Anda di halaman 1dari 11

RESUME

Nama : M SUBHAN
Nim : 1910201221
Lokal : 5B PENDIDIIKAN AGAMA ISLAM
Mata Kuliah : Psikologi Agama

KONSEP DASAR PSIKOLOGI


A. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang artinya
jiwa, dan ”Logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
1. Psikologi menurut bahasa dirtikan sebagai “Ilmu yang berkaitan
dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan
pengaruhnya pada prilaku: ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan jiwa”
2. Psikologi dalam bahasa Inggris disebut sebagai “psychology” diartikan
dengan: “Scientific Study Of The Mine and How It Influences
Behaviour”. 3.Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya,
prosesnya maupun latar belakang nya.
3. Kondisi psikologi adalah kondisi yang dapat diamati, dicatat dan
diukur
4. Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-
sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan
kepribadiannya, dengan pandangan bahwa setiap perilaku manusia
berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya
B. Perkembangan Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang sudah mulai berkembang sejak abad 17
dan 18 serta nampak pesat kemajuannya pada abad 20. Pada awalya ilmu
ini adalah bagian daripada filsafat sebagaimana pula ilmu-ilmu yang lain
seperti misalnya ilmu hukum tatanegara maupun ilmu ekonomi, namun
kemudian memisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu tersendiri.
C. Fungsi Psikologi
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
1. Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa
tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau
bahasan yang bersifat deskriptif
2. Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa,
bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa
prognosa, prediksi atau estimasi
3. Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif
atau pencegahan.

KONSEP DASAR AGAMA


A. Pengertian Agama
Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa sanskerta. Kata
ini tersusun dari kata A dan Gama. A yang berarti tidak dan sedangkan
Gama berarti berjalan atau berubah. Jadi agama berarti tidak berubah.
Sedangkan secara istilah pengertian agama, tidak ada pengertian
agama itu yang benar benar memuaskan, oleh karena keragaman agama itu
sendiri. Sehubungan dengan itu pengertian yang akan dibentangakan
berikut ini adalah beberapa pendapat dari pakar yang sudah barang tentu
menurut sudut pandang mereka masing-masing. Beberapa defenisi
pengertian agama yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Frazer berpendapat bahwa agama adalah sebagai perdamain atau
tindakan mendamaikan dari kuasa-kuasa atas kepada manusia yang mana
dipercayai mengatur dan mengontrol alam raya dan kehidupan manusia.
Kemudian Malfijt mengemukakan bahwa agama adalah system
interaksi kepercayaan dan perbuatan yang didasarkan atas adapt-istiadat
(kebudayaan) suatu masarakat yang secara bersama-sama percaya kepada
kuasa supernatural yang suci.
Sementara itu Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan pengertian
agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang
yang memepunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendidri
mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidup didunia
dan di akhirat.
B. Funsi Agama Bagi Manusia.
Berbicara fungsi agama bagi kehidupan manusia tidak terlepas dari
tantangan-tantangan yang dihadapinya, baik secara induvidu maupun
masyarakat. Seperti diketahui melalui penjelasan tuhan, manusia telah
dilengkapi dengan seperangkat potensi anugerah Allah diantaranya alat
indra dan akal. Menurut al-Thabathaba’i menyebutkan peran agama yaitu:
1. Agama sebaga alat control, dalam hal ini agama berfungsi sebagai
pengawas dan pengontrol terhadap perbuatan-perbuatan lahir seperti
yang dimiliki oleh hukum yang dibuat manusia.
2. Agama sebagai sarana yang mendorong kejiwaan melakukan amar
ma’ruf nahi munkar, yang dapat membuat setiap induvidu saling
mengawasi perbuatan masing-masing.
3. Agama mengikat bahwa semua perbuatan manusia diperhatiakn dan
dicatat, dan diakhirat akan diperikasa secara teliti.
4. Di dalam agama khususnya agama islam diungakap bahwa Allah
adalah penguasa pemiliki alam semesta, dan Dia mengetahuai serta
melihat semua perbuatan yang dilakukan manusia.
Sedangkan Muhammad Syaltut menjelaskan bahwa fungsi agama
adalah sebagai wahana untuk :
1. mensucikan jiwa dan membersihkan hati
2. membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan
perasaan mengagungkan Tuhan.
3. Memberi pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikan
hidup secara mantap dengan cara mempererat hubungan dengan tuhan
sbagai pencipta.
PENDEKATAN DAN METODE PSIKOLOGI AGAMA
A. Pendekatan Dalam Psikologi Agama
Pendekatan yang dimaksudkan disini adalah cara seseorang
mengkaji Psiklogi Agama atau sikap yang dipegang oleh seorang peneliti.
Pada hakikatnya sikap yang dilakukan oleh peneliti Psikologi Agama tidak
berbeda dengan sikap peneliti pada umumnya, hanya saja pada penelitian
bidang inisulit memisahlan objek yang diteliti dengan subjek peneliti.
Karena Psikologi Agama adalah penelitian terhadap keyakinan
seseorang, terutama apabila objek yang diteliti itu mempunyai kaitan
dengan kepercayaan yang dianut oleh peneliti. Dalam hal ini diperlukan
keberanian dan keteguhan hati peneliti untuk memisahkan antara objek
penelitian dengan keyakinan yang dianutnya. Pendekatan dan sikap ini
dimaksudkan dengan pengertian yang sama yaitu cara mendekati kajian
Psikologi Agama.
Menurut Zakiat Darajat, ruang lingkup yang menjadi lapangan
kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut
menyertai kehidupan beragama orang umum. Misalnya; rasa lega dan
tentram sehabis sembahyang.
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual
terhadap Tuhannya, seperti, rasa tentram dan kelegaan hati.
3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan
adanya hidup sesudah mati (sesudah akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran serta perasaan orang terhadap
kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa
dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah
lakunya dalam kehidupan.
Pendekatan psikologi tidak untuk membuktikan benar tidaknya
suatu agama tetapi hakikat agama dalam hubungan manusia dengan
kejiwaannya, bagaimana perilaku dan kepribadiannya mencerminkan
kepercayaannya.
B. Metode Penelitian Dalam Psikologi Agama
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga
memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari
fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif.
Karna agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan
bathin yang sangat mendalam, maka masalah agama sangat sulit untuk
diteliti secara seksama terlepas dari pengaruh-pengaruh subjektivitas.
Menurut Zakiah daradjat,metode yang digunakan dalam
penlitianpeneliian ilmu jiwa agama adalah metode ilmiah, yakni
mempelajari faktafakta yang ada dalam lingkungannya dengan cara yang
objektif. Dimana harus diusahakan jangan sampai memihak atau
menentang kepercayaan agama tertentu. Selian metode ilmiah kita juga
dapat menggunakan metode empiris, yang berarti bahwa suatu
kemampuan dapat diambil dari observasi terhadap data-data (fakta-fakta).
Metode yang lazim digunakan dalam penelitian Psikologi Agama tidak
jauh berbeda dengan penyelidikan psikologi atau ilmuilmu sosial secara
umum.
Metode penelitian dalam Psikologi Agama sebagaimana lazimnya
kajian ilmiah meliputi ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat objektif, yaitu tidak memihak dalam pengertian tidak bersifat
simpati atau sebaliknya antipati. Seorang pengkaji ilmiah harus
melepaskan pikirannya dari anggapan atau praduga tertentu terhadap
objek kajiannya atau dengan kata lain didekati secara empati.
2. Logis maksudnya pekerjaan penelitian harus dilakukan secara rasional
dan argumen-argumen yang dikemukakan dapat diterima akal, mulai
dari metode pengumpulan data,analisis, penggunaan logika,dan
pengambilan kesimpulan perlu jelas alasan-alasan logis yang dapat
diterima.
3. Sistematis yaitu cara yang ditempuh, mulai dari rancangan
penyelidikan, pengumpulan data harus berkesinambungan, tidak
terputus-putus dan tidak acak-acakan. Artinya, ada hirarki yang
ditempuh dalam pelaksanaan pengkajian dan penganalisaanya.

STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM PANGANGAN AGAMA


A. Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality.
Kata personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti
topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau
pertunjukan. Di sini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang
asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya.
Tujuan pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitas, juga
supaya aktor tersebut memiliki keleluasaan dalam memerankan sosok
pribadi yang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk
menggambarkan:
1. identitas diri, jati diri seseorang, seperti: "Saya seorang yang terbuka"
atau "Saya seorang pendiam,"
2. kesan umum seseorang tentang diri Anda atau orang lain, seperti "Dia
agresif" atau "Dia jujur",
3. fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti: "Dia
baik" atau "Dia pendendam"
Kepribadian dapat ditunjukkan dengan adanya keteraturan dan
kesesuaian tingkah laku yang ditunjukkan seseorang dalam berbagai
situasi. Proses yang mendasari akar kepribadian adalah cara individu
berelasi dengan dirinya sendiri dan cara individu berinteraksi dengan
tuntutan lingkungannya.
B. Dinamika Kepribadian dalam Psikologi Islam
Allah Swt. menciptakan struktur kepribadian manusia dalambentuk
potensial. Struktur itu tidak secara otomatis bernilai baik ataupun
buruk,sebelum manusia berusaha untuk mengaktualisasikan. Aktualisasi
struktur sangat tergantung pada pilihan manusia. Upaya manusia untuk
memilih dan mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses,
seiring dengan variabel-variabel yang memengaruhi.
Manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan dengan suasana
perjuangan untuk memilih alternatif antara haq (taqwa-kebenaran) dengan
yang bathil (fujur), antara aspekaspek material semata (sekuler duniawi)
dengan spiritual (ilahiyyah).Manusia memang bukan malaikat, yang
selamanya istiqomah dalam kebenaran , tetapi juga bukan setan, yang
selamanya dalam kebathilan, kekufuran, kemakshiatan, dan senantiasa
mengajak manusia ke jalan yang dilarang Allah SWT.
C. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian dalam Psikologi Islam
Studi tentang faktor-faktor yang menentukan kepribadian dibahas secara
mendetail oleh tiga aliran. Tiga aliran itu adalah Empirisme, Nativisme
dan Konvergensi. Masing-masing aliran ini memiliki asumsi psikologis
tersendiri dalam melihat hakikat manusia. Pada bagian ini akan dijelaskan
secara singkat ketiga aliran tersebut beserta posisi psikologi islam terhadap
pandangan aliran- aliran tersebut.
1. Aliran Empirisme Aliran Empirisme disebut juga aliran
Environmentalisme, yaitu suatu aliran yang menitikberatkan
pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penyebab timbulnya
suatu tingkah laku. Pengalaman empiris bagi aliran ini merupakan
sumber dari segala kepribadian. Asumsi psikologis yang mendasari
aliran ini adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan netral, tidak
memiliki pembawaan apa pun. la bagaikan kertas putih (tabula rasa)
yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki. Perwujudan kepribadian
ditentukan oleh luar diri yang disebut dengan lingkungan, dengan kiat-
kiat rekayasa yang bersifat impersonal dan direktif.
2. Aliran Nativisme adalah satu aliran yang menitikberatkan
pandangannya pada peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakaan
sebagai penentu tingkah laku seseorang. Aliran Nativisme memandang
hereditas (heredity) sebagai penentu kepribadianAliran Konvergensi
3. Aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan dua aliran di
atas. Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor
lingkungan dalam pemunculan tingkah laku laku. Menurut aliran ini,
hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi
rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan
tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa didasari oleh faktor
hereditas. Penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang
integral antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor
eksternal (lingkungan pendidikan).

FITRAH MANUSIA DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI


AGAMA
A. Pengertian Fitrah
Secara etimologi, fitrah berasal dari kata “al-fathr” yang berarti
“belahan”, dan dari makna lahir makna-makna lain adalah “penciptaan”
atau “kejadian”. Ibnu Abbas memahaminya dengan arti, “saya yang
membuatnya pertama kali.” Dari pemahaman itu sehingga Ibnu Abbas
menggunakan kata fitrah untuk penciptaan atau kejadian sejak awal.
Sehingga Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak awal atau bawaan sejak
lahir.
Sedangkan menurut kesimpulan Muhammad bin Asyur
tentangmakna fitrah dalam surat Ar-Rum tersebut, adalah; Fitrah adalah
bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah
yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada
manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya).
B. Potensi fitrah dalam psikologi Islam
1. Potensi Fisik (Psychomotoric), merupakan potensi fisik manusia yang
dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Potensi Mental Intelektual (IQ), merupakan potensi yang ada pada otak
manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung,
dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut.
3. Potensi Mental Spritual Question (SP), merupakan potensi kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan
dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.
4. Potensi Sosial Emosional, yaitu merupakan potensi yang ada pada otak
manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab
terhadap sesuatu.
Dimensi-dimensi fitrah yang dimaksud di sini adalah aspek-aspek
yang terdapat dalam fitrah manusia. Dimensi fitrah menjadi tiga bagian,
yaitu fitrah fisik yang disebut dengan Fitrah Jismiah atau Jasadiah, fitrah
psikis yang disebut Fitrah Ruhaniah dan fitrah psikopisik yang disebut
dengan Fitrah Natsaniah. Masing-masing fitrah ini memiliki natur, potensi,
hukum, dan ciri-ciri sendiri.

MOTIVASI BERAGAMA DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI AGAMA


A. Motivasi Menurut Perspektif Psikologi Islam
Dapat diketahui bahwa, motivasi (motivation) adalah keseluruhan
dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang mengarahkan
perilaku. Motivasi sudah diartikan suatu variabel penyelang yang
digunakan untuk menimbulkan faktorfakor tertentu di dalam organisme,
yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyeluruh
tingkah laku menuju satu sasaran. Motivasi juga dapat diartikan sebagai
semangat. Pengertian inilah yang berkembang di tengah kehidupan
masyarakat.
Dalam psikologi Islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas
dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia
terbagi atas tiga tahap penting :
1. Tahapan pra kehidupan dunia, yang disebut dengan alam perjanjian
atau alam alastu. Pada alam ini terdapat rencana atau design Tuhan
yang memotivasi kehidupan manusia di dunia. Isi motivasi yang
dimaksud adalah amanah yang berkenaan dengan tugas dan peran
kehidupan manusia di dunia.
2. Tahapan kehidupan dunia, untuk aktualisasi atau realisasi diri terhadap
amanah yang telah diberikan pada alam pra kehidupan dunia. Pada
alam ini realisasi atau aktualisasi diri manusia termotivasi oleh
pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada
kualitas pemenuhan amanah.
3. Tahapan alam pasca kehidupan dunia, yang disebut dengan hari
penghabisan atau yaumul akhirah. Pada kehidupan ini manusia diminta
oleh Allah untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitasnya,
apakah aktivitasnya sesuai dengan amanah atau tidak.
B. MOTIVASI BERAGAMA BAGI SEORANG MUSLIM
Agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong individu
untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan
latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai kesucian, serta
ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk
berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagi nilai etik karena dalam
melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan
antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran yang
dianutnya.
Sebaliknya agama juga sebagi pemberi harapan bagi pelakunya.
Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya
suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu harapan
terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib.
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan
maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk
berlaku jujur, menepati janji menjaga amanat dan sebagainya.
Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas,
menrima cobaan yang berat ataupun berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih
terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama.
Dalam Al-Qur’an ditemukan beberapa statement baik secara
eksplisit maupun implisit menunjukkan beberapa bentukan dorongan yang
memengaruhi manusia. Dorongan-dorongan yang dimaksud dapat
berbentuk instingtif dan dorongan naluriah, maupun dorongan terhadap
hal-hal yang memberikan kenikmatan. Hal ini dijelaskan dalam QS. Ali-
Imron ayat 14 dan QS. Al-Qiyammah ayat 20. Ayat tersebut menunjukkan
bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecintaan yang kuat terhadap
dunia dan syahwat (sesuatu yang bersifat kenikmatan pada badan) yang
terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak, dan harta kekayaan.

Anda mungkin juga menyukai