PENDAHULUAN
Setiap kegiatan dalam masing masing bidang program yang ada, prosesnya
beberapa kriteria yang matang dari unsur kekuatan, kenyamanan, serta aspek ekonomisnya.
Kebutuhan akan prasarana kantor yang baik merupakan sesuatu yang diharapkan oleh
masyarakat dan merupakan penunjang lancarnya prekonomian. Mengingat kondisi dan sarana
perkantoran yang ada saat ini banyak mengalami kerusakan baik diakibatkan oleh alam
ketelitian dan keamanan yang tinggi dalam perhitungan konstruksinya. Faktor yang sering
kali mempengaruhi kekuatan konstruksi adalah beban hidup, beban mati, beban angin, dan
beban gempa. Oleh karena itu, perludisadari bahwa keadaan atau kondisi lokasi
pembangunan gedung bertingkat akan mempengaruhi pula terhadap kekuatan gempa yang
ditimbulkan yang kemudian berakibat pada bangunan itu sendiri.Indonesia sebagai salah satu
daerah rawan gempa, kondisi ini memberikan pengaruh besar dalam proses perencanaan
Maka dari itu membutuhkan suatu solusi untuk memperkecil resiko yang terjadi
akibat gempa, terutama untuk gedung-gedung bertingkat. Dewasa ini sangat dibutuhkan para
teknokrat sipil yang ahli dalam merencanakan sebuah struktur bangunan yang tahan gempa.
Sehingga perlu bagi para calon teknokrat bangunan untuk memahami dan berlatih dalam
merencanakan struktur gedung tahan gempa.Komponen struktur gedung itu sendiri terdiri
dari pondasi, sloof, kolom,balok, plat lantai, dan plat atap. Masing-masing komponen
1
tersebut harus dihitung untuk mengetahui dimensinya sehingga dapat diketahui kuat atau
tidak kuat struktur tersebut.Pada perencanaan ini ditentukan gedung 2 lantai (SNI 1726-
Dari permasalahan diatas dapat kita mengambil kesimpuan rumusan masalah tentang
cara merencanakan struktur portal 2 lantai dan cara menghitung kebutuhan strukturnya.
2) Menentukan plat lantai, plat atap, sloof, kolom, dan balok struktur agar dapat
3) Menentukan jumlah tulangan pada plat, balok, kolom, sloof, dan pondasi.
mengaplikasikannya di lapangan.
1) Struktur yang ditinjau adalah struktur dari Gedung Kantor yang meliputi struktur atap,
2
2) Stuktur balok, kolom dan pelat lantai menggunakan struktur beton bertulang.
6) Digunakan fondasi tiang pancang dengan kedalaman sesuai data tanah yang ada.
8) Portal direncanakan dengan dimensi yang cukup dan tidak boros, kemudian hitung
11) Peraturan-peraturan yang digunakan pada peraturan yang secara umum di- gunakan di
03-1726-2013
3
BAB II
PERENCANAAN STRUKTUR
Dalam perhitungan analisis ini dilampirkan beberapa data umum dalam perencanaan,
antara lain :
a. Bangunan = 2 Lantai
k. Dimensi Balok = 35 x 45 cm
l. Dimensi Kolom = 40 x 40 cm
mampu menampung berat sendiri, gaya angina, beban hidup dan beban khusus yag
bekerja pada struktur bangunan tersebut. Jenis pembebanan dibagi menjadi tiga jenis :
4
a) Beban mati
Beban mati adalah beban yang terdapat pada struktur bangunan itu sendiri
yang bersifat permanen yang tidak terpisahkan dari bangunan tersebut. Contoh
nya seperti balok, lantai, dinding, plat atap, plat lantai dll.
b) Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna
suatu gedung, termasuk beban-beban yang ada pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak bisa
terpisahkan dari gedung da dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
c) Beban gempa
Beban gempa adalah pergerakan pada gedung akibat terjadinya gempa. Gempa
maka semakin besar juga beban gempanya. Berbeda sengan beban mati ataupun
hidup yang arah vertical, beban gempa adalah horizontal. Adanya beban gempa
vertical adalah sebuah efek saja. Gaya gempa bekerja pada struktur atas, setelah
dikalikan dengan faktor kuat lebih dan dilakukan analisa, maka gaya gaya yang
terjadi pada bawah struktur tersebut yang digunakan untuk mendesain pindasi.
elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur yang ada di
bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar
5
akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan yang lebih
kecil.
gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut, beban pelat lantai
didistribusikan dalam balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan
direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih
tinggi dan beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U),
yaitu untuk meperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (Ø), yaitu untuk
Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dan penggunaan untuk apa
pengawasan.
1. Pembebanan:
c. Beban gempa
6
3. Analisa tampang menggunakan SNI, pemasukan tulangan lentur disyaratkan
sebagai berikut :
sebagai berikut :
dx = h – p – 1/2Ø
dy = h – p – 1/2Ø – Ø
ρmaks = 0.75 . ρb
ly
lx
Dengan asumsi jepit elastis pada 4 sisi, maka : lx/l. momen-momen ditentukan
sesuai dengan tabel 14 buku “ dasar-dasar perencanaan beton bertulang” pada ly/lx = 1
7
Momen terjepit tak terduga arah x :
Mtix = ½ .Mlx
Mtiy = ½ .Mly
Penulangan :
Mu
ρ=
0,9.ƒy . b . dx ²
1. pembebanan :
c. Beban gempa
2. Perletakan : Jepit-jepit
3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000 v 14.
Mu
Mn =
Ø
Dimana Ø = 0.80
8
fy
m=
0.85 . f ' c
Mn
Rn =
b.d²
1 2. m . Rn
ρ=
m ( √
1− 1−
fy )
0.85 . fc β 600
ρb =
fy
. ( 600+ fy )
ρ = 0.75. ρb
1.4
ρ<ρmin dipakai ρmin =
f'y
Ø = 0.80
1
Vc = x √f ' c.b.d
6
Ø.Vc = 0.6 x Vc
Ø.Vc ≤ Vu
Vu < Ø.Vc
Vs perlu = Vu – Vc
Av . fy . d
Vs ada =
s
(pakai Vs perlu)
9
Tetapi jika terjadi Vu < Ø . Vc , maka harus selalu dipasang tulangan geser
3. Balok dengan tinggi total yag tidak lebih dari nilai terbesar diantara 250 mm; 2,5
1. pembebanan :
c. Beban gempa
2. Perletakan : Jepit-jepit
3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000 v 14.
Mu
Mn =
Ø
Dimana Ø = 0.80
fy
m=
0.85 . f ' c
Mn
Rn =
b.d²
1 2. m . Rn
ρ=
m ( √
1− 1−
fy )
0.85 . fc β 600
ρb =
fy
. ( 600+ fy )
ρ = 0.75. ρb
10
ρmin <ρ<ρmaks tulangan tunggal
1.4
ρ<ρmin dipakai ρmin =
f'y
Ø = 0.80
1
Vc = x √f ' c.b.d
6
Ø.Vc = 0.6 x Vc
Ø.Vc ≤ Vu
Vu < Ø.Vc
Vs perlu = Vu – Vc
Av . fy . d
Vs ada =
s
(pakai Vs perlu)
Tetapi jika terjadi Vu < Ø . Vc , maka harus selalu dipasang tulangan geser
6. Balok dengan tinggi total yag tidak lebih dari nilai terbesar diantara 250 mm; 2,5
11
Pondasi Telapak dapat digunakan jika pada kedalaman N ≤ 3 Meter, dan Penetrasi
Konus didapat PK ≥ 50 Kg/cm2, berdasarkan Data Sondir yang kami dapatkan di Kedalaman
2.5 Meter, Tanah ini memilik Penetrasi Konus sebesar 120 Kg/cm 2 maka dapat digunakan
Pondasi Telapak pada Bangunan ini .
Desain Lebar Fondasi (B)
Pu
σtanah = A
672900 N 1
≤ √ fc '
8 h ²+1600 h 6
D
≤ 1
B
12
qult
q izin =
SF
Kontrol qizin> qn
Syarat :
σmax ≤ σsementara
σmax ≥ 0
Menghitung Rnperlu :
Mu
Rnperlu =
∅ . b . d2
Menghitung nilai ( m ) :
fy
m =
0,85 . f ' c
Menghitung ρperlu :
1
ρperlu = ¿]
m
Menghitung ρbalance :
0,85 . fc . β 600
ρbalance =
fy
. [
600+ fy
]
Menghitung ρmaks :
1,4
ρmin=
fy
Asperlu = ρperlu . B . d
13
Menghitung As perlu untuk Tulangan :
Astul = ¼ . π . d2
B , Astul
s =
As n '
14
2.6. Perencanaan Tangga
Catatan :
*) Untuk tangga perumahan dan bangunan gedung pada umum nya diambil sudut
kemiringan 30˚- 45˚atau kemiringan 1:1,7 sampai 1:1,4 (Ali Asroni ,Desain Beton
Bertulang ,Hal :235)
Maka ukuran anak Tangga dapat di tentukan :
2.T+I=(61-65) cm ( Ali Asroni ,Desain Beton Bertulang ,Hal :238 )
Dengan :
T : Tinggi Bidang Tanjakan (optrede ) atau tinggi anak tangga (cm)
I : Lebar Bidang Injakan ( aantrede ) atau lebar anak tangga (cm)
2. k
( √
a = 1− 1− )
0.85 f c '
.d
0,85.fc.a.b
Tulangan pokok As =
fy
1/4.ᴫ.D².S
Jarak Tulangan S =
As
1/4.ᴫ.D².S
Luas Tulangan =
As
Tulangan Bagi = Asb=20%.As
1/4.ᴫ.D².S
Luas Tulangan =
As b
1/4.ᴫ.D².S
Luas Tulangan =
A su
Tulangan Bagi = Asb=20%.As
15
Perhitungan Tulangan Badan Tangga
Mu
K =
Ø.b.d²
2. k
( √
a = 1− 1−
0.85 f c ' )
.d
0,85.fc.a.b
Tulangan pokok As =
fy
1/4.ᴫ.D².S
Jarak Tulangan S =
As
1/4.ᴫ.D².S
Luas Tulangan =
As
Tulangan Bagi = Asb=20%.As
1/4.ᴫ.D².S
Jarak Tulangan S =
As
1/4.ᴫ.D².S
Luas Tulangan =
As b
Pu
σtanah =
A
Pu
A =
σ tanah
B = L = √A
Pu
≤ Vc
Ac
Pu 1
≤ √ fc '
8 h ²+1600 h 6
16
Menghitungnilai ( m ) :
fy
m =
0,85 . f ' c
Menghitungρperlu :
1
ρperlu = ¿]
m
Menghitungρbalance :
0,85 . fc . β 600
ρbalance =
fy
. [
600+ fy
]
Menghitungρmaks :
Astul = ¼ .π .d 2
MenghitungJumlahKebutuhanTulanganPondasi :
As perlu
n =
Astul
NamununtukKenyamananditambahkan = n + 2
As n’ = 6 . Astul Maka
B , Astul
s =
As n '
17
a. Perhitungan Waktu Getar
Beban Geser Rencana berdasarkan situs : (SNI 2019 Gempa)
F . S DS
V= . W atau V = Cs . W
R
Dimana :
2
SDS = . F .S
3 A S
2
SD1 = . F .S
3 v 1
18
Tabel 3. Kategori desain seismic berdasarkan respon percepatan priode pendek
19
x = Koefisien tertera pada Tabel di bawah ini ( 0,90 )
b) Perhitungan Periode TS
SD1
Ts = ……………………………………….... SNI Gempa 2012 hal 23
SDS
c) Perhitungan Periode T
T = C . H3/4
Dimana : C = 0.0731 untuk Beton Bertulang
C = 0.0488 untuk Struktur Lain Dinding Geser
C =0.0853 untuk Struktur Baja ( SNI Gempa 2002 )
20
Ar = Am x Tc
Ar
Cus =
T1
Tabel 6 .Penentuan Nilai Am dan Ar
21
Dimana : I = Faktor Keamanan = 1.0
R = Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa ( SRPMB) = 3.0
C = Ada 2 yaitu Cus dan Ctb
W i . h ki
C vx = …………………………………. SNI Gempa 2012 Hal 57
∑ W i . h ki
Dimana :
W i . h ki
Fx = k . V
∑ Wi . hi
22
BAB III
PERHITUNGAN STRUKTUR
23
Tabel 10. Penentuan fungsi gedung
24
Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987 hal 4
25
*Keterangan : Jika nilai ly/lx diantara 1-3 maka digunakan pelat dua arah, namun jika
ly/lx > 3 maka pelat yang digunakan 1 arah ( Overhang )
26
D
B A
D B
C A
27
3.1.1. Menentukan Tebal Pelat Lantai
Syarat : hlendutan ≤ h ≤ hmaks
Penentuan tebal pelat ( h ) berdasarkan lendutan :
h=
fy
( 0,8+1500 ) ; ⋅L hmin =
fy
(0,8+1500 )⋅L; hmax = (0,8+1500fy )⋅L
n
1
n
36+9⋅β n 36
{ β }
36+5⋅β α −0 ,12 ( 1+ )
m
Tinjau daerahA
fy : 400 mpa = 400 N/mm ; Lebar Balok = 350 mm
Ly : arah memanjang - lebar balok = 4000 mm – 350 mm= 3650 mm
Lx : arah melebar - lebar balok = 4000 mm – 350 mm= 3650 mm
Maka :
L y 3650 mm
β= =
L x 3650 mm = 1 (digunakan Plat dua Arah)
Ln = 4000 – 350 = 3650 mm
Karena unsur kekakuan α m dalam persamaan tersebut belum di ketahui, sehingga di
pakai persamaan berikut :
fy
(0,8+1500 )⋅Ln
hmin = 36+9⋅β 0.213
400
(0,8+1500 )⋅3650 mm
= 36+9⋅1
= 86,52mm
fy
(0,8+1500 )⋅Ln
hmax = 36
400
( 0,8+
1500 )⋅3650 mm
= 36
= 108,148mm
Syarat tebal pelat : 86,52mm ≤ h ≤ 108,148mm
28
Maka di ambil tebal pelat lantai ( h )= 130 mm. Tebal pelat atap ( t ) di asumsikan lebih kecil
dari pelat lantai, yaitu 120 mm.
Maka :
A 1⋅X 1 + A2⋅X 2
X = A total
( 130000⋅500 )+ ( 157500⋅500 )
= 287500
= 500mm
29
A 1⋅Y 1 + A 2⋅Y 2
Y = Atotal
( 130000⋅65 ) + ( 157500⋅355 )
= 287500
= 223,87 mm
Ya = 223,87 mm
Yb = 580 – Ya = 580 – 223,87= 356,13
30
1
⋅4000⋅( 130 )3
= 12 = 732333333.3mm4
1
⋅L⋅(h)3
Is2 = 12
1
⋅4000⋅( 130 )3
= 12 = 732333333.3mm4
Ecb = Ecs
Maka :
Ib1 11904696057 Ib 2 11904696057
α1 = IS1 = 732333333. 3 = 16,25α2= IS 2 = 732333333. 3 = 16,25
( 0,8+400
1500 )
⋅3650
1
h ≥
{
36+5⋅1 1. 625−0 ,12 1+( )}
1
h ≥128,75mm
Syarat tebal pelat : 86,79mm ≤ h ≤ 108,48 mm
Untuk tebal plat lantai diambil 130 mm dan plat atap 120 mm
31
3.1.6. Nilai Pembebanan Plat
A. Beban Pelat Atap
1. Beban hidup ( WL )
Beban air hujan = 20 kg/m2 = 0,20 kN/m2
Beban hidup (menurut PPIUG 87) = 100 kg/m2 = 1,00 kN/m2
= 1,20 kN/m2
2. Beban mati ( WD )
Beban sendiri pelat (0,120 x 2400) = 288 kg/m2 = 2,88 kN/m2
Beban plafon dan penggantung ( 11+7 = 18 kg/m2 = 0,18 kN/m2
Beban spesi kedap air 2 x 21 kg/m2perlebar = 0,42 kN/m2
WD = 3,48 kN/m2
B. Beban Pelat Lantai
1. Beban hidup ( WL )
Beban hidup (menurut PPIUG 87) = 250 kg/m2 = 2,50 kN/m2
2. Beban mati ( WD )
Beban sendiri pelat (0,13 x 2400) = 319,2 kg/m2 = 3,19 kN/m2
Beban Finising pelat (0,03 x 2400)= 72 kg/m2 = 0,72 kN/m2
Beban plafon dan penggantung = 0,07 kN/m2
Beban spesi kedap air 2 x 21 kg/m2perlebar = 0,42 kN/m2
WD = 4,40 kN/m2
Perhitungan Nilai Wu
1. Untuk Atap
Wu = 1,2 · WD + 1,6 · WL
= 1,2 · 3,48 + 1,6 · 1,20
= 4,176+ 1,92
= 6,096kN/m2
32
2. Untuk Lantai
Wu = 1,2 · WD + 1,6 · WL
= 1,2 · 4,40+ 1,6 · 2,50
= 5,28+ 4,00
= 9,28kN/m2
Ly = 4000 mm
Lx = 4000 mm
L y 4000
= =1
Lx 4000 (Plat Dua Arah)
Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,096 kN/m2
Fc` = 25 Mpa
Ly
=1
* Karna Lx ,Maka AngkanyaDiinterpolasikan.
Momen-momen yang menentukan
L y 4000
= =1
Lx 4000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,096 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 30= 2,926 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,096∙ ( 4,00 )2 ∙ 30= 2,926 kNm
33
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6.096∙ ( 4,00 )2 ∙ 68= -6,632 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6.096∙ ( 4,00 )2 ∙ 68= -6,632 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 2,926 = 1,463 kNm
Mtiy =1/2 mly = ½ . 2,926 = 1,463 kNm
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 10 mm
Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 10 = 95mm = 0,095 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 10 – ½ · 10 = 85mm = 0,085 m
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = Ø 10 cm
34
320± 313.84 320± 313.84
ρ1 =
2 x 3010,56
ρ2 = 2 x 3010,56
ρ1 = 0,1 ρ2 = 0.001023
Mly 2,926
2) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 0852 = 404,98 kN/m2 = 0,404 MPa
ρan = 0,00095; ρmin = 0,0018 ; ρmax =0,0163
Asly = ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 85 = 153 mm2
Asly = 153 mm2 ; øD10 – 250 mm
Mtx 6,632
3) b⋅dx 2 = 1,0⋅0 , 0952 = 734,85kN/m² = 0.734 MPa
ρan = 0,00380; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,0038 ∙ 1000 ∙ 95=361mm2
Astx = 361 mm2 ; øD 10– 100 mm
Mty 6,632
4) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 0852 = 917,92 kN/m²= 0.917MPa
ρan = 0,00335; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00335 ∙ 1000 ∙85= 284,75 mm2
Asty = 284,75mm2 ; øD 10 – 125 mm
35
Mtix 1,463
5) b⋅dx 2 = 1,0⋅0 , 952 = 162,1 kN/m² = 0.162 MPa
ρan = 0,0010; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 · 1000 · 95 = 171mm2.
Astix = 171mm2; øD10 – 250mm
2. Plat B
Ly = 4000 mm
Lx = 4000 mm
L y 4000
= =1
Lx 4000 (Plat Dua Arah)
Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,096 kN/m2
Fc` = 25 Mpa
36
Mtix = ½ mlx = ½ . 3,023 = 1.512 kNm
Mly 3,804
2) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 0852 = 526kN/m2 = 526 MPa
ρan = 0,00136; ρmin = 0,0018
Asly = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 85 = 153 mm2
Asly = 153 mm2; øD 10 – 250m
Mtx 8,875
3) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 0952 = 938,38 kN/m² = 938 MPa
ρan = 0,00486; ρmin = 0,0018
Asty = ρan ∙ b ∙ d = 0,00486 ∙ 1000 ∙ 95= 461,7 mm2
Asty = 461,7 mm2 ; øD 10 – 125mm
Mty 1 , 902
2
= 2
=263 , 25 Kn/m2
4). b. dy 1 .(0 ,085 ) = 263 Mpa
ρana = 0,00234 ; ρmin = 0,0018
Astiy = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0014 x 1000 x 85 = 119 mm2
37
Astiy = 119 mm2 ; ø10 – 125mm
3. Plat C
Ly = 4000 mm
Lx = 1000 mm
L y 4000
= =4 , 00
Lx 1000
Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,096 kN/m2
Fc` = 25 Mpa
Karena Perbandingan Ly dan Lx > 4, maka untuk plat C digunakan perhitungan plat 1
arah.
Wu = 1,2 x WD + 1,6 x WL
= 1,2 x 3,48 Kn/m2 + 1,6 x 1,20 Kn/m2
= 4,76 Kn/m2 + 1,92 Kn/m2
= 6,096 Kn/m2
Maka beban terbagi ratanya adalah:
qu = Wu x Lx qu = 7,096 kn/M²
38
100
= 6,096 Kn/m2 x 1,00 m
= 7,096 Kn/m’
Momen akibat qu:
Mu = 1/8 x qu x Lx2
= 1/8 x 7,096 Kn/m2 x (1,0 m)2
= 0,887 kNm
Momen Jepit tak terduga
Mu = 1/24 x Wu x Lx2
= 1/24 x 6,096 kN/m2 x (1,0 m)2
= 0,254 kNm
Diameter tulangan utama di asumsikan dalam arah x = Ød = ø 8 mm
Hitungan tulangan.
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 8 = 96 mm
Mu 0 ,887
2
= 2
=96 ,245 Kn/m2
b. dx 1.(0 ,096 )
ρana = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 x 1000 x 96 = 172,8 mm2
Aslx = 172,8 mm2 ; ø8 – 150
39
Mu Mu/b.d2 As
Tipe M Koef ρanalisa ρmin Tulangan
(Kn.m) (Kn/m2) (mm2)
Karena batas spasi tulangan Berdasarkan SNI-2834-2013 Hal 76, adalah tidak lebih
dari 3 kali tebal pelat, maka dipakai tulangan Ø10-250, sumber Gideion jilid 1 Hal 93. Maka
jumlah tulangan yang terpasang adalah :
P 4m
Jumlah tulangan = = = 16 batang
Jara k Tulangan 0.25 m
40
Karena di pasang atas bawah maka dibutuhkan tulangan sebanyak 16 x 2 = 32 batang
Jadi jumlah tulangan yang diperlukan untuk atap adalah = 32 x 8 = 256 batang
Untuk pelat C yaitu Ø8-150 maka dibutuhkan tulangan sebanyak
P 4m
Jumlah tulangan = = = 27 batang (Atas)
Jarak Tulangan 0.15 m
P 1m
Jumlah tulangan = = = 7 batang (Bawah)
Jarak Tulangan 0.15 m
Total keseluruhan tulangan pada pela C adalah = (27+7) x 8 = 272 batang
41
Gambar 4. Penulangan
pelat atap
42
Ø8-150 Ø10-200 Ø10-250 Ø10-250 Ø10-250 Ø8-200
400 400
DETAIL A- A
S KALA 1 : 3 0
Ly = 4000 mm
Lx = 4000 mm
L y 4000
= =1
Lx 4000 (Plat Dua Arah)
Tebal pelat : 130 mm
Wu = 9,28kN/m2
Fc` = 25 Mpa
Ly
=1
* Karna Lx ,Maka angkanya Diinterpolasikan.
Momen-momen yang menentukan
L y 4000
= =1
Lx 4000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28∙ ( 4,00 )2 ∙ 30= 4,454 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28∙ ( 4,00)2 ∙ 30= 4,454 kNm
43
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = - 0,001 ∙ 9,28∙ ( 4,00 )2 ∙ 68= -10,096 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = - 0,001 ∙ 9,28∙ ( 4,00 )2 ∙ 68= -10,096 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,454 = 2,227 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,454 = 2,227 kNm
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 10 mm
Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 130 – 20 – ½ · 10 = 105 mm = 0,105 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 130 – 20 – 10 – ½ · 10 = 95 mm = 0,095 m
Mlx 4,454
1) b⋅dx = 1,0⋅0 ,1052
2
= 403,991 kN/m2 = 0,403 MPa
ρan = 0,00207 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 105 = 189 mm2
Aslx = 189 mm2 ; øD 10 – 200 mm
Mly 4,454
2) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 0952 = 493,518 kN/m2 = 0,493 MPa
ρan = 0,00095 ; ρmin = 0,0018
Asly = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 95 = 171 mm2
Asly = 171 mm2 ; øD10 – 200 mm
Mtx 10,096
3) b⋅dx 2 = 1,0⋅0, 1052 = 915,74 kN/m² = 915,74 MPa
ρan = 0,00380 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00380 ∙ 1000 ∙ 105= 399 mm2
Astx = 399 mm2 ; øD 10 – 75 mm
44
Mty 10,096
4) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 095
2
= 1118,74kN/m² = 1,118 MPa
ρan = 0,00335; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00335 ∙1000 ∙ 95= 318,25 mm2
Asty = 318,25 mm2 ; øD 10 – 100 mm
Mtix 2,227
5) b⋅dx 2 = 1,0⋅0, 1052 = 201,995 kN/m² = 0,335 MPa
ρan = 0,0010 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 · 1000 · 105 = 189 mm2.
Astix = 189 mm2 ; øD 10 – 150mm
Mtiy 2,227
6) b⋅dy 2 = 1,0⋅0 , 0952 = 246,76 kN/m²= 246,76 MPa
ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 95= 171 mm2
Asty = 171 mm2 ; øD 10 – 200 mm
2. Plat B
Ly = 4000 mm
Lx = 4000 mm
L y 4000
= =1
Lx 4000 (Plat Dua Arah)
Tebal pelat : 130 mm
Wu = 9,28kN/m2
Fc` = 25 Mpa
45
Ly
=1
* Karna Lx ,Maka angkanya Diinterpolasikan.
Momen-momen yang menentukan
L y 4000
= =1
Lx 4000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 25= 3,712 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 25= 3,712 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = - 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 51= -7,572 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = - 0,001 ∙9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 51= -7,572 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 3,712 = 1,856 kNm
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 10 mm
Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 130 – 20 – ½ · 10 = 105 mm = 0,105 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 130 – 20 – 10 – ½ · 15 = 95 mm = 0,095 m
Mlx 3,712
1) b⋅dx = 1,0⋅0, 1052
2
= 336,689 kN/m2 = 0,336 MPa
ρan = 0,00173 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 105 = 189 mm2
Aslx = 189 mm2 ; øD 10– 200 mm
Mly 3,712
2) b⋅dy 2 = 1,0⋅0,0952 = 411,301 kN/m2 = 0,411 MPa
ρan = 0,00078 ; ρmin = 0,0018
Asly = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 95 = 171 mm2
Asly = 171 mm2 ; øD10 – 200 mm
46
Mtx 7,572
3) b⋅dx 2 = 1,0⋅0,1052 = 686,8 kN/m² = 0,686 MPa
ρan = 0,00289 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00289 ∙ 1000 ∙ 105= 303,45mm2
Astx = 303,45 mm2 ; øD 10 – 100 mm
Mty 7,572
4) b⋅dy 2 = 1,0⋅0,0952 = 839 kN/m² = 0,839 MPa
ρan = 0,00234 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00234 ∙ 1000 ∙ 95 = 222,3 mm2
Asty = 222,3mm2 ; øD 10 – 100 mm
Mtiy 1,856
5) b⋅dy 2 = 1,0⋅0,1052 = 168,344 kN/m² = 0,168 MPa
ρan = 0,0005 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 · 1000 · 105 = 189 mm2.
Astix = 189 mm2 ; øD 10 – 200 mm
3. Plat C
Ly = 4000 mm
Lx = 4000 mm
L y 4000
= =1
Lx 4000 (Plat Dua Arah)
Tebal pelat : 130 mm
Wu = 9,28kN/m2
Fc` = 25 Mpa
47
Ly
=1
* Karna Lx ,Maka angkanya Diinterpolasikan.
Momen-momen yang menentukan
L y 4000
= =1
Lx 4000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 30= 4,454 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 30= 4,454 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = - 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 68= -10,096 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = - 0,001 ∙9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 68= -10,096kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,454 = 2,227 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,454 = 2,227 kNm
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 10 mm
Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 130 – 20 – ½ · 10 = 105 mm = 0,105 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 130 – 20 – 10 – ½ · 10 = 95 mm = 0,095 m
Mlx 4,454
1) b⋅dx 2 = 1,0⋅0,1052 = 403,991 kN/m2 = 0,403 MPa
ρan = 0,00207; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 105 = 189 mm2
Aslx = 189 mm2 ; øD 10 – 170 mm
Mly 4,454
2) b⋅dy 2 = 1,0⋅0,0952 = 493,52kN/m2 = 0,493 MPa
ρan = 0,00095 ; ρmin = 0,0018
Asly = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 95 = 171 mm2
Asly = 171 mm2 ; øD10 – 200 m
48
Mtx 10,096
3) b⋅dx 2 = 1,0⋅0,1052 = 915,737 kN/m²= 915 MPa
ρan = 0,00380 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00380 ∙ 1000 ∙ 105=399 mm2
Astx = 399 mm2 ; øD 10– 100 mm
Mty 10,096
4) b⋅dy 2 = 1,0⋅0,0952 = 1118,67 kN/m²= 1,118 MPa
ρan = 0,00335 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00335 ∙ 1000 ∙95= 318,25 mm2
Asty = 318,25 mm2 ; øD 10 – 170 mm
Mtix 2,227
5) b⋅dx 2 = 1,0⋅0,1052 = 201,995 kN/m²= 0,201 MPa
ρan = 0,0010 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 · 1000 · 105= 189 mm2.
Astix = 189 mm2 ; øD 10 – 200 mm
Mtiy 2,227
6) b⋅dy 2 = 1,0⋅0,0952 = 246,76 kN/m²= 0,246 MPa
ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 95= 171 mm2
Asty = 171 mm2 ; øD 10 – 200 mm
49
4. Plat D
Ly = 4000 mm
Lx = 4000 mm
L y 4000
= =1
Lx 4000 (Plat Dua Arah)
Tebal pelat : 130 mm
Wu = 9,28kN/m2
Fc` = 25 Mpa
Ly
=1
* Karna Lx ,Maka angkanya Diinterpolasikan.
Momen-momen yang menentukan
L y 4000
= =1
Lx 4000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 25 = 3,712 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 25= 3,712 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = - 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 51= -7,572 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = - 0,001 ∙ 9,28 ∙ ( 4,00 )2 ∙ 51= -7,572 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 3,712 = 1,856 kNm
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 10 mm
Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 130 – 20 – ½ · 10 = 105 mm= 0,105 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 130 – 20 – 10 – ½ · 10 = 95 mm = 0,095 m
50
Mlx 3,712
1. b⋅dx 2 = 1,0⋅0, 1052 = 336,689 kN/m2 = 0,336 MPa
ρan = 0,00173 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 105 = 189 mm2
Aslx = 189 mm2 ; øD 10– 200 mm
Mly 3,712
2
2. b⋅dy = 1,0⋅0,0952 = 411,301 kN/m2 = 0,411 MPa
ρan = 0,00078 ; ρmin = 0,0018
Asly = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 95 = 171 mm2
Asly = 171 mm2 ; øD10 – 200 mm
Mtx 7,572
3. b⋅dx
2
= 1,0⋅0,1052 = 686,8 kN/m² = 0,686 MPa
ρan = 0,00289 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00289 ∙ 1000 ∙ 105= 303,45mm2
Astx = 303,45 mm2 ; øD 10 – 100 mm
Mty 7,572
2
4. b⋅dy = 1,0⋅0,0952 = 839 kN/m² = 0,839 MPa
ρan = 0,00234 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,00234 ∙ 1000 ∙ 95 = 222,3 mm2
Asty = 222,3mm2 ; øD 10 – 100 mm
Mtiy 1,856
2
5. b⋅dy = 1,0⋅0,1052 = 168,345 kN/m² = 0,168 MPa
ρan = 0,0005 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 · 1000 · 105 = 189 mm2.
Astix = 189 mm2 ; øD 10 – 200 mm
51
TABEL PENULANGAN PELAT LANTAI
Mu Mu/b.d2 As
No M Koef ρanalisa ρmin Tulangan
(Kn.m) (Kn/m2) (mm2)
0,0020 0,001
Mlx 0,0030 4,454 403,991 189 Ø10 – 200
7 8
0,0009 0,001
Mly 0,0030 4,454 493,518 171 Ø10 – 200
5 8
0,0038 0,001
Mtx 0,0068 10,096 915,740 399 Ø10 – 100
0 8
A
1118,74 0,0033 0,001
Mty 0,0068 10,096 318 Ø10 – 100
1 5 8
0,0044 0,0010 0,001
Mtix 2,227 201,995 189 Ø10 – 200
5 0 8
0,0044 0,0008 0,001
Mtiy 2,227 246,760 171 Ø10 – 200
5 0 8
0,0017 0,001
Mlx 0,0025 3,712 336,689 189 Ø10 – 200
3 8
0,0007 0,001
Mly 0,0025 3,712 411,301 171 Ø10 – 200
8 8
0,0028 0,001 303,4
B Mtx 0,0051 7,572 703.130 Ø10 – 100
9 8 5
0,0023 0,001
Mty 0,0051 7,572 792,000 223,3 Ø10 – 100
4 8
0,0037 0,0005 0,001
Mtix 1,856 168,344 189 Ø10 – 200
1 0 8
0,0020 0,001
Mlx 0,0030 4,454 403,991 189 Ø10 – 200
7 8
0,0009 0,001
Mly 0,0030 4,454 493,56 171 Ø10 – 200
5 8
0,0038 0,001
Mtx 0,0068 10,096 -915,737 399 Ø10 – 100
0 8
C
0,0033 0,001 318,2
Mty 0,0068 10,096 -1118,74 Ø10 – 100
5 8 5
0,0036 0,0010 0,001
Mtix 2,227 202,013 189 Ø10 – 200
0 0 8
0,0035 0,0008 0,001
Mtiy 2,227 246,78 171 Ø10 – 200
5 0 8
52
0,0017 0,001
Mlx 0,0025 3,712 336,689 189 Ø10 – 200
3 8
0,0007 0,001
Mly 0,0025 3,712 411,301 171 Ø10 – 200
8 8
0,0028 0,001 303,4
D Mtx 0,0051 7,752 -686,846 Ø10 – 100
9 8 5
0,0023 0,001
Mty 0,0051 7,752 -839,056 222,3 Ø10 – 100
4 8
0,0037 0,0005 0,001
Mtix 1,856 168,345 189 Ø10 – 200
1 0 8
Karena batas spasi tulangan Berdasarkan SNI-2834-2013 Hal 76, adalah tidak lebih
dari 3 kali tebal pelat, maka dipakai tulangan Ø10-250, sumber Gideion jilid 1 Hal 93. Maka
jumlah tulangan yang terpasang adalah :
P 4m
Jumlah tulangan = = = 16 batang
Jarak Tulan gan 0.25 m
Karena di pasang atas bawah maka dibutuhkan tulangan sebanyak 16 x 2 = 32 batang
Jadi jumlah tulangan yang diperlukan untuk atap adalah = 32 x 8 = 256 batang
256 X 4
= 85 batang/lantai.
12
53
400 400
400
400
400
400
54
3.2. Perhitungan Gaya Gempa
Data-Data Geometris Gedung Untuk Gempa :
o. Rangka Beton Pemikul Momen Khusus (SRPMK) untuk Desain Gempa SNI-
2012
p. Rangka Beton Pemikul Momen Biasa ( SRPMB ) untuk Desain Gempa SNI-2002
gempa ) dan Fx ( gaya gempa yang bekerja ) pada masing masing lantai.
55
PETA ZONA PERCEPATAN Ss INDONESIA SNI 2019
(27/10/2019/ 09:48:40)
Sumber :Puskim.pu.go.id.
56
PETA ZONA PERCEPATAN S1 INDONESIA SNI 2019
(27/10/2019 10:18:59)
Sumber :Puskim.pu.go.id.
Kesimpulan :Wilayah gempa Asahan berada di posisi ; Dimana posisi percepatan tanah S1 0,3
– 0,4 g, diambil melalui interpolasi didapat 0,35 g
57
Keterangan Periode T (detik) Sa
T 0.000 0.2080
To 0.117 0.6000
Ts 0.583 0.6000
Ts + 0 0.583 0.5122
Ts + 0,1 0.683 0.4468
Ts + 0,2 0.783 0.3962
Ts + 0,3 0.883 0.3559
Ts + 0,4 0.983 0.3231
Ts + 0,5 1.083 0.2958
Ts + 0,6 1.183 0.2727
Ts + 0,7 1.283 0.2530
Ts + 0,8 1.383 0.2360
Ts + 0,9 1.483 0.2211
Ts + 1,0 1.583 0.2079
Ts + 1,1 1.683 0.1963
Ts + 1,2 1.783 0.1858
Ts + 1,3 1.883 0.1765
Ts + 1,4 1.983 0.1680
Ts + 1,5 2.083 0.1603
Ts + 1,6 2.183 0.1533
Ts + 1,7 2.283 0.1469
Ts + 1,8 2.383 0.1409
Ts + 1,9 2.483 0.1355
Ts + 2,0 2.583 0.1304
Ts + 2,1 2.683 0.1257
Ts + 2,2 2.783 0.1214
Ts + 2,3 2.883 0.1173
Ts + 2,4 2.983 0.1135
Ts + 2,5 3.083 0.1099
Ts + 2,6 3.183 0.1066
Ts + 2,7 3.283 0.1034
Ts + 2,8 3.383 0.1005
Ts + 2,9 3.483 0.0977
Ts + 3,0 3.583 0.0950
Ts + 3,1 3.683 0.0925
Ts + 3,2 3.783 0.0901
Ts + 3,3 3.883 0.0879
Ts + 3,4 3.983 0.0857
Ts + 3,5 4.083 0.0837
Ts + 3,6 4.183 0.0817
Ts + 3,7 4.283 0.0798
Ts + 3,8 4.383 0.0781
Ts + 3,9 4.483 0.0764
58
Sumber : Sumber :Puskim.pu.go.id. untuk kabupaten Asahan
0.60
Respon Spektrum
0.50
0.40
Respon
Spektrum
SA (g)
0.30
0.20
0.10
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50
T (detik)
59
3.2.1. Perhitungan Waktu Getar
Beban Geser Rencana berdasarkan situs : (SNI 2019 Gempa)
F . S DS
V= . W atau V = Cs . W
R
Dimana :
2
SDS = . F .S ………………………………………………..SNI 2012
3 A S
2
SD1 = . F .S
3 v 1
60
2
SD1 = . 1,7 . 0,35
3
= 0.396 , Kategori resiko desain
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil nilai Kategori resiko desain didapat nilai S D1 berada di kategori resiko
D, sedangkan untuk parameter SDS berada di kategori D, dapat ditarik kesimpulan gedung di
kota medan berada di kategori resiko D ( diambil resiko tertinggi ).
Menurut Riset yang dilakukan Bapak Prof.Dr.Ir.Bambang Budiono, M.E, suatu
gedung yang berada di kategori resiko D harus menggunakan SRPMK ( Struktur Rangka
Pemikul Momen Khusus ), sedangkan untuk kategori resiko C menggunakan SRPMM
( Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah), dan untuk kategori resiko A,B menggunakan
SRPMB ( Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa ).
Jadi dapat ditarik kesimpulan : Perencanaan Gedung ini menggunakan SRPMK untuk
desain bangunan Gedung Tahan Gempa.
h) Perhitungan Periode TS
SD1
Ts = ……………………………………….... SNI Gempa 2012 hal 23
SDS
0.396 0.396
Ts = = 0.75, To = 0.2 x = 0.15
0.528 0.528
61
Syarat : Ta = Ct . Hnx ≤ 0,8 . Ts
i) Perhitungan Periode T
T = C . H3/4
= 0.0731 . 123/4
= 0.4710
62
T = 0.0731 . H3/4
= 0,0731 . 123/4 = 0.471 detik
Pembatasan Waktu Alami Fundamental :
T1 = ] . n, untuk wilayah gempa 3 ( Kota Kisaran ) = 0.18
T1 = 0,18 x 3 = 0,540 detik
Ternyata T > T1
Syarat : Jika T < T1 gunakan T, Jika T > T1, gunakan Tc
0,471 detik < 0,540 detik
Jadi gunakan T= 0, 540 , Tc = 0,6 ( Tanah Sedang ),
Syarat : Jika Tc> T1, gunakan T1, Jika Tc< T1gunakan T1
0,540 detik < 0,60 detik, sehingga koefisien percepatan gempa :
Ar = Am x Tc
= 0,575 x 0,60 = 0,345
Ar 0,345
Maka Cus = = = 0.639 detik
T1 0,54
Ar = Am x Tc
= 0,575 x 0,6 = 0,345
63
Ar 0,345
Maka Ctb = = = 0.650 detik
T1 0,540
Kesimpulan : Nilai Ctb dan Cusdidapat dengan nilai yang sama, nilai tersebut sama karena
Struktur yang mendukung arah -x dan –y adalah Struktur Rangka Beton Bertulang.
W i . h ki
C vx = …………………………………. SNI Gempa 2012 Hal 57
∑ W i . h ki
Dimana :
64
k = Nilai faktor eksponen yang terkait berdasarkan nilai T ( Periode ) struktur,
jika T = 0.47 s, nilai k = 1, dan jika T > 0.5 s, nilai 1 < k < 2, T = 2.5 s, k =
2, jadi jika k antara 0.51 sampai 2.5 dapat dicari melalui interpolasi, T yang
didapat = 0.5848 maka k = 1.042
W i . h ki
Fx = .V
∑ W i . h ki
7136.24
F1 = .836.96KN = 196.8KN
30386.62
11735.28
F2 = . 836.96KN = 323.2 KN
30386.62
11525.1
F3 = .836.96KN = 196.82 KN
30386.62
65
Berikut perhitungan Berat Lantai 1 pada bangunan perkantoran :
a) BERAT LANTAI 1
Kolom = 15 klm x 0,4 m x 0,4 m x 6 m x 2400 kg/m3 = 34560 Kg
Balok H4 m = 10 blk x 0,35 m x 0,45 m x 3.6 m x 2400 kg/m3 =13608 Kg
Balok V 4 m = 12 blk x 0,35 m x 0,45 m x 3,6 m x 2400 kg/m3 = 16329,6 Kg
Pelat = 0,13 m x 8 m x 16 m x 2400 kg/m3 = 39936 Kg
DL = 8 m x 16 m x 450 kg/m2 = 57600 Kg
LL = 8 m x 16 m x 250 kg/m2 x 30 % = 9600 Kg
Berat Total Lantai 1 =171633,6 Kg
66
Wtot = 420308.8 Kg
Wtot = 4121.82 KN
67
68
69
70
71
3.4 Perhitungan Kebutuhan Tulangan Balok
Keterangan :
Hasil Perhitungan Momen dan Gaya Geser didapat dari perhitungan SAP 2000 dari BAB
sebelumnya melalui berbagai macam kombinasi diambil yang terbesar.
Mu - −94.3887 x 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 16.6
∅ . b . d2 0,80 . 350 . 4502
Kmaks = 382.5 . β 1 . f ' c . ¿¿
382.5. 0.85 . 25.(600+400−225 . 0.85)
= = 6.6
(600+400)²
72
1.4 1.4
ρmin =
fy
, jika fc’ ≤ 25 MPa = = 0,0035
400
2K 2 . 6.6
a ( √
= 1− 1− ) ( √
0,85 . f ' c
. d = 1− 1−
0,85 . 25
. 300 )
= -260.397 mm
Luas Tulangan Perlu As
0,85 . f ' c . a . b 0,85 .25 . 114. 350
As = = = -4841.76mm2
fy 400
As’ = ρperlu . b . d = 0.0035. 350 mm . 450 mm = 1075.25 mm2
Dipilih yang terbesar yaitu As = 1119.68 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
As 1119.68
n = 2 = = 5.35 Dipakai 6 Batang
1/4 π . d 1/4 3,14 . 162
Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :
b−2. ds 1 350−2 . 56 mm
m = +1= + 1 = 4.25 + 1 = 5.25 Batang = 6 Batang
D+ Sn 16 mm+ 40mm
Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris
Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ Mu-
Luas Tulangan terbesar As = 6 D16= 6 ( ¼ . 3,14 . 162 ) = 1205.76 mm2
a = -260.397mm
73
a 114
Mn = A s . fy . ( d - ) = 1205.76 . 400 . ( 410 – ¿
2 2
= 260539903.7 Nmm = 260.5399 KNm
∅ .Mn = 0,8 . 260.5399KNm = 208.432 KNm >94,926 KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan demikian
kebutuhan D16 aman untuk dipakai.
Mu + 55.41 x 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 9.7
∅ . b . d2 0,80 .350 . 4502
1.4 1.4
ρmin =
fy
, jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
400
2K 2 . 9.7
a ( √
= 1− 1−
0,85 . f ' c) ( √
. d = 1− 1−
0,85 . 25
. 410 )
= 119.97 mm
74
Luas Tulangan Perlu As
As’ = ρperlu . b . d = 0.00705 . 350 mm . 450 mm = 1110.375 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
As 1110. 375
n = 2 = = 5.52 Dipakai 6Batang
1/4 π . d 1/4 3,14 . 162
Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :
b−2. ds 1 350−2 . 56 mm
m = +1= + 1 = 4.25 + 1 = 5.25 Batang = 6 Batang
D+ Sn 16 mm+ 40mm
Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris
Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ Mu-
Luas Tulangan terbesar As = 6 D16 = 6 ( ¼ . 3,14 . 162 ) = 1205.76 mm2
a = 119.97mm
a 119.97
Mn = A s . fy . ( d - ) = 803.84. 400 . ( 410 – ¿
2 2
=226676490 Nmm = 226.7 KNm
∅ .Mn = 0,8 . 226.7KNm = 181.336 KNm >94,926KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan demikian
kebutuhan D16 aman untuk dipakai.
75
As sengk . fy . d 78.5. 400 . 410
sjarak = = = 109mm ~150 mm
V sperlu . d 3 117.74 . 103
Secara teoritis didapatkan tulangan sengkang D8-300, sedangkan pelaksanaan dilapangan
digunakan D10-150 untuk Tulangan geser di Tumpuan (1/4L) dan D10-150untuk Penulangan
geser di Lapangan.
35
35
3Ø16
45
2Ø16
3Ø16
45
2Ø16
Ø10-150
Ø10-150
TUMPUAN LAPANGAN
Mu - 91.81459 x 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 2.26
∅ . b . d2 0,80 .300 . 3602
= 0,00539
1.4 1.4
ρmin =
fy
, jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
400
76
0.85 . f 'c . β 1 600 0.85 .25 . 0,85 600
ρmaks = 0.75 ( Fy
x )
600+ Fy (
= 0.75
400
x
600+ 400 )
= 0,00338
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelu
mnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin≤ ρperlu≤ ρmaks
ρperlu>ρmin = 0,03> 0,0035
Jadi, ρperlu>ρminmaka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅ begel + D/2 = 40 + 8 + 16/2 = 56 mm
2K 2. 1.95
a ( √
= 1− 1−
0,85 . f ' c) ( √
. d = 1− 1−
0,85 . 25
.410 )
= 364.6352 mm
77
a 39.63
Mn = A s . fy . ( d - ) = 803.84 . 400 . ( 410 – ¿
2 2
= 73208086 Nmm = 732.86 KNm
∅ .Mn = 0,8 . 732.86KNm = 585.66 KNm >55.76389KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan demikian
kebutuhan D16 aman untuk dipakai.
Mu + 55.6389 x 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = =1,379
∅ . b . d2 0,80 .300 . 4102
1.4 1.4
ρmin =
fy
, jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
400
78
2K 2. 1,379
a ( √
= 1− 1−
0,85 . f ' c ) ( √
. d = 1− 1−
0,85 . 25 )
. 310
= 20.85 mm
79
V +¿ 1101.688
Vs perlu = ¿ - Vc = – 119583.3 KN= 1836.14 KN
∅ 0,60
35 35
3Ø16 2Ø16
45
45
3Ø16 2Ø16
Ø10-100 Ø10-100
TUMPUAN LAPANGAN
80
Keterangan :
Hasil Perhitungan Momen dan Gaya Geser didapat dari perhitungan SAP 2000 dari BAB
sebelumnya melalui berbagai macam kombinasi 1-6 diambil yang terbesar.
(Perhitungan Kolom diadopsi dari Buku Prof. Ir. Widodo MSCE, Ph-D)
Menghitung Nilai Mna, Pna, Eksentrisitas (e)
Mu 55.40969
Mna = = = 69.262 KNm
∅ 0,80
Pu 99.705
Pna = = = 153.39 KN
∅ 0,65
Mna 69.262
e = = = 0,145 m = 140 mm
Pna 153.39
Fc
ε c= = 0,0030 ( Ketentuan )
Ec
Fy 400
ε s=
Es
= 200000 = 0,0020
εc 0,003
C b= h= h = 0,60 h
ε c +ε s 0.003+0.002
P b = C c + Cs - T s
81
= 7,80 b ht = 7,80 Ag ( MPa )
Padahal Pb = Pn = 954,85KN, maka
159142
Ag = mm2 = 159142mm2= 0.01 x 159142=1591,4mm2
6 x 10−3
Selanjutnya Wang dan Salmon (1977) mengatakan bahwa apabila dipakai Agc > Ag
maka kolom yang dipakai cukup besar. Akibatnya hanya diperlukan tebal beton desak yang
relatif kecil atau Pn < Pb dan masih memenuhi kebutuhan momen Mn karena eksentrisitasnya
e cukup besar. Catatan : ( Agc = 0,01.400.400 ) = 1600 mm2 ± 92 % Ag dan As = As’
Pada kondisi ini jika :
1. Agc¿ Ag akan mengalami Patah Tarik dengan Rumus Pendekatan
2. Agc<
Ag akan mengalami Patah Desak dengan Rumus Whitney
0,01 . b . h 0,01. 400 . 400
n = = = 2.423= 3 batang untuk setiap sisi
0,25 . π . d 2 0,25 .3,14 ,29
82
c−d ' 209,4 mm−51,00 mm
εs'= εc = . 0,001 = 0,00075 < 0.002
c 209,4 mm
( Baja desak belum leleh )
ab = ( Cb. 0,85 ) = 209,4 . 0.85 = 177.9 mm
Ccb= 0,85 . f’c . ( Cb. 0,85) . b = 0,85 . 25 . ( 209.4 . 0,85 ) . 400
= 1512815 N = 1512.91 KN
Csb = A’s . ( fy – 0,85 . fc ) = 1520 . ( 400 – 0,85 . 25 )
= 575700 N = 575,7 KN
Tsb = As . fy = 1520 . 400 = 608000 N = 608 KN
Pb = Ccb+ Csb - Tsb = 1512.91 KN + 575.7 KN – 608 KN
= 1450.61KN
= 1450.61 KN <2189,763KN……………. ( Kolom Patah Desak )
Q=
∑ Pu Δ o
≤
Checking : V u lc 0.05
= ( 673,182 . 0 ) / (34,057 . 1/12 . 400 .4003 ) ≤ 0.05
= 0 ≤ 0.05 …. ( Portal tidak bergoyang )
84
d 400
smax =
2
= 2
= 200 mm
40
50
Ø10-200
40
8Ø29
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari perhitungan, Mn dan Pnmemenuhi dan dinyatakan
aman sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Artinya dengan kolom 40 x 40 mm
dengan tulangan 8D29 dengan 3 tulangan untuk setiao sisi mampu menahan beban yang
direncanakan
BAB VI
PERHITUNGAN TULANGAN TANGGA
Catatan :
85
*) Untuk tangga perumahan dan bangunan gedung pada umum nya diambil sudut kemiringan
30˚- 45˚atau kemiringan 1:1,7 sampai 1:1,4 (Ali Asroni ,Desain Beton Bertulang ,Hal :235)
Maka ukuran anak Tangga dapat di tentukan :
2.T+I=(61-65) cm ( Ali Asroni ,Desain Beton Bertulang ,Hal :238 )
Dengan :
T : Tinggi Bidang Tanjakan (optrede ) atau tinggi anak tangga (cm)
I : Lebar Bidang Injakan ( aantrede ) atau lebar anak tangga (cm)
86
Momen Tumpuan = Mu- = 1/24.9,472 .2,52= 0.888 KN/m
2. k 2 . 0,394
a ( √
= 1− 1− ) (√
0.85 f c '
.d = 1- 1-
0.85 . 25 )
. 75 = 1,407mm
87
Jadi dipakai Tulangan Pokok As= D10 - 200 = 392,50 mm²
Tulangan Bagi Asb ( Susut )= D6- 140 = 201,86 mm²
2. k 2 . 0,197
a ( √
= 1− 1−
0.85 f c ') (√
.d = 1- 1-
0.85 . 25 )
. 75 = 0.699mm
88
Tulangan Bagi Asb = D6- 140 = 201,857 mm²
Catatan :
Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes memiliki perencanaan dengan tebal yang sama
sebesar 100 mm = 10 cm, oleh karena itu perhitungan kebutuhan tulangan tangga dan bordes
disamakan.
2. k 2 . 0,394
a ( √
= 1− 1− ) (√
0.85 f c '
.d = 1- 1-
0.85 . 25 )
. 75 = 1,406 mm
89
1/4.ᴫ.D².S 1/4.3,14.6².1000
Luas Tulangan = = = 235.5 mm²> As ( Ok )
As b 120
90
= 37.442 T + 0,096 T
= 37.54 T
Beban Total Pu
Pu
σtanah = A
Pu 44.59 T
A = =
σ tanah 15T /m 2
A = 2.973 m2
B = L = √ A = √ 2.973 m
= 1.72 Meter
Pu
≤ Vc
Ac
Pu 1
≤ √ fc '
8 h ²+1600 h 6
437278.5 N 1
≤ √ 25
8 h ²+1600 h 6
91
−1328+3671.9
h1 = = 174.9mm
13.4
−1328−3671.9
h2 = = -373.13 mm
13.4
Maka, Tebal Pondasi (h) = 174.9 mm
MenghitungRnperlu :
Mu
Rnperlu =
∅ . b . d2
19,36 x 106 Nmm 2
Rnperlu = 2 = 3,025 N/mm
0,8 .800 mm . 100 mm
Menghitungnilai ( m ) :
fy
m =
0,85 . f ' c
400 N /mm2
m = = 18,82
0,85 .25 N /mm2
92
Menghitungρperlu :
1
ρperlu = ¿]
m
1
= ¿]
18,82
ρperlu = 0,0083
Menghitungρbalance :
0,85 . fc . β 600
ρbalance =
fy
. [
600+ fy
]
ρbalance = 0,0216
Menghitungρmaks :
Asperlu = ρperlu . B . d
Menghitung As perluuntukTulangan :
Astul = ¼ .π .d 2
= ¼ . 3,14 . ( 10 mm )2
= 78.5 mm2
MenghitungJumlahKebutuhanTulanganPondasi :
93
As perlu 664 mm2
n = = = 9Batang
Astul 78.5 mm2
NamununtukKenyamananditambahkan = n + 1 = 9 + 1 = 10 Batang
= 80 mm = 100 mm
Kesimpulan: Jadi dipakai Tulangan untuk Pelat Pondasi Diameter ( D10 – 100 mm)
94
BAB V
PERANCANAAN PONDASI GEDUNG
M
Df = 1750
H = 250
400
B = 2000
95
400
2000
400
2000
Desain Lebar Fondasi (B)
Pu
σtanah =
A
Pu 67,29 T
A = =
σ tanah 15T /m 2
A = 4,486 m2
B = L = √ A = √ 4,486
= 2,118 = 2 Meter
Pu
≤ Vc
Ac
672900 N 1
≤ √ fc '
8 h ²+1600 h 6
672900 N 1
≤ √ 25
8 h ²+1600 h 6
96
−1192 ± √ ( 11922 ) −4 (5,96 ) (−672900)
h =
2(5,96)
−1192+4178,851
h1 = = 250,574mm
11,92
−1192−4178,851
h2 = = -450,574 mm
11,92
Maka, diambil Tebal Pondasi (h) = 250,574 mm, Maka untuk mempermudah
pekerjaan diambil h = 250 mm
D
≤ 1
B
2000 mm
≤ 1
2000 mm
1 ≤ 1 ( Memenuhi ) …… OK
Kesimpulan : Syarat terpenuhi untuk pondasi telapak
**B ≥ L maka Momen yang bekerja tidak menyebabkan eksentrisitas yang tinggi, sehingga
tidak perlu direncanakan ex yang terjadi terhadap bentang yang panjang ( diprediksi tidak
akan terjadi lendutan yang besat karena nilai B = L )
97
c) Mencari Daya Dukung Tanah ( qult )
Diketahui :
γTanah = 1,7 T/m3
98
Cek Kontrol ( qizin> qn ) :
a) Hitung qizin yang terjadi pada pondasi
q ult= 1,3 . c . Nc + γ . Df . Nq + 0,4 . γ. B . Nγ
= 1.3 . 1.0 T/m2 . 25,10 + 1.81 T/m2 . 2 . 12,72 + 0,4 . 1,81 T/m2 . 2 . 8,34
= 90,7527 T/m2
99
Syarat :
σmax ≤ σsementara
26,764 T/m2≤ 37,819 T/m2 ……………………………( OK )
σmax ≥ 0
10,426 T/m2 ≥ 0 T/m2 …………………………….. ( OK )
Kesimpulan :
Dengan begitu desain pondasi berdasarkan ukuran dan asumsi yang dipakai pada perhitungan
dimensi pondasi SUKSES, selain itu tegangan tanah juga mampu menahan beban yang
diterima oleh Pondasi Telapak .
Mu
Rnperlu =
∅ . b . d2
108,9 x 106 Nmm 2
Rnperlu = 2 = 1,701 N/mm
0,8 .2000 mm . 200 mm
Menghitung nilai ( m ) :
fy
m =
0,85 . f ' c
400 N /mm2
m = = 18.82
0,85 .25 N /mm2
100
Menghitung ρperlu :
1
ρperlu = ¿]
m
1
= ¿]
18.82
ρperlu = 0,004438
Menghitung ρbalance :
0,85 . fc . β 600
ρbalance =
fy
. [
600+ fy
]
ρbalance = 0,0112
Menghitung ρmaks :
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400 N /mm2
Asperlu = ρperlu . B . d
Astul = ¼ . π . d2
= ¼ . 3,14 . ( 22 mm )2
= 379,94 mm2
101
Menghitung Jumlah Kebutuhan Tulangan Pondasi :
= 250 mm = 250 mm
Kesimpulan : Jadi dipakai Tulangan untuk Pelat Pondasi Diameter ( D22 – 250 mm)
102
= 2400 mm = 2,4 m
= 255825 N = 255,825 KN
- Mencari Kontrol Vu ≤ ϕ . Vc
d
x' +hkolom+
q2 = qmin + 2 qmaks – qmin )
¿
B
103
0.2 m
0,8 m+ 0,4 m+
= 108,76 KN/m + 2
2 ( 272,17 KN/m2 – 108,76 KN/m2 )
2m
= 214,97 KN/m2
2
2
) } {(
m (2 m) –
2
214,97
m 2
+108,76 2
2
m
)}
0 , 4 m+0,2 m
– ( 0,4 m+0,2 m ) ( )
2
= 351.793
- Mencari Nilai Vc ( Tegangan Geser Control )
1
Vc = . √ fc . bo . d ………………………………… ( Pons 2 Arah )
3
1
= . √ 25 N /mm2 . 2400 mm .200 mm
3
= 800000N = 800 KN
- Mencari Kontrol Vu ≤ ϕ . Vc
8Ø22
1750
Ø10-200
250
104
Ø22-250
2000
Gambar Sketsa Penulangan Pondasi
Kolom
d
B
Pu
x
x d Retak Miring
d
ds
L 105
Lokasi Retak yang diakibatkan oleh punching shear
Gambar : Tegangan Geser Pons satu arah
d/2 d/2
B
Pu
x x
d/2 d/2
Retak Miring
d
ds
Retak Miring
106
L
Gambar : Tegangan Geser Pons dua arah
Pu
107
108
109