Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis terbentuk yang terdiri dari lima orang dimana
laporan ini dibuat berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, adapun pelaksanaan
aplikasinya dalam dunia teknik sipil.
Kami menyadari masih banyak kesalahan yang terdapat dalam laporan praktikum ini,
namun meskipun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan
yang terbaik dalam penulisan laporan ini, kami menyusun laporan ini berdasarkan ilmu yang
telah kami dapatkan dari bangku kuliah dan juga berbagai referensi serta membandingkan
hasil yang didapat keadaan di lapangan.
Dalam menyelesaikan laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini berterima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibunda kami yang tercinta atas semua dukungan yang telah diberikan
kepada kami
2. Bapak Alexander Tuahta Sihombing,ST,MT, sebagai ketua Prodi Teknik Sipil UNA.
3. Bapak Alexander Tuahta Sihombing,ST,MT, sebagai Kepala Koordinator
Laboratorium Mekanika Tanah UNA
4. Dosen – Dosen Pembimbing Laboratorium Mekanika Tanah UNA
5. Asisten – Asisten Pembimbing Laboratorium Mekanika Tanah UNA
6. Rekan – Rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun
material kepada kami
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
(GROUP II)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENGUJIAN LAPANGAN
2. Handbor
5. Sondir Test
6. CBR Lapangan
14. Konsolidasi
15. Permeabilitas
I. MAKSUD
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tanah (daya dukung tanah)
dengan menentukan nilai N yang merupakan jumlah pukulan perkaki (blow per foot).
II. PERALATAN
1. Stang SPT
2. Split barrel
3. Penumbuk (drive weight)
4. Batang penghantar
5. Kepala penumbuk
6. Tripod
7. Kop penarik
8. Penumbuk
9. Katrol
10. Tali tambang
11. Batang bor
12. Iwan auger
13. Pemutar Bor
14. Kunci pipa
15. Meteran
16. Sikat kawat
5
5
6 8
7
2
Keterangan gambar
1. tripot
2. katrol
3. tambang
4. penumbuk
5. batang penghantar
6. split barrel
7. stang SPT
8. kop penarik
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dasar lubang bor.
2. Bersihkan split barrel dengan teliti, jangan sampai ada kotoran yang menempel
dibagian dalamnya.
3. Pasang split barrel pada stang SPT
4. Siapkan tripot berikut katrol dan tambang penariknya.
5. Turunkan stang SPT yang telah dipasang split barrel tadi dengan bantuan tambang
yang digantung pada katrol tripot.
6. Setelah mencapai dasar lubang bor, stang SPT yang berada dipermukaan tanah
diberi tanda dengan kapur/spidol water proof mulai dari permukaan tanah sampai 45
cm diatas permukaan tanah dengan jarak 15 cm.
7. Pasang kepala penumbuk dan stang penghantar pada stang SPT yang paling atas.
8. Masukkan penumbuk ke stang penghantar dengan bantuan tambang dan katrol
9. Jatuhkan beban dengan tinggi jatuh bebas 75 cm dari permukaan kepala penumbuk
sehingga split barrel menembus tanah.
10. Catat jumlah tumbukan yang diperlukan untuk menekan split barrel masuk kedalam
tanah sedalam 15 cm pertama (N1). Demikian pula halnya dengan 15cm kedua (N2)
dan ketiga (N3)
11. Putar stang SPT satu kali untuk melepaskan/memotong contoh tanah dasar split
barrel, lalu diangkat dengan bantuan tambang dan katrol.
12. Setelah split barrel terambil, bukalah split barrel tersebut, bersihkan tanah yang ada
didalamnya bila perlu buat deskripsi jenis tanahnya.
13. Masukkan sampel tanah tersebut kedalam plastik dan diberi label/keterangan
(proyek, lokasi, tanggal pengambilan contoh dan kedalaman contoh)
CATATAN
1. Berat penumbuk (drive weight) standart adalah 63,5 kg. Jangan tambahkan beban
lain pada penumbuk tersebut sehingga menyimpang dari standart.
2. Pembacaan penetrasi seharusnya dilakukan setiap 0,5 x 1 foot = 0,5 x 12 inchi = 6
inchi = 15,24 cm. Dalam hal ini dibulatkan menjadi 15 cm untuk penyederhanaan.
3. Pada waktu melepas penumbuk dari ketinggian 75 cm, tambang harus dilepas
dengan bebas agar energi tumbukan tidak berkurang.
PERAWATAN
1. Bersihkan split barrel setelah digunakan, lumasi bagian dalamnya supaya tidak
berkarat.
2. Pada waktu menyambung stang SPT, kencangkan sambungan tersebut dengan baik
untuk mencegah kerusakan drat pada saat ditumbuk.
3. Bersihkan dan lumasi stang SPT, bila ada kotoran pada dratnya bersihkan terlebih
dahulu dengan sikat baja.
4. Lumasi katrol agar dapat berputar dengan bebas.
IV. TEORI
Alat SPT yang digunakan dilapangan dengan cara memasukkan alat kedalam tanah
pada lubang bor dengan memakai beban penumbuk seberat 140 pound (63,5 kg) yang
dijatuhkan pada ketinggian 3 inchi (75 cm). Setelah alat dimasukkan, berikutnya jumlah
pukulan n kemudian alat dikeluarkan dari lubang bor dan dibuka untuk mengambil contoh
tanah yang tertahan didalmnya. Contoh ini dapat dipakai untuk percobaan klasifikasi tanah
berdasarkan percobaan atterberg dan analisa saringan.
Daya dukung dari hasil pengujian SPT untuk tanah granular seperti tanah pasir faktor-
faktor Nq, N adalah fungsi dari sudut gesek , karena sangat tergatung dengan besarnya
kerapatan relatif (Dr). Nilai kerapatan relatif dapat diperoleh dari pengujian SPT, Peck,
Hanson, dan Thomburn (1963) memberikan hubungan empiris antara nilai N, Nq, N, dan ,
nilaiya diberikan pada gambar 1. Jadi, jika nilai N telah diketahui, maka besarnya daya
dukung ultimate dapat dihitung.
Pada penerapan rumusan empiris untuk memperkirakan kekuatan atau kepadatan tanah
pondasi dengan pengujian penetrasi standart. Harga N dari hasil yang diperoleh dari pengujian
penetrasi standart dan hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut geser dalam tanah oleh
Terzaghi yang diperlihatkan dalam tabel 1
Hubungan antara konsistensi kekuatan pemadatan dan kekuatan pemampatan
unconfined qu dan harga N telah ditemukan oleh Terzaghi, Peck,
Lihat Tabel 2.
Qu = 0.12 = .13 N = N / 8 kg/ m2
Tabel 1. Hubungan antara kemampatan relatif, sudut geser dalam nilai N dari pasir.
Tanah Non Kohesif
Tumbukan Konsistensi
0–4 Sangat Lepas
5 – 10 Lepas
11 – 24 Sedang
25 – 50 Padat
> 50 Sangat padat
Tanah Kohesif
Tumbukan Konsistensi
0–1 Sangat Lepas
1–4 Lepas
5–8 Teguh
9 – 16 Kenyal
16 – 30 Sangat Kenyal
31 – 60 Keras
> 60 Sangat Keras
Tabel 2. Hubungan antara konsistensi tegangan geser unconfined dari lempung dan nilai N.
Kuat Geser Tekan Bebas
Nilai N Konsistensi
(qu) kg / cm2
Nilai N yang diperoleh dari SPT di lapangan, sebelum digunakan dalam hitungan
perlu diadakan koreksi lebih dahulu. Jika tanahnya mengandung pasir berlanau yang terletak
dibawah muka air tanah, sebelum nilai N digunakan dalam hitungan daya dukung, nilainya
harus direduksi menjadi :
N = 15 + ½ (N’ – 15)
Dengan N’ adalah nilai N tercatat dari hasil pengujian di lapangan. Koreksi ini diberikan
karena tanah yang mengadung butiran halus akan mampat pada jumlah pukulan kira-kira 15.
Perubahan volume akibat banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air pori yang tinggi
sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan.
Tahanan penetrasi menunjukkan kerapatan relatif dan tegangan efektif pada
kedalaman tempat pengujian diadakan. Beberapa kombinasi tingkat tegangan dan kerapatan
relatif akan menghasilkan nilai N yang sama. Karena itu beberapa analisis telah
dikembangkan untuk mengoreksi jumlah pukulan N-SPT dengan tekanan overburden efektif.
Koreksi sederhana yang berbentuk grafis telah diusulkan oleh Gibbs dan Holtz (1957),
Tomlinson (1969), dan Peck dkk (1974) (gambar 2). Perbedaan antara nilai N terukur dan
nilai terkoreksi sangat besar terutama didekat permukaan tanah. Kurva Tomlinson
memperlihatkan koreksi 4 kali dari N hasil pengujian pada kedalaman yang dangkal, namun
penggunaan koreksi-koreksi tersebut harus diterapkan dengan sangat hati-hati.
Analisis-analisis daya dukung diatas didasarkan pada kondisi keruntuhan geser umum
dari suatu bahan bersifat plastis, yang volume dan kuat gesernya tidak berubah oleh adanya
keruntuhan. Pada material yang mempunyai sifat volume yang berubah dibawah bebannya
akan mengalami regangan yang besar sebelum tercapai keruntuhan geser, gerakan ke bawah
dari biji tanah mungkin hanya memampatkan tanah, tanpa adanya regangan yang cukup kuat
untuk menghasilkan keruntuhan geser umum. Kondisi keruntuhan semacam ini akan
menimbulkan keruntuhan geser lokal. Terzaghi memberikan koreksi pada faktor-faktor daya
dukung kondisi keruntuhan geser umum untuk digunakan pada hitungan daya dukung kondisi
geser lokal.
Caranya, seluruh faktor daya dukung dihitung kembali dengan menggunakan ’ dan c’
dengan :
tg ’ = 2/3 tg
c’ = 2/3 c
Mayerhoff (1956), memberikan nilai-nilai sudut geser dalam () tanah pasir yang
didasarkan pada beberapa pengamatan di lapangan, seperti yang terlihat pada tabel 2.
Pengamatan ini didasarkan pada hubungan sudut geser dalam, kerapatan relatif dan hasil dari
pengujian Standard Penetration Test (SPT) dan tahanan kerucut statis (sondir).
Tabel 7. Hubungan kerapatan relatif dan sudut geser tanah non kohesif (Mayerrhoff, 1956)
Nilai tahanan kous
Kerapatan Nilai SPT Sudut geser
Kondisi alat sondir (qc)
relatif (Dr) (N) dalam ()
(kg/cm2)
Sangat tidak
< 0,2 <4 < 20 < 30
padat
0,2 – 0,4 4 – 10 20 – 40 30 – 35
Tidak padat
0,4 – 0,6 10 – 30 40 – 120 35 – 40
Agak padat
0,6 – 0,8 30 – 50 120 – 200 40 – 45
Padat
> 0,8 > 50 > 200 > 45
Sangat padat
Gambar 5 : Daya dukung yang diizinkan dari pengujian SPT untuk penurunan inci (Terzaghi
dan Peck, 1948)
Pelaksanaan pengujian SPT untuk penentuan daya dukung diizinkan (qa) dilakukan dengan
lebih dulu mengestimasi secara kasar lebar pondasi yang terbesar dari bengunannya. Terzaghi
dan peck (1948) menyarankan pengukuran nilai N dilakukan pada interval 76 cm, dimulai
dari dasar pondasi sampai sedalam B dibawahnya atau dari B sampai sedalam (Df + B) dari
permukaan. Nilai N rata-rata dikedalaman ini diharapkan dapat menunjukkan nilai N rata-rata
yang berbeda, nilai N rata-rata terkecil yang harus dipergunakan untuk menghitung qa.
Nilai N yang diperoleh dari pengujian SPT dilapangan, sebelum digunakan dalam
hitungan-hitungan, perlu diadakan koreksi lebih dahulu. Jika tanah nya mengandung pasir
halus atau pasir berlanau yang terletak dibawah muka air tanah, sebalum nilai N digunakan
dalam hitungan daya dukung, nilainya harus direduksi menjadi
N = 15 + ½ (N’ – 15)
Dengan N’adalah nilai N yang tercatat dari hasil pengujian dilapngan. Koreksi ini diberikan,
karena tanah yang mengandung butiran halus yang mampat pada jumlah pukulan kira-kira 15.
perubahan volume akibat terlalu banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air pori yang
tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan.
Dw= 0,75 m
Df = 2,5 m
0.7m
B = 2,5 meter
Diketahui
Pondasi bujur sangkar seperti tergambar terletak pada kedalaman 2,5 m. dengan B = 2,5 m
muka air tanah pada kedalaman 0,75 M.
Ditanya;
Pmax yang dapat dipikul pondasi
Penyelesaian;
Dari hasil percobaan SPT diperoleh N = 8
Dengan kedalaman 2,5 m diperoleh nilai CN = 2,5 (Tabel 5)
Maka
:
N = CN x N’
N = 2,5 x 8
N = 20
Didapat dari interpolasi
N = 20, qa = 18 t/m 2
N = 30, qa = 32 t/m 2
N = 20
qa = 18 + 20 20 (32 18)
30 20
= 18,00 t/m2
A1 = 2,5 x 0,7 = 1,75 m2
A2 = 0,7 x 2,5 = 1,75 m2
A total = A1 + A2 = 3,5 m2
Sehingga
P
qa
A
P = qa x A
P = 18 x 3,5
P = 63,00 ton
Jadi : Pmax yang dapat dipikul oleh pondasi adalah 63,00 Ton
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ASAHAN (UNA)
Jl. Jend Ahmad Yan Kisaran 21224
Pukulan N
Kedalaman
Lubang Bor
/15 CM N2 + N3
N1 N2 N3 45 Cm 2 4 6 8 10
0.00
Tanah Permukaan
0.25
Tanah Lempung Berpasir
0.50
Tanah Lempung
0.75
Tanah Lempung
1.00
1.25
1.50
1.75
2.00 Tanah Liat Berpasir
2.25
2.50
2
2.75 5
3.00 3 8
3.00 45
cm
2. Saran
a. Lokasi untuk pengujian Standard Penetrasi Test hendaknya dilaksanakan atau
dilakukan pada lokasi yang berbeda – beda untuk mengetahui perbedaan
karakteristik tanah pada beberapa lokasi.
b. Karakteristik pekerjaan uji SPT adalah pekerjaan yang tergolong berat baik segi
peralatan maupun pelaksanaanya, untuk dituntut keseriusan dari praktikan dan
pengawasan dari asisten agar proses pengujian dapat berjalan dengan baik.
c. Posisi stang SPT harus dalam arah vertikal.
d. Pada penetrasi stang diharapkan juga vertikal.
HAND BOR
I. TUJUAN
Pengerjaan Bor Tangan dilakukan untuk mengamati jenis-jenis tanah dari berbagai
kedalaman. Pengujian ini Biasa dilakukan di samping lubang sondir, agar didapatkan korelasi
antara kekuatan tanah dan jenis tanah. Kedalaman maksimum yang dapat dilakukan oleh Bor
Tangan adalah 10 meter dan hanya untuk tanah lunak.
II. PERALATAN
1. Iwan auger
2. Stang bor
3. Pemutar stang bor
4. Stick aparat
5. Kunci pipa
6. Palu besar
7. Tabung contoh
8. Lilin dan Kompor
(1) (2)
(3) (4)
(5)
(6)
(7) (8)
Gambar 1. Peralatan Hand Bor
2 6
7
4
Keterangan Gambar :
1. Bersihkan daerah disekitar lubang yang akan dibor Seperti rumput-rumput atau
pun sampah, hingga bersih.
2. Gali tanah permukaan sekitar 20 cm. Sampai kelihatan dasar tanah dari timbunan.
3. Pasang auger pada stang bor, lalu pasang pemutarnya.
4. Tekan auger didalam tanah sambil diputar, setelah tanah mengisi auger sampai
penuh kemudian auger diangkat dengan hati-hati.
5. Keluarkan contoh tanah dari dalam auger untuk dibuat deskripsi jenis tanah.
Simpanlah dalam kaleng lapangan atau plastik dan berilah label yang berisi
keterangan nomor titik bor, kedalaman dan sebagainya.
6. Ulangi prosedur 4 dan 5 sampai kedalaman 100 cm. Pengambilan sampel tanah
yang akan dideskripsikan setiap 25 cm sekali. Sampai dengan kedalaman 100 cm.
7. Setelah kedalaman 100 cm, tidak diambil deskripsi tanah lagi. Namun pada saat
kedalaman 200 cm diambil kembali deskripsi tanah tersebut. Contoh tanah yang
didapat adalah contoh tanah tidak asli (disturbed sample) dan hanya digunakan
untuk keperluan klasifikasi dan deskripsi tanah.
8. Lalu masukkan Tabung Contoh yang telah terpasang di Stick Apparat tersebut
kedalam lubang. Tabung contoh ini dikatakan tanah asli UDS (Undisturbed
Sample).
9. Setelah didapat contoh tanah asli dalam tabung, lepaskan Stick Apparat lalu
dinding luar tabung dibersihkan. Potong ujung tabung setebal 1 cm. Untuk tempat
cairan lilin.
10. Sewaktu tabung dibersikan, panaskan lilin di kompor agar mencair. Lalu tuangkan
ke bagian atas atau bawah tabung hingga kering.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
1. Untuk menentukan urutan, ketebalan dan lapisan tanah kearah lateral dan bila
diperlukan elevasi batuan besar.
2. Untuk memperoleh contoh tanah terganggu dan tidak terganggu yang cukup
mewakili untuk keperluan idetifikasi, parameter – parameter tanah yang relevan.
1. Bor Tangan
Bor tangan mempergunakan berbagai macam Auger pada ujung – ujung bagian
bawah, dari serangkaian stang bor ini mempunyai tangki yang di pakai untuk memutar alat
tersebut. Dalam hal ini sering dipakai tripot (kaki tiga) dengan katrol dan tali yang dipakai
untuk mencabut kembali stang – stang dan Auger dari lubang bor tersebut. Dengan
mempergunakan tripot pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman sampai 15 m.
Dua tipe yang umum digunakan, yaitu :
1. Iwan auger diameter 100 mm
2. Auger kecil berulir heliks diameter 50 mm.
Dalam bor tangan, hanya heliks yang dapat digunakan untuk bahan-bahan yang cukup
lunak. Terutama lempung lunak sampai lempung teguh, dan sangat tidak mungkin mencapai
kedalaman 8 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam bahan-bahan yang
cukup luna, terutama dalam lempung lunak (soft clay) dan sampai teguh (firm clay).
Untuk menentukan klasifikasi tanah, dapat digunakan metode ASTM, ASSHTO, USVA,
UNITED, ini tergantung dari pemakainnya. Dari klasifikasi dapat diambil dari ASTM.
Tabel 1. Ukuran macam tanah
Sandy Silits 20 – 50
HASIL SONDIR
(Kg/cm2) KLASIFIKASI
Qc Fs
6 0,15 - 0,40 Humus,lempung,sangat lunak
6-10 0,20 Pasir kelanauan lepas,pasir sangat lepas
0,20 - 0,60 Lempung lembek,lempung kelanauan lembek
10-30 0,10 Kerikil lepas
0,10 - 0,40 Pasir lepas
0,40 - 0,80 Lempung atau lempung kelanauan
0,80 - 2,00 Lempung agak kenyal
30-60 1,50 Pasir kelanauan,pasir agak padat
1,00 - 3,00 Pasir padat kelanauan atau lempung padat dan kerikl lempung
3,00 Lempung kerikil kenyal
Pasir padat,pasir kerikilan,pasir kasar padat,pasir kelanauan sangat
150-300 1,00 - 2,00
padat
Sumber : Buku Teknik Sipil (Ir. V. Sunggono KH) Hal.132
2. Bor Mesin
Motor penggerak alat pada umumnya terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Alat pemutar stang dengan kecepatan bisa diatur dan dapat memberikan gaya ke
bawah.
b. Pompa untuk memompakan air pencuci ke bawah melalui bagian dalam stang bor.
c. Roda pemutar dan tripot untuk menaikkan dan menurunkan stang dan alat bor ke
dalam lubang.
E. Perawatan
1. Bersihkan mata bor dan stangnya setiap kali selesai dipakai lalu lumuri dengan oli
secukupnya untuk menghindari karat.
2. Sebelum dipakai, tabung tanah harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya
diberi pelumas sehingga tanah dapat masuk maupun keluar dengan mudah.
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ASAHAN
Ketebalan (m)
U
Kedalaman air Kedalaman
D
(m) tanah (m) Symbol Deskripsi Jenis Tanah
S
Elevasi (m)
(m)
0.00 0.00
0.00 Permukaan tanah
== == =:: :::
0.10 Deskripsi : Lempung hitam sedikit coklat berpasir
0.10 0.10 == == =:: :::
== == =:: :::
0.15 Warna : Hitam sedikit kecoklatan
0.15 0.15 == == =:: :::
== == =:: :::
0.20 Kondisi Tanah : Lunak
0.20 0.20 == == =:: :::
== == =:: :::
0.25 Kekenyalan : Rendah
0.25 0.25 == == =:: :::
== == =:: :::
0.30 Deskripsi : Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir
0.30 0.30 == == =:: :::
== == =:: :::
0.35 Warna : Merah kecoklatan
0.35 0.35 == == =:: :::
== == =:: :::
0.40
0.40 0.40 == == =:: ::: Kondisi Tanah : Lunak
== == =:: :::
0.45
0.45 0.45 == == =:: :::
== == =:: ::: Kekenyalan : Rendah
0.50
0.50 0.50 == == =:: :::
== == =:: :::
0.55 Deskripsi : Lempung merah kecoklatan sedikit berpasir
0.55 0.55 == == =:: :::
== == =:: :::
0.60 Warna : Merah kecoklatan
0.60 0.60 == == =:: :::
== == =:: :::
0.65
0.65 0.65 == == =:: ::: Kondisi Tanah : Lunak
== == =:: :::
0.70
0.70 0.70 == == =:: :::
== == =:: ::: Kekenyalan : Rendah
0.75
0.75 0.75 == == =:: :::
== == =:: :::
0.80 Deskripsi : Lempung kuning sedikit berpasir
0.80 0.65 == == =:: :::
== == =:: :::
0.85
0.85 0.85 == == =:: ::: Warna : Kuning
== == =:: :::
0.90
0.90 0.90 == == =:: :::
== == =:: :::
0.95 Kondisi Tanah : Lunak
0.95 0.95 == == =:: :::
== == =:: :::
1.00
1.00 1.00 == == =:: :::
== == =:: ::: Kekenyalan : Rendah
1.25
1.25 1.25 == == =:: :::
Awal pengeboran : 100 cm Tipe bor : Iwan Bore
Elevasi : - 0. 10 m (Dari Jalan) Beginning : Oktober 2020
Muka air tanah : 0.75 m Ending : Oktober 2020
Keterangan : Tanah yang tak terganggu (UDS) === Tanah Liat O0O Batu
2. Saran
1. Diperlukan ketelitian dalam pengamatan tanah seperti jenis tanah, susunan tanah, tebal
lapisan, serta tinggi muka air tanah, sehingga didapat hasil yang akurat.
2. Dalam melakukan percobaan ini diusahakan keadaan alat selalu dalam keadaan
vertikal dengan lubang agar hasil yang didapat cukup baik dan akurat.
3. Sebelum melakukan pengeboran periksalah terlebih dahulu alat – alat yang digunakan,
alat yang harus keadaan baik, ini penting untuk lancarnya jalan percobaan.
DYNAMIC CONE PENETROMETER
(DCP)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio)
subgrade, sub base atau base course suatu sistem perkerasan atau menentukan daya
dukung tanah dan memeriksa kekuatan lapisan tanah.
II. PERALATAN
1. Alat Dynamic Cone Penetrometer
a.Handle.
b.Hammer 10 kg.
c.Anvil
d.Man road Ø 16 mm.
2. Meteran
3. Konus
Handle
6.5 cm
Handle 3.5 cm
10 kg Landasan 15 cm
10 cm
Ulir batang
utama
Anvil 350 cm Ulir landasan 2 cm
16 cm
0.7 cm
17 cm
Batang utama
155 cm
Man Road O 16 mm
O 16 mm
11.5 cm
11.5 cm
Konus
Konus
2 Penumbuk
4 Kepala Penumbuk
3 Stang Penghantar
5 Stang Penetrasi
7 Mistar Penetrasi
6 Konus
25
x
Xn Xo
N
8. Dengan menggunakan grafik tentukan nilai CBR yang bersangkutan sebagai berikut:
a. Angka pada kolom ke empat dimasukkan pada skala mendatar.
b. Tarik garis vertikal keatas smpai memotong grafik.
c. Dari titik perpotongan tersebut, tarik garis horizontal kekiri sampai memotong
skala vertikal.
d. Titik perpotongan tersebut menujukka nilai CBR, masukkan ke kolom lima.
e. Ambil nilai CBR yang terkecil dari tiap baris kolom ke lima, masukkan pada
kolom keenam sebagai nilai CBR rata-rata.
IV. TEORI PERCOBAAN
Peralatan ini mula-mula diciptakan di Australia dan telah dikembangkan lebih lanjut di
Afrika Selatan, pada saat sekarang peralatan tersebut telah menjadi metode baik yang dikenal
diseluruh dunia. Pengujian ini memberikan data kekuatan lapisan tanah hingga kedalaman 1
meter dibawah permukaan tanah. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya
kerucut logam (konus) yang tertentu dimensinya kedalam tanah untuk setiap pukulan dengan
tinggi jatuh palu yang sudah ditentukan.
Selanjutnya setiap masuknya konus yang tercatat diubah ke dalam nilai CBR ekivalen
dengan menggunakan distribusi CBR ekivalen. Kemudian digambarkan grafiknya yang ada
pada formulir yang tersedia. Desain CBR diperoleh dengan membandingkan distribusi CBR
minimum yang dibutuhkan dengan menggunakan sebuah plastik berskala transparan yang
telah disesuaikan dengan metode desain perencanaan yang telah disetujui.
Syarat –syarat pengujian Dynamic Cone Penetrometer:
a. Kedalaman pukulan minimum 30 cm dan kedalaman pukulan maksimum 100 cm.
b. Lokasi jalan pada medan datar
c. Percobaan diambil perkilometer
d. Pada lokasi medan yang bergelombang dan membukit pada punggung (cembung)
minimum 1 percobaan pada setiap lengkung cembung, atau untuk lembah minimum 1
percobaan untuk setiap kilometer.
e. Pada lokasi pegunungan
o Cembung ; satu percobaan perlengkung cembung
o Cekung ; satu percobaan perlengkung cekung
Penilaian Dynamic Cone Penetrometer
a. Hitung penetrasi dari setiap pukulan dari rencana pukulan ukuran dan masukkan pada
kolom selisih dalam mm.
b. Untuk setiap pembacaan masukkan tabel CBR dengan mm/ pukulan dan bacalah nilai
CBR yang paling dekat.
c. Plot setiap CBR lapangan sebagai garis vertikal untuk kedalaman dari grafik masing-
masing pukulan dengan tabel hubunga terhadap kedalaman CBR lapangan.
d. Hubungkan garis vertikal dengan garis horizontal antara masing-masing grafik dari
distribusi CBR.
Dimana nilai CBR nya dapat dilihat didalam grafik CBR grafik perkerasan terhadap
nilai CBR yang telah dilakukan oleh berbagai badan instansi pemerintah dari berbagai negara.
Nilai CBR ini dipengaruhi oleh kadar air angka pori dan material tanah dimana kadar air
dan angka pori yang tinggi akan berbanding lurus dengan jumlah pukulan yang akan
dilaksanakan terutama untuk jenis tanah lanau dan lempung.
Cara memasukkan nilai CBR ini dapat dilakukan dengan cara pemadatan atau dengan
suatu zat kimia atau menggantinya dengan agregat berbutir kasar. Akibat topografi yang
berbeda maka kekuatan tanah untuk itu diambil CBR sigma jala yaitu bagian dari panjang
jalan yang mempunyai daya dukung tanah, sifat tanah, keadaan lingkungan yang sama.
Dimana setiap segmen mempunyai nilai CBR yang sama mewakili DDT ( Daya Dukung
Tanah ) yang digunakan untuk menentukan tebal perkerasan.
Nilai CBR segmen dapat ditentukan dengan dua cara yaitu :
a. Cara analitis
b. Cara grafis
a. Cara Analitis
CBR segmen ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
CBR rata rata (CBR max CBR min)
CBR Segmen
= R
b. Cara Grafis
a. Tentukan nilai CBR yang terendah.
b. Tentukan berapa banyak nilai CBR yang sama dan lebih besar dari masing-
masing nilai CBR.
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100 % jumlah lainnya merupakan
persentase dari 100 %.
d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
e. Nilai CBR yang mewakili adalah didapat dari angka persentase 90 %.
Distribusi umum yang didapat dari dasar lubang adalah :
o Pada kedalaman 0,00 s/d 0,350 m ; Distribusi dari CBR dan 5% - 20%, bagian atas
adalah merupakan dasar yang baik untuk perkerasan final.
o Pada kedalaman 0,350 s/d 0,840 m ; Distribusi CBR untuk tanah dasar yang
diperlukan CBR 20 % nilai terendah yang menunjukkan bahwa kondisi tanah cukup
lunak, hal ini dapat dibedakan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Drainase yang kurang baik
b. Curah hujan yang besar
c. Jenis tanah lempung
Untuk mengurangi hal tersebut dilakukan dengan usaha seperti :
a. Perbaikan drainase
b. Pemeliharaan inti jalan
c. Penggatian tanah dengan tanah yang lebih baik
Karena nilai CBR pada setiap titik selalu berbeda maka diambil nilai rata-ratanya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Fn
CBR = i1
x1
n
Pada saat melakukan percobaan perlu diperhatikan mengenai kedalaman yang akan
diambil karena hal ini juga akan mempengaruhi besarnya nilai daya dukung tanah terhadap
tebal perkerasan yang akan direncanakan. Misalnya panjang batang utama alat DCP 1 meter
maka akan lebih baik apabila dalamnya tumbukan diperhitungkan dari awal misalnya diambil
setiap tumbukan yang dilakukan setinggi 25 mm atau 30 mm dan kedalaman minimum
sebaiknya 70 cm, kalau lokasi percobaan mendukung dapat dilanjutkan sampai batas panjang
alat. Penelitian sebenarnya dilakukan dengan jarak antar titik sebesar ± 1000 M atau 1 KM
Dalam penelitian daya dukung tanah yang berskala besar sebaiknya menggunakan alat
DCP yang berdimensi besar disesuaikan dengan daerah percobaan. Untuk mendapatkan data
yang akurat maka direncanakan terlebih dahulu kedalaman yang akan diteliti dan harus
didukung alat yang baik dan kalau memungkinkan dapat memakai alat yang lebih canggih
untuk mengurangi kesalahan yang terjadi dilapangan.
Sumber : ASTM D 6951 - 03
DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST
TITIK 1
27
28
29 0.13
30
31 0.21
32
33 0.34
34
35 0.50
36
37
38
0.65
39
40 0.81
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 2
27 0.17
28
29 0.27
30
31
32
0.38
33
34 0.47
35
36 0.59
37
38
0.72
39
40
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 3
27
28 0.12
29 0.17
30 0.23
31
32 0.29
33 0.37
34 0.45
35
36 0.52
37 0.60
38 0.68
39
40 0.76
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 4
27
28 0.12
29 0.14
30 0.18
31
32 0.23
33 0.32
34 0.40
35
36 0.49
37 0.57
38 0.67
39
40 0.78
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 5
27
28 0.12
29 0.17
30 0.22
31
32 0.31
33 0.39
34 0.47
35
36 0.56
37 0.65
38 0.74
39
40 0.86
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 6
27 0.10
28
29 0.16
30
31
32
0.28
33
34 0.41
35
36 0.53
37
38
0.68
39
40
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 7
27
28 0.11
29 0.15
30 0.20
31
32 0.27
33 0.33
34 0.40
35
36 0.51
37 0.60
38 0.71
39
40 0.77
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 8
27
28
29 0.16
30
31 0.27
32
33 0.39
34
35 0.50
36
37
38
0.63
39
40 0.77
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 9
27
28 0.14
29
30
0.22
31
32
33
0.30
34
35 0.42
36
37 0.56
38
39 0.72
40
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 10
27
28 0.16
29
30 0.21
31
32 0.29
33
34 0.40
35
36 0.52
37
38 0.64
39
40 0.75
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 11
27
28 0.16
29
30
0.23
31
0.32
32
33 0.39
34
35 0.50
36
37 0.61
38
39 0.74
40
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 12
27
28 0.18
29
30
0.23
31
0.31
32
33 0.41
34
35 0.52
36
37 0.65
38
39 0.78
40
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 13
27
28 0.17
29
30 0.23
31
32 0.33
33
34 0.44
35
36 0.54
37
38 0.67
39
40 0.78
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 14
27 0.10
28
29
30 0.17
31
32 0.28
33
34
35 0.40
36
37 0.60
38
39
40 0.76
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
TITIK 15
27
28 0.18
29
30
0.25
31
32
0.35
33
34
35 0.47
36
37 0.59
38
39 0.72
40
(Alexander T Sihombing,ST,MT)
Titik 1 :
1,0 1,5 2,0 2,4 2,8 3,2 4,0 4,1 6,0 7,0 8,0 8,0 6,5 8,5 8,0 8,0
5,063% 5%
16
Titik 2 :
4,0 3,5 4,5 5,0 5,0 5,0 6,5 4,8 4,7 4,0 5,5 6,0 6,5 7,0 6,5
5,233%
5%
15
Titik 3 :
3,0 2,0 3,3 3,7 5,0 5,5 6,5 8,0 8,0 7,3 7,2 8,0 8,5
13 5,846% 6%
Titik 4 :
3,0 2,7 2,3 3,5 2,0 4,0 5,9 8,1 8,5 8,5 8,0 10 11,5
13 6,000% 6%
Titik 5 :
3,0 2,5 2,5 3,5 5,5 5,0 9,0 8,0 8,0 9,3 8,7 9,2 12,1
6,638% 7
%
13
Titik 6 :
2,0 2,5 2,5 3,0 4,0 2,0 7,9 4,4 5,7 7,0 5,5 6,5 9,0 5,5 8,0
5,033%
5%
15
Titik 7 :
2,0 2,1 2,4 4,0 4,0 5,0 7,0 6,6 6,9 11,0 9,0 11,0 6,0
13 5,923% 6%
Titik 8 :
1,0 2,3 2,2 2,0 3,5 5,2 4,8 5,5 5,5 7,0 5,5
5,5 6,0 7,3 6,7 6,5
16 4,781% 5 %
3,0 2,0 2,0 2,0 2,0 3,0 4,0 4,0 3,5 4,0
6,5
5,5 7,5 7,0 7,3 9,0 8,2 4,735% 5%
17
Titik 10 :
3,8 2,2 2,5 2,5 2,0 3,2 1,8 3,0 4,0 4,3 5,2
5,5
5,5 6,0 6,0 6,5 5,0 6,0 4,167% 4%
18
Titik 11 :
2,5 2,4 2,1 2,0 2,8 4,2 3,0 4,0 4,5 4,0 3,5
4,0 4,211% 4%
5,5 5,5 5,3 5,7 6,2 6,3 6,5
19
Titik 12 :
4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 3,0 2,5 2,8 3,7 4,0 5,0
5,0
5,0 6,0 6,0 7,0 6,0 6,5 4,306% 4 %
18
Titik 13 :
3,0 2,5 2,5 2,0 2,5 4,0 2,5 4,2 4,3 5,5 5,5 5,5 5,0
5,2 6,8 6,1 5,9 5,2
18 4,344% 4%
Titik 14 :
1,0 2,3 3,0 3,2 3,0 4,8 4,7 6,0 6,5 5,6
9,4 10,5 7,1 8,5
14 5,400% 5%
Titik 15 :
=6-
7 = 5,06 % 5,1 %
4
Cara Grafis 3,18
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan alat DCP (Dynamic Cone
Penetration), maka diperoleh hasil CBR sebagai berikut:
1. Nilai CBR segmen secara analisa : 5,1 %
2. Nilai CBR desain : 5,06%
2. Saran
1. Didalam melakukan percobaan DCP, alat harus selalu vertikal atau tegak lurus dengan
permukaan tanah.
2. Pembebanan dengan hammer sebaiknya selalu diusahakan konstan agar hasil yang
diperoleh baik dan akurat.
3. Jika pada saat pemukulan konus mengenai benda keras seperti batu dan tidak dapat
ditembus lebih dalam maka percobaan dipindahkan ketempat yang lain.
4. Sewaktu pencabutan alat percobaan jangan sampai memutar berlawanan arah dengan
arah putaran mur pada konus.
5. Setelah selesai percobaan sebaiknya konus dibersihkan dan diolesi dengan oli untuk
menghindari karatan.
SAND CONE TEST
II. PERALATAN
1. Corong Sand cone.
2. Botol Sand cone
3. Plat lapangan, ukuran 30,48 X 30,48 cm, dengan lobang diameter 16,5 cm.
4. Pasir Standard
5. Pahat
6. Palu
7. Sendok Tanah
8. Kaleng lapangan
9. Kuas
10. Jangka sorong
11. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram
12. Oven
13. Cawan
Pahat
Palu Karet
Timbangan
GAMBAR ALAT SAND CONE
Botol
Pasir
Ring karet
Corong
Kran botol
Pelat dasar
Lubang galian
IV. KALIBRASI PASIR
1. Masukkan pasir ke dalam botol kemudian pasang corongnya lalu ditimbang.
2. Letakkan plat lapangan pada permukaan yang datar dan bersih kemudian pasang
corong berikut botol tadi ke atasnya.
3. Buka kran corong dan biarkan pasir mengalir mengisi corong bawah.
4. Setelah pasir berhenti mengalir, kran ditutup kembali.
5. Timbang corong berikut botol yang berisi sisa pasir didalamnya (w-5).
6. Hitung berat pasir yang mengisi corong bawah.
7. Ulangi prosedur ini 3 kali lalu hasilnya dirata-ratakan. Perbedaan hasil antara masing-
masing percobaan tidak boleh lebih dari 1%.
8. Ukur volume botol dengan cara mengisinya dengan air sampai penuh lalu suhunya
dicatat kemudian ditimbang.
9. Ulangi prosedur 8 sebanyak 2 kali.
10. Timbang berat corong botol.
Timbang berat corong botol yang berisi penuh dengan air (w-2). Hitung volume
masing-masing botol setelah dikoreksi dengan koreksi temperatur, kemudian hitung
volume rata-ratanya. Perbedaan volume masing-masing dengan perbedaan rata-
ratanya, tidak boleh berbeda lebih dari 3 ml.
11. Kosongkan botol lalu keringkan.
12. Masukkan pasir ke dalam botol melalui corong. Jaga jangan sampai posisi pasir
kurang dari setengah bagian, biarkan pasir turun dengan bebas.
13. Setelah penuh timbang berikut corong (w-3), ulangi 3 kali berturut-turut. Kemudian
ambil atau catat harga rata-ratanya, rata-ratanya boleh lebih dari 1%.
14. Hitung Berat isi/berat jenis pasir tersebut.
V. PERAWATAN
1. Lumasi kran corong secara berkala dengan minyak untuk mencegah karat atau macet.
2. Jemur pasir gradasi bila sudah lembab atau lengket.
VI. TEORI
Pengujian lapangan untuk menentukan kepadatan tanah di tempat, dapat bersifat
destruktif ataupun tidak destruktif. Pengujian tidak destruktif dilakukan dengan memakai
cetakan gradasi yang dapat diletakkan diatas tanah untuk mengukur kerapatan tanah dan kadar
air secara langsung.
Pengujian destruktif ada 2, yaitu :
1. Metode kerucut pasir (Sand cone methods).
2. Metode balon karet.
Metode kerucut pasir (sand cone test) terdiri atas sebuah botol kaca dengan sebuah
kerucut logam yang dipasang diantaranya (lihat gambar). Botol kaca dan kerucut ini diisi
dengan pasir kering bergradasi buruk. Berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir ditimbang
dan tabung tersebut telah ditutup. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali dan ditimbang
seluruhnya. Lalu botol dengan kerucut berisi pasir diletakkan diatasnya (lubang), kemudian
krannya dibuka. Pasir dibiarkan mengalir keluar dari botol mengisi seluruh lubang dan
seluruh kerucut sampai pasir berhenti mengalir. Sesudah itu berat dari tabung, kerucut dan
pasir dalam tabung ditimbang.
Metode balon karet terdiri atas pengukur volume, alat penggali, kaleng dan template
(mistar ukur). Kaleng ini digunakan untuk menampung tanah basah yang diambil. Di
lapangan lubang digali dengan alat penggali dan pengukur volume dipasang template.
Masalah-masalah yang dijumpai dalam pengujian destruktif, yaitu :
1. Waktu yang lama dalam menentukan kadar air dengan memakai oven pengeringan.
2. Penimbunan kembali lubang, merupakan suatu hal yang tidak kritis tetapi pada
kedudukan dan konstruksi sejenis, mungkin diinginkan untuk menimbun kembali dan
memadatkan lubang uji tersebut dengan teliti.
3. Kurangnya perhatian terhadap hal-hal kecil seperti pada penggalian lubang yang
memiliki kedalaman yang tidak sesuai dengan rencana sehingga berat yang diukur
akan kurang padat. Kedalaman lubang maksimum yang diizinkan adalah 14 cm dan
pada kedalaman 15 cm tidak dapat diukur.
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan plat, botol yang diberi corong diatasnya
guna mengetahui kepadatan tanah dan kadar air di lapangan. Tanah mempunyai sifat
kemampatan yang besar, jika dibandingkan dengan bahan lainnya dan tanah mempunyai pori
yang besar sehingga pembebanan biasa menyebabkan deformasi tanah yang besar.
Deformasi pemadatan tanah yang terjadi akibat gejala elastis, sehingga bila beban itu
tindakan tanah akan kembali ke posisi semula. Umumnya beban-beban yang bekerja
mengakibatkan perubahan susunan butir-butir tanah sehingga terjadi deformasi plastis, karena
bila tanah di tiadakan kembali ke bentuk semula.
Perubahan Plastis
10 cm 10 cm
15,5 cm 16,5 cm
Masalah- masalah yang sering dijumpai dalam pengujian destruktif antara lain:
1. Waktu yang lama dalam menetukan kadar air dengan memakai oven untuk mengurani
air.
2. Penimbunan kembali lubang
3. Kurangnya hal-hal kecil sehingga berat isi yang diukur akan tepat.
4. Pengujian diatas tanah untuk mengukur kerapatan tanah dan air secara langsung.
Keuntungan Percoban Ini Adalah :
1. Membuat percobaan yang banyak secara tepat, kontrol kualitas statistik yang lebih baik
akan dapat dilakukan apabila percobaan yang akan dilakukan lebih dari 4 kali.
2. Secara langsung mendapaty tanah basah atau berat air yang akan ditinjau.
Wt
w
Vh
w
dry 1 Wn
Dimana ; Vh = Volume Lubang
γw = Berat Isi Basah
γdry = Berat Isi
Kering
0 – 15 Sangat Lepas
15 – 50 Lepas
50 – 70 Menengah
70 – 85 Padat
SATUAN STATION
URAIAN PENGETESAN Percobaan 1
PENENTUAN VOLUME LUBANG
a Berat Botol + Corong + Pasir (Sebelum) gr 7537
b Berat Botol + Corong + pasir (Sesudah) gr 3690
c Berat Pasir dalam Corong (Kalibrasi LAB) gr 1696.33
d Berat Pasir dalam Lubang (a) - (b) - (c) gr 2150.67
e Berat isi Pasir/Density Pasir (Kalibrasi LAB) gr/cm₃ 1.40
f Volume Lubang (d) / (e) gr/cm₃ 1536.19
g Berat Material gr 3409
h Berat isi Basah/Density Basah (g) / (f) gr/cm₃ 2.22
PENENTUAN KADAR AIR Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3
i Berat Material Basah + Cawan gr 39 36 35
j Berat Material Kering + Cawan gr 30.6 24.6 29.4
k Berat Cawan gr 11 12 11
L Berat Air (i) - (j) gr 8.4 11.4 5.6
m Berat Material Kering (j) - (k) gr 19.6 12.6 18.4
Kadar Air (L) / (m) x 100 % 42.86 90.48 30.43
n Kadar Air Rata-Rata % 54.59
PENENTUAN KEPADATAN
o Berat isi Kering/Density Kering (h) / ((n/100) + (1) gr/cm₃ 1.44
p Kepadatan Kering Maksimum/Maximum Dry Density (MDD) gr/cm₃ 1.46
(LAB)
q Optimum Moisture Content (OMC)/Kadar Air Optimum (LAB) % 28.00
r % Derajat Kepadatan (o) / (p) x 100 % 98.32
s Spesifikasi % Minimum = 95%
t Tebal (cm)
Penjelasan :
Cawan II
i. Berat Material Basah + Cawan = 36 gr
j. Berat Material Kering + Cawan = 24,6 gr
k. Berat Cawan = 12 gr
l. Berat Air (i) - (j) = 11,4 gr
m. Berat Material Kering (j) - (k) = 12,6 gr
Berat Air (L)
n. Kadar Air = x 100 = 90,48 %
Berat Material Kering (m)
Cawan III
i. Berat Material Basah + Cawan = 35 gr
j. Berat Material Kering + Cawan = 29,4 gr
k. Berat Cawan = 11 gr
l. Berat Air (i) - (j) = 5,6 gr
2. Saran
1. Dari hasil analisa di atas, bahwa tanah tersebut cocok untuk dijadikan sebagai proyek
jalan raya.
2. Jika dalam analisa percobaan di dapat hasil derajat kepadatan (kepadatan relatif)
kurang dari 70 %, maka untuk itu kita perlu melakukan pemadatan di daerah tersebut.
3. Semakin padat volume tanah, maka akan semakin baik untuk digunakan sebagai
pondasi jalan raya.
SONDIR TEST
(DUTCH CONE PENETROMETER)
SONDIR TEST
(DUTCH CONE PENETROMETER)
I. TUJUAN
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap tekanan
ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, serta
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan panjang.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus
yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap mantel bikonus dalam
gaya per satuan luas.
5 4
7
9
11
8
10
12
14
13
KETERANGAN GAMBAR :
1. Gigi penekan 8. Ruang oli
Manometer Stang
Dalam
Stang
Luar
Konus Biasa
Angker
GAMBAR ALAT BIKONUS
15 mm
85.5 mm
Stang
dalam
13.5 mm
36 mm
50.5 mm
Diameter pada
pipa
Sambungan untuk
98 mm Pengukur hambatan
36 mm
lekat
32 mm
60 mm
36 mm
GAMBAR ALAT SONDIR
2 3
5
25
6
19 26
13
9 20
8 21
11
12 22
10
14 13
23
15
16 24
17 18
18
Keterangan gambar :
1. Gigi penekan 10. Treker 19. Lubang pengisian oil
2. Gigi cepat 11. Manometer 20. Piston
3. Gigi lambat 12. Kaki ruang oli 21. Oli seal
4. Tiang pelurus 13. Stang sondir 22. Ring penahan seal
5. Rantai 14. Kunci tiang 23. Mur penjepit seal
6. Stelan rantai 15. Kaki sondir 24. Kunci piston
7. Engkol pemutar 16. Jangkar spiral 25. Kop penarik
8. Ruang oli 17. Stang dalam 26. Bikonus
9. Kunci tiang 18. Patent konus
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Membersihkan lokasi percobaan lalu pasang dua atau empat jangkar spiral
sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki
sondir.
2. Menjepit rangka sondir dengan ambang pada jangkar tersebut lalu atur posisi
sondir agar tegak lurus dengan cara mengedurkan kunci tiang samping lalu
gunakan waterpass untuk mengontrolnya.
3. Membuka baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua kran manometer
lalu pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Menekan berkali-kali kunci piston keatas sampai oli keluar semua.
5. Setelah oli yang lama habis, tetap terbuka. Isilah oli dari lubang pengisian
sampai penuh, gerakan kunci piston naik turun secara perlahan untuk
menghilangkan gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup
lubang kembali lubang pengisian tadi.
6. Menutup salah satu kran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka,
perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan (kunci)
stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25 % ke maksimal manometer.
Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain
pada sambungan-sambungan nepel, buat penutup oli atau pada seal piston.
Lakukan hal yang sama untuk manometer yang lainnya.
7. Pasang Friction cone/mantle cone pada draad stang sondir berikut stang
dalamnya. Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka
sondir tepat dibawah ruang oli, pasang kop penekan.
8. Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar
sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan pengukuran sudah
siap dilakukan.
9. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol, gunanya
untuk mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10. Mengengkol pemutar kembali diputar sehingga patent friction cone/mantle
cone masuk kedalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm, engkol pemutar
diputar sedikit dengan arah berlawanan. Treker ditarik kedepan dalam posisi
lubang bulat.
11. Membuka kran yang menuju manometer 60 kg/cm2.
12. Mengengkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan kedalam
tanah dengan kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston lalu
akan menekan oli didalamya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada
maometer. Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc)
sedangkan friction cone akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan
dinding terhadap tanah.
13. Menekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer,
teruskan penekanan sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya.
14. Melakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer.
Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran
manometer tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka. Stang
sondir jangan meyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan
secara drastic dan merusak manometer.
15. Memutar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi treker
dipindahkan kembali menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan
kembali sejarak 20 cm berikutnya dan ulangi prosedur 12 sampai dengan 14.
16. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, stang sondir perlu ditambah. Caranya
terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung.
Gunakan kuci pipa untuk mengencangkannya. Ulangi prosedur 8 sampai 15.
17. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 150
kg/cm2), percobaan dihentikan.
Stang sondir yang sudah tertanam dicabut kembali dengan cara sebagai berikut:
a. Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
b. Tarik treker pada posisi lubang penuh.
c. Dorong treker pada posisi lubang terpotong.
d. Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang sondir
berikutnya terlihat.
e. Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian dibawahnya
tidak jatuh.
f. Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
g. Ulangi prosedur ini pada stang sondir berikutnya.
18. Percobaan sondir telah selesai dilakukan.
IV. SEJARAH SONDIR
V. PERAWATAN SONDIR
1. POSISI I
Stang sondir menekan bikonus sampai kedalaman tertentu, stang sondir dalam
(plunger) belum ditekan (belum ada pengukuran).
P P
Treker
Ring penahan
Stang luar
2. POSISI II
Stang sondir ditekan masuk sedalam 4 cm. Ujung bikonus menembus lapisan
tanah, tahanan konus diukur oleh manometer dengan perantaraan stang didalamnya.
P
Treker
Ring penahan
3. POSISI III
Stang dalam ditekan terus menerus, ujung bikonus dan dinding gesek bergerak
bersama-sama menembus lapisa tanah. Jumlah tahanan konus dan hambatan pelekat
diukur oleh manometer dengan perantaraan stang dalam.
P
Stang dalam
Treker
Ring dalam
Stang luar
4. POSISI IV
Stang sondir ditekan kembali, ujung bikonus dan dinding gesek bergabung
kembali. Bikonus siap melakukan penetrasi untuk malaksanakan pengukuran pada
kedalaman berikutnya.
Kop penahan
Treker
Stang dalam
P
P
5. POSISI V
Posisi penarikan stang sondir dari dalam tanah. Pekerjaan sondir telah selesai
dengan qc > 150 kg/cm2. berturut-turut 3 kali.
Kop penarik
P P
Stang sondir
Tabel 5.1. Hubungan tingkat kepadatan dengan nilai konus untuk pasir
KETAHANAN KONUS
TINGKAT KEPADATAN
(KG/CM2)
Sangat Lepas < 20,4
Lepas 20,4 – 45,9
Agak Padat 45,9 – 132,6
Padat 132,6 – 224,3
Sangat Padat > 224,3
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat
Tabel 5.2. Penafsiran hasil penyelidikan dengan memakai alat sondir
HASIL SONDIR
(KG/CM2) KLASIFIKASI
Qc Fs
6 0,15 – 0,40 Humus, lempung, sangat lunak
6 – 10 0,20 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas
0,20 – 0,60 Lempung lembek, lempung kelanauan lembek
10 – 30 0,10 Kerikil lepas
0,10 – 0,40 Pasir lepas
0,40 – 0,80 Lempung atau lempung kelanauan
0,80 – 2,00 Lempung agak kenyal
30 – 60 1,50 Pasir kelanauan, pasir agak padat
Pasir padat kelanauan atau lempung padat dan
1,00 – 3,00
kerikil lempung
Tabel 5.3. Hubungan antara nilai konus (q), kadar air (w), dan Compressible index (c)
q (kg/cm2) % c (kg/cm2)
q > 13,2 < 30 c < 0,22
q < 13,2 < 25 c < 0,22
25 < % < 40 0,22 < c < 0,33
40 < % < 100 0,33 < c < 0,77
q < 0,77 100 < % < 130 0,77 < c < 1,10
> 1,10
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat hal. 195
Tabel 5.4. Hubungan antara jenis tanah dan jumlah hambatan pelekat
JENIS TANAH Fs (KG/CM2)
Soft clay and silits 7,5 – 30
Sandy silits 20 – 50
Stiff clay 40 – 100
Very stiff clay 10 – 20
Lose sand 12,5 – 35
Dense sand 35 – 70
Dense gravel 50 – 100
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat hal. 203
Tabel 5.5. Hubungan antara jumlah hambatan pelekat (Fs) dan nilai konus (q)
JENIS TANAH Fs
Clays and peats qc / 10 < Fs > qc / 101
Clays qc / 25 < Fs > 2qc / 25
Stiff clays, sand qc / 100 < Fs > qc / 25
Sand qc / 100 < Fs > 2qc / 100
Coarse sand and gravel Fs < qc / 101
Sumber : The Penetrometer and soil exploration sanglerat hal. 207
VI. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SONDIR
Keuntungan sondir antara lain :
1. Baik dipakai untuk tanah lempung
2. Dapat dengan cepat mencapai tanah keras
3. Dapat memperkirakan perbedaan lapisan tanah
4. Dapat digunakan untuk menghitung daya dukung lapisan tanah lempung
dengan mempergunakan rumus empiris
Kerugian sondir antara lain :
1. Tidak dapat digunakan pada lapisan tanah berbutir kasar seperti tanah yang
mengandung kerikil dan batu
2. Hasil sondir akan merugikan apabila letak sondir tidak vertikal, karena konus
dan bikonus tidak bekerja dengan baik sehingga nilai-nilai yang diperoleh tidak
tepat
qc
q.ull =
10 . Sf
Dimana :
q.ull = Daya Dukung Tanah Ton/m2
qc = Perlawanan Konus Kg/cm2
10 = Reduktion Faktor
Sf = Faktor Keamanan 4
Dari hasil pengujian sondir test dapat dihitung daya pikul tiang pancang sebagai berikut :
PK . A JHP . O
Qa = 3 + 5
Dimana
:
Qa = Daya Pikul Tiang Pancang Ton/tiang
PK = Perlawanan Konus Kg/cm2
JHL = Jumlah Hambatan Pelekat Kg/cm2
ø = Diameter Tiang 0.25 m
A = Luas Tiang 0.049 m2
O = Keliling Tiang 0.785 m
PK atau qc
Perlawanan Konus (PK) atau (qc) (Kg/Cm2) JHL FR
050100150200250300350400450500
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Depth [m]
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
010 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
5Dc.(JH qc)
= hg
20 faktor pembacaan ( pembacaan penurunan 20 cm )
Untuk harga Dc = Dg = D
Hg = 13,3 cm
Maka, Hp = D/Hg ( JH – qc )..............................kolom 5
4. Jumlah hambatan pelekat ( JHP ) = Σ HP..............kolom 6
P
5. Hambatan setempat (HS )
= Ag
Ac
. ( JH – qc )
= Ag
Dc.(JH qc)
= 4.hg
Untuk harga Dc = Dg = D
hg = 13,3 cm
maka, HS D
.( JH – qc )...................kolom 7
53,2
=
H = 11,20 m Ø = 25 cm
Penyelesaian :
1. Kemampuan pondasi sumuran P izin
a. P = Kemampuan tiang pancang P izin
A pondasi = r2
= 3,14 x ( 12.5) 2
= 490,873 cm2
P pondasi = σb x A pondasi
= 65 kg / cm2 x 490,873 cm2
= 31890,5 Kg
= 31,89 Ton
b. Terhadap kekuatan tanah
Q tiang = A qc O JHP
3 5
Dimana :
A = 490,873 cm2
O = keliling tiang pancang
= 2r
= 2 x 3,14 x 12,5
= 78,5 m
F = faktor keamanan = 4
qc = 140 kg/cm2
JHL = 486 kg/cm2
A qc O JHL
Maka Q Tiang =
3 5
490,873140 78.5 486
= 3 5
= 30537,61 kg
= 30,53 Ton
2. Berat tiang sendiri
Pbs = A x D x BJ
= 0.049 x 1100 x 2,4 kg/cm2
= 129,36 kg
= 0,129 Ton
2. Saran
1. Sebelum menggunakan alat sondir sebaiknya periksa dahulu peralatan yang
akan digunakan.
2. Dalam menggunakan sondir dilapangan, letakkan sondir dalam keadaan
vertikal karena bila tidak vertikal, hasil yang diperoleh tidak akurat dan akan
berakibat fatal untuk suatu perencanaan bangunan.
3. Dalam pengambilan data di lapangan harus benar – benar teliti agar dalam
analisa perhitungan tidak terjadi kesalahan.
CALIFORNIA BEARING RATIO
(CBR LAPANGAN)
I. MAKSUD
Percobaan CBR lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan nilai CBR
langsung di tempat (in place) yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan maupun
lapis tambah perkerasan (overlay).
II. PERALATAN
a) Dongkrak CBR mekanis yang dioperasikan secara manual, dilengkapi dengan swivel
head untuk mengukur beban yang bekerja pada torak, dan didesain sesuai dengan
spesifikasi di bawah ini :
4) putaran roda gigi tinggi, kira-kira 2,4 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;
5) putaran roda gigi menengah, kira-kira 5 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;
6) putaran roda gigi rendah, kira-kira 14 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;
7) putaran roda gigi yang lain dapat digunakan untuk kenyamanan dalam pemutaran;