Anda di halaman 1dari 210

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis terbentuk yang terdiri dari lima orang dimana
laporan ini dibuat berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, adapun pelaksanaan
aplikasinya dalam dunia teknik sipil.
Kami menyadari masih banyak kesalahan yang terdapat dalam laporan praktikum ini,
namun meskipun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan
yang terbaik dalam penulisan laporan ini, kami menyusun laporan ini berdasarkan ilmu yang
telah kami dapatkan dari bangku kuliah dan juga berbagai referensi serta membandingkan
hasil yang didapat keadaan di lapangan.
Dalam menyelesaikan laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini berterima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibunda kami yang tercinta atas semua dukungan yang telah diberikan
kepada kami
2. Bapak Alexander Tuahta Sihombing,ST,MT, sebagai ketua Prodi Teknik Sipil UNA.
3. Bapak Alexander Tuahta Sihombing,ST,MT, sebagai Kepala Koordinator
Laboratorium Mekanika Tanah UNA
4. Dosen – Dosen Pembimbing Laboratorium Mekanika Tanah UNA
5. Asisten – Asisten Pembimbing Laboratorium Mekanika Tanah UNA
6. Rekan – Rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun
material kepada kami
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.

kisaran, 27 Oktober 2020


Hormat Kami

(GROUP II)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENGUJIAN LAPANGAN

1. Uji Penetrasi Standart (SPT)

2. Handbor

3. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

4. Sand Cond Test

5. Sondir Test

6. CBR Lapangan

II. PENGUJIAN LABORATORIUM

7. Pemeriksaan Berat Isi (Density Test)

8. Batas Cair (Liquid Limit)

9. Batas Plastis (Plastic Limit)

10. Batas Susut (Shrinkage Limit)

11. Analisa Saringan (Sieve Analysis)

12. Ukuran Butiran Tanah Dengan Hydrometer

13. Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)

14. Konsolidasi

15. Permeabilitas

16. Pemadatan/Proctor (Compaction Test)

17. CBR Laboratorium


STANDARD PENETRATION TEST
(SPT)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
2020
Group II
Standard Penetration Test
(SPT)

STANDARD PENETRATION TEST


PENETRASI STANDARD
( SPT )

I. MAKSUD
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tanah (daya dukung tanah)
dengan menentukan nilai N yang merupakan jumlah pukulan perkaki (blow per foot).

II. PERALATAN
1. Stang SPT
2. Split barrel
3. Penumbuk (drive weight)
4. Batang penghantar
5. Kepala penumbuk
6. Tripod
7. Kop penarik
8. Penumbuk
9. Katrol
10. Tali tambang
11. Batang bor
12. Iwan auger
13. Pemutar Bor
14. Kunci pipa
15. Meteran
16. Sikat kawat

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


2
3
GAMBAR ALAT UJI SPT 4
7
1
6

5
5
6 8
7
2

Keterangan gambar
1. tripot
2. katrol
3. tambang
4. penumbuk
5. batang penghantar
6. split barrel
7. stang SPT
8. kop penarik
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dasar lubang bor.
2. Bersihkan split barrel dengan teliti, jangan sampai ada kotoran yang menempel
dibagian dalamnya.
3. Pasang split barrel pada stang SPT
4. Siapkan tripot berikut katrol dan tambang penariknya.
5. Turunkan stang SPT yang telah dipasang split barrel tadi dengan bantuan tambang
yang digantung pada katrol tripot.
6. Setelah mencapai dasar lubang bor, stang SPT yang berada dipermukaan tanah
diberi tanda dengan kapur/spidol water proof mulai dari permukaan tanah sampai 45
cm diatas permukaan tanah dengan jarak 15 cm.
7. Pasang kepala penumbuk dan stang penghantar pada stang SPT yang paling atas.
8. Masukkan penumbuk ke stang penghantar dengan bantuan tambang dan katrol
9. Jatuhkan beban dengan tinggi jatuh bebas 75 cm dari permukaan kepala penumbuk
sehingga split barrel menembus tanah.
10. Catat jumlah tumbukan yang diperlukan untuk menekan split barrel masuk kedalam
tanah sedalam 15 cm pertama (N1). Demikian pula halnya dengan 15cm kedua (N2)
dan ketiga (N3)
11. Putar stang SPT satu kali untuk melepaskan/memotong contoh tanah dasar split
barrel, lalu diangkat dengan bantuan tambang dan katrol.
12. Setelah split barrel terambil, bukalah split barrel tersebut, bersihkan tanah yang ada
didalamnya bila perlu buat deskripsi jenis tanahnya.
13. Masukkan sampel tanah tersebut kedalam plastik dan diberi label/keterangan
(proyek, lokasi, tanggal pengambilan contoh dan kedalaman contoh)

CATATAN
1. Berat penumbuk (drive weight) standart adalah 63,5 kg. Jangan tambahkan beban
lain pada penumbuk tersebut sehingga menyimpang dari standart.
2. Pembacaan penetrasi seharusnya dilakukan setiap 0,5 x 1 foot = 0,5 x 12 inchi = 6
inchi = 15,24 cm. Dalam hal ini dibulatkan menjadi 15 cm untuk penyederhanaan.
3. Pada waktu melepas penumbuk dari ketinggian 75 cm, tambang harus dilepas
dengan bebas agar energi tumbukan tidak berkurang.
PERAWATAN
1. Bersihkan split barrel setelah digunakan, lumasi bagian dalamnya supaya tidak
berkarat.
2. Pada waktu menyambung stang SPT, kencangkan sambungan tersebut dengan baik
untuk mencegah kerusakan drat pada saat ditumbuk.
3. Bersihkan dan lumasi stang SPT, bila ada kotoran pada dratnya bersihkan terlebih
dahulu dengan sikat baja.
4. Lumasi katrol agar dapat berputar dengan bebas.

IV. TEORI
Alat SPT yang digunakan dilapangan dengan cara memasukkan alat kedalam tanah
pada lubang bor dengan memakai beban penumbuk seberat 140 pound (63,5 kg) yang
dijatuhkan pada ketinggian 3 inchi (75 cm). Setelah alat dimasukkan, berikutnya jumlah
pukulan n kemudian alat dikeluarkan dari lubang bor dan dibuka untuk mengambil contoh
tanah yang tertahan didalmnya. Contoh ini dapat dipakai untuk percobaan klasifikasi tanah
berdasarkan percobaan atterberg dan analisa saringan.
Daya dukung dari hasil pengujian SPT untuk tanah granular seperti tanah pasir faktor-
faktor Nq, N adalah fungsi dari sudut gesek , karena sangat tergatung dengan besarnya
kerapatan relatif (Dr). Nilai kerapatan relatif dapat diperoleh dari pengujian SPT, Peck,
Hanson, dan Thomburn (1963) memberikan hubungan empiris antara nilai N, Nq, N, dan ,
nilaiya diberikan pada gambar 1. Jadi, jika nilai N telah diketahui, maka besarnya daya
dukung ultimate dapat dihitung.
Pada penerapan rumusan empiris untuk memperkirakan kekuatan atau kepadatan tanah
pondasi dengan pengujian penetrasi standart. Harga N dari hasil yang diperoleh dari pengujian
penetrasi standart dan hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut geser dalam tanah oleh
Terzaghi yang diperlihatkan dalam tabel 1
Hubungan antara konsistensi kekuatan pemadatan dan kekuatan pemampatan
unconfined qu dan harga N telah ditemukan oleh Terzaghi, Peck,
Lihat Tabel 2.
Qu = 0.12 = .13 N = N / 8 kg/ m2
Tabel 1. Hubungan antara kemampatan relatif, sudut geser dalam nilai N dari pasir.
Tanah Non Kohesif
Tumbukan Konsistensi
0–4 Sangat Lepas
5 – 10 Lepas
11 – 24 Sedang
25 – 50 Padat
> 50 Sangat padat

Tanah Kohesif
Tumbukan Konsistensi
0–1 Sangat Lepas
1–4 Lepas
5–8 Teguh
9 – 16 Kenyal
16 – 30 Sangat Kenyal
31 – 60 Keras
> 60 Sangat Keras

Tabel 2. Hubungan antara konsistensi tegangan geser unconfined dari lempung dan nilai N.
Kuat Geser Tekan Bebas
Nilai N Konsistensi
(qu) kg / cm2

<2 Sangat Lunak < 0,25


2–4 Lunak 0,25 – 0,50
4–8 Sedang 0,50 – 1,00
8 – 15 Kaku 1,00 – 2,00
15 – 30 Sangat Kaku 1,00 – 4,00
> 30 Keras > 4,00
Pada pengujian SPT memberikan keterangan tentang jenis tanah, maka dalam
pemakaiannya sebaiknya selalu dihubungkan dengan lubang bor. Sedangkan sistematika
klasifikasi tanah dapat dilakukan secara universal.
Sedikit banyak sifat-sifat tanah selalu tergantung pada ukuran butiran tanah. Ukuran-
ukuran yang dipakai untuk menentukan klasifikasi tanah adalah seperti tabel di bawah ini :
Tabel 3. Jenis Dan Ukuran Tanah
A. Jenis Tanah B. Batas Ukur
Beragkal (Boulder) 8“
Kerakal (Cabblestone) 3“–8“
Batu Kerikil (Gravel) 2 mm – 8 mm
Pasir Kasar (Course Sand) 0,6 mm – 2 mm
Pasir Sedang (Medium Sand) 0,2 mm – 0,6 mm
Pasir Lanau (Fine Sand) 0,06 mm – 0,2 mm
Lanau (Slit) 0,0002 mm – 0,06 mm
Lempung (Clay) < 0,0002 mm

Tabel 4. Kuat Dukung Tanah Izin Secara Umum


Jenis Tanah Kuat Dukung Tanah Izin  ( kpa )

Lempung (lunak – keras) 50 – 300


Pasir Halus (lepas – padat) 75 – 125
Pasir Halus (lepas – padat) 100 – 400
Cadas Pasir 400
Batu Pasir 800
Batu Beku > 1000

Sumber : Teknik Pondasi ( K. Baseh Suryo Lelono


Gambar 1. Hubungan nilai N, Nq, N dan 

Nilai N yang diperoleh dari SPT di lapangan, sebelum digunakan dalam hitungan
perlu diadakan koreksi lebih dahulu. Jika tanahnya mengandung pasir berlanau yang terletak
dibawah muka air tanah, sebelum nilai N digunakan dalam hitungan daya dukung, nilainya
harus direduksi menjadi :
N = 15 + ½ (N’ – 15)
Dengan N’ adalah nilai N tercatat dari hasil pengujian di lapangan. Koreksi ini diberikan
karena tanah yang mengadung butiran halus akan mampat pada jumlah pukulan kira-kira 15.
Perubahan volume akibat banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air pori yang tinggi
sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan.
Tahanan penetrasi menunjukkan kerapatan relatif dan tegangan efektif pada
kedalaman tempat pengujian diadakan. Beberapa kombinasi tingkat tegangan dan kerapatan
relatif akan menghasilkan nilai N yang sama. Karena itu beberapa analisis telah
dikembangkan untuk mengoreksi jumlah pukulan N-SPT dengan tekanan overburden efektif.
Koreksi sederhana yang berbentuk grafis telah diusulkan oleh Gibbs dan Holtz (1957),
Tomlinson (1969), dan Peck dkk (1974) (gambar 2). Perbedaan antara nilai N terukur dan
nilai terkoreksi sangat besar terutama didekat permukaan tanah. Kurva Tomlinson
memperlihatkan koreksi 4 kali dari N hasil pengujian pada kedalaman yang dangkal, namun
penggunaan koreksi-koreksi tersebut harus diterapkan dengan sangat hati-hati.

Tabel 5 : Nilai N’ , Po , CN dan N berdasarkan kedalaman


Kedalaman Po = z’ N = CN
N’ terukur CN
(m) (t/m2) N’
1,75 ≤12 3,03 2,7 32
2,50 16 3,80 2,5 40
3,25 18 4,53 2,3 41
4,00 20 5,28 2,2 44
4,75 20 6,28 2,1 42

Gambar 2. Hubungan nilai N akibat tekanan overburden


Perlu diketahui bahwa prosedur penentuan daya dukung diizinkan pada sekelompok
pondasi yang didasarkan pada pengujian SPT harus dipertimbangkan terhadap ketentuan
variasi kerapatan relatif tanah yang umumnya tidak seragam. Jika lokasi pekerjaan terdiri dari
beberapa lapisan tanah dengan kerapatan relatif yang berbeda-beda, lokasi pekerjaan harus
dibagi-bagi menurut zona-zona yang mempunyai sifat-sifat tanah yang sama, dan selanjutnya
daya dukung pada masing-masing zona dihitung secara terpisah.

Persamaan-persamaan daya dukung untuk bentuk-bentuk pondasi, Terzaghi


memberikan pengaruh faktor bentuk terhadap daya dukung ultimate yang didasarkan pada
analisis pondasi memanjang, sebagai berikut :
1. Pondasi memanjang
qu = cNc + Df Nq + 0,5  B N( 1 )
2. Pondasi bujur sangkar
qu = 1,3 cNc + Df Nq + 0,4  B N( 2 )
3. Pondasi lingkaran
qu = 1,3 cNc + Df Nq + 0,3  B N( 3 )
4. Pondasi empat persegi panjang
qu = cNc (1 + 0,3 B/L) + Df Nq + 0,5  B N (1 – 0,2 B/L)...............( 4 )
dengan :
qu = daya dukung ultimate (t/m2)
c = kohesi tanah (t/m2)
po = Df = tekanan overburden pada dasar pondasi (t/m2)
 = berat volume tanah (t/m3)
D = kedalaman pondasi (m)
B = lebar pondasi (m)
L = panjang pondasi (m)
Nilai-nilai Nc, Nq, N adalah fungsi dan besarnya sudut gesek dalam () yang diberikan
Terzaghi dalam bentuk grafik pada gambar 3 atau tabel 1.

Gambar 3. Hubungan sudut gesek dalam () dengan Nc, Nq, N


Tabel 6. Nilai-nilai faktor daya dukung Terzaghi
Keruntuhan geser umum Keruntuhan geser lokal

Nc Nq N Nc Nq N
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1

Analisis-analisis daya dukung diatas didasarkan pada kondisi keruntuhan geser umum
dari suatu bahan bersifat plastis, yang volume dan kuat gesernya tidak berubah oleh adanya
keruntuhan. Pada material yang mempunyai sifat volume yang berubah dibawah bebannya
akan mengalami regangan yang besar sebelum tercapai keruntuhan geser, gerakan ke bawah
dari biji tanah mungkin hanya memampatkan tanah, tanpa adanya regangan yang cukup kuat
untuk menghasilkan keruntuhan geser umum. Kondisi keruntuhan semacam ini akan
menimbulkan keruntuhan geser lokal. Terzaghi memberikan koreksi pada faktor-faktor daya
dukung kondisi keruntuhan geser umum untuk digunakan pada hitungan daya dukung kondisi
geser lokal.
Caranya, seluruh faktor daya dukung dihitung kembali dengan menggunakan ’ dan c’
dengan :
tg ’ = 2/3 tg 
c’ = 2/3 c
Mayerhoff (1956), memberikan nilai-nilai sudut geser dalam () tanah pasir yang
didasarkan pada beberapa pengamatan di lapangan, seperti yang terlihat pada tabel 2.
Pengamatan ini didasarkan pada hubungan sudut geser dalam, kerapatan relatif dan hasil dari
pengujian Standard Penetration Test (SPT) dan tahanan kerucut statis (sondir).
Tabel 7. Hubungan kerapatan relatif dan sudut geser tanah non kohesif (Mayerrhoff, 1956)
Nilai tahanan kous
Kerapatan Nilai SPT Sudut geser
Kondisi alat sondir (qc)
relatif (Dr) (N) dalam ()
(kg/cm2)
Sangat tidak
< 0,2 <4 < 20 < 30
padat
0,2 – 0,4 4 – 10 20 – 40 30 – 35
Tidak padat
0,4 – 0,6 10 – 30 40 – 120 35 – 40
Agak padat
0,6 – 0,8 30 – 50 120 – 200 40 – 45
Padat
> 0,8 > 50 > 200 > 45
Sangat padat

Mayerhoff (1965), menyatakan bahwa prosedur untuk menentukan qa dengan cara


yang diberikan oleh terzaghi tersebut terlalu hati-hati. Dinyatakan bahwa tidak diperlukan
reduksi qa akibat pengaruh air tanah, karena qa sudah direfleksikan dari hasil pengujian SPT.

Gambar 5 : Daya dukung yang diizinkan dari pengujian SPT untuk penurunan inci (Terzaghi
dan Peck, 1948)
Pelaksanaan pengujian SPT untuk penentuan daya dukung diizinkan (qa) dilakukan dengan
lebih dulu mengestimasi secara kasar lebar pondasi yang terbesar dari bengunannya. Terzaghi
dan peck (1948) menyarankan pengukuran nilai N dilakukan pada interval 76 cm, dimulai
dari dasar pondasi sampai sedalam B dibawahnya atau dari B sampai sedalam (Df + B) dari
permukaan. Nilai N rata-rata dikedalaman ini diharapkan dapat menunjukkan nilai N rata-rata
yang berbeda, nilai N rata-rata terkecil yang harus dipergunakan untuk menghitung qa.
Nilai N yang diperoleh dari pengujian SPT dilapangan, sebelum digunakan dalam
hitungan-hitungan, perlu diadakan koreksi lebih dahulu. Jika tanah nya mengandung pasir
halus atau pasir berlanau yang terletak dibawah muka air tanah, sebalum nilai N digunakan
dalam hitungan daya dukung, nilainya harus direduksi menjadi
N = 15 + ½ (N’ – 15)
Dengan N’adalah nilai N yang tercatat dari hasil pengujian dilapngan. Koreksi ini diberikan,
karena tanah yang mengandung butiran halus yang mampat pada jumlah pukulan kira-kira 15.
perubahan volume akibat terlalu banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air pori yang
tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan.

Uraian Deskripsi hasil percobaan


 Lapisan 1
Pada kedalaman 0,00 - 0,20 m merupakan permukaan tanah lempung berpasir
berwarna coklat kehitam-hitaman.
 Lapisan II
Pada kedalaman 0,25 - 0,50 m merupakan tanah berlempung
berwarna coklat kehitam- hitaman
 Lapisan III
Pada kedalaman 0,50 – 0,75 m merupakan pasir belempung
berwarna coklat
 Lapisan IV
Pada kedalaman 0,75 -1,00 m merupakan Lempung berpasir
Berwarna coklat kekuning-kuningan.
 Lapisan V
Pada kedalaman 1,00 – 1,25 m merupakan Pasir Berlempung
berwarna kuning.
tedapat muka air tanah pada kedalaman 1,25 m.
 Lapisan VI
Pada kedalaman 1,25 – 1,50 m merupakan Tanah Lanau
Berwarna Keabu-abuan.
 Lapisan VII
Pada kedalaman 1,50 – 1,75 m merupakan Pasir berlempung
Berwarna Coklat Kehitam-hitaman.
 Lapisan VIII
Pada kedalaman 1,75 – 2,00 m merupakan Pasir
Berwarna Coklat.
 Lapisan IX
Pada kedalaman 2,00 – 2,05 m merupakan pasir padat
Berwarna Coklat kekuning-kuningan.
Pada kedalaman 2,05 – 2,50 m merupakan pasir lepas
Berwarna Coklat kekuning – kuningan.
Pada kedalaman 2,00 – 2,50 m Pengambilan sampel SPT

Penetrasi pada kedalaman 2,50 m


Sampel 1
N – 1 (15 cm) = 2 Pukulan
N – 2 (30 cm) = 5 Pukulan
N – 3 (45 cm) = 3 Pukulan
Nilai SPT = N2 + N3
=5+3
N SPT =8
APLIKASI
P=?

Dw= 0,75 m
Df = 2,5 m

0.7m

B = 2,5 meter

Diketahui
Pondasi bujur sangkar seperti tergambar terletak pada kedalaman 2,5 m. dengan B = 2,5 m
muka air tanah pada kedalaman 0,75 M.

Ditanya;
Pmax yang dapat dipikul pondasi

Penyelesaian;
Dari hasil percobaan SPT diperoleh N = 8
Dengan kedalaman 2,5 m diperoleh nilai CN = 2,5 (Tabel 5)
Maka
:
N = CN x N’
N = 2,5 x 8
N = 20
Didapat dari interpolasi
N = 20, qa = 18 t/m 2
N = 30, qa = 32 t/m 2
N = 20

qa = 18 + 20  20 (32 18)
30  20
= 18,00 t/m2
A1 = 2,5 x 0,7 = 1,75 m2
A2 = 0,7 x 2,5 = 1,75 m2
A total = A1 + A2 = 3,5 m2
Sehingga
P
 qa
A
P = qa x A
P = 18 x 3,5
P = 63,00 ton

Jadi : Pmax yang dapat dipikul oleh pondasi adalah 63,00 Ton
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ASAHAN (UNA)
Jl. Jend Ahmad Yan Kisaran 21224

Lokasi : Lapangan Sepak Bola UNA Dikerjakan : Group 2


Percobaan : Standard Penetration Test (SPT) Tanggal : 27 Oktober 2020
Diperiksa : Alexander Tuahta S. S.T.,M.T
Kedalaman Bor (m)

Pukulan N

Kedalaman
Lubang Bor

JENIS TANAH Penetrasi Pukulan Grafik SPT


M.A.T

/15 CM N2 + N3
N1 N2 N3 45 Cm 2 4 6 8 10

0.00
Tanah Permukaan
0.25
Tanah Lempung Berpasir
0.50
Tanah Lempung
0.75
Tanah Lempung
1.00
1.25
1.50
1.75
2.00 Tanah Liat Berpasir
2.25
2.50
2
2.75 5
3.00 3 8
3.00 45
cm

Group : 2 4. Rizky Bayu Setiawan (18011021)


1. Richard Syatria Adjie (18011024)
2. Nurul Hayati (18011003)
3. Nurul Ikhsan (18011027)
5. Wahyu Ramadhani (18011006) Alexander Tuahta S. S.T., M.T
Kisaran, 27 Oktober
2020 Dosen
Pembimbing

5. Wahyu Ramadhani (18011006) Alexander Tuahta S. S.T., M.T


Group II
Standard Penetration Test
(SPT)

DOKUMENTASI PERCOBAAN SPT

Gambar 6: Pemasangan Alat SPT Gambar 7 : Penjatuhan Hammer

Gambar 8 : Penarikan Hammer Gambar 9 : Lubang Percobaan SPT

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan SPT dapat diambil kesimpulan antara lain :
a. Dari hasil nilai N yang diperoleh dari percobaan didapat bahwa nilai tumbukan
hanya berkisar antara > 4 pukulan, ini menunjukan bahwa tanah dalam keadaan
tidak padat.
b. Dari hasil perhitunngan N2 + N3 diperoleh nilai SPT dari contoh tanah :
Untuk hasil kedalaman 0,75 cm diperoleh Nilai SPT N = 8, qa = 18,00 t/m2,
P = 63,00 t/m2

2. Saran
a. Lokasi untuk pengujian Standard Penetrasi Test hendaknya dilaksanakan atau
dilakukan pada lokasi yang berbeda – beda untuk mengetahui perbedaan
karakteristik tanah pada beberapa lokasi.
b. Karakteristik pekerjaan uji SPT adalah pekerjaan yang tergolong berat baik segi
peralatan maupun pelaksanaanya, untuk dituntut keseriusan dari praktikan dan
pengawasan dari asisten agar proses pengujian dapat berjalan dengan baik.
c. Posisi stang SPT harus dalam arah vertikal.
d. Pada penetrasi stang diharapkan juga vertikal.
HAND BOR

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
2020
Group
II Hand
Bor
HAND BOR

I. TUJUAN

Pengerjaan Bor Tangan dilakukan untuk mengamati jenis-jenis tanah dari berbagai
kedalaman. Pengujian ini Biasa dilakukan di samping lubang sondir, agar didapatkan korelasi
antara kekuatan tanah dan jenis tanah. Kedalaman maksimum yang dapat dilakukan oleh Bor
Tangan adalah 10 meter dan hanya untuk tanah lunak.

II. PERALATAN
1. Iwan auger
2. Stang bor
3. Pemutar stang bor
4. Stick aparat
5. Kunci pipa
6. Palu besar
7. Tabung contoh
8. Lilin dan Kompor

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


Group
II Hand
Bor

(1) (2)

(3) (4)

(5)
(6)

(7) (8)
Gambar 1. Peralatan Hand Bor

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


5
1

2 6

7
4

Keterangan Gambar :

1. Stang Engkol Pemutar 5. Palu


2. T.- Stik Pemutar 6. Kepala Penumbuk
3. Stang Bor 7. Stik Apparat
4. Iwan Auger 8. Tabung Contoh

Gambar 2. Alat Bor Tangan

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


III. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Bersihkan daerah disekitar lubang yang akan dibor Seperti rumput-rumput atau
pun sampah, hingga bersih.
2. Gali tanah permukaan sekitar 20 cm. Sampai kelihatan dasar tanah dari timbunan.
3. Pasang auger pada stang bor, lalu pasang pemutarnya.
4. Tekan auger didalam tanah sambil diputar, setelah tanah mengisi auger sampai
penuh kemudian auger diangkat dengan hati-hati.
5. Keluarkan contoh tanah dari dalam auger untuk dibuat deskripsi jenis tanah.
Simpanlah dalam kaleng lapangan atau plastik dan berilah label yang berisi
keterangan nomor titik bor, kedalaman dan sebagainya.

6. Ulangi prosedur 4 dan 5 sampai kedalaman 100 cm. Pengambilan sampel tanah
yang akan dideskripsikan setiap 25 cm sekali. Sampai dengan kedalaman 100 cm.

7. Setelah kedalaman 100 cm, tidak diambil deskripsi tanah lagi. Namun pada saat
kedalaman 200 cm diambil kembali deskripsi tanah tersebut. Contoh tanah yang
didapat adalah contoh tanah tidak asli (disturbed sample) dan hanya digunakan
untuk keperluan klasifikasi dan deskripsi tanah.

8. Lalu masukkan Tabung Contoh yang telah terpasang di Stick Apparat tersebut
kedalam lubang. Tabung contoh ini dikatakan tanah asli UDS (Undisturbed
Sample).

9. Setelah didapat contoh tanah asli dalam tabung, lepaskan Stick Apparat lalu
dinding luar tabung dibersihkan. Potong ujung tabung setebal 1 cm. Untuk tempat
cairan lilin.

10. Sewaktu tabung dibersikan, panaskan lilin di kompor agar mencair. Lalu tuangkan
ke bagian atas atau bawah tabung hingga kering.
IV. TINJAUAN PUSTAKA

Penyelidikan tanah merupakan suatu pekerjaan pendahuluan pada pelaksanaan sebuah


pekerjaan Teknik Sipil. Data-data penyelidikan digunakan sebagai data untuk membuat
bangunan yang aman, ekonomis, dan untuk menghindari kesulitan pada saat pelaksanaan
konstruksi.

Tujuan utama dari penyelidikan tanah adalah :

1. Untuk menentukan urutan, ketebalan dan lapisan tanah kearah lateral dan bila
diperlukan elevasi batuan besar.

2. Untuk memperoleh contoh tanah terganggu dan tidak terganggu yang cukup
mewakili untuk keperluan idetifikasi, parameter – parameter tanah yang relevan.

3. Untuk mengindentifikasi kondisi air tanah.

Penyelidikan tanah dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Bor Tangan

Bor tangan mempergunakan berbagai macam Auger pada ujung – ujung bagian
bawah, dari serangkaian stang bor ini mempunyai tangki yang di pakai untuk memutar alat
tersebut. Dalam hal ini sering dipakai tripot (kaki tiga) dengan katrol dan tali yang dipakai
untuk mencabut kembali stang – stang dan Auger dari lubang bor tersebut. Dengan
mempergunakan tripot pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman sampai 15 m.
Dua tipe yang umum digunakan, yaitu :
1. Iwan auger diameter 100 mm
2. Auger kecil berulir heliks diameter 50 mm.

Dalam bor tangan, hanya heliks yang dapat digunakan untuk bahan-bahan yang cukup
lunak. Terutama lempung lunak sampai lempung teguh, dan sangat tidak mungkin mencapai
kedalaman 8 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam bahan-bahan yang
cukup luna, terutama dalam lempung lunak (soft clay) dan sampai teguh (firm clay).

Untuk menentukan klasifikasi tanah, dapat digunakan metode ASTM, ASSHTO, USVA,
UNITED, ini tergantung dari pemakainnya. Dari klasifikasi dapat diambil dari ASTM.
Tabel 1. Ukuran macam tanah

Macam Tanah Batas Ukuran


Berangkal (Boulder) > 8 inch (20 mm)
Kerakal (Cobblestone) 3 – 8 inch (8 – 20 cm)
Batu kerikil (Gravel) 2 – 3 inch (2 – 8 cm)
Pasir kasar (Lorse Sand) 0,6 mm – 2 mm
Pasir halus (Fine Sand) 0,06 mm – 0,2 mm
Lanau (Slit) 0,002 mm – 0,06 mm
Lempung (Clay) < 0,002 mm
Sumber : Mekanika Tanah, oleh Dr. Ir. LD Wesley

Tabel 2. Hubungan antara jenis tanah dan jumlah hambatan pelekat ( Fs )

JENIS TANAH Fs (kg/cm2)

Soft Clay and Silits 7,5 – 30

Sandy Silits 20 – 50

Stiff Clay 40 – 100

Very Stiff Clay 10 – 20

Lose Sand 12,5 – 35


Dense Sand 35 – 70

Dense Gravel 50 – 100


Sumber : The penetrometer and Soil Exploration sanglerat Hal. 203
Tabel 3. Penafsiran Hasil penyelidikan dengan memakai alat Sondir

HASIL SONDIR
(Kg/cm2) KLASIFIKASI
Qc Fs
6 0,15 - 0,40 Humus,lempung,sangat lunak
6-10 0,20 Pasir kelanauan lepas,pasir sangat lepas
0,20 - 0,60 Lempung lembek,lempung kelanauan lembek
10-30 0,10 Kerikil lepas
0,10 - 0,40 Pasir lepas
0,40 - 0,80 Lempung atau lempung kelanauan
0,80 - 2,00 Lempung agak kenyal
30-60 1,50 Pasir kelanauan,pasir agak padat
1,00 - 3,00 Pasir padat kelanauan atau lempung padat dan kerikl lempung
3,00 Lempung kerikil kenyal
Pasir padat,pasir kerikilan,pasir kasar padat,pasir kelanauan sangat
150-300 1,00 - 2,00
padat
Sumber : Buku Teknik Sipil (Ir. V. Sunggono KH) Hal.132

2. Bor Mesin
Motor penggerak alat pada umumnya terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Alat pemutar stang dengan kecepatan bisa diatur dan dapat memberikan gaya ke
bawah.
b. Pompa untuk memompakan air pencuci ke bawah melalui bagian dalam stang bor.
c. Roda pemutar dan tripot untuk menaikkan dan menurunkan stang dan alat bor ke
dalam lubang.

A. Keuntungan Bor Tangan

1. Mengetahui lapis demi lapis lapisan tanah.


2. Dapat diperoleh contoh tanah tak terganggu.
3. Dapat diketahui letak muka air tanah.
4. Biaya pelaksanaan lebih murah.
5. Pengeboran contoh tanah asli dan pemeriksaan setempat lainnya dibantu dengan alat
khusus yaitu tabung contoh, cawan, auger.

B. Kerugian Bor Tangan

1. Membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan.


2. Membutuhkan banyak tenaga manusia.
3. Pengeboran hanya dapat dilakukan pada tanah lunak dan kemampuan pengeboran
tanah maksimum hanya 10 meter.

C. Keuntungan Bor Mesin

1. Dapat mencapai kedalaman yang lebih dalam / besar.


2. Dapat menembus tanah yang keras.
3. Pelaksanaan pekerjaan lebih singkat.
D. Kerugian Bor Mesin

1. Memerlukan biaya yang besar.


2. Tidak efisien untuk pekerjaan yang kecil.

E. Perawatan

1. Bersihkan mata bor dan stangnya setiap kali selesai dipakai lalu lumuri dengan oli
secukupnya untuk menghindari karat.
2. Sebelum dipakai, tabung tanah harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya
diberi pelumas sehingga tanah dapat masuk maupun keluar dengan mudah.
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ASAHAN

JL. Jend Ahmad Yani Kisaran


No. Lubang : 1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DRILLING LOG Kedalaman : 100 cm
UNIVERSITAS ASAHAN HAND BOR Grup :2
Tanggal : 27 Oktober 2020
Muka

Ketebalan (m)
U
Kedalaman air Kedalaman
D
(m) tanah (m) Symbol Deskripsi Jenis Tanah
S

Elevasi (m)
(m)

0.00 0.00
0.00 Permukaan tanah

== == =:: :::
0.10 Deskripsi : Lempung hitam sedikit coklat berpasir
0.10 0.10 == == =:: :::
== == =:: :::
0.15 Warna : Hitam sedikit kecoklatan
0.15 0.15 == == =:: :::
== == =:: :::
0.20 Kondisi Tanah : Lunak
0.20 0.20 == == =:: :::
== == =:: :::
0.25 Kekenyalan : Rendah
0.25 0.25 == == =:: :::
== == =:: :::
0.30 Deskripsi : Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir
0.30 0.30 == == =:: :::
== == =:: :::
0.35 Warna : Merah kecoklatan
0.35 0.35 == == =:: :::
== == =:: :::
0.40
0.40 0.40 == == =:: ::: Kondisi Tanah : Lunak
== == =:: :::
0.45
0.45 0.45 == == =:: :::
== == =:: ::: Kekenyalan : Rendah
0.50
0.50 0.50 == == =:: :::
== == =:: :::
0.55 Deskripsi : Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir
0.55 0.55 == == =:: :::
== == =:: :::
0.60 Warna : Merah kecoklatan
0.60 0.60 == == =:: :::
== == =:: :::
0.65
0.65 0.65 == == =:: ::: Kondisi Tanah : Lunak
== == =:: :::
0.70
0.70 0.70 == == =:: :::
== == =:: ::: Kekenyalan : Rendah
0.75
0.75 0.75 == == =:: :::
== == =:: :::
0.80 Deskripsi : Lempung kuning sedikit berpasir
0.80 0.65 == == =:: :::
== == =:: :::
0.85
0.85 0.85 == == =:: ::: Warna : Kuning
== == =:: :::
0.90
0.90 0.90 == == =:: :::
== == =:: :::
0.95 Kondisi Tanah : Lunak
0.95 0.95 == == =:: :::
== == =:: :::
1.00
1.00 1.00 == == =:: :::
== == =:: ::: Kekenyalan : Rendah
1.25
1.25 1.25 == == =:: :::
Awal pengeboran : 100 cm Tipe bor : Iwan Bore
Elevasi : - 0. 10 m (Dari Jalan) Beginning : Oktober 2020
Muka air tanah : 0.75 m Ending : Oktober 2020

Keterangan : Tanah yang tak terganggu (UDS) === Tanah Liat O0O Batu

Tanah yang tergangu Organik =::=: Tanah timbun

:::: Pasir o o o Kerikil

v v vv Silt Muka Air Tanah

Kegiatan : Lokasi : Halaman


Praktikum Mekanika Tanah (Hand Bor) Halaman Univesitas Asahan

Group : II Kisaran, 27 Oktober 2020


1. Richard Syatria Adjie 18011024 Dosen Pembimbing
2. Nurul Hayati 18011003
3. Nurul Ikhsan 18011027
4. Rizky Bayu Setiawan 18011021
5. Wahyu Ramadhani 18011006 Alexander T. S., S.T, M.T
Group
II Hand
Bor
DOKUMENTASI PERCOBAAN HAND BOR

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan hand bor yang telah dilaksanakan di lapangan, dapat kita ambil
kesimpulan antara lain :

Kedalaman (cm) Jenis Tanah (Warna)

0 – 25 Lempung hitam sedikit coklat berpasir

25 – 50 Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir

50 – 75 Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir

75 – 100 Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir

100 - 125 Lempung kuning sedikit berpasir

2. Pada kedalaman 75 cm terdapat Muka Air Tanah.


3. Pada kedalaman 100 cm dilakukan pengambilan UDS (undistrub sample).

2. Saran
1. Diperlukan ketelitian dalam pengamatan tanah seperti jenis tanah, susunan tanah, tebal
lapisan, serta tinggi muka air tanah, sehingga didapat hasil yang akurat.
2. Dalam melakukan percobaan ini diusahakan keadaan alat selalu dalam keadaan
vertikal dengan lubang agar hasil yang didapat cukup baik dan akurat.
3. Sebelum melakukan pengeboran periksalah terlebih dahulu alat – alat yang digunakan,
alat yang harus keadaan baik, ini penting untuk lancarnya jalan percobaan.
DYNAMIC CONE PENETROMETER
(DCP)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
2020
Group
II Dynamic Cone Penetrometer
(DCP)
DYNAMIC CONE PENETROMETER
(DCP)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio)
subgrade, sub base atau base course suatu sistem perkerasan atau menentukan daya
dukung tanah dan memeriksa kekuatan lapisan tanah.
II. PERALATAN
1. Alat Dynamic Cone Penetrometer
a.Handle.
b.Hammer 10 kg.
c.Anvil
d.Man road Ø 16 mm.
2. Meteran
3. Konus

Handle
6.5 cm
Handle 3.5 cm

350 mm Ulir mur


14.5-85cm Batang
O 16 mm 5 cm
350 mm
Hammer 16 cm

10 kg Landasan 15 cm

10 cm
Ulir batang
utama
Anvil 350 cm Ulir landasan 2 cm
16 cm

0.7 cm
17 cm
Batang utama
155 cm
Man Road O 16 mm
O 16 mm

11.5 cm

11.5 cm
Konus
Konus

Gbr, II.1, Alat DCP dan Bagian-Bagiannya

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


1 Pemegang

2 Penumbuk

4 Kepala Penumbuk

3 Stang Penghantar

5 Stang Penetrasi

7 Mistar Penetrasi

6 Konus

Gbr, II.2, Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertikal 900, bila terjadi
penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang relatif
besar.
2. Baca posisi awal penunjukan mistar ukur (X0) dalam satuan mm. Penunjukan X0 ini
tidak perlu tepat pada angka nol, karena nilai X0 ini akan diperhitungkan pada nilai
penetrasi. Masukkan nilai X0 ini pada format data pada kolom ke dua dalam satuan
mm, untuk tumbukan N = 0 kolom ke satu.
3. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan sehingga
menumbuk landasan penumbuk. Tumbukan ini menyebabkan konus menembus
lapisan material uji.
4. Baca posisi penunjukan mistar ukur (X1) setelah terjadi penetrasi. Masukkan nilai X1
ini pada kolom dua baris ke dua dalam satuan mm, untuk tumbukan N= 1 masukkan
pada kolom satu baris dua.
5. Ulangi prosedur 3 dan 4 berulang kali sampai batas kedalaman yang akan diperiksa,
masukkan nilai X2 - X3 - X4, …..XN pada kolom kedua pada format data sesuai
dengan kolom ke satu. N = 2 – N = 3 – N = 4 ……N = n
6. Isilah data ke kolom tiga pada format data yaitu selisih antara nilai X dengan X0.
7. Isilah kolom ke empat (tumbukan per 25 mm) dengan rumus :

25
x
Xn  Xo
N

8. Dengan menggunakan grafik tentukan nilai CBR yang bersangkutan sebagai berikut:
a. Angka pada kolom ke empat dimasukkan pada skala mendatar.
b. Tarik garis vertikal keatas smpai memotong grafik.
c. Dari titik perpotongan tersebut, tarik garis horizontal kekiri sampai memotong
skala vertikal.
d. Titik perpotongan tersebut menujukka nilai CBR, masukkan ke kolom lima.
e. Ambil nilai CBR yang terkecil dari tiap baris kolom ke lima, masukkan pada
kolom keenam sebagai nilai CBR rata-rata.
IV. TEORI PERCOBAAN
Peralatan ini mula-mula diciptakan di Australia dan telah dikembangkan lebih lanjut di
Afrika Selatan, pada saat sekarang peralatan tersebut telah menjadi metode baik yang dikenal
diseluruh dunia. Pengujian ini memberikan data kekuatan lapisan tanah hingga kedalaman 1
meter dibawah permukaan tanah. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya
kerucut logam (konus) yang tertentu dimensinya kedalam tanah untuk setiap pukulan dengan
tinggi jatuh palu yang sudah ditentukan.
Selanjutnya setiap masuknya konus yang tercatat diubah ke dalam nilai CBR ekivalen
dengan menggunakan distribusi CBR ekivalen. Kemudian digambarkan grafiknya yang ada
pada formulir yang tersedia. Desain CBR diperoleh dengan membandingkan distribusi CBR
minimum yang dibutuhkan dengan menggunakan sebuah plastik berskala transparan yang
telah disesuaikan dengan metode desain perencanaan yang telah disetujui.
Syarat –syarat pengujian Dynamic Cone Penetrometer:
a. Kedalaman pukulan minimum 30 cm dan kedalaman pukulan maksimum 100 cm.
b. Lokasi jalan pada medan datar
c. Percobaan diambil perkilometer
d. Pada lokasi medan yang bergelombang dan membukit pada punggung (cembung)
minimum 1 percobaan pada setiap lengkung cembung, atau untuk lembah minimum 1
percobaan untuk setiap kilometer.
e. Pada lokasi pegunungan
o Cembung ; satu percobaan perlengkung cembung
o Cekung ; satu percobaan perlengkung cekung
Penilaian Dynamic Cone Penetrometer
a. Hitung penetrasi dari setiap pukulan dari rencana pukulan ukuran dan masukkan pada
kolom selisih dalam mm.
b. Untuk setiap pembacaan masukkan tabel CBR dengan mm/ pukulan dan bacalah nilai
CBR yang paling dekat.
c. Plot setiap CBR lapangan sebagai garis vertikal untuk kedalaman dari grafik masing-
masing pukulan dengan tabel hubunga terhadap kedalaman CBR lapangan.
d. Hubungkan garis vertikal dengan garis horizontal antara masing-masing grafik dari
distribusi CBR.
Dimana nilai CBR nya dapat dilihat didalam grafik CBR grafik perkerasan terhadap
nilai CBR yang telah dilakukan oleh berbagai badan instansi pemerintah dari berbagai negara.
Nilai CBR ini dipengaruhi oleh kadar air angka pori dan material tanah dimana kadar air
dan angka pori yang tinggi akan berbanding lurus dengan jumlah pukulan yang akan
dilaksanakan terutama untuk jenis tanah lanau dan lempung.
Cara memasukkan nilai CBR ini dapat dilakukan dengan cara pemadatan atau dengan
suatu zat kimia atau menggantinya dengan agregat berbutir kasar. Akibat topografi yang
berbeda maka kekuatan tanah untuk itu diambil CBR sigma jala yaitu bagian dari panjang
jalan yang mempunyai daya dukung tanah, sifat tanah, keadaan lingkungan yang sama.
Dimana setiap segmen mempunyai nilai CBR yang sama mewakili DDT ( Daya Dukung
Tanah ) yang digunakan untuk menentukan tebal perkerasan.
Nilai CBR segmen dapat ditentukan dengan dua cara yaitu :
a. Cara analitis
b. Cara grafis

a. Cara Analitis
CBR segmen ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
CBR rata  rata (CBR max CBR min)
CBR Segmen
= R

dimana R adalah jumlah data yang terdapat dalam satu segmen.


Tabel, IV.a.1 Nilai R untuk perhitungan CBR segmen

JUMLAH TITIK PENGAMATAN NILAI CBR


2 1,71
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,94
9 3,08
>10 3,18
Sumber : Perkerasan lentur jalan raya , Peraturan PU

b. Cara Grafis
a. Tentukan nilai CBR yang terendah.
b. Tentukan berapa banyak nilai CBR yang sama dan lebih besar dari masing-
masing nilai CBR.
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100 % jumlah lainnya merupakan
persentase dari 100 %.
d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
e. Nilai CBR yang mewakili adalah didapat dari angka persentase 90 %.
Distribusi umum yang didapat dari dasar lubang adalah :
o Pada kedalaman 0,00 s/d 0,350 m ; Distribusi dari CBR dan 5% - 20%, bagian atas
adalah merupakan dasar yang baik untuk perkerasan final.
o Pada kedalaman 0,350 s/d 0,840 m ; Distribusi CBR untuk tanah dasar yang
diperlukan CBR 20 % nilai terendah yang menunjukkan bahwa kondisi tanah cukup
lunak, hal ini dapat dibedakan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Drainase yang kurang baik
b. Curah hujan yang besar
c. Jenis tanah lempung
Untuk mengurangi hal tersebut dilakukan dengan usaha seperti :
a. Perbaikan drainase
b. Pemeliharaan inti jalan
c. Penggatian tanah dengan tanah yang lebih baik
Karena nilai CBR pada setiap titik selalu berbeda maka diambil nilai rata-ratanya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Fn
CBR =  i1
x1
n
Pada saat melakukan percobaan perlu diperhatikan mengenai kedalaman yang akan
diambil karena hal ini juga akan mempengaruhi besarnya nilai daya dukung tanah terhadap
tebal perkerasan yang akan direncanakan. Misalnya panjang batang utama alat DCP 1 meter
maka akan lebih baik apabila dalamnya tumbukan diperhitungkan dari awal misalnya diambil
setiap tumbukan yang dilakukan setinggi 25 mm atau 30 mm dan kedalaman minimum
sebaiknya 70 cm, kalau lokasi percobaan mendukung dapat dilanjutkan sampai batas panjang
alat. Penelitian sebenarnya dilakukan dengan jarak antar titik sebesar ± 1000 M atau 1 KM
Dalam penelitian daya dukung tanah yang berskala besar sebaiknya menggunakan alat
DCP yang berdimensi besar disesuaikan dengan daerah percobaan. Untuk mendapatkan data
yang akurat maka direncanakan terlebih dahulu kedalaman yang akan diteliti dan harus
didukung alat yang baik dan kalau memungkinkan dapat memakai alat yang lebih canggih
untuk mengurangi kesalahan yang terjadi dilapangan.
Sumber : ASTM D 6951 - 03
DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 1

Kabupaten : PENGUJIAN MENENTUKAN

- Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA DUKUNG

Nama Ruas : ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER


TEST ( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20

KONDISI LOKASI : Pada Km


PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KODE …….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT
TEBAL (cm)
d =…… cm TIPE ( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
ANGKA DCP 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
NOMOR SELISIH CBR
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
10 20 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 1 10
15 14 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 2.5 25
20 10
3 4.5 45 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
24 8
4 6.9 69 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
28 7
5 9.7 97 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
32 6
6 12.9 129
40 4.7
13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
7 16.9 169
41 4.6 14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 21 210 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
60 3.0
9 27 270 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
70 2.5
10 34 340 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
80 2.2
11 42 420 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
80 2.2
12 50 500 272-324 0.5
65 2.7
13 56.5 565 >324 <0,5
85 2.0
14 65 650
80 2.2
15 73 730
80 2.2
16 81 810
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
21
22 0.00
23
24
0.03
25
26
0.07
KEDALAMAN ( M )

27
28
29 0.13
30
31 0.21
32
33 0.34
34
35 0.50
36
37
38
0.65
39
40 0.81

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 2

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
40 4.7 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 4 40
35 5 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 7.5 75
45 4.1
3 12 120 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
50 3.7
4 17 170 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
50 3.7
5 22 220 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
50 3.7
6 27 270 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
65 2.7
7 33.5 335
48 3.8
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 38.3 383 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
47 3.9
9 43 430 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
40 4.7
10 47 470 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
55 3.3
11 52.5 525 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
60 3.0
12 58.5 585 272-324 0.5
65 2.7
13 65 650 >324 <0,5
70 2.5
14 72 720
65 2.7
15 78.5 785
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6
21
22 0.00
23
24
25
0.08
26
KEDALAMAN ( M )

27 0.17
28
29 0.27
30
31
32
0.38
33
34 0.47
35
36 0.59
37
38
0.72
39
40

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 3

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
30 6 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 3 30
20 10 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 5 50
33 6
3 8.3 83 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
37 5
4 12 120 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
50 3.7
5 17 170 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
55 3.3
6 22.5 225 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
65 2.7
7 29 290
80 2.2
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 37 370 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
80 2.2
9 45 450 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
73 2.4
10 52.3 523 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
72 2.4
11 59.5 595 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
80 2.2
12 67.5 675 272-324 0.5
85 2.0
13 76 760 >324 <0,5
14
15
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.03
25 0.05
26 0.08
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.12
29 0.17
30 0.23
31
32 0.29
33 0.37
34 0.45
35
36 0.52
37 0.60
38 0.68
39
40 0.76

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 4

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
30 6 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 3 30
27 7 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 5.7 57
23 9
3 8 80 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
35 5
4 11.5 115 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
20 10
5 13.5 135 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
40 4.7
6 17.5 175 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
59 3.0
7 23.4 234
81 2.1
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 31.5 315 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
85 2.0
9 40 400 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
85 2.0
10 48.5 485 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
80 2.2
11 56.5 565 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
100 1.7
12 66.5 665 272-324 0.5
115 1.4
13 78 780 >324 <0,5
14
15
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.03
25 0.06
26 0.08
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.12
29 0.14
30 0.18
31
32 0.23
33 0.32
34 0.40
35
36 0.49
37 0.57
38 0.67
39
40 0.78

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 5

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
30 6 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 3 30
25 8 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 5.5 55
25 8
3 8 80 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
35 5
4 11.5 115 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
55 3.3
5 17 170 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
50 3.7
6 22 220 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
90 1.9
7 31 310
80 2.2
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 39 390 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
80 2.2
9 47 470 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
93 1.8
10 56.3 563 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
87 2.0
11 65 650 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
92 1.8
12 74.2 742 272-324 0.5
121 1.4
13 86.3 863 >324 <0,5
14
15
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
21
22 0.00
23
24 0.03
25 0.06
26 0.08
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.12
29 0.17
30 0.22
31
32 0.31
33 0.39
34 0.47
35
36 0.56
37 0.65
38 0.74
39
40 0.86

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 6

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km …….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm) ( Dari Awal Ruas )


PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
20 10 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 2 20
25 8 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 4.5 45
25 8
3 7 70 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
30 6
4 10 100 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
40 4.7
5 14 140 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
20 10
6 16 160 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
79 2.2
7 23.9 239
44 4.2
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 28.3 283 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
57 3.2
9 34 340 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
70 2.5
10 41 410 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
55 3.3
11 46.5 465 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
65 2.7
12 53 530 272-324 0.5
90 1.9
13 62 620 >324 <0,5
55 3.3
14 67.5 675
80 2.2
15 75.5 755
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24
25
0.05
26
KEDALAMAN ( M )

27 0.10
28
29 0.16
30
31
32
0.28
33
34 0.41
35
36 0.53
37
38
0.68
39
40

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 7

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
20 10 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 2 20
21 10 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 4.1 41
24 8
3 6.5 65 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
40 4.7
4 10.5 105 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
40 4.7
5 14.5 145 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
50 3.7
6 19.5 195 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
70 2.5
7 26.5 265
66 2.7
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 33.1 331 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
69 2.5
9 40 400 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
110 1.5
10 51 510 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
90 1.9
11 60 600 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
110 1.5
12 71 710 272-324 0.5
60 3.0
13 77 770 >324 <0,5
14
15
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.02
25 0.04
26 0.07
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.11
29 0.15
30 0.20
31
32 0.27
33 0.33
34 0.40
35
36 0.51
37 0.60
38 0.71
39
40 0.77

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 8

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km …….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm) ( Dari Awal Ruas )


PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
10 20 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 1 10
23 9 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 3.3 33
22 9
3 5.5 55 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
20 10
4 7.5 75 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
35 5
5 11 110 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
52 3.5
6 16.2 162 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
48 3.8
7 21 210
55 3.3
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 26.5 265 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
55 3.3
9 32 320 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
70 2.5
10 39 390 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
55 3.3
11 44.5 445 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
55 3.3
12 50 500 272-324 0.5
60 3.0
13 56 560 >324 <0,5
73 2.4
14 63.3 633
67 2.6
15 70 700
65 2.7
16 76.5 765
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
21
22 0.00
23
24 0.03
25
26
0.08
KEDALAMAN ( M )

27
28
29 0.16
30
31 0.27
32
33 0.39
34
35 0.50
36
37
38
0.63
39
40 0.77

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 9

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
30 6 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 3 30
20 10 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 5 50
20 10
3 7 70 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
20 10
4 9 90 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
20 10
5 11 110 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
30 6
6 14 140 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
40 4.7
7 18 180
40 4.7
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 22 220 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
35 5.0
9 25.5 255 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
40 4.7
10 29.5 295 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
65 2.7
11 36 360 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
55 3.3
12 41.5 415 272-324 0.5
75 2.3
13 49 490 >324 <0,5
70 2.5
14 56 560
73 2.4
15 63.3 633
90 1.9
16 72.3 723
82 2.1
17 80.5 805
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.05
25
26 0.09
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.14
29
30
0.22
31
32
33
0.30
34
35 0.42
36
37 0.56
38
39 0.72
40

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 10

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
38 5 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 3.8 38
22 9 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 6 60
25 8
3 8.5 85 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
25 8
4 11 110 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
20 10
5 13 130 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
32 6
6 16.2 162 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
18 11.0
7 18 180
30 6
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 21 210 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
40 4.7
9 25 250 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
43 4.3
10 29.3 293 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
52 3.5
11 34.5 345 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
55 3.3
12 40 400 272-324 0.5
55 3.3
13 45.5 455 >324 <0,5
60 3.0
14 51.5 515
60 3.0
15 57.5 575
65 2.7
16 64 640
50 3.7
17 69 690
60 3.0
18 75 750
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
21
22 0.00
23
24 0.06
25
26 0.11
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.16
29
30 0.21
31
32 0.29
33
34 0.40
35
36 0.52
37
38 0.64
39
40 0.75

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 11

Kabupaten : PENGUJIAN MENENTUKAN

- Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km …….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm) ( Dari Awal Ruas )


PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
25 8 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 2.5 25
24 8 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 4.9 49
21 10
3 7 70 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
20 10
4 9 90 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
28 7
5 11.8 118 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
42 4.4
6 16 160 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
30 6.0
7 19 190
40 4.7
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 23 230 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
45 4.1
9 27.5 275 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
40 4.7
10 31.5 315 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
35 5.0
11 35 350 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
40 4.7
12 39 390 272-324 0.5
55 3.3
13 44.5 445 >324 <0,5
55 3.3
14 50 500
53 3.4
15 55.3 553
57 3.2
16 61 610
62 2.9
17 67.2 672
63 2.8
18 73.5 735
65 2.7
19 80 800 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.05
25
26 0.09
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.16
29
30
0.23
31
0.32
32
33 0.39
34
35 0.50
36
37 0.61
38
39 0.74
40

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 12

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
40 4.7 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 4 40
35 5 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 7.5 75
30 6
3 10.5 105 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
25 8
4 13 130 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
20 10
5 15 150 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
30 6
6 18 180 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
25 8.0
7 20.5 205
28 7
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 23.3 233 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
37 5.0
9 27 270 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
40 4.7
10 31 310 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
50 3.7
11 36 360 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
50 3.7
12 41 410 272-324 0.5
50 3.7
13 46 460 >324 <0,5
60 3.0
14 52 520
60 3.0
15 58 580
70 2.5
16 65 650
60 3.0
17 71 710
65 2.7
18 77.5 775
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.08
25
26 0.13
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.18
29
30
0.23
31
0.31
32
33 0.41
34
35 0.52
36
37 0.65
38
39 0.78
40

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 13

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
30 6 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 3 30
25 8 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 5.5 55
25 8
3 8 80 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
20 10
4 10 100 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
25 8
5 12.5 125 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
40 4.7
6 16.5 165 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
25 8.0
7 19 190
42 4.4
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 23.2 232 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
43 4.3
9 27.5 275 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
55 3.3
10 33 330 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
55 3.3
11 38.5 385 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
55 3.3
12 44 440 272-324 0.5
50 3.7
13 49 490 >324 <0,5
52 3.5
14 54.2 542
68 2.6
15 61 610
61 2.9
16 67.1 671
59 3.0
17 73 730
52 3.5
18 78.2 782
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.06
25
26 0.10
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.17
29
30 0.23
31
32 0.33
33
34 0.44
35
36 0.54
37
38 0.67
39
40 0.78

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 14

Kabupaten :- PENGUJIAN MENENTUKAN

Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km
…….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm)


( Dari Awal Ruas )
PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
10 20 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 1 10
23 9 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 3.3 33
30 6
3 6.3 63 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
32 6
4 9.5 95 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
30 6
5 12.5 125 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
48 3.8
6 17.3 173 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
47 3.9
7 22 220
60 3.0
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 28 280 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
65 2.7
9 34.5 345 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
56 3.2
10 40.1 401 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
94 1.8
11 49.5 495 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
105 1.6
12 60 600 272-324 0.5
71 2.5
13 67.1 671 >324 <0,5
85 2.0
14 75.6 756
15
16
17
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
21
22 0.00
23
24
25 0.03
26
KEDALAMAN ( M )

27 0.10
28
29
30 0.17
31
32 0.28
33
34
35 0.40
36
37 0.60
38
39
40 0.76

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST

TITIK 15

Kabupaten : PENGUJIAN MENENTUKAN

- Nomor Ruas : KAPASITAS DAYA

Nama Ruas : DUKUNG ( CBR )

Proyek : DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST


( 10 KG. PALU )
ANGGAL : Oktober 20
PONDASI = JENIS, TEBAL DAN KONDISI : KONDISI KODE LOKASI : Pada Km …….
JUMLAH KEDALAMAN TES PIT

d =…… cm TIPE TEBAL (cm) ( Dari Awal Ruas )


PERMUKAAN
PONDASI ATAS d TABEL CBR
PONDASI BAWAH mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR mm / Pukulan CBR
<3 100 20-21 10 49-50 3.7 81-83 2.1
HASIL PENGAMATAN : 3 80 22-23 9 51 3.6 84-87 2.0
NOMOR ANGKA DCP SELISIH CBR 4 60 24-26 8 52 3.5 88-91 1.9
PUKULAN cm mm PENETRASI mm LAPANGAN 5 50 27-29 7 53-54 3.4 92-96 1.8
0 0 0 6 40 30-34 6 55 3.3 97-101 1.7
40 4.7 7 35 35-38 5 56-57 3.2 102-107 1.6
1 4 40
20 10 8 30 39 4.8 58 3.1 108-114 1.5
2 6 60
30 6
3 9 90 9 25 40 4.7 59-60 3.0 115-121 1.4
30 6
4 12 120 10-11 20 41 4.6 61-62 2.9 122-130 1.3
30 6
5 15 150 12 18 42 4.4 63-64 2.8 131-140 1.2
30 6
6 18 180 13 16 43 4.3 65-66 2.7 141-152 1.1
35 5.0
7 21.5 215
35 5.0
14 15 44 4.2 67-68 2.6 153-166 1.0
8 25 250 15 14 45 4.1 69-71 2.5 166-183 0.9
40 4.7
9 29 290 16 13 46 4.0 72-74 2.4 184-205 0.8
60 3.0
10 35 350 17 12 47 3.9 75-77 2.3 206-233 0.7
60 3.0
11 41 410 18-19 11 48 3.8 78-80 2.2 234-271 0.6
55 3.3
12 46.5 465 272-324 0.5
60 3.0
13 52.5 525 >324 <0,5
60 3.0
14 58.5 585
70 2.5
15 65.5 655
65 2.7
16 72 720
60 3.0
17 78 780
18
19 % CBR
20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21
22 0.00
23
24 0.06
25
26 0.12
KEDALAMAN ( M )

27
28 0.18
29
30
0.25
31
32
0.35
33
34
35 0.47
36
37 0.59
38
39 0.72
40

GRAFIK KEDALAMAN VS CBR (LAPANGAN)

EVALUASI TANAH DASAR CBR :


DIPERIKSA OLEH :

(Alexander T Sihombing,ST,MT)

SOIL MECHANICS LABORATORY - CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT. - KISARAN UNIVERSITY ASAHAN


Group
II Dynamic Cone Penetrometer
(DCP)
V. ANALISA DATA
C.B.R Lapangan Rata – Rata

Titik 1 :

1,0  1,5  2,0  2,4  2,8  3,2  4,0  4,1  6,0  7,0  8,0  8,0  6,5  8,5  8,0  8,0

5,063%  5%
16

Titik 2 :

4,0  3,5  4,5  5,0  5,0  5,0  6,5  4,8  4,7  4,0  5,5  6,0  6,5  7,0  6,5
 5,233% 
5%
15

Titik 3 :

3,0  2,0  3,3  3,7  5,0  5,5  6,5  8,0  8,0  7,3  7,2  8,0  8,5
13  5,846%  6%

Titik 4 :

3,0  2,7  2,3  3,5  2,0  4,0  5,9  8,1  8,5  8,5  8,0  10  11,5
13  6,000%  6%

Titik 5 :

3,0  2,5  2,5  3,5  5,5  5,0  9,0  8,0  8,0  9,3  8,7  9,2  12,1
 6,638%  7
%
13

Titik 6 :

2,0  2,5  2,5  3,0  4,0  2,0  7,9  4,4  5,7  7,0  5,5  6,5  9,0  5,5  8,0
5,033% 
5%
15

Titik 7 :

2,0  2,1  2,4  4,0  4,0  5,0  7,0  6,6  6,9  11,0  9,0  11,0  6,0
13  5,923%  6%

Titik 8 :

1,0  2,3  2,2  2,0  3,5  5,2  4,8  5,5  5,5  7,0  5,5 
5,5  6,0  7,3  6,7  6,5
16  4,781%  5 %

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


Titik 9 :

3,0  2,0  2,0  2,0  2,0  3,0  4,0  4,0  3,5  4,0 
6,5 
5,5  7,5  7,0  7,3  9,0  8,2  4,735%  5%
17

Titik 10 :

3,8  2,2  2,5  2,5  2,0  3,2 1,8  3,0  4,0  4,3  5,2
 5,5 
5,5  6,0  6,0  6,5  5,0  6,0  4,167%  4%
18
Titik 11 :

2,5  2,4  2,1  2,0  2,8  4,2  3,0  4,0  4,5  4,0  3,5 
4,0   4,211%  4%
5,5  5,5  5,3  5,7  6,2  6,3  6,5
19

Titik 12 :

4,0  3,5  3,0  2,5  2,0  3,0  2,5  2,8  3,7  4,0  5,0 
5,0 
5,0  6,0  6,0  7,0  6,0  6,5  4,306%  4 %
18

Titik 13 :

3,0  2,5  2,5  2,0  2,5  4,0  2,5  4,2  4,3  5,5  5,5  5,5  5,0 
5,2  6,8  6,1  5,9  5,2
18  4,344%  4%

Titik 14 :

1,0  2,3  3,0  3,2  3,0  4,8  4,7  6,0  6,5  5,6 
9,4 10,5  7,1  8,5
14  5,400%  5%
Titik 15 :

4,0  2,0  3,0  3,0  3,0  3,0  3,5  3,5  4,0 


6,0 
6,0  5,5  6,0  6,0  7,0  6,5  6,0  4,588%  4%
17
CBR dari hasil percobaan ini dapat dicari dengan dua cara yaitu :
1. Cara Analisa
2. Cara Grafis
Cara Analisa
CBR max CBR min
Nilai CBR segmen analisa = CBR rata-rata -
R
567
CBR rata-rata = = 5,5 %  6 %
4
4
CBR maximum : 7
CBR minimum : 4
R adalah jumlah data yang terdapat dalam satu segmen
Nilai R dari 15 pengamatan = 3,18
Maka nilai CBR segmen secara analisa data adalah :
CBR max CBR min
Nilai CBR segmen analisa = CBR rata-rata -
R

=6-
7  = 5,06 %  5,1 %
4
Cara Grafis 3,18

Tabel V.1 Dari data diketahui harga CBR sebagai berikut:


5 % ,6 % ,7 % ,4 %
JUMLAH YANG SAMA % YANG SAMA ATAU
CBR
ATAU LEBIH BESAR LEBIH BESAR

4 15 15/15 X 100 % = 100 %


5 10 10/15 X 100 % = 67 %
6 4 04/15 X 100 % = 27 %
7 1 01/15 X 100 % = 7 %
DOKUMENTASI PERCOBAAN DCP
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan alat DCP (Dynamic Cone
Penetration), maka diperoleh hasil CBR sebagai berikut:
1. Nilai CBR segmen secara analisa : 5,1 %
2. Nilai CBR desain : 5,06%

2. Saran
1. Didalam melakukan percobaan DCP, alat harus selalu vertikal atau tegak lurus dengan
permukaan tanah.
2. Pembebanan dengan hammer sebaiknya selalu diusahakan konstan agar hasil yang
diperoleh baik dan akurat.
3. Jika pada saat pemukulan konus mengenai benda keras seperti batu dan tidak dapat
ditembus lebih dalam maka percobaan dipindahkan ketempat yang lain.
4. Sewaktu pencabutan alat percobaan jangan sampai memutar berlawanan arah dengan
arah putaran mur pada konus.
5. Setelah selesai percobaan sebaiknya konus dibersihkan dan diolesi dengan oli untuk
menghindari karatan.
SAND CONE TEST

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
2020
Group
II Sand Cone
Test

SAND CONE TEST


I. TUJUAN
Menentukan kepadatan lapisan tanah permukaan dengan cara pengukuran volume
lubang secara langsung

II. PERALATAN
1. Corong Sand cone.
2. Botol Sand cone
3. Plat lapangan, ukuran 30,48 X 30,48 cm, dengan lobang diameter 16,5 cm.
4. Pasir Standard
5. Pahat
6. Palu
7. Sendok Tanah
8. Kaleng lapangan
9. Kuas
10. Jangka sorong
11. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram
12. Oven
13. Cawan

III. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Botol sand cone diisi dengan pasir gradasi yang telah dikalibrigasi.
2. Kemudian botol sand cone ditimbang berikut pasir gradasi yang ada didalam botol.
3. Permukaan tanah yang akan digali dibersihkan hingga bersih dan dalam keadaan datar.
4. Plat lapangan diletakkan di permukaan tanah dalam posisi yang baik.
5. Kemudian gali lubang minimal 10 cm sesuai dengan diameter lubang plat lapangan serta
menggunakan pahat, palu, dan sendok tanah.
6. Kaleng lapangan yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kosong ditimbang.
7. Tanah hasil galian tersebut dimasukkan ke dalam kaleng lapangan tersebut kemudian
kaleng tersebut ditimbang.
8. Sebagian tanah tersebut diambil untuk diperiksa kadar airnya.
9. Letakkan corong kebawah diatas plat
10. Kran corong dibuka sehingga pasir dalam botol akan turun dan mengisi corong bagian
bawah dan lubang tadi.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


11. Setelah pasir berhenti mengalir, kran corong ditutup.
12. Timbang Corong dan botol yang berisi sisa pasir didalamnya.
13. Kemudian berat pasir yang keluar dari botol dihitung.
14. Selanjutnya hitung prosentase derajat kepadatan tanah yang dilakukan percobaan sand
bcone tersebut
15. Pasir yang ada didalam lubang tadi diambil, untuk dapat dipergunakan pada percobaan
selanjutnya.
GAMBAR ALAT

Kaleng lapangan Pasir standard

Sendok semen Cawan

Pahat

Palu Karet

Timbangan
GAMBAR ALAT SAND CONE

Botol

Pasir

Ring karet

Corong

Kran botol

Pelat dasar

Lubang galian
IV. KALIBRASI PASIR
1. Masukkan pasir ke dalam botol kemudian pasang corongnya lalu ditimbang.
2. Letakkan plat lapangan pada permukaan yang datar dan bersih kemudian pasang
corong berikut botol tadi ke atasnya.
3. Buka kran corong dan biarkan pasir mengalir mengisi corong bawah.
4. Setelah pasir berhenti mengalir, kran ditutup kembali.
5. Timbang corong berikut botol yang berisi sisa pasir didalamnya (w-5).
6. Hitung berat pasir yang mengisi corong bawah.
7. Ulangi prosedur ini 3 kali lalu hasilnya dirata-ratakan. Perbedaan hasil antara masing-
masing percobaan tidak boleh lebih dari 1%.
8. Ukur volume botol dengan cara mengisinya dengan air sampai penuh lalu suhunya
dicatat kemudian ditimbang.
9. Ulangi prosedur 8 sebanyak 2 kali.
10. Timbang berat corong botol.
Timbang berat corong botol yang berisi penuh dengan air (w-2). Hitung volume
masing-masing botol setelah dikoreksi dengan koreksi temperatur, kemudian hitung
volume rata-ratanya. Perbedaan volume masing-masing dengan perbedaan rata-
ratanya, tidak boleh berbeda lebih dari 3 ml.
11. Kosongkan botol lalu keringkan.
12. Masukkan pasir ke dalam botol melalui corong. Jaga jangan sampai posisi pasir
kurang dari setengah bagian, biarkan pasir turun dengan bebas.
13. Setelah penuh timbang berikut corong (w-3), ulangi 3 kali berturut-turut. Kemudian
ambil atau catat harga rata-ratanya, rata-ratanya boleh lebih dari 1%.
14. Hitung Berat isi/berat jenis pasir tersebut.

V. PERAWATAN
1. Lumasi kran corong secara berkala dengan minyak untuk mencegah karat atau macet.
2. Jemur pasir gradasi bila sudah lembab atau lengket.
VI. TEORI
Pengujian lapangan untuk menentukan kepadatan tanah di tempat, dapat bersifat
destruktif ataupun tidak destruktif. Pengujian tidak destruktif dilakukan dengan memakai
cetakan gradasi yang dapat diletakkan diatas tanah untuk mengukur kerapatan tanah dan kadar
air secara langsung.
Pengujian destruktif ada 2, yaitu :
1. Metode kerucut pasir (Sand cone methods).
2. Metode balon karet.
Metode kerucut pasir (sand cone test) terdiri atas sebuah botol kaca dengan sebuah
kerucut logam yang dipasang diantaranya (lihat gambar). Botol kaca dan kerucut ini diisi
dengan pasir kering bergradasi buruk. Berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir ditimbang
dan tabung tersebut telah ditutup. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali dan ditimbang
seluruhnya. Lalu botol dengan kerucut berisi pasir diletakkan diatasnya (lubang), kemudian
krannya dibuka. Pasir dibiarkan mengalir keluar dari botol mengisi seluruh lubang dan
seluruh kerucut sampai pasir berhenti mengalir. Sesudah itu berat dari tabung, kerucut dan
pasir dalam tabung ditimbang.
Metode balon karet terdiri atas pengukur volume, alat penggali, kaleng dan template
(mistar ukur). Kaleng ini digunakan untuk menampung tanah basah yang diambil. Di
lapangan lubang digali dengan alat penggali dan pengukur volume dipasang template.
Masalah-masalah yang dijumpai dalam pengujian destruktif, yaitu :
1. Waktu yang lama dalam menentukan kadar air dengan memakai oven pengeringan.
2. Penimbunan kembali lubang, merupakan suatu hal yang tidak kritis tetapi pada
kedudukan dan konstruksi sejenis, mungkin diinginkan untuk menimbun kembali dan
memadatkan lubang uji tersebut dengan teliti.
3. Kurangnya perhatian terhadap hal-hal kecil seperti pada penggalian lubang yang
memiliki kedalaman yang tidak sesuai dengan rencana sehingga berat yang diukur
akan kurang padat. Kedalaman lubang maksimum yang diizinkan adalah 14 cm dan
pada kedalaman 15 cm tidak dapat diukur.
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan plat, botol yang diberi corong diatasnya
guna mengetahui kepadatan tanah dan kadar air di lapangan. Tanah mempunyai sifat
kemampatan yang besar, jika dibandingkan dengan bahan lainnya dan tanah mempunyai pori
yang besar sehingga pembebanan biasa menyebabkan deformasi tanah yang besar.
Deformasi pemadatan tanah yang terjadi akibat gejala elastis, sehingga bila beban itu
tindakan tanah akan kembali ke posisi semula. Umumnya beban-beban yang bekerja
mengakibatkan perubahan susunan butir-butir tanah sehingga terjadi deformasi plastis, karena
bila tanah di tiadakan kembali ke bentuk semula.

Perubahan Plastis

Pengujian lapangan untuk menentukan kerapatan tanah di tempat dapat bersifat


destruktif ataupun sebaliknya. Dalam percobaan destruktif dapat ditentukan dengan menggali
tanah pada sebuah lubang, secara teoritis kedalaman maksimum yang digunakan untuk satu
lubang adalah 14 cm.

10 cm 10 cm

15,5 cm 16,5 cm

Kedalaman Secara Teoritis Kedalaman Pada Percobaan

Masalah- masalah yang sering dijumpai dalam pengujian destruktif antara lain:
1. Waktu yang lama dalam menetukan kadar air dengan memakai oven untuk mengurani
air.
2. Penimbunan kembali lubang
3. Kurangnya hal-hal kecil sehingga berat isi yang diukur akan tepat.
4. Pengujian diatas tanah untuk mengukur kerapatan tanah dan air secara langsung.
Keuntungan Percoban Ini Adalah :
1. Membuat percobaan yang banyak secara tepat, kontrol kualitas statistik yang lebih baik
akan dapat dilakukan apabila percobaan yang akan dilakukan lebih dari 4 kali.
2. Secara langsung mendapaty tanah basah atau berat air yang akan ditinjau.
Wt
w 
Vh

 w

dry 1  Wn
Dimana ; Vh = Volume Lubang
γw = Berat Isi Basah
γdry = Berat Isi
Kering

Tabel Kepadatan Untuk Pekerjaan Peningkatan Jalan Raya

Kepadatan Relatif ( % ) Deposit Tanah

0 – 15 Sangat Lepas

15 – 50 Lepas

50 – 70 Menengah

70 – 85 Padat

85 – 100 Sangat Padat


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ASAHAN
Jl. Jend. Ahmad Yani, Telp, (0623) 347222 KISARAN – 21224

PEMERIKSAAN KEPADATAN LAPANGAN ( SAND CONE )


AASHTO T. 191-02

Tanggal Test : Jenis Material:


Jenis Pekerjaan :

1 Lokasi Tes (STA ) Lapangan UNA


2 Layer
3 Ketebalan Layer cm
4 Kedalaman Lubang 15 cm

SATUAN STATION
URAIAN PENGETESAN Percobaan 1
PENENTUAN VOLUME LUBANG
a Berat Botol + Corong + Pasir (Sebelum) gr 7537
b Berat Botol + Corong + pasir (Sesudah) gr 3690
c Berat Pasir dalam Corong (Kalibrasi LAB) gr 1696.33
d Berat Pasir dalam Lubang (a) - (b) - (c) gr 2150.67
e Berat isi Pasir/Density Pasir (Kalibrasi LAB) gr/cm₃ 1.40
f Volume Lubang (d) / (e) gr/cm₃ 1536.19
g Berat Material gr 3409
h Berat isi Basah/Density Basah (g) / (f) gr/cm₃ 2.22
PENENTUAN KADAR AIR Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3
i Berat Material Basah + Cawan gr 39 36 35
j Berat Material Kering + Cawan gr 30.6 24.6 29.4
k Berat Cawan gr 11 12 11
L Berat Air (i) - (j) gr 8.4 11.4 5.6
m Berat Material Kering (j) - (k) gr 19.6 12.6 18.4
Kadar Air (L) / (m) x 100 % 42.86 90.48 30.43
n Kadar Air Rata-Rata % 54.59
PENENTUAN KEPADATAN
o Berat isi Kering/Density Kering (h) / ((n/100) + (1) gr/cm₃ 1.44
p Kepadatan Kering Maksimum/Maximum Dry Density (MDD) gr/cm₃ 1.46
(LAB)
q Optimum Moisture Content (OMC)/Kadar Air Optimum (LAB) % 28.00
r % Derajat Kepadatan (o) / (p) x 100 % 98.32
s Spesifikasi % Minimum = 95%
t Tebal (cm)

Kesimpulan Hasil Pengujian : Sketch Of Test point :


STA
Memenuhi spek R CL
Tidak memenuhi Spek Alternatif lain L

Penjelasan :

Group 2 Kisaran, 27 Oktober 2020


1. Richard Syatria Adjie 18011024 Dosen Pembimbing
2. Nurul Ikhsan 18011027
3. Nurul Hayati 18011003
4. Rizky Bayu Setiawan 18011021

5. Wahyu 18011006 Alexander T.


Ramadhani Sihombing,ST,M.T
Group
II Sand Cone
Test

VII. PENYAJIAN DATA

1. Determination of the volume in the hole (penentuan volume dalam lubang)


Percobaan 1
a. Berat botol + corong + pasir (sebelum percobaan) = 7537 gr
b. Berat botol + corong + pasir (sesudah percobaan) = 3690 gr
c. Berat pasir dalam corong (kalibrasi lab) = 1696,33 gr
d. Berat pasir dalam lubang (a) - (b) - (c) = 2150,67 gr

e. Berat isi pasir/density pasir b (kalibrasi lab) = 1,40 gr/cm³


f. Volume Lubang (d) / (e) = 1536,19 gr/cm³
g. Berat Material = 3409 gr
h. Berat isi Basah/Density Basah wet (g) / (f) = 2,22 gr/cm³
2. Determination of water content (penentuan kadar air)
Cawan I
i. Berat Material Basah + Cawan = 39 gr
j. Berat Material Kering + Cawan = 30,6 gr
k. Berat Cawan = 11 gr
l. Berat Air (i) - (j) = 8,4 gr
m. Berat Material Kering (j) - (k) = 19,6 gr
Berat Air (L)
n. Kadar Air x 100 = 42,86 %
= Berat Material Kering (m)

Cawan II
i. Berat Material Basah + Cawan = 36 gr
j. Berat Material Kering + Cawan = 24,6 gr
k. Berat Cawan = 12 gr
l. Berat Air (i) - (j) = 11,4 gr
m. Berat Material Kering (j) - (k) = 12,6 gr
Berat Air (L)
n. Kadar Air = x 100 = 90,48 %
Berat Material Kering (m)
Cawan III
i. Berat Material Basah + Cawan = 35 gr
j. Berat Material Kering + Cawan = 29,4 gr
k. Berat Cawan = 11 gr
l. Berat Air (i) - (j) = 5,6 gr

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


m. Berat Material Kering (j) - (k) = 18,4 gr
Berat Air (L)
n. Kadar Air x 100 = 30,43 %
= Berat Material Kering (m)

Kadar air rata – rata


Berat Air kadar air sampel 1  2  3
Berat Material Kering = 3
=

42,86%  90,48%  30,43%


= 3  54,59%

3. Determination density (penentuan kepadatan)


o. Berat isi Kering/Density Kering dry (h) / ((n/100) + (1) = 1,44 gr/cm³
p. Kepadatan Kering Maksimum/Maximum Dry Density (MDD) (LAB) = 1,46 gr/cm³
q. Optimum Moisture Content (OMC)/Kadar Air Optimum (LAB) = 28,00 %

r. % Derajat Kepadatan γdry lap (o) 100 = 98,32 %


γdry lab (p) 
DOKUMENTASI PERCOBAAN SAND CONE
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data dapat diketahui kepadatan tanah, untuk :
- % Derajat Kepadatan ( Dr1 ) pada percobaan 1 = 98,32 %
hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki deposit tanah padat

2. Saran
1. Dari hasil analisa di atas, bahwa tanah tersebut cocok untuk dijadikan sebagai proyek
jalan raya.
2. Jika dalam analisa percobaan di dapat hasil derajat kepadatan (kepadatan relatif)
kurang dari 70 %, maka untuk itu kita perlu melakukan pemadatan di daerah tersebut.
3. Semakin padat volume tanah, maka akan semakin baik untuk digunakan sebagai
pondasi jalan raya.
SONDIR TEST
(DUTCH CONE PENETROMETER)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
2020
Group
II Sondir
Test

SONDIR TEST
(DUTCH CONE PENETROMETER)

I. TUJUAN
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap tekanan
ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, serta
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan panjang.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus
yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap mantel bikonus dalam
gaya per satuan luas.

II. PERALATAN SONDIR


a. Mesin sondir
b. Stang sondir
c. Mamometer
d. Waterpass
e. Jangka spiral
f. Ambang penekan
g. Peralatan penunjang
h. Kunci pipa

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


GAMBAR ALAT SONDIR
1
3 2

5 4

7
9

11
8
10

12

14

13

KETERANGAN GAMBAR :
1. Gigi penekan 8. Ruang oli

2. Gigi cepat 9. Kunci tiang

3. Gigi lambat 10. Kaki ruang oli

4. Tiang pelurus 11. Manometer

5. Rantai 12. Kunci tiang

6. Stelan rantai 13. Kaki sondir

7. Engkol pemutar 14. Kunci jangkar spiral


GAMBAR ALAT SONDIR DENGAN BIKONUS BIASA

Ditekan untuk mengukur


nilai konus
Casing luar ditekan agar masuk
sampai kedalaman berikutnya
Pemutar

Manometer Stang
Dalam

Stang
Luar

Konus Biasa
Angker
GAMBAR ALAT BIKONUS

15 mm

85.5 mm
Stang
dalam

13.5 mm

36 mm
50.5 mm
Diameter pada
pipa

Sambungan untuk
98 mm Pengukur hambatan
36 mm
lekat

32 mm

60 mm

36 mm
GAMBAR ALAT SONDIR

2 3

5
25
6

19 26

13

9 20

8 21

11
12 22
10
14 13
23
15

16 24

17 18

18

Keterangan gambar :
1. Gigi penekan 10. Treker 19. Lubang pengisian oil
2. Gigi cepat 11. Manometer 20. Piston
3. Gigi lambat 12. Kaki ruang oli 21. Oli seal
4. Tiang pelurus 13. Stang sondir 22. Ring penahan seal
5. Rantai 14. Kunci tiang 23. Mur penjepit seal
6. Stelan rantai 15. Kaki sondir 24. Kunci piston
7. Engkol pemutar 16. Jangkar spiral 25. Kop penarik
8. Ruang oli 17. Stang dalam 26. Bikonus
9. Kunci tiang 18. Patent konus
III. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Membersihkan lokasi percobaan lalu pasang dua atau empat jangkar spiral
sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki
sondir.
2. Menjepit rangka sondir dengan ambang pada jangkar tersebut lalu atur posisi
sondir agar tegak lurus dengan cara mengedurkan kunci tiang samping lalu
gunakan waterpass untuk mengontrolnya.
3. Membuka baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua kran manometer
lalu pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Menekan berkali-kali kunci piston keatas sampai oli keluar semua.
5. Setelah oli yang lama habis, tetap terbuka. Isilah oli dari lubang pengisian
sampai penuh, gerakan kunci piston naik turun secara perlahan untuk
menghilangkan gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup
lubang kembali lubang pengisian tadi.
6. Menutup salah satu kran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka,
perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan (kunci)
stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25 % ke maksimal manometer.
Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain
pada sambungan-sambungan nepel, buat penutup oli atau pada seal piston.
Lakukan hal yang sama untuk manometer yang lainnya.
7. Pasang Friction cone/mantle cone pada draad stang sondir berikut stang
dalamnya. Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka
sondir tepat dibawah ruang oli, pasang kop penekan.
8. Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar
sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan pengukuran sudah
siap dilakukan.
9. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol, gunanya
untuk mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10. Mengengkol pemutar kembali diputar sehingga patent friction cone/mantle
cone masuk kedalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm, engkol pemutar
diputar sedikit dengan arah berlawanan. Treker ditarik kedepan dalam posisi
lubang bulat.
11. Membuka kran yang menuju manometer 60 kg/cm2.
12. Mengengkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan kedalam
tanah dengan kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston lalu
akan menekan oli didalamya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada
maometer. Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc)
sedangkan friction cone akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan
dinding terhadap tanah.
13. Menekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer,
teruskan penekanan sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya.
14. Melakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer.
Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran
manometer tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka. Stang
sondir jangan meyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan
secara drastic dan merusak manometer.
15. Memutar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi treker
dipindahkan kembali menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan
kembali sejarak 20 cm berikutnya dan ulangi prosedur 12 sampai dengan 14.
16. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, stang sondir perlu ditambah. Caranya
terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung.
Gunakan kuci pipa untuk mengencangkannya. Ulangi prosedur 8 sampai 15.
17. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 150
kg/cm2), percobaan dihentikan.
Stang sondir yang sudah tertanam dicabut kembali dengan cara sebagai berikut:
a. Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
b. Tarik treker pada posisi lubang penuh.
c. Dorong treker pada posisi lubang terpotong.
d. Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang sondir
berikutnya terlihat.
e. Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian dibawahnya
tidak jatuh.
f. Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
g. Ulangi prosedur ini pada stang sondir berikutnya.
18. Percobaan sondir telah selesai dilakukan.
IV. SEJARAH SONDIR

Penetrometer yang sering digunakan di Indonesia adalah Sondir (Ducth Cone


Penetrometer), juga disebut dengan Ducth Deep Sondir Aparatus adalah suatu alat
statis yang berasal dari negara Belanda.
Ada dua macam ujung penetrometer yang biasa dipakai yaitu Standart type
(Bikonus) yang ujungnya adalah sebuah kerucut (konus) yang mempunyai sudut 600
dengan luas penampang 10 cm2. alat sondir dapat mencapai kedalaman 30 m atau
lebih bila tanah yang akan diselidiki lunak.
Berat sondir ada dua macam yang sering digunakan yaitu :
1. Medium weight (sondir ringan 2,5 ton) + 0 – 250 kg/cm2
2. Heavy weight (sondir berat 10 ton) + 0 – 2500 kg/cm2
Alat sondir terdiri dari empat bagian penting yaitu :
1. Mesin penekan
2. Stang dengan panjang 1 meter terdiri dari stang dalam dan stang luar
3. Ujung konus dan terbagi atas 2 macam yaitu :
a Patent konus (single)
b Double Action (bikonus)
4. Manometer, yaitu penunjuk tingkat kekerasan tanah atau kepadatan dari lapisan
tanah diujung konus.
Alat sondir akan menghasilkan gambaran baik mengenai kondisi tanah
walaupun tidak memberikan keterangan kepada kita mengenai jenis tanah atau
kandungan tanah itu sendiri, tetapi tidak mungkin juga dapat menentukan secara tepat
kedalaman dari bermacam-macam lapisan tanah yang dijumpai.
Alat sodir ini sangat cocok dengan keadaan topografi di Indonesia karena
banyak terdapat lapisan lempung sehingga mudah ditembus alat ini.
Untuk diperhatikan dengan benar bahwa alat nilai konus yang diperoleh
dengan alat dukung tanah yang bersangkutan, nilai konus merupakan suatu alat
empiris yang mungkin dapat dihubungkan secara empiris pula dengan sifat lain
daripada tanah tersebut misalnya nilai sondir. Pada tanah berpasir dapat dipakai
sebagai penunjuk mengenai kepadatan relatif pasir tersebut.
Alat kerucut penetrometer Belanda (sondir) adalah suatu alat yang ujungnya
berbentuk kerucut dengan sudut 600 dengan luas ujungnya 1,54 in2 (10 cm2). Alat ini
digunakan dengan cara ditekan kedalam tanah terus menerus dengan kecepatan 20
mm/det, sementara itu besarnya perlawanan tanah terhadap kerucut penetrasi terus
menerus diukur.
Dari alat penetrometer yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai
selubung geser (bikonus) yang dapat bergerak mengikuti kerucut penetrometer
tersebut jadi kita dapat membaca secara terpisah harga perlawanan ujung konus
dengan harga hambatan geser dari tanah. Selubung geser mempunyai luas muka
sekitar 23,25 in2 atau sekitar 150 cm2.

V. PERAWATAN SONDIR

a. Stang-stang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari


kotoran/tanah yang melekat. Setelah dibersihkan dilumasi dengan oli agar tidak
berkarat.
b. Putar konus/bikonus yang telah dipakai juga segera dibersihkan.
c. Tambahkan stempet pada gigi penggerak mesin sondir bagian atas bila
kondisinya sudah kering.
d. Lumasi seluruh bagian yang bergerak/bergesekan secara berkala.
e. Bila terjadi kebocoran oli buka ruang oli dan periksa oli didalamnya. Bila oli
seal tersebut robek ganti dengan yang baru.
POSISI STANG SONDIR

1. POSISI I
Stang sondir menekan bikonus sampai kedalaman tertentu, stang sondir dalam
(plunger) belum ditekan (belum ada pengukuran).
P P

Treker
Ring penahan
Stang luar

2. POSISI II
Stang sondir ditekan masuk sedalam 4 cm. Ujung bikonus menembus lapisan
tanah, tahanan konus diukur oleh manometer dengan perantaraan stang didalamnya.
P

Treker

Ring penahan

3. POSISI III
Stang dalam ditekan terus menerus, ujung bikonus dan dinding gesek bergerak
bersama-sama menembus lapisa tanah. Jumlah tahanan konus dan hambatan pelekat
diukur oleh manometer dengan perantaraan stang dalam.
P
Stang dalam
Treker
Ring dalam
Stang luar
4. POSISI IV
Stang sondir ditekan kembali, ujung bikonus dan dinding gesek bergabung
kembali. Bikonus siap melakukan penetrasi untuk malaksanakan pengukuran pada
kedalaman berikutnya.

Kop penahan

Treker

Stang dalam
P
P

5. POSISI V
Posisi penarikan stang sondir dari dalam tanah. Pekerjaan sondir telah selesai
dengan qc > 150 kg/cm2. berturut-turut 3 kali.

Kop penarik

P P

Stang sondir

Tabel 5.1. Hubungan tingkat kepadatan dengan nilai konus untuk pasir
KETAHANAN KONUS
TINGKAT KEPADATAN
(KG/CM2)
Sangat Lepas < 20,4
Lepas 20,4 – 45,9
Agak Padat 45,9 – 132,6
Padat 132,6 – 224,3
Sangat Padat > 224,3
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat
Tabel 5.2. Penafsiran hasil penyelidikan dengan memakai alat sondir
HASIL SONDIR
(KG/CM2) KLASIFIKASI
Qc Fs
6 0,15 – 0,40 Humus, lempung, sangat lunak
6 – 10 0,20 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas
0,20 – 0,60 Lempung lembek, lempung kelanauan lembek
10 – 30 0,10 Kerikil lepas
0,10 – 0,40 Pasir lepas
0,40 – 0,80 Lempung atau lempung kelanauan
0,80 – 2,00 Lempung agak kenyal
30 – 60 1,50 Pasir kelanauan, pasir agak padat
Pasir padat kelanauan atau lempung padat dan
1,00 – 3,00
kerikil lempung

3,00 Lempung kerikil kenyal

Pasir padat, pasir kerikilan, pasir kasar padat,


150 – 300 1,00 – 2,00
pasir kelanauan sangat padat
Sumber : Buku teknik sipil (Ir. V. Sunggono KH) hal. 132

Tabel 5.3. Hubungan antara nilai konus (q), kadar air (w), dan Compressible index (c)
q (kg/cm2) % c (kg/cm2)
q > 13,2 < 30 c < 0,22
q < 13,2 < 25 c < 0,22
25 < % < 40 0,22 < c < 0,33
40 < % < 100 0,33 < c < 0,77
q < 0,77 100 < % < 130 0,77 < c < 1,10
> 1,10
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat hal. 195
Tabel 5.4. Hubungan antara jenis tanah dan jumlah hambatan pelekat
JENIS TANAH Fs (KG/CM2)
Soft clay and silits 7,5 – 30
Sandy silits 20 – 50
Stiff clay 40 – 100
Very stiff clay 10 – 20
Lose sand 12,5 – 35
Dense sand 35 – 70
Dense gravel 50 – 100
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat hal. 203

Tabel 5.5. Hubungan antara jumlah hambatan pelekat (Fs) dan nilai konus (q)
JENIS TANAH Fs
Clays and peats qc / 10 < Fs > qc / 101
Clays qc / 25 < Fs > 2qc / 25
Stiff clays, sand qc / 100 < Fs > qc / 25
Sand qc / 100 < Fs > 2qc / 100
Coarse sand and gravel Fs < qc / 101
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat hal. 207
VI. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SONDIR
Keuntungan sondir antara lain :
1. Baik dipakai untuk tanah lempung
2. Dapat dengan cepat mencapai tanah keras
3. Dapat memperkirakan perbedaan lapisan tanah
4. Dapat digunakan untuk menghitung daya dukung lapisan tanah lempung
dengan mempergunakan rumus empiris
Kerugian sondir antara lain :
1. Tidak dapat digunakan pada lapisan tanah berbutir kasar seperti tanah yang
mengandung kerikil dan batu
2. Hasil sondir akan merugikan apabila letak sondir tidak vertikal, karena konus
dan bikonus tidak bekerja dengan baik sehingga nilai-nilai yang diperoleh tidak
tepat

VII. JENIS – JENIS SONDIR


Jenis-jenis sondir yaitu :
1. Penetrometer Statis (Static Penetrometer)
Ujungnya ditekan kedalam tanah dengan kecepatan tertentu dan gaya
perlawanannya diukur dalam satuan kg/cm2
2. Penetrometer Dinamis (Dynamic Penetrometer)
Ujungnya dimasukkan kedalam tanah yang dilakukan dengan menjatuhkan
beban-beban dari ketinggia tertentu, dan jumlah pukulan yang diperlukan untuk
mendorong ujung tersebut menembus jarak tertentu diukur dalam satuan
pukulan/meter
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ASAHAN
Jl. Jend. Ahmad Yani, Telp, (0623) 347222 KISARAN – 21224
Provinsi Dikerjakan Diperiksa Nama Percobaan Tanggal
Sumatera
Group 02 Surta Ria N Panjaitan. ST.,MT Sondir 27, Oktober 2020
Utara
Perlawanan Jumlah Jumlah Friction Ratio/
Hambatan Lekat Hambatan Setempat
Depth Konus (PK) Hambatan HL x 20/10 Hambatan Angka Banding
(HL = JP - PK) (HS = HL/10)
atau (qc) Lekat (JHL) Lekat (JHL) Geser (HS/PK)*100
(M) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (%)
0.00 0 0 0 0 0 0 0
0.20 5 10 5 10 10 0.5 10.00
0.40 5 8 3 6 16 0.3 6.00
0.60 10 15 5 10 26 0.5 5.00
0.80 13 18 5 10 36 0.5 3.85
1.00 20 22 2 4 40 0.2 1.00
1.20 10 15 5 10 50 0.5 5.00
1.40 25 30 5 10 60 0.5 2.00
1.60 20 25 5 10 70 0.5 2.50
1.80 25 28 3 6 76 0.3 1.20
2.00 25 30 5 10 86 0.5 2.00
2.20 30 35 5 10 96 0.5 1.67
2.40 28 33 5 10 106 0.5 1.79
2.60 25 28 3 6 112 0.3 1.20
2.80 28 32 4 8 120 0.4 1.43
3.00 25 28 3 6 126 0.3 1.20
3.20 15 20 5 10 136 0.5 3.33
3.40 15 18 3 6 142 0.3 2.00
3.60 35 37 2 4 146 0.2 0.57
3.80 30 35 5 10 156 0.5 1.67
4.00 25 30 5 10 166 0.5 2.00
4.20 28 33 5 10 176 0.5 1.79
4.40 30 35 5 10 186 0.5 1.67
4.60 35 40 5 10 196 0.5 1.43
4.80 38 42 4 8 204 0.4 1.05
5.00 44 48 4 8 212 0.4 0.91
5.20 45 50 5 10 222 0.5 1.11
5.40 50 55 5 10 232 0.5 1.00
5.60 57 60 3 6 238 0.3 0.53
5.80 55 58 3 6 244 0.3 0.55
6.00 60 65 5 10 254 0.5 0.83
Perlawanan Jumlah Jumlah Friction Ratio/
Hambatan Lekat Hambatan Setempat
Depth Konus (PK) Hambatan HL x 20/10 Hambatan Angka Banding
(HL = JP - PK) (HS = HL/10)
atau (qc) Lekat (JHL) Lekat (JHL) Geser
(HS/PK)*100
(M) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (%)
6.20 65 70 5 10 264 0.5 0.77
6.40 70 75 5 10 274 0.5 0.71
6.60 60 65 5 10 284 0.5 0.83
6.80 67 70 3 6 290 0.3 0.45
7.00 75 80 5 10 300 0.5 0.67
7.20 70 75 5 10 310 0.5 0.71
7.40 80 85 5 10 320 0.5 0.63
7.60 75 78 3 6 326 0.3 0.40
7.80 80 83 3 6 332 0.3 0.38
8.00 85 90 5 10 342 0.5 0.59
8.20 83 88 5 10 352 0.5 0.60
8.40 75 80 5 10 362 0.5 0.67
8.60 80 85 5 10 372 0.5 0.63
8.80 85 90 5 10 382 0.5 0.59
9.00 83 88 5 10 392 0.5 0.60
9.20 87 93 6 12 404 0.6 0.69
9.40 85 88 3 6 410 0.3 0.35
9.60 87 90 3 6 416 0.3 0.34
9.80 90 95 5 10 426 0.5 0.56
10.00 105 112 7 14 440 0.7 0.67
10.20 110 115 5 10 450 0.5 0.45
10.40 120 125 5 10 460 0.5 0.42
10.60 128 130 2 4 464 0.2 0.16
10.80 130 133 3 6 470 0.3 0.23
11.00 132 135 3 6 476 0.3 0.23
11.20 140 145 5 10 486 0.5 0.36

Group II Kisaran, 27 Oktober 2020


1. Richard Syatria Adjie 18011024 Dosen Pembimbing
2. Nurul Hayati 18011003
3. Nurul Ikhsan 18011027
4. Rizky Bayu Setiawan 18011021
5. Wahyu Ramadhani 18011006 Alexander Tuahta Sihombing. S.T,M.T
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ASAHAN
Jl. Jend. Ahmad Yani, Telp, (0623) 347222 KISARAN – 21224

DAYA DUKUNG IZIN TANAH BERDASARKAN SONDIR TEST

Daya dukung izin tanah berdasarkan Sondir Test dihitung dengan :

qc
q.ull =
10 . Sf

Dimana :
q.ull = Daya Dukung Tanah Ton/m2
qc = Perlawanan Konus Kg/cm2
10 = Reduktion Faktor
Sf = Faktor Keamanan 4

Tabel Daya Dukung Izin Tanah

Perlawanan Jumlah Perlawanan Jumlah


Depth Konus (PK) Hambatan q.ull Depth Konus (PK) Hambatan q.ull
atau (qc) Lekat (JHL) atau (qc) Lekat (JHL)
(M) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Ton/m2) (M) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Ton/m2)
5.60 57 238 1.43
0.00 0 0 0 5.80 55 244 1.38
0.20 5 10 0.13 6.00 60 254 1.50
0.40 5 16 0.13 6.20 65 264 1.63
0.60 10 26 0.25 6.40 70 274 1.75
0.80 13 36 0.33 6.60 60 284 1.50
1.00 20 40 0.50 6.80 67 290 1.68
1.20 10 50 0.25 7.00 75 300 1.88
1.40 25 60 0.63 7.20 70 310 1.75
1.60 20 70 0.50 7.40 80 320 2.00
1.80 25 76 0.63 7.60 75 326 1.88
2.00 25 86 0.63 7.80 80 332 2.00
2.20 30 96 0.75 8.00 85 342 2.13
2.40 28 106 0.70 8.20 83 352 2.08
2.60 25 112 0.63 8.40 75 362 1.88
2.80 28 120 0.70 8.60 80 372 2.00
3.00 25 126 0.63 8.80 85 382 2.13
3.20 15 136 0.38 9.00 83 392 2.08
3.40 15 142 0.38 9.20 87 404 2.18
3.60 35 146 0.88 9.40 85 410 2.13
3.80 30 156 0.75 9.60 87 416 2.18
4.00 25 166 0.63 9.80 90 426 2.25
4.20 28 176 0.70 10.00 105 440 2.63
4.40 30 186 0.75 10.20 110 450 2.75
4.60 35 196 0.88 10.40 120 460 3.00
4.80 38 204 0.95 10.60 128 464 3.20
5.00 44 212 1.10 10.80 130 470 3.25
5.20 45 222 1.13 11.00 132 476 3.30
5.40 50 232 1.25 11.20 140 486 3.50

Group II Kisaran, 27 Oktober 2020


1. Richard Syatria Adjie 18011024 Dosen Pembimbing
2. Nurul Hayati 18011003
3. Nurul Ikhsan 18011027
4. Rizky Bayu Setiawan 18011021
5. Wahyu Ramadhani 18011006 Alexander Tuahta Sihombing. S.T,M.T
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ASAHAN
Jl. Jend. Ahmad Yani, Telp, (0623) 347222 KISARAN – 21224

DAYA PIKUL TIANG PANCANG BERDASARKAN SONDIR TEST

Dari hasil pengujian sondir test dapat dihitung daya pikul tiang pancang sebagai berikut :

PK . A JHP . O
Qa = 3 + 5

Dimana
:
Qa = Daya Pikul Tiang Pancang Ton/tiang
PK = Perlawanan Konus Kg/cm2
JHL = Jumlah Hambatan Pelekat Kg/cm2
ø = Diameter Tiang 0.25 m
A = Luas Tiang 0.049 m2
O = Keliling Tiang 0.785 m

Tabel daya pikul tiang pancang dari hasil Sondir Test

Perlawanan Jumlah Daya Pikul Perlawanan Jumlah Daya Pikul


Depth Konus (PK) Hambatan Tiang Pancang Depth Konus (PK) Hambatan Tiang Pancang
atau (qc) Lekat (JHL) (Qa) atau (qc) Lekat (JHL) (Qa)
(M) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Ton/Tiang) (M) (Kg/Cm2) (Kg/Cm2) (Ton/Tiang)
5.60 57 238 38.32
0.00 0 0 0 5.80 55 244 39.23
0.20 5 10 1.65 6.00 60 254 40.88
0.40 5 16 2.60 6.20 65 264 42.53
0.60 10 26 4.25 6.40 70 274 44.19
0.80 13 36 5.87 6.60 60 284 45.59
1.00 20 40 6.61 6.80 67 290 46.65
1.20 10 50 8.02 7.00 75 300 48.35
1.40 25 60 9.83 7.20 70 310 49.84
1.60 20 70 11.32 7.40 80 320 51.57
1.80 25 76 12.35 7.60 75 326 52.44
2.00 25 86 13.92 7.80 80 332 53.46
2.20 30 96 15.57 8.00 85 342 55.11
2.40 28 106 17.11 8.20 83 352 56.65
2.60 25 112 18.00 8.40 75 362 58.09
2.80 28 120 19.31 8.60 80 372 59.74
3.00 25 126 20.20 8.80 85 382 61.40
3.20 15 136 21.61 9.00 83 392 62.93
3.40 15 142 22.55 9.20 87 404 64.88
3.60 35 146 23.51 9.40 85 410 65.79
3.80 30 156 25.00 9.60 87 416 66.77
4.00 25 166 26.48 9.80 90 426 68.39
4.20 28 176 28.10 10.00 105 440 70.83
4.40 30 186 29.71 10.20 110 450 72.49
4.60 35 196 31.36 10.40 120 460 74.22
4.80 38 204 32.67 10.60 128 464 74.98
5.00 44 212 34.02 10.80 130 470 75.95
5.20 45 222 35.61 11.00 132 476 76.93
5.40 50 232 37.26 11.20 140 486 78.63

Group II Kisaran, 27 Oktober 2020


1. Richard Syatria Adjie 18011024 Dosen Pembimbing
2. Nurul Hayati 18011003
3. Nurul Ikhsan 18011027
4. Rizky Bayu Setiawan 18011021
5. Wahyu Ramadhani 18011006 Alexander Tuahta Sihombing. S.T,M.T
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
UNIVERSITAS ASAHAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Jend. Ahmad Yani, Telp, (0623) 347222 KISARAN – 21224

GRAFIK PENGUJIAN SONDIR

PK atau qc
Perlawanan Konus (PK) atau (qc) (Kg/Cm2) JHL FR

050100150200250300350400450500
0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00
Depth [m]

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

13.00
010 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

Jumlah Hambatan Lekat (JHL) (Kg/Cm2) 0 2 4 6 8 10 12 14 16


FR [%]
Group
II Sondir
Test

PERHITUNGAN UNTUK MENGISI FORMULIR DAN GRAFIK


1. DATA
1. Dimensi alat bikonus :
- Diametar ujung bikonus ( Dc ) cm
- Diameter selimut geser ( Dg ) cm
- Tinggi selimut geser ( Hg ) cm
2. Hasil pengukuran
- Tekanan konus ( qc ) kg/cm2.............................kolom 2
- Jumlah hambatan ( JH ) kg/cm2......................kolom 3
2. PERHITUNGAN
1
1. Luas potongan melintang bikonus ( Ac ) = π Dc2
4
Gaya geser bekerja ( P ) = Ac ( JH – qc )
= Ac ( kolom 3 – kolom 2 )
= Ac ( kolom 4 )
2. Luas selimut geser ( Ag ) = π. Dg . hg
P
3. Hambatan pelekat ( HP ) = 20
A
g

5Dc.(JH  qc)
= hg
20 faktor pembacaan ( pembacaan penurunan 20 cm )
Untuk harga Dc = Dg = D
Hg = 13,3 cm
Maka, Hp = D/Hg ( JH – qc )..............................kolom 5
4. Jumlah hambatan pelekat ( JHP ) = Σ HP..............kolom 6
P
5. Hambatan setempat (HS )
= Ag
Ac
. ( JH – qc )
= Ag
Dc.(JH  qc)
= 4.hg
Untuk harga Dc = Dg = D
hg = 13,3 cm
maka, HS D
.( JH – qc )...................kolom 7
53,2
=

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2020


APLIKASI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

H = 11,20 m Ø = 25 cm

Lapisan Tanah Keras


Diketahui :
H : 1120 cm
ø : 25 cm
r : 12,5 cm
qc : 140 kg/cm2
JHL : 486 kg/cm2
σb : 65 Kg/cm2

Dimana : beban yang diperkenankan pada pondasi tersebut adalah ( P )

Penyelesaian :
1. Kemampuan pondasi sumuran P izin
a. P = Kemampuan tiang pancang P izin
A pondasi =  r2
= 3,14 x ( 12.5) 2
= 490,873 cm2
P pondasi = σb x A pondasi
= 65 kg / cm2 x 490,873 cm2
= 31890,5 Kg
= 31,89 Ton
b. Terhadap kekuatan tanah

Q tiang = A  qc  O  JHP
3 5
Dimana :
A = 490,873 cm2
O = keliling tiang pancang
= 2r
= 2 x 3,14 x 12,5
= 78,5 m
F = faktor keamanan = 4
qc = 140 kg/cm2
JHL = 486 kg/cm2
A  qc O  JHL
Maka Q Tiang = 
3 5
490,873140 78.5  486
= 3  5
= 30537,61 kg
= 30,53 Ton
2. Berat tiang sendiri
Pbs = A x D x BJ
= 0.049 x 1100 x 2,4 kg/cm2
= 129,36 kg
= 0,129 Ton

Jadi beban yang diperkenankan pada tiang tersebut ( P ) adalah :


P = Kemampuan tiang terhadap kekuatan tanah – berat sendiri
P = 30,53 – 0,129
P = 30,408 ton
Dimana :
Kontruksi aman apabila P  P izin
Didapat : P izin = 31,89 ton
P = 30,408 ton
Maka P  P izin
30,408 ton  31,89 ton
Maka kontruksi tersebut aman...............
DOKUMENTASI PERCOBAAN SONDIR
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
 Pada saat aplikasi percobaan sondir direncanakan pondasi dengan kedalaman
11 m dan diameter 2,5 cm didapat nilai qc = 140 kg/cm dan nilai JHL = 486
kg/cm.
 Dari hasil perhitungan aplikasi didapat :
- P izin ( p ) terhadap kekuatan bahan = 31,89 ton
- Pbs ( p berat sendiri ) = 0,129 ton
- Beban diperkenankan pada tiang (P) = 30,408 ton
- Syarat pembebanan yang diizinkan yaitu :
P  P izin tiang
Dengan demikian konstruksi aman

2. Saran
1. Sebelum menggunakan alat sondir sebaiknya periksa dahulu peralatan yang
akan digunakan.
2. Dalam menggunakan sondir dilapangan, letakkan sondir dalam keadaan
vertikal karena bila tidak vertikal, hasil yang diperoleh tidak akurat dan akan
berakibat fatal untuk suatu perencanaan bangunan.
3. Dalam pengambilan data di lapangan harus benar – benar teliti agar dalam
analisa perhitungan tidak terjadi kesalahan.
CALIFORNIA BEARING RATIO
(CBR LAPANGAN)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
2020
Group
II California Bearing Ratio (CBR
Lapangan)

CALIFORNIA BEARING RATIO


(CBR LAPANGAN)

I. MAKSUD
Percobaan CBR lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan nilai CBR
langsung di tempat (in place) yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan maupun
lapis tambah perkerasan (overlay).

II. PERALATAN
a) Dongkrak CBR mekanis yang dioperasikan secara manual, dilengkapi dengan swivel
head untuk mengukur beban yang bekerja pada torak, dan didesain sesuai dengan
spesifikasi di bawah ini :

1) kapasitas minimum 2700 kg (5950 lb);

2) daya angkat minimum 50,8 mm (2 inci);

3) engkol, dengan radius 152,4 mm (6 inci);

4) putaran roda gigi tinggi, kira-kira 2,4 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;

5) putaran roda gigi menengah, kira-kira 5 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;

6) putaran roda gigi rendah, kira-kira 14 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;

7) putaran roda gigi yang lain dapat digunakan untuk kenyamanan dalam pemutaran;

8) dongkrak mekanis CBR yang lain dengan beban maksimum yang


sama dapat digunakan jika rata-rata penetrasi beban merata setiap
1,3 mm (0,05 inci) per menit dapat dicapai.
b) Dua buah cincin penguji yang telah dikalibrasi dengan rentang pembebanan 0 kN
sampai dengan 8,8 kN (1984 lbf) dan rentang pembebanan 0 kN sampai dengan 22,6
kN (5070 lbf);
c) T