301 974 1 PB
301 974 1 PB
ABSTRAK : Ekodrainase merupakan konsep pengelolaan air hujan dan limpasannya pada sistem
drainase perkotaan. Pada musim hujan, Sawojajar sebagai kawasan padat bangunan dan penduduk,
menjadi salah satu daerah genangan di Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kapasitas saluran drainase eksisting, mengetahui penempatan dan dimensi struktur ekodrainase
yang sesuai dengan kondisi Perumahan Sawojajar serta mengetahui prosentase reduksi debit
limpasan hujan dengan penerapan ekodrainase di lokasi studi. Untuk menganalisanya, dilakukan
pemodelan limpasan hujan kala ulang 5 tahun menggunakan instrumen Storm Water Management
Model (SWMM) dengan membandingkan kondisi jaringan drainase sebelum dan sesudah
penerapan sumur resapan, bioretensi dan perkerasan permeabel. Untuk simulasi hujan rancangan,
menggunakan data curah hujan jam-jaman yang diperoleh dari stasiun penakar Kedungkandang
selama 10 tahun (2006 – 2015). Perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Sherman,
diperoleh intensitas hujan durasi 2 jam dengan kala ulang 5 tahun sebesar 22.67 mm/jam. Untuk
kalibrasi model, data curah hujan dan debit outlet menggunakan hasil pengamatan pada tanggal 02
April, 14 April dan 20 Oktober 2016. Hasil kalibrasi model menunjukkan nilai Root Mean Square
Error (RMSE) antara debit pemodelan dengan debit terukur sebesar 3.1%, sedangkan nilai RMSE
hasil validasi dan verifikasi masing-masing sebesar 4.70% dan 4.43%. Hasil simulasi
menunjukkan kapasitas saluran drainase eksisting tidak mampu menampung hujan kala ulang 5
tahun, mengakibatkan genangan di 25 titik. Prosentase reduksi debit limpasan lahan dan saluran
dengan penerapan sumur resapan, bioretensi dan perkerasan permeabel berkisar antara 14.49%-
92.26%, sedangkan reduksi debit banjir di outlet akhir mencapai 37.55%. Sumur resapan
mereduksi 23.41% debit limpasan, perkerasan permeabel 14.02% sedangkan bioretensi 0.1%.
ABSTRACT : Ecodrain is the concept of rainwater management and its runoff on urban drainage
systems. In the rainy season, Sawojajar as heavily built-up area and population, became one of the
inundation area in Malang. This study aims to determine the capacity of existing drainage
channels, determine the placement and dimension of ecodrain structures that accordance with the
conditions of Sawojajar Housing and figure out the percentage reduction of runoff discharge with
the application of ecodrain in the study area. For analyzing, rainfall runoff at a return period of 5
years can be modelled by using a Storm Water Management Model (SWMM), by comparing the
drainage network conditions before and after implementation of infiltration wells, bioretention
and permeable pavement. Rainfall data hourly obtained from hydrology post of Kedungkandang
for 10 years (2006-2015), is used to simulate raindesign. Sherman method is used to calculate of
rainfall intensity. It results a 2 hours duration of rainfall intensity with a return period of 5 years
at 22.67 mm / hour. To calibrate the model, rainfall and outlet discharge observation data on
April 2, April 14 and October 20, 2016 are used. The result of the model calibrations show Root
Mean Square Error (RMSE) value between the simulation discharge and measured discharge is
3.1%, while the RMSE value of validation and verification respectively 4.70% and 4.43%. The
simulation results show the capacity of the existing drainage channels are not able to
accommodate the rain at return period of 5 years, triggered flooding in 25 points. Reduction of
295
296 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 295 - 309
land runoff discharge and channel by the application of infiltration wells, bioretention and
permeable pavement ranges between 14.49% - 92.26%, while the reduction of flood discharge at
the outlet to reach 37.55%. Infiltration wells reduce the runoff discharge up to 23.41%, permeable
pavement 14.02%, while bioretention 0.1%.
Dalam dua dekade terakhir, telah terjadi resapan buatan untuk mengetahui
pergeseran konsep dan paradigma pengelolaan pengaruhnya terhadap debit limpasan.
sistem drainase perkotaan, dari konsep Diperoleh hasil bahwa saluran dengan
konvensional ke konsep eko-drainase atau kotak resapan bermedia rumput grinting
konsep drainase berwawasan lingkungan; dari (Cynodon dactylon) lebih baik dalam
paradigma mengalirkan dan/atau membuang menurunkan debit air pada saluran
kelebihan air (hujan) menjadi mengelola air dibandingkan dengan kotak resapan
hujan dan limpasannya dengan tujuan dengan media tanah kosong saja.
meningkatkan daya guna air, meminimalkan 4. Hua Peng Qin (2013) melakukan studi
kerugian serta konservasi lingkungan. yang lebih lengkap mengenai kinerja
Salah satu daerah genangan limpasan struktur ekodrainase dalam mereduksi
hujan di wilayah Kota Malang, diantaranya genangan akibat hujan, dengan beberapa
adalah kawasan perumahan Sawojajar. Dari kesimpulan sebagai berikut :
hasil studi lapangan, diperoleh gambaran - Penerapan ekodrainase lebih efektif dalam
permasalahan diantaranya : mereduksi banjir pada peristiwa hujan
1) Tinggi genangan rata-rata mencapai 5–25 berdurasi pendek.
cm dengan lama genangan berkisar 45-60 - Parameter yang paling berpengaruh
menit. terhadap reduksi banjir adalah kedalaman
2) Jumlah daerah resapan yang semakin lapisan penyimpanan / tampungan.
sempit. - Kinerja desain ekodrainase secara
3) Sebagian jaringan drainase sudah tidak substansial dipengaruhi oleh luas daerah
dapat menampung debit banjir. yang diinstal dengan komponen
4) Tidak terdapat lahan yang memadai untuk ekodrainase, luas total daerah drainase dan
dilakukan peningkatan kapasitas saluran kapasitas penyimpanan efektif.
drainase eksisting. Dari beberapa studi terdahulu mengenai
Beberapa studi terdahulu yang dijadikan permasalahan drainase perkotaan, diketahui
sebagai referensi dalam studi ini adalah : bahwa penerapan ekodrainase dapat
1. Andini (2015) memperoleh kesimpulan menurunkan debit limpasan hujan. Pada riset
dari penelitiannya bahwa bioretensi ini dilakukan kajian tentang penerapan
dengan komposisi media pasir terbesar ekodrainase menggunakan beberapa tipe
(60%) memiliki kapasitas infiltrasi yang struktur yang berbeda guna mereduksi debit
tinggi (60 cm/jam) dan efisiensi limpasan hujan di Perumahan Sawojajar, baik
penyisihan polutan Zn yang tinggi diterapkan bersamaan maupun tersendiri.
(92,5%). Penerapan beberapa tipe ekodrainase sesuai
2. Rizka Aditya Rahman (2014) melakukan dengan kondisi sub daerah tangkapan air
penelitian menggunakan sumur resapan diprediksi lebih efektif dalam menurunkan
untuk mengatasi masalah drainase debit limpasan hujan. Adapun struktur yang
perkotaan. Dari hasil studi tersebut, digunakan yaitu sumur resapan, bioretensi dan
diperoleh kesimpulan bahwa sumur perkerasan permeabel.
resapan yang didesain di lokasi studi, Sehingga tujuan yang ingin dicapai pada
dapat mereduksi limpasan banjir hingga studi ini adalah :
40,902 %. 1) Mengetahui kapasitas saluran drainase
3. Sabarani Adinda, dkk (2014) melakukan eksisting di lokasi studi.
pemodelan saluran drainase dengan kotak 2) Mengetahui penempatan dan dimensi
Ardiyana, dkk, Studi Penerapan Ecodrain Pada Sistem Drainase Perkotaan 297
struktur ekodrainase yang sesuai dengan limpasan hujan dengan penerapan struktur
kondisi lokasi studi. sumur resapan, bioretensi dan perkerasan
3) Mengetahui prosentase reduksi debit permeabel di lokasi studi.
dengan k = 1, 2, 3, …, n I. t I 2 - I 2 . t I (2.5)
a=
Y -Y
2
(11)
n I - I I
n
Sd 2 =
i 2
(3) (2.6)
n
Dengan :
i=1
I I. t - n I 2 . t
b= (12)
Yi = data hujan ke-i n I 2 - I I
Y = data hujan rerata –i
Sd = standar deviasi Penelusuran Banjir
n = jumlah data Penelusuran banjir merupakan cara
Untuk uji konsistensi digunakan cara statistik : matematis untuk memperkirakan perubahan
k , 0 kn
QRAPS = maks S** karakteristik hidrograf (hubungan (2.7)debit –
waktu) di suatu titik pada suatu bagian sungai
Atau nilai range : maupun pada fasilitas tampungan (Suripin,
R RAPS = maksimum S** **
k - minimum Sk , 2004).
dengan 0 k n SWMM menggunakan persamaan
kontinuitas dan momentum untuk aliran tidak
Lengkung Intensitas - Durasi Hujan seragam (unsteady, gradually varied flow),
Intensitas hujan merupakan jumlah curah yakni persamaan Saint Venant.
hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan tiap h
satuan waktu (mm/jam). Apabila data hujan g g S S f 0 (13)
jangka pendek tersedia, lengkung intensitas t x x
hujan dapat dibuat menggunakan salah satu (a) (b) (c) (d)
dari persamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro, (a) perubahan kecepatan dari waktu ke waktu.
yang menghasilkan deviasi terkecil terhadap (b) percepatan yang disebabkan oleh fluida
hasil pengukuran (Sosrodarsono dan Takeda, memasuki suatu penyempitan atau
1983). pelebaran penampang saluran,
(c) perubahan tekanan hidrostatik (head)
i. Rumus Talbot : terhadap ruang.
a (d) percepatan akibat selisih kemiringan dasar
I= (4)
t+b dengan garis energi akibat gesekan.
I.t I2 - I2 .t I Kalibrasi, Validasi dan Verifikasi Model
a= (5)
n I 2 - I I Kalibrasi, untuk memeriksa ketepatan
besaran parameter pemodelan, dengan
I I.t - n I2 .t membandingkan debit hasil simulasi dengan
b= (6)
n I2 - I I debit pengamatan pada keluaran sistem
drainase. Validasi dan verifikasi dilakukan
ii. Rumus Sherman : untuk menguji model dengan menggunakan
a nilai optimal parameter hasil kalibrasi pada
I= (7) kejadian hujan yang berbeda.
tN
Salah satu uji statistik yang digunakan
log I log t - log I. log t log t
2
7) Uji kesesuaian distribusi menggunakan Uji perhitungan intensitas hujan kala ulang 5 tahun
Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov- pada berbagai durasi.
Kolmogorov, untuk menentukan apakah
persamaan distribusi yang dipilih dapat Tabel 1. Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun
mewakili distribusi statistik sampel data Kedungkandang, Metode RAPS
yang akan dianalisis.
No. Tahun Hujan
8) Membuat lengkung intensitas-durasi hujan, S*k S**k S k* *
menggunakan metode Talbot, Sherman Tahunan
dan Ishiguro. Metode yang menghasilkan 1 2015 1802 -142.9 -0.25 0.25
deviasi terkecil dengan hasil pengukuran 2 2014 1411 -533.9 -0.92 0.92
digunakan sebagai persamaan lengkung
3 2013 2377 432.1 0.74 0.74
intensitas-durasi.
9) Evaluasi kapasitas saluran drainase 4 2012 1650 -294.9 -0.51 0.51
eksisting menggunakan simulasi curah 5 2011 2084 139.1 0.24 0.24
hujan - limpasan dengan SWMM 5.0. 3376 1431.1 2.46
6 2010 2.46
10) Merencanakan lokasi, jumlah dan dimensi
sumur resapan, bioretensi dan perkerasan 7 2009 1903 -41.9 -0.07 0.07
permeabel. 8 2008 1683 -261.9 -0.45 0.45
11) Simulasi curah hujan - limpasan dengan 9 2007 1760 -184.9 -0.32 0.32
SWMM 5.0. pada skenario penerapan
10 2006 1403 -541.9 -0.93 0.93
sumur resapan, bioretensi, dan perkerasan
permeabel secara bersamaan. Selanjutnya, Jumlah 19449 R 2.39
simulasi penerapan masing-masing tipe, R
Rata-rata 1944.9 n 0.755
untuk mengetahui tipe mana yang paling
berpengaruh terhadap penurunan debit Standar Deviasi 581.64 Q 2.46
Q
limpasan. n 10 0.778
n
12) Menganalisa pengurangan limpasan hujan
pada penerapan ekodrainase.
Tabel 2. Intensitas Hujan Kala Ulang 5 Tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Berbagai Durasi
Uji Konsistensi Data Hujan Durasi Intensitas Hujan Durasi Intensitas Hujan
Untuk menguji konsistensi data hujan (menit) (mm/jam) (menit) (mm/jam)
pada stasiun individual (stand alone station) 60 22.77 420 6.39
digunakan metode Rescaled Adjusted Partial
Sums (RAPS), dengan perhitungan 120 27.48 480 7.39
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1, 180 21.64 540 7.00
diperoleh besaran Q hitung = 0.778. Nilai ini 240 19.94 600 3.09
n
dibandingkan dengan nilai kritis pada n = 10
dan Confidence Interval 90% = 1.05. 300 17.85 660 12.55
Diperoleh nilai hitung < nilai kritis. Hasil ini 360 14.53
menunjukkan bahwa data hujan pada stasiun
pencatat hujan Kedungkandang adalah
konsisten. Hubungan Intensitas Hujan - Waktu
Analisa Frekuensi Untuk keperluan perancangan, curah
hujan rancangan yang telah ditetapkan
Langkah awal untuk melakukan analisa berdasarkan hasil analisis perlu diubah menjadi
frekuensi data curah hujan durasi pendek lengkung intensitas curah hujan.
adalah dengan mengelompokkan data curah Apabila data hujan jangka pendek
hujan maksimum tahunan berdasarkan durasi, tersedia, lengkung intensitas hujan dapat
kemudian dihitung intensitas hujan. Analisa dibuat menggunakan salah satu dari persamaan
frekuensi data intensitas hujan kala ulang 5 Talbot, Sherman dan Ishiguro. Dari
tahun menggunakan distribusi Log Pearson perhitungan konstanta untuk memperoleh
Tipe III. Tabel 2 menunjukkan hasil persamaan lengkung intensitas, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Ardiyana, dkk, Studi Penerapan Ecodrain Pada Sistem Drainase Perkotaan 301
Tabel 3. Besaran Konstanta Dalam Rumus Dari ketiga persamaan pada Tabel 3,
Intensitas Hujan Metode Talbot, Sherman dan dapat dihitung intensitas hujan dan diperoleh
Ishiguro lengkung intensitas hujan untuk masing-
masing metode. Metode yang memiliki
pendekatan terbaik dengan data hasil
pengukuran, memiliki rerata deviasi yang
terkecil. Perhitungan selengkapnya pada Tabel
4, diperoleh bahwa metode Sherman paling
sesuai dengan data pengukuran.
Lengkung intensitas hujan - durasi masing-
masing metode ditampilkan pada Gambar 2.
Dan hasil perhitungan hubungan durasi –
intensitas hujan kala ulang 5 tahun
menggunakan metode Sherman dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 4. Perbandingan Kecocokan Rumus Intensitas Hujan Metode Talbot, Sherman dan Ishiguro
Dengan Data pengukuran
No. t I data Intensitas hujan (I) Deviasi M (IsI)
Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro
1 60 22.77 82.62 36.56 -1210.88 59.85 13.79 -1233.65
2 120 27.48 35.87 22.67 36.66 8.39 -4.81 9.18
3 180 21.64 22.91 17.14 20.47 1.27 -4.49 -1.16
4 240 19.94 16.83 14.06 14.92 -3.11 -5.88 -5.02
5 300 17.85 13.30 12.05 12.04 -4.55 -5.79 -5.81
6 360 14.53 10.99 10.63 10.25 -3.54 -3.90 -4.28
7 420 6.39 9.37 9.56 9.02 2.98 3.17 2.63
8 480 7.39 8.16 8.72 8.11 0.77 1.33 0.72
9 540 7.00 7.23 8.04 7.41 0.23 1.04 0.41
10 600 3.09 6.49 7.48 6.85 3.40 4.39 3.76
11 660 12.55 5.89 7.00 6.40 -6.66 -5.55 -6.16
Rerata Deviasi 10.46 4.87 203.81
302 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 295 - 309
Berdasarkan hasil analisa terhadap data 2016. Nilai RMSE diperoleh sebesar 0.031
curah hujan otomatis tahun 2006–2015 dari (3.1%) menunjukkan bahwa nilai parameter
stasiun pengamatan Kedungkandang, diperoleh yang digunakan dalam pemodelan memiliki
bahwa sebagian besar kejadian hujan di lokasi pendekatan yang baik dengan kondisi
studi berlangsung selama 2 (dua) jam. Dari lapangan. Grafik perbandingan
Tabel 5 diperoleh intensitas hujan durasi 2 jam
dengan kala ulang 5 tahun sebesar 22.67
mm/jam. Besaran ini menjadi parameter
masukan hujan pada simulasi dengan SWMM.
Tabel 5. Hubungan Intensitas Hujan - Durasi
Kala Ulang 5 Tahun Metode Sherman
Pada studi ini, sumur resapan limpasan hujan dari tiap atap adalah
direncanakan seragam di semua titik. Berjenis sebagai berikut :
sumur resapan dalam (kolektif) dengan bentuk Vol = 0.278 x c x I x A x T
lingkaran, kedalaman 7 meter dan konstruksi = 0.278x0.95x6.30x106 84x7200
dinding terbuat dari pasangan batu bata tanpa = 1.01 m3
diplester. Sedangkan penempatan sumur Dengan demikian kinerja per unit sumur
resapan kolektif berada pada lokasi dengan resapan :
elevasi terendah dari daerah tadah, dengan
Vtot sumur
memperhatikan kriteria jarak terhadap =
bangunan/obyek lain. Potongan melintang Vper atap
sumur resapan yang direncanakan 8.93
sebagaimana Gambar 6. = = 8.8 9 atap (rumah)
1.01
Namun demikian, jumlah sumur resapan
Dengan menggunakan persamaan (15)
kolektif di Perumahan Sawojajar ditetapkan
dapat diperoleh kinerja sumur resapan sebagai
berdasarkan hasil peninjauan lapangan,
berikut :
mengingat penempatannya memiliki kriteria
i. Debit resapan pada sumur (Qo) :
jarak, sehingga diperoleh jumlah sumur
L = 4m
resapan kolektif sebanyak 146 unit. Gambar 7
k = 1.71x10-4cm/det
menunjukkan instalasi sumur resapan yang
= 1.71x10-6 m/det
ditempatkan pada median jalan.
H = 6.25 m
r = 0.60 m
T = 2 jam = 7200 det
2π x 4 x 1.71 x 106 x 6.25
Qo =
4 4
2
ln + 1+
0.60 0.60
= 1.403 x 10-4 m3/det
2. Volume air hujan yang meresap (Vrsp)
Qo = 1.403 x 10-4 m3/det
T = 2 jam = 7200 det
Vrsp = Qo x T
= 1.403 x 104 x 7200
= 1.010 m3
iii. Kapasitas per unit sumur resapan
Vs = x r2 x t
= x 0.62 x 7 = 7.92 m3
Jika per unit sumur dapat meresapkan air
hujan 1.010 m3, maka kapasitas total
sumur :
Vtotal = Vs + Vrsp
= 7.92 + 1.010 = 8.93 m3
Sehingga debit yang dapat tertampung
oleh sumur dalam waktu 2 jam adalah :
Vtot
Qs =
T Gambar 7. Instalasi sumur resapan di median
8.93
= = 1,24 x 10-3 m3/det jalan
7200 2. Bioretensi
Jika atap rumah di lokasi studi rata-rata Bioretensi ditempatkan di area terbuka
memiliki luas tadah 84 m2, maka volume hijau kawasan perumahan karena selain
difungsikan untuk mengurangi limpasan pada
Ardiyana, dkk, Studi Penerapan Ecodrain Pada Sistem Drainase Perkotaan 305
Jumlah bioretensi yang akan dibuat, ditetapkan dimensi potongan melintang sebagaimana
sebanyak 19 unit pada titik-titik yang digambarkan pada Gambar 9. Struktur
difungsikan sebagai area terbuka hijau atau perkerasan permeabel tidak membutuhkan
taman. ruang khusus karena dapat berfungsi ganda
selain sebagai pengendali limpasan hujan,
3) Perkerasan Permeabel sekaligus sebagai areal parkir.
Perkerasan permeabel direncanakan
seragam di semua titik dengan struktur dan
306 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 295 - 309
ds =
0.0184 × 2 + 0.0453 - 0.024/2 × 2
0.75
= 0.078 m 8 cm
3. Kedalaman maksimum lapisan tampungan Gambar 11. Perbandingan hidrograf hasil
(ds-max) simulasi penerapan masing-masing tipe
td = 48 jam ekodrainase, pada outlet sistem drainase (saluran
0.024/2 × 48 C108)
=
0.75 Selanjutnya dilakukan simulasi pada
= 0.768 m
penerapan masing-masing tipe ekodrainase
Diperoleh bahwa ds < ds-max, sehingga sistem untuk mengetahui tipe mana yang paling
perkerasan permeabel yang direncana tidak berpengaruh dalam mengurangi debit limpasan
perlu menggunakan underdrain. (dengan jumlah sumur resapan 146 unit,
bioretensi 19 unit dan perkerasan permeabel 6
Ardiyana, dkk, Studi Penerapan Ecodrain Pada Sistem Drainase Perkotaan 307
Gambar 12. Perbandingan profil muka air pada simpul J82 - O3 kondisi eksisting (atas) dan sesudah
penerapan ekodrainase (bawah)
masing-masing sub DTA sehingga capaian Qin, H., dan Li, Z., 2013. The Effects of Low
penurunan debit banjir lebih optimal, Impact Development on Urban
diantaranya adalah saluran berumput Flooding Under Different Rainfall
(vegetative swale) dan tampungan air Characteristics. ELSEVIER, Journal
hujan untuk penyediaan air bersih (rain of Environmental Management
barrel) kolektif. Vol.129. https: // ore. exeter. ac.uk.
3) Penelitian kualitas air limpasan hujan dan Diakses tanggal 26 Mei 2015.
pengisian muka air tanah (groundwater Rahman, R.A., 2014. Studi Pengendalian
recharge) dari penerapan struktur Genangan Air dan Sistem Drainasi
ekodrainase. Berwawasan Lingkungan di
Kecamatan Kepanjen Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Malang. Tesis. Universitas Brawijaya.
Tidak Diterbitkan.
Adinda, S., Barid, B., dan Ikhsan, J., 2014.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 2003.
Pengaruh Pemodelan Kotak Resapan
Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya
Buatan di Saluran Drainase terhadap
Paramita. Jakarta.
Debit Limpasan. Jurnal Ilmiah
Sri Harto, Br. 2000. Analisis Hidrologi.
Semesta Teknika Vol.17. http:
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
//journal.umy.ac.id. Diakses tanggal 22
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan
April 2016.
yang Berkelanjutan. Andi Offset.
Andini, 2015. Pengaruh Komposisi Media
Yogyakarta.
Bioretensi Terhadap Kecepatan
United States Environmental Protection
Infiltrasi Dan Penyisihan Logam Zn
Agency. 2010. Storm Water
Limpasan Air Hujan (Studi Kasus:
Management Model 5.0 User’s
Lahan Parkir Motor Fakultas Teknik
Manual. https: //www.epa.gov/water-
Universitas Indonesia). Skripsi.
research. Diakses tanggal 11
Universitas Indonesia. Tidak
September 2015.
Diterbitkan.
Virginia Department of Environmental
Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Materi
Quality. 2011. Stormwater Design
Bidang Drainase Diseminasi dan
Specification No.7 Permeable
Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP.
Pavement Version 1.8. http:
Tidak Diterbitkan.
//www.vwrrc.vt.edu. Diakses tanggal
Los Angeles County Department of Public
28 Januari 2016.
Works. 2014. Low Impact
Development Standards Manual.
http://dpw.lacounty. gov. Diakses
tanggal 1 Desember 2015.