Nusa Tenggara Barat 38.94 39.98 41.14 46.19 50.32
Nusa Tenggara Timur 19.83 21.04 21.64 24.26 26.40
Kalimantan Barat 29.06 31.27 31.80 34.13 36.03
Kalimantan Tengah 21.20 23.09 23.94 27.62 30.62
Kalimantan Selatan 19.69 22.22 23.01 26.44 29.24
Kalimantan Timur 33.18 37.36 38.30 42.40 45.74
Kalimantan Utara 25.38 29.43 30.29 34.04 37.10
Sulawesi Utara 44.42 44.43 45.00 47.50 49.55
Sulawesi Tengah 35.28 36.14 36.91 40.26 42.99
Sulawesi Selatan 34.72 35.59 36.42 40.00 42.93
Sulawesi Tenggara 30.90 32.78 33.58 37.07 39.92
Gorontalo 31.74 33.57 34.28 37.38 39.92
Sulawesi Barat 23.60 27.52 28.33 31.83 34.69
Maluku 39.79 43.56 44.79 50.13 54.51
Maluku Utara 44.12 47.76 48.91 53.89 57.96
Papua Barat 31.96 36.56 37.77 43.01 47.30
Papua 16.22 16.35 16.76 18.56 20.04
Indonesia 49.06 51.30 52.32 56.76 60.39

16
Gambar series data dan hasil proyeksi untuk indikator ini dapat dilihat pada apendiks B.12

98
Gambar 3.29.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga yang Memenuhi Spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%)

99
Tabel 3.30. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga Kota
dengan Jaringan Air Ledeng (%)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 31.35 32.62 32.80 33.55 34.17
Sumatera Utara 40.03 39.56 39.48 39.12 38.84
Sumatera Barat 36.68 29.52 28.71 25.00 21.76
Riau 6.95 8.05 8.10 8.34 8.53
Jambi 39.67 40.30 40.71 42.51 43.97
Sumatera Selatan 57.02 62.14 63.35 68.61 72.91
Bengkulu 25.74 17.41 16.17 11.20 7.76
Lampung 10.67 9.62 9.34 8.08 6.99
Kep. Bangka Belitung 7.71 5.90 5.66 4.58 3.71
Kep. Riau 72.65 77.83 79.32 85.80 91.10
DKI Jakarta 39.96 37.81 37.45 35.68 33.99
Jawa Barat 17.08 17.51 17.68 18.45 19.07
Jawa Tengah 29.98 32.16 32.59 34.43 35.95
DI Yogyakarta 11.31 13.03 13.38 14.87 16.08
Jawa Timur 30.07 27.78 27.31 25.08 23.03
Banten 14.96 18.26 18.76 20.90 22.65
Bali 48.98 43.17 42.81 41.04 39.34
Nusa Tenggara Barat 35.29 39.39 40.47 45.15 48.98
Nusa Tenggara Timur 55.86 53.97 53.69 52.32 50.99
Kalimantan Barat 40.16 52.90 55.28 65.63 74.08
Kalimantan Tengah 37.02 34.54 33.90 30.87 28.11
Kalimantan Selatan 69.71 71.25 71.77 74.06 75.92
Kalimantan Timur 79.54 81.47 81.90 83.80 85.35
Kalimantan Utara 58.27 61.86 62.95 67.68 71.54
Sulawesi Utara 26.02 22.39 21.33 16.74 13.14
Sulawesi Tengah 33.37 27.34 26.13 20.86 16.65
Sulawesi Selatan 53.80 55.19 55.55 57.13 58.43
Sulawesi Tenggara 36.54 33.25 32.63 29.70 27.03
Gorontalo 37.69 36.90 37.10 37.93 38.61
Sulawesi Barat 40.58 33.49 33.30 32.34 31.41
Maluku 36.10 40.61 40.98 42.60 43.93
Maluku Utara 64.22 68.40 68.83 70.71 72.24
Papua Barat 26.87 24.61 23.63 19.31 15.78
Papua 34.74 32.92 32.90 32.81 32.73
Indonesia 30.10 30.61 30.80 31.73 32.69

100
Gambar 3.30.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga Kota dengan Jaringan Air Ledeng (%)

101
Tabel 3.31 Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rata-Rata Partikulat
PM10 (µgram/m3)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 55.81 49.10 49.10 49.10 49.10
Sumatera Utara 108.83 88.69 88.69 88.69 88.69
Sumatera Barat 101.34 112.14 112.14 112.14 112.14
Riau 99.30 103.63 103.63 103.63 103.63
Jambi 15.70 23.22 23.22 23.22 23.22
Sumatera Selatan 54.33 90.87 90.87 90.87 90.87
Bengkulu 30.24 69.62 69.62 69.62 69.62
Lampung 68.67 56.49 56.49 56.49 56.49
Kep. Bangka Belitung 82.78 65.23 65.23 65.23 65.23
Kep. Riau 26.35 77.96 77.96 77.96 77.96
DKI Jakarta 88.00 113.02 113.02 113.02 113.02
Jawa Barat 72.17 96.50 96.50 96.50 96.50
Jawa Tengah 32.62 90.58 90.58 90.58 90.58
DI Yogyakarta 192.80 123.43 123.43 123.43 123.43
Jawa Timur 54.17 103.12 103.12 103.12 103.12
Banten 109.32 69.75 69.75 69.75 69.75
Bali 75.37 77.54 77.54 77.54 77.54
Nusa Tenggara Barat 57.26 81.79 81.79 81.79 81.79
Nusa Tenggara Timur 69.50 45.06 45.06 45.06 45.06
Kalimantan Barat 57.90 85.85 85.85 85.85 85.85
Kalimantan Tengah 47.33 53.05 53.05 53.05 53.05
Kalimantan Selatan 62.15 90.23 90.23 90.23 90.23
Kalimantan Timur 29.27 60.66 60.66 60.66 60.66
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara 19.00 32.89 32.89 32.89 32.89
Sulawesi Tengah 52.00 77.78 77.78 77.78 77.78
Sulawesi Selatan 36.18 84.89 84.89 84.89 84.89
Sulawesi Tenggara 39.71 60.51 60.51 60.51 60.51
Gorontalo 19.00 29.22 29.22 29.22 29.22
Sulawesi Barat 35.33 60.81 60.81 60.81 60.81
Maluku 28.00 44.67 44.67 44.67 44.67
Maluku Utara 28.00 62.78 62.78 62.78 62.78
Papua Barat
Papua 65.33 51.87 51.87 51.87 51.87
Indonesia 54.90 58.45 58.45 58.45 58.45

102
Gambar 3.31.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rata-Rata Partikulat PM10 (µgram/m3)

103
3.12 Proyeksi Baseline Tujuan 12 Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung Jawab

Tabel 3.32. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Rumah Tangga dengan


Perilaku Memilah Sampah (%)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 17.23 17.23 17.23 17.23 17.23
Sumatera Utara 15.02 15.02 15.02 15.02 15.02
Sumatera Barat 13.05 13.05 13.05 13.05 13.05
Riau 16.04 16.04 16.04 16.04 16.04
Jambi 11.14 11.14 11.14 11.14 11.14
Sumatera Selatan 12.30 12.30 12.30 12.30 12.30
Bengkulu 10.76 10.76 10.76 10.76 10.76
Lampung 15.31 15.31 15.31 15.31 15.31
Kep. Bangka Belitung 13.58 13.58 13.58 13.58 13.58
Kep. Riau 15.77 15.77 15.77 15.77 15.77
DKI Jakarta 11.34 11.34 11.34 11.34 11.34
Jawa Barat 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64
Jawa Tengah 22.04 22.04 22.04 22.04 22.04
DI Yogyakarta 27.60 27.60 27.60 27.60 27.60
Jawa Timur 15.49 15.49 15.49 15.49 15.49
Banten 17.31 17.31 17.31 17.31 17.31
Bali 25.66 25.66 25.66 25.66 25.66
Nusa Tenggara Barat 11.71 11.71 11.71 11.71 11.71
Nusa Tenggara Timur 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82
Kalimantan Barat 15.03 15.03 15.03 15.03 15.03
Kalimantan Tengah 24.12 24.12 24.12 24.12 24.12
Kalimantan Selatan 16.67 16.67 16.67 16.67 16.67
Kalimantan Timur 19.56 19.56 19.56 19.56 19.56
Kalimantan Utara 19.56 19.56 19.56 19.56 19.56
Sulawesi Utara 28.49 28.49 28.49 28.49 28.49
Sulawesi Tengah 20.12 20.12 20.12 20.12 20.12
Sulawesi Selatan 31.88 31.88 31.88 31.88 31.88
Sulawesi Tenggara 22.25 22.25 22.25 22.25 22.25
Gorontalo 14.38 14.38 14.38 14.38 14.38
Sulawesi Barat 14.22 14.22 14.22 14.22 14.22
Maluku 14.66 14.66 14.66 14.66 14.66
Maluku Utara 8.18 8.18 8.18 8.18 8.18
Papua Barat 25.90 25.90 25.90 25.90 25.90
Papua 18.10 18.10 18.10 18.10 18.10
Indonesia 18.84 18.84 18.84 18.84 18.84

104
Gambar 3.32.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Rumah Tangga dengan Perilaku Memilah Sampah (%)

105
3.13 Proyeksi Baseline Tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim

Tabel 3.33. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Emisi CO2 per kapita
(tCO2/kapita)
Provinsi 2013 2019 2020 2025 2030
Aceh 2.12 1.86 1.82 1.61 1.40
Sumatera Utara 1.44 1.70 1.75 1.96 2.17
Sumatera Barat 2.17 2.72 2.81 3.27 3.73
Riau 5.28 15.53 17.34 26.36 35.38
Jambi 3.43 4.10 4.21 4.74 5.27
Sumatera Selatan 1.62 1.69 1.70 1.75 1.81
Bengkulu 2.09 2.13 2.14 2.16 2.19
Lampung 1.71 1.97 2.02 2.26 2.50
Kep. Bangka Belitung 3.47 5.54 5.87 7.55 9.24
Kep. Riau 3.18 6.27 6.82 9.54 12.26
DKI Jakarta 3.88 5.35 5.59 6.79 7.98
Jawa Barat 0.96 1.17 1.20 1.37 1.54
Jawa Tengah 1.55 1.69 1.71 1.84 1.96
DI Yogyakarta 2.88 3.12 3.16 3.33 3.50
Jawa Timur 1.49 1.63 1.65 1.76 1.88
Banten 0.78 0.95 0.98 1.11 1.24
Bali 2.96 3.41 3.47 3.81 4.14
Nusa Tenggara Barat 3.12 4.92 5.22 6.75 8.28
Nusa Tenggara Timur 2.32 3.31 3.48 4.31 5.14
Kalimantan Barat 3.15 4.15 4.32 5.17 6.02
Kalimantan Tengah 3.24 4.25 4.41 5.21 6.02
Kalimantan Selatan 8.44 14.51 15.56 20.83 26.10
Kalimantan Timur 13.01 4.86 4.12 1.80 0.79
Kalimantan Utara 13.01 4.86 4.12 1.80 0.79
Sulawesi Utara 2.75 4.25 4.47 5.54 6.61
Sulawesi Tengah 3.88 4.64 4.79 5.50 6.22
Sulawesi Selatan 6.25 17.98 20.05 30.39 40.73
Sulawesi Tenggara 4.14 7.72 8.32 11.35 14.37
Gorontalo 2.84 2.90 2.90 2.90 2.90
Sulawesi Barat 1.08 1.21 1.23 1.35 1.48
Maluku 2.68 4.19 4.43 5.63 6.83
Maluku Utara 1.69 1.78 1.81 1.94 2.07
Papua Barat 1.87 2.61 2.73 3.33 3.93
Papua 2.53 3.81 4.02 5.04 6.07
Indonesia 2.32 3.24 3.40 4.19 4.99

106
Gambar 3.33.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita)

107
3.14 Proyeksi Baseline Tujuan 14 Ekosistem Laut

Tabel 3.34 Hasil Proyeksi Baseline Indikator Area Keanekaragaman


Hayati Laut yang Dilindungi (% Luas Perairan)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 6.31 6.31 6.31 6.31 6.31
Sumatera Utara 3.16 3.16 3.16 3.16 3.16
Sumatera Barat 10.08 10.08 10.08 10.08 10.08
Riau 23.05 23.05 23.05 23.05 23.05
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu 5.02 5.02 5.02 5.02 5.02
Lampung 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77
Kep. Bangka Belitung
Kep. Riau 31.03 31.03 31.03 31.03 31.03
DKI Jakarta 17.43 17.43 17.43 17.43 17.43
Jawa Barat 13.99 13.99 13.99 13.99 13.99
Jawa Tengah 9.35 9.35 9.35 9.35 9.35
DI Yogyakarta
Jawa Timur 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
Banten 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
Bali 3.61 3.61 3.61 3.61 3.61
Nusa Tenggara Barat 1.45 1.45 1.45 1.45 1.45
Nusa Tenggara Timur 48.89 48.89 48.89 48.89 48.89
Kalimantan Barat 6.07 6.07 6.07 6.07 6.07
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58
Kalimantan Timur 8.37 8.37 8.37 8.37 8.37
Kalimantan Utara 8.37 8.37 8.37 8.37 8.37
Sulawesi Utara 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10
Sulawesi Tengah 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17
Sulawesi Selatan 8.80 8.80 8.80 8.80 8.80
Sulawesi Tenggara 35.35 35.35 35.35 35.35 35.35
Gorontalo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sulawesi Barat
Maluku 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95
Maluku Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Papua Barat 40.37 40.37 40.37 40.37 40.37
Papua 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41
Indonesia 11.99 11.99 11.99 11.99 11.99

108
Gambar 3.34.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Area Keanekaragaman Hayati Laut yang Dilindungi (% Luas Perairan)

109
3.15 Proyeksi Baseline Tujuan 15 Ekosistem Daratan

Tabel 3.35 Hasil Proyeksi Baseline Indikator Proporsi Luas Area


Hutan Terhadap Luas Daratan (%)
Provinsi 2013 2019 2020 2025 2030
Aceh 48.22 48.22 48.22 48.22 48.22
Sumatera Utara 27.11 27.11 27.11 27.11 27.11
Sumatera Barat 42.58 42.58 42.58 42.58 42.58
Riau 30.38 30.38 30.38 30.38 30.38
Jambi 22.11 22.11 22.11 22.11 22.11
Sumatera Selatan 11.04 11.04 11.04 11.04 11.04
Bengkulu 34.74 34.74 34.74 34.74 34.74
Lampung 10.04 10.04 10.04 10.04 10.04
Kep. Bangka Belitung 11.64 11.64 11.64 11.64 11.64
Kep. Riau 36.80 36.80 36.80 36.80 36.80
DKI Jakarta 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
Jawa Barat 13.42 13.42 13.42 13.42 13.42
Jawa Tengah 15.46 15.46 15.46 15.46 15.46
DI Yogyakarta 3.77 3.77 3.77 3.77 3.77
Jawa Timur 22.86 22.86 22.86 22.86 22.86
Banten 14.57 14.57 14.57 14.57 14.57
Bali 15.02 15.02 15.02 15.02 15.02
Nusa Tenggara Barat 38.92 38.92 38.92 38.92 38.92
Nusa Tenggara Timur 16.43 16.43 16.43 16.43 16.43
Kalimantan Barat 39.87 39.87 39.87 39.87 39.87
Kalimantan Tengah 49.62 49.62 49.62 49.62 49.62
Kalimantan Selatan 21.20 21.20 21.20 21.20 21.20
Kalimantan Timur 56.93 56.93 56.93 56.93 56.93
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara 38.47 38.47 38.47 38.47 38.47
Sulawesi Tengah 63.29 63.29 63.29 63.29 63.29
Sulawesi Selatan 30.58 30.58 30.58 30.58 30.58
Sulawesi Tenggara 46.67 46.67 46.67 46.67 46.67
Gorontalo 63.46 63.46 63.46 63.46 63.46
Sulawesi Barat 49.00 49.00 49.00 49.00 49.00
Maluku 64.91 64.91 64.91 64.91 64.91
Maluku Utara 67.54 67.54 67.54 67.54 67.54
Papua Barat 85.32 85.32 85.32 85.32 85.32
Papua 74.79 74.79 74.79 74.79 74.79
Indonesia 46.65 46.65 46.65 46.65 46.65

110
Gambar 3.35.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Proporsi Luas Area Hutan Terhadap Luas Daratan (%)

111
Tabel 3.36. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Area konservasi
yang dilindungi (% luas wilayah)
Provinsi 2011 2019 2020 2025 2030
Aceh 14.73 14.73 14.73 14.73 14.73
Sumatera Utara 5.61 5.61 5.61 5.61 5.61
Sumatera Barat 11.66 11.66 11.66 11.66 11.66
Riau 6.54 6.54 6.54 6.54 6.54
Jambi 12.29 12.29 12.29 12.29 12.29
Sumatera Selatan 7.15 7.15 7.15 7.15 7.15
Bengkulu 16.69 16.69 16.69 16.69 16.69
Lampung 10.72 10.72 10.72 10.72 10.72
Kep. Bangka Belitung 2.07 2.07 2.07 2.07 2.07
Kep. Riau 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22
DKI Jakarta 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35
Jawa Barat 4.41 4.41 4.41 4.41 4.41
Jawa Tengah 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41
DI Yogyakarta 0.79 0.79 0.79 0.79 0.79
Jawa Timur 4.12 4.12 4.12 4.12 4.12
Banten 16.65 16.65 16.65 16.65 16.65
Bali 3.77 3.77 3.77 3.77 3.77
Nusa Tenggara Barat 5.59 5.59 5.59 5.59 5.59
Nusa Tenggara Timur 7.27 7.27 7.27 7.27 7.27
Kalimantan Barat 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00
Kalimantan Tengah 8.37 8.37 8.37 8.37 8.37
Kalimantan Selatan 2.45 2.45 2.45 2.45 2.45
Kalimantan Timur 7.87 7.87 7.87 7.87 7.87
Kalimantan Utara 7.87 7.87 7.87 7.87 7.87
Sulawesi Utara 22.01 22.01 22.01 22.01 22.01
Sulawesi Tengah 8.95 8.95 8.95 8.95 8.95
Sulawesi Selatan 3.11 3.11 3.11 3.11 3.11
Sulawesi Tenggara 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55
Gorontalo 6.21 6.21 6.21 6.21 6.21
Sulawesi Barat 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18
Maluku 7.98 7.98 7.98 7.98 7.98
Maluku Utara 6.09 6.09 6.09 6.09 6.09
Papua Barat 18.87 18.87 18.87 18.87 18.87
Papua 12.51 12.51 12.51 12.51 12.51
Indonesia 11.29 11.29 11.29 11.29 11.29

112
Gambar 3.36.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Area konservasi yang dilindungi (% luas wilayah)

113
Tabel 3.37. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Persentase lahan kritis
terhadap luas wilayah (%)
Provinsi 2013 2019 2020 2025 2030
Aceh 10.80 14.36 14.65 15.90 16.92
Sumatera Utara 14.52 8.04 7.30 4.53 2.81
Sumatera Barat 15.02 14.22 14.44 15.39 16.17
Riau 21.72 5.61 4.97 2.70 1.47
Jambi 15.58 26.85 27.52 30.43 32.80
Sumatera Selatan 48.42 49.22 52.73 55.60
Bengkulu 36.25 33.18 32.99 32.04 31.12
Lampung 9.33 12.11 11.86 10.69 9.63
Kep. Bangka Belitung 13.15 1.90 1.52 0.49 0.16
Kep. Riau 41.21 37.89 38.38 40.51 42.24
DKI Jakarta
Jawa Barat 9.70 16.45 16.99 19.33 21.25
Jawa Tengah 3.38 2.13 1.92 1.13 0.66
DI Yogyakarta 8.30 6.20 5.79 4.13 2.95
Jawa Timur 25.56 17.28 17.36 17.67 17.93
Banten 3.83 1.93 1.64 0.73 0.32
Bali 7.96 6.77 6.58 5.70 4.95
Nusa Tenggara Barat 9.53 2.17 1.85 0.85 0.39
Nusa Tenggara Timur 19.73 7.76 6.52 2.71 1.13
Kalimantan Barat 5.11 12.75 12.66 12.25 11.85
Kalimantan Tengah 33.50 36.71 37.45 40.64 43.24
Kalimantan Selatan 16.57 21.40 21.70 23.01 24.08
Kalimantan Timur 5.79 1.59 1.45 0.91 0.58
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara 19.42 20.40 20.49 20.85 21.15
Sulawesi Tengah 7.31 6.98 7.14 7.87 8.46
Sulawesi Selatan 11.41 19.79 20.13 21.63 22.85
Sulawesi Tenggara 24.82 17.73 16.83 12.97 10.00
Gorontalo 22.37 22.32 22.07 21.87
Sulawesi Barat 19.00 17.65 18.30 21.11 23.41
Maluku 15.54 17.58 17.78 18.68 19.41
Maluku Utara 13.13 16.04 15.92 15.34 14.78
Papua Barat 1.84 0.86 0.68 0.22 0.07
Papua 7.02 1.93 1.71 0.94 0.51
Indonesia 12.66 11.92 11.65 10.37 9.22

114
Gambar 3.37.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Persentase lahan kritis terhadap luas wilayah (%)

115
3.16 Proyeksi Baseline Tujuan 16 Perdamaian, Keadilan dan
Kelembagaan yang Tangguh

Tabel 3.38. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Kejadian Pembunuhan


(per 100.000 Penduduk)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 0.43 0.84 0.84 0.86 0.88
Sumatera Utara 0.68 1.03 1.05 1.12 1.18
Sumatera Barat 0.23 0.30 0.29 0.26 0.24
Riau 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00
Jambi 0.66 0.68 0.68 0.68 0.68
Sumatera Selatan 2.82 3.01 3.12 3.62 4.03
Bengkulu 1.63 2.44 2.54 2.98 3.33
Lampung 0.42 0.03 0.00 0.00 0.00
Kep. Bangka Belitung 0.82 1.31 1.32 1.37 1.41
Kep. Riau 0.89 0.69 0.69 0.65 0.62
DKI Jakarta 0.71 0.77 0.77 0.76 0.76
Jawa Barat 0.25 0.25 0.26 0.28 0.30
Jawa Tengah 0.15 0.06 0.05 0.01 0.00
DI Yogyakarta 0.22 0.03 0.00 0.00 0.00
Jawa Timur 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00
Banten 0.08 0.00 0.00 0.00 0.00
Bali 0.32 0.32 0.31 0.27 0.25
Nusa Tenggara Barat 0.46 0.43 0.43 0.42 0.41
Nusa Tenggara Timur 1.07 1.40 1.42 1.53 1.62
Kalimantan Barat 0.55 0.54 0.55 0.58 0.60
Kalimantan Tengah 1.23 0.96 0.92 0.76 0.63
Kalimantan Selatan 1.30 1.29 1.32 1.45 1.55
Kalimantan Timur 0.68 0.64 0.61 0.48 0.37
Kalimantan Utara 0.68 0.64 0.61 0.48 0.37
Sulawesi Utara 1.93 0.94 0.81 0.22 0.00
Sulawesi Tengah 0.64 1.36 1.39 1.53 1.63
Sulawesi Selatan 0.84 0.90 0.89 0.81 0.75
Sulawesi Tenggara 1.10 1.33 1.33 1.32 1.31
Gorontalo 0.81 1.15 1.20 1.38 1.53
Sulawesi Barat 0.84 0.91 0.90 0.83 0.77
Maluku 0.36 0.37 0.33 0.15 0.00
Maluku Utara 0.61 0.60 0.59 0.57 0.54
Papua Barat 2.28 5.00 5.26 6.37 7.28
Papua 2.28 4.99 5.25 6.36 7.26
Indonesia 0.51 0.51 0.51 0.49 0.48

116
Gambar 3.38.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Kejadian Pembunuhan (per 100.000 Penduduk)

117
Tabel 3.39. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Risiko Penduduk
Terkena Tindak Pidana (per 100.000 Penduduk)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 164 258 271 337 402
Sumatera Utara 256 336 346 398 450
Sumatera Barat 317 390 406 485 564
Riau 155 181 184 194 204
Jambi 316 299 314 391 469
Sumatera Selatan 259 361 377 454 531
Bengkulu 242 305 320 395 471
Lampung 115 104 106 119 131
Kep. Bangka Belitung 140 260 265 286 308
Kep. Riau 255 392 405 471 538
DKI Jakarta 181 234 231 215 198
Jawa Barat 73 80 82 90 98
Jawa Tengah 48 70 72 80 88
DI Yogyakarta 266 298 311 376 442
Jawa Timur 92 62 61 54 47
Banten 101 138 147 191 235
Bali 123 132 129 112 95
Nusa Tenggara Barat 126 241 249 290 331
Nusa Tenggara Timur 133 156 159 175 190
Kalimantan Barat 141 278 287 336 385
Kalimantan Tengah 110 166 168 175 182
Kalimantan Selatan 174 139 141 152 163
Kalimantan Timur 221 345 356 407 459
Kalimantan Utara 221 345 356 407 459
Sulawesi Utara 328 294 284 234 185
Sulawesi Tengah 317 358 368 419 469
Sulawesi Selatan 166 241 248 283 318
Sulawesi Tenggara 149 343 359 434 509
Gorontalo 302 313 311 300 289
Sulawesi Barat 166 241 248 283 318
Maluku 111 218 227 272 317
Maluku Utara 71 144 150 176 202
Papua Barat 160 244 247 264 281
Papua 233 269 274 300 326
Indonesia 140 171 175 195 215

118
Gambar 3.39.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Risiko Penduduk Terkena Tindak Pidana (per 100.000 Penduduk)

119
Tabel 3.40. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Jumlah Tahanan
(per 100.000 Penduduk)
Provinsi 2014 2019 2020 2025 2030
Aceh 98 111 113 124 135
Sumatera Utara 138 167 173 204 234
Sumatera Barat 59 66 68 74 80
Riau 119 174 185 240 294
Jambi 77 96 99 113 128
Sumatera Selatan 100 131 138 168 198
Bengkulu 93 112 116 135 155
Lampung 72 103 109 139 169
Kep. Bangka Belitung 123 200 214 284 355
Kep. Riau 136 162 167 196 224
DKI Jakarta 155 208 218 267 316
Jawa Barat 38 39 39 40 41
Jawa Tengah 32 34 34 34 35
DI Yogyakarta 35 24 22 16 11
Jawa Timur 37 38 38 36 35
Banten 57 56 56 54 53
Bali 42 39 38 34 31
Nusa Tenggara Barat 35 31 30 26 23
Nusa Tenggara Timur 60 53 52 46 42
Kalimantan Barat 66 80 83 98 112
Kalimantan Tengah 108 163 174 227 281
Kalimantan Selatan 167 268 287 383 479
Kalimantan Timur 149 204 215 271 326
Kalimantan Utara 149 204 215 271 326
Sulawesi Utara 89 108 112 133 154
Sulawesi Tengah 62 59 58 56 54
Sulawesi Selatan 66 74 76 85 93
Sulawesi Tenggara 71 73 74 77 80
Gorontalo 68 85 88 106 124
Sulawesi Barat 39 43 44 47 50
Maluku 57 66 68 79 90
Maluku Utara 65 82 85 103 121
Papua Barat 78 108 115 152 189
Papua 43 56 58 68 79
Indonesia 65 78 80 92 104

120
Gambar 3.40.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Jumlah Tahanan (per 100.000 Penduduk)

121
Tabel 3.41. Hasil Proyeksi Baseline Indikator Anak di bawah 5
Tahun yang Sudah Memiliki Akte Kelahiran (%)
Provinsi 2015 2019 2020 2025 2030
Aceh 70.68 80.55 82.93 94.81 100.00
Sumatera Utara 54.49 63.50 65.76 77.05 88.34
Sumatera Barat 64.46 75.45 78.09 91.30 100.00
Riau 65.12 76.78 79.42 92.60 100.00
Jambi 81.84 93.13 95.71 100.00 100.00
Sumatera Selatan 79.87 95.22 99.05 100.00 100.00
Bengkulu 81.78 92.24 95.27 100.00 100.00
Lampung 76.13 89.56 92.87 100.00 100.00
Kep. Bangka Belitung 90.53 100.00 100.00 100.00 100.00
Kep. Riau 88.66 100.00 100.00 100.00 100.00
DKI Jakarta 91.46 93.93 94.72 98.65 100.00
Jawa Barat 74.41 83.45 85.87 97.98 100.00
Jawa Tengah 87.18 100.00 100.00 100.00 100.00
DI Yogyakarta 93.17 99.93 100.00 100.00 100.00
Jawa Timur 79.31 89.44 91.68 100.00 100.00
Banten 66.98 73.65 75.16 82.70 90.24
Bali 71.01 81.43 83.94 96.51 100.00
Nusa Tenggara Barat 56.01 64.26 66.64 78.53 90.42
Nusa Tenggara Timur 33.93 40.12 41.33 47.38 53.44
Kalimantan Barat 72.45 87.64 90.76 100.00 100.00
Kalimantan Tengah 71.97 84.06 86.82 100.00 100.00
Kalimantan Selatan 76.71 93.67 96.76 100.00 100.00
Kalimantan Timur 86.03 97.92 100.00 100.00 100.00
Kalimantan Utara 75.80 93.51 96.46 100.00 100.00
Sulawesi Utara 66.53 68.87 69.96 75.44 80.91
Sulawesi Tengah 46.72 51.45 52.90 60.14 67.39
Sulawesi Selatan 70.64 83.13 86.03 100.00 100.00
Sulawesi Tenggara 60.13 66.36 68.33 78.19 88.05
Gorontalo 71.22 82.66 85.89 100.00 100.00
Sulawesi Barat 64.65 77.84 81.35 98.92 100.00
Maluku 41.59 39.53 39.64 40.15 40.66
Maluku Utara 52.92 54.73 55.90 61.75 67.59
Papua Barat 52.16 50.30 50.92 54.04 57.16
Papua 39.65 37.52 37.58 37.86 38.14
Indonesia 72.87 82.88 85.26 97.15 100.00

122
Gambar 3.41.
Sebaran Nilai Scorecard Indikator Anak di bawah 5 Tahun yang Sudah Memiliki Akte Kelahiran (%)

123
Halaman ini sengaja dikosongkan

124
Bab 4
Analisis Kesiapan
Provinsi-Provinsi
di Indonesia
dalam Menghadapi SDGs

125
Halaman ini sengaja dikosongkan

126
4.1 Analisis per Provinsi

Sub-bab 4.1 ini merupakan bagian pembahasan tentang kesiapan daerah-


daerah di Indonesia sebagaimana digambarkan di tingkat Provinsi dalam
merealisasikan komitmen terhadap SDGs. Analisis di sub-bab 4.1
dilakukan untuk proyeksi tren baseline di tahun 2030 dari indikator-
indikator terpilih dibandingkan dengan targetnya untuk masing-masing
Provinsi. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua metodologi
sebagaimana dijelaskan di Bab 2 terdahulu dengan data-data tren
proyeksi dan perhitungan scorecard untuk masing-masing indikator
terpilih sebagaimana disajikan di Bab 3. Untuk keperluan analisis di sub-
bab ini, semua 41 indikator terpilih ditampilkan per Provinsi.

Seperti yang diilustrasikan di Bab 2 tentang Metodologi Penelitian, setiap


indikator yang diproyeksikan di tahun 2030 akan dibandingkan dengan
target SDGs. Selisih dari keduanya akan dihitung dan jika proyeksi tren
baseline historis lebih besar atau sama dengan target untuk indikator
tersebut, maka provinsi yang bersangkutan dianggap relatif siap untuk
menghadapi SDGs. Akan tetapi jika target SDGs masih lebih besar dari
proyeksi tren baseline, maka Provinsi tersebut dianggap belum siap untuk
menghadapi SDGs.

Kami tampilkan hasil perhitungan scorecard untuk menilai kesiapan


relatif setiap Provinsi dari indikator-indikator SDGs terpilih. Pemberian
nilai scorecard adalah sebagai berikut dari tertinggi ke terendah: nilai A
(jika suatu indikator mencapai atau hampir mencapai target SDGs di
tahun 2030), nilai B (jika suatu indikator mencapai 90 persen target
SDGs), nilai C (jika suatu indikator mencapai 75 persen target SDGs),
nilai D (jika suatu indikator mencapai 50 persen target SDGs) dan E (jika
suatu indikator diproyeksikan mencapai kurang dari 50 persen target
SDGs).

Berikut adalah hasil analisis untuk setiap Provinsi dari proyeksi tren
baseline 41 indikator SDGs terpilih:

127
4.1.1. Provinsi Aceh

Tabel 4.1.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Aceh
Target Indikator Skor Klas Kategori
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
Mencapai
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A atau
11.6 Rata-rata partikulat (PM10) 4 A hampir
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 4 A mencapai
target
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
SDGs
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
(Tahun)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 3 B
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B Mendekati
perguruan tinggi (%) target
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B SDGs
termasuk ke dalam kategori pekerja
anak (%)
9.1 Kondisi Jalan dengan kualitas baik 3 B
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap luas 3 B
daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
dan sangat pendek (%)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita (kelahiran 2 C Masih
per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) seperem-
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 2 C pat jalan
(%) lagi
10.1 Rasio Gini 2 C menuju
10.1 Rasio Palma 2 C target
10.1 Persentase pengeluaran kelompok 2 C SDGs
penduduk 40 persen terbawah
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 1 D
3.a Penduduk dengan kebiasaan merokok 1 D

128
Target Indikator Skor Klas Kategori
tiap hari di atas usia 15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 1 D
layak (%) Baru
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 1 D setengah
2016) (juta rupiah) jalan
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D menuju
mengakses internet dalam 3 Bulan target
Terakhir (%) SDGs
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 1 D
yang dilindungi (% luas perairan)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 1.000 0 E
kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam parlemen 0 E
(%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 0 E
bekerja, tidak sekolah dan tidak
pelatihan (%) Masih
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 0 E cukup
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat jauh
(%) mencapai
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E target
ledeng (%) SDGs
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
Memilah Sampah (%)
15.1 Persentase Lahan Kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap Luas
wilayah (%)
16 Risiko Penduduk Terkena Tindak 0 E
Pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1.68

129
Dari hasil analisis diketahui bahwa pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan di 2030 di Provinsi Aceh masih cukup menantang. Menurut
metode scorecard, Provinsi Aceh secara umum mendapatkan angka 1.68
yang berarti mendapatkan skor D. Hal ini mengindikasikan Provinsi Aceh
masih relatif tertinggal dalam pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan di mana rata-rata angka skor nasional adalah 1.89 (D).

Tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Aceh adalah Angka Kematian


Balita (di bawah 5 tahun) yang merupakan indikator untuk tujuan ke-3
yakni kesehatan dan kesejahteraan yang baik juga Jumlah Penduduk Usia
Muda yang Tidak Bekerja, Tidak Bersekolah, dan Tidak Mengikuti
Pelatihan (NEET) yang merupakan indikator untuk tujuan ke-8 yakni
Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Angka Kematian
Balita di Provinsi Aceh pada 2030 diproyeksikan meningkat ke angka 63
kasus per 1.000 kelahiran hidup menjauhi target di angka 25. Untuk
indikator ini, Aceh mendapatkan skor E, jauh lebih rendah dari rata-rata
nasional (C). Proporsi penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak
bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan pun diproyeksikan masih
berada di angka 23.37%. Hal ini menyebabkan Aceh mendapatkan skor E
untuk indikator tersebut, lebih rendah dari skor rata-rata nasional yang
mendapat skor D.

Meski demikian, beberapa indikator menunjukkan proyeksi yang positif


dan memberi harapan untuk pencapaian SDGs. Rata-rata Partikulat
(PM10) yang merupakan indikator untuk tujuan ke-11 mengenai Kota
yang Berkelanjutan dan Komunitas, mendapatkan skor A, jauh lebih
tinggi dari rata-rata nasional yang mendapatkan skor D. Begitu juga
dengan tingkat emisi CO2 yang merupakan indikator dari tujuan ke-13
mengenai Tindakan Terhadap Perubahan Iklim, Aceh mendapatkan skor
A, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mendapatkan skor E.

Hasil analisis indikator pendidikan seperti angka melek huruf dan rata-
rata lama sekolah di Aceh cukup menggembirakan. Indikator tersebut
mendapatkan skor masing-masing A dan B, artinya dengan kondisi

130
sekarang saja (BAU) sudah cukup bisa menghantarkan Aceh mencapai
SDGs khusus untuk tujuan pendidikan yang berkualitas.

4.1.2. Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.2.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sumatera Utara
Target Indikator Skor Klas Kategori
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 4 A
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A Mencapai
atau
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 4 A hampir
(%) mencapai
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A target
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A SDGs
2016) (juta rupiah)
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 4 A
kritis) terhadap Luas wilayah (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
(Tahun)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 3 B
Mendekati
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B target
perguruan tinggi (%) SDGs
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk kedalam kategori pekerja
anak (%)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap luas 3 B
daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C Masih
dan sangat pendek (%) seperem-
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita (kelahiran 2 C pat jalan
per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) lagi
6.1 Rumah tangga dengan air minum 2 C menuju
layak (%) target

131
Target Indikator Skor Klas Kategori
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 2 C SDGs
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
10.1 Rasio Gini 2 C
10.1 Rasio Palma 2 C
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 2 C
Penduduk 40 Persen Terbawah
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 2 C
memiliki akte kelahiran (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan merokok 1 D
tiap hari di atas usia 15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D Baru
bekerja, tidak sekolah dan tidak setengah
pelatihan (%) jalan
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D menuju
mengakses internet dalam 3 bulan target
terakhir (%) SDGs
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 1.000 0 E
kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam parlemen 0 E
(%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%) Masih
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E cukup
ledeng (%) jauh
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E mencapai
target
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E SDGs
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 E
yang dilindungi (% luas perairan)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)

132
Target Indikator Skor Klas Kategori
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1.78

Hasil studi menunjukkan Provinsi Sumatera Utara masih menghadapi


banyak tantangan pencapaian SDGs. Secara umum, angka skor yang
didapatkan oleh Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 1.78 yang berarti
Provinsi Sumatera Utara mendapatkan skor D, lebih rendah dari angka
skor rata-rata nasional sebesar 1.89.

Tantangan terbesar untuk Provinsi Sumatera Utara, terletak pada


beberapa indikator yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan
yang baik, di antaranya Angka Kematian Neonatal, dan juga Angka
Kematian Balita (di bawah 5 tahun). Kedua indikator tersebut
mendapatkan skor E, lebih rendah dari skor rata-rata nasional. Angka
Kematian Balita diproyeksikan masih berada di angka 53 kasus per 1000
kelahiran hidup, artinya masih dua kali lebih tinggi dari targetnya di
angka 25 kasus. Demikian juga dengan Angka Kematian Neonatal yang
berada di angka 26 kasus per 1000 kelahiran hidup, masih lebih tinggi
dua kali lipat dari targetnya di angka 12 kasus.

Namun demikian, patut dicatat pencapaian SDGs di Provinsi Sumatera


Utara untuk beberapa indikator diproyeksikan cukup baik. Seperti
indikator persentase penduduk miskin yang berada di atas garis
kemiskinan nasional (tujuan ke-1 mengenai pengentasan kemiskinan)
juga indikator produktivitas tanaman pangan (tujuan ke-2 mengenai
penghapusan kelaparan). Kedua indikator tersebut mendapatkan skor A
yang berarti kedua indikator tersebut sudah mendekati target dari SDGs
di tahun 2030 mendatang.

Sementara itu indikator pendidikan mendapatkan skor yang juga cukup


menggembirakan di angka mutu B. Di mana angka melek huruf
diproyeksikan mencapai 99.42% pada tahun 2030 dan angka rata-rata
lama sekolah mencapai 11 tahun, boleh dikatakan sangat mendekati
target-targetnya.

133
4.1.3. Provinsi Sumatera Barat

Tabel 4.3.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sumatera Barat
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 1.000 4 A
kelahiran hidup)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 4 A
sangat kurus (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 4 A
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A Mencapai
(per 1.000 kelahiran hidup) atau
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A hampir
mencapai
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita (kelahiran 4 A target
per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) SDGs
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
2016) (juta rupiah)
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 4 A
yang dilindungi (% luas perairan)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B
perguruan tinggi (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
Mendekati
termasuk ke dalam kategori pekerja
target
anak (%)
SDGs
9.1 Kondisi Jalan dengan kualitas baik 3 B
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap luas 3 B
daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C Masih
dan sangat pendek (%) seperem-
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C pat jalan
6.1 Rumah tangga dengan air minum 2 C lagi
layak (%) menuju

134
Target Indikator Skor Klas Kategori
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C target
bekerja, tidak sekolah dan tidak SDGs
pelatihan (%)
10.1 Rasio Gini 2 C
10.1 Rasio Palma 2 C
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 2 C
Penduduk 40 Persen Terbawah
3.a Penduduk dengan kebiasaan merokok 1 D
tiap hari di atas usia 15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%)
5.5 Proporsi Perempuan dalam parlemen 1 D Baru
(%) setengah
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 1 D jalan
(%) menuju
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D target
mengakses internet dalam 3 bulan SDGs
terakhir (%)
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E Masih
memilah sampah (%) cukup jauh
13 Emisi CO2 per kapita (t CO2/kapita) 0 E mencapai
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 0 E target
kritis) terhadap Luas wilayah (%) SDGs
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.07

Hasil analisis baseline dan proyeksi SDGs untuk Provinsi Sumatera


Barat, menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi Provinsi ini masih

135
cukup berat. Dengan nilai skor keseluruhan sebesar 2.07, Provinsi
Sumatera Barat mendapatkan skor C di mana berarti secara umum
Provinsi Sumatera Barat masih cukup tertinggal dalam pencapaian SDGs
2030. Namun begitu angka ini masih lebih tinggi dari skor rata-rata
nasional yang berada di angka 1.89.

Tantangan terbesar ada di tujuan ke-15 mengenai kehidupan di darat di


mana indikator persentase lahan kritis mendapatkan skor E, lebih rendah
dari rata-rata nasional di angka 1.5 yang mendapatkan skor D. Persentase
lahan kritis di Sumatera Barat diproyeksikan terus meningkat ke angka
16.16% menjauhi targetnya di angka 7.6%. Begitu pula dengan indikator
kejadian pembunuhan yang diproyeksikan terus meningkat dan
mendapatkan skor E, lebih rendah dari angka rata-rata nasional yang
mendapat skor D.

Meski demikian, beberapa indikator menunjukkan hasil yang positif


dalam mencapai SDGs. Di antaranya indikator angka kematian neonatal
yang merupakan bagian dari tujuan ke-3 kesehatan dan kesejahteraan
yang baik. Angka kematian neonatal diproyeksikan terus menurun lebih
rendah dari target di angka 8 kasus per 1000 kelahiran. Hal ini
menjadikan indikator tersebut mendapat skor A, jauh melebihi angka
rata-rata nasional yang mendapat skor D (1.41). Begitu juga indikator
produktivitas tanaman pangan yang mengukur tujuan penghapusan
kelaparan juga mendapatkan skor A, melebihi rata-rata nasional yang
mendapat skor 2.03 (C).

Indikator pendidikan dan kesehatan secara umum mengalami peningkatan


yang moderat, yaitu mendapatkan skor antara C dan B, yang berarti
indikator tersebut sudah hampir 50% menuju target, seperti indikator
angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah. Meski demikian
beberapa target kesehatan seperti kebiasaan merokok dan kematian akibat
kecelakaan lalu lintas juga mendapatkan skor masing-masing D dan E di
mana hal ini menunjukkan tidak adanya peningkatan atas indikator-
indikator tersebut menuju target tahun 2030 jika hanya mengandalkan
business as usual.

136
4.1.4. Provinsi Riau

Tabel 4.4.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Riau
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 4 A
dan sangat kurus (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A
perguruan tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 4 A
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15- Mencapai
19 tahun) atau
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A hampir
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A mencapai
2016) (juta rupiah) target
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A SDGs
mengakses internet dalam 3 Bulan
Terakhir (%)
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 4 A
yang dilindungi (% luas perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap Luas
wilayah (%)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 4 A
penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
(Tahun)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 3 B Mendekati
layak (%) target
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B SDGs
termasuk ke dalam kategori pekerja
anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 3 B
dan sedang (% dari total panjang

137
Target Indikator Skor Klas Kategori
jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
dan sangat pendek (%)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C Masih
seperempat
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 2 C
jalan lagi
layak (%)
menuju
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C
target
bekerja, tidak sekolah dan tidak
SDGs
pelatihan (%)
10.1 Rasio Gini 2 C
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%)
10.1 Rasio Palma 1 D Baru
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D setengah
Penduduk 40 Persen Terbawah jalan
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D menuju
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat target
(%) SDGs
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E Masih
ledeng (%) cukup jauh
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E mencapai
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E target
Memilah Sampah (%) SDGs
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.3 Jumlah Tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.22

138
Berdasarkan hasil studi, Provinsi Riau secara umum mendapatkan angka
skor C (2.22) untuk proyeksi pencapaian SDGs tahun 2030. Dengan skor
seperti ini, berarti Provinsi Riau masih menghadapi banyak tantangan
untuk mencapai SDGs di tahun 2030. Meskipun begitu, angka ini masih
lebih tinggi dari skor rata-rata nasional di angka 1.89.

Provinsi Riau masih mengalami masalah terutama pada tujuan ke-11


mengenai kota yang berkelanjutan dan komunitas, di mana indikator
persentase rumah tangga dengan jaringan air ledeng juga indikator rata-
rata partikulat (PM10) mendapatkan skor E. Indikator rata-rata partikulat
ini lebih rendah dari rata-rata nasional yang masih mendapat skor D.
Selain itu, tujuan ke-16 mengenai perdamaian, keadilan, dan institusi
yang kuat mendapatkan skor E, seperti pada indikator kejadian
pembunuhan dan indikator jumlah tahanan yang diproyeksikan masih dua
kali lipat lebih jauh dari targetnya. Indikator jumlah tahanan (per 100.000
penduduk) misalnya, ditargetkan berada pada angka 59 per 100.000
penduduk, namun untuk Provinsi Riau angka proyeksi di tahun 2030
adalah sebesar 294 tahanan per 100.000 penduduk.

Adapun indikator kesehatan seperti angka kematian neonatal,


mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang
mendapatkan skor B saja. Angka kematian neonatal ditargetkan sebanyak
12 kasus per 1000 kelahiran hidup, dan Provinsi Riau diproyeksikan
menurunkan angka kematian neonatal ke angka 6 kasus per 1000
kelahiran hidup di tahun 2030. Selain itu, indikator lain seperti indikator
untuk pendidikan yang menggunakan indikator Angka Partisipasi Kasar
(APK) Perguruan Tinggi juga memberikan hasil proyeksi yang
menggembirakan dengan skor A, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang
mendapat skor B.

4.1.5. Provinsi Jambi

Tabel 4.5.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jambi

139
Target Indikator Skor Klas Kategori
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A
Perguruan Tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
Mencapai
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 4 A
atau
(%)
hampir
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
mencapai
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
target
2016) (juta rupiah) SDGs
9.1 Kondisi Jalan dengan kualitas baik 4 A
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 4 A
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
sangat kurus (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 3 B
Mendekati
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
target
(Tahun)
SDGs
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk kedalam kategori pekerja
anak (%)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
dan sangat pendek (%)
Masih
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C
seperempat
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C
jalan lagi
mengakses internet dalam 3 bulan
menuju
terakhir (%)
target
10.1 Rasio Gini 2 C
SDGs
10.1 Rasio Palma 2 C
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%) Baru
setengah
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
jalan
Wanita (%)
menuju
6.1 Rumah tangga dengan air minum 1 D
target
layak (%)
SDGs
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D
bekerja, tidak sekolah dan tidak

140
Target Indikator Skor Klas Kategori
pelatihan (%)
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D
Penduduk 40 Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E
1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15- Masih
19 tahun) cukup jauh
5.5 Proporsi Perempuan dalam parlemen 0 E mencapai
(%) target
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E SDGs
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
ledeng (%)
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 E
yang dilindungi (% luas perairan) Masih
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 0 E cukup jauh
kritis) terhadap Luas wilayah (%) mencapai
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E target
pidana / Crime Rate (Per 100.000 SDGs
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1.88

Provinsi Jambi masih mengalami banyak tantangan yang cukup berat


dalam menghadapi pencapaian SDGs 2030. Dengan angka skor
keseluruhan indikator rata-rata 1.88, menjadikan Provinsi Jambi termasuk
ke dalam Provinsi dengan peningkatan pencapaian SDGs yang stagnan
bernilai skor D. Angka skor untuk Provinsi Jambi pun lebih rendah dari
rata-rata angka skor nasional sebesar 1.89 (D) meski perbedaannya hanya

141
sedikit saja. Hal ini membuat tantangan capaian SDGs 2030 semakin
berat bagi Provinsi Jambi.

Masalah kesehatan seperti angka kematian neonatal (tujuan ke-3


kesehatan dan kesejahteraan yang baik) dan masalah kesetaraan gender
seperti tingkat kesuburan wanita usia muda (tujuan ke-5 kesetaraan
gender) adalah contoh dari beberapa indikator yang mendapat nilai E.
Artinya, indikator tersebut mengalami kemunduran yang bahkan menjauh
dari target-target SDGs. Angka kematian neonatal di Provinsi Jambi
diproyeksikan meningkat dari hanya 16 kasus per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2012 menjadi 21 kasus per 1000 kelahiran hidup di tahun 2030.
Sementara angka tingkat kesuburan wanita usia muda juga mengalami
peningkatan hingga sebanyak 89 kelahiran per 1000 wanita usia muda.

Adapun indikator persentase jumlah penduduk miskin dengan garis


kemiskinan nasional (tujuan ke-1 tidak ada kemiskinan) tergolong ke
dalam indikator yang diproyeksikan akan mencapai target SDGs. Jumlah
penduduk miskin di Provinsi Jambi diproyeksikan menurun ke angka
4.06% di tahun 2030, menurun dari 8.86% di tahun 2015. Indikator ini
pun mendapatkan skor A dalam pencapaian SDGs, lebih tinggi dari rata-
rata nasional yang mendapat skor B. Begitu juga dengan indikator angka
kematian balita (tujuan ke-3 kesehatan dan kesejahteraan yang baik) yang
diproyeksikan mencapai target dan mendapat nilai skor A, lebih tinggi
dari rata-rata skor nasional yang hanya mendapat skor C.

Indikator tingkat pendidikan di Provinsi Jambi menunjukkan progress


yang cukup baik seperti angka partisipasi kasar perguruan tinggi dan
angka melek huruf yang mendapat skor A. Hanya saja indikator rata-rata
lama sekolah mendapat skor C yang artinya baru akan mencapai 25% dari
target SDGs 2030.

142
4.1.6. Provinsi Sumatera Selatan

Tabel 4.6.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sumatera Selatan
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A Mencapai
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 4 A atau
(%) hampir
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A mencapai
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A target
2016) (juta rupiah) SDGs
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 3 B
dan sangat pendek (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
sangat kurus (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 3 B
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B Mendekati
(Tahun) target
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B SDGs
Perguruan Tinggi (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk kedalam kategori pekerja
anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 3 B
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C Masih
6.1 Rumah tangga dengan air minum 2 C seperempat
layak (%) jalan lagi
10.1 Rasio Gini 2 C menuju
target
SDGs
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D

143
Target Indikator Skor Klas Kategori
Wanita (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D
bekerja, tidak sekolah dan tidak
pelatihan (%) Baru
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D setengah
mengakses internet dalam 3 bulan jalan
terakhir (%) menuju
10.1 Rasio Palma 1 D target
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D SDGs
Penduduk 40 Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 1 D
ledeng (%)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E
1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15- Masih
19 tahun) cukup jauh
5.5 Proporsi perempuan dalam parlemen 0 E mencapai
(%) target
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E SDGs
kriteria jam kerja <35 (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 E
yang dilindungi (% luas perairan) Masih
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 0 E cukup jauh
kritis) terhadap Luas wilayah (%) mencapai
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E target
pidana / Crime Rate (Per 100.000 SDGs
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1.73

144
Hasil analisis studi baseline menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera
Selatan masih menghadapi tantangan yang cukup berat dalam mencapai
SDGs di tahun 2030. Dengan menggunakan metode scorecard, Provinsi
Sumatera Selatan secara keseluruhan mendapat angka 1.73 yang berarti
memiliki nilai D. Hal ini berarti secara umum Provinsi Sumatera Selatan
tidak memiliki progress yang baik atau meningkat dalam pencapaian
SDGs atau hanya 20-25% mencapai target SDGs. Angka skor Provinsi
Sumatera Selatan ini bahkan lebih rendah dari skor rata-rata nasional
Indonesia yang berada di angka 1.89 (D).

Dari banyak indikator yang memiliki progress kemunduran, di antaranya


adalah indikator angka kematian neonatal (tujuan ke-3 kesehatan dan
kesejahteraan yang baik) dan indikator kesetaraan gender seperti tingkat
kesuburan wanita usia muda (tujuan ke-5 kesetaraan gender). Angka
kematian neonatal yang semula berada di angka 20 kasus per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2012 diproyeksikan meningkat ke angka 25
kasus per 1000 kelahiran pada tahun 2030, menjauhi target SDGs dalam
menurunkan tingkat kematian neonatal. Sementara itu indikator tingkat
kesuburan wanita usia muda di Sumatera Selatan meningkat dari 66
kelahiran per 1000 wanita usia muda di tahun 2012 diproyeksikan juga
meningkat ke angka 87 kelahiran pada tahun 2030. Kedua indikator
tersebut memiliki nilai E di mana keduanya bernilai lebih rendah dari
angka rata-rata nasional.

Sementara itu, ada beberapa indikator yang memiliki progress sangat baik
di mana indikator-indikator tersebut diproyeksikan akan mencapai atau
hampir mencapai target SDGs di tahun 2030. Antara lain indikator angka
kematian balita (tujuan ke-3 kesehatan dan kesejahteraan yang baik) di
mana angka ini diproyeksikan akan mencapai targetnya di angka 23 kasus
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030, lebih rendah dari targetnya
sebanyak 25 kasus. Nilai untuk indikator inipun lebih tinggi dari nilai
indikator rata-rata nasional angka kematian balita yang bernilai C. Selain
itu, indikator jumlah rumah tangga dengan sanitasi yang layak (tujuan ke-
6 air bersih dan sanitasi) juga diproyeksikan mencapai targetnya di angka

145
100% pada tahun 2030. Nilai untuk indikator inipun lebih tinggi dari rata-
rata nasional yang hanya bernilai 2.97 (hampir B).

Indikator lain terkait pendidikan di Provinsi Sumatera Selatan juga


mendapatkan nilai yang cukup baik seperti angka rata-rata lama sekolah
dan angka partisipasi kasar perguruan tinggi yang bernilai B di mana
artinya indikator tersebut memiliki progress yang meningkat menuju
SDGs, meski tidak mencapai targetnya jika dengan hanya mengandalkan
kebijakan yang ada sekarang ini (business as usual). Peningkatan fokus
kebijakan di sektor pendidikan diperlukan agar bisa mencapai SDGs
2030.

4.1.7. Provinsi Bengkulu

Tabel 4.7.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Bengkulu
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian dibawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
Mencapai
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
atau
7.1 Rasio ektrifikasi (%) 4 A
hampir
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
mencapai
2016) (juta rupiah)
target
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A SDGs
mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
(Tahun)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 3 B
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B Mendekati
Perguruan Tinggi (%) target
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B SDGs
termasuk kedalam kategori pekerja
anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 3 B
dan sedang (% dari total panjang

146
Target Indikator Skor Klas Kategori
jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 2 C
kemiskinan $1.90 per hari (%)
Masih
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
seperem-
dan sangat pendek (%)
pat jalan
2.2 Balita dengan berat badan kurus 2 C
lagi
dan sangat kurus (%)
menuju
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 2 C
target
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15-
SDGs
19 tahun)
10.1 Rasio Gini 2 C
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 1 D
layak (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D Baru
bekerja, tidak sekolah dan tidak setengah
pelatihan (%) jalan
10.1 Rasio Palma 1 D menuju
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D target
Penduduk 40 Persen Terbawah SDGs
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 1 D
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 1 D
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 1 D
yang dilindungi (% luas perairan)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E Masih
parlemen (%) cukup jauh
6.1 Rumah tangga dengan air minum 0 E mencapai
layak (%) target
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E SDGs
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
ledeng (%)

147
Target Indikator Skor Klas Kategori
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
Memilah Sampah (%)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap Luas
wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1.73

Dengan angka skor sebesar 1.73, Provinsi Bengkulu mendapatkan nilai C


untuk kemajuan pencapaian SDGs. Angka ini bahkan lebih rendah dari
angka rata-rata nasional sebesar 1.89 meski masih sama-sama bernilai C.
Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Bengkulu masih menghadapi
banyak tantangan dalam mencapai SDGs di tahun 2030 jika hanya masih
mengandalkan kebijakan dan program yang sudah dilakukan (business as
usual).

Di antara banyak indikator dengan hasil kemajuan pencapaian SDGs


yang mundur atau negatif, indikator rumah tangga dengan air minum
layak (tujuan ke-6 air bersih dan sanitasi) adalah salah satunya. Pada
tahun 2030, diproyeksikan hanya sekitar 41% saja rumah tangga yang
memiliki akses ke air minum yang layak, sementara pada tahun 2014
berada di angka 37%. Padahal target SDGs menyebutkan bahwa air
minum yang layak harus dapat dijangkau seluruh kalangan masyarakat
(100%) sehingga indikator rumah tangga dengan air minum layak ini
mendapat nilai E, jauh lebih rendah dari angka rata-rata nasional untuk
indikator tersebut yang bernilai C. Selain itu indikator persentase lahan
kritis (tujuan ke-15 mengenai kehidupan di darat) diproyeksikan belum
akan mencapai targetnya meski sudah lebih rendah dari data terakhir di
tahun 2012 sebesar 32.23%. Indikator persentase lahan kritis ini
mendapat nilai E untuk Provinsi Bengkulu, lebih rendah dari nilai rata-
rata nasional yang memiliki nilai D.

148
Namun begitu, meski hasil proyeksi dinilai masih menantang, Provinsi
Bengkulu masih dinilai cukup baik untuk beberapa indikator seperti
angka kematian neonatal (tujuan ke-3 kesehatan dan kesejahteraan yang
baik) yang diproyeksikan melebihi target di tahun 2030 yakni sebesar 11
kasus per 1000 kelahiran hidup. Indikator ini pun mendapat nilai A, lebih
tinggi dari nilai rata-rata nasional yang bernilai C. Begitu juga seperti
indikator persentase rumah tangga dengan akses internet selama 3 bulan
terakhir (tujuan ke-9, industri, inovasi, dan infrastruktur) di mana pada
tahun 2030 untuk Provinsi Bengkulu diproyeksikan akan mencapai target
sebesar 100%. Indikator inipun mendapat nilai A, lebih tinggi dari rata-
rata nasional yang bernilai C.

Untuk indikator yang berkaitan dengan masalah pendidikan, Provinsi


Bengkulu mendapatkan nilai rata-rata B, yang artinya meski
diproyeksikan belum mencapai target di tahun 2030, namun tren dari
indikator-indikator tersebut sudah positif. Seperti indikator rata-rata lama
sekolah dan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi yang
mendapatkan nilai B.

4.1.8. Provinsi Lampung

Tabel 4.8.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Lampung
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A
Perguruan Tinggi (%) Mencapai
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A atau
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A hampir
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A mencapai
2016) (juta rupiah) target
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 4 A SDGs
penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B Mendekati
kemiskinan $1.90 per hari (%) target
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B SDGs

149
Target Indikator Skor Klas Kategori
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
(Tahun)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk kedalam kategori pekerja
anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 3 B
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 3 B
luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
dan sangat pendek (%) Masih
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 2 C seperempat
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C jalan lagi
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 2 C menuju
(%) target
10.1 Rasio Gini 2 C SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 2 C
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 1 D
1.000 kelahiran hidup)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
Baru
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
setengah
Wanita (%)
jalan
6.1 Rumah tangga dengan air minum 1 D
menuju
layak (%)
target
10.1 Rasio Palma 1 D
SDGs
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D
Penduduk 40 Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E Masih
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15- cukup jauh
19 tahun) mencapai
5.5 Proporsi perempuan dalam parlemen 0 E target
(%) SDGs
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)

150
Target Indikator Skor Klas Kategori
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 0 E
bekerja, tidak sekolah dan tidak
pelatihan (%)
9.c Rumah tangga yang pernah 0 E
mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
ledeng (%)
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (t CO2/kapita) 0 E
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 E
yang dilindungi (% luas perairan)
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 0 E
kritis) terhadap Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1.73

Hampir mirip dengan Provinsi-Provinsi sebelumnya, secara umum


Provinsi Lampung memiliki tantangan yang masih cukup berat dalam
mencapai SDGs di tahun 2030. Pasalnya hasil studi menunjukkan
Provinsi Lampung memiliki skor sebesar 1.73 dan karena itu mendapat
nilai D (menuju C). Angka ini masih lebih rendah dari angka rata-rata
nasional sebesar 1.89. Hal ini menjadikan Provinsi Lampung tidak bisa
mengandalkan business as usual jika ingin mengakselerasi capaian SDGs
2030.

Dari banyak indikator dengan performa buruk, indikator penduduk usia


muda yang tidak bekerja, bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan
(tujuan ke-8, pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi)
mendapatkan nilai E, lebih rendah dari nilai rata-rata nasional sebesar D.
Pada tahun 2015, persentase penduduk usia muda yang tidak bekerja,
bersekolah, dan mengikuti pelatihan masih sebesar 23% dan
diproyeksikan menurun ke angka 19% di tahun 2030. Namun angka ini
masih sangat jauh dari targetnya sebesar 11% sehingga membuat

151
indikator tersebut mendapat nilai E. Sementara itu indikator lain seperti
jumlah rumah tangga yang dapat mengakses internet (tujuan ke-9,
industri, inovasi, dan infrastruktur) juga mendapat nilai E, lebih rendah
dari rata-rata nasional yang bernilai C.

Adapun indikator dengan performa yang baik di antaranya adalah


indikator kesehatan yakni angka kematian di bawah 5 tahun yang
mendapat nilai A, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang bernilai C.
Angka kematian di bawah 5 tahun di Provinsi Lampung diproyeksikan
jauh melampaui targetnya di angka 15 kasus per 1000 kelahiran hidup di
mana targetnya adalah sebesar 25 kasus. Selain indikator tersebut, bagian
dari tujuan ke-16 tentang perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat
yakni indikator kejadian pembunuhan di Provinsi Lampung mendapatkan
nilai A, jauh lebih tinggi dari nilai rata-rata nasional yang bernilai D.

Indikator pendidikan di Provinsi Lampung mendapatkan nilai A


seperti APK perguruan tinggi dan angka melek huruf untuk usia
15-24 tahun. Namun indikator rata-rata lama sekolah mendapat
nilai C. Indikator pendidikan secara umum diproyeksikan berjalan
menuju targetnya.

4.1.9. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tabel 4.9.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 4 A
dan sangat pendek (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup) Mencapai
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A atau

152
Target Indikator Skor Klas Kategori
Perguruan Tinggi (%) hampir
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A mencapai
6.1 Rumah tangga dengan air minum 4 A target
layak (%) SDGs
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 4 A
(%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
2016) (juta rupiah)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A
termasuk kedalam kategori pekerja
anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 4 A
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
10.1 Rasio Gini 4 A
10.1 Rasio Palma 4 A
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 4 A
kritis) terhadap Luas wilayah (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
sangat kurus (%)
Mendekati
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
target
(Tahun)
SDGs
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C Masih
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 2 C seperempat
Penduduk 40 Persen Terbawah jalan lagi
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 2 C menuju
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat target
(%) SDGs
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
Baru
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
setengah
Wanita (%)
jalan
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D
menuju
mengakses internet dalam 3 bulan
target
terakhir (%)
SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 1 D
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 0 E
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)

153
Target Indikator Skor Klas Kategori
5.3 Tingkat kesuburan wanita (kelahiran 0 E
per 1.000 wanita usia 15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam parlemen 0 E Masih
(%) cukup jauh
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E mencapai
kriteria jam kerja <35 (%) target
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 0 E SDGs
bekerja, tidak sekolah dan tidak
pelatihan (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
ledeng (%)
12.5 Rumah Tangga dengan perilaku 0 E
Memilah Sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 0
yang dilindungi (% luas perairan)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.2

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum mendapatkan skor 2.2


dan dengan demikian mendapatkan nilai C dalam pencapaian SDGS
2030. Meski artinya masih cukup banyak tantangan yang dihadapi
Provinsi Kep. Bangka Belitung, angka ini masih jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan angka skor rata-rata nasional sebesar 1.89 (C).

Tantangan paling besar di antaranya adalah indikator produktivitas


tanaman pangan (tujuan ke-2 tidak ada kelaparan) dan indikator
persentase jumlah kematian akibat kecelakaan (tujuan ke-3, kesehatan
dan kesejahteraan yang baik). Produktivitas tanaman pangan di Kep.
Bangka Belitung pada tahun 2030 diproyeksikan masih sangat jauh dari
target, bahkan memiliki tren yang menurun selama kurun waktu tersebut.
Indikator inipun mendapatkan nilai E, lebih rendah dari nilai rata-rata
nasional yang bernilai C. Selain itu, indikator jumlah kematian akibat
kecelakaan juga mendapatkan nilai E, lebih rendah dari rata-rata nasional.

154
Dari banyak indikator yang memiliki progress kemajuan, di antaranya
adalah indikator angka kematian neonatal (tujuan ke-3 kesehatan dan
kesejahteraan yang baik) dan indikator balita dengan tinggi badan pendek
dan sangat pendek (tujuan ke-2 tidak ada kelaparan). Angka kematian
neonatal yang semula berada di angka 20 kasus per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2012 diproyeksikan menurun ke angka 10 kasus per 1000
kelahiran pada tahun 2030, melampaui target SDGs dalam menurunkan
tingkat kematian neonatal. Sementara itu indikator balita dengan tinggi
badan pendek dan sangat pendek di Kep. Bangka Belitung hampir
mendekati targetnya di angka 18% pada tahun 2030. Kedua indikator
tersebut memiliki nilai A di mana keduanya bernilai tinggi dari angka
rata-rata nasional.

Indikator pendidikan di Kep. Bangka Belitung secara umum memiliki


progress yang baik bernilai rata-rata A atau B. Artinya, secara
keseluruhan dengan asumsi business as usual, indikator pendidikan sudah
memiliki tren yang positif dan mengarah menuju SDGs meski belum
semua indikator mendapat skor A.

4.1.10. Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 4.10.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kepulauan Riau
Target Indikator Skor Klas Kategori
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A Mencapai
kemiskinan nasional (%) atau
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A hampir
(per 1.000 kelahiran hidup) mencapai
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 4 A target
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A SDGs
Perguruan Tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 4 A
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15-
19 tahun)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 4 A
layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 4 A
(%)

155
Target Indikator Skor Klas Kategori
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
2016) (juta rupiah)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 4 A
bekerja, tidak sekolah dan tidak Mencapai
pelatihan (%) atau
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A hampir
termasuk kedalam kategori pekerja mencapai
anak (%) target
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 4 A SDGs
dan sedang (% dari total panjang
jalan)
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A
mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir (%)
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 4 A
yang dilindungi (% luas perairan)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 3 B
1.000 kelahiran hidup)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 3 B
Mendekati
sangat kurus (%)
target
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
SDGs
(Tahun)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 3 B
ledeng (%)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 3 B
luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
dan sangat pendek (%) Masih
seperempat
10.1 Rasio Gini 2 C
jalan lagi
10.1 Rasio Palma 2 C
menuju
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 2 C
target
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat SDGs
(%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 1 D
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 1 D
Baru
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
setengah
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
jalan
merokok tiap hari di atas usia 15
menuju
tahun (%)
target
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
SDGs
Wanita (%)
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D

156
Target Indikator Skor Klas Kategori
Penduduk 40 Persen Terbawah
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 1 D
luas wilayah)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 1 D
penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
Masih
Memilah Sampah (%)
cukup jauh
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
mencapai
15.1 Persentase lahan kritis 0 E target
(kritis+sangat kritis) terhadap Luas SDGs
wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.37

Pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di 2030 di Provinsi Kep.


Riau dapat dikatakan masih cukup menantang. Menurut metode
scorecard, Provinsi Kep. Riau secara umum mendapatkan angka 2.37
yang berarti mendapatkan skor C. Namun demikian, Kep. Riau
terindikasi masih relatif lebih baik dalam pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan di mana rata-rata angka skor nasional adalah
1.89 (D).

Tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Kep. Riau adalah isu kota
yang berkelanjutan dan komunitas yang tercermin dalam indikator rata-
rata partikulat (PM10) (tujuan ke-11, kota yang berkelanjutan dan
komunitas) serta persentase lahan kritis yang merupakan indikator untuk
tujuan ke-15 yakni kehidupan di darat. Rata-rata partikulat PM10 di Kep.
Riau pada tahun 2030 diproyeksikan meningkat yang mengindikasikan
kualitas udara yang lebih buruk selama kurun waktu tersebut. Untuk
indikator ini sendiri, Kep. Riau mendapatkan skor E, lebih rendah dari
rata-rata nasional (D). Persentase lahan kritis pun diproyeksikan semakin

157
meningkat ke angka 42% menjauhi targetnya di angka 20%. Hal ini
menjadikan Kep. Riau mendapatkan skor E untuk indikator tersebut,
lebih rendah dari skor rata-rata nasional yang mendapat skor D.

Meski demikian, beberapa indikator menunjukkan proyeksi yang positif


dan memberi harapan untuk pencapaian SDGs di Kep. Riau. Angka
kematian di bawah 5 tahun yang merupakan indikator untuk tujuan ke-3
mengenai kesehatan dan kesejahteraan yang baik mendapatkan skor A,
jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mendapatkan skor D. Angka
kematian balita tersebut diproyeksikan akan melampaui target SDGs
2030 dan mencapai 23 kasus per 1000 kelahiran hidup. Begitu juga
dengan angka rata-rata lama sekolah yang merupakan bagian dari tujuan
ke-4 mengenai pendidikan berkualitas, Kep. Riau mendapatkan skor A,
lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mendapatkan skor C (2.53).

4.1.11. Provinsi DKI Jakarta

Tabel 4.11.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi DKI Jakarta
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A Mencapai
1.000 kelahiran hidup) atau
2.2 Balita dengan berat badan kurus dan 4 A hampir
sangat kurus (%) mencapai
2.3 Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 4 A target
3.2 Angka Kematian dibawah 5 tahun 4 A SDGs
(per 1.000 kelahiran hidup)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 4 A
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 4 A
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15-
19 tahun)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 4 A
layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi layak 4 A
(%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
2016) (juta rupiah)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A
termasuk kedalam kategori pekerja

158
Target Indikator Skor Klas Kategori
anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 4 A
dan sedang (% dari total panjang Mencapai
jalan) atau
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A hampir
mengakses internet dalam 3 bulan mencapai
terakhir (%) target
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 4 A SDGs
yang dilindungi (% luas perairan)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
Mendekati
kemiskinan nasional (%)
target
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
SDGs
(Tahun)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
Masih
dan sangat pendek (%)
seperempat
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 2 C
jalan lagi
perguruan tinggi (%)
menuju
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C
target
bekerja, tidak sekolah dan tidak
SDGs
pelatihan (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%)
Baru
5.5 Proporsi perempuan dalam parlemen 1 D
setengah
(%)
jalan
10.1 Rasio Gini 1 D
menuju
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D
target
Penduduk 40 Persen Terbawah
SDGs
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E Masih
lalu lintas (per 100.000 penduduk) cukup jauh
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E mencapai
kriteria jam kerja <35 (%) target
10.1 Rasio Palma 0 E SDGs
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E

159
Target Indikator Skor Klas Kategori
ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
15.1 Persentase lahan kritis (kritis+sangat 0 E Masih
kritis) terhadap Luas wilayah (%) cukup jauh
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E mencapai
pidana / Crime Rate (Per 100.000 target
Penduduk) SDGs
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.17

Hasil studi menunjukkan DKI Jakarta mendapatkan skor C dengan angka


rata-rata 2.17. Angka tersebut menunjukkan bahwa pencapaian SDGs
bagi DKI Jakarta masih cukup menantang. Meskipun begitu angka
tersebut masih relatif lebih baik dari skor rata-rata nasional yang hanya
mencapai 1.89 (D).

Tantangan terbesar yang dihadapi DKI Jakarta adalah isu kota yang
berkelanjutan dan komunitas yang tercermin dalam indikator rata-rata
partikulat (PM10) yang merupakan indikator untuk tujuan ke-11
mengenai kota yang berkelanjutan dan komunitas, serta isu kehidupan di
darat yang tercermin dalam indikator persentase lahan kritis. Rata-rata
partikulat PM10 di DKI Jakarta pada tahun 2030 diproyeksikan
meningkat menjauhi targetnya yang mengindikasikan kualitas udara yang
lebih buruk selama kurun waktu tersebut. Untuk indikator ini sendiri,
DKI Jakarta mendapatkan skor E, lebih rendah dari rata-rata nasional (D).
Persentase lahan kritis pun diproyeksikan semakin meningkat ke angka
42% pada tahun 2030 menjauhi targetnya di angka 20%. Hal ini
menjadikan DKI Jakarta mendapatkan skor E untuk indikator tersebut,
lebih rendah dari skor rata-rata nasional yang mendapat skor D.

160
Meski demikian, beberapa indikator menunjukkan proyeksi yang positif
dan memberi harapan untuk pencapaian SDGs di DKI Jakarta. Angka
kematian di bawah 5 tahun yang merupakan indikator untuk tujuan ke-3
mengenai kesehatan dan kesejahteraan yang baik mendapatkan skor A,
jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mendapatkan skor D. Angka
kematian balita tersebut diproyeksikan akan melampaui target SDGs
2030 dan mencapai hanya 18 kasus per 1000 kelahiran hidup, jauh lebih
rendah dari targetnya di angka 25 kasus. Begitu juga dengan angka rata-
rata lama sekolah yang merupakan indikator dari tujuan ke-4 mengenai
pendidikan berkualitas, indikator tersebut mendapatkan skor A, lebih
tinggi dari rata-rata nasional yang mendapatkan skor C (2.53). Pada tahun
2030, diproyeksikan DKI Jakarta akan memiliki angka rata-rata lama
sekolah sebesar 12 tahun, sesuai dengan targetnya.

4.1.12. Provinsi Jawa Barat

Tabel 4.12.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Barat
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 4 A
(t/ha)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 tahun 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 (%) 4 A
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
2016) (juta rupiah)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A Mencapai
termasuk kedalam kategori pekerja atau
anak (%) hampir
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas baik 4 A mencapai
dan sedang (% dari total panjang target
jalan) SDGs
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 4 A
yang dilindungi (% luas perairan)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang sudah 4 A
memiliki akte kelahiran (%)

161
Target Indikator Skor Klas Kategori
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 3 B
dan sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B
perguruan tinggi (%) Mendekati
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 3 B target
(kelahiran per 1.000 wanita usia 15- SDGs
19 tahun)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 3 B
layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 3 B
layak (%)
15.1 Area konservasi yang dilindungi (% 3 B
luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 3 B
luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan pendek 2 C
dan sangat pendek (%)
Masih
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C
seperempa
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C
t jalan lagi
bekerja, tidak sekolah dan tidak
menuju
pelatihan (%)
target
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C SDGs
mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1 D
Wanita (%) Baru
setengah
10.1 Rasio Gini 1 D
jalan
10.1 Persentase Pengeluaran Kelompok 1 D
menuju
Penduduk 40 Persen Terbawah
target
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D SDGs
spesifikasi Rumah Sederhana Sehat
(%)
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 1 D
memilah sampah (%)
3.6 Jumlah kematian akibat kecelakaan 0 E
lalu lintas (per 100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)

162
Target Indikator Skor Klas Kategori
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%) Masih
10.1 Rasio Palma 0 E cukup jauh
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E mencapai
ledeng (%) target
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E SDGs
13 Emisi CO2 per kapita (tCO2/kapita) 0 E
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap Luas
wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.05

Provinsi Jawa Barat masih menghadapi tantangan yang cukup berat untuk
pencapaian SDGs 2030. Dengan menggunakan metode scorecard,
Provinsi Jawa Barat mendapatkan skor sebesar 2.05 yang artinya
mendapatkan nilai C untuk skor kemajuan pencapaian SDGs. Angka ini
masih tergolong cukup rendah namun masih lebih tinggi dari angka rata-
rata nasional sebesar 1.89. Pencapaian SDGs di tahun 2030 akan masih
tertinggal jika hanya masih mengandalkan kebijakan dan program yang
sudah dilakukan (business as usual).

Tantangan terbesar yang dihadapi Jawa Barat salah satunya adalah isu
ketimpangan ekonomi. Rasio Palma yang mengukur rasio ketimpangan
pendapatan di Jawa Barat diproyeksikan berada di angka 1.99, bergerak
meningkat menjauhi targetnya di mana berarti pada tahun 2030,
ketimpangan di Jawa Barat semakin memburuk. Untuk indikator rasio
Palma sendiri, Jawa Barat mendapatkan skor E, lebih rendah dari rata-
rata nasional yang mendapat skor D. Isu kota yang berkelanjutan dan
komunitas (tujuan ke-11) juga merupakan isu yang masih menantang
dalam pencapaian SDGs 2030. Rata-rata partikulat (PM10) yang
mengukur kualitas udara di Jawa Barat diproyeksikan semakin
memburuk, jauh dari targetnya sehingga untuk indikator ini, Provinsi

163
Jawa Barat mendapatkan skor E, lebih rendah dari rata-rata nasional yang
mendapat skor D.

Sementara itu, beberapa indikator menunjukkan progress yang positif di


mana indikator-indikator SDGs ini mendapatkan skor A. Seperti indikator
angka kematian neonatal yang merupakan bagian dari isu kesehatan
(tujuan ke-3, kesehatan dan kesejahteraan yang baik) yang diproyeksikan
akan jauh melampaui targetnya untuk Jawa Barat. Pada tahun 2030 angka
kematian neonatal ada di 8 kasus per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih
rendah dari targetnya. Selain itu, isu kelaparan di tujuan ke-2 mengenai
tidak ada kelaparan yang tercermin pada indikator produktivitas tanaman
pangan juga mendapatkan skor A, lebih tinggi dari skor rata-rata nasional
untuk indikator yang sama.

Sementara indikator-indikator untuk masalah pendidikan yang berkualitas


seperti angka melek huruf dan angka partisipasi kasar perguruan tinggi
diproyeksikan memiliki progress yang baik dan positif dan sangat
mungkin mencapai targetnya di tahun 2030. Hanya indikator rata-rata
lama sekolah yang memiliki progress yang tidak cukup tinggi dengan
mendapatkan skor C untuk pencapaian SDGs 2030. Namun skor inipun
masih menunjukkan tren yang positif dari indikator tersebut.

4.1.13. Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4.13.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Tengah
Target Indikator Skor Klas Kategori
2.3 Produktivitas tanaman pangan 4 A
(t/ha)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 4 A
(Tahun) Mencapai
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A atau
(%) hampir
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 4 A mencapai
(kelahiran per 1.000 wanita usia target
15-19 tahun) SDGs
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A

164
Target Indikator Skor Klas Kategori
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
2016) (juta rupiah)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A Mencapai
termasuk kedalam kategori atau
pekerja anak (%) hampir
15.1 Persentase lahan kritis 4 A mencapai
(kritis+sangat kritis) terhadap target
Luas wilayah (%) SDGs
16.1 Kejadian pembunuhan (per 4 A
100.000 penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 3 B
dan sangat kurus (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 3 B
tahun (per 1.000 kelahiran hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B
perguruan tinggi (%)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 3 B
Mendekati
layak (%)
target
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B SDGs
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 3 B
yang dilindungi (% luas perairan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 3 B
luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 2 C Masih
merokok tiap hari di atas usia 15 seperempa
tahun (%) t jalan lagi
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C menuju
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C target
mengakses internet dalam 3 bulan SDGs
terakhir (%)
10.1 Rasio Gini 2 C
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D Baru
Kerja Wanita (%) setengah
10.1 Rasio Palma 1 D jalan

165
Target Indikator Skor Klas Kategori
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D menuju
Kelompok Penduduk 40 Persen target
Terbawah SDGs
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana
Sehat (%)
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 1 D
memilah sampah (%)

3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E


1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
Masih
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 0 E
cukup jauh
bekerja, tidak sekolah dan tidak
mencapai
pelatihan (%)
target
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
SDGs
ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.2

Provinsi Jawa Tengah secara umum mendapatkan skor 2.2 dan dengan
demikian mendapatkan nilai C dalam progress pencapaian SDGS 2030.
Meski artinya masih cukup banyak tantangan yang dihadapi Provinsi
Jawa Tengah, skor tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan
angka skor rata-rata nasional yang hanya sebesar 1.89 (C).

Tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Jawa Tengah adalah isu


kesehatan dan isu pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi.
Angka kematian neonatal yang merupakan indikator untuk tujuan ke-3

166
yakni kesehatan dan kesejahteraan yang baik mendapatkan skor E, lebih
rendah dari skor rata-rata nasional yang bernilai D. Pada tahun 2030
diproyeksikan angka kematian neonatal malah meningkat ke angka 19
kasus per 1.000 kelahiran hidup di Jawa Tengah, menjauhi targetnya di
angka 12 kasus. Kemudian indikator Jumlah Penduduk Usia Muda yang
Tidak Bekerja, Tidak Bersekolah, dan Tidak Mengikuti Pelatihan
(NEET) yang merupakan indikator untuk tujuan ke-8 yakni Pekerjaan
yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, juga mendapatkan skor E dalam
capaian SDGs 2030, lebih rendah dari skor rata-rata nasional yang
bernilai D. Proporsi penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak
bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan pun diproyeksikan masih
berada di angka 18.11% di tahun 2030.

Meski demikian, beberapa indikator menunjukkan proyeksi yang positif


dan memberi harapan untuk pencapaian SDGs di Jawa Tengah. Indikator
angka harapan hidup saat lahir (tujuan ke-3 mengenai kesehatan dan
kesejahteraan yang baik) mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-rata
nasional yang mendapatkan skor C di mana pada tahun 2030
diproyeksikan angka harapan hidup saat lahir menyamai targetnya yakni
78 tahun. Begitu juga dengan indikator produktivitas tanaman pangan
yang merupakan indikator dari tujuan ke-2 mengenai tidak ada kelaparan,
Provinsi Jawa Tengah mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-rata
nasional yang mendapatkan skor C.

Indikator pendidikan seperti angka melek huruf dan angka partisipasi


kasar perguruan tinggi di Jawa Tengah cukup menggembirakan.
Indikator tersebut mendapatkan skor masing-masing A dan B di mana
berarti dengan kondisi sekarang saja (business as usual) sudah cukup bisa
menghantarkan Jawa Tengah mencapai SDGs khusus untuk tujuan
mengenai pendidikan yang berkualitas.

167
4.1.14. Provinsi DI Yogyakarta

Tabel 4.14.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs
Target Indikator Skor Klas Kategori
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 4 A
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 4 A
layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A Mencapai
atau
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
hampir
2016) (juta rupiah)
mencapai
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A
target
termasuk kedalam kategori
SDGs
pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A
mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir (%) Mencapai
15.1 Persentase lahan kritis 4 A atau
(kritis+sangat kritis) terhadap hampir
Luas wilayah (%) mencapai
16.1 Kejadian pembunuhan (per 4 A target
100.000 penduduk) SDGs
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 4 A
penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 3 B
Mendekati
pendek dan sangat pendek (%)
target
2.2 Balita dengan berat badan kurus 3 B
SDGs
dan sangat kurus (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 3 B
(t/ha)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
(Tahun)

168
Target Indikator Skor Klas Kategori
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 3 B
luas daratan (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 2 C
tahun (per 1.000 kelahiran hidup)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 2 C
(kelahiran per 1.000 wanita usia
Masih
15-19 tahun)
seperempa
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 2 C
t jalan lagi
Kerja Wanita (%)
menuju
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C
target
bekerja, tidak sekolah dan tidak
SDGs
pelatihan (%)
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 2 C
spesifikasi Rumah Sederhana
Sehat (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 1 D
perguruan tinggi (%) Baru
setengah
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
jalan
parlemen (%)
menuju
10.1 Rasio Gini 1 D
target
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D SDGs
Kelompok Penduduk 40 Persen
Terbawah
12.5 Rumah Tangga dengan perilaku 1 D
Memilah Sampah (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E
1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%) Masih
10.1 Rasio Palma 0 E cukup jauh
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E mencapai
ledeng (%) target
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E SDGs
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 E
yang dilindungi (% luas perairan)

169
Target Indikator Skor Klas Kategori
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
Rata-rata 2.3

Pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di 2030 di Provinsi D.I.


Yogyakarta masih cukup menantang meski masih lebih baik dari skor
rata-rata nasional. Menurut metode scorecard, Provinsi D.I. Yogyakarta
secara umum mendapatkan angka 2.3 yang berarti mendapatkan skor C.
Provinsi D.I. Yogyakarta terindikasi masih relatif lebih baik dalam
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di mana rata-rata angka
skor nasional adalah 1.89 (D).

Tantangan terbesar terletak pada beberapa indikator kesehatan dan


ketimpangan ekonomi. Seperti angka kematian neonatal yang merupakan
indikator untuk tujuan ke-3 mengenai kesehatan dan kesejahteraan yang
baik. Indikator tersebut mendapatkan skor E, lebih rendah dari skor rata-
rata nasional. Angka Kematian Neonatal diproyeksikan masih berada di
angka 19 kasus per 1.000 kelahiran hidup, masih lebih tinggi dari
targetnya di angka 12 kasus. Demikian juga dengan indikator rasio Palma
(tujuan ke-10, mengurangi kesenjangan) yang mendapatkan skor E untuk
Provinsi D.I. Yogyakarta. Rasio Palma di D.I. Yogyakarta mengalami
tren yang meningkat yang berarti menunjukkan tingkat kesenjangan yang
semakin tinggi di angka 2.02, lebih tinggi dari angka targetnya sebesar
1.19.

Namun begitu, patut dicatat pencapaian SDGs di Provinsi D.I.


Yogyakarta untuk beberapa indikator diproyeksikan cukup baik terutama
masalah pendidikan (tujuan ke-4) dan air bersih dan sanitasi (tujuan ke-
6). Seperti indikator rata-rata lama sekolah, di mana di D.I. Yogyakarta
diproyeksikan akan mencapai targetnya sebesar 12 tahun. Untuk indikator
ini sendiri, D.I. Yogyakarta mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-
rata skor nasional. Selain itu, indikator jumlah rumah tangga dengan air
minum layak juga mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-rata
nasional di mana pada tahun 2030 jumlah rumah tangga dengan air

170
minum layak di Provinsi D.I. Yogyakarta akan mencapai 100%, sesuai
dengan targetnya.

4.1.15. Provinsi Jawa Timur

Tabel 4.15.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Timur
Target Indikator Skor Klas Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 4 A
(t/ha)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran hidup)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.1 Rumah tangga dengan air minum 4 A
layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
Mencapai
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
atau
8.1 PDRB per kapita (Harga Konstan 4 A
hampir
2016) (juta rupiah)
mencapai
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A target
termasuk kedalam kategori SDGs
pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
16 Risiko penduduk terkena tindak 4 A
pidana / Crime Rate (Per 100.000
Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 4 A
100.000 penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%) Mendekati
2.2 Balita dengan berat badan kurus 3 B target
dan sangat kurus (%) SDGs
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B

171
Target Indikator Skor Klas Kategori
Perguruan Tinggi (%)
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%) Masih
seperempa
4.1 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2 C
t jalan lagi
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C
menuju
mengakses internet dalam 3 bulan
target
terakhir (%)
SDGs
10.1 Rasio Gini 2 C
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D
bekerja, tidak sekolah dan tidak
pelatihan (%) Baru
10.1 Rasio Palma 1 D setengah
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D jalan
Kelompok Penduduk 40 Persen menuju
Terbawah target
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D SDGs
spesifikasi Rumah Sederhana
Sehat (%)
15.1 Proporsi luas area hutan terhadap 1 D
luas daratan (%)
15.1 Persentase lahan kritis 1 D
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita usia
15-19 tahun)
Masih
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%) cukup jauh
mencapai
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
target
kriteria jam kerja <35 (%)
SDGs
11.1 Rumah tangga dengan jaringan air 0 E
ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)

172
Target Indikator Skor Klas Kategori
14.5 Area keanekaragaman hayati laut 0 E
yang dilindungi (% luas perairan)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.1

Hasil analisis baseline dan proyeksi SDGs untuk Provinsi Jawa Timur
menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi Provinsi ini masih cukup
berat. Dengan nilai skor keseluruhan sebesar 2.1, Provinsi Jawa Timur
mendapatkan skor C di mana berarti secara umum Provinsi Jawa Timur
masih cukup tertinggal dalam pencapaian SDGs 2030. Namun begitu
angka ini masih lebih tinggi dari skor rata-rata nasional yang berada di
angka 1.89 (D)

Masalah kesetaraan gender seperti tingkat kesuburan wanita usia muda


(tujuan ke-5 kesetaraan gender) adalah contoh dari beberapa indikator
yang mendapat nilai E. Artinya, indikator tersebut mengalami
kemunduran yang bahkan menjauh dari target-target SDGs. Angka
tingkat kesuburan wanita usia muda mengalami peningkatan hingga
sebanyak 66 kelahiran per 1.000 wanita usia muda. Hal Ini menjadi salah
satu isu yang paling menantang dalam pencapaian SDGs 2030. Selain itu,
isu kota yang berkelanjutan dan komunitas (tujuan ke-11) juga
merupakan isu yang masih menantang. Rata-rata partikulat (PM10) yang
mengukur kualitas udara di Jawa Timur diproyeksikan semakin
memburuk dan menjauh dari targetnya sehingga untuk indikator ini,
Provinsi Jawa Timur mendapatkan skor E, lebih rendah dari rata-rata
nasional yang mendapat skor D.

Sementara itu, beberapa indikator menunjukkan progress yang positif di


mana indikator-indikator SDGs ini mendapatkan skor A. Seperti indikator
angka kematian neonatal yang merupakan bagian dari isu kesehatan
(tujuan ke-3, kesehatan dan kesejahteraan yang baik) yang diproyeksikan
akan jauh melampaui targetnya untuk Provinsi Jawa Timur. Pada tahun
2030 angka kematian neonatal ada di angka 4 kasus per 1.000 kelahiran
hidup, sangat jauh lebih rendah dari targetnya sebesar 12 kasus. Selain

173
itu, isu kelaparan di tujuan ke-2 mengenai tidak ada kelaparan yang
tercermin pada indikator produktivitas tanaman pangan juga
mendapatkan skor A, lebih tinggi dari skor rata-rata nasional untuk
indikator yang sama. Di Jawa Timur sendiri, produktivitas tanaman
pangan diproyeksikan sebesar 9 t/ha pada tahun 2030, jauh lebih
targetnya.

Secara keseluruhan, masalah pendidikan di Provinsi Jawa Timur


mengalami progress yang positif untuk mencapai SDGs meski beberapa
indikator memiliki progress yang lambat. Seperti indikator angka melek
huruf, yang diproyeksikan mendapat skor A dengan asumsi business as
usual. Sementara indikator lain yakni rata-rata lama sekolah mendapatkan
skor C, di mana artinya meski progress pencapaian SDGs-nya positif,
pada tahun 2030 diproyeksikan masih akan jauh dari target jika hanya
mengandalkan asumsi business as usual.

4.1.16. Provinsi Banten

Tabel 4.16.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Banten
Target Indikator Skor Klas Kategori
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A
perguruan tinggi (%) Mencapai
atau
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
hampir
(%)
mencapai
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 4 A
target
(kelahiran per 1.000 wanita usia
SDGs
15-19 tahun)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
Konstan 2016) (juta rupiah)

174
Target Indikator Skor Klas Kategori
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 4 A
100.000 penduduk)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 3 B
pendek dan sangat pendek (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 3 B
dan sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat lahir 3 B
(Tahun)
6.1 Rumah tangga dengan air 3 B
minum layak (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk kedalam kategori Mendekati
pekerja anak (%) target
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B SDGs
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 3 B
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C
(t/ha)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C Masih
(Tahun) seperempa
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C t jalan lagi
bekerja, tidak sekolah dan tidak menuju
pelatihan (%) target
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C SDGs
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%) Baru
setengah
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
jalan
Kerja Wanita (%)
menuju
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
target
parlemen (%)
SDGs
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D

175
Target Indikator Skor Klas Kategori
Kelompok Penduduk 40 Persen
Terbawah
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 1 D
spesifikasi Rumah Sederhana
Sehat (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 1 D
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E
1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E Masih
kriteria jam kerja <35 (%) cukup jauh
10.1 Rasio Palma 0 E mencapai
11.1 Rumah tangga dengan jaringan 0 E target
air ledeng (%) SDGs
12.5 Rumah Tangga dengan perilaku 0 E
Memilah Sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E Masih
laut yang dilindungi (% luas cukup jauh
perairan) mencapai
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E target
pidana / Crime Rate (Per SDGs
100.000 Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2.07

Dengan angka skor keseluruhan indikator rata-rata sebesar 2.07, Provinsi


Banten termasuk ke dalam Provinsi dengan peningkatan pencapaian
SDGs yang cukup baik bernilai skor C. Karena meski masih mengalami
banyak tantangan dalam pencapaian SDGs 2030, angka skor untuk
Provinsi Banten masih lebih tinggi dari rata-rata angka skor nasional
sebesar 1.89 (D). Hal ini membuat tantangan capaian SDGs 2030 masih
berat namun beberapa hal perlu diapresiasi.

Tantangan terbesar terletak di beberapa indikator mengenai kesehatan


dan kesenjangan ekonomi. Seperti angka kematian neonatal yang
merupakan indikator untuk tujuan ke-3 mengenai kesehatan dan

176
kesejahteraan yang baik. Indikator tersebut mendapatkan skor E, lebih
rendah dari skor rata-rata nasional. Angka Kematian Neonatal
diproyeksikan masih berada di angka 28 kasus per 1.000 kelahiran hidup,
dua kali lipat jauh lebih tinggi dari targetnya di angka 12 kasus. Demikian
juga dengan indikator rasio Palma (tujuan ke-10, mengurangi
kesenjangan) yang mendapatkan skor E. Rasio Palma di Banten
mengalami tren yang meningkat yang berarti menunjukkan tingkat
kesenjangan yang semakin tinggi di angka 1.89, lebih tinggi dari angka
targetnya sebesar 1.19. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan
ekonomi di Banten akan semakin memburuk di tahun 2030 jika
mengasumsikan business as usual.

Namun begitu, patut dicatat pencapaian SDGs di Provinsi Banten untuk


beberapa indikator yang diproyeksikan cukup baik terutama isu
kesetaraan gender (tujuan ke-5) dan air bersih dan sanitasi (tujuan ke-6).
Seperti indikator tingkat kesuburan wanita usia muda, di mana Banten
diproyeksikan akan mencapai targetnya sebesar 12 kelahiran saja per
1.000 wanita usia muda pada tahun 2030, jauh melampaui targetnya.
Untuk indikator ini, Banten mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-
rata skor nasional. Selain itu, indikator jumlah rumah tangga dengan
sanitasi layak juga mendapatkan skor A, lebih tinggi dari rata-rata
nasional di mana pada tahun 2030 jumlah rumah tangga dengan sanitasi
layak di Provinsi Banten akan mencapai 98.6% sangat mendekati
targetnya.

Sementara itu untuk indikator pendidikan di Provinsi Banten, secara


umum memiliki progress yang baik dan positif menuju targetnya. Dua
indikator pendidikan seperti angka melek huruf dan APK perguruan
tinggi bernilai A, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Sementara rata-rata
lama sekolah, meski mendapat skor C dan masih jauh dari targetnya,
namun trennya positif mendekati targetnya. Dengan pengimplementasian
program yang benar dan tidak mengandalkan business as usual, target di
2030 optimis bisa tercapai.

177
4.1.17. Provinsi Bali

Tabel 4.17.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Bali
Target Indikator Skor Klas Kategori
1.1 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.1 Rumah tangga dengan air 4 A
Mencapai
minum layak (%)
atau
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
hampir
layak (%)
mencapai
7.1 Rasio Elektrifikasi (%) 4 A
target
8.1 PDRB Per Kapita (Harga 4 A SDGs
Konstan 2016) (juta rupiah)
9.1 Kondisi Jalan dengan kualitas 4 A
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
2.2 Balita dengan berat badan 3 B
kurus dan sangat kurus (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 3 B
(t/ha)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 3 B
lahir (Tahun)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 3 B
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 3 B
(APK) perguruan tinggi (%)
Mendekati
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 3 B
target
Kerja Wanita (%)
SDGs
8.6 Penduduk usia muda yang 3 B
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
9.c Rumah tangga yang pernah 3 B
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
15.1 Area konservasi yang 3 B

178
Target Indikator Skor Klas Kategori
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C Masih
pendek dan sangat pendek (%) seperem-
15.1 Persentase lahan kritis 2 C pat jalan
(kritis+sangat kritis) terhadap lagi
Luas wilayah (%) menuju
target
SDGs
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 1 D
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D Baru
Kelompok Penduduk 40 setengah
Persen Terbawah jalan
11.1 Rumah tangga yang 1 D menuju
memenuhi spesifikasi Rumah target
Sederhana Sehat (%) SDGs
12.5 Rumah Tangga dengan 1 D
perilaku Memilah Sampah (%)
16.3 Jumlah Tahanan (per 100.000 1 D
penduduk)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 0 E
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%) Masih
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E cukup jauh
parlemen (%) mencapai
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E target
kriteria jam kerja <35 (%) SDGs
10.1 Rasio Palma 0 E
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)

179
Target Indikator Skor Klas Kategori
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E Masih
laut yang dilindungi (% luas cukup jauh
perairan) mencapai
16 Risiko penduduk terkena 0 E target
tindak pidana / Crime Rate SDGs
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
Rata-rata 1.93

Hasil analisis baseline dan proyeksi SDGs untuk Provinsi Bali


menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi Provinsi ini masih cukup
berat. Dengan nilai skor keseluruhan sebesar 1.93, Provinsi Bali
mendapatkan skor C di mana berarti secara umum Provinsi Bali masih
cukup tertinggal dalam pencapaian SDGs 2030. Namun begitu angka ini
masih lebih tinggi dari skor rata-rata nasional yang berada di angka 1.89.

Tantangan terbesar terletak di beberapa indikator mengenai kesehatan


(tujuan ke-3) dan kesenjangan ekonomi (tujuan ke-10). Seperti angka
kematian di bawah 5 tahun (balita) yang merupakan indikator untuk
tujuan ke-3 mengenai kesehatan dan kesejahteraan yang baik, indikator
tersebut mendapatkan skor E, lebih rendah dari skor rata-rata nasional.
Angka Kematian Di Bawah 5 tahun ini diproyeksikan masih berada di
angka 45 kasus per 1.000 kelahiran hidup, hampir dua kali lipat lebih
tinggi dari targetnya di angka 25 kasus. Demikian juga dengan indikator
rasio Palma (tujuan ke-10, mengurangi kesenjangan) yang mendapatkan
skor E. Rasio Palma di Bali mengalami tren yang meningkat yang berarti
menunjukkan tingkat kesenjangan yang semakin tinggi di angka 1.82,
lebih tinggi dari angka targetnya sebesar 1.19. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2030, kesenjangan ekonomi di Bali diproyeksikan
semakin memburuk jika tidak dilakukan perbaikan terhadap program dan
kebijakan pembangunan.

Adapun indikator persentase jumlah penduduk miskin dengan garis


kemiskinan $1.9 per hari (tujuan ke-1 tidak ada kemiskinan) tergolong ke
dalam indikator yang diproyeksikan akan mencapai target SDGs. Jumlah
penduduk miskin menurut garis kemiskinan internasional $1.9 per hari di

180
Provinsi Bali diproyeksikan menurun ke angka 26% di tahun 2030,
menurun dari 4.67% di tahun 2015. Indikator ini pun mendapatkan skor
A dalam pencapaian SDGs, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang
mendapat skor B. Begitu juga dengan indikator jumlah rumah tangga
dengan air minum layak (tujuan ke-6 air bersih dan sanitasi) yang
diproyeksikan mencapai target dan mendapat nilai skor A, lebih tinggi
dari rata-rata skor nasional yang hanya mendapat skor C. Jumlah rumah
tangga dengan air minum layak di Bali diproyeksikan mencapai 100%
sesuai targetnya di tahun 2030.

Sementara itu untuk indikator pendidikan, Provinsi Bali secara umum


memiliki tren proyeksi yang menjanjikan dapat mencapai target SDGs
2030 dengan banyak indikator pendidikan yang mendapat skor A atau B,
seperti indikator angka melek huruf dan angka rata-rata lama sekolah. Hal
ini menunjukkan isu pendidikan sudah berada dalam jalur yang benar
dalam pencapaian SDGs 2030.

4.1.18. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 4.18.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
Mencapai/
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
hampir
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A
mencapai
baik dan sedang (% dari total target SDGs
panjang jalan)
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)

181
Target Indikator Skor Nilai Kategori
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 3 B
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 3 B
(APK) Perguruan Tinggi (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 3 B Mendekati
minum layak (%) target SDGs
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 3 B
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C Masih
(t/ha) seperempat
3.4 Angka Harapan Hidup Saat 2 C jalan lagi
lahir (Tahun) menuju
8.1 PDRB per kapita (Harga 2 C target SDGs
Konstan 2016) (juta rupiah)
10.1 Rasio Gini 2 C
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
8.6 Penduduk usia muda yang 1 D
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
Baru
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D
setengah
mengakses internet dalam 3
jalan
bulan terakhir (%)
menuju
10.1 Rasio Palma 1 D
target SDGs
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga yang 1 D
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
15.1 Area konservasi yang 1 D
dilindungi (% luas wilayah)

182
Target Indikator Skor Nilai Kategori
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 1 D
penduduk)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E Masih
kriteria jam kerja <35 (%) cukup jauh
11.1 Rumah tangga dengan 0 E mencapai
jaringan air ledeng (%) target SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan 0 E
perilaku memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
Rata-rata 1,63

Secara keseluruhan, kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi Nusa


Tenggara Barat mendapatkan skor 1,63 (diantara C dan D) dan masih di
bawah skor nasional, yakni sebesar 1,85. Hal ini mengindikasikan bahwa
mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut diproyeksikan
baru setengah jalan untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Tujuan-tujuan SDGs yang perlu mendapatkan perhatian sebagai bentuk


antisipasi dari hasil proyeksi di atas adalah kesehatan (SDGs ke-3, good
health and well-being) dan daya dukung perkotaan yang berkelanjutan

183
(SDGs ke-11, sustainable cities). Salah satu indikator SDGs ke-3 yang
mendapatkan penilaian E adalah angka kematian neonatal. Hingga tahun
2030, indikator tersebut diproyeksikan memiliki tren yang meningkat dan
menjauhi target SDGs, yakni sebesar 12 kasus per 1.000 kelahiran.
Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Barat diperkirakan baru mampu
memenuhi 49% ketersediaan jaringan air ledeng pada tahun 2030 dari
target sebesar 100%. Hal ini merupakan salah satu indikator SDGs ke-11
yang mendapatkan penilaian E di Provinsi tersebut.

Di sisi lain, aspek pendidikan yang merupakan tujuan SDGs ke-4 (quality
education) yang tingkat kesiapannya sudah baik. Salah satu buktinya
adalah indikator angka melek huruf usia 15-24 yang diproyeksikan akan
mencapai 100% pada tahun 2030, sehingga mendapat penilaian A.
Provinsi Nusa Tenggara Barat juga mendapatkan penilaian yang baik
terkait tujuan sanitasi layak dan air bersih (SDGs ke-6, sanitation and
clean water). Indikator persentase rumah tangga dengan sanitasi layak
diperkirakan akan mencapai 100% pada tahun 2030, sehingga mendapat
penilaian A.

4.1.19. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 4.19.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Nusa Tenggara
Timur
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A Mencapai
(APK) Perguruan Tinggi (%) atau hampir
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A mencapai
(%) target SDGs
7.1 Rasio Elektrifikasi (%) 4 A
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)

184
Target Indikator Skor Nilai Kategori
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A Mencapai
mengakses internet dalam 3 atau hampir
bulan terakhir (%) mencapai
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 4 A target SDGs
14.5 Area keanekaragaman hayati 4 A
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 3 B
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun) Mendekati
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B target SDGs
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 2 C
kemiskinan $1.90 per hari (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat 2 C Masih
lahir (Tahun) seperempat
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C jalan lagi
(Tahun) menuju
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 2 C target SDGs
Kerja Wanita (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 2 C
minum layak (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 1 D
pendek dan sangat pendek (%)
8.1 PDRB per kapita (Harga 1 D
Konstan 2016) (juta rupiah)
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Rasio Palma 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D Baru
Kelompok Penduduk 40 setengah
Persen Terbawah jalan
11.1 Rumah tangga dengan 1 D menuju
jaringan air ledeng (%) target SDGs
12.5 Rumah tangga dengan 1 D
perilaku memilah sampah (%)
15.1 Proporsi luas area hutan 1 D
terhadap luas daratan (%)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 1 D

185
Target Indikator Skor Nilai Kategori
penduduk) Baru
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 1 D setengah
sudah memiliki akte kelahiran jalan
(%) menuju
target SDGs
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 0 E
(t/ha)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 0 E
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%) Masih
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 0 E cukup jauh
layak (%) mencapai
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E target SDGs
kriteria jam kerja <35 (%)
8.6 Penduduk usia muda yang 0 E
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
11.1 Rumah tangga yang 0 E
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
Rata-rata 1,65

Provinsi Nusa Tenggara Timur dinilai membutuhkan usaha yang besar


untuk mempersiapkan pencapaian SDGs. Hal ini mengingat rata-rata skor
kesiapannya mendapat nilai 1,65 (diantara C dan D). Berdasarkan hasil
proyeksi, rata-rata indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut baru
setengah jalan untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

186
Tantangan terbesar yang memerlukan percepatan dalam penanganannya
adalah faktor sumber daya manusia, khususnya kesehatan. Dari lima
indikator yang digunakan di dalam tujuan kesehatan (SDGs ke-3, good
health and well-being), empat indikator mendapatkan penilaian E
sedangkan sisanya mendapatkan penilaian C, yakni angka harapan hidup
saat lahir. Empat indikator tersebut adalah angka kematian neonatal,
angka kematian di bawah 5 tahun, jumlah kematian akibat kecelakaan
lalu lintas dan penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia
15 tahun. Selain itu, tujuan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
(SDGs ke-8, decent work and economic growth) menjadi titik lemah
lainnya dalam kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Salah satu indikatornya yang mendapatkan nilai E adalah tingkat
pengangguran dengan kriteria jam kerja di bawah 35 jam. Berdasarkan
hasil proyeksi, indikator tersebut akan mencapai 9,7% pada tahun 2030,
jauh lebih tinggi dari targetnya sebesar 3,6% (berkurang 50% dari kondisi
saat ini).

Di sisi lain, beberapa tujuan SDGs yang tingkat kesiapannya


mendapatkan penilaian baik adalah tujuan pendidikan berkualitas (SDGs
ke-4, quality education) dan tujuan industri, inovasi dan infrastruktur
(SDGs ke-9, industry, innovation and infrastructure). Salah satu
Indikator pendidikan berkualitas yang mendapat nilai A adalah Angka
Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi. Indikator tersebut
diproyeksikan akan mencapai 63,4% pada tahun 2030, melebihi targetnya
sebesar 55,5% (meningkat sebesar dua kali lipat dari kondisi saat ini).
Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kesiapan
infrastruktur yang baik, terlihat dari indikator Jalan dengan kualitas baik
dan sedang yang mendapat nilai A. Indikator ini diperkirakan dapat
mencapai angka 100% dari total panjang jalan pada tahun 2030.

187
4.1.20. Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 4.20.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan Barat
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A
Mencapai/
Perguruan Tinggi (%)
hampir
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
mencapai
(%)
target SDGs
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
Konstan 2016) (juta rupiah)
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
(Tahun)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk kedalam kategori Mendekati
pekerja anak (%) target SDGs
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 2 C Masih
dan sangat kurus (%) seperempat
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C jalan lagi
(Tahun) menuju
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 2 C target SDGs
Kerja Wanita (%)

188
Target Indikator Skor Nilai Kategori
6.1 Rumah tangga dengan air 2 C
minum layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 2 C
layak (%)
10.1 Rasio Gini 2 C
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D
bekerja, tidak sekolah dan tidak
pelatihan (%)
10.1 Rasio Palma 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40 Persen
Terbawah Baru
11.1 Rumah tangga dengan jaringan 1 D setengah
air ledeng (%) jalan
14.5 Area keanekaragaman hayati 1 D menuju
laut yang dilindungi (% luas target SDGs
perairan)
15.1 Proporsi luas area hutan 1 D
terhadap luas daratan (%)

2.3 Produktivitas tanaman pangan 0 E


(t/ha)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita usia
15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%) Masih
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 0 E cukup jauh
spesifikasi Rumah Sederhana mencapai
Sehat (%) target SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)

189
Target Indikator Skor Nilai Kategori
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per Masih
100.000 Penduduk) cukup jauh
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E mencapai
100.000 penduduk) target SDGs
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,75

Provinsi Kalimantan Barat menghadapi tantangan yang berat dalam


pencapaian SDGs. Hal ini dikarenakan proyeksi kesiapan pencapaian
SDGs secara umum di Provinsi tersebut mendapat nilai 1,75 (diantara C
dan D), sedikit di bawah skor nasional yang bernilai 1,85. Hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi
tersebut diproyeksikan baru setengah jalan untuk dapat memenuhi
targetnya pada tahun 2030.

Permasalahan daya dukung perkotaan (SDGs ke-11, sustainable cities)


dan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate action) merupakan dua
tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Kalimantan Barat. Hasil
proyeksi menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga dengan spesifikasi
rumah sederhana sehat hanya akan mencapai 36% pada tahun 2030, dari
target sebesar 100%. Hal ini merupakan salah satu indikator SDGs ke-11
yang mendapatkan penilaian E di Provinsi tersebut. Sementara itu,
indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-13, yaitu emisi
CO2 per kapita, mendapatkan nilai E. Indikator ini diperkirakan akan
mencapai 6 tonCO2/kapita pada tahun 2030, masih lebih tinggi dari
targetnya sebesar 2,2 tonCO2/kapita (penurunan sebesar 29% dari kondisi
saat ini).

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah tanpa kemiskinan (SDGs ke-1, no poverty) dan energi
bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Berdasarkan hasil proyeksi, proporsi penduduk miskin dengan garis
kemiskinan nasional, sebagai salah satu indikator SDGs ke-1, akan
berkurang dari sebesar 8,03% pada tahun 2015 menjadi sebesar 3% pada

190
tahun 2030 (melewati target penurunan sebesar 75% dari kondisi saat
ini). Oleh karena itu, indikator tersebut mendapatkan penilaian A.
Sementara itu, indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-7
adalah rasio elektrifikasi. Indikator tersebut mendapatkan penilaian A
karena rasio elektrifikasi di Provinsi Kalimantan Barat diperkirakan akan
mencapai 100% pada tahun 2030.

Ditinjau dari aspek sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya


kesehatan (SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi
Kalimantan Barat dapat dikategorikan sudah memiliki kesiapan yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari delapan indikator yang digunakan untuk
menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat tiga indikator yang
mendapat nilai di bawah B. Tiga indikator tersebut adalah rata-rata lama
sekolah (C), penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (D) dan jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (E).
Penilaian lima indikator lainnya adalah sebagai berikut: angka kematian
neonatal (A), angka Kematian dibawah 5 tahun (A), Angka Partisipasi
Kasar (APK) perguruan tinggi (A), angka melek huruf (A) dan angka
harapan hidup saat lahir (B). Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan
pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat adalah 2,75, lebih tinggi dari
rata-rata skor nasional, yaitu sebesar 2,1.

4.1.21. Provinsi Kalimantan Tengah

Tabel 4.21.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan Tengah
Target Indikator Skor Nilai Kategori
1.1 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%) Mencapai/
2.2 Balita dengan berat badan kurus 4 A hampir
dan sangat kurus (%) mencapai
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A target SDGs
Perguruan Tinggi (%)

191
Target Indikator Skor Nilai Kategori
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A Mencapai/
Konstan 2016) (juta rupiah) hampir
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A mencapai
mengakses internet dalam 3 target SDGs
bulan terakhir (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B
(Tahun)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 3 B
termasuk ke dalam kategori
pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total Mendekati
panjang jalan) target SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 3 B
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 3 B
100.000 penduduk)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
Masih
pendek dan sangat pendek (%)
seperempat
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C
jalan lagi
(Tahun)
menuju
10.1 Rasio Gini 2 C
target SDGs
10.1 Rasio Palma 2 C
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D Baru
Kerja Wanita (%) setengah
6.1 Rumah tangga dengan air 1 D jalan
minum layak (%) menuju
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 1 D target SDGs
layak (%)
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40 Persen
Terbawah
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 1 D

192
Target Indikator Skor Nilai Kategori
memilah sampah (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E
1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita usia
15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 0 E
bekerja, tidak sekolah dan tidak
Masih
pelatihan (%)
cukup jauh
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 0 E
mencapai
spesifikasi Rumah Sederhana
target SDGs
Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan jaringan 0 E
air ledeng (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per
100.000 Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,75

Secara keseluruhan, kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi Kalimantan


Tengah mendapatkan skor 1,75 (diantara C dan D) dan sedikit di bawah
skor nasional, yakni sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi, rata-rata
indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah jalan untuk
dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

193
Tujuan-tujuan SDGs yang perlu mendapatkan perhatian sebagai bentuk
antisipasi dari hasil proyeksi di atas adalah kesetaraan gender (SDGs ke-
5, gender equality) dan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate action).
Salah satu indikator dari SDGs ke-5 yang mendapatkan penilaian E
adalah partisipasi perempuan dalam parlemen. Berdasarkan hasil
proyeksi, indikator tersebut akan mencapai 18,9% pada tahun 2030,
masih jauh dari target yang ingin dicapai, yakni 42,35% (peningkatan dua
kali lipat dari kondisi saat ini). Sementara itu, indikator yang digunakan
untuk menjelaskan SDGs ke-13, yaitu emisi CO2 per kapita, mendapat
nilai E. Indikator ini diperkirakan akan mencapai 6 tonCO2/kapita pada
tahun 2030, masih lebih tinggi dari targetnya sebesar 2,3 tonCO2/kapita
(penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Di sisi lain, aspek kemiskinan merupakan tujuan SDGs (SDGs ke-1, no


poverty) yang tingkat kesiapannya sudah baik. Buktinya adalah proyeksi
dua indikator dari tujuan tersebut mendapat nilai A, yaitu penduduk
miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari dan penduduk miskin
dengan garis kemiskinan nasional. Provinsi Kalimantan Tengah juga
mendapatkan penilaian yang baik terkait tujuan industri, inovasi dan
infrastruktur (SDGs ke-9, industry, innovation and infrastructure). Salah
satu indikatornya mendapat nilai A, yakni persentase rumah tangga yang
pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir. Hasil proyeksi
menunjukkan bahwa indikator tersebut akan mencapai 100% pada tahun
2030.

Perihal sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya kesehatan (SDGs


ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi Kalimantan Tengah masih
menghadapi tantangan yang berat. Pasalnya, dari delapan indikator yang
digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat
tiga indikator yang mendapat nilai di atas C. Tiga indikator tersebut
adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi (A), angka melek
huruf (A) dan angka harapan hidup saat lahir (B). Penilaian lima
indikator lainnya adalah sebagai berikut: rata-rata lama sekolah (C),
penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D),
angka kematian neonatal (E), angka kematian di bawah 5 tahun (E) dan

194
jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (E). Rata-rata skor dari
tujuan kesehatan dan pendidikan di Provinsi Kalimantan Tengah adalah
1,75, lebih rendah dari rata-rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

4.1.22. Provinsi Kalimantan Selatan

Tabel 4.22.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan Selatan
Target Indikator Skor Nilai Kategori
1.1 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 4 A
Perguruan Tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%) Mencapai/
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A hampir
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A mencapai
Konstan 2016) (juta rupiah) target SDGs
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A
termasuk kedalam kategori
pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 3 B
dan sangat kurus (%) Mendekati
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 3 B target SDGs
(Tahun)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%) Masih
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C seperempat
(t/ha) jalan lagi
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C menuju
(Tahun) target SDGs
6.1 Rumah tangga dengan air 2 C
minum layak (%)

195
Target Indikator Skor Nilai Kategori
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C
mengakses internet dalam 3 Masih
bulan terakhir (%) seperempat
10.1 Rasio Gini 2 C jalan lagi
10.1 Rasio Palma 2 C menuju
11.1 Rumah tangga dengan jaringan 2 C target SDGs
air ledeng (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 2 C
pidana / Crime Rate (Per
100.000 Penduduk)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 1 D Baru
bekerja, tidak sekolah dan tidak setengah
pelatihan (%) jalan
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D menuju
Kelompok Penduduk 40 Persen target SDGs
Terbawah
15.1 Area konservasi yang dilindungi 1 D
(% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 1 D
terhadap luas daratan (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 0 E
1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E Masih
(kelahiran per 1.000 wanita usia cukup jauh
15-19 tahun) mencapai
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E target SDGs
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 0 E
spesifikasi Rumah Sederhana
Sehat (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 0 E
memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E

196
Target Indikator Skor Nilai Kategori
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan) Masih
15.1 Persentase lahan kritis 0 E cukup jauh
(kritis+sangat kritis) terhadap mencapai
Luas wilayah (%) target SDGs
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,7

Provinsi Kalimantan Selatan dinilai membutuhkan usaha yang besar


untuk mempersiapkan pencapaian SDGs. Hal ini mengingat rata-rata skor
kesiapannya mendapat nilai 1,7 (diantara C dan D), atau berada di bawah
rata-rata skor pencapaian nasional sebesar 1,85. Berdasarkan hasil
proyeksi, rata-rata indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut baru
setengah jalan untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Permasalahan penanganan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate action)


dan ekosistem darat (SDGs ke-15, life on land) merupakan dua tantangan
terbesar yang dihadapi Provinsi Kalimantan Selatan. Indikator yang
digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-13, yaitu emisi CO2 per kapita,
mendapatkan nilai E. Indikator ini diperkirakan akan mencapai 40,7
tonCO2/kapita pada tahun 2030, jauh lebih tinggi dari targetnya sebesar
4,4 tonCO2/kapita (penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).
Sementara itu, persentase lahan kritis terhadap luas wilayah di Provinsi
tersebut akan mencapai 24% pada tahun 2030 dari target sebesar 8,3%
(penurunan sebesar 50% dari kondisi saat ini). Hal ini merupakan salah
satu indikator SDGs ke-13 yang mendapatkan penilaian E.

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah tanpa kemiskinan (SDGs ke-1, no poverty) dan energi
bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Berdasarkan hasil proyeksi, proporsi penduduk miskin dengan garis
kemiskinan nasional, sebagai salah satu indikator SDGs ke-1, akan

197
berkurang dari sebesar 4,9% pada tahun 2015 menjadi sebesar 2,1% pada
tahun 2030 (melewati target penurunan sebesar 75% dari kondisi saat
ini). Oleh karena itu, indikator tersebut mendapatkan penilaian A.
Sementara itu, indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-7
adalah rasio elektrifikasi. Indikator tersebut mendapatkan penilaian A
karena rasio elektrifikasi di Provinsi Kalimantan Selatan diperkirakan
akan mencapai 100% pada tahun 2030.

Ditinjau dari segi sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya


kesehatan (SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi
Kalimantan Selatan masih menghadapi tantangan yang berat. Hal ini
dapat terlihat dari delapan indikator yang digunakan untuk
menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat tiga indikator yang
mendapat nilai di atas C. Tiga indikator tersebut adalah Angka Partisipasi
Kasar (APK) perguruan tinggi (A), angka melek huruf (A) dan angka
harapan hidup saat lahir (B). Penilaian lima indikator lainnya adalah
sebagai berikut: rata-rata lama sekolah (C), penduduk dengan kebiasaan
merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D), angka kematian neonatal (E),
angka kematian di bawah 5 tahun (E) dan jumlah kematian akibat
kecelakaan lalu lintas (E). Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan
pendidikan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 1,75, lebih rendah dari
rata-rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

4.1.23. Provinsi Kalimantan Timur

Tabel 4.23.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan Timur
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal (per 4 A
1.000 kelahiran hidup)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 4 A Mencapai/
kemiskinan $1.90 per hari (%) hampir
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A mencapai
kemiskinan nasional (%) target SDGs

198
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan tinggi badan 4 A
pendek dan sangat pendek (%)
2.2 Balita dengan berat badan kurus 4 A
dan sangat kurus (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.4 Angka Harapan Hidup saat lahir 4 A
(Tahun)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%) Mencapai/
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A hampir
layak (%) mencapai
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A target SDGs
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
Konstan 2016) (juta rupiah)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun yang 4 A
termasuk kedalam kategori
pekerja anak (%)
13 Emisi CO2 per kapita 4 A
(tCO2/kapita)
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 3 B
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) 3 B
Perguruan Tinggi (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 3 B
minum layak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
Mendekati
baik dan sedang (% dari total
target SDGs
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang dilindungi 3 B
(% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 3 B
100.000 penduduk)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C Masih
(t/ha) seperempat
8.6 Penduduk usia muda yang tidak 2 C jalan lagi
bekerja, tidak sekolah dan tidak menuju target
pelatihan (%) SDGs

199
Target Indikator Skor Nilai Kategori
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%) Masih
10.1 Rasio Gini 2 C seperempat
10.1 Rasio Palma 2 C jalan lagi
11.1 Rumah tangga dengan jaringan 2 C menuju target
air ledeng (%) SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 2 C
14.5 Area keanekaragaman hayati 2 C
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia 15
tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
parlemen (%)
Baru setengah
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
jalan menuju
Kelompok Penduduk 40 Persen
target SDGs
Terbawah
12.5 Rumah tangga dengan perilaku 1 D
memilah sampah (%)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita usia
15-19 tahun)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
Masih cukup
kriteria jam kerja <35 (%)
jauh mencapai
11.1 Rumah tangga yang memenuhi 0 E
target SDGs
spesifikasi Rumah Sederhana
Sehat (%)
16 Risiko penduduk terkena tindak 0 E
pidana / Crime Rate (Per
100.000 Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2,5

Provinsi Kalimantan Timur dinilai sudah memiliki kesiapan yang cukup


baik dalam pencapaian SDGs dengan skor keseluruhan sebesar 2,5
(diantara B dan C). Skor kesiapan secara umum ini lebih besar dari skor
nasional yang hanya sebesar 1,85. Hal ini dapat diartikan bahwa

200
mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut diproyeksikan
masih seperempat jalan lagi untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun
2030.

Permasalahan kesetaraan gender (SDGs ke-5, gender equality) dan


ketimpangan (SDGs ke-10, reduced inequalities) merupakan dua
tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Kalimantan Timur. Hasil
proyeksi menunjukkan bahwa pengeluaran kelompok penduduk 40%
terbawah, sebagai salah satu indikator SDGs ke-5, akan mencapai 19,5%
pada 2030, masih di bawah target yang ingin dicapai, yaitu sebesar
26,6%. Oleh sebab itu, indikator tersebut mendapat nilai D. Sementara
itu, salah satu indikator yang digunakan di dalam SDGs ke-10 adalah
tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun).
Indikator ini mendapat nilai E karena berdasarkan hasil proyeksi, jumlah
kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun akan mencapai 60 pada
tahun 2030, masih lebih tinggi dari target yang ingin dicapai, yaitu 30.

Di sisi lain, aspek kemiskinan di Provinsi Kalimantan Timur merupakan


tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs ke-1, no poverty) yang tingkat
kesiapannya sudah baik. Buktinya adalah dua indikator dari tujuan
tersebut mendapat nilai A, yaitu penduduk miskin dengan garis
kemiskinan $1.90 per hari dan penduduk miskin dengan garis kemiskinan
nasional. Provinsi Kalimantan Timur juga mendapatkan penilaian yang
baik terkait tujuan penanganan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate
action). Indikator yang digunakan di dalam tujuan tersebut adalah emisi
CO2 per kapita. Indikator tersebut mendapat nilai A karena diproyeksikan
akan mencapai 0,78 tonCO2/kapita pada tahun 2030, lebih rendah dari
target yang ingin dicapai, yaitu sebesar 9,23 (penurunan sebesar 29% dari
kondisi saat ini).

Dalam hal sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya kesehatan


(SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi Kalimantan Timur
dinilai sudah memiliki tingkat kesiapan yang cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari delapan indikator yang digunakan untuk menggambarkan
kedua tujuan tersebut, hanya terdapat dua indikator yang mendapat nilai

201
di bawah B. Dua indikator tersebut adalah penduduk dengan kebiasaan
merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D) dan jumlah kematian akibat
kecelakaan lalu lintas (E). Penilaian enam indikator lainnya adalah
sebagai berikut: angka melek huruf (A), angka harapan hidup saat lahir
(A), angka kematian neonatal (A), angka kematian di bawah 5 tahun (A),
rata-rata lama sekolah (B) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan
tinggi (B). Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan pendidikan di
Provinsi Kalimantan Timur adalah 2,88, lebih tinggi dari rata-rata skor
nasional, yakni sebesar 2,1.

4.1.24. Provinsi Kalimantan Utara

Tabel 4.24.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Kalimantan Utara
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 4 A
pendek dan sangat pendek (%)
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
3.2 Angka Kematian dibawah 5 4 A
Mencapai/
tahun (per 1.000 kelahiran
hampir
hidup)
mencapai
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
target SDGs
(%)
7.1 Rasio Elektrifikasi (%) 4 A
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 4 A
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
13 Emisi CO2 per kapita 4 A
(tCO2/kapita)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)

202
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.4 Angka Harapan Hidup Saat 3 B
lahir (Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 3 B
(APK) perguruan tinggi (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 3 B
minum layak (%)
8.1 PDRB per kapita (Harga 3 B
Konstan 2016) (juta rupiah)
8.6 Penduduk usia muda yang 3 B Mendekati
tidak bekerja, tidak sekolah target SDGs
dan tidak pelatihan (%)
9.1 Kondisi Jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
16.1 Kejadian Pembunuhan (per 3 B
100.000 penduduk)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C
Masih
(Tahun)
seperempat
10.1 Rasio Gini 2 C
jalan lagi
14.5 Area keanekaragaman hayati 2 C
menuju target
laut yang dilindungi (% luas
SDGs
perairan)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
parlemen (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 1 D
layak (%) Baru setengah
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D jalan menuju
mengakses internet dalam 3 target SDGs
bulan terakhir (%)
10.1 Rasio Palma 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga dengan 1 D
jaringan air ledeng (%)
12.5 Rumah tangga dengan 1 D
perilaku memilah sampah (%)

203
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga yang 0 E
memenuhi spesifikasi Rumah
Masih cukup
Sederhana Sehat (%)
jauh mencapai
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
target SDGs
15.1 Proporsi luas area hutan 0 E
terhadap luas daratan (%)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2,05

Provinsi Kalimantan Utara menghadapi tantangan yang cukup berat


dalam pencapaian SDGs. Hal ini dikarenakan proyeksi kesiapan
pencapaian SDGs secara umum di Provinsi tersebut mendapat nilai 2,05
(D), sedikit di atas skor nasional yang bernilai 1,85. Hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi
tersebut diproyeksikan baru setengah jalan untuk dapat memenuhi
targetnya pada tahun 2030.

Tujuan-tujuan SDGs yang perlu mendapatkan perhatian sebagai bentuk


antisipasi dari hasil proyeksi di atas adalah kesetaraan gender (SDGs ke-
5, gender equality) dan daya dukung perkotaan (SDGs ke-11, sustainable
cities). Tiga indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-5
adalah tingkat partisipasi angkatan kerja wanita, proporsi perempuan
dalam parlemen dan tingkat kesuburan wanita yang secara berturut-turut
mendapat nilai D, D dan E. Sementara itu, salah satu indikator SDGs ke-
11 yang mendapat nilai E adalah rumah tangga yang memenuhi

204
spesifikasi rumah sederhana sehat. Berdasarkan hasil proyeksi, indikator
tersebut baru dapat mencapai 37% pada tahun 2030 dari targetnya sebesar
100%.

Sebaliknya, aspek kemiskinan merupakan tujuan SDGs (SDGs ke-1, no


poverty) yang tingkat kesiapannya sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
adanya dua indikator tujuan tersebut mendapat nilai A, yaitu penduduk
miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari dan penduduk miskin
dengan garis kemiskinan nasional. Provinsi Kalimantan Utara juga
mendapatkan penilaian yang baik terkait tujuan penanganan perubahan
iklim (SDGs ke-13, climate action). Indikator yang digunakan di dalam
tujuan tersebut adalah emisi CO2 per kapita. Indikator tersebut mendapat
nilai A karena diproyeksikan akan mencapai 0,78 tonCO2/kapit pada
tahun 2030, lebih rendah dari target yang ingin dicapai, yaitu sebesar 9,23
(penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Ditinjau dari aspek sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya


kesehatan (SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi
Kalimantan Utara dapat dikategorikan sudah memiliki kesiapan yang
cukup baik. Penyebabnya adalah dari delapan indikator yang digunakan
untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat tiga
indikator yang mendapat nilai di bawah B. Tiga indikator tersebut adalah
rata-rata lama sekolah (C), penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari
di atas usia 15 tahun (D) dan jumlah kematian akibat kecelakaan lalu
lintas (E). Penilaian lima indikator lainnya adalah sebagai berikut: angka
kematian neonatal (A), angka Kematian dibawah 5 tahun (A), angka
melek huruf (A), Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi (B)
dan angka harapan hidup saat lahir (B). Rata-rata skor dari tujuan
kesehatan dan pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat adalah 2,6, lebih
tinggi dari rata-rata skor nasional, yaitu sebesar 2,1.

205
4.1.25. Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 4.25.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi Utara
Target Indikator Skor Nilai Kategori
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
Mencapai/
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
hampir
Konstan 2016) (juta rupiah)
mencapai
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 4 A
target SDGs
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 4 A
16.1 Kejadian pembunuhan (per 4 A
100.000 penduduk)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan 3 B
kurus dan sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 3 B
lahir (Tahun)
Mendekati
4.3 Angka Partisipasi Kasar 3 B
target SDGs
(APK) perguruan tinggi (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C
(t/ha) Masih
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C seperempat
(Tahun) jalan lagi
6.1 Rumah tangga dengan air 2 C menuju target
minum layak (%) SDGs
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)

206
Target Indikator Skor Nilai Kategori
12.5 Rumah tangga dengan 2 C
perilaku memilah sampah (%)
16 Risiko penduduk terkena 2 C
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 2 C
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
3.6 Jumlah kematian akibat 1 D
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%) Baru setengah
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D jalan menuju
parlemen (%) target SDGs
8.6 Penduduk usia muda yang 1 D
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
10.1 Rasio Palma 0 E Masih cukup
11.1 Rumah tangga yang 0 E jauh mencapai
memenuhi spesifikasi Rumah target SDGs
Sederhana Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan)

207
Target Indikator Skor Nilai Kategori
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap Masih cukup
Luas wilayah (%) jauh mencapai
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E target SDGs
penduduk)
Rata-rata 1,83

Provinsi Sulawesi Utara dinilai membutuhkan usaha yang besar untuk


mempersiapkan pencapaian SDGs. Hal ini mengingat rata-rata skor
kesiapannya mendapat nilai 1,83 (diantara C dan D), hanya berbeda
sedikit dari skor nasional yang sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi,
rata-rata indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah
jalan untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Permasalahan ketimpangan (SDGs ke-10, reduced inequalities) dan


penanganan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate action) merupakan
dua tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Sulawesi Utara. Hasil
proyeksi menunjukkan bahwa rasio palma, sebagai salah satu indikator
SDGs ke-5, akan mencapai 1,9 pada 2030, masih lebih tinggi dari target
yang ingin dicapai, yaitu sebesar 1,19. Oleh sebab itu, indikator tersebut
mendapat nilai E. Sementara itu, Indikator yang digunakan di dalam
SDGs ke-13 adalah emisi CO2 per kapita. Indikator tersebut mendapat
nilai E karena diproyeksikan akan mencapai 6,6 tonCO2/kapita pada
tahun 2030, jauh lebih tinggi dari target yang ingin dicapai, yaitu sebesar
1,95 (penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah tanpa kemiskinan (SDGs ke-1, no poverty) dan energi
bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Berdasarkan hasil proyeksi, proporsi penduduk miskin dengan garis
kemiskinan nasional, sebagai salah satu indikator SDGs ke-1, akan
berkurang dari sebesar 8,65% pada tahun 2015 menjadi sebesar 6,43%
pada tahun 2030 (hampir melewati target penurunan sebesar 75% dari
kondisi saat ini). Oleh karena itu, indikator tersebut mendapatkan
penilaian B. Sementara itu, indikator yang digunakan untuk menjelaskan

208
SDGs ke-7 adalah rasio elektrifikasi. Indikator tersebut mendapatkan
penilaian A karena rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Utara
diperkirakan akan mencapai 100% pada tahun 2030.

Sebagai tambahan, tantangan pencapaian SDGs terkait tujuan kesehatan


(SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4) di Provinsi Sulawesi Utara
diperkirakan masih berat. Hal ini dikarenakan dari delapan indikator yang
digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat
tiga indikator yang mendapat nilai di atas C. Tiga indikator tersebut
adalah angka melek huruf (A), Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan
tinggi (B) dan angka harapan hidup saat lahir (B). Penilaian lima
indikator lainnya adalah sebagai berikut: rata-rata lama sekolah (C),
penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D),
jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (D), angka kematian
neonatal (E) dan angka kematian di bawah 5 tahun (E). Rata-rata skor
dari tujuan kesehatan dan pendidikan di Provinsi Sulawesi Utara adalah
1,75, lebih rendah dari rata-rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

4.1.26. Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.26.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi Tengah
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
(APK) Perguruan Tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A Mencapai/
(%) hampir
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A mencapai
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A target SDGs
Konstan 2016) (juta rupiah)
9.c Rumah tangga yang pernah 4 A
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B Mendekati
kemiskinan nasional (%) target SDGs
3.4 Angka Harapan Hidup saat 3 B

209
Target Indikator Skor Nilai Kategori
lahir (Tahun)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 3 B
layak (%)
8.6 Penduduk usia muda yang 3 B
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%) Mendekati
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B target SDGs
yang termasuk ke dalam
kategori pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
Masih
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C
seperempat
(t/ha)
jalan lagi
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C
menuju target
(Tahun)
SDGs
6.1 Rumah tangga dengan air 2 C
minum layak (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
parlemen (%)
10.1 Rasio Gini 1 D Baru setengah
10.1 Rasio Palma 1 D jalan menuju
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D target SDGs
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
12.5 Rumah tangga dengan 1 D
perilaku memilah sampah (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 1 D
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E Masih cukup
tahun (per 1.000 kelahiran jauh mencapai
hidup) target SDGs
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E

210
Target Indikator Skor Nilai Kategori
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%) Masih cukup
11.1 Rumah tangga yang 0 E jauh mencapai
memenuhi spesifikasi Rumah target SDGs
Sederhana Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,63

Secara keseluruhan, kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi Sulawesi


Tengah mendapatkan skor 1,63 (diantara C dan D) dan di bawah skor
nasional, yakni sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi, rata-rata
indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah jalan untuk
dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Tantangan terbesar pertama yang dihadapi Provinsi Sulawesi Tengah


dalam hal pencapaian SDGs adalah permasalahan daya dukung kota yang
berkelanjutan (SDGs ke-11, sustainable cities). Semua indikator yang
digunakan di dalam tujuan tersebut mendapat nilai E, yakni rumah tangga
yang memenuhi spesifikasi rumah sederhana sehat, rumah tangga dengan
jaringan air ledeng dan rata-rata partikulat (PM10). Selain itu, tujuan

211
perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (SDGs ke-16,
peace, justice and strong institutions) menjadi titik lemah lainnya dalam
kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi tersebut. Salah satu indikatornya
yang mendapatkan nilai E adalah kejadian pembunuhan. Berdasarkan
hasil proyeksi, indikator tersebut akan mencapai 1,63 per 100.000
penduduk pada tahun 2030, jauh lebih tinggi dari targetnya sebesar 0,32
(berkurang 50% dari kondisi saat ini).

Di sisi lain, tujuan SDGs yang tingkat kesiapannya sudah baik adalah
energi bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Indikator di dalam tujuan tersebut, yakni rasio elektrifikasi mendapat
nilai A, karena diproyeksikan akan mencapai 100% pada tahun 2030.
Provinsi Sulawesi Tengah juga mendapatkan penilaian yang baik terkait
tujuan industri, inovasi dan infrastruktur (SDGs ke-9, industry,
innovation and infrastructure). Salah satu indikator yang digunakan
untuk menjelaskan tujuan tersebut adalah persentase rumah tangga yang
pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir. Indikator tersebut
mendapat nilai A karena diproyeksikan akan mencapai 100% pada tahun
2030.

Ditinjau dari segi sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya


kesehatan (SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi Sulawesi
Tengah masih menghadapi tantangan yang berat. Pasalnya, dari delapan
indikator yang digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut,
hanya terdapat tiga indikator yang mendapat nilai di atas C. Tiga
indikator tersebut adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi
(A), angka melek huruf (A) dan angka harapan hidup saat lahir (B).
Penilaian lima indikator lainnya adalah sebagai berikut: rata-rata lama
sekolah (C), penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (D), angka kematian neonatal (E), angka kematian di bawah 5
tahun (E) dan jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (E). Rata-rata
skor dari tujuan kesehatan dan pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah
adalah 1,75, lebih rendah dari rata-rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

212
4.1.27. Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 4.27.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi Selatan
Target Indikator Skor Nilai Kategori
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
(APK) Perguruan Tinggi (%) Mencapai/
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A hampir
(%) mencapai
6.1 Rumah tangga dengan air 4 A target SDGs
minum layak (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
Konstan 2016) (juta rupiah)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 3 B
lahir (Tahun)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
yang termasuk kedalam Mendekati
kategori pekerja anak (%) target SDGs
9.1 Kondisi Jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C
(t/ha)
Masih
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C
seperempat
(Tahun)
jalan lagi
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 2 C
menuju target
(kelahiran per 1.000 wanita
SDGs
usia 15-19 tahun)
8.6 Penduduk usia muda yang 2 C

213
Target Indikator Skor Nilai Kategori
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
12.5 Rumah tangga dengan 2 C
perilaku memilah sampah (%)
14.5 Area keanekaragaman hayati 2 C
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
2.2 Balita dengan tinggi badan 1 D
pendek dan sangat pendek (%)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D
Baru setengah
mengakses internet dalam 3
jalan menuju
Bulan Terakhir (%)
target SDGs
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga dengan 1 D
jaringan air ledeng (%)
15.1 Area konservasi yang 1 D
dilindungi (% luas wilayah)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.5 Proporsi Perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
Masih cukup
10.1 Rasio Palma 0 E
jauh mencapai
11.1 Rumah tangga yang 0 E
target SDGs
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)

214
Target Indikator Skor Nilai Kategori
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,83

Provinsi Sulawesi Selatan dinilai membutuhkan usaha yang besar untuk


mempersiapkan pencapaian SDGs. Hal ini mengingat rata-rata skor
kesiapannya mendapat nilai 1,83 (diantara C dan D), hanya berbeda
sedikit dari skor nasional yang sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi,
rata-rata indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah
jalan untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Tantangan terbesar yang memerlukan percepatan dalam penanganannya


adalah faktor ketimpangan. Dari tiga indikator yang digunakan untuk
tujuan mengurangi ketimpangan (SDGs ke-10, reduced inequalities), dua
indikator mendapat nilai D sedangkan sisanya mendapatkan penilaian E,
yakni rasio palam. Dua indikator tersebut adalah rasio gini dan persentase
pengeluaran kelompok penduduk 40% terbawah. Tujuan SDGs lainnya
yang tingkat kesiapannya belum baik adalah perubahan iklim (SDGs ke-
13, climate action). Indikator yang digunakan untuk menjelaskan tujuan
tersebut adalah emisi CO2 per kapita. Indikator tersebut mendapatkan
nilai E karena diproyeksikan akan mencapai 40,7 ton CO2/kapita pada
tahun 2030, menjauhi target yang ingin dicapai, yaitu sebesar 4,4 ton
CO2/kapita (penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah tanpa kemiskinan (SDGs ke-1, no poverty) dan energi
bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Berdasarkan hasil proyeksi, proporsi penduduk miskin dengan garis
kemiskinan nasional, sebagai salah satu indikator SDGs ke-1, akan
berkurang dari sebesar 9,4% pada tahun 2015 menjadi sebesar 4,6% pada
tahun 2030 (melewati target penurunan sebesar 75% dari kondisi saat
ini). Oleh karena itu, indikator tersebut mendapatkan penilaian A.
Sementara itu, indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-7

215
adalah rasio elektrifikasi. Indikator tersebut mendapatkan penilaian A
karena rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Selatan diperkirakan akan
mencapai 100% pada tahun 2030.

Sebagai tambahan, kesiapan pencapaian SDGs terkait tujuan kesehatan


(SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4) di Provinsi Sulawesi Selatan
diperkirakan sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan dari delapan
indikator yang digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut,
terdapat empat indikator yang mendapat nilai di atas C. Empat indikator
tersebut adalah angka melek huruf (A), Angka Partisipasi Kasar (APK)
perguruan tinggi (A), angka kematian di bawah 5 tahun (A) dan angka
harapan hidup saat lahir (B). Penilaian empat indikator lainnya adalah
sebagai berikut: rata-rata lama sekolah (C), penduduk dengan kebiasaan
merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D), jumlah kematian akibat
kecelakaan lalu lintas (E) dan angka kematian neonatal (E). Rata-rata
skor dari tujuan kesehatan dan pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan
adalah 2,25, lebih tinggi sedikit dari rata-rata skor nasional, yakni sebesar
2,1.

4.1.28. Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel 4.28.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi Tenggara
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal 4 A
(per 1.000 kelahiran hidup)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran Mencapai/
hidup) hampir
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A mencapai
(APK) perguruan tinggi (%) target SDGs
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 4 A
(kelahiran per 1.000 wanita

216
Target Indikator Skor Nilai Kategori
usia 15-19 tahun)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A Mencapai/
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A hampir
Konstan 2016) (juta rupiah) mencapai
14.5 Area keanekaragaman hayati 4 A target SDGs
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
2.2 Balita dengan berat badan 3 B
kurus dan sangat kurus (%)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat 3 B
lahir (Tahun)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 3 B
(Tahun)
Mendekati
6.1 Rumah tangga dengan air 3 B
target SDGs
minum layak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
8.6 Penduduk usia muda yang 2 C
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%) Masih
seperempat
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 2 C
jalan lagi
yang termasuk kedalam
menuju target
kategori pekerja anak (%)
SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 2 C
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 2 C
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha) Baru setengah
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D jalan menuju
merokok tiap hari di atas usia target SDGs
15 tahun (%)

217
Target Indikator Skor Nilai Kategori
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D
mengakses internet dalam 3 Baru setengah
bulan terakhir (%) jalan menuju
10.1 Rasio Gini 1 D target SDGs
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
12.5 Rumah tangga dengan 1 D
perilaku memilah sampah (%)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
10.1 Rasio Palma 0 E
11.1 Rumah tangga yang 0 E
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%) Masih cukup
11.1 Rumah tangga dengan 0 E jauh mencapai
jaringan air ledeng (%) target SDGs
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 2,07

Provinsi Sulawesi Tenggara menghadapi tantangan yang cukup berat


dalam pencapaian SDGs. Hal ini dikarenakan proyeksi kesiapan
pencapaian SDGs secara umum di Provinsi tersebut mendapat nilai 2,07
(D), sedikit di atas skor nasional yang bernilai 1,85. Hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi
tersebut diproyeksikan baru setengah jalan untuk dapat memenuhi
targetnya pada tahun 2030.

218
Permasalahan ketimpangan (SDGs ke-10, reduced inequalities) dan
penanganan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate action) merupakan
dua tantangan terbesar yang dihadapi Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil
proyeksi menunjukkan bahwa rasio palma, sebagai salah satu indikator
SDGs ke-5, akan mencapai 1,9 pada 2030, masih lebih tinggi dari target
yang ingin dicapai, yaitu sebesar 1,19. Oleh sebab itu, indikator tersebut
mendapat nilai E. Sementara itu, Indikator yang digunakan di dalam
SDGs ke-13 adalah emisi CO2 per kapita. Indikator tersebut mendapat
nilai E karena diproyeksikan akan mencapai 14,4 tonCO2/kapita pada
tahun 2030, jauh lebih tinggi dari target yang ingin dicapai, yaitu sebesar
2,9 (penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah tanpa kemiskinan (SDGs ke-1, no poverty) dan energi
bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Berdasarkan hasil proyeksi, proporsi penduduk miskin dengan garis
kemiskinan nasional, sebagai salah satu indikator SDGs ke-1, akan
berkurang dari sebesar 12,9% pada tahun 2015 menjadi sebesar 5,6%
pada tahun 2030 (melewati target penurunan sebesar 75% dari kondisi
saat ini). Oleh karena itu, indikator tersebut mendapatkan penilaian A.
Sementara itu, indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-7
adalah rasio elektrifikasi. Indikator tersebut mendapatkan penilaian A
karena rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara diperkirakan
akan mencapai 100% pada tahun 2030.

Ditinjau dari aspek sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya


kesehatan (SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi Sulawesi
Tenggara dapat dikategorikan sudah memiliki kesiapan yang cukup baik.
Penyebabnya adalah dari delapan indikator yang digunakan untuk
menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat dua indikator yang
mendapat nilai di bawah B. Dua indikator tersebut adalah penduduk
dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D) dan jumlah
kematian akibat kecelakaan lalu lintas (E). Penilaian enam indikator
lainnya adalah sebagai berikut: angka kematian neonatal (A), angka
Kematian dibawah 5 tahun (A), angka melek huruf (A), Angka Partisipasi

219
Kasar (APK) perguruan tinggi (A), rata-rata lama sekolah (B) dan angka
harapan hidup saat lahir (B). Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan
pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 2,87, lebih tinggi dari
rata-rata skor nasional, yaitu sebesar 2,1.

4.1.29. Provinsi Gorontalo

Tabel 4.29.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Gorontalo
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
(APK) perguruan tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
6.1 Rumah tangga dengan air 4 A
minum layak (%) Mencapai/
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A hampir
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A mencapai
Konstan 2016) (juta rupiah) target SDGs
8.6 Penduduk usia muda yang 4 A
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 4 A
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 3 B
layak (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
Mendekati
yang termasuk kedalam
target SDGs
kategori pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B

220
Target Indikator Skor Nilai Kategori
terhadap luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 2 C
lahir (Tahun)
Masih
3.6 Jumlah kematian akibat 2 C
seperempat
kecelakaan lalu lintas (per
jalan lagi
100.000 penduduk)
menuju target
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 2 C
SDGs
(Tahun)
9.c Rumah tangga yang pernah 2 C
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D Baru setengah
Kerja Wanita (%) jalan menuju
10.1 Rasio Gini 1 D target SDGs
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
13 Emisi CO2 per kapita 1 D
(tCO2/kapita)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%) Masih cukup
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E jauh mencapai
kriteria jam kerja <35 (%) target SDGs
10.1 Rasio Palma 0 E
11.1 Rumah tangga yang 0 E
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
12.5 Rumah tangga dengan 0 E
perilaku memilah sampah (%)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E

221
Target Indikator Skor Nilai Kategori
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap Masih cukup
Luas wilayah (%) jauh mencapai
16 Risiko penduduk terkena 0 E target SDGs
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,78

Secara keseluruhan, kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi Gorontalo


mendapatkan skor 1,78 (diantara C dan D) dan di bawah skor nasional,
yakni sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi, rata-rata indikator-
indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah jalan untuk dapat
memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Tujuan-tujuan SDGs yang perlu mendapatkan perhatian sebagai bentuk


antisipasi dari hasil proyeksi di atas adalah kesetaraan gender (SDGs ke-
5, gender equality) dan ketimpangan (SDGs ke-10, reduced inequalities).
Salah satu indikator dari SDGs ke-5 yang mendapatkan penilaian E
adalah partisipasi perempuan dalam parlemen. Berdasarkan hasil
proyeksi, indikator tersebut akan mencapai 16,9% pada tahun 2030,
masih jauh dari target yang ingin dicapai, yakni 37% (peningkatan dua
kali lipat dari kondisi saat ini). Sementara itu, tiga indikator yang
digunakan untuk menggambarkan permasalahan ketimpangan mendapat
nilai di bawah C. Dua indikator mendapat nilai D, yakni rasio gini dan
persentase pengeluaran kelompok penduduk 40% terbawah, dan satu
indikator mendapat nilai E, yaitu rasio palma.

Di sisi lain, tujuan SDGs yang tingkat kesiapannya sudah baik adalah
energi bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Indikator di dalam tujuan tersebut, yakni rasio elektrifikasi mendapat
nilai A, karena diproyeksikan akan mencapai 100% pada tahun 2030.

222
Provinsi Gorontalo juga mendapatkan penilaian yang baik terkait tujuan
pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (SDGs ke-8, decent work and
economic growth). Salah satu indikator yang digunakan untuk
menjelaskan tujuan tersebut adalah persentase penduduk usia muda yang
tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan. Indikator tersebut
mendapat nilai A karena diproyeksikan akan mencapai 10,9% pada tahun
2030, lebih rendah dari target yang ingin dicapai, yakni 12,3%
(penurunan sebesar 50% dari kondisi saat ini).

Sebagai tambahan, tantangan pencapaian SDGs terkait tujuan kesehatan


(SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4) di Provinsi Gorontalo
diperkirakan masih berat. Hal ini dikarenakan dari delapan indikator yang
digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat
dua indikator yang mendapat nilai di atas C. Dua indikator tersebut
adalah angka melek huruf (A) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
perguruan tinggi (B). Penilaian enam indikator lainnya adalah sebagai
berikut: adalah rata-rata lama sekolah (C), jumlah kematian akibat
kecelakaan lalu lintas (C), dan angka harapan hidup saat lahir (C),
penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D),
angka kematian neonatal (E) dan angka kematian di bawah 5 tahun (E).
Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan pendidikan di Provinsi
Gorontalo adalah 1,87, lebih rendah dari rata-rata skor nasional, yakni
sebesar 2,1.

4.1.30. Provinsi Sulawesi Barat

Tabel 4.30.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Sulawesi Barat
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan berat badan 4 A
kurus dan sangat kurus (%)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A Mencapai/
(APK) Perguruan Tinggi (%) hampir
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A mencapai
(%) target SDGs
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A

223
Target Indikator Skor Nilai Kategori
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
Konstan 2016) (juta rupiah) Mencapai/
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A hampir
baik dan sedang (% dari total mencapai
panjang jalan) target SDGs
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 4 A
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 3 B
(Tahun)
Mendekati
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 3 B
target SDGs
layak (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 2 C
(t/ha)
3.4 Angka Harapan Hidup Saat 2 C Masih
lahir (Tahun) seperempat
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 2 C jalan lagi
Kerja Wanita (%) menuju target
8.6 Penduduk usia muda yang 2 C SDGs
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
10.1 Rasio Gini 2 C
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 2 C
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%) Baru setengah
10.1 Rasio Palma 1 D jalan menuju
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D target SDGs
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
15.1 Proporsi luas area hutan 1 D
terhadap luas daratan (%)

224
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 0 E
minum layak (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
Masih cukup
11.1 Rumah tangga yang 0 E
jauh mencapai
memenuhi spesifikasi Rumah
target SDGs
Sederhana Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
12.5 Rumah tangga dengan 0 E
perilaku memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 0
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,6

Provinsi Sulawesi Barat menghadapi tantangan yang berat dalam


pencapaian SDGs. Hal ini dikarenakan proyeksi kesiapan pencapaian
SDGs secara umum di Provinsi tersebut mendapat nilai 1,6 (diantara C
dan D), di bawah skor nasional yang bernilai 1,85. Hal ini

225
mengindikasikan bahwa mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi
tersebut diproyeksikan baru setengah jalan untuk dapat memenuhi
targetnya pada tahun 2030.

Tujuan-tujuan SDGs yang perlu mendapatkan perhatian sebagai bentuk


antisipasi dari hasil proyeksi di atas adalah kesehatan (SDGs ke-3, good
health and well-being) dan perubahan iklim (SDGs ke-13, climate
action). Salah satu indikator SDGs ke-3 yang mendapatkan penilaian E
adalah angka kematian neonatal. Hingga tahun 2030, indikator tersebut
diproyeksikan akan mencapai 47 kasus per 1.000 kelahiran hidup, sangat
jauh dari target SDGs, yakni sebesar 12. Sementara itu, indikator yang
digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-13, yaitu emisi CO2 per kapita,
mendapatkan nilai E. Indikator ini diperkirakan akan mencapai 1,47
tonCO2/kapita pada tahun 2030, masih lebih tinggi dari targetnya sebesar
0,76 tonCO2/kapita (penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Di sisi lain, aspek pendidikan merupakan tujuan SDGs (SDGs ke-4,


quality education) yang tingkat kesiapannya sudah baik. Salah satu
buktinya adalah indikator angka melek huruf usia 15-24 yang
diproyeksikan akan mencapai 100% pada tahun 2030, sehingga mendapat
penilaian A. Provinsi Sulawesi Barat juga mendapatkan penilaian yang
baik terkait tujuan energi bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable
and clean energy). Indikator yang digunakan untuk menggambarkan
tujuan tersebut adalah rasio elektrifikasi yang mendapat nilai A. Rasio
elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Barat diperkirakan akan mencapai
100% pada tahun 2030.

226
4.2.31. Provinsi Maluku

Tabel 4.31.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Maluku
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.3 Produktivitas tanaman pangan 4 A
(t/ha)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 4 A
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 4 A
(Tahun)
Mencapai/
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
hampir
(APK) Perguruan Tinggi (%)
mencapai
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
target SDGs
(%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 4 A
layak (%)
7.1 Rasio Elektrifikasi (%) 4 A
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 4 A
16.1 Kejadian pembunuhan (per 4 A
100.000 penduduk)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 3 B
pendek dan sangat pendek (%)
2.2 Balita dengan berat badan 3 B
kurus dan sangat kurus (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B Mendekati
yang termasuk kedalam target SDGs
kategori pekerja anak (%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 3 B
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 2 C
Masih
lahir (Tahun)
seperempat
8.1 PDRB per kapita (Harga 2 C
jalan lagi
Konstan 2016) (juta rupiah)
menuju target
8.6 Penduduk usia muda yang 2 C
SDGs
tidak bekerja, tidak sekolah

227
Target Indikator Skor Nilai Kategori
dan tidak pelatihan (%)
10.1 Rasio Gini 2 C
3.6 Jumlah kematian akibat 1 D
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 1 D
Baru setengah
minum layak (%)
jalan menuju
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D
target SDGs
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
10.1 Rasio Palma 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga yang 1 D
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E
parlemen (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
12.5 Rumah tangga dengan 0 E Masih cukup
perilaku Memilah Sampah (%) jauh mencapai
13 Emisi CO2 per kapita 0 E target SDGs
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E

228
Target Indikator Skor Nilai Kategori
penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 0 E
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
Rata-rata 1,85

Provinsi Maluku dinilai membutuhkan usaha yang besar untuk


mempersiapkan pencapaian SDGs. Hal ini mengingat rata-rata skor
kesiapannya mendapat nilai 1,85 (diantara C dan D), sama dengan skor
nasional. Berdasarkan hasil proyeksi, rata-rata indikator-indikator SDGs
di Provinsi tersebut baru setengah jalan untuk dapat memenuhi targetnya
pada tahun 2030.

Permasalahan kesetaraan gender (SDGs ke-5, gender equality) dan


perubahan iklim (SDGs ke-13, climate action) merupakan dua tantangan
terbesar yang dihadapi Provinsi Maluku. Hasil proyeksi menunjukkan
bahwa proporsi wanita dalam parlemen, sebagai salah satu indikator
SDGs ke-5, akan mencapai 10,5% pada 2030, masih lebih rendah dari
target yang ingin dicapai, yaitu sebesar 23,3%. Oleh sebab itu, indikator
tersebut mendapat nilai E. Sementara itu, Indikator yang digunakan di
dalam SDGs ke-13 adalah emisi CO2 per kapita. Indikator tersebut
mendapat nilai E karena diproyeksikan akan mencapai 6,8 tonCO2/kapita
pada tahun 2030, jauh lebih tinggi dari target yang ingin dicapai, yaitu
sebesar 1,9 (penurunan sebesar 29% dari kondisi saat ini).

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah tanpa kelaparan (SDGs ke-2, zero hungry) dan energi
bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable and clean energy).
Berdasarkan hasil proyeksi, produktivitas tanaman pangan, sebagai salah
satu indikator SDGs ke-2, akan meningkat dari sebesar 6,2 ton/ha pada
tahun 2014 menjadi sebesar 7,1 ton/ha pada tahun 2030 (melewati
targetnya sebesar 7,2 ton/ha). Oleh karena itu, indikator tersebut
mendapatkan penilaian A. Sementara itu, indikator yang digunakan untuk
menjelaskan SDGs ke-7 adalah rasio elektrifikasi. Indikator tersebut

229
mendapatkan penilaian A karena rasio elektrifikasi di Provinsi Maluku
diperkirakan akan mencapai 100% pada tahun 2030.

Ditinjau dari aspek sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya


kesehatan (SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi Maluku
dapat dikategorikan sudah memiliki kesiapan yang cukup baik.
Penyebabnya adalah dari delapan indikator yang digunakan untuk
menggambarkan kedua tujuan tersebut, terdapat empat indikator yang
mendapat nilai A. Empat indikator tersebut adalah angka Kematian
dibawah 5 tahun, rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK)
perguruan tinggi dan angka melek huruf. Penilaian empat indikator
lainnya adalah sebagai berikut: angka harapan hidup saat lahir (C),
penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D),
jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (D) dan angka kematian
neonatal (E). Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan pendidikan di
Provinsi Maluku adalah 2,5, lebih tinggi dari rata-rata skor nasional, yaitu
sebesar 2,1.

4.1.32. Provinsi Maluku Utara

Tabel 4.32.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Maluku Utara
Target Indikator Skor Nilai Kategori
1.2 Penduduk miskin dengan garis 4 A
kemiskinan nasional (%)
3.6 Jumlah kematian akibat 4 A
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
Mencapai/
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
hampir
(APK) Perguruan Tinggi (%)
mencapai
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
target SDGs
(%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 4 A
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 3 B Mendekati

230
Target Indikator Skor Nilai Kategori
kemiskinan $1.90 per hari (%) target SDGs
2.2 Balita dengan berat badan 3 B
kurus dan sangat kurus (%)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 3 B
(Tahun)
8.6 Penduduk usia muda yang 3 B
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C
pendek dan sangat pendek (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 2 C
lahir (Tahun) Masih
seperempat
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 2 C
jalan lagi
layak (%)
menuju target
8.1 PDRB per kapita (Harga 2 C
SDGs
Konstan 2016) (juta rupiah)
10.1 Rasio Gini 2 C
10.1 Rasio Palma 2 C
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%)
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
parlemen (%)
6.1 Rumah tangga dengan air 1 D Baru setengah
minum layak (%) jalan menuju
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D target SDGs
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
11.1 Rumah tangga yang 1 D
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan 1 D

231
Target Indikator Skor Nilai Kategori
jaringan air ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 1 D
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 1 D
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
12.5 Rumah tangga dengan 0 E
perilaku memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E Masih cukup
laut yang dilindungi (% luas jauh mencapai
perairan) target SDGs
15.1 Persentase lahan kritis 0 E
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
Rata-rata 1,65

Secara keseluruhan, kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi Maluku Utara


mendapatkan skor 1,65 (diantara C dan D) dan di bawah skor nasional,
yakni sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi, rata-rata indikator-
indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah jalan untuk dapat
memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Tantangan terbesar pertama yang dihadapi Provinsi Maluku Utara dalam


hal pencapaian SDGs adalah permasalahan perubahan iklim (SDGs ke-

232
13, climate action). Indikator yang digunakan untuk menjelaskan tujuan
tersebut, yaitu emisi CO2 per kapita, mendapatkan nilai E. Indikator ini
diperkirakan akan mencapai 2,07 tonCO2/kapita pada tahun 2030, masih
lebih tinggi dari targetnya sebesar 1,2 tonCO2/kapita (penurunan sebesar
29% dari kondisi saat ini). Selain itu, tujuan perdamaian, keadilan dan
kelembagaan yang tangguh (SDGs ke-16, peace, justice and strong
institutions) menjadi titik lemah lainnya dalam kesiapan pencapaian
SDGs di Provinsi tersebut. Salah satu indikatornya yang mendapatkan
nilai E adalah kejadian pembunuhan. Berdasarkan hasil proyeksi,
indikator tersebut akan mencapai 0,54 per 100.000 penduduk pada tahun
2030, jauh lebih tinggi dari targetnya sebesar 0,3 (berkurang 50% dari
kondisi saat ini).

Sebagai tambahan, kesiapan pencapaian SDGs terkait tujuan kesehatan


(SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4) di Provinsi Maluku Utara
diperkirakan cukup baik. Hal ini dikarenakan dari delapan indikator yang
digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut, terdapat empat
indikator yang mendapat nilai di bawah B. Empat indikator tersebut
adalah angka harapan hidup saat lahir (C), penduduk dengan kebiasaan
merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D), angka kematian neonatal (E)
dan angka kematian di bawah 5 tahun (E). Penilaian empat indikator
lainnya adalah sebagai berikut: angka melek huruf (A), Angka Partisipasi
Kasar (APK) perguruan tinggi (A), jumlah kematian akibat kecelakaan
lalu lintas (A) dan rata-rata lama sekolah (B). Rata-rata skor dari tujuan
kesehatan dan pendidikan di Provinsi Maluku Utara adalah 2,25, sedikit
lebih tinggi dari rata-rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

233
4.1.33. Provinsi Papua Barat

Tabel 4.33.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Papua Barat
Target Indikator Skor Nilai Kategori
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 4 A
(Tahun)
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
(APK) Perguruan Tinggi (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 4 A
(%)
Mencapai/
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A
hampir
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A
mencapai
Konstan 2016) (juta rupiah)
target SDGs
14.5 Area keanekaragaman hayati 4 A
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
15.1 Persentase lahan kritis 4 A
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 3 B
kemiskinan nasional (%)
2.2 Balita dengan berat badan 3 B
kurus dan sangat kurus (%)
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 3 B
layak (%)
Mendekati
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 3 B
target SDGs
yang termasuk kedalam
kategori pekerja anak (%)
15.1 Area konservasi yang 3 B
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 3 B
terhadap luas daratan (%)
1.1 Penduduk miskin dengan garis 2 C
kemiskinan $1.90 per hari (%)
3.4 Angka Harapan Hidup saat 2 C Masih
lahir (Tahun) seperempat
6.1 Rumah tangga dengan air 2 C jalan lagi
minum layak (%) menuju target
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 2 C SDGs
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
2.2 Balita dengan tinggi badan 1 D Baru setengah
pendek dan sangat pendek (%) jalan menuju
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D target SDGs
(t/ha)

234
Target Indikator Skor Nilai Kategori
3.a Penduduk dengan kebiasaan 1 D
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 1 D
Kerja Wanita (%) Baru setengah
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D jalan menuju
mengakses internet dalam 3 target SDGs
bulan terakhir (%)
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
12.5 Rumah tangga dengan 1 D
perilaku Memilah Sampah (%)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 1 D
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per
100.000 penduduk)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 0 E
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun) Masih cukup
5.5 Proporsi perempuan dalam 0 E jauh mencapai
parlemen (%) target SDGs
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
8.6 Penduduk usia muda yang 0 E
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
10.1 Rasio Palma 0 E
11.1 Rumah tangga yang 0 E
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%)
11.1 Rumah tangga dengan 0 E
jaringan air ledeng (%)
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 0 E
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)

235
Target Indikator Skor Nilai Kategori
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E Masih cukup
100.000 penduduk) jauh mencapai
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E target SDGs
penduduk)
Rata-rata 1,53

Provinsi Papua Barat menghadapi tantangan yang berat dalam pencapaian


SDGs. Hal ini dikarenakan proyeksi kesiapan pencapaian SDGs secara
umum di Provinsi tersebut mendapat nilai 1,53 (diantara C dan D), di
bawah skor nasional yang bernilai 1,85. Hal ini mengindikasikan bahwa
mayoritas indikator-indikator SDGs di Provinsi tersebut diproyeksikan
baru setengah jalan untuk dapat memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Permasalahan daya dukung perkotaan (SDGs ke-11, sustainable cities)


dan perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (SDGs ke-16,
peace, justice and strong institutions) merupakan dua tantangan terbesar
yang dihadapi Provinsi Papua Barat. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa
proporsi rumah tangga dengan spesifikasi rumah sederhana sehat hanya
akan mencapai 47% pada tahun 2030 dari target 100%. Hal ini
merupakan salah satu indikator SDGs ke-11 yang mendapatkan penilaian
E di Provinsi tersebut. Sementara itu, salah satu indikator yang digunakan
untuk menjelaskan SDGs ke-16 adalah kejadian pembunuhan. Indikator
tersebut mendapat nilai E karena berdasarkan hasil proyeksi, kasus
pembunuhan akan menjadi 7,28 per 100.000 penduduk pada tahun 2030,
jauh lebih tinggi dari targetnya sebesar 1,14 (berkurang 50% dari kondisi
saat ini).

Sebaliknya, tujuan-tujuan SDGs yang dinilai telah memiliki kesiapan


yang baik adalah energi bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable
and clean energy) dan ekosistem darat (SDGs ke-15, life on land).
Indikator yang digunakan untuk menjelaskan SDGs ke-7 adalah rasio
elektrifikasi. Indikator tersebut mendapatkan penilaian A karena rasio
elektrifikasi di Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mencapai 100%
pada tahun 2030. Sementara itu, persentase lahan kritis terhadap luas
wilayah di Provinsi tersebut akan mencapai 0,072% pada tahun 2030,

236
jauh lebih rendah dari target sebesar 0,92% (penurunan sebesar 50% dari
kondisi saat ini). Hal ini merupakan salah satu indikator SDGs ke-13 dan
mendapatkan penilaian A.

Perihal sumber daya manusia dalam SDGs, khususnya kesehatan (SDGs


ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4), Provinsi Papua Barat masih
menghadapi tantangan yang berat. Pasalnya, dari delapan indikator yang
digunakan untuk menggambarkan kedua tujuan tersebut, terdapat lima
indikator yang mendapat nilai di bawah B sedangkan sisanya mendapat
nilai A. Indikator-indikator yang mendapat nilai A adalah Angka
Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi , angka melek huruf dan rata-
rata lama sekolah. Penilaian lima indikator lainnya adalah sebagai
berikut: angka harapan hidup saat lahir (C), penduduk dengan kebiasaan
merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (D), angka kematian neonatal (E),
angka kematian di bawah 5 tahun (E) dan jumlah kematian akibat
kecelakaan lalu lintas (E). Rata-rata skor dari tujuan kesehatan dan
pendidikan di Provinsi Papua Barat adalah 1,87, lebih rendah dari rata-
rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

4.1.34. Provinsi Papua

Tabel 4.34.
Scorecard Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Papua
Target Indikator Skor Nilai Kategori
4.3 Angka Partisipasi Kasar 4 A
(APK) perguruan tinggi (%)
7.1 Rasio elektrifikasi (%) 4 A Mencapai/
8.1 PDRB per kapita (Harga 4 A hampir
Konstan 2016) (juta rupiah) mencapai
15.1 Persentase lahan kritis 4 A target SDGs
(kritis+sangat kritis) terhadap
Luas wilayah (%)
5.5 Tingkat Partisipasi Angkatan 3 B
Mendekati
Kerja Wanita (%)
target SDGs
11.6 Rata-rata Partikulat (PM10) 3 B
1.1 Penduduk miskin dengan garis 2 C
kemiskinan $1.90 per hari (%)
1.2 Penduduk miskin dengan garis 2 C
kemiskinan nasional (%)

237
Target Indikator Skor Nilai Kategori
2.2 Balita dengan tinggi badan 2 C Masih
pendek dan sangat pendek (%) seperempat
2.2 Balita dengan berat badan 2 C jalan lagi
kurus dan sangat kurus (%) menuju target
3.4 Angka Harapan Hidup saat 2 C SDGs
lahir (Tahun)
3.a Penduduk dengan kebiasaan 2 C
merokok tiap hari di atas usia
15 tahun (%)
4.6 Angka melek huruf usia 15-24 2 C
(%)
9.1 Kondisi jalan dengan kualitas 2 C
baik dan sedang (% dari total
panjang jalan)
2.3 Produktivitas tanaman pangan 1 D
(t/ha)
4.1 Rata-rata Lama Sekolah 1 D
(Tahun)
5.3 Tingkat Kesuburan Wanita 1 D
(kelahiran per 1.000 wanita
usia 15-19 tahun)
5.5 Proporsi perempuan dalam 1 D
parlemen (%)
8.7 Penduduk usia 5-14 tahun 1 D
yang termasuk kedalam Baru setengah
kategori pekerja anak (%) jalan menuju
9.c Rumah tangga yang pernah 1 D target SDGs
mengakses internet dalam 3
bulan terakhir (%)
10.1 Rasio Gini 1 D
10.1 Persentase Pengeluaran 1 D
Kelompok Penduduk 40
Persen Terbawah
15.1 Area konservasi yang 1 D
dilindungi (% luas wilayah)
15.1 Proporsi luas area hutan 1 D
terhadap luas daratan (%)
3.2 Angka Kematian Neonatal 0 E
(per 1.000 kelahiran hidup)
3.2 Angka Kematian di Bawah 5 0 E
tahun (per 1.000 kelahiran
hidup)
3.6 Jumlah kematian akibat 0 E
kecelakaan lalu lintas (per Masih cukup
100.000 penduduk) jauh mencapai
6.1 Rumah tangga dengan air 0 E target SDGs
minum layak (%)

238
Target Indikator Skor Nilai Kategori
6.2 Rumah tangga dengan sanitasi 0 E
layak (%)
8.5 Tingkat pengangguran dengan 0 E
kriteria jam kerja <35 (%)
8.6 Penduduk usia muda yang 0 E
tidak bekerja, tidak sekolah
dan tidak pelatihan (%)
10.1 Rasio Palma 0 E
11.1 Rumah tangga yang 0 E
memenuhi spesifikasi Rumah
Sederhana Sehat (%) Masih cukup
11.1 Rumah tangga dengan 0 E jauh mencapai
jaringan air ledeng (%) target SDGs
12.5 Rumah tangga dengan 0 E
perilaku memilah sampah (%)
13 Emisi CO2 per kapita 0 E
(tCO2/kapita)
14.5 Area keanekaragaman hayati 0 E
laut yang dilindungi (% luas
perairan)
16 Risiko penduduk terkena 0 E
tindak pidana / Crime Rate
(Per 100.000 Penduduk)
16.1 Kejadian pembunuhan (per 0 E
100.000 penduduk)
16.3 Jumlah tahanan (per 100.000 0 E
penduduk)
16.9 Anak di bawah 5 tahun yang 0 E
sudah memiliki akte kelahiran
(%)
Rata-rata 1,2

Provinsi Papua dinilai membutuhkan usaha yang sangat besar untuk


mempersiapkan pencapaian SDGs. Hal ini mengingat rata-rata skor
kesiapannya mendapat nilai 1,2 (D), lebih rendah dari skor nasional,
yakni sebesar 1,85. Berdasarkan hasil proyeksi, rata-rata indikator-
indikator SDGs di Provinsi tersebut baru setengah jalan untuk dapat
memenuhi targetnya pada tahun 2030.

Tantangan terbesar pertama yang dihadapi Provinsi Papua dalam hal


pencapaian SDGs adalah permasalahan sanitasi layak dan air bersih
(SDGs ke-6, sanitation and clean water). Dua indikator yang di dalam

239
tujuan tersebut mendapat nilai E, yakni rumah tangga dengan air minum
layak dan rumah tangga dengan sanitasi layak. Hasil proyeksi
menunjukkan bahwa keduanya hanya akan mencapai 34,6% dan 30,5%
pada tahun 2030, secara berturut-turut, dari target sebesar 100%. Selain
itu, tujuan perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (SDGs
ke-16, peace, justice and strong institutions) menjadi titik lemah lainnya
dalam kesiapan pencapaian SDGs di Provinsi tersebut. Salah satu
indikatornya yang mendapatkan nilai E adalah kejadian pembunuhan.
Berdasarkan hasil proyeksi, indikator tersebut akan mencapai 7,26 per
100.000 penduduk pada tahun 2030, jauh lebih tinggi dari targetnya
sebesar 1,14 (berkurang 50% dari kondisi saat ini).

Di sisi lain, tujuan energi bersih dan terjangkau (SDGs ke-7, affordable
and clean energy) merupakan satu-satunya tujuan SDGs yang memiliki
tingkat kesiapan paling baik di Provinsi Papua, dimana indikatornya
mendapat nilai A, yakni rasio elektrifikasi. Rasio elektrifikasi di Provinsi
tersebut diproyeksikan akan mencapai 100% pada tahun 2030. Dilihat
dari penilaian per indikator, hanya terdapat enam indikator yang
mendapat nilai di atas C, termasuk indikator rasio elektrifikasi. Indikator-
indikator tersebut adalah angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi
(A) (SDGs ke-4), PDRB per kapita (harga konstan 2016) (SDGs ke-8),
persentase lahan kritis (SDGs ke-15), tingkat partisipasi angkatan kerja
wanita (SDGs ke-5) dan rata-rata partikulat (PM10) (SDGs ke-11).

Sebagai tambahan, tantangan pencapaian SDGs terkait tujuan kesehatan


(SDGs ke-3) dan pendidikan (SDGs ke-4) di Provinsi Papua diperkirakan
berat. Hal ini dikarenakan dari delapan indikator yang digunakan untuk
menggambarkan kedua tujuan tersebut, hanya terdapat satu indikator
yang mendapat nilai A, yakni Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan
tinggi. Penilaian tujuh indikator sisanya adalah sebagai berikut: angka
harapan hidup saat lahir (C), penduduk dengan kebiasaan merokok tiap
hari di atas usia 15 tahun (C), angka melek huruf (C), rata-rata lama
sekolah (D), angka kematian neonatal (E), angka kematian di bawah 5
tahun (E) dan jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (E). Rata-rata

240
skor dari tujuan kesehatan dan pendidikan di Provinsi Papua adalah 1,37,
jauh di bawah rata-rata skor nasional, yakni sebesar 2,1.

4.2 Analisis antar Provinsi

Bagaimana kesiapan daerah-daerah sebagaimana digambarkan oleh


proyeksi tren pencapaian SDGs antar Provinsi? Tentu perlu diingat
bahwa proyeksi tren ini dilakukan berdasarkan skenario atau asumsi
business-as-usual. Artinya jika kebijakan, program dan implementasi dari
kegiatan yang dicerminkan oleh ke 41 indikator terpilih masih mengikuti
tren historis 10-15 tahun ke belakang, maka hasil-hasil tersebut yang akan
diperoleh di tahun 2030.

Setelah menampilkan dan mendeskripsikan secara detail di tingkat


Provinsi, pembahasan di sub-bab 4.2 ini lebih pada memberikan
gambaran keseluruhan dari proyeksi pencapaian SDGs antar Provinsi.
Apakah ada pola tertentu dari hasil proyeksi tren baseline historis ini dari
41 indikator SDGs terpilih? Provinsi-provinsi mana yang relatif siap dan
sebaliknya provinsi-provinsi mana yang relatif sangat tidak siap.

Tabel berikut ini memberikan gambaran secara keseluruhan dengan cara


menyandingkan 41 indikator SDGs terpilih untuk ke 34 Provinsi. Hasil
yang disandingkan adalah nilai dari scorecard masing-masing indikator
SDGs. Tabel tersebut melanjutkan pembahasan di sub-bab 4.1
sebelumnya dan bersifat self-explanatory. Gambaran yang diperoleh dari
Tabel tersebut sangat bermanfaat bagi pengambil kebijakan di pusat dan
daerah untuk menilai kesiapan daerah sebagaimana direpresentasikan di
tingkat Provinsi dalam menghadapi SDGs.

Beberapa catatan penting yang dapat diambil dari tabel berikut ini adalah
sebagai berikut:

241
Tabel 4.35
Analisis Kesiapan Provinsi Menghadapi SDGs (Indikator Terpilih)

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

BENGKULU

BELITUNG
LAMPUNG

KEP. RIAU
SELATAN

BANGKA
UTARA

BARAT
PROVINSI

JAMBI
ACEH

RIAU

KEP.
TUJUAN
Indikator

1 TANPA KEMISKINAN
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) B B B B B B C B A B
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%) B A A A A B B B A A
2 TANPA KELAPARAN
Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) C C C C C B C C A C
Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%) B B A A B B C B B B
Produktivitas tanaman pangan (t/ha) D A A D B B D C E D
3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA
Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) E E A A A A A A A A
Angka kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup) E E A A E E A D A B
Angka harapan hidup saat lahir (tahun) B B B B B B B B B B
Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk) E E E E E E E E E D
Penduduk dgn kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 thn (%) D D D D D D D D D D
4 PENDIDIKAN BERKUALITAS
Rata-rata lama sekolah (Tahun) B B C C C C B C C A
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%) B B B A A B B A A A
Angka melek huruf usia 15-24 (%) A A A A A A A A A A
5 KESETARAAN GENDER
Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) C C A A E E C E E A
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%) D D D D D D D D D D
Proporsi perempuan dalam parlemen (%) E E D E E E E E E E
6 AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK
Rumah tangga dengan air minum layak (%) D C C B D C E D A A
Rumah tangga dengan sanitasi layak (%) C A D C A A D C A A
7 ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU
Rasio Elektrifikasi (%) A A A A A A A A A A
8 PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah) D A A A A A A A A A
242
Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%) E E E E E E E E E E
Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan (%) E D C C D D D E E A
Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk kedalam kategori pekerja anak (%) B B B B B B B B A A
9 INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASRTUKTUR
Kondisi jalan dengan kualitas baik dan sedang (% dari total panjang jalan) B C B B A B B B A A
Rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir (%) D D D A C D A E D A
10 BERKURANGNYA KESENJANGAN
Rasio Gini C C C C C C C C A C
Rasio Palma C C C D C D D D A C
Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah C C C D D D D D C D
11 KOTA DAN PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN
Rumah tangga yang memenuhi spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%) E D D D D D D D C C
Rumah tangga dengan jaringan air ledeng (%) E E E E E D E E E B
Rata-Rata Partikulat (PM10) A E E E A E D C D E
12 KONSUMSI DAN PRODUKSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
Rumah tangga dengan perilaku memilah sampah (%) E E E E E E E E E E
13 PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM
Emisi CO2 per kapita (tCo2/kapita) A E E E E E D E E E
14 EKOSISTEM LAUTAN
Area keanekaragaman hayati laut yang dilindungi (% luas perairan) D E A A D E A
15 EKOSISTEM DARATAN
Proporsi luas area hutan terhadap luas daratan (%) B B B D D D D B D B
Area konservasi yang dilindungi (% luas wilayah) B B B B B B B B B D
Persentase lahan kritis terhadap luas wilayah (%) E A E A E E E E A E
16 PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH
Kejadian pembunuhan (per 100.000 penduduk) E E E A E E E A E D
Risiko penduduk terkena tindak tidana (per 100.000 Penduduk) E E E E E E E E E E
Jumlah tahanan (per 100.000 penduduk) E E E E E E E E E E
Anak di bawah 5 tahun yang sudah memiliki akte kelahiran (%) A C A A A A A A A A
Rata-Rata Nilai Provinsi 1.68 1.78 2.07 2.22 1.88 1.73 1.73 1.73 2.20 2.37

243
YOGYAKARTA
DKI JAKARTA

JAWA BARAT

JAWA TIMUR

TENGGARA

TENGGARA
TENGAH

BANTEN
PROVINSI

BARAT

TIMUR
JAWA

NUSA

NUSA
BALI
TUJUAN

DI
Indikator

1 TANPA KEMISKINAN
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) B B B B B B A B C
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%) B B B B B A A B B
2 TANPA KELAPARAN
Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) C C C B C B C C D
Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%) A B B B B B B A A
Produktivitas tanaman pangan (t/ha) A A A B A C B C E
3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA
Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) A A B C A A E E E
Angka kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup) A A E E A E E E E
Angka harapan hidup saat lahir (tahun) B B A B B B B C C
Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk) E E E E E E E E E
Penduduk dgn kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 thn (%) D D C D D D E D E
4 PENDIDIKAN BERKUALITAS
Rata-rata lama sekolah (Tahun) A C C A C C B B C
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%) C B B D B A B B A
Angka melek huruf usia 15-24 (%) A A A A A A A A A
5 KESETARAAN GENDER
Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) A B A C E A D E B
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%) D D D C D D B D C
Proporsi perempuan dalam parlemen (%) D E E D E D E E E
6 AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK
Rumah tangga dengan air minum layak (%) A B B A A B A B C
Rumah tangga dengan sanitasi layak (%) A B A A A A A A E
7 ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU
Rasio Elektrifikasi (%) A A A A A A A A A
8 PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah) A A A A A A A C D
Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%) E E E E E E E E E
Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan (%) C C E C D C B D E
244
Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk kedalam kategori pekerja anak (%) A A A A A B B B B
9 INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASRTUKTUR
Kondisi jalan dengan kualitas baik dan sedang (% dari total panjang jalan) A A B A A B A A A
Rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir (%) A C C A C C B D A
10 BERKURANGNYA KESENJANGAN
Rasio Gini D D C D C D D C D
Rasio Palma E E D E D E E D D
Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah D D D D D D D D D
11 KOTA DAN PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN
Rumah tangga yang memenuhi spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%) D D D C D D D D E
Rumah tangga dengan jaringan air ledeng (%) E E E E E E E E D
Rata-Rata Partikulat (PM10) E E E E E D E E A
12 KONSUMSI DAN PRODUKSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
Rumah tangga dengan perilaku memilah sampah (%) E D D D E E D E D
13 PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM
Emisi CO2 per kapita (tCo2/kapita) E E E E E E E E E
14 EKOSISTEM LAUTAN
Area keanekaragaman hayati laut yang dilindungi (% luas perairan) A A B E E E E A
15 EKOSISTEM DARATAN
Proporsi luas area hutan terhadap luas daratan (%) D B B B D B B B D
Area konservasi yang dilindungi (% luas wilayah) B B B B B B B D B
Persentase lahan kritis terhadap luas wilayah (%) E A A D A C A A
16 PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH
Kejadian pembunuhan (per 100.000 penduduk) E E A A A A E E E
Risiko penduduk terkena tindak tidana (per 100.000 Penduduk) E E E E A E E E E
Jumlah tahanan (per 100.000 penduduk) E E E A E E D D D
Anak di bawah 5 tahun yang sudah memiliki akte kelahiran (%) A A A A A B A B D
Rata-Rata Nilai Provinsi 2.17 2.05 2.17 2.30 2.10 2.07 1.93 1.63 1.66

245
KALIMANTAN

KALIMANTAN

KALIMANTAN

KALIMANTAN

KALIMANTAN

TENGGARA
SULAWESI

SULAWESI

SULAWESI

SULAWESI
SELATAN

SELATAN
TENGAH

TENGAH
UTARA

UTARA
BARAT
PROVINSI

TIMUR
TUJUAN
Indikator

1 TANPA KEMISKINAN
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) B A A A A B B B B
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%) A A A A A B B A A
2 TANPA KELAPARAN
Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) C C C A A C C D C
Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%) C A B A A B A A B
Produktivitas tanaman pangan (t/ha) E D C C D C C C D
3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA
Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) A E E A A E E A A
Angka kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup) A E E A A E E E A
Angka harapan hidup saat lahir (tahun) B B B A B B B B B
Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk) E E E E E D E E E
Penduduk dgn kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 thn (%) D D D D D D D D D
4 PENDIDIKAN BERKUALITAS
Rata-rata lama sekolah (Tahun) C C C B C C C C B
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%) A A A B B B A A A
Angka melek huruf usia 15-24 (%) A A A A A A A A A
5 KESETARAAN GENDER
Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) E E E E E E E C A
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%) C D D D D D D D D
Proporsi perempuan dalam parlemen (%) E E E D D D D E E
6 AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK
Rumah tangga dengan air minum layak (%) C D C B B C C A B
Rumah tangga dengan sanitasi layak (%) C D A A D A B A A
7 ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU
Rasio Elektrifikasi (%) A A A A A A A A A
8 PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah) A A A A B A A A A
Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%) E E E E E E E E E

246
Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan (%) D E D C B D B C C
Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk kedalam kategori pekerja anak (%) B B A A A A B B C
9 INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASRTUKTUR
Kondisi jalan dengan kualitas baik dan sedang (% dari total panjang jalan) B B A B B B B B B
Rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir (%) A A C C D C A D D
10 BERKURANGNYA KESENJANGAN
Rasio Gini C C C C C D D D D
Rasio Palma D C C C D E D E E
Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah D D D D D D D D D
11 KOTA DAN PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN
Rumah tangga yang memenuhi spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%) E E E E E E E E E
Rumah tangga dengan jaringan air ledeng (%) D E C C D E E D E
Rata-Rata Partikulat (PM10) E B E C A E E C
12 KONSUMSI DAN PRODUKSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
Rumah tangga dengan perilaku memilah sampah (%) E D E D D C D C D
13 PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM
Emisi CO2 per kapita (tCo2/kapita) E E E A A E E E E
14 EKOSISTEM LAUTAN
Area keanekaragaman hayati laut yang dilindungi (% luas perairan) D E C C E E C A
15 EKOSISTEM DARATAN
Proporsi luas area hutan terhadap luas daratan (%) D B D B B B B B
Area konservasi yang dilindungi (% luas wilayah) B B D B B B B D B
Persentase lahan kritis terhadap luas wilayah (%) E E E A E E E A
16 PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH
Kejadian pembunuhan (per 100.000 penduduk) E B E B B A E E E
Risiko penduduk terkena tindak tidana (per 100.000 Penduduk) E E C E E C E E E
Jumlah tahanan (per 100.000 penduduk) E E E E E E E E E
Anak di bawah 5 tahun yang sudah memiliki akte kelahiran (%) A A A A A C D A C
Rata-Rata Nilai Provinsi 1.76 1.80 1.71 2.49 2.10 1.83 1.63 1.83 2.07

247
PAPUA BARAT
GORONTALO

RATA-RATA
INDONESIA

NASIONAL
SULAWESI

MALUKU

MALUKU
UTARA
PROVINSI

BARAT

PAPUA
TUJUAN
Indikator

1 TANPA KEMISKINAN
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) B B B B C C B 3.06
Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%) B B B A B C B 3.44
2 TANPA KELAPARAN
Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) C C B C D C C 2.21
Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%) A A B B B C B 3.26
Produktivitas tanaman pangan (t/ha) D C A D D D A 2.03
3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA
Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) E E A E E E D 2.26
Angka kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup) E E E E E E B 1.41
Angka harapan hidup saat lahir (tahun) C C C C C C B 2.82
Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk) C E D A E E E 0.26
Penduduk dgn kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 thn (%) D D D D D C D 1.00
4 PENDIDIKAN BERKUALITAS
Rata-rata lama sekolah (Tahun) C B A B A D C 2.53
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%) A A A A A A B 3.47
Angka melek huruf usia 15-24 (%) A A A A A C A 3.94
5 KESETARAAN GENDER
Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) E E E E E D E 1.35
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%) D C D D D B D 1.24
Proporsi perempuan dalam parlemen (%) E E E D E D E 0.29
6 AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK
Rumah tangga dengan air minum layak (%) A E D D C E B 2.35
Rumah tangga dengan sanitasi layak (%) B B A C B E A 2.97
7 ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU
Rasio Elektrifikasi (%) A A A A A A A 4.00
8 PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah) A A C C A A A 3.62
Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%) E E E E E E E 0.00
Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan (%) A C C B E E D 1.50
248
Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk kedalam kategori pekerja anak (%) B B B B B D B 3.24
9 INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASRTUKTUR
Kondisi jalan dengan kualitas baik dan sedang (% dari total panjang jalan) B A B A C C B 3.29
Rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir (%) C D D D D D D 2.09
10 BERKURANGNYA KESENJANGAN
Rasio Gini D C C C D D D 1.68
Rasio Palma E D D C E E E 1.03
Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah D D D D D D D 1.12
11 KOTA DAN PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN
Rumah tangga yang memenuhi spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%) E E D D E E D 0.65
Rumah tangga dengan jaringan air ledeng (%) E E E D E E E 0.38
Rata-Rata Partikulat (PM10) A C A D B C 1.24
12 KONSUMSI DAN PRODUKSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
Rumah tangga dengan perilaku memilah sampah (%) E E E E D E E 0.44
13 PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM
Emisi CO2 per kapita (tCo2/kapita) D E E E E E E 0.41
14 EKOSISTEM LAUTAN
Area keanekaragaman hayati laut yang dilindungi (% luas perairan) E E E A E A 1.57
15 EKOSISTEM DARATAN
Proporsi luas area hutan terhadap luas daratan (%) B D B B B D B 2.27
Area konservasi yang dilindungi (% luas wilayah) B B B B B D B 2.71
Persentase lahan kritis terhadap luas wilayah (%) E E E E A A D 1.50
16 PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH
Kejadian pembunuhan (per 100.000 penduduk) E E A E E E E 1.24
Risiko penduduk terkena tindak tidana (per 100.000 Penduduk) E E E E E E E 0.24
Jumlah tahanan (per 100.000 penduduk) E E E E E E E 0.21
Anak di bawah 5 tahun yang sudah memiliki akte kelahiran (%) A A E D D E A 3.18
Rata-Rata Nilai Provinsi 1.78 1.63 1.85 1.66 1.54 1.17 1.85 1.89

249
Pertama, hasil proyeksi menunjukkan bahwa sebagian besar target-target
SDGs – dari 41 indikator yang digunakan – tidak akan tercapai hanya
dengan upaya business-as-usual (BAU). Hal ini terlihat dari proporsi
perolehan nilai kesiapan pencapaian SDGs dari setiap indikator di seluruh
Provinsi. Proporsi Indikator-indikator SDGs yang mendapat nilai A, B, C,
D dan E, secara berturut-turut adalah 23,6%, 17,1%, 12,8%, 18,1% dan
28,3%. Secara sederhana, proporsi penilaian tersebut dapat
diinterpretasikan, misalnya terdapat 23,6% atau 327 dari total 1.383
indikator yang mendapat nilai A dari keseluruhan kombinasi 41 indikator
dari 34 provinsi di Indonesia.17 Dari penilaian kesiapan pencapaian SDGs
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan upaya-paya percepatan
dan intervensi kebijakan dari tingkat pusat dan daerah secara simultan
untuk mengangkat tren BAU dari indikator-indikator SDGs, khususnya
yang bersifat sangat urgen seperti kemiskinan dan kelaparan, jika target
SDGs ingin tercapai di tahun 2030.

Kedua, yang merupakan catatan penting berikutnya adalah daftar Provinsi


yang relatif paling siap dan tidak siap menghadapi SDGs. Suatu Provinsi
dikatakan relatif siap jika rata-rata skor kesiapan pencapaian SDGs dari
41 indikator mencapai lebih dari 2,2.18 Sebaliknya, bila rata-rata skor
sebuah provinsi kurang dari 1,7, maka provinsi tersebut dianggap relatif
tidak siap. Provinsi-provinsi yang relatif paling siap adalah Riau,
Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta dan
Kalimantan Timur. Sementara itu, Provinsi-provinsi yang relatif paling
tidak siap adalah Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Ketiga, provinsi-provinsi yang kaya sumber daya alam (SDA) seperti


Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur, relatif lebih siap dalam
menghadapi SDGs bahkan lebih siap dari provinsi-provinsi di pulau Jawa
dalam beberapa dimensi. Kaltim dan Kepri misalnya hanya memerlukan

17
Terdapat 11 provinsi yang tidak memiliki data dalam indikator-indikator tertentu yang ditunjukkan
dengan tidak mendapatkan penilaian, sehingga jumlah observasi keseluruhan menjadi 1.383.
18
Nilai yang mencerminkan rata-rata di atas C. Sebaliknya nilai 1,7 merupakan nilai rata-rata di
bawah C.

250
penurunan kemiskinan 2% dan 3% lagi berturut-turut untuk mencapai
zero poverty. Ini lebih rendah dari semua provinsi di pulau Jawa (kecuali
Banten). Demikian juga dengan indikator stunting baik Kepri maupun
Kaltim memerlukan penurunan 6% lagi untuk mencapai target SDGs. Ini
lebih kecil daripada semua provinsi di pulau Jawa kecuali DKI Jakarta.
Hal ini sedikitnya menunjukkan bahwa setidaknya kekayaan SDA kedua
provinsi ini nampak tersalurkan untuk perbaikan-perbaikan di indikator-
indikator pembangunan lainnya. Sayangnya fenomena ini tidak terjadi
untuk provinsi Papua atau Papua Barat yang juga kaya akan SDA.

Keempat, walaupun analisis menunjukkan bahwa semua provinsi


menghadapi tantangan yang berat dalam menghadapi SDGs, masing-
masing provinsi memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri.
Dibandingkan dengan indikator-indikator Millennium Development
Goals (MDGs), SDGs memiliki perbedaan mendasar karena sifatnya
yang lebih komprehensif. Ada berbagai indikator-indikator baru dan tidak
ada dalam MDGs yang justru merupakan kelemahan dari daerah-daerah
yang dianggap maju dalam standar-standar MDGs. Misalnya indikator
ketimpangan sosial dan indikator terkait kualitas lingkungan. Oleh karena
itu nampak, bahwa provinsi seperti Papua, Papua Barat, atau NTT
misalnya relatif tertinggal dalam indikator-indikator pembangunan yang
terkait hanya MDGs seperti kemiskinan, kelaparan dan lain sebagainya.
Akan tetapi provinsi-provinsi yang dikenal maju seperti DKI Jakarta dan
Jawa Barat ternyata relatif tertinggal untuk indikator seperti ketimpangan
dan emisi karbon dioksida misalnya. Dengan demikian, hampir tidak ada
provinsi yang kebal (immune) terhadap tantangan SDGs. Setiap provinsi
mempunyai tantangan dan dengan demikian prioritasnya sendiri-sendiri.

Kelima, Catatan penting terakhir difokuskan terhadap permasalahan


kemiskinan yang sangat mendesak karena memiliki banyak keterkaitan
dengan pencapaian tujuan SDGs lainnya. Indonesia dan beberapa
Provinsi nampaknya akan menghadap tantangan last mile problem, yaitu
kondisi dimana tingkat kemiskinan sudah relatif rendah dan memerlukan
upaya dan sumber daya yang lebih besar lagi untuk menguranginya
sampai ke tahap minimum. Bahkan, Provinsi yang memiliki tingkat

251
kesiapan sangat baik dalam hal tujuan SDGs kemiskinan, misalnya Bali,
masih memerlukan penurunan kemiskinan ekstrem sampai 2% lagi untuk
dapat mencapai target SDGs zero poverty. Hal ini menunjukkan bahwa
diperlukan upaya yang bersifat breakthrough dan out-of-the-box dalam
upaya mencapai target tersebut pada 2030. Hal ini disebabkan program-
program kemiskinan standar seperti transfer, subsidi dan yang lainnya
sudah tidak akan efektif lagi dalam kondisi seperti ini.

252
Bab 5
Penutup

253
Sekali Lagi tentang SDGs

SDGs merupakan visi atau gambaran terhadap keadaan menyeluruh dunia


pada tahun 2030, yang berisikan 17 tujuan (ODI, 2015; Sachs, 2015; UN,
2015). SDGs dapat juga diartikan sebagai sebuah kontinuitas dari agenda
pembangunan berkelanjutan MDGs, namun memiliki prinsip-prinsip
yang berbeda dan dianggap lebih paripurna. Sebagaimana telah dijelaskan
pada Bab 1, prinsip-prinsip utama SDGs adalah sebagai berikut:

1. People, Planet, Prosperity, Peace dan Partnership.


Proses pembangunan dikatakan berkelanjutan jika dan hanya jika
mengindahkan lima aspek (5P), yakni People, Planet, Prosperity,
Peace dan Partnership (tata kelola, institusi dan kerjasama antar
pemangku kepentingan pembangunan). Pesan yang ingin
disampaikan melalui lima pilar tersebut adalah SDGs memiliki visi
bahwa proses pembangunan harus dapat menyejahterakan semua
orang tanpa terkecuali, dengan tetap memperhatikan kelestarian dan
daya dukung lingkungan.

Visi tersebut hanya dapat dicapai melalui institusi pemerintahan yang


kuat dan transparan, serta didukung keterlibatan semua pihak selain
pemerintah, yakni sektor swasta, LSM, perguruan tinggi, masyarakat
dan lembaga mitra pembangunan non-pemerintah bilateral maupun
multilateral, seperti: institusi-institusi di bawah naungan PBB, Bank
Pembangunan Multilateral dan Regional (Bank Dunia, ADB dsb).

2. No one left behind.


SDGs merupakan perjalanan bersama hingga tahun 2030 dengan
komitmen bahwa tidak akan ada satu pihak pun yang tertinggal. Oleh
karena itu, SDGs harus dipandang sebagai visi bersama. Pencapaian
tujuan dan target SDGs menjadi komitmen bersama dengan
memperhatikan kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini
tertinggal secara sosial dan ekonomi.

254
3. Holistic and integrated.
SDGs merupakan tujuan dan sasaran pembangunan yang holistik dan
terintegrasi berbeda dengan MDGs yang bersifat parsial. Prinsip ini
mensyaratkan bahwa penyusunan 17 tujuan SDGs telah
memperhitungkan keterkaitan antar tujuan serta tidak berdiri sendiri.
Oleh sebab itu, upaya untuk mencapai suatu tujuan (Goal), tidak akan
terlepas dari upaya untuk mencapai tujuan yang lainnya. Hal ini dapat
terlihat dari dua sifat umum tujuan-tujuan SDGs, yakni yang bersifat
sektoral dan multi-sektoral.

Tujuan-tujuan SDGs yang lebih bersifat sektoral dapat dipahami


memiliki keterkaitan yang sedikit atau lemah dengan tujuan-tujuan
lain. Misalnya Tujuan 14, yaitu Ekosistem Laut. Disamping itu,
institusi-institusi yang menangani urusan kelautan, misalnya sebagian
besar hanya menjadi wewenang Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Di sisi lain, contoh dari tujuan SDGs yang bersifat multi-
sektoral adalah Tujuan 1, yaitu Kemiskinan. Secara natural,
kemiskinan terkait dengan hampir seluruh aspek kehidupan manusia
dan dari segi kewenangan pemerintahan, terdapat banyak pihak yang
bertanggung jawab untuk menanggulangi kemiskinan.

Pemetaan Kesiapan Daerah-daerah Provinsi

Analisis pemetaan kesiapan daerah-daerah Provinsi dilakukan untuk


melihat kesiapan daerah merealisasikan target SDGs tahun 2030.
Pemetaan yang dilakukan bersifat proyeksi pencapaian target SDGs di
tahun 2030 berdasarkan asumsi skenario “Business-as-usual atau BAU”.
Skenario BAU dibuat berdasarkan tren pencapaian target SDGs dari
masing-masing indikator dalam 10-15 tahun terakhir sampai dengan
tahun baseline (tahun 2015 atau tahun lain di mana data terakhir
tersedia).

255
Pemetaan tren pencapaian SDGs daerah-daerah Provinsi yang dilakukan
dalam studi ini belumlah sempurna, karena masih terdiri dari 41 indikator
terpilih yang datanya paling tersedia di level Provinsi. Masih lebih dari
200 indikator SDGs yang belum terangkum dalam kajian ini. Namun
demikian, hasil pemetaan yang diperoleh cukup memberikan gambaran
awal tentang kesiapan Provinsi dalam mencapai target SDGs dengan
asumsi apabila tren pencapaiannya mengikuti pola BAU sebagaimana di
bahas di Bab 4. Kesimpulan umum yang diperoleh adalah bahwa daerah-
daerah di Indonesia sebagaimana yang dicerminkan oleh proyeksi
pencapaian SDGs di tahun 2030 berada dalam tahapan yang belum siap.

Indikator-indikator yang diproyeksikan masih jauh dari target SDGs di


tahun 2030 adalah yang terkait: SDM (pendidikan menengah, kualitas
pendidikan, kesehatan ibu dan anak), pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan serta institusi dan tata kelola. Untuk beberapa daerah,
ketertinggalan ini mencakup hampir semua indikator SDGs yang
diproyeksikan dalam kajian ini. Tidak ada pola yang berlaku umum,
namun bersifat spesifik per daerah masing-masing. Sebagaimana telah
diulas pada Bab 4, salah satu catatan penting dari hasil analisis pemetaan
kesiapan pencapaian SDGs di Indonesia adalah masing-masing provinsi
memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri.

Merealisasikan Komitmen SDGs

Realisasi komitmen Indonesia dalam pencapaian SDGs akan sangat


tergantung dari yang kuat dari semua pihak. Belajar dari pengalaman
MDGs, komitmen yang kuat dari pemerintah pusat dan daerah berperan
sangat strategis, karena keterlibatan pemerintah ada dan dibutuhkan di
semua tujuan SDGs. Kepemimpinan dan peran pemerintah akan menjadi
katalis munculnya keterlibatan aktif pemangku kepentingan lainnya,
seperti swasta, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat.

Sebagaimana diketahui salah satu bentuk komitmen pemerintah tertuang


dalam landasan hukum tentang SDGs serta dokumen-dokumen

256
perencanaan yang terstruktur dan berjenjang. Saat ini, Pemerintah
Indonesia telah meluncurkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 59 tahun
2017 tentang pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan,
sebagai landasan hukum utama SDGs. Langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah membuat tiga dokumen perencanaan implementasi
SDGs di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 20 Perpres
tersebut.

Tiga dokumen tersebut adalah Rencana Aksi Nasional (RAN) tahun


2017-2019 (dalam tempo 6 bulan setelah Perpres berlaku), Rencana Aksi
Daerah (RAD) tahun 2017-2019 (dalam waktu 12 bulan setelah Perpres
berlaku) dan Peta Jalan SDGs tahun 2017-2030 (dalam waktu 12 bulan
setelah Perpres berlaku). Kehadiran Perpres No. 59 tahun 2017 dan tiga
dokumen tersebut diharapkan dapat mendorong keterlibatan pihak lain di
luar pemerintah, sebagaimana disebutkan di atas.

Oleh karena itu, seyogyanya pencapaian SDGs di Indonesia dilakukan


dengan pendekatan identifikasi tujuan-tujuan SDGs yang prioritas,
mengingat sumber daya yang terbatas. Daftar prioritas tersebut harus
mencerminkan permasalahan umum di seluruh daerah, permasalahan
pembangunan yang bersifat urgen dan tujuan-tujuan SDGs yang memiliki
keterkaitan tinggi dengan tujuan lainnya.

Upaya pencapaian SDGs di Indonesia hendaknya dimulai dari area-area


prioritas pembangunan sebagai berikut:

1. Pembangunan sumber daya manusia (SDM), khususnya bidang


pendidikan dan kesehatan. Target utama SDM bidang pendidikan
adalah pencapaian aksesibilitas minimal tingkat pendidikan
menengah dan penguasaan IPTEK untuk menjawab tantangan
perubahan zaman. Sementara itu, target utama pembangunan SDM
bidang kesehatan adalah tersedianya akses universal terhadap
jaminan kesehatan nasional dan penerapan konsep continuum health
care dalam hidup. Konsep tersebut merujuk kepada penerapan pola
hidup sehat mulai dari 1000 hari pertama kehidupan sampai dengan

257
usia lanjut. Aspek pencegahan dan hidup sehat menjadi lebih utama
dibandingkan dengan aspek kuratif. Penting untuk segera
mewujudkan akses universal jaminan kesehatan yang berkelanjutan,
termasuk dari sisi kualitas pelayanan dan pembiayaannya.

2. Tersedianya infrastruktur dasar secara penuh, yakni jalan, air bersih,


sanitasi layak dan permukiman yang terjangkau serta layak huni,
merupakan sebuah keharusan untuk mendukung kehidupan yang
layak di daerah perdesaan dan perkotaan. Ke depan dengan derasnya
arus urbanisasi dan perubahan dari daerah-daerah perdesaan menjadi
perkotaan, focus pada perkotaan dan pemukiman yang layak menjadi
semakin penting. Pemerintah daerah dituntut agar dapat berinovasi
dalam penyediaan infrastruktur dasar tersebut, mengingat sumber
daya dan ketersediaan lahan untuk pembangunan yang terbatas,
sedangkan beban perkotaan terus meningkat, misalnya berasal dari
peningkatan jumlah penduduk dan tumbuhnya aktivitas ekonomi.
Air bersih dan sanitasi layak adalah jenis infrastruktur dasar yang
harus tercapai 100%, karena bersifat kebutuhan dasar manusia.

3. Penguatan konektivitas antar wilayah melalui tersedianya


infrastruktur-infrastruktur yang dapat memperkuat konektivitas antar
wilayah termasuk ke dalam prioritas tinggi pembangunan. Struktur
geografi Indonesia yang merupakan Negara kepulauan menyebabkan
tidak sedikit pusat-pusat kegiatan ekonomi tidak terhubung,
sehingga terjadi ketimpangan antar wilayah. Oleh sebab itu,
kehadiran infrastruktur multi-moda yang menghubungkan pusat-
pusat kegiatan ekonomi, seperti jalan darat, kereta api, pesawat
terbang dan kapal laut, merupakan suatu keharusan.

4. Penghidupan yang layak melalui ketersediaan lapangan kerja yang


layak.
Penciptaan lapangan kerja yang layak dapat didorong melalui
menggali potensi-potensi ekonomi yang baru dengan memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Salah satu bukti nyata

258
adalah bisnis-bisnis perdagangan online yang menciptakan banyak
lapangan pekerjaan, seperti: start-up companies di berbagai bidang
yang menjadi kebutuhan atau tren kebutuhan masyarakat dan bisnis.
Kaum muda harus menjadi fokus perhatian dari ketersediaan
lapangan kerja yang layak, karena sejak tahun 2012 sampai dengan
melewati tahun 2035 Indonesia masih akan mengalami bonus
demografi. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK di dalam semua
aktivitas ekonomi menjadi keharusan, dengan pelibatan dan peran
kaum muda di dalam pengembangannya.

5. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan


merupakan suatu keharusan. Kunci utama dari pengelolaan SDA
yang berkelanjutan adalah keberlanjutan komitmen-komitmen yang
telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia. Pertama, komitmen untuk
menurunkan emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 yang
tertuang di dalam National Determined Contribution (NDC). Kedua,
komitmen untuk meningkatkan penggunaan energi baru dan
terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 untuk sektor
transportasi dan listrik, sebagaimana tertuang di dalam Rencana
Umum Energi Nasional (RUEN). Pemerintah Indonesia juga telah
berkomitmen di dalam NDC bahwa 50% dari mitigasi dampak
perubahan iklim akan berasal dari sektor energi. Ketiga, melanjutkan
komitmen moratorium hutan primer, restorasi lahan gambut dan
rehabilitasi lahan kritis. Keempat, terus berusaha untuk
menghentikan penangkapan ikan atau sumber daya kelautan secara
ilegal.

6. Penguatan institusi dan tata kelola (good governance) yang baik


akan menjamin tercapainya berbagai target SDGs dengan lebih cepat
dan tepat sasaran. Hal ini dikarenakan, kehadiran peran pemerintah
dibutuhkan di seluruh tujuan SDGs. Adapun karakteristik dari tata
kelola dan institusi yang baik adalah:19 Pertama, partisipasi

19
Berdasarkan UAAN ESCAP: https://www.unescap.org/sites/default/files/good-governance.pdf

259
masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kedua, kerangka hukum yang adil dan
merata. Ketiga, pelayanan publik yang responsif. Keempat, menjaga
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan semua program
dan kegiatan pelayanan publik. Kelima, berorientasi pada
kepentingan masyarakat luas. Keenam, kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesetaraan dan keadilan. Ketujuh, sumber daya publik
dikelola secara efisien dan efektif.

Upaya Terobosan:

Tren proyeksi baseline indikator terpilih SDGs di tingkat Propinsi


memperlihatkan bahwa daerah-daerah secara umum tidak siap atau sulit
untuk merealisasikan target SDGs di tahun 2030 dengan cara business-as-
usual. Selain kebijakan, program dan partisipasi pemangku kepentingan
seperti yang sudah berjalan selama ini, diperlukan penajaman dan upaya-
upaya terobosan. Perlu pula diperhatikan secara terstruktur dan sistematis
upaya dikaitkan dengan kerangka waktu (time frame) dari berbagai
Rencana Aksi untuk mendukungnya. Untuk jangka waktu yang segera,
yang diakomodasi dalam RAN dan RAD SDGs periode 2017-2019, yang
patut mendapat perhatian adalah penajaman, sinkronisasi dan koordinasi
dari kebijakan dan program yang ada. Antar pemerintah pusat dengan
daerah, dan kontribusi pemangku kepentingan lainnya.

Paling utama adalah sinergi antara program dan kegiatan pemerintah


pusat dengan pemerintah daerah. Menjadi prioritas tinggi adalah
bagaimana mempertajam dan menyinergikan keduanya agar mencapai
dampak yang paling optimal. Sebagai contoh: bagaimana semua
kebijakan, program dan kegiatan pemerintah pusat untuk pengentasan
kemiskinan bisa disinergikan dengan program lainnya serta dengan
program dan kegiatan dari daerah. Demikian pula dengan kontribusi dari
swasta, NGOs dan masyarakat itu sendiri. Sampai saat ini upaya sinergi,
sinkronisasi dan koordinasi yang diharapkan masih jauh dari berhasil.

260
Selanjutnya, diperlukan upaya-upaya yang bersifat terobosan. Upaya-
upaya semacam ini tentu bersifat sangat spesifik dan tidak mungkin di
bahas dalam buku ini. Namun demikian, banyak sekali best practice,
lessons learnt dari daerah, dari kegiatan yang dilakukan swasta, NGOs
dan sebagainya yang dapat direplikasi untuk daerah lain. So as we do not
have to re-invent the wheel. Upaya terobosan ini terutama penting untuk
area prioritas dari SDGs menurut daerah masing-masing.

Beberapa contoh isu strategis yang perlu upaya terobosan diantaranya


untuk mengatasi masalah:

 Stunting  Beberapa provinsi masih mengalami masalah stunting 


bagaimana ada upaya penanganan yang bersifat break through untuk
menanggulangi masalah stunting. Perlu benar-benar adanya
implementasi konsep continuum of health care.

 SDM  Dikarenakan banyaknya penduduk usia muda (bonus


demografi), rata-rata lama sekolah (expected years of schooling) dari
seorang anak yang masuk usia sekolah saat ini adalah 13,2 tahun (in
average, seorang anak dapat di masa depan diperkirakan dapat
mencapai perguruan tinggi).

 Bagaimana mencapai infrastruktur dasar 100%, paling lambat


sebelum 2025. Salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah
melalui konsep demand responsive approach. Peningkatan supply
infrastruktur dasar dilakukan bersamaan dengan peningkatan dari sisi
permintaannya. Contoh yang sudah dan harus lebih banyak dilakukan
lagi secara masif adalah PANSIMAS dan SANIMAS. Prioritas tinggi
juga diberikan untuk pembangunan infrastruktur dasar di desa dengan
menggunakan dana desa melalui skema cash for work. Skema ini
sekaligus memberikan kesempatan kerja bagi penduduk perdesaan
terutama di saat-saat masa antar musim tanam dan panen.

 Terobosan untuk menciptakan kesempatan kerja yang berkualitas


bagi kaum muda. Dikarenakan banyaknya penduduk usia muda

261
(bonus demografi), pemanfaatan ICT harus ditingkatkan, misalnya
bisnis-bisnis berbasis aplikasi teknologi. Harapan dari kesempatan
kerja ini adalah terciptanya kesempatan kerja yang layak,
peningkatan pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan
kesejahteraan. (Contoh pemanfaatan ICT dalam berbagai kegiatan
bisnis, sehingga masyarakat miskin dan yang termarjinalkan juga
mendapatkan manfaat).

 Memperkuat Konektivitas melalui transportasi multi moda, terutama


di daerah-daerah terpencil dan daerah-daerah kepulauan. Misalnya
dalam hal ini program tol laut yang dilengkapi dengan penerbangan
perintis (terutama yang menggunakan pesawat nasional N219).

 Tata kelola yang tegas dan transparan dalam pengelolaan sektor


SDA: sektor kehutanan, minyak dan gas bumi, pertambangan dan
perikanan.

 Institusi (eksekutif dan birokrasi, legislatif, yudikatif, termasuk partai


politik) dan tata kelola yang baik. Syarat bagi institusi dan tata kelola
yang baik adalah:
 Diisi oleh individu yang baik, sehingga pendidikan akan
menjadi kunci untuk menghasilkan individu-individu yang
berintegritas.
 Sistem yang baik, yang dalam hal ini dapat terbantu dengan
penerapan e-government (termasuk untuk sistem perencanaan
dan pengawasan).

262
Referensi
Allen, C., Nejdawi, R., El-Baba, J., Hamati, K., Metternicht, G., &
Wiedmann, T. (2017). Indicator-based assessments of progress
towards the sustainable development goals (SDGs): a case study
from the Arab region. Sustainability Science, 1–15.
doi:10.1007/s11625-017-0437-1
Blanc, D. Le. (2015). Towards Integration at Last? The Sustainable
Development Goals as a Network of Targets. DESA Working
Paper No. 141.
David R. Anderson, D. J. (2012). Quantitative Methods for Business.
Cengage Learning.
DESA (2016), The Sustainable Development Goals Report 2016, UN,
New York. http://dx.doi.org/10.18356/3405d09f-en
DESA (2017), The Sustainable Development Goals Report 2017, UN,
New York. http://dx.doi.org/10.18356/4d038e1e-en
Diebold, F. X. (2007). Forecasting: Applications And Methods. Cengage
Learning India Private Limited.
ODI. (2015). Projecting Progress: Reaching the SDGs by 2030.
Sachs, D. J. (2012). The Age of Sustainable Development. New York:
Columbia University Press.
Sekretariat SDGs Indonesia. (2017, Februari 27). Metadata Indikator
TPB/SDGs Indonesia. Retrieved from BAPPENAS - Sekretariat
SDGs di Indonesia.
UN (2012). The Future We Want.
UN (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable
Development.
UN (2016), Arab Sustainable Development Report 2015, United Nations
Publications.
United Nations. (2017, March). SDG Indicators. Retrieved from SDG
Indicators: https://unstats.un.org/sdgs/indicators/indicators-list/
Wooldridge, J. M. (2015). Introductory Econometrics: A Modern
Approach. Cengage Learning.

263
Indeks

Aceh, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 54, 140, 143, 146, 149, 153, 155,
56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 70, 158, 161, 164, 168, 171, 174,
72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 86, 178, 181, 184, 188, 192, 195,
88, 90, 92, 94, 96, 98, 100, 199, 202, 206, 209, 213, 216,
102, 104, 106, 108, 110, 112, 220, 223, 227, 230, 234, 238
114, 116, 118, 120, 122, 128, Angka Partisipasi Kasar (APK)
130, 250 perguruan tinggi, 128, 131,
Anak di bawah 5 tahun yang 134, 137, 159, 162, 165, 169,
sudah memiliki akte 174, 178, 187, 191, 194, 198,
kelahiran, 15, 39, 128, 132, 202, 203, 205, 206, 209, 212,
134, 137, 140, 143, 146, 149, 216, 220, 223, 230, 233, 237,
153, 156, 159, 161, 165, 168, 240
171, 175, 178, 182, 186, 188, Area keanekaragaman hayati
192, 195, 199, 202, 207, 210, laut yang dilindungi, 14, 38,
213, 217, 220, 224, 229, 232, 129, 132, 134, 137, 141, 144,
235, 239 147, 151, 154, 156, 159, 161,
Angka Harapan Hidup saat 165, 169, 173, 176, 180, 183,
lahir, 128, 131, 137, 153, 156, 185, 189, 193, 197, 200, 203,
164, 168, 178, 188, 192, 195, 207, 211, 214, 217, 221, 225,
199, 206, 209, 213, 221, 227, 228, 232, 234, 239
231, 234, 238 Area konservasi yang
Angka Kematian di Bawah 5 dilindungi, 14, 33, 39, 112,
tahun, 129, 132, 134, 137, 113, 128, 131, 134, 138, 140,
140, 143, 149, 152, 155, 161, 143, 147, 150, 153, 157, 159,
165, 169, 171, 174, 179, 183, 162, 165, 169, 172, 175, 178,
186, 188, 193, 196, 199, 207, 182, 185, 188, 192, 196, 199,
210, 213, 216, 221, 225, 227, 203, 206, 210, 214, 217, 220,
232, 235, 238 224, 227, 231, 234, 238, 275
Angka Kematian Neonatal, 18, Bali, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 54,
54, 55, 129, 132, 133, 134, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 70,
137, 141, 144, 146, 150, 152, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 86,
156, 158, 161, 166, 169, 170, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 100,
171, 176, 177, 179, 183, 186, 102, 104, 106, 108, 110, 112,
188, 193, 196, 198, 202, 207, 114, 116, 118, 120, 122, 178,
210, 214, 216, 221, 225, 228, 180, 181, 252
232, 235, 238 Balita dengan berat badan kurus
Angka melek huruf usia 15-24, dan sangat kurus, 12, 16, 37,
13, 38, 128, 131, 134, 137, 128, 131, 134, 137, 140, 143,

264
147, 150, 153, 156, 158, 162, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80,
165, 168, 171, 175, 178, 181, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96,
184, 188, 191, 195, 199, 202, 98, 100, 102, 104, 106, 108,
206, 209, 213, 217, 220, 223, 110, 112, 114, 116, 118, 120,
227, 231, 234, 238 122, 168, 250
Balita dengan tinggi badan DKI Jakarta, 42, 44, 46, 48, 50,
pendek dan sangat pendek, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 66,
12, 37, 128, 131, 134, 138, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 82,
140, 143, 147, 150, 152, 156, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 98,
159, 162, 165, 168, 172, 175, 100, 102, 104, 106, 108, 110,
179, 182, 185, 188, 192, 195, 112, 114, 116, 118, 120, 122,
199, 202, 206, 210, 214, 217, 158, 160, 161, 251
221, 224, 227, 231, 234, 238 elektrifikasi, 137, 140, 143, 149,
Banten, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 153, 156, 158, 161, 164, 168,
54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 171, 174, 181, 188, 191, 192,
70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 195, 198, 199, 209, 212, 216,
86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 219, 222, 226, 229, 236, 240
100, 102, 104, 106, 108, 110, Emisi CO2 per kapita, 14, 31,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 38, 106, 107, 128, 132, 135,
174, 176, 177, 251 138, 141, 144, 147, 151, 154,
BAPPENAS, xvii, 263 157, 160, 163, 166, 169, 172,
Baseline, iii, 35, 42, 44, 46, 48, 176, 179, 183, 186, 189, 193,
50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 63, 196, 199, 202, 207, 211, 214,
64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 218, 221, 225, 228, 232, 235,
80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 239, 274
96, 98, 100, 102, 104, 106, ESDM
108, 110, 112, 114, 116, 118, Kementerian Energi Sumber
120, 122 Daya dan Mineral, 13, 15
Bengkulu, 42, 44, 46, 48, 50, 52, gender equality, 194, 201, 204,
54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 222, 229
70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, Gorontalo, 42, 44, 46, 48, 50,
86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 66,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 82,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 98,
146, 148, 149 100, 102, 104, 106, 108, 110,
BPS 112, 114, 116, 118, 120, 122,
Badan Pusat Statistik, xvii, 220, 222, 223
12, 13, 14, 15, 19, 28, 32, IAEG-SDGs, xvii, 11, 35
35 Jambi, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 54,
business as usual, iii, iv, 35, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 70,
136, 146, 148, 151, 155, 163, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 86,
167, 174, 177 88, 90, 92, 94, 96, 98, 100,
DI Yogyakarta, 42, 44, 46, 48, 102, 104, 106, 108, 110, 112,
50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64,

265
114, 116, 118, 120, 122, 139, 108, 110, 112, 114, 116, 118,
141, 142 120, 122, 188, 190, 191, 205
Jawa Barat, 42, 44, 46, 48, 50, Kalimantan Selatan, 42, 44, 46,
52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62,
68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78,
84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 96, 98, 100, 102, 104, 106,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 108, 110, 112, 114, 116, 118,
161, 163, 164, 251 120, 122, 195, 197, 198
Jawa Tengah, 42, 44, 46, 48, 50, Kalimantan Tengah, 42, 44, 46,
52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62,
68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78,
84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 96, 98, 100, 102, 104, 106,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 108, 110, 112, 114, 116, 118,
164, 166, 167, 272 120, 122, 191, 193, 194
Jawa Timur, 42, 44, 46, 48, 50, Kalimantan Timur, 42, 44, 46,
52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62,
68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78,
84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 96, 98, 100, 102, 104, 106,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 108, 110, 112, 114, 116, 118,
171, 173, 174 120, 122, 198, 200, 201, 250
Jumlah kematian akibat Kalimantan Utara, 42, 44, 46,
kecelakaan lalu lintas, 12, 38, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62,
129, 132, 135, 138, 141, 144, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78,
147, 150, 153, 156, 159, 162, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94,
166, 169, 172, 176, 179, 183, 96, 98, 100, 102, 104, 106,
186, 189, 193, 196, 200, 204, 108, 110, 112, 114, 116, 118,
207, 210, 214, 218, 221, 225, 120, 122, 202, 204, 205
228, 230, 235, 238, 272 Kejadian pembunuhan, 129,
Jumlah tahanan, 14, 39, 129, 132, 135, 137, 141, 144, 148,
133, 135, 141, 144, 148, 151, 149, 154, 157, 160, 163, 165,
154, 157, 160, 163, 166, 168, 168, 171, 175, 180, 183, 186,
173, 176, 183, 185, 190, 193, 190, 192, 197, 199, 206, 211,
197, 200, 204, 208, 211, 215, 215, 218, 222, 225, 227, 232,
218, 222, 225, 228, 232, 236, 236, 239
239, 275 Kepolisian RI, 15
Kalimantan Barat, 42, 44, 46, Kepulauan Bangka Belitung,
48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 152, 154, 250
64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, Kepulauan Riau, 155, 250
80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, Kondisi Jalan dengan kualitas
96, 98, 100, 102, 104, 106, baik dan sedang, 128, 134,
140, 178, 203, 213

266
Lampung, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 234, 236, 237, 239, 240, 250,
54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 251
70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, Papua Barat, 42, 44, 46, 48, 50,
86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 66,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 82,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 98,
149, 151, 152 100, 102, 104, 106, 108, 110,
Maluku, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 112, 114, 116, 118, 120, 122,
54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 234, 236, 237, 250, 251
70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, PDRB
86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, PDRB per kapita, 13, 25, 38,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 80, 81, 129, 131, 134, 137,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 140, 143, 146, 149, 153,
227, 229, 230, 232, 233, 250 156, 158, 161, 165, 168,
Maluku Utara, 42, 44, 46, 48, 171, 174, 178, 182, 185,
50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 188, 192, 195, 199, 203,
66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, 206, 209, 213, 217, 220,
82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 224, 227, 231, 234, 237,
98, 100, 102, 104, 106, 108, 240, 273
110, 112, 114, 116, 118, 120, Produk Domestik Regional
122, 230, 232, 233, 250 Bruto, 13, 25, 38, 80, 81,
Nusa Tenggara Barat, 42, 44, 129, 131, 134, 137, 140,
46, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 143, 146, 149, 153, 156,
62, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 158, 161, 165, 168, 171,
78, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 174, 178, 182, 185, 188,
94, 96, 98, 100, 102, 104, 192, 195, 199, 203, 206,
106, 108, 110, 112, 114, 116, 209, 213, 217, 220, 224,
118, 120, 122, 181, 183, 184, 227, 231, 234, 237, 240,
250 273
Nusa Tenggara Timur, 42, 44, Penduduk dengan kebiasaan
46, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, merokok tiap hari di atas usia
62, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 15 tahun, 12, 38, 128, 132,
78, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 135, 138, 140, 143, 147, 150,
94, 96, 98, 100, 102, 104, 153, 156, 159, 162, 165, 169,
106, 108, 110, 112, 114, 116, 172, 175, 179, 182, 186, 189,
118, 120, 122, 184, 186, 187, 192, 196, 200, 203, 207, 210,
250 214, 217, 221, 224, 228, 231,
Papua, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 235, 238, 272
54, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, Penduduk miskin dengan garis
70, 72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, kemiskinan $1.90 per hari,
86, 88, 90, 92, 94, 96, 98, 12, 37, 128, 131, 134, 137,
100, 102, 104, 106, 108, 110, 140, 143, 147, 149, 152, 156,
112, 114, 116, 118, 120, 122, 159, 162, 165, 168, 171, 175,
178, 182, 185, 188, 191, 195,

267
198, 202, 206, 209, 213, 217, 182, 185, 189, 192, 196, 199,
220, 224, 227, 230, 234, 237 204, 206, 210, 213, 217, 220,
Penduduk miskin dengan garis 224, 227, 231, 234, 238, 275
kemiskinan nasional, 12, 37, Proporsi perempuan dalam
128, 131, 134, 137, 140, 143, parlemen, 13, 38, 129, 132,
146, 149, 152, 155, 159, 162, 138, 144, 147, 150, 154, 157,
165, 168, 171, 174, 178, 182, 159, 162, 166, 169, 172, 175,
185, 188, 191, 195, 198, 202, 179, 183, 186, 189, 193, 196,
206, 209, 213, 216, 220, 224, 200, 203, 207, 210, 218, 221,
227, 230, 234, 237 225, 228, 231, 235, 238, 273
Penduduk usia 5-14 tahun yang Proyeksi, iii, 35, 37, 41, 42, 44,
termasuk kedalam kategori 46, 48, 50, 52, 54, 56, 58, 60,
pekerja anak, 131, 140, 143, 62, 64, 66, 68, 70, 72, 74, 76,
146, 150, 153, 156, 158, 161, 78, 80, 82, 84, 86, 88, 90, 92,
165, 168, 171, 175, 178, 182, 94, 96, 98, 100, 102, 104,
185, 188, 195, 199, 202, 206, 106, 108, 110, 112, 114, 116,
213, 217, 220, 224, 227, 231, 118, 120, 122
234, 238 Rasio elektrifikasi, 25, 128, 131,
Penduduk usia muda yang tidak 134, 137, 140, 143, 149, 153,
bekerja, tidak sekolah dan 156, 158, 161, 164, 168, 171,
tidak pelatihan, 13, 38, 129, 174, 181, 188, 192, 195, 199,
132, 135, 138, 140, 144, 147, 206, 209, 213, 217, 220, 223,
151, 154, 156, 159, 162, 166, 226, 230, 234, 237, 240
169, 172, 175, 178, 182, 186, Rasio Gini, 28, 92, 93, 128, 132,
189, 193, 196, 199, 203, 207, 135, 138, 140, 143, 147, 150,
210, 213, 217, 220, 224, 227, 153, 156, 159, 162, 165, 169,
231, 235, 239, 273 172, 175, 179, 182, 185, 189,
Persentase pengeluaran 192, 196, 200, 203, 207, 210,
kelompok penduduk 40 214, 218, 221, 224, 228, 231,
persen terbawah, 30, 128 235, 238, 273
Pilar SDGs, 5, 7 Rasio Palma, 29, 94, 95, 128,
Produktivitas tanaman pangan, 132, 135, 138, 140, 144, 147,
12, 17, 37, 128, 131, 134, 150, 153, 156, 159, 163, 165,
138, 140, 143, 147, 150, 153, 169, 170, 172, 176, 177, 179,
154, 156, 158, 161, 164, 168, 180, 182, 185, 189, 192, 196,
171, 175, 178, 182, 186, 189, 200, 203, 207, 210, 214, 218,
192, 195, 199, 203, 206, 210, 221, 224, 228, 231, 235, 239,
213, 217, 221, 224, 227, 231, 274
234, 238, 272 Rata-rata Lama Sekolah, 20, 62,
Proporsi luas area hutan 63, 128, 131, 134, 138, 140,
terhadap luas daratan, 14, 32, 143, 146, 150, 153, 155, 158,
39, 128, 131, 134, 138, 141, 162, 165, 168, 172, 175, 178,
144, 147, 150, 153, 156, 159, 182, 185, 188, 192, 195, 199,
162, 165, 169, 172, 175, 179,

268
203, 206, 210, 213, 217, 221, Rumah tangga yang memenuhi
224, 227, 231, 234, 238, 296 spesifikasi Rumah Sederhana
Rata-rata partikulat, 14, 30, 128, Sehat, 129, 132, 135, 138,
157, 160, 163, 173 141, 144, 147, 150, 153, 156,
Riau, 42, 44, 46, 48, 50, 52, 54, 159, 162, 166, 169, 172, 176,
56, 58, 60, 62, 64, 66, 68, 70, 179, 182, 186, 189, 193, 196,
72, 74, 76, 78, 80, 82, 84, 86, 200, 204, 207, 211, 214, 218,
88, 90, 92, 94, 96, 98, 100, 221, 225, 228, 231, 235, 239
102, 104, 106, 108, 110, 112, Rumah tangga yang pernah
114, 116, 118, 120, 122, 137, mengakses internet dalam 3
139, 155, 157, 158, 250 Bulan Terakhir, 129, 137, 214
Risiko Penduduk Terkena SAKERNAS
Tindak Pidana / Crime Rate, Survey Angkatan Kerja
129 Nasional, xvii, 13, 15
RISKESDAS sanitation and clean water, 184,
Riset Kesehatan Dasar, xvii, 239
12, 13, 15 Scorecard, 36, 39, 40, 43, 45,
Rumah tangga dengan air 47, 53, 55, 57, 59, 63, 65, 67,
minum layak, 13, 38, 129, 69, 71, 73, 75, 77, 79, 81, 83,
131, 134, 137, 140, 143, 147, 85, 87, 89, 91, 93, 95, 97, 99,
150, 153, 155, 158, 162, 165, 101, 103, 105, 107, 109, 111,
168, 171, 175, 178, 182, 185, 113, 115, 117, 119, 121, 123,
189, 192, 195, 199, 203, 206, 128, 131, 134, 137, 139, 143,
210, 213, 217, 220, 225, 228, 146, 149, 152, 155, 158, 161,
231, 234, 238 164, 168, 171, 174, 178, 181,
Rumah tangga dengan jaringan 184, 188, 191, 195, 198, 202,
air ledeng, 129, 132, 135, 206, 209, 213, 216, 220, 223,
138, 141, 144, 147, 151, 154, 227, 230, 234, 237
156, 159, 163, 166, 169, 172, Sulawesi Barat, 42, 44, 46, 48,
176, 179, 183, 185, 189, 193, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64,
196, 200, 203, 207, 211, 214, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80,
218, 221, 225, 228, 231, 235, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96,
239 98, 100, 102, 104, 106, 108,
Rumah tangga dengan perilaku 110, 112, 114, 116, 118, 120,
Memilah Sampah, 129, 138, 122, 223, 225, 226, 250
148, 157, 228, 235 Sulawesi Selatan, 42, 44, 46, 48,
Rumah tangga dengan sanitasi 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64,
layak, 13, 38, 128, 131, 135, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80,
138, 140, 143, 147, 150, 153, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96,
155, 158, 162, 164, 168, 171, 98, 100, 102, 104, 106, 108,
174, 178, 181, 186, 189, 192, 110, 112, 114, 116, 118, 120,
195, 199, 203, 206, 210, 213, 122, 213, 215, 216
217, 220, 224, 227, 231, 234, Sulawesi Tengah, 42, 44, 46, 48,
239 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64,

269
66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, Sustainable Development Goals,
82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, xvii, 3, 263
98, 100, 102, 104, 106, 108, the UN XE "UN: United
110, 112, 114, 116, 118, 120, Nations" Sustainable
122, 209, 211, 212, 250 Development Summit, 3, 6
Sulawesi Tenggara, 42, 44, 46, Tier, 11
48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, Tingkat Kesuburan Wanita, 22,
64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 68, 69, 128, 131, 134, 137,
80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 141, 144, 147, 150, 155, 158,
96, 98, 100, 102, 104, 106, 162, 164, 169, 172, 174, 179,
108, 110, 112, 114, 116, 118, 183, 185, 189, 193, 196, 200,
120, 122, 216, 218, 219 204, 207, 211, 213, 216, 221,
Sulawesi Utara, 42, 44, 46, 48, 225, 228, 232, 235, 238
50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, Tingkat Partisipasi Angkatan
66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, Kerja Wanita, 22, 70, 71,
82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 129, 132, 135, 138, 140, 143,
98, 100, 102, 104, 106, 108, 147, 150, 153, 156, 159, 162,
110, 112, 114, 116, 118, 120, 165, 169, 172, 175, 178, 182,
122, 206, 208, 209 185, 188, 192, 196, 200, 203,
Sumatera Barat, 42, 44, 46, 48, 207, 210, 214, 218, 221, 224,
50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, 228, 231, 235, 237
66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, Tingkat pengangguran dengan
82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, kriteria jam kerja <35, 13, 38,
98, 100, 102, 104, 106, 108, 129, 132, 135, 138, 141, 144,
110, 112, 114, 116, 118, 120, 147, 150, 154, 157, 159, 163,
122, 134, 135, 136 166, 169, 172, 176, 179, 183,
Sumatera Selatan, 42, 44, 46, 186, 189, 193, 196, 200, 204,
48, 50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 207, 211, 214, 218, 221, 225,
64, 66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 228, 232, 235, 239, 273
80, 82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, Tujuan 1
96, 98, 100, 102, 104, 106, Tidak Ada Kemiskinan, 15,
108, 110, 112, 114, 116, 118, 28, 30, 31, 32, 33, 42, 92,
120, 122, 143, 145, 146 98, 104, 106, 108, 110,
Sumatera Utara, 42, 44, 46, 48, 116, 255
50, 52, 54, 56, 58, 60, 62, 64, Tujuan 10
66, 68, 70, 72, 74, 76, 78, 80, Mengurangi Kesenjangan, 28,
82, 84, 86, 88, 90, 92, 94, 96, 92
98, 100, 102, 104, 106, 108, Tujuan 11
110, 112, 114, 116, 118, 120, Kota yang Berkelanjutan dan
122, 131, 133 Komunitas, 30, 98
SUSENAS Tujuan 12
Survey Ekonomi Nasional, Konsumsi dan Produksi yang
xvii, 12, 13, 14, 15, 28 Bertanggungjawab, 31,
104

270
Tujuan 13 Tujuan 6
Tindakan Terhadap Iklim, 31, Air Bersih dan Sanitasi, 23,
106 74
Tujuan 14 Tujuan 7
Kehidupan di Bawah Air, 32, Energi Bersih dan
108, 255 Terjangkau, 25, 78
Tujuan 15 Tujuan 8
Kehidupan di Darat, 32, 110 Pekerjaan yang Layak dan
Tujuan 16 Pertumbuhan Ekonomi, 25,
Perdamaian, Keadilan dan 80
Institusi yang Kuat, 33, Tujuan 9
116 Industri, Inovasi dan
Tujuan 2 Infrastruktur, 27, 88
Tidak Ada Kelaparan, 16, 46 Tujuan Pembangunan
Tujuan 3 Berkelanjutan, iii, xvii, 3, 11
Kesehatan dan Kesejahteraan UN
Yang Baik, 18, 52 United Nations, xvii, 3, 4, 6,
Tujuan 4 37, 38, 39, 254, 263
Pendidikan Berkualitas, 20, UNPAD
62 Universitas Padjadjaran, 324
Tujuan 5 WHO, xvii, 16, 17, 37
Kesetaraan Gender, 22, 68

271
Apendiks
Tabel Apendix 1.
Target Kuantitatif Indikator SDGs Pada Tahun 2030
Tujuan Indikator Keterangan Target Kuantitatif
Penduduk miskin dengan Target tahun 2030 diambil
garis kemiskinan nasional berdasarkan expert judgement tim
1
peneliti yaitu menurun 75% dari
data terakhir.
Produktivitas tanaman Sesuai target 2.3 “Pada tahun
pangan (t/ha) 2030, menggandakan
produktivitas pertanian....”, angka
7.2 (t/ha) didapat dari rata-rata
2 global Cereal Yield sebesar 3.6
(t/ha) dikalikan dua. (Sumber:
http://www.sdgindex.org/assets/fi
les/2017/sdgi2017-data-web-
final.xlsx)
Target diambil dari hasil proyeksi
Angka harapan hidup saat baseline 2030 provinsi tertinggi,
lahir (tahun) yaitu Jawa Tengah, sebesar 78.06
tahun.
Target tahun 2030 diambil
Jumlah kematian akibat
berdasarkan expert judgement tim
3 kecelakaan lalu lintas (per
peneliti yaitu menurun 50% dari
100.000 penduduk)
data terakhir.
Penduduk dengan Target tahun 2030 diambil
kebiasaan merokok tiap berdasarkan expert judgement tim
hari di atas usia 15 tahun peneliti yaitu menurun 50% dari
(%) data terakhir.

Target ini ditetapkan selama 12


Rata-rata lama sekolah tahun, berdasarkan lama
4
(tahun) menempuh pendidikan hingga
sekolah menengah atas.

272
Tujuan Indikator Keterangan Target Kuantitatif
Target tahun 2030 diambil
berdasarkan expert judgement tim
APK Perguruan Tinggi
peneliti yaitu meningkat dua kali
lipat dari data terakhir.

Tingkat kesuburan wanita Target tahun 2030 diambil


berdasarkan expert judgement tim
(kelahiran per 1.000 peneliti yaitu menurun 50% dari data
wanita usia 15-19 tahun) terakhir.
Target tahun 2030 diambil
Proporsi perempuan berdasarkan expert judgement tim
dalam parlemen (%) peneliti yaitu meningkat dua kali
5 lipat dari data terakhir.
Target tahun 2030 diambil
berdasarkan data TPAK laki-laki
pada bulan Agustus 2015 yaitu
Tingkat partisipasi
sebesar 82.71%. (Sumber:
angkatan kerja wanita (%)
https://www.bps.go.id/website/br
s_ind/brsInd-
20161107121150.pdf)
Target tahun 2030 diambil
berdasarkan klasifikasi Upper
PDRB Per Kapita (Harga Middle Income (US$ 3,956-
Konstan 2016) (juta 12,235). (Sumber:
rupiah) http://siteresources.worldbank.org
/DATASTATISTICS/Resources/
OGHIST.xls)
8 Target tahun 2030 diambil
Tingkat pengangguran
berdasarkan expert judgement tim
dengan kriteria jam kerja
peneliti yaitu menurun 50% dari
<35 (%)
data terakhir.
Penduduk usia muda yang Target tahun 2030 diambil
tidak bekerja, tidak berdasarkan expert judgement tim
sekolah dan tidak peneliti yaitu menurun 50% dari
pelatihan (%) data terakhir.
Target tahun 2030 diambil
berdasarkan expert judgement,
10 Rasio gini mengambil angka Rasio Gini
minimum nasional dari 2001-
2016, yaitu 0.31 di tahun 2001

273
Tujuan Indikator Keterangan Target Kuantitatif
Target tahun 2030 diambil
berdasarkan expert judgement,
Rasio palma mengambil angka Rasio Palma
minimum nasional dari 2001-
2016, yaitu 0.19 di tahun 2001.
Target tahun 2030 diambil
berdasarkan expert judgement,
mengambil angka Persentase
Persentase Pengeluaran
Pengeluaran Kelompok Penduduk
Kelompok Penduduk 40
persen terbawah 40 persen terbawah yang tertinggi
selama periode 2002-2015, yaitu
26.61% di Provinsi Bangka
Belitung pada tahun 2007.
Rata-Rata Partikulat Target tahun 2030 ditetapkan
PM10 (µgram/m3) sebesar 50 (µgram/m3), diambil
dari kategori baik menurut
11 BMKG. (Sumber:
http://www.bmkg.go.id/kualitas-
udara/informasi-partikulat-
pm10.bmkg)
Rumah tangga dengan Target tahun 2030 diambil
perilaku memilah sampah berdasarkan expert judgement,
12 (%) dimana data nasional pada tahun
2014 sebesar 18.84% dikalikan
dua menjadi 37.68%.
Emisi CO2 per kapita Target tahun 2030 menurun 29%
(tCO2/kapita) berdasarkan First Nationally
Determined Contribution
Republic of Indonesia (INDC).
(Sumber:
http://www4.unfccc.int/ndcregistr
y/PublishedDocuments/Indonesia
13 %20First/First%20NDC%20Indo
nesia_submitted%20to%20UNFC
CC%20Set_November%20%202
016.pdf )

274
Tujuan Indikator Keterangan Target Kuantitatif

Target tahun 2030 diambil


Proporsi luas area hutan
berdasarkan expert judgement tim
terhadap luas daratan (%)
peneliti yaitu meningkat.

15 Area konservasi yang Target tahun 2030 diambil


dilindungi (% luas berdasarkan expert judgement tim
wilayah) peneliti yaitu meningkat.
Persentase Lahan Kritis Target tahun 2030 diambil
(kritis+sangat kritis) berdasarkan expert judgement tim
terhadap Luas wilayah peneliti yaitu menurun 50% dari
(%) data terakhir.
Target tahun 2030 diambil
Kejadian Pembunuhan berdasarkan expert judgement tim
(per 100.000 penduduk) peneliti yaitu menurun 50% dari
data terakhir.
Target tahun 2030 diambil
Jumlah tahanan (per berdasarkan expert judgement tim
16
100.000 penduduk) peneliti yaitu menurun 50% dari
data terakhir.
Target tahun 2030 diambil
Risiko penduduk terkena
berdasarkan expert judgement tim
tindak pidana (per
peneliti yaitu menurun 50% dari
100.000 Penduduk)
data terakhir.

275
Gambar Apendiks B.1
Penduduk Miskin dengan Garis Kemiskinan $1.90 per hari (%)

276
277
278
279
Gambar Apendiks B.2
Penduduk Miskin dengan Garis Kemiskinan Nasional (%)

280
281
282
283
Gambar Apendiks B.3
Angka Harapan Hidup Saat Lahir (Tahun)

284
285
286
287
Gambar Apendiks B.4
Penduduk dengan Kebiasaan Merokok Tiap Hari di Atas
Usia 15 Tahun (%)

288
289
290
291
Gambar Apendiks B.5
Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun)

292
293
294
295
Gambar Apendiks B.6
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

296
297
298
299
Gambar Apendiks B.7
Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%)

300
301
302
303
Gambar Apendiks B.8
Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%)

304
305
306
307
Gambar Apendiks B.9
Rasio Elektrifikasi (%)

308
309
310
311
Gambar Apendiks B.10
Penduduk Usia Muda Yang Tidak Bekerja, Tidak Sekolah dan Tidak Pelatihan
(%)

312
313
314
315
Gambar Apendiks B.11
Rasio Gini

316
317
318
319
Gambar Apendiks B.12
Rumah Tangga yang Memenuhi Spesifikasi Rumah Sederhana Sehat (%)

320
321
322
323
Tentang
SDGs Center
Universitas Padjadjaran

VISI
Indonesia Mencapai SDGs di Tahun 2030

MISI
● Menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian serta
menghasilkan inovasi dan strategi ● Memonitor kemajuan pencapaian
SDGs secara independen ● Mengutamakan SDGs dalam penelitian dan
kebijakan ● Memfasilitasi dialog antar pemangku kepentingan.

ALAMAT
Gedung CISRAL UNPAD
Jl. Dipatiukur No. 46, Bandung, 40132
Jawa Barat, Indonesia
Website: http://sdgcenter.unpad.ac.id
Email: sdgcenter@unpad.ac.id
Youtube: SDG Center Unpad
Facebook: SDGsCenterUnpad
Twitter: @SDGsCenterUnpad
Instagram: @SDGsCenterUnpad

324

Anda mungkin juga menyukai